Uploaded by User149345

Isolasi Mikroorganisme dengan Metode Cawan Tuang

advertisement
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Isolasi Mikroorganisme Dengan Metode Cawan Tuang (Pour Plate)
Aurelia Khezzia Assyifa Eman*(1), Adinda Dwi Maharani(2), Achmad Dani Baihaqi(3),
Fikri Fahrezi (4), Pradnya Anggarda Sekar(5)
Nurul Faizah S.Tr. M. T.
Nari Dzakirah Kanaya
Departemen Teknik Kimia Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
16 Mei 2024
Abstrak
Luasnya kemampuan mikroorganisme sebagai agen bioprocessing yang dapat
menghasilkan metabolit dan senyawa baru, serta agen pemecah molekul kompleks, telah
menjadikannya tren yang berkembang di industri. Hal ini ditandai dengan peningkatan
permintaan komersial mikroorganisme terutamannya pada bidang industri pangan. Untuk itu,
diperlukannya pengawasan mutu secara mikrobiologis untuk menjamin keamanan serta
kelayakan produk pangan tersebut yang dapat dilakukan dengan melaksanakan pengujian
laboratorium untuk mengisolasi dan melakukan penghitungan jumlah terhadap bakteri patogen
yang disebut juga sebagai teknik enumerasi. Salah metode contoh enumerasi yaitu teknik
perhitungan cawan dengan metode cawan tuang atau pour plate. Metode tersebut digunakan
untuk menumbuhkan bakteri dengan cara mencampurkan media yang masih cair dengan stok
kultur bakteri, sehingga koloni bakteri akan tersebar secara merata di dalam media agar yang
memadat. Dalam prinsipnya, cawan tuang menggunakan pengenceran bertingkat untuk
mempermudah proses pengamatan. Kemudian tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mempelajari cara mengisolasi mikroorganisme menggunakan metode cawan tuang dan
mengamati pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme dengan variabel bebas pada percobaan ini
meliputi jenis mikroba yang digunakan yaitu saccharomyces cerevisae dan escherichia coli,
pengenceran dengan skala 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,10-5, 10-6; dan jenis bahan media yang digunakan
yaitu Nutrient Broth. Selanjutnya variabel kontrol meliputi jumlah pengambilan larutan suspensi
sebanyak 1 ml untuk melakukan pengenceran bertingkat dan dimasukkan ke dalam petridish,
penambahan nutrient broth sebanyak 10 ml untuk ditambahkan ke petridish dan suhu inkubasi
yang dijaga konstan pada 37oC. Berikutnya variabel terikat meliputi banyaknya jumlah koloni
bakteri yang terbentuk setelah proses inkubasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah waktu inkubasinya maka mikroorganisme akan
semakin berhenti tumbuh dan berhenti mengalami penambahan jumlah, hal ini dikarenakan
mikroorganisme telah memasuki fase stasioner lalu kematian.
Kata kunci : Cawan, Mikroorganisme, Pengenceran
1.0
1.1
Pendahuluan
Latar Belakang
Luasnya kemampuan mikroorganisme sebagai agen bioprocessing yang dapat
menghasilkan metabolit dan senyawa baru, serta agen pemecah molekul kompleks, telah
menjadikannya tren yang berkembang di industri. Hal ini ditandai dengan peningkatan
permintaan komersial mikroorganisme. Sebagai contoh, industri ragi di Eropa kini telah
dapat memproduksi hingga 1 juta ton ragi Saccharomyces cerevisiae setiap tahunnya, di
mana sekitar 30% di antaranya diekspor untuk digunakan dalam proses fermentasi pada
industri makanan dan minuman [1]. Eratnya penggunaan mikroorganisme dalam industri
pangan menjadi alasan utama diperlukannya pengawasan mutu secara mikrobiologis
untuk menjamin keamanan serta kelayakan produk pangan tersebut yang dapat dilakukan
dengan melaksanakan pengujian laboratorium untuk mengisolasi dan melakukan
penghitungan jumlah terhadap bakteri patogen seperti Escherichia coli, dengan teknik
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
yang dikenal sebagai teknik enumerasi, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk
mengestimasi jumlah mikroorganisme dalam suatu bahan atau sampel [2].
Beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk melakukan teknik enumerasi, yaitu
tahap isolasi dan identifikasi. Isolasi dan identifikasi yakni metode yang digunakan untuk
melakukan pemeriksaan mikroorganisme dengan menumbuhkan selnya di luar habitat
alaminya untuk memperoleh kultur murni tanpa adanya campuran kehadiran mikroba
lainnya. Kemudian proses identifikasi bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi dapat
dilakukan dengan cara mengamati sifat morfologi bakteri yang tumbuh [3]. Selanjutnya
perhitungan bakteri digunakan untuk menghitung jumlah sel koloni bakteri yang tumbuh
pada suatu media pembiakan. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri dari suatu populasi bakteri dalam media biakan salah satunya
yaitu metode perhitungan koloni bakteri secara tidak langsung (indirect method) yang
dapat dilakukan dengan teknik perhitungan cawan [4].
