TES KRAEPELIN SEJARAH Diciptakan oleh Emil Kraepelin di Jerman (18561926) Ia seorang psikiater dan pernah menjadi murid Wilhelm Wundt Dasar pemikirannya adalah adanya perbedaan dari faktor-faktor yang khas pada proses sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Konsep tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan kekacauan psikiatrik pada manusia SEJARAH Salah satu tes yang disusun adalah tes simple arithmetic yang digunakan untuk mengukur practice effect, memory dan hal lainnya yang berhubungan dengan kelelahan dan distraction. Tes inilah yang kemudian dikenal dengan nama Tes Kraepelin, yang pada awalnya merupakan tes kepribadian dan dalam perkembangannya telah berubah menjadi tes bakat (dengan mengubah cara skoring dan interpretasi). 3 3 6 3 2 3 9 9 23 15 7 16 √ 8 5 6 11 2 7 1 6 9 5 6 6 7 5 9 6 30 √ 7 9 7 6 1 1 7 7 6 2 √ 6 2 4 1 5 6 4 7 2 Tes Kraepelin sebagai Tes Bakat Yaitu untuk mengukur maximum performance seseorang. Untuk itu tekanan skoring dan interpretasinya didasarkan pada hasil tes secara objektif bukan proyektifnya. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan dasar-dasar faktor-faktor bakat yang terkandung di dalamnya. yaitu : a. faktor kecepatan b. faktor ketelitian c. faktor keajegan d. faktor ketahanan Gambaran Aspek-aspek Kecepatan kerja : kemampuan bekerja dengan cepat, sistematis dan dengan tempo yang teratur Ketelitian kerja : kemampuan untuk bekerja dengan detil, cermat dan menyeluruh Ketahanan kerja :kemampuan untuk mempertahankan kinerja saat dihadapkan pada tekanan dan dibatasi oleh waktu Keajegan kerja : kemampuan untuk mempertahankan ritme kerja Tes Kraepelin Menurut Guilford, penjumlahan angka-angka satuan ini bila ditinjau dari fungsi mental tergolong dalam convergent thinking. Namun bila ditinjau dari jenis aitemnya, tergolong dalam faktor numerical facility yaitu kecakapan untuk menggunakan angka dengan cepat dan teliti. Hasil perhitungan dalam mengerjakan tes ini menurut Freeman sangat dipengaruhi oleh faktor sensory perception dan motor response. Tes Kraepelin Menurur Anastasi dengan mengutip pendapat dari Thurstone, menyatakan bahwa aitem dalam tes Kraepelin mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number, dimana di dalamnya terdapat kecakapan untuk menghitung simple arithmetic dengan cepat dan teliti. Tes Kraepelin Menurut Spearman, aspek-aspek yang diungkap dalam Tes Kraepelin dapat dianggap sebagai pernyataan dari energi mental (yaitu yang mengandung unsur-unsur kecepatan, ketelitian, keajegan dan ketahanan), sehingga dapat mengukur secara optimum apa yang telah dicapai individu untuk dirinya dalam keadaan fungsi mental yang normal. Perkembangan Tes Kraepelin di Indonesia Sudah lama digunakan di berbagai kalangan (ABRI, maupun perusahaan– terutama untuk seleksi dan penempatan pekerjaan, atau bahkan digunakan sebagai tes kepribadian) Bentuk dan ukuran tes telah distandardisasikan, namun prinsip yang digunakan masih sama. Penelitian Tes Kraepelin Arif Wangsa (1965) melakukan penelitian terhadap karyawan di berbagai perusahaan di Yogyakarta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat meyakinkan antara Tes Kraepelin dengan kecepatan kerja, ketelitian kerja, keajegan kerja dan ketahanan kerja pada kenyataannya. Darochim Effendi (1966) melakukan penelitian terhadap karyawan di Perusahaan Kertas Negara Blabak Magelang. Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif dan meyakinkan antara tes Kraepelin dengan prestasi kerja karyawan Penelitian Tes Kraepelin Tukul Santosa (1967) yang mengukur tentang reliabilitas tes kraepelin dengan sampel karyawan perusahaan kertas negara Blabak Magelang. Dari keempat faktor yang diukur, menunjukkan tingkat reliabilitas di atas 0,600. Banyak penelitian lainnya yang dilakukan untuk menentukan standardisasi norma tes kraepelin. Penelitian Tes Kraepelin Beberapa di antaranya adalah : 1. Darokah (1967) yang menyusun norma tes untuk siswa SMA di Yogyakarta 2. Sukarti, dkk (1975) menyusun norma tes kraepelin berdasarkan umur, khusus pada subjek yang berusia 15 tahun ke atas (di Yogyakarta) 3. Atamimi (1980-1981) menyusun norma tes untuk siswa SMK, tahun 1982 menyusun norma tes dengan menggunakan sampel sarjana yang baru lulus dari jurusan ilmu sosial dan eksakta dan ilmu pengetahuan alam dan pada tahun 1983, menyusun norma untuk siswa SMA jurusan IPA dan IPS. Penelitian Tes Kraepelin 4. Koentjoro (1984) menyusun norma dengan subjek sarjana muda dan akademi dan universitas yang baru lulus dari jurusan ilmu sosial, ilmu alam dan eksakta. Tujuan penggunaan Seleksi Promosi Mutasi Pendidikan Klinis Ataupun bidang lain sesuai dengan kepentingannya PELAKSANAAN TES KRAEPELIN ALAT YANG DIBUTUHKAN : 1. 2. 3. 4. Lembar soal tes kraepelin Stopwatch Pena atau pensil (disarankan siapkan cadangan) Meja yang cukup luas untuk membuka lebar lipatan tes kraepelin 5. Kursi 6. Papan tulis dan spidol untuk memberikan contoh mengerjakan tes Bentuk yang tersedia Berupa satu lembar kertas double kuarto memanjang bolak-balik yang terdiri dari 4 halaman. Halaman 1 untuk menuliskan identitas, halaman 2-3 berisi soal dan halaman 4 untuk skoring dan interpretasi. Sifatnya habis pakai Tes berujud angka-angka sederhana (dari 1-9) Waktu penyajian Pengisian identitas : 4 menit Instruksi : 2 menit Latihan : 1 menit Mengerjakan soal : 12 menit 30 detik Total waktu yang dibutuhkan lebih kurang 20 menit Setiap deret diberi waktu 15 detik (sampai 50 deret) PELAKSANAAN TES KRAEPELIN PROSEDUR PELAKSANAAN TES 1. Bagikan kepada testee lembar tes kraepelin 2. Testee diminta untuk mengisi identitas dengan lengkap pada tempatnya di halaman depan dan katakan untuk tidak membuka lembaran tes sebelum ada perintah lebih lanjut 3. Pada saat testee mengisi identitas, kutiplah CONTOH soal tes kraepelin secara persis di papan tulis 4. Apabila testee telah selesai mengisi identitas pribadi dengan lengkap, dan CONTOH soal sudah dikutip secara persis maka katakan : PELAKSANAAN TES KRAEPELIN “PERHATIKAN KEMARI” , kemudian berikan instruksi berikutnya : “Dalam tes ini, anda akan menghadapi kolom-kolom yang terdiri dari angkaangka. Tugas anda adalah : a. Menjumlahkan tiap-tiap angka dengan satu angka di atasnya (beri contoh dengan mengutip 10 angka terbawah pada kolom pertama latihan). Jadi anda kerjakan dari bawah ke atas. 3 3 6 3 2 3 9 9 23 15 7 16 √ 8 5 6 11 2 7 1 6 9 5 6 6 7 5 9 6 30 √ 7 9 7 6 1 1 7 7 6 2 √ 6 2 4 1 5 6 4 7 2 Prosedur pelaksanaan tes b. Dari penjumlahan itu, anda hanya menuliskan angka satuannya saja. Misalnya hasil penjumlahan 5 dengan 9 adalah 14, maka anda tulis angka 4-nya saja. Bila hasil penjumlahan itu sama dengan 10 maka yang anda tulis angka 0-ny saja. Angka satuan itu hendaknya anda tulis di sebelah kanan, tepat di antara kedua angka yang baru anda jumlahkan. c. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlah atau menulis, misalnya seharusnya 9 tetapi anda tulis 6, maka anda tidak perlu menghapus angka yang salah itu. Cukup anda coret saja angka yang salah itu atau anda pertebal angka yang benar (beri contoh). Prosedur pelaksanaan tes d. Setiap 15 detik, anda akan mendengar ketukan semacam ini (beri contoh ketukan). Pada saat ketukan itu, anda harus pindah ke kolom yang ada di sebelah kanannya. Mulailah lagi menjumlahkan angka-angka di kolom itu dari bawah ke atas. Demikian seterusnya. Jadi pada tiap ketukan anda harus cepat pindah ke kolom berikutnya. Tanpa berhenti dulu, jumlahkan angka-angka pada kolom tersebut. Prosedur pelaksanaan tes e. Anda hendaknya bekerja secepat-cepatnya dan seteliti mungkin f. Sebagai latihan, mari kita kerjakan contoh yang terdiri dari dua lajur angka yang terdapat pada lembaran tes. Mulai