MAKALAH DOSEN PENGAMPU TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, S.Ag., M.Ag “AYAT TENTANG PERINTAH BEKERJA AT-TAUBAH 105” Oleh : FITRIANA PAYABADAR NIM : 22190323894 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH PROGRAM PASCASARJANA UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2021 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi” tepat pada waktunya Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, S.Ag., M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi yang telah mempercayai penulis dalam pembuatan makalah ini. 2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penelitian selanjutnya. Pekanbaru, 24 September 2020 Fitriana Payabadar NIM : 22190323894 ‘ BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Ekonomi Syariah itu adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahanpermasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sehingga ekonomi syariah memiliki dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem ekonominya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapan pun dan di mana saja) . Salah satu pembahasan di dalam ekonomi syariah ialah mengenai perintah bekerja. Perintah bekerja telah di atur oleh ALLAH melalui Surat AtTaubah ayat 105, Dalam Ayat tersebut telah dijelaskan bahwa bekerjalah kamu dan kembali lah kepada ALLAH. BAB II PEMBAHASAN Ayat Tentang Perintah Kerja 1. Surah At-Taubah Ayat 105 َ س َي َرى ب ُ ع َملَ ُك ْم َو َر ِ ع ِل ِم ْٱلغَ ْي َ ست ُ َردُّونَ ِإلَى َ ُٱّلل َ سولُهۥُ َو ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ َو َ ََوقُ ِل ٱ ْع َملُوا ف َ َوٱل َش َهدَةِ فَيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُون 2. Terjemahan Kemenag Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (AtTaubah/9:105) 3. 4. Ma'anil Mufradat bekerja : اعملوا akan mengembalikan: ستردون yang nyata : الشهدة Tafsir dan Kandungan Ayat • Tafsir Al-Misbah Setelah ayat yang lalu menganjurkan bertaubat dan melakukan kegiatan nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah, kini mereka diminta untuk melakukan aneka aktivitas lain, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Dapat juga dikatakan bahwa ayat yang lalu bagaikan menyatakan "Katakanlah, wahai Muhammad saw., bahwa Allah menerima taubat, dan katakanlah juga: "Bekerjalah kamu, demi karena Allah semata dengan aneka amal yang saleh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk masyarakat umum, maka Allah akan melihat, yakni menilai dan memberi ganjaran amal kamu itu, dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat dan menilainya juga, kemudian menyesuaikan perlakuan mereka dengan amal-amal kamu itu dan selanjutnya kamu akan dikembalikan melalui kematian kepada Allah swt Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu sanksi dan ganjaran atas apa yang telah kamu kerjakan, baik yang tampak ke permukaan maupun yang kamu sembunyikan dalam hati." Terbaca di atas bahwa, setelah penyampaian harapan tentang pengampunan Allah swt., ayat ini melanjutkan dengan perintah beramal saleh. Agaknya hal ini perlu karena, walaupun taubat telah diperoleh, tetapi waktu yang telah lalu dan yang pernah diisi dengan kedurhakaan, kini tidak mungkin kembali lagi Manusia telah mengalami kerugian dengan berlalunya waktu itu tanpa diisi oleh kebajikan. Karena itu, ia perlu giat melakukan aneka kebajikan agar kerugian tidak terlalu besar. Thabithaba’i berpendapat bahwa konteks ayat 94 adalah uraian tentang orang-orang munafik, sedang konteks ayat ini adalah orang-orang mukmin secara khusus. Thabathaba’i berpendapat