Uploaded by pentagonhunter11

118-Article Text-232-1-10-20191029

advertisement
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
TEORI THRONDIKE DAN IMPLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Firliani1, Nur Ibad2, Nauval DH3,Iik Nurhikmayati4
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Majalengka
email : [email protected], [email protected]
3
[email protected], [email protected]
1,2,3,4
ABSTRAK
Teori thorndike disebut sebagai teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik sebagai
selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Teori
throndike dikenal dengan istilah “Teori Connectionism” yang merupakan hubungan antara stimulus dan
respon. Teori ini dikemukakan oleh Edward Lee Throndike, seorang ilmuwan behaviorisme sepanjang
sejarah. Pada konsep belajar matematika, teori throndike dianggap sesuai dan saling berkesinambungan.
Teori throndike menekankan siswa untuk banyak berlatih dan mencoba atau dikenal dengan istilah lain
“trial and error”. Melalui berlatih dan mencoba soal-soal matematika siswa dapat paham dan bisa
menyelesaikan soal dengan mudah. Pemahaman konsep dasar matematika merupakan acuan dalam
proses belajar, pemahaman yang baik akan memudahkan siswa dalam belajar matematika. Melalui
metode yang tepat, pemahaman konsep dasar harus diberikan sejak awal diperkenalkannya matematika.
Hal ini dikarenakan, konsep matematika memiliki keterkaitan dari jenjang pendidikan awal hingga
jenjang pendidikan lanjut. Dalam hal ini teori throndike dapat dijadikan metode pembelajaran untuk
guru dalam memberikan materi ajar. Pada artikel ini akan dipaparkan mengenai teori belajar Throndike
pada pembelajaran matematika dan implikasinya terhadap pembelajaran matematika dalam
meningkatkan pemahaman siswa.
kata kunci : implikasi, pembelajaran matematika, throndike.
PENDAHLUAN
Matematika merupakan ilmu yang pasti, dikenal dengan istilah “Quen Of Sience” yang
mempunyai arti bahwa matematika ialah ratunya semua ilmu pengetahuan. Matematika
merupakan mata pelajaran pokok yang ada pada tiap jenjangnya, mulai dari jenjang sekolah
dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Pada tiap jenjang
pendidikan, matematika saling
berkesinambungan antara materi satu dengan materi yang lainnya. Hal ini dikarena matematika
merupakan salah satu pelajaran yang harus dipelajari secara runtut dan terperinci.
Banyak orang berpendapat bahwa matematika itu pelajaran yang sulit untuk di pelajari
karena pelajaran matematika banyak rumus, teorema dan sebagainya. Hal demikian
mempengaruhi siswa generasi selanjutnya yang akan terpengaruh dengan berpendapat yang
sama mengenai matematika. Secara tidak langsung mereka membuat pengaruh yang negatif
yang belum dicoba terlebih dahulu. Padahal belajar matematika itu mudah dan menyenangkan
jika ada ke inginan yang kuat untuk mempelajarinya.
Belajar matematika harus runtut, terperinci dan bertahap karena ada keterkaitan antar
materi. Pemahaman konsep dasar matematika harus diutamakan sebagai acuan dalam belajar,
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
pemahaman yang baik akan memudahkan siswa dalam belajar matematika. Pemahaman konsep
dasar harus diberikan sejak awal diperkenalkannya matematika, karena konsep matematika
saling terkait dari jenjang pendidikan awal hingga jenjang pendidikan lanjut. Pemahaman
konsep dasar juga menentukan bagaimana kedepannya dalam belajar matematika.
Proses pembelajaran merupakan interaksi guru dengan siswa. Pembelajaran matematika
harus dikemas sedemikian rupa supaya siswa semangat dalam proses pembelajaran. Guru
dituntut untuk mampu berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada semua siswa.
Selain guru, siswa juga diwajibkan berperan aktif dalam pembelajaran seperti banyak bertanya,
berlatih, dan menjawab soal. Guru harus memberikan metode pembelajaran yang sesuai agar
siswa dapat memahami materi dengan mudah materi.
Metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan pembelajaran matematika adalah
metode pembelajaran pada teori belajar Throndike. Pada teori belajar Throndike lebih
menekankan siswa untuk banyak berlatih dan mencoba. Teori throndike dikembangkan oleh
Edward lee thorndike yang mengembakan teori belajar melalui stimulus-respon (S-R). Teori S-R
mengungkapkan bahwa pertama kali organisme (hewan, orang) belajar adalah melalui cara
mencoba dan mengulang atau dikenal dengan istilah ‘trial and error’. Teori ini sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran matematika karena siswa belajar mencoba dan terus mencoba.
Apabila siswa melakukan kesalahan, maka siswa harus mengulang kembali sampai benar.
Dengan demikian pemahaman siswa pada konsep matemtika akan tersimpan di dalam otak
karena siswa melakukakannya berulang-ulang sampai menemukan nilai kebenaran sendiri.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kajian terhadap sejumlah literatur. Kajian literatur
yang dikaji mendukung pendekatan analisis teori meliputi : proses pembelajaran, teori-teori
belajar matematika, teori throndike dalam pembelajaran, konsep teori throndike dan implikasi
teori throndike dalam pembelajaran. Sumber kajian penelitian berupa buku referensi, jurnal
ilmiah serta media pendukung lain.
Kajian literatur yang menghasilkan referensi teori akan dijadikan teori pendukung dan alat
utama bagi implementasi lanjutan berupa penelitian lapangan baik dalam penelitian eksperimen
maupun pengembangan.
PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran
824
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
Proses pembelajaran merupakan proses yang terdapat interaksi antara guru dan siswa
yang bersifat timbal balik. Dimana dalam proses pembelajaran terdapat upaya bersama
anatara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan
pengetahuan yang diberikan oleh guru dapat bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi
landasan pembelajaran lanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih
baik untuk mencapai suatu peningkatan-peningkatan positif di dalam diri siswa yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku atau sikap siswa demi terciptanya kondisi belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, Prose
wtersebut berlangsung dalam situasi belajar. Menurut Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat
bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan
berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik
dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungankecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara. Dalam
proses pembejaran pasti adanya tujuan, agar adanya ketercapaian dalam proses tersebut.
1. Tujuan proses pembelajaran
Belajar merupakan suatu bentuk kegiatan belajar untuk mencari pengetahuan,
dimna dalam proses belajar siswa perlu mencapai ketercapaian pembelajaran. Menurut
Dahar (1996 :106) Tujuan proses pembelajaran adalah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang dapat dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan
merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka. Dengan adanya
tujuan pembelajaran, faktor pendukung dari proses pembelajaran harus selaras. Artinya
guru dalam memberikan materi ajar perlu detail agar siswa dapat memahami dan
mengerti dari apa yang disampaikan oleh guru.
Tujuan pembelajaran dibagi atas beberapa aspek yaitu aspek kognitif (kemampuan
intelektual),
aspek
afektif
(perkembangan
moral),
dan
aspek
psikomotorik
(keterampilan). Dalam hal ini, tujuan yang mesti dicapai dalam proses belajar tidak
hanya paham dalam menerima materi saja. Perlu pencapaian moral yang baik yang
dapat menjadikan siswa berperilaku baik dan dapat mendorong situasi proses belajar
yang baik. Begitu pada aspek psikomotorik, dalam belajar juga perlu ketercapaian
keterampilan siswa.
Dalam pembelajaran matematika, seperti yang kita ketahui bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit yang banyak tidak digemari dikalangan para siswa
karena mereka merasa matematika itu identik dengan sebuah perhitungan. Padahal tidak
semua mata pelajaran matematika mencakup perhitungan saja, ada yang mencakup
825
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
logika. Dengan tercapainya tujuan pemahaman yang sesuai harapan dan siswa
memahami konsep-konsep dasar maka Pembelajaran matematika itu akan mudah dan
tidak sulit.