Dalam praktikum kali ini, metode perhitungan bakteri yang digunakan adalah
metode perhitungan dengan teknik pour plate atau cawan tuang yaitu teknik yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri dalam media padat (agar) dengan cara
mencampurkan media yang masih cair dengan stok kultur bakteri, sehingga koloni bakteri
akan tersebar secara merata pada media agar. Dalam skala industri, metode cawan tuang
juga sudah cukup banyak digunakan dalam berbagai bidang, yakni untuk pengujian
kualitas pada produk makanan, kosmetik, dan farmasi sehingga pembelajaran dan
pemahaman mengenai metode cawan tuang telah terbukti aplikatif dan bermanfaat
[5].Oleh karena itu, Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara menghitung jumlah
sel mikroorganisme dengan mengisolasi mikroorganisme dari suatu campuran dengan
teknik cawan tuang.
2.0
Dasar Teori
2.1
Isolasi Bakteri
Teknik isolasi mikroba merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan
mikroorganisme di luar habitat alaminya. Teknik isolasi ini bertujuan untuk memperoleh
bakteri kultur yang tidak lagi tercampur dengan bakteri lain, yang dikenal sebagai kultur
murni. Prinsip dari isolasi mikroba sendiri adalah dengan memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya pada media padat, kemudian sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya. Adapun faktor-faktor yang perlu
diperhatikan untuk mengisolasi mikroba yaitu dengan mempertimbangkan sifat dari
setiap jenis mikroba yang akan diisolasi, kemudian habitat atau asal usul mikroba, media
pertumbuhan yang sesuai, cara menginokulasi mikroba, cara menetaskan mikroba, cara
menentukan bentuk kultur mikroba yang diisolasi sesuai dengan peruntukannya serta cara
mempertahankan mikroba yang telah terisolasi agar tetap menjadi budaya murni [6].
2.2
Metode Hitung Cawan
Perhitungan koloni bakteri metode hitung cawan (plate count) merupakan metode
menumbuhkan sel microorganisme (bakteri) yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan mata tanpa memerlukan bantuan mikroskop. Metode ini merupakan
metode yang palingg sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme sehingga dapat
digunakan untuk menghitung sel yang masih hidup, serta mengidentifikasi jenis mikroba
tersebut [7]. Prinsip metode hitung cawan yaitu dengan menumbuhkan sel bakteri pada
medium padat (agar) dan berdasarkan pembuatan seri pengenceran [8].
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Metode hitung cawan memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya yaitu
memiliki kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri, apabila terlalu banyak atau sedikit
dapat menggunakan faktor pengenceran. Selain itu, metode perhitungan cawan juga
hanya menghitunng bakteri yang layak dihitung atau bakteri yang hidup, tidak termasuk
bakteri yang mati ataupun puing-puing yang terdapat pada media pertumbuhan. Akan
tetapi, metode perhitungan cawan juga memiliki kekurangan yaitu perhitungannya tidak
menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena perhitungan dari kumpulan sel bakteri
dapat salah terhitung sebagai koloni tunggal serta membutuhkan waktu dan bahan yang
lama dan banyak[7]. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda dapat menghasilkan
jumlah yang berbeda pula dan metode ini membutuhkan waktu inkubasi yang relatif lama
karena hasil hitung cawan ini biasanya diperoleh setelah 1—3 hari [9].
2.3
Metode Cawan Tuang
Metode cawan tuang merupakan teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri dalam media padat (agar) dengan cara mencampurkan media yang masih cair
dengan stok kultur bakteri, sehingga koloni bakteri akan tersebar secara merata pada
media agar. Keunggulan dari metode cawan tuang (pour plate) yaitu dapat digunakan
untuk memperoleh biakan murni karena resiko kontaminasinya lebih sedikit, selain itu,
kultur bakteri juga memberikan hasil permukaan bakteri yang lebih halus dan merata di
seluruh permukaan media pertumbuhan, sehingga pengukuran diameter koloni bakteri
lebih mudah dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk kultur lebih singkat [4]. Adapun
tujuan pengamatan dengan metode cawan tuang ialah agar bakteri yang tumbuh dapat
menyebar di seluruh media.
2.4
Perhitungan Hasil Hitung Cawan
Jumlah koloni bakteri dari sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut [6] :
1
Koloni/gr = 𝛴 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode perhitungan cawan ini dalam ini
dalam Colony Forming Unit (CFU). CFU ini menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh
tiap gram atau milimeter sampel yang dihitung dari jumlah cawan, faktor pengenceran,
dan volume yang digunakan. Adapun beberapa hal dan syarat yang perlu diperhatikan
saat menghitung jumlah koloni bakteri dari sampel yaitu[9] :
1.
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang cawan mengandung jumlah koloni
antara 30-300 CFU/g. Jika jumlah koloni tiap sampel lebih dari 300 CFU/g maka
dikategorikan terlalu banyak untuk dihitung.
2.
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu atau berada pada satu deret rantai
koloni yang terikat sebagai suatu garis dihitung sebagai satu koloni.
3.
Koloni yang tumbuh menutup lebih besar dari setengan luas cawan petri, tidak
disebut sebagai koloni melainkan spreader.
4.