bahwa firman-Nya: akan melihat amal kamu, yakni amal yang di dunia ini, dan firman-Nya: Kamu akan dikembalikan menunjuk kepada hari Kebangkitan nanti. Seseorang akan mengetahui hakikat amal mereka kelak di hari Kemudian. Sebelum itu, di dunia, manusia secara umum hanya dapat melihat yang lahir dari amal-amal itu, bukan hakikatnya. Ketika ayat ini menyatakan bahwa kaum mukminin akan melihat amal amal tersebut, yang dimaksud dengan kaum mukminin yang melihat itu adalah mereka yang akan menjadi syuhada (saksi-saksi amal) serupa dengan firman-Nya: وكذلك جعلنكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على النـاس ويكون الرسول عليكم شهيدا "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar ksamu menjadi saksi-saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (QS. Al-Baqarah (2): 143) Dengan demikian, tulis Thabåthaba'i, ayat ini bermakna: "Wahai Muhammad, katakanlah/lakukanlah apa yang kamu kehendaki-baik atau buruk karena Allah akan menyaksikan hakikat amal kamu dan disaksikan pula oleh Rasul dan kaum mukminin yang menjadi syuhada (saksi-saksi amal), dengan kata lain, amal apa pun yang kamu kerjakan, baik atau buruk, hakikatnya (bukan lahirnya yang nyata di dunia ini) disaksikan oleh Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, kemudian Rasul-Nya dan orang-orang mukmin di dunia ini, yaitu yang menjadi saksi-saksi amal manusia, lalu kamu semua dikembalikan kepada Allah pada hari Kemudian, dan ketika itu kamu men hui hakikat amal kamu." Ayat ini, menurut Thabathaba'i, bertujuan mendorong manusia untuk mawas diri dan mengawasi amal-amal mereka dengan jalan mengingatkan mereka bahwa setiap amal yang baik dan yang buruk memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan dan mempunyai saksi-saksi yang mengetahui dan melihat hakikatnya, yaitu Rasul saw. dan para saksi amal-amal dari kelompok kaum mukminin setelah Allah swt. Lalu, Allah akan membuka tabir yang menutupi mata mereka yang mengerjakan amal-amal tersebut pada Hari Kiamat chingga mereka pun akan mengetahui dan melihat hakikat amal mereka chagaimana firman-Nya: لقد كنت في عملة من هذا فكشفنا عنك غطاءك فبصرك اليوم حديد Sesungguhnya engkau berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami ungkapkan tabir (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari tu amat tajam. "(QS. Qaf [50]: 22). Dan uraian di atas, terlihat bahwa Thabáthabâ'i beranggapan bahwa lata almumminan bukan semua kaum mukminin, tetapi orang-orang khusus yang berkedudukan sebagai syuhada, yakni saksi-saksi amal manusia. Sayang. slama ini tidak menjelaskan apa dasarnya sehingga kata mu'minûn di sini terbatas pada orang-orang tertentu, bukan semua kaum mukminin. Selanjutnya, Thabathaba'i memandang bahwa ayat 94 yang lalu ditujukan secara khusus kepada orang-orang munafik tertentu, yang Allah perintahkan kepada Rasul saw, untuk menolak alasan atau dalih mereka. Di sini pun ulama beraliran Syi'ah itu tidak menjelaskan mengapa ayat ini dipahami hanya dirujukan kepada orang-orang munafik tertentu. • Tafsir Al-Maraghi ()وقل اعملوا فسيرى هللا علكم ورسوله والمؤمنون Dan katakanlah kepada orang-orang yang bertaubat itu hai Rasu be kerjalah kamu untuk duniamu dan akhiratmu, untuk dirimu dan bangsamu. karena itulah kunci kebahagiaan, bukan sekadar alasan yang dikemukakan ketika hendak berbuat apa-apa, atau sekadar menlakukan kegiatan dan bekerja keras Dan Allah akan melihat pekerjaanmu. pekerjaan baik atau pekerjaan buruk Oleh karena itu, wajiblah kalian takut kepada Allah dalam bekerja. dan wajib diingat bahwa Allah Maha