2. Komponen-komponen Pembelajaran
Suatu pembelajaran bisa berjalan karena adanya Subjek pembelajaran. Subjek
pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran disebut komponen-komponen
pembelajaran. Komponen pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting,
adapun komponen-komponen pembelajaran yaitu:
a) Guru
Guru merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran, guru memberikan materi
pembelajaran atau materi ajar. Tidak hanya itu, guru juga sebagai sumber bahan
dalam menyampaikan materi dan sejumlah ilmu pengetahuan. Guru memegang
peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan materi, menyampaikan materi,
serta bertanggung jawab dan mengatur semua kegiatan belajar mengajar dan proses
pembelajaran.
b) Siswa
Siswa termasuk komponen kedua dalam proses pembelajaran, siswa dijadikan subjek
dalam belajar ketika guru memberi bahan ajar. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2001
: 39) siswa sebagai individu adalah orang yang tidak tergantung pada orang lain
dalam arti bebas menentukan sendiri dan tidak dipaksa dari luar, maka dari pada itu
dalam dunia pendidikan siswa harus diakui kehadirannya sebagai pribadi yang unik
dan individual. Proses pembelajaran tidak akan berjalan jika tidak adanya dua
komponen siswa dan guru sebagai subjek.
c) Materi Ajar
Materi ajar merupakan komponen yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika, materi ajar yang diberikan
bukan berkaitan dengan teori melainkan
banyak berkaitan dengan materi
perhitungan rumus-rumus yang mengharuskan siswa untuk berlatih. Materi ajar
merupakan pokok bahasan yang perlu dipelajari untuk tercapainya kompetensi
pembelajaran.
d) Metode Pembelajaran
Dalam memberikan materi ajar agar dapat dipahami dan dimengerti siswa, guru
memerlukan strategi atau metode pembelajaran agar tercapainya tujuan belajar.
Dalam hal ini metode pembelajaran sangat dibutuhkan sebagai suatu cara atau taktik
dalam menyampaikan materi ajar. Karakteristik siswa dalam menerima materi
826
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
berbeda-beda, Tidak semua siswa dapat menerima dengan mudah dan cepat begitu
sebaliknya. Guru perlu menyeimbangkan agar siswa dapat memahami dan menerima
materi secara keseluruhan dengan baik.
e) Media pembelajaran
Proses belajar dapat berjalan secara maksimal perlu adanya sarana yang mendukung
aktivitas belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan sarana yang mendorong
aktivitas belajar, Media dapat berupa seperangkat alat. Guru menggunakan media
sebagai alat komunikasi belajar dengan siswa.
f)
Evaluasi Pembelajaran
Komponen terakhir dalam pembelajaran adalah evaluasi, tujuan evaluasi adalah
untuk
menilai,
mengukur,
Mengetahui
ada
tidaknya
ketercapaian
tujuan
pembelajaran yang sudah berlangsung serta untuk mengetahui ketepatan metode
yang diberikan guru ketika pembelajaran.
B. Teori-Teori Belajar Matematika
Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhubungan satu sama
lain, proses perubahan prilaku ditempuh dari hasil belajar yang bersifat terus menerus sesuai
tahapannya . Metode yang diajarkan harus benar-benar baik dan terarah, supaya peserta
didik memahami teori belajar , baik mata pelajaran yang mudah atau mata pelajaran yang
sulit
untuk
dipahami.
Teori
yang
secara
umum
dianggap
sulit
adalah
matematika.Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan , mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Matematika
diajarkan karena memiliki peran dan manfaat yang sangat besar di masa mendatang. Maka
dalam pembelajaran matematika diperlukan adanya kemampuan yang tinggi dalam
mengaitkan antara satu konsep matematika dengan konsep lainnya. Oleh karena itu,salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bantuan berupa teori belajar
yang cocok untuk pelajar yang mudah dipahami. Banyak teori yang berusaha untuk
mengaplikasikan pembelajaran matematika, diantaranya sebagai berikut :
1. Teori Belajar Ausubel
Menurut Soejadi (2006) mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan ideide matematika dalam pembelajaran dikelas pentng dilakukan supaya pembelajaran
bermakna. Teori ini mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam
mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar
lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep danprosedur
matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.
Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan
827
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
untuk memudahkan pemahaman. Teori ini mengimplementasikan tentang pernyataan
konsep-konsep dalam bentuk bagan, diagram atau peta, yang mana tampak keterkaitan
di antara konsep-konsep yang diberikan. Teori ini juga disebut teori holistik karena
mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian.
Bagan atau peta keterkaitan dapat bersifat hierarkis atau bersifat menyebar (distributif),
sebagai bentuk lain dari rangkuman, ringkasan atau ikhtisar.