Jika hasil perbandingan jumlah bakteri dari hasil
pengenceran berturut-turut antara pengenceran yang
lebih besar dengan pengenceran sebelumnya adalah < 2
maka hasilnya dirata-rata. Namun jika hasilnya ≥ 2, maka
menggunakan jumlah mikroba dari hasil pengenceran
sebelumnya (pengenceran terkecil).
2.5
Pengenceran Bertahap
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Pengenceran bertahap adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan
konsentrasi (jumlah koloni, organisme, bakteri, atau virus) dari sampel yang tidak
diketahui dengan menghitung jumlah koloni yang dikultur dari pengenceran bertahap
sampel kemudian melacak kembali jumlah yang diukur pada konsentrasi yang tidak
diketahui [10]. Pengenceran juga digunakan untuk menumbuhkan koloni mikroba atau
bakteri yang terbatas dan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel [3].
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Azzahra dkk., (2021) dapat
disimpulkan bahwa jumlah koloni bakteri berbanding terbalik dengan tingkat
pengenceran di mana jumlah koloni bakteri semakin berkurang saat tingkat
pengencerannya tinggi karena jumlah koloni yang tersebar pada tiap sampel berdasarkan
pada prinsip pengenceran, yaitu semakin tinggi faktor pengenceran semakin rendah
jumlah koloni bakteri, sedangkan semakin rendah faktor pengenceran maka semakin
tinggi jumlah bakteri [11].
3.0
3.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
3.2
1.
2.
3.
4.
5.
3.3
3.3.1
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Sumbat kapas
Kertas sampul coklat
Alkohol 70%.
Petridish steril
Pipet ukur steril
Karet penghisap
Mikropipet
Blue tip
Beaker glass
Kawat ose
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Erlenmeyer
Pengaduk batang L steril
Bunsen
Bahan
Media Nutrient Broth Agar (NBA) steril yang masih kondisi hangat cair.
Media Nutrient Broth Agar (NBA) steril yang sudah memadat.
Suspensi bakteri
Biakan mikroba dalam media miring (tabung reaksi)
Aquades steril
Variabel Percobaan
Variabel Bebas
Variabel bebas pada percobaan ini adalah jenis mikroba yang digunakan yaitu
saccharomyces cerevisae dan escherichia coli, pengenceran dengan skala 10-1, 10-2, 10-3,
10-4,10-5, 10-6
3.3.2
Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada percobaan ini adalah jumlah pengambilan larutan suspense
sebanyak 1 ml untuk melakukan pengenceran bertingkat dan dimasukkan ke dalam
petridish, penambahan nutrient broth sebanyak 10 ml untuk ditambahkan ke petridish.
3.3.3
Variabel Terikat
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Variabel terikat pada percobaan ini adalah banyaknya jumlah koloni bakteri yang
terbentuk setelah proses inkubasi
3.4
Metode Percobaan
3.4.1
Tahap Persiapan
1.
Ambil 6 tabung reaksi dan beri label No. 1-6
2.
Isi setiap tabung reaksi dengan 9 mL aquades
3.
Ambil 1 mL suspensi bakteri dengan micropipet dan masukkan ke tabung reaksi
no. 1 kemudian kocok dengan vortex
4.
Ambil 1 mL larutan di Tabung reaksi No. 1 dan masukkan ke tabung reaksi No. 2
kemudian kocok dengan vortex
5.
Ambil 1 mL larutan di tabung reaksi No. 2 dan masukkan ke tabung reaksi No. 3
kemudian kocok dengan vortex
6.
Ambil 1 mL larutan di Tabung reaksi No. 3 dan masukkan ke tabung reaksi No. 4
kemudian kocok dengan vortex
7.
Ambil 1 mL larutan di tabung reaksi No. 4 dan masukkan ke tabung reaksi No. 5
kemudian kocok dengan vortex
8.
Ambil 1 mL larutan di tabung reaksi No. 5 dan masukkan ke tabung reaksi No. 6
kemudian kocok dengan vortex
3.4.2 Tahap Percobaan
1.
Ambil 5 petridish dan beri label no. 1-5
2.
Ambil 1 mL larutan dari tabung reaksi No. 1 dan tuang ke petridish No 1
3.
Ambil 1 mL larutan dari tabung reaksi No. 2 dan tuang ke petridish No 2
4.
Ambil 1 mL larutan dari tabung reaksi No. 3 dan tuang ke petridish No 3
5.
Ambil 1 mL larutan dari tabung reaksi No. 4 dan tuang ke petridish No 4
6.
Ambil 1 mL larutan dari tabung reaksi No. 5 dan tuang ke petridish No 5
7.
Kemudian tuangkan media agar cair ke petridish No. 1
8.
Putar petridish No. 1 searah jarum jam kemudian putar berlawanan arah jarum
jam, lalu putar petridish membentuk angka 8.
9.
Lakukan Langkah 7-8 untuk petridish No. 2-5.
10.
Setelah media agar telah beku, bungkus petridish No. 1-5 menggunakan kertas
coklat.
11.
Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37 oC (sesuai dengan jenis mikroba) dengan
posisi petridish terbalik.
12.
Lakukan pengamatan.
3.4.3 Tahap Analisa
1.
Tentukan nilai pengenceran pada setiap tabung reaksi.
2.
