Apakah Sistem Ekonomi Islam Dapat Dipertanggungjawabkan Secara Ilmiah ? PENDAHULUAN -Bab ini membahas/menjawab keraguan dari sebagian kalangan tentang kebenaran Islam dan sistem Ekonomi Islam, -Sebab Segala sesuatu yang diberi label “Islam” biasanya selalu diidentikan dengan sesuatu yang bersifat subyektif dan tidak ilmiah. Karena sesuatu yang bersifat subyektif dan tidak ilmiah inilah dianggap-nya tidak rasional sehingga JAUH DARI KEBENARAN. -penyebutan tidak ilmiah juga dikarenakan Islam mengikutsertakan wahyu Tuhan (Allah SWT) dalam pemecahan masalah kehidupan manusia -Oleh sebab itu, perlu di jawab dari judul bab kali ini -dalam Sistem Ekonomi Islam perlu adanya pembahasan secara mendalam terhadap ranah ilmiah, khususnya “kebenaran” itu sendiri yang mampu dicapai oleh Islam. Sub-Bab yang di Bahas: 1. Kebenaran menurut manusia, sesungguhnya apa dan bagaimana? 2. Tingkatan-tingkatan kebenaran yang mampu dicapai manusia itu sampai sejauh mana dlm sub-bab ini kebenaran ilmiah akan dibahas secara mendalam. 3. Kebenaran ilmiah yang mampu dicapai oleh Islam dlm sub-bab ini posisi dari sistem ekonomi Islam akan ditunjukkan secara khusus. Apakah “Benar” itu ? 1. Produk pemikiran manusia disebut masuk kategori ilmiah sangat ditentukan oleh definisi benar. 2. Termasuk bangunan ilmu pengetahuan yg dilahirkan manusia disebut ilmu pengetahuan yang ilmiah, alat ukurnya adalah apa yang dimaksud dengan “benar” 3. Jika manusia tidak tepat dalam mendefinisikan tentang “benar,” maka manusia tidak akan pernah memperoleh kebenaran selamanya. Apakah “Benar” itu ? 1. Segala proses yang dilakukan manusia sangat ditentukan oleh pengetahuan manusia itu sendiri terhadap definisi “benar”. 2. Benar menurut manusia ialah suatu pernyataan yang sama dengan kenyataan. Contohnya; jika ada orang yang mengatakan bahwa “gunung itu ada”, pernyataan itu dikatakan “benar” apabila pada kenyataan gunung itu benar-benar ada, dan pernyataan itu dapat dikatakan “salah” apabila gunung itu ternyata tidak ada. Apakah “Benar” itu ? 1. Itulah yg dimaksud benar menurut manusia yaitu PERNYATAAN = KENYATAAN 2. Benar menurut manusia adalah nyata (empirisme), jika tidak empiris maka tidak benar. 3. Kalau sudah benar, berarti itu ilmiah, karena pengetahuan terkategori ilmiah, pengetahuan itu syaratnya harus benar. 4. Setelah manusia tahu tentang definisi benar, maka ternyata ada banyak hal yang ingin diketahui manusia selanjutnya. 5. Berkaitan dengan banyaknya pengetahuan yg ingin diketahui dan diperoleh manusia, maka dapatlah dibuat tingkatan-tingkatan pengetahuan yg dapat dicapai oleh manusia. PENGETAHUAN TINGKAT 1 PENGETAHUAN TINGKAT 1 1. Ciri utamanya adalah keinginan dari manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek-obyek yang terindera secara langsung. 2. Sehingga disebut PENGETAHUAN LANGSUNG/KEBENARAN LANGSUNG 3. Selain itu, untuk memperoleh pengetahuan ini, manusia harus memiliki 4 syarat dasar yang menjadikannya sebagai manusia yang sudah mampu berfikir (berakal=akal yang sempurna) SYARAT BERFIKIR 1. 