2. Teori Belajar Van Hiele
Teori Van Hiele menyatakan ini menekankan kepada seseorang menggunakan
pemikirannya untuk belajar dari pengetahuannya yang didapatkan , sebagai suatu
pengingat dan sebagai proses berfungsinya kognisi dan pikiran seseorang. Pada teori
pembelajaran ini, para pelajar dikenalkan dngan pembelajaran yang dibagi menjadi
beberapa
tahap,
agar
proses
pembelajaran
dapat
mudah
dipahami.
Selain
mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami
geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan pengajaran
geometri.
Teori ini mengemukakan bahwa tahap berpikir setiap anak berlainan satu sama lain
kemudian saling bertukar pikiran, maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti.
Seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak akan mungkin dapat
mengerti atau memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak
tersebut. Kalaupun dipaksakan maka anak tidak akan memahaminya tapi nanti bisa
dengan melalui hafalan. Dengan demikian anak dapat memperkaya pengalaman dan
cara berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap berpikirnya ke
tahap yang lebih dari tahap sebelumnya.
3. Teori Belajar Vygotsky
Teori Vigotsky mengenai peranan interaksi sosial dan daerah perkembangan
terdekat (Zone of Proximum Development) mempunyai beberapa teori terhadap
pembelajaran matematika . Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan kognitif,psikomotor,dan afektif siswa dalam bermatematika.
Landasan sosial bagi pembelajaran matematika sangat penting dan merupakan suatu
keharusan. Menurut Ernest (1991:42) implikasi teori vygotsky ini diperkuat dengan
posisi filsafat kontruktivisme sosial yang berkeyakinan bahwa pengetahuan matematika
suatu bentukan (kontruksi) secara sosial. Teori ini mengajarkan pengetahuan matematika
dari segi sosial dan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran matematika yang
828
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
bersifat dua arah yaitu dari segi psikologis siswa yang belajar dan dari segi bahan
matematika yang dipelajari dengan menekankan scaffolding pembelajaran yaitu
memberikan bantuan secara maksimal kepada anak dalam tahap awal untuk mengambil
alih tanggung jawab semakin besar segera setelah ia melakukannya.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan bersifat interaktif, baik antara siswa dengan
guru maupun antar sesasama siswanya sendiri. Dengan interaksi sosial yang interaktif di
sekolah dapat mengahsilkan proses pembelajaran yang berkualitas yang sesuai arahan
dari kurukulum itu sendiri dengan pembelajaran yang kooperatif sehingga menjadi
interaktif sosial.
4. Teori Belajar Jean Piaget
Teori ini merupakan proses perkembangan intelektual peserta didik dalam
memahami dan menghayati tentang dunia disekitarnya serta menggunakan skema
pembelajaran yang baik, supaya konsep dan tujuan pembelajaran bisa terarah.
Pendidikan matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan
kesempatan yang memungkinkan peserta didik menemukan kembali matematika
berdasarkan usaha mereka sendiri.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik juga memberikan peluang
pada siswa untuk aktif dalam mempelajari matematika. Dalam menyelesaikan suatu
masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh peserta didik,
peserta didik diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan
pendidik membimbing peserta didiknya menyelesaikan masalah tersebut secara
matematis.
5. Teori Belajar Throndike
Edward LeeThorndike, lahir di Williamsburg, Massachussets pada tahun 1874.
Thorndike mendapat gelarsarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada
tahun1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. ketika disana, mengikuti
kelasnya Williyams James dan merekapuncepat menjadi akrab.dia menerim beasiswa di
Colombia, danmendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. kemudian dia tinggal dan
mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940.Beliau menerbitkan suatu buku
yang berjudul “Animal intelligence,An experimental study of associationprocess in
Animal”.Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah
beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing,dan burung yang mencerminkan prinsip
dasar dari prosesbelajar yang dianut oleh Thorndike belajar adalah terjadinya hubungan
antara stimulus dan respons .
829
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
Dari teori-teori yang dipaparkan diatas, teori yang sangat cocok digunakan zaman
sekarang dan merupakan pokok pembahasan adalah teori ini . Untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa , maka diterapkanlah “teori Behavioristik” melalui teknik drill and
practice . Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan teori ini, diantaranya
:
a) Guru harus memastikan bahwa kegiatan belajar sangat penting bagi siswa
b) Guru mengecek kesiapan pelajar sebagi persyaratan belajar
c) Memberikan sanksi atau hukuman kepada pelajar yang berusaha untuk melanggar
peraturan tersebut.
Bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang telah
diajarkan di sekolah, tetapi guru harus tahu apa yang harus diajarkan . Dengan teori
throndike yang dilakukan dengan metode latihan
atau dengan terus mencoba
menunjukan bahwa sikap dalam mempelajari matematika mempunyai hubungan positif
terhadap pencapaian matematikanya, walaupun dengan proses atau tahapan yang
membutuhkan waktu yang lama . Dengan teori tersebut pencapaian akademik dengan
motivasi belajar yang tinggi lebih baik dibandingkan pelajar yang bermotivasi rendah.
Maka teori belajar Behavioristik (Throndike) melalui teknik drill and practice dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Teori Throndike disebut juga teori penyerapan yang menghubungkan antara stimulus
dan respon yang dikenal dengan “teori connectionism”. Teori ini menekankan kepada
siswa untuk banyak berlatih dan mencoba ( trial and error). Adapun Ciri-ciri belajar trial
and error, antara lain;
a) Ada motif pendorong aktivitas;
b) Ada berbagai respon terhadap situasi;
c) Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah;
d) Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike
a) Hukum kesiapan (the law of readiness)
1) Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya,maka diperlukan adanya
kesiapan dari organisme untukmelakukan belajar. Apabila individu sudah siap
untukmelakukan suatu tingkah laku, maka pelaksanaantingkah laku tersebut
memberi atau mendatangkankepuasan.
2) Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkahlaku, tetapi tingkah laku
tersebut tidak dilaksanakanmaka akan menimbulkan kekecewaan baginya,sehingga
menyebabkan dilakukannya tingkah laku lainuntuk mengurangi kekecewaannya.
830
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
3) Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkahlaku, tetapi ia terpaksa
melakukannya, maka akanmenimbulkan ketidakpuasan.
4) Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkahlaku, dan menunda untuk
melakukan tingkah lakutersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.
b) Hukum Latihan (the law of exercise)
1) Hukum penggunaan; prinsip hukum ini adalahhubungan antara stilumus dan
respons yang akanmenjadi semakin kuat jika sering digunakannya.
2) Hukum tidak ada penggunaan; prinsip hukum ini adalahhubungan antara
stimulus
dan
respons
yang
akanmelemah
jika
tidak
diikuti
dengan
pengulangan(latihan).
c) Hukum Akibat (the law of effect)
Hukum ini berbunyi “hubungan antar stimulus danrespons diperkuat apabila
akibatnya memuaskan dan akanmelemah apabila akibatnya tidak memuaskan”.
Suatuperbuatan yang menyebabkan kesenangan atau kepuasancenderung untuk
diulang, sebaliknya apabila tidakmenyenangkan akan cenderung dihentikan.
Aplikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran Matematika
1) Guru harus tahu, bahwa siswa lebih minat belajar ketikamereka merasa
berkebutuhan dan berkepentingan padapelajaran tersebut. maka guru harus
memastikan bahwakegiatan belajar tersebut penting bagi siswa.
2) Kesiapan merupakan prasyarat untuk belajar, karena itu guru disarankan untuk
mempertimbangkan kemampuanmental atau kognitif peserta didik ketika
merencanakankurikulum atau isi instruksional.
3) Guru harus menyadari fakta bahwa siswa ingin mengulangitindakan yang mereka
terima sebagai hal positif. Olehkarena itu, guru harus selalu menggunakan
berbagai strategimotivasi untuk mempertahankan minat belajar siswa dikelas.
4) Guru harus selalu meghadirkan bahan secara logis dan carayang lebih koheren.
Ini adalah cara utama menangkap danmempertahankan kepentingan peserta didik
dalam kegiatanpedagogis.
5) Guru harus mempertimbangkan penggunaan hukumansebagai pilihan terakhir
dalam mengurangi perilaku yangtidak diinginkan di kelasnya. Ini disebabkan
hukuman tidak bisa benar-benar mengatasi masalah dan itu akan membuatsiswa
menjadi lebih keras di kelas.Guru harus menyadaripentingnya latihan atau
praktek dalam proses pembelajaran.