Ambil foto setiap petridish setelah inkubasi.
3.
Hitung jumlah koloni pada setiap petridish.
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Gambar 1. Skema Alat Percobaan
4.0 Hasil dan Pembahasan
Upaya untuk meisahkan satu jenis mikroba dari lingkungannya yang
mengandung campuran mikroba lain dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan disebut sebagai metode isolasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
kultur murni yang diinginkan tanpa kontaminasi mikroba lainnya [12]. Ada beberapa cara
untuk memperoleh hasil biakan murni yakni dengan metode cawan tuang dan cawan
sebar. Pada percobaan ini, proses isolasi bakteri diamati berdasarkan metode cawan tuang
atau pour plate. Metode cawan tuang adalah teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri dalam media padat (agar) dengan cara mencampurkan media yang masih cair
dengan stok kultur bakteri, sehingga koloni bakteri akan tersebar secara merata pada
media agar. Tujuan digunakannya metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
mengisolasi mikroorganisme dengan menggunakan metode cawan tuang serta
menghitung jumlah sel mikroorganisme dari hasil inokulasi yang dilakukan.
Prosedur dilakukan dengan proses preparasi sampel yang dilakukan di dalam
ruang yang aseptic, yaitu Laminar Air Flow (LAF) yang merupakan alat untuk bekerja
secara aseptic. Hal ini dikarenakan alat tersebutmemiliki pengaturan dan aliran udara
sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan [13].
Selanjutnya tahap preparasi sampel dilakukan dengan mengecerkan sampel dengan
perbandingan penggunaan sampel dan pelarutnya adalah 1:9. Perbandingan ini bertujuan
agar pengenceran pertama hingga selanjutnya akan didapatkan 1/10 sel mikroorganisme
dari pengenceran sebelumnya [14]. Selanjutnya pengenceran dilakukan secara bertingkat
yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan bakteri, pengenceran bertingkat diawali
dengan pengambilan 1 ml sampel dari larutan induk yang telah dibuat kemudian
diencerkan di dalam tabung reaksi dengan larutan pengencer sebanyak 9 ml. Selanjutnya
larutan sampel dihomogenkan secara vortex, dilanjutkan dengan mengambil 1 ml sampel
dari tabung reaksi pertama untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi dua dan diencerkan
kembali dengan larutan pengencer sebanyak 9 ml. Langkah yang sama kemudian terus
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
dilakukan secara berulang dengan sehingga diperoleh pengenceran 10-6. Pengenceran 106
dilakukan berdasarkan prinsip faktor pengenceran yang menyatakan bahwa semakin
tinggi faktor pengenceran maka semakin rendah jumlah koloni mikroba sehingga akan
mempermudah dalam proses pengamatan nantinya [15].
Setelah pengenceran sampel bertingkat selesai, langkah selanjutnya yaitu
memindahkan mikroorganisme menggunakan metode cawan tuang. Pertama-tama
siapkan lima petridish kosong, kemudian larutan sampel dari tabung reaksi ke-2 diambil
sebanyak 1 ml untuk dipindahkan ke dalam petridish pertama, berikutnya dilanjutkan
dengan menuangkan sebanyak 10 ml nutrient broth cair ke dalam petridish, begitu pula
untuk proses penuangan selanjutnya, petridish ke-2 diisi dengan larutan sampel dari
tabung reaksi ke-3 dan ditambahkan nutrient broth cair ke dalamnya dengan jumlah yang
sama. Setelah kelima petridish telah terisi dengan suspensi bakteri dan nutrient broth,
proses homogenisasi keduanya dilakukan dengan memutar petridish sesuai arah jarum
jam, berlawanan arah jarum jam, dan mengikuti pola angka delapan. Hal ini dilakukan
untuk memungkinkan terjadinya kontak antara mikroorganisme dengan substrat atau
media nutrient broth yang efektif [16]. Setelah media memadat, petridish dibungkus
menggunakan kertas coklat atau aluminium foil. Selain itu, pada saat inkubasinya,
petridish diletakkkan secara terbalik agar tutup petridish dapat terhindar tetesan dari uap
air hasil penguapan media selama inkubasi berlansung, sehingga proses pengamatan akan
menjadi lebih mudah [17]. Selanjutnya inkubasi dilakukan dalam suhu 37oC dengan
rentang waktu 24 jam, 96 jam, dan 120 jam hingga pada akhirnya didapatkan data
pengamatan sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut :
Tabel 4.0.1 Hasil Pengamatan BakteriPengenceran
Jenis
Waktu
Bakteri
Pengamatan
10
10
10
10
10
-2
E. Coli
24 jam
Terbentuk
gumpalan
koloni
yang
saling
menempel
, menjadi
satu
sehingga
sulit
diamati
-3
Koloni
bakteri
terlihat
masih
saling
menempel
dengan
satu sama
lain.