2. 3. 4. ADA FAKTA YANG TERINDERA ADA INDERA-INDERA ADA OTAK ADA INFORMASI SEBELUMNYA (MA’LUMAT ASSABIQOH) 1. ADA FAKTA YANG TERINDERA BUROQ BERFIKIRLAH TENTANG BUROQ BUROQ JAMAN NABI BUROQ JAMAN SEKARANG APAKAH ITU BUROQ? 2. ADA INDERA 1. 2. 3. 4. 5. PENGLIHATAN PENDENGARAN PENCIUMAN PENGECAP PERABA SYARAT MINIMAL BERFIKIR BISAKAH BERFIKIR? 3. ADA OTAK HARUS ADA OTAK TIDAK SAMA DENGAN AKAL 4. ADA INFORMASI SEBELUMNYA BISAKAH TARZAN BERFIKIR: SAYA INGIN MAKAN DAGING GORENG? TIDAK BISA! PERLU MA’LUMAT SEBELUMNYA PENGETAHUAN TINGKAT 1 1. Cara kerja dari keempat syarat tersebut (proses befikir) ialah dari obyek (benda tertentu) yang ditangkap oleh indera secara langsung, kemudian direfleksikan ke otak, bertemu dengan memori otak (informasi sebelumnya yang telah disimpan tentang obyek itu), sehingga menghasilkan pemahaman. 2. Selanjutnya, nilai kebenaran yang dihasilkan dari proses ini ialah “pasti benar”. 3. Contoh , jika manusia melihat meja,maka dia faham bahwa itu meja (bisa membedakan dengan kursi dan benda lainnya), maka pengetahuan ini pasti benar. Cara kerja pengetahuan tingkat 1 • 1. 2. 3. 4. Aqal = pemikiran = kesadaran, memiliki 4 syarat: Fakta yang terindera Indera-indera Otak Informasi sebelumnya (ma’lumat as-sabiqoh) dikaitkan Faham PEMIKIRAN TINGKAT I (kebenaran langsung) PERINGKAT KEILMUAN ILMU PENGETAHUAN TINGKAT I MEMPEROLEH KEBENARAN LANGSUNG FAKTA MAKLUMAT FAHAM Itu adalah kebenaran langsung (pengetahuan tk. 1)! • Bagaimana jika manusia ingin membenarkan sesuatu yang tidak kelihatan? • Ingin mengetahui sesuatu di balik tembok? • Ingin tahu yang ada di dalam tanah? • Ingin tahu yang ada di dalam samudra? • Ingin tahu kandungan bumi? • Ingin tahu yang ada di balik langit? • Ingin tahu apakah surga itu ada? • Ingin tahu apakah Tuhan itu ada? BAGAIMANA CARA MENGETAHUINYA? KITA IKUTI SEGMEN SELANJUTNYA... PENGETAHUAN TINGKAT 2 Pengetahuan Tingkat II O Dalam pengetahuan, terdapat obyek-obyek yang tidak dapat terindera secara langsung (obyek ghaib), yaitu : 1. Sesuatu yang tersembunyi 2. Suatu kejadian di masa lampau 3. Sesuatu kejadian di masa yang akan datang O Syarat untuk mencapai pengetahuan tingkat II ini , yaitu : Harus ada dalil yang terindera langsung. Dalil artinya penunjuk. Selanjutnya, nilai kebenaran dari pengetahuan tingkat II ini ada 3 kemungkinan, yaitu : 1. Pasti benar (wajib aqli) 2. Mungkin benar (jaiz aqli) 3. Pasti salah (mustahil aqli) 1. 2. 3. 4. Memikirkan yang ghoib : Tersembunyi Terhalang Lampau Yang akan datang 1. 