Beberapa tips yang dapat diterapkan Penerapan dalam pembelajaran matematika dari
Teori Thorndike adalah sebagaiberikut:
831
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
1) Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harusmemastikan siswanya
siap mengikuti pembelajarantersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat
menarikperhatian siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2) Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupapembelajaran yang kontinu, hal ini
dimaksudkan agarmateri lampau dapat tetap diingat oleh siswa.
3) Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikanmateri matematika
dengan cara yang menyenangkan,contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat
kesulitannyabertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agarsiswa
mampu menyerap materi yang diberikan.
4) Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan,dapat membantu siswa
mengingat materi terkait lebih lama.
5) Supaya peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran,proses harus bertahap
dari yang sederhana hingga yangkompleks.
6) Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus segeradiberi hadiah, dan yang
belum baik harus segera diperbaiki.
7) Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karenaperilaku peserta didik
terutama ditentukan olehpenghargaan eksternal dan bukan oleh intrinsic
motivation.Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benarterhadap
stimulus.
8) Materi yang diberikan kepada peserta didik harus adamanfaatnya untuk
kehidupan anak kelak setelah darisekolah.
9) Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baikbukanlah mengharapkan
murid tahu bahwa apa yang telahdiajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang
hendakdiajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi apa yangharus diberikan,
respon apa yang diharapkan dan kapanharus memberi hadiah atau membetulkan
respons yang salah.
Melalui berlatih dan mencoba soal-soal matematika sedikit demi sedikit siswa bisa
menyelesaikan soal matematika , karena dengan pemahaman yang baik akan memudahkan
siswa dalam belajar matematika . Konsep pendidikan matematika saling berkaitan antara
konsep yang satu dengan yang lainnya , oleh karena itu Proses pendidikan yang di
laksanakan dilakukan secara bertahap , dimulai dari jenjang pendidikan awal sampai
jenjang pendidikan lanjut dan hal ini untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran matematika dan implikasi terhadap pembelajaran matematika.
C. Teori Throndike dalam Pembelajaran Matematika
832
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
Pada proses pembelajaran telah dibahas bahwa terdapat komponen-komponen
pembelajaran yang menunjang pembelajaran demi ketercapaian tujuan pembelajaran. Salah
satunya adalah metode pembelajaran. Apabila terdapat guru dan siswa sebagai subjek dan
materi ajar yang disampaikan maka perlu adanya metode pembelajaran yang harus dibuat
agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Metode setiap guru dalam menyampaikan materi
pastilah berbeda, tetapi metode pembelajaran yang tepat adalah metode pembelajaran yang
sesuai dengan keadaan siswa. Metode yang digunakan haruslah sesuai standar kompetensi
pembelajaran yang tidak dianggap menyeleweng. Dalam pembelajaran matematika
diperlukan metode yang sesuai supaya konsep matematika lebih mudah dimengerti dan
dipahami. Banyak metode yang telah digunakan oleh guru seperti metode diskusi, metode
pembelajaran zig-zag dan masih banyak lagi. Setiap guru matematika memiliki metode
tersendiri dalam menyampaikan materi matematika. Berbagai cara dilakukan supaya apa
yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami siswa.
Berbicara tentang matematika, matematika merupakan ilmu pasti yang tidak ditalar,
sehingga perlu pemahaman yang sangat baik dalam mempelajarinya. Guru matematika
yang profesional dan kompeten mempunyai wawasan dan landasan yang luas yang dapat
dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu
berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran. Salah satu teori belajar yang dapat diterapkan adalah teori throndike. Teori
Throndike dianggap sesuai dengan konsep pembelajaran matematika sekolah, pemberian
belajar ini cocok karena dapat mengembangkan cara berpikir siswa. Teori thorndike disebut
sebagai teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik sebagai selembar kertas
putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Teori
throndike dikenal dengan istilah “Teori Connectionism” yang merupakan hubungan antara
stimulus dan respon. Teori ini dikemukakan oleh Edward Lee Throndike, seorang ilmuwan
behaviorisme sepanjang sejarah. Eksperimen ini menggunakan hewan-hewan terutama
kucing untuk mengetahui fenomena belajar untuk memecahkan masalah.