-4
Koloni
bakteri
mulai
terlihat
jelas,
karena
jaraknya
yang
mulai
saling
merengga
ng
-5
Jarak
antara
koloni
sudah
semakin
melebar
sehingga
bakteri
mulai
terlihat
jelas
-6
Koloni
yang
tampak
jelas
mengala
mi
penamb
ahan
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
96 jam
120 jam
Saccharomy
ces
24 jam
Koloni yang
tumbuh
tampak
sama
dengan
pengamatan
pertama
yaitu sulit
untuk
diamati
Tumbuh
koloni
bakteri yang
sama dari
pengamatan
kedua yang
masih sulit
untuk
diamati
Koloni
yang
terdapat
pada
petridish
masih
sulit
untuk
diamati
dengan
jelas
koloni
bakteri
masih
cukup
sulit
untuk
diamati
koloni
Koloni
bakteri masih bakteri
belum
mulai
tterlalu
terlihat
terlihat
dari
permukaa
n
Koloni
bakteri
sudah
terlihat
jelas
dan
mudah
untuk
diamati
Koloni
bakteri
sudah
mulai
terlihat
dengan
jelas, sama
seperti
pengalama
n
sebelumya
Koloni
bakteri
dapat
terlihat
jelas
seperti
pengam
atan
pada
hari
sebelum
nya
Koloni bakteri
yang terdapat
dalam
petridish
sudah terlihat
Koloni
bakteri
sudah
terlihat
cukup
jelas
Sama
seperti
pengam
atan
kedua,
koloni
bakteri
tampak
jelas dan
Koloni yang
terlihat dan
dapat
diamati
mengalami
penambahan
jumlah
Koloni
bakteri
tampak
semakin
banyak
dan
mudah
teramati
Koloni
sudah
terlihat
denga
n
sangat
jelas
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
96 Jam
120 jam
4.1
Koloni yang
terlihat dan
dapat
diamati
mengalami
penambahan
jumlah
Koloni
yang
terlihat dan
dapat
diamati
mengalami
penambaha
n jumlah
Koloni
yang
terlihat dan
dapat
diamati
mengalami
penambaha
n jumlah
Jumlah
koloni
bakteri sama
dengan
pengamatan
kedua,
yakni sulit
untuk
diiamati
Koloni
bakteri
masih sulit
untuk
diamati
koloni
bakteri
mulai
terlihat
banyak
dan
sedikit
bisa
diamati
Koloni Koloni
yang
yang
terlihat terlihat
dan
dan
dapat
dapat
diamati diamati
mengala mengala
mi
mi
penamb penamb
ahan
ahan
jumlah jumlah
Adanya
penamb
ahan
jumlah
koloni
bakteri
yang
terlihat
dari
permuk
aan
Koloni
bakteri
sudah
tampak
terlihat
sangat
jelas dan
mudah
diamati
Analisa Hasil Pengamatan Bakteri Escherichia coli
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bakteri Escherichia coli, didapatkan hasil
percobaan yang menunjukan adanya peningkatan jumlah koloni bakteri yang terlihat
setelah proses pengenceran bertingkat dilakukan, pada pengenceran pertama jumlah
koloni bakteri yang terbentuk masih belum bisa diteliti dengan jelas dan dihitung karena
masih berbentuk gumpalan suspensi selanjutnya setelah dilakukan pengenceran yang ke5 diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perluasan jarak antar koloni bakteri sehingga
bakteri menjadi lebih mudah untuk diamati dan terlihat seolah mengalami penambahan
jumlah. Jika diamati berdasarkan waktunya pada jam ke-24 hingga jam ke-120 tidak
terdapat perubahan yang begitu signifikan, hal ini dikarenakan pertumbuhan Escherichia
coli yang semakin menurun seiring bertambahnya waktu.
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rosmania dan Yanti yang
membahas mengenai fase kehidupan dari bakteri Escherichia coli diperoleh data yang
menunjukan fase lag atau adaptasi Escherichia Coli yang dinyatakan pada jam ke-0
hingga jam ke-3 yang memberikan arti bahwa bakteri mengalami pertumbuhan yang baik,
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan Kurniati, dinyatakan bahwa bakteri
pathogen E.coli dapat tumbuh pada suhu 7oC—44oC dan tumbuh lebih optimal pada suhu
37oC dengan pH optimum 7—7,5[18]. Hal ini telah sesuai dengan pengondisian media
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
pada awal percobaan yang menggunakan variabel kontrol berupa suhu sebesar 37oC yang
disesuaikan dengan kebutuhan bakteri E.coli untuk mendukung kehidupannya. Akan
tetapi, pada fase kehidupan selanjutnya, Escherichia coli akan mengalami fase log atau
eksponensial pada jam ke-3 sampai jam ke-18. Lalu diakhiri dengan fase kematian
Escherichia coli yaitu setelah jam ke-18 [19].
Dengan demikian, hasil percobaan ini telah sesuai dengan alur fase hidup bakteri
Escherichia coli yang mengalami pertumbuhan pada jam ke-3 hingga ke-18 dan kematian
pada jam ke-18 sehingga dapat dikatakan bahwa masa hidup E.coli kurang dari jam ke24 sehingga pada jam-jam berikutnya seperti jam ke-96 dan jam ke-120 bakteri E.coli
tidak lagi mengalami pertumbuhan atau penambahan pada jumlah koloni.