Mengetahui tentang tujuan tujuan dan niat niat kalian Maka, patutlah bagi orang beriman kepada Allah untuk bertakwa padanya dalam rahasia atau terang-terangan, dan supaya senan uasa berada pada batas-batas syan'atnya, dan amalmu itu pun akan di ketahui oleh Rasul-Nya dan seluruh kaum Muslimin, dan mereka akan menimbangnya dengan umbangan iman yang dapat membedakan mana yang ikhlas dan mana yang munafik Mereka semua akan menjadi saksi saksi atas orang lain. Ahmad dan Al-Baihaqi meriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda “Andaikan salah seorang di antara kamu beramal dalam sebuah batu besar yang tertutup rapat, tidak mempunyai pintu atau jendela, niscaya Allah akan mengeluarkan amalnya itu kepada umat manusia, apa pun ben tuk amal itu." Pada ayat tersebut, terdapat isyarat bahwa keridaan kelompok kaum mu'minin yang menunaikan hak-hak keimanan menempati kedudukan sesudah keridaan Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas ra, dia mengatakan: Bahwa para sahabat melewat suatu jenazah, lalu mereka memujinya dengan baik. Maka bersabdalah Nabi saw, "pasti!" Kemudian, para sahabat itu melewati jenazah yang lain, lalu mereka menyebutnyebutkan keburukannya. Maka Nabi bersabda, "pasti Mendengar itu, maka ber tanyalah Umar bin Khattab, "Apakah yang pasti?" jawab Nabi. "Yang ini kamu sebut-sebut kebaikannya, maka pastilah dia masuk surga. Sedang yang ini, kamu sebut-sebut keburukannya, maka pasti dia masuk neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi." Menurut Ibnu Abbas, apa pun yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka baik pula di sisi Allah. ()وستردون إلى علم الغيب والشهادة فينتنكر ماكنم تعملون Dan kalian akan dikembalikan pada hari kiamat kelak kepada Tuhan yang mengetahui isi hati kalian, dan apa yang kamu terangkan, dan di kembalikan kepada Tuhan yang tidak samar bagi-Nya segala urusanmu yang tersembunyi atau yang nyata, lalu dia memberitahukan hasil amal kalian kepadamu, kemudian Dia beri balasan kepadamu atas amal tersebut dengan pahala yang baik atau dengan siksa yang buruk 5. Munasabah A. Munasabah surat Munasabah Surat at-Taubah dengan surat yang sebelumya menurut Hasbi ash-Shidieqi yaitu dengan Surat al-Anfal. Adapun persesuaian keduanya yaitu, pertama kedua surat tersebut menggambarkan sejarah dakwah Rasulullah Muhammad saw serta jihad fi sabilillah. Kedua, pada surat al-Anfal isinya menerangkan sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam berdakwah, menjelaskan umat Islam sebelum berhijrah dan halhal yang memotivasi untuk berhijrah, perang badar, serta keingkaran orang-orang Yahudi. Dan yang ketiga pada Surat at-Taubah memberikan isyarat titik-titik kemenangan, menyebutkan peperangan Hunain, dan peristiwa hijrah. Dalam surat tersebut juga menjelaskan perbuatan ahlul kitab dan kaum musyrikin, serta menerangkan tindakan-tindakan kaum munafik, perang Tabuk, perang Mu’tah, perdamaian Hudaibiyah, dan menjelaskan tentang Nabi Muhammad saw. mengirim surat kepada rajaraja di negeri Arab. Adapun munasanah Surat at-Taubah dengan surat sesudahnya yaitu dengan surat yunus. Dalam Surat at-Taubah diakhiri dengan menerangkan tentang risalah Nabi Muhammad, sedangkan dipermulaan surat Yunus menerangkan tentang risalah Nabi Muhammad juga. Mengenai isi surat, keduanya mempunyai persesuaian tentang keadaan serta permasalahan orang-orang munafik dan orang-orang kafir ketika alQur’an turun. Antara Surat at-Taubah dan Surat al-Anfal terdapat hubungan yang sangat erat sekali seakan-akan satu surat. Munasabah Surat at- Taubah dengan Surat