Sebelum tahun 50-an, kurikulum matematika sekolah dasar dipengaruhi oleh teori
Thorndike, terutama ditandai dengan pengembangan keterampilan komputasional bilangan
cacah, pecahan, dan desimal. Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang
memandang peserta didik sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap
menerima pengetahuan secara pasif. Menurut Thorndike (1924), belajar dikatakan sebagai
berikut: "learning in essentially the formation of connections or bonds between situations and responses
... and that habit rules in the realm of thought as truly and as fully in the realm of action". Pandangan
belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap pandangan mengajar. Mengajar dipandang
833
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun dengan cermat,
mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik
menggunakan konsep atau prosedur baru.
D. Konsep Belajar Teori Throndike
Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21) belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga
dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori belajarnya
mengungkapkan bahwa setiap tingkah laku makhluk hidup itu merupakan hubungan antara
stimulus dan respon. Teori Thorndike ini disebut denga teori Connectionisme. Belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Adanya stimulus
diharapkan akan timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan
teori ‘trial and error’ . Dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan
respon sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang
berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini
dilakukan secaran berulang.
Menurut Throndike dalam teori ‘trial dan error’ berlaku bagi semua orang dan apabila
seseorang dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis akan
memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga
berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus itu pasti ditemui respon. Apabila
dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu menimbulkan perbuatan atau tindakan yang
cocok atau memuaskan maka tindakan ini akan disimpan dalam benak seseorang atau
organisme lainnya karena dirasa diantara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah
tindakan itu, selama yang telah dilakukan dalam menanggapi stimulus adalah situasi baru.
Jadi dalam teori ini pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi
stimulus atau stimulus baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu
menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan
tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus.
Throndike mengemukakan tiga hukum pokok dalam belajar yaitu :
1. Hukum Kesiapan (Law of readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang yang
belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak belajar agar
dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk memiliki
kesiapan, baik fisik maupun psikis. Siap fisik seperti seseorang tidak dalam keadaan
834
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
sakit, yang mana bisa mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari siap psikis
adalah seperti seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit jiwa dan lainlain. Disamping seseorang harus siap fisik dan psikis seseorang juga harus siap dalam
kematangan
dalam
penguasaan
pengetahuan
serta
kecalapan-kecakapan
yang
mendasarinya.
Menurut Thorndike (Ayuni, 2011: 9) ada tiga keadaan yang menunjukkan
berlakunya hukum ini, yaitu :
a. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila
organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kepuasan.
b. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan
organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme
akan mengalami kekecewaan.
c. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa
untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak
memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep
penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of
training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang
harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks
pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab
seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.
2. Hukum Latihan (Law of Exercise)
Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu
stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang,
adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah ditemukan dalam
belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari perilaku yang cocok
tersebut semakin kuat (Law of Use).Dalam suatu teknik agar seseorang dapat
mentransfer pesan yang telah ia dapat dari sort time memory ke long time memory ini
dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya dengan harapan pesan yang telah didapat
tidak mudah hilang dari benaknya.
3. Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum akibat Thorndike mengemukakan (Dahar, 2011: 18) jika suatu tindakan
diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan
tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu
835
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,
kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang
pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu
selanjutnya.
Thorndike mengungkapkan bahwa organisme itu sebagai mekanismus yang hanya
bertindak jika ada perangsang dan situasi yang mempengaruhinya. Dalam dunia
pendidikan Law
of
Effect ini
terjadi
pada
tindakan
seseorang
dalam
memberikan punishment atau reward.Akan tetapi dalam dunia pendidikan menurut
Thorndike yang lebih memegang peranan adalah pemberianreward dan inilah yang lebih
dianjurkan. Teori Thorndike ini biasanya juga disebut teorikoneksionisme karena dalam
hukum belajarnya ada “Law of Effect” yang mana di sini terjadi hubungan antara
tingkah laku atau respon yang dipengaruhi oleh stimulus dan situasi dan tingkah laku
tersebut mendatangkan hasilnya (effect).