2. DALIL 3. BENAR SYARAT DALIL : Harus terindera secara langsung (pemikiran Tk. I) PENILAIAN DALIL : Hanya 1 alternatif membenarkan: pasti benar (wajib aqli) Lebih dari 1 alternatif membenarkan: mungkin benar mungkin salah (jaiz aqli) Tidak ada alternatif membenarkan: pasti salah (mustahil aqli) Pengetahuan Tingkat II..Lajtan O Untuk memperoleh kebenaran yang pasti dalam masalah yang ghaib, dapat ditempuh dengan menggunakan metode aqliyah. O Namun dalam perkembangan Selanjutnya, dalam metode aqliyah terdapat metode ilmiah yang merupakan upaya lanjutan sebagai penelitian untuk mengkaji syarat dari tingkat ini, yaitu dalil yg terindera. Karena metode ilmiah hanya dapat menggunakan dalil yg terindera saja. O Untuk mengkaji dalil yg terindera dilakukan proses yg dikenal dengan riset/penelitian dgn menggunakan METODE ILMIAH atau metode eksperimental. O Dalam metode ilmiah ini pun terdapat tambahan tahapan berupa pengujian ilmiah. O Pengujian ilmiah adl sebuah proses uji coba terhadap suatu obyek di laboratorium. Pengetahuan Tingkat II..Lajtan O Metode ilmiah memang dapt diandalkan untuk mengetahui berbagai rahasia alam. O Namun sayangnya metode ilmiah dijadikan oleh para ilmuwan sebagai metode satu-satunya untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan metode aqliyah sebagai induknya ditinggalkan. O Akibatnya, metode ilmiah tdk hanya digunakan utk meneliti obyekobyek alam saja (yg bisa diteliti di laboratorium), namun juga utk meneliti obyek-obyek sosial kemanusiaan-kemasyarakatan. O Padahal Obyek obyek-obyek sosial kemanusiaan-kemasyarakatan tidak dapat diteliti oleh skala laboratorium yang ada, sehingga perlu adanya pengetahuan lain, dengan metode lain tentunya, untuk menjawab persoalan hidup manusia yang tidak dapat terjamah oleh pengetahuan ilmiah. Disinilah peran pengetahuan agama dibutuhkan oleh manusia untuk menjawab persoalan yg terkait obyek sosial kemanusiaan-sosial kemasyarakatan. O Hasil pengetahuan dari metode ilmiah disebut ilmu-ilmu murni seperti, ilmu kimia, biologi, fisika, matematika, dsb. +/- 95% = Ghalabatu Dzon/diduga kuat 100% = Yaqin/benar +/- 75% = Dzon/dugaan mengetahui sesuatu yang kemungkinan benarnya lebih besar daripada salahnya. +/- 50% = Syak/ragu mengetahui sesuatu yang kemungkinan benar atau salahnya sama +/- 25% = Wahm/lemah mengetahui sesuatu dengan kemungkinan salah lebih besar daripada benarnya. 0% = Kidzib/salah Pemikiran tingkat 2 ini kemudian dikembangkan oleh manusia menjadi metode ilmiah. Pengembangannya dibantu dengan ilmu statistika. Dalil yang digunakan adalah banyaknya sampel dari populasi atau banyaknya pengulangan dari pengujian. Tingkat kebenaran yang dicari dengan metode ilmiah sesungguhnya hanya sebatas “kidzib” 0% sampai “ghalabatu dzan”+-95% (dengan simbol Ho dan H1). Sehingga kebenarannya relatif Kebenaran dengan metode ini sekarang dianggap sebagai satu-satunya kebenaran yang absah yang dapat diterima oleh “seluruh manusia”. Metode ilmiah bahkan mengabaikan kebenaran “yakin” yang dapat dicapai oleh aqal manusia (hanya karena tidak harus menggunakan prosedur metode ilmiah yang ada). ILMU PENGETAHUAN TINGKAT II KEBENARAN TIDAK LANGSUNG 1. 2. 3. 4. TERSEMBUNYI TERHALANG LAMPAU YANG AKAN DATANG METODOLