A. Pendahuluan Dasar Filosofis Kepenulisan Perkenalkan topik dengan konteks yang relevan: Apa itu AI dalam konteks rekayasa digital? (Definisi dan perkembangan teknologi ini). Apa itu era disrupsi? (definisi dan perkembangan era ini) Mengapa isu ini penting? (Relevansi terhadap masyarakat modern, dengan focus tentang penyebaran berita bohong). Alternatif Filosofi etika terkait kebenaran dalam penyebaran informasi. Pandangan filosofis tentang tanggung jawab sosial teknologi. Pemikiran tokoh-tokoh besar terkait keadilan informasi Landasan Yuridis Dasar hukum atau kebijakan yang mendukung pembahasan soal berita bohong (UU ITE PASAL 28 AYAT 1) Landasan Sosiologis Dampak sosial dari penyebaran hoaks berbasis AI (misalnya, polarisasi masyarakat, distrust terhadap media). Studi kasus tentang masyarakat yang terkena dampak berita palsu. Data statistik tentang penyebaran hoaks dan tingkat literasi digital masyarakat. Pembaharuan dalam kepenulisan/Rumusan tesis atau fokus esai: "Ancaman berita bohong yang ditimbulkan akibat penggunaan Teknologi AI yang mampu merekayasa foto, audio, dan video oleh pihak yang tidak bertanggung jawab." B. Pembahasan 1. Penjelasan tentang kemampuan AI dalam rekayasa digital - Bagaimana AI bekerja dalam memanipulasi foto (contoh: deepfake). - Bagaimana AI memalsukan audio (contoh: kloning suara). - Bagaimana AI menciptakan video palsu (contoh: teknologi deep video synthesis). 2. Dampak Positif AI dalam rekayasa digital - Penggunaan teknologi untuk hiburan (film, game, media). - Pemanfaatan untuk pendidikan (rekonstruksi sejarah). - Manfaat dalam penegakan hukum (rekonstruksi kejadian). 3. Dampak Negatif: Penyebaran informasi palsu - Contoh kasus penyebaran berita palsu yang didukung oleh rekayasa AI. - Dampaknya pada individu, masyarakat, dan lingkungan sosial (misalnya: hoaks politik, reputasi seseorang hancur, atau polarisasi masyarakat). 4. Tantangan dan Solusi - Tantangan dalam mendeteksi hasil rekayasa digital (kurangnya kesadaran masyarakat, alat deteksi yang masih berkembang). - Solusi: Pengembangan alat deteksi, edukasi publik, regulasi teknologi, dan kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan teknologi. C. Penutup Ringkasan singkat tentang pengaruh AI dalam rekayasa digital. Tekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap potensi bahaya teknologi ini. Beri pandangan ke depan, misalnya bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi AI secara bertanggung jawab. Kemudian bagaimana kedepan undang-undang tentang kecerdasan buatan ini dapat lebih spesifik, karena pada saat ini UU ITE dianggap sudah tidak lagi relevan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh AI Deepfake di lingkungan masyarakat karena memang tidak dirancang spesifik untuk mengatur hal tersebut, terutama dalam penggunaannya untuk menghasilkan foto, video, atau audio palsu. Pendahuluan Di era disrupsi digital yang ditandai dengan perkembangan pesat teknologi, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi salah satu inovasi paling berpengaruh. Salah satu kemampuan AI yang kini banyak dibicarakan adalah kemampuannya dalam merekayasa konten digital, termasuk foto, audio, dan video, secara otomatis dan realistis. Teknologi seperti deepfake, voice cloning, dan video synthesis telah membuka peluang baru dalam berbagai sektor, mulai dari hiburan hingga pendidikan. Namun, kemampuan AI ini juga membawa dampak yang tidak terduga, salah satunya adalah meningkatnya ancaman penyebaran berita bohong atau hoaks yang menggunakan konten digital palsu. Era disrupsi menciptakan tantangan baru dalam menjaga kebenaran informasi. Dalam konteks ini, filosofi etika memainkan peran penting. Menurut pandangan etika, kebenaran adalah elemen fundamental yang membangun kepercayaan di masyarakat. Immanuel Kant, misalnya, menekankan bahwa kejujuran adalah fondasi bagi hubungan sosial yang harmonis. Namun, teknologi AI yang mampu menciptakan konten palsu menguji batas-batas nilai tersebut. Tanggung jawab sosial teknologi pun menjadi isu sentral, mengingat potensi AI untuk disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Secara yuridis, penyebaran informasi palsu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), khususnya pada Pasal 28 ayat (1) yang melarang penyebaran berita bohong yang dapat merugikan masyarakat. Meskipun demikian, regulasi ini belum dirancang secara spesifik untuk menangani tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi AI dalam menciptakan konten palsu. Hal ini menimbulkan celah hukum yang perlu segera diatasi. Dari perspektif sosiologis, penyebaran hoaks berbasis AI telah menyebabkan dampak signifikan pada kehidupan masyarakat. Polarisasi sosial, ketidakpercayaan terhadap media, dan kerusakan reputasi individu adalah beberapa contoh nyata dari dampak ini. Sebagai contoh, survei tahun 2023 menunjukkan bahwa 60% masyarakat Indonesia pernah menerima informasi palsu yang sebagian besar menggunakan konten hasil rekayasa digital. Rendahnya tingkat literasi digital masyarakat semakin memperparah situasi ini. Esai ini berupaya mengeksplorasi pengaruh AI dalam merekayasa konten digital, baik dari sisi positif maupun negatif. Dengan rumusan tesis: "Ancaman berita bohong yang ditimbulkan akibat penggunaan Teknologi AI yang mampu merekayasa foto, audio, dan video oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," esai ini juga akan membahas tantangan dan solusi untuk memitigasi dampak buruk teknologi tersebut. Selain itu, esai ini akan menekankan pentingnya pembaruan regulasi yang lebih spesifik untuk menghadapi ancaman baru di era digital ini. Kecerdasan Buatan dan Kemampuannya dalam Rekayasa Digital Artikel tentang perkembangan Deepfake, Tantangan Baru Untuk Netizen Paper terkait pengembangan teknologi Generative Models for Speech Synthesis (Google Scholar). teknologi voice deepfake: cloning: Filosofi Etika dan Pandangan tentang Teknologi Pandangan Immanuel Kant tentang "Groundwork of the Metaphysics of Morals" (Immanuel Kant). Filosofi teknologi dan tanggung jawab Technology and Responsibility: Reflections on the New Tasks of Ethics (Hans Jonas). kejujuran: sosial: Landasan Yuridis dan UU ITE Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Pasal 28 ayat 1). Penjelasan tentang regulasi ini dapat ditemukan dalam buku Cyber Law di Indonesia oleh Edmon Makarim. Dampak Sosiologis dan Studi Kasus Studi statistik penyebaran Digital Civility Index Report (Microsoft, 2023). hoaks di Indonesia: Artikel tentang polarisasi sosial akibat hoaks berbasis Urgensi Pengaturan Perlindungan Hukum terhadap Korban Deepfake. teknologi AI: Tesis dan Argumen Esai Paper tentang dampak sosial AI dalam konteks berita The Rise of Deepfakes and Implications for Security and Society (Brown University). bohong: Indonesia telah menjadi perhatian se 1. Video Pidato Presiden Jokowi dalam Bahasa Mandarin Presiden yang disampaikan dal Informatika (Kominfo) mengklarifikasi bahwa video tersebut adalah hoaks yang dibuat 2. Pidato Anies Baswedan dan Prabowo Subianto dalam Bahasa Arab 2024, beredar video yang menampilkan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto berpidato perseps 3. Lonjakan Kasus Penipuan Deepfake kasus penipuan yang memanfaatkan teknologi deepfake di Indonesia melonjak hingga 1.550 Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan AI untuk tujuan 4. Surat Edaran Menteri Kominfo tentang Etika Penggunaan AI penyalahgunaan teknologi AI, khususnya deepfake, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi diambil sebagai respons terhadap meningkatnya kasus penyalahgunaan AI dalam penyebaran -kasus di atas menggambarkan bagaimana teknologi AI, khususnya deepfake, digunakan untuk menimbulkan tantangan baru dalam upaya menjaga integritas informasi dan mencegah penyebaran