E. Implikasi Teori Throndike dalam Pembelajaran
Implikasi teori belajar throndike dalam proses pembelajaranbaik digunakan untuk
disetiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pedidikan awal hingga lanjut. Penerapan
teori belajar throndike dalam pembelajaran matematika memiliki pengaruh baik terhadap
siswa. Konsep yang diterapakn dalam teori belajar throndike yaitu konsep mencoba dan
mengulang, dimana siswa mencoba berlatih soal-soal secara berulang-ulang. Prinsip dalam
teori belajar throndike adalah siswa mampu memecahkan masalah. Sebagian besar siswa
merasa sulit dengan pembelajaran matematika, pemberian latihan yang hanya 1x tidak akan
melatih daya pikir siswa. Dengan teori belajar throndike siswa dituntut untuk bisa
memahami konsep-konsep dasar matematika. Pemberian soal latihan yang sulit kemudian
dipecah menjadi sederhana, secara tidak langsung akan menambah pemahaman siswa.
Dengan Berulang-ulang diberikan soal rumit, maka siswa dapat menguasai konsep dan
akan merasa mudah dalam mengerjakan soal tersebut. Seperti kita ketahui, bahwa
matematikatidak memcakup teori saja melainkan rumus dan perhitungan. Pemahaman
rumus dalam pembelajaran matematika bukan dihafal melainkan dengan mengerjakan soalsoal matematika. Semakin banyak siswa berlatih dalam mengerjakan soal-soal maka siswa
akan paham konsep matematika, dan menambah daya pikir siswa. Ketika siswa hanya
mengerjakan soal-soal matematika tanpa berulang, maka siswa akan paham sebatas teori
dan rumus saja tanpa paham konsep dasar matematika.Penerapan teori belajar
throndikebisa digunakan tidak hanya diskolah saja, konsep ini bisa diterapkan dirumah.
Dalam pembelajaran disekolah umumnya, guru mengejar sub bahasan yang ingin dicapai
untuk memenuhi standar kompetensi tanpa memikirkan apakah siswa paham dan bisa.
836
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
Oleh karena itu, siswa dapat belajar dirumah dengan menerapkan teori belajar throndike
supaya bisa menambah pemahaman.
Dalam penerapan teori belajar throndike ada beberapa Keunggulan-keunggulan, yaitu :
1. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang bisa
menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya sehingga orang akan
terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak
didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem
pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Tidak hanya keunggulan, dalam teori ini ada beberapa Kelemahan yaitu :
1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan
dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak
selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and
error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon.
Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan
latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus-menerus.
3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya
sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur
yang pokok dalam belajar.
Implikasi dari teori throndike dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemempuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri
mereka.
KESIMPULAN
Dalam pembelajaran matematika perlu penerapan metode belajar yang sesuai, supaya
dalam menerima materi matematika lebih mudah dimengerti dan dipahami. Banyak metode
yang telah digunakan seperti metode belajar diskusi, metode belajar zigzag dan masih banyak
lagi. Setiap guru matematika memiliki metode tersendiri, guru memikirkan sedemikian mungkin
supaya apa yang diajarkan dapat mudah dipahami. Aplikasi teori throndike memiliki konsep
837
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada
Era Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019
yang sesuai terhadap pembelajaran matematika, yang dapat mempermudah siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Teori throndike menekankan siswa untuk banyak berlatih
dan mencoba atau dikenal dengan istilah lain “trial and error” , dengan demikian siswa banyak
berlatih soal-soal latihan matematika dan meningkatkan pemahaman matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : Rineka Cipta.
A Veloo, S Muhammad. 2011. Hubungan sikap, Kebimbangan dan Tabiat Pembelajaran dengan
Pencapaian matematik tambahan. Asia pacific jurnal of educators and education,vl 26, no
I,15-32.
Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Ernest, P, 1991, The Philosophy of Mathmatics Education, London: The Palmer Press.
H.malik-2008- teori belajar
ejurnal.ung.ac.id.
andragogi
dan
aplikasi
dalam
pembelajaran-jurnal
inovasi-
Jogiyanto, 2007, model kesuksesan sistem teknologi informasi, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Matematika/195503031980021-DARHIM/ Makalah_Artikel/PLPG(TeoriBelajar).pdf diakses
25 November 2014.
Soedjadi. (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Wilis,dahar ratna. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi,Yogyakarta : Penerbit
Andi.
-----------------------2011. Teori - teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Rudi Santoso, Yohanes. 2011. Teori Vygotsky Dan Implikasi Terhadap Pembelajaran Matematika.widya warta,2013-portal.widyamandala.ac.id.
US Winaputra, R Delfi, P Pannen, D Mustafa. 2014. Teori belajar dan pembelajaranrepository.ut.ac.id.
838
Download