Salah satu keterbatasan dari percobaan ini adalah tidak menunjukkan jumlah
bakteri yang sebenarnya, karena perhitungan hanya berdasarkan oleh kumpulan sel
bakteri yang dapat salah terhitung sebagai koloni tunggal, selain itu, proses perhitungan
dari koloni bakteri ini juga masih dilakukan secara manual karena tidak adanya alat
Colony Counter yang dapat digunakan untuk mempermudah proses perhitungan. Oleh
karena itu pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengamatan dengan
bantuan Colony Counter untuk mempermudah proses perhitungan [4].
4.2
Analisa Hasil Pengamatan Bakteri Saccharomyces Cerevisae
Berdasarkan hasil pengamatan mikroorganisme Saccharomyces Cerevisae,
diperoleh data yang menunjukan adanya peningkatan jumlah koloni bakteri yang terlihat
setelah proses pengenceran bertingkat dilakukan, pada pengenceran pertama jumlah
koloni bakteri yang terbentuk belum bisa diteliti dengan jelas dan dihitung, dan
mengalami peningkatan setelah pengenceran yang ke-5. Hasil peningkatan ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengencerannya maka jumlah koloni bakteri
yang dapat teramati semakin meningkat. Hal ini dikarenakan proses pengenceran
membantu dalam mengurangi kepadatan koloni bakteri sehingga jarak antar koloni
bakteri yang terbentuk akan semakin merenggang dan mempermudah dalam proses
pengamatannya, membuat bakteri terlihat lebih mudah untuk diamati [8].
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Azzahra telah diperoleh
data yang menunjukkan bahwa proses pengenceran bertingkat yang diulang hingga
pengenceran ke 10-6 telah berhasil mengurangi kepadatan koloni bakteri yang terbentuk
[11]. Alasan ini kemudian diperkuat oleh penelitian lainnya dari Mursalim yang
menyebutkan bahwa tujuan pengenceran adalah untuk mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme di mana apabila pengenceran tidak dilakukan, maka pertumbuhan koloni
bakteri yang terbentuk akan tumpang tindih atau saling menumpuk sehingga akan
menyulitkan dalam proses perhitungan jumlah koloni [20].
Sementara itu, apabila diamati berdasarkan waktunya, tidak terdapat perubahan
yang begitu signifikan dari jam ke-24 hingga jam ke-120, hal ini dikarenakan
pertumbuhan Saccharomyces Cerevisae yang semakin menurun seiring bertambahnya
waktu. Sesuai dengan teori yang ada, hal ini dapat diakibatkan oleh waktu inkubasi yang
sudah melewati batas maksimal sehingga sel mengalami fase kematian [21]. Menurut
Khofiya, fase hidup Saccharomyces Cerevisae di dapatkan hasil yang menunjukkan
pertumbuhan sel pada jam ke-18 hingga jam ke-42 yang disebut sebagai fase lag di mana
pada fase ini sel mengalami pertumbuhan yang signifikan karena telah mampu
beradaptasi dengan mediumnya. Kemudian pada jam ke-48 hingga jam ke-60
pertumbuhan saccharomyces cerevisae memasuki fase stasioner, yang menunjukkan
tidak adanya pertumbuhan sel secara signifikan, selanjutnya pada jam ke-66 hingga ke-
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
72 jumlah sel mulai mengalami penurunan yang menandakan bahwa sel saccharomyces
cerevisae telah mengalami fase kematian[22].
Hasil percobaan ini telah membuktikan bahwa proses pengenceran bertingkat
adalah metode yang dapat diandalkan untuk mengurangi kepadatan populasi dalam media
dan memudahkan dalam melakukan perhitungan [19]. Serta telah membuktikan
kebenaran mengenai dari teori 4 fase pertumbuhan sel di mana pada fase lag, bakteri
memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, kemudian fase
pertumbuhan eksponensial adalah fase pertumbuhan secepat mungkin. Lalu fase stasioner
yaitu fase di mana tidak adanya pertumbuhan. Akan tetapi, meskipun secara stasioner
tidak ada pertumbuhan fase, bakteri terus bertambah banyak sementara beberapa terus
mati. Hal ini dikarenakan oleh menipisnya nutrisi penting, dan adanya substrat beracun.
Fase terakhir adalah fase kematian. Dalam fase kematian, nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri terpenuhi seluruhnya terpakai [23].
Keterbatasan dalam percobaan ini yaitu masih adanya sebagian koloni yang
berkerumun pada media padat, sehingga untuk membuktikan bahwa metode ini telah
menjamin kemurnian dari bakteri tersebut diperlukan peningkatan suhu inkubasi untuk
mengurangi produksi "lendir" di antara anggota kumpulan mikroba yang diuji [24]
dengan memahami dan mampu mengatasi keterbatasan ini, diharapkan proses percobaan
isolasi mikroorganisme dengan metode cawan tuang dapat dioptimalkan lagi untuk
menghasilkan hasil yang membuktikan kebenaran teori yang telah ada.
5.0
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
metode cawan tuang atau pour plate adalah teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri dalam media padat (agar) dengan cara mencampurkan media yang masih cair
dengan stok kultur sel, sehingga koloni bakteri akan tersebar secara merata pada media
agar. Kemudian metode cawan tuang juga erat kaitannya dengan pengenceran bertingkat.