al-Anfal adalah bahwa keduanya menerangkan tentang inti ajaran agama dan furu’iahnya, sunnatullah, syari’at, hukum perjanjian dan janji setia, hukum perang serta hukum damai. B. Munasabah ayat Imam Zuhaili menerangkan bahwa sedekah merupakan suatu penebus dosa dari orang-orang mu’min yang tidak ikut dalam perang tabuk. Pada ayat-ayat yang lalu telah disebutkan sikap sebagian kaum muslimin yang mencampuradukkan antara perbuatan yang baik dan yang jelek. Akan tetapi mereka menyadari perbuatannya dan mereka ingin menebus kesalahan-kesalahan itu, baik dengan cara bertobat maupun dengan bersedekah atau mengeluarkan zakat. Setelah itu, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengambil sebagian harta dari pemiliknya baik dalam bentuk sedekah ataupun zakat, untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Dan selanjutnya Allah memberi kabar gembira bahwa Allah akan menerima taubat dan sedekah hamba-Nya yang benar-benar beriman dan ikhlas dalam beramal. Menurut pendapat Hamka, ayat ke-105 dari Surat at-Taubah dihubungkan dengan surat al-Isra’ ayat 84: ◼⧫ ☺➔⧫ → ➔ ◼ ⧫⬧ ◼ ◆❑➔ ☺ Katakanlah: tiap-tiap orang beramal menurut bakatnya tetapi tuhan engkau lebih mengetahui siapakah yang lebih mendapat petunjuk dalam perjalanan. Setelah dihubungkan dengan ayat tersebut, dapat diketahui bahwa Allah menyuruh manusia untuk bekerja menurut bakat dan bawaan, yaitu manusia diperintahkan untuk bekerja sesuai tenaga dan kemampuannya. Artinya manusia tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaannya, supaya umur tidak habis dengan percuma. Dengan demikian, manusia dianjurkan untuk tidak bermalas-malas dan menghabiskan waktu tanpa ada manfaat. Mutu pekerjaan harus ditingkatkan, dan selalu memohon petunjuk Allah. Adapun munasabah ayat setelahnya yaitu ayat yang ke-106 dari surat at-Taubah yang isinya tentang orang-orang muslim yang sedang kebingungan, karena mereka tidak ikut berperang, serta mereka tidak pula meminta izin kepada Nabi Muhammad saw. Dan mereka tidak mempunyai alasan untuk tidak ikut berangkat perang bersama Nabi Muhammad saw C. Analisis Surat At-Taubah Ayat 105 menjelaskan kepada Umat Islam untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Dalam mengerjakan sesuatu kita harus selalu bersungguh-sungguh tanpa harus melalaikan sesuatu yang di wajibkan. Segala yang kita kerjakan akan dipertaggung jawabkan di akhirat, orangorang mukmin akan melihat dan menilainya juga, kemudian menyesuaikan perlakuan mereka dengan amal-amal kamu itu dan selanjutnya kamu akan dikembalikan melalui kematian. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kepada perbincangan di atas, Islam mengharuskan umatnya untuk bekerja. Bekerjalah kamu, demi karena Allah semata dengan aneka amal yang saleh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk masyarakat umum, maka Allah akan melihat, yakni menilai dan memberi ganjaran amal kamu itu, dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat dan menilainya juga, kemudian menyesuaikan perlakuan mereka dengan amal-amal kamu itu dan selanjutnya kamu akan dikembalikan melalui kematian kepada Allah swt Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu sanksi dan ganjaran atas apa yang telah kamu kerjakan, baik yang tampak ke permukaan maupun yang kamu sembunyikan dalam hati. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, 2008, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta Shihab, M. Quraish, 2017, Tafsir Al-Misbah, Ciputat: Lentera Hati Sitanggal, Ansor Umar, dkk, 1992, Tafsir Al-Maraghi, Semarang : PT Karya Toha