dari bawah, jumlahkan tiap angka dengan angka di atasnya. “ya…. Mulai !” (setelah 15 detik, beri ketukan). “Stop!” pindah kolom berikutnya !” (setelah 15 detik bunyikan ketukan) “ Ya…. Berhenti!” Prosedur pelaksanaan tes g. Setelah selesai mengerjakan contoh, periksa apakah tiap orang telah mengerjakannya dengan benar. kemudian katakan : “sudah paham semua?” “sekarang letakkan dahulu alat tulis anda. Anda buka kertas yang ada dihadapan anda. Bila saya beri tanda mulai, kerjakan kolom paling kiri, bila saya ketuk maka langsunglah pindah ke kolom berikutnya di sebelah kanannya dan seterusnya. “ “Siap…. Mulai ….!” (Waktu 15 detik perkolom, dan seluruhnya ada 50 kolom jadi total waktu yang dibutuhkan adalah 12 menit 30 detik) Tahapan skoring Tes Kraepelin Memeriksa seluruh hasil penjumlahan yang telah dikerjakan oleh testee. Caranya adalah : 1. Dihitung jumlah yang benar dari penjumlahan seetiap dua angka yang berurutan pada setiap jalur, tuliskan jumlahnya di bagian bawah tiap lajur. 2. Memberikan tanda pada setiap hasil penjumlahan yang salah, kemudian hitung jumlah kesalahannya. 3. Memberikan tanda pada setiap deret yang terlampaui, kemudian dijumlahkan untuk mengetahui seberapa banyak testee melompati deret angka yang sebenarnya harus dihitung. 4. Memindahkan jumlah kesalahan yang telah dibuat testee ke bagian yang bertuliskan sum of errors pada halaman belakang lembar jawaban. Pindahkan pula jumlah lompatan yang dibuat testee ke dalam sum of skipped. 5. Menjumlahkan sum of errors dengan sum of skipped, kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan norma sehingga diperoleh skor ketelitian kerja (tianker) 6. Memindahkan penjumlahan yang benar tiap-tiap lajur ke dalam grafik yang telah disediakan pada halaman belakang tes dengan cara memberikan tanda pada grafik. Angka-angka pada sumbu mendatar adalah angka untuk nomor lajur, sedangkan angka-angka pada sumbu tegak untuk jawaban yang benar. 7. Membuat grafik dengan menghubungkan tandatanda yang telah dibuat 8. Menyusun tabel distribusi frekuensi jumlah jawaban yang benar tiap lajur Tabel Distribusi Frekuensi Y f fY 11 9 99 10 12 110 9 15 135 8 8 64 7 5 35 6 1 6 ∑ = 50 ∑ = 449 9. Mencari skor kecepatan kerja (panker) dengan cara mencari rerata atau mean dari distribusi skor yang diperoleh testee pada ke-50 lajur (skor tiap lajur diperoleh dengan cara perhitungan no.1. rumusnya adalah Mean = ∑fY / 50 Y : jumlah jawaban yang benar pada tiap lajur 10. Mencari skor ketelitian kerja (tianker) dengan cara : Tianker = sum of errors + sum of skipped 11. Mencari skor keajegan kerja (janker) yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Berdasarkan range Yaitu dengan mengetahui jarak atau selisih antara hasil penjumlahan yang tertinggi dengan hasil penjumlahan yang terendah. Range = Yt – Yr Yt : jumlah jawaban benar tertinggi yr : jumlah jawaban benat terendah Cara ini dianggap kurang teliti dan merupakan cara kasar untuk menilai keajegan kerja b. Berdasarkan average deviation keajegan kerja dapat dicari setelah kita membuat tabel distribusi frekuensi dan telah menghitung reratanya. Setelah itu skor keajegan kerja dapat dicari dengan rumus : Av. Dev. = ∑fd / N d : deviasi nilai dari mean dalam harga mutlak f : frekuensi N : jumlah lajur 12. Mencari skor ketahanan kerja (hanker) dapat digunakan rumus persamaan linear. MY = a+bMX a = MY – b(MX) b = N.∑XY – (∑X).(∑Y) N.(∑X2).(∑X)2 M = mean Kemudian dari rumus ini dicari selisih antara nilai Y untuk X=50 dan untuk X=0 yang merupakan nilai ketahan kerja. Apabila selisih bertanda negatif artinya ketahan kerja menurun dan jika bertanda positif artinya ketahan kerja meningkat 13. Setelah angka untuk kecepatan, ketelitian, keajegan dan ketahan ankerja diperoleh kemudian dikonsultasikan ke dalam norma menurut kategorinya. Disini interpretasi tes telah dikerjakan.