Karena pengenceran bertingkat dapat membantu mengurangi kepadatan sel pada sampel
sehingga pengamatan dan perhitungan sel dalam sampel dapat lebih mudah dilakukan.
Akan tetapi, pertumbuhan mikroorganisme juga akan sangat terpengaruh oleh fase
kehidupan mikroorganisme tersebut. Apabila mikroorganisme telah mengalami fase
kematian maka pertumbuhan mikroorganisme akan terhenti seperti pada sampel
Escherichia coli dan Saccharomyces cerevisae yang berhenti mengalami peningkatan
jumlah setelah jam ke-24.
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Daftar Pustaka
[1]
M. Parapouli, A. Vasileiadis, A. S. Afendra, And E. Hatziloukas, “Saccharomyces Cerevisiae
And Its Industrial Applications,” Aims Microbiology, Vol. 6, No. 1. Aims Press, Pp. 1–31, 2020.
Doi: 10.3934/Microbiol.2020001.
[2]
D. Artati Dan Moh Oman, “Evaluasi Penggunaan Petrifilm Aerobic Count Plate (Pacp) Pada
Pengujian Angka Lempeng Total (Alt) Di Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset Pemuliaan Ikan
Sukamandi,” Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, Vol. 16, No. 1, Pp. 5–9, 2018.
[3]
A. N. Kadri, K. Tono, P. Gelgel, I. Gusti, And K. Suarjana, “Perbedaan Cara Penyebaran Suspensi
Terhadap Jumlah Bakteri Pada Media Eosin Methylene Blue Agar (Difference Method To Total
Bacteria Spreading In Suspension Emba Media),” Indonesia Medicus Veterinus Juni, Vol. 4, No.
3, Pp. 205–212, 2015.
[4]
Y. S. Kurniawan, P. Ariami, And Rohmi, “Si Pinter Sebagai Alat Penghitung Koloni Bakteri
Penunjang Laboratorium Mikrobiologi,” Jurnal Biotek, Vol. 11, No. 1, Pp. 87–97, 2023.
[5]
I. Terrones-Fernandez Et Al., “Improvement Of The Pour Plate Method By Separate Sterilization
Of Agar And Other Medium Components And Reduction Of The Agar Concentration,” Microbiol
Spectr, Vol. 11, No. 1, Feb. 2023, Doi: 10.1128/Spectrum.03161-22.
[6]
R. F. Jufri, “Microbial Isolation,” Journal La Lifesci, Vol. 1, No. 1, Pp. 18–23, 2020.
[7]
O. I. Angelia, “Penggunaan Metode Cawan Tuang Terhadap Uji Mikroba Pada Tepung Kelapa
(Use Of Pour Plate Methods On Microbial Test On Coconut Flour),” Journal Agritech Of Science,
Vol. 4, No. 1, Pp. 43–51, 2020.
[8]
N. H. Laili, I. W. Abida, And A. S. Junaedi, “Nilai Total Plate Count (Tpc) Dan Jumlah Jenis
Bakteri Air Limbah Cucian Garam (Bittern) Dari Tambak Garam Desa Banyuajuh Kecamatan
Kamal Kabupaten Bangkalan,” Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, Vol. 3, No. 1,
Pp. 26–31, Feb. 2022, Doi: 10.21107/Juvenil.V3i1.15075.
[9]
E. Soesetyaningsih And Azizah, “Akurasi Perhitungan Bakteri Pada Daging Sapi Menggunakan
Metode Hitung Cawan (Calculation Accuracy Of Bacterical In Beef Meat Using Total Plate Count
Method),” Berkala Sainstek , Vol. 8, No. 3, Pp. 75–79, 2020.
[10]
A. Ben-David And C. E. Davidson, “Estimation Method For Serial Dilution Experiments,” J
Microbiol Methods, Vol. 107, Pp. 214–221, Dec. 2014, Doi: 10.1016/J.Mimet.2014.08.023.
[11]
S. C. Azzahra, Y. Effendy, And S. Slamet, “Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Asal Tanah Desa Akar-Akar,
Lombok Utara,” Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, Vol. 6, No. 2, P. 70, Sep.
2021, Doi: 10.36722/Sst.V6i2.662.
[12]
E. N. Taib, H. Maya, R. Shabirah, D. Fadilah, And R. Siregar, “Isolasi Dan Identifikasi Mikroba
Pada Tanah Bekas Pertumbuhan Bawang Merah (Allium Cepa L.) Isolation And Identification
Of Microorganisms From Onion-Used Soil (Allium Cepa L.),” Jurnal Biologi Edukasi Edisi, Vol.
15, No. 2, Pp. 96–104, 2023.
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
[13]
N. M. Dewi, Wigayanti, P. Fatmawati, R. Visca, J. Suriawati, And R. S. Rahmawati, “Analisa
Cemaran Bakteri Jamu Beras Kencur Sediaan Cair Dengan Metode Angka Lempeng Total,”
Jurnal Serambi Engineering, Vol. 7, No. 4, Pp. 4059–4064, 2022.
[14]
E. D. Tyas, N. Widyorini, And A. Solichin, “Perbedaan Jumlah Bakteri Dalam Sedimen Pada
Kawasan Bermangrove Dan Tidak Bermangrove Di Perairan Desa Bedono, Demak,” Journal Of
Maquares,
Vol.
7,
No.
2,
Pp.
189–196,
2018,
[Online].
Available:
Https://Ejournal3.Undip.Ac.Id/Index.Php/Maquares
[15]
F. Hardianti And Sukmawati, “Analisis Total Plate Count (Tpc) Mikroba Pada Ikan Asin Kakap
Di Kota Sorong Papua Barat,” Jurnal Biodjati, Vol. 3, No. 1, P. 72, 2018, [Online]. Available:
Http://Journal.Uinsgd.Ac.Id/Index.Php/Biodjati
[16]
D. Adelia And S. Santosa, “Pengaruh Pengadukan Terhadap Proses Pembuatan Biogas,” Distilat
Jurnal Teknologi Separasi , Vol. 6, No. 2, Pp. 468–475, 2020, [Online]. Available:
Http://Distilat.Polinema.Ac.Id
[17]
I. N. Handayani, M. Moenir, S. I. Nanik, And M. R. Awaludin, “Isolasi Bakteri Heterotrofik
Anaerobik Pada Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil Isolation Of Anaerobic Heterotrophic
Bacteria In Textile Industry Waste Water Treatment,” Jurnal Riset Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri, Vol. 7, No. 1, Pp. 37–44, 2016.
[18]
E. Kurniati, V. T. Huy, F. Anugroho, A. A. Sulianto, N. Amalia, And A. R. Nadhifa, “The Effect
Of Ph And Temperature On Desinfection Process Using Microbubble And Pressurized Carbon
Dioxide,” Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, Vol. 10, No. 2, Pp. 247–256,
2020, Doi: 10.29244/Jpsl.10.2.247-256.
[19]
Rosmania And F. Yanti, “Perhitungan Jumlah Bakteri Di Laboratorium Mikrobiologi
Menggunakan Pengembangan Metode Spektrofotometri,” Jurnal Penelitian Sains, Vol. 22, No.
2, Pp. 76–86, 2020, [Online]. Available: Http://Ejurnal.Mipa.Unsri.Ac.Id/Index.Php/Jps/Index
[20]
Mursalim, “Pemeriksaan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Minuman Sari Kedelai Yang
Diperjualbelikan Di Kecamatan Manggala Kota Makassar,” Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol.
1, No. 1, 2018.
[21]
Y. Jiwintarum, M. W. Diarti, And B. L. Zaeniati, “Variasi Suhu Inkubasi Mempengaruhi Jumlah
Sel Vegetatif Dan Spora Bacillus Sphaericus Incubation Temperature Variation Affecting The
Number Of Vegetative Cells And Spora Bacillus Sphaericus,” Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 15,
No. 1, Pp. 76–83, 2021, Doi: 10.33860/Jik.V15i1.415.
[22]
Z. N. Khofiya, R. Winarsa, And K. Muzakhar, “Hidrolis Kulit Buah Kopi Oleh Kapang
Pestalotiopsis Sp. Vm 9 Serta Pemanfaatan Hidrolisatnya Sebagai Medium Produksi Protein Sel
Tunggal Saccharomyces Cerevisiae (Hydrolysis Coffea Pulp Using Extracelluler Enzymes Of
Pestalotiopsis Sp. Vm 9 And Utilization Of Protein Hydrolysis For Medium Production Single
Cell Saccharomyces Cerevisiae),” Berkala Sainstek , Vol. 7, No. 1, Pp. 19–23, 2019.
[23]
M. Muloiwa, S. Nyende-Byakika, And M. Dinka, “Comparison Of Unstructured Kinetic Bacterial
Growth Models.,” S Afr J Chem Eng, Vol. 33, Pp. 141–150, Jul. 2020, Doi:
10.1016/J.Sajce.2020.07.006.
[24]
Lenhart T. And Gorsuch J., “Incubation Temperature And Culture Medium Formulation Impact
The Accuracy Of Pour-Plate Techniques For The Enumeration Of Industrial Bacillus
Assemblages,” J Microbiol Methods, 2021
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Laporan Sementara
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Lembar Revisi
Modul
: Isolasi Mikroorganisme Dengan Metode Cawan Tuang (Pour
Plate)
Kelompok
: 6A
Tanggal Percobaan
: 16 Mei 2024
Tanggal
Tanggal
Keterangan
revisi
kembali
- Menambah sitasi mengenai alasan pengenceran
hingga 10-6 pada pembahasan
- Memparafrase kata-kata definitif
- Membuat sub-bab yang membahas hasil
pengamatan Saccharomyces cerevisae dan
5 Juni 2024
11 Juni 2024
Escherichia coli secara terpisah
- Menambahkan gambar pada tabel
- Menambahkan tentang fase hidup dalam
kesimpulan
- Merevisi bagian kesimpulan dalam abstrak agar
lebih general
- Merevisi format pembahasan sesuai urutan,
15 Juni 2024
17 Juni 2024
kesimpulan terlebih dahulu lalu keterbatasan
- Merevisi latar belakang
Surabaya, 5 Juni 2024
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
( Nari Dzakirah Kayana)
Jurnal Mikrobiologi
2024, Vol. 6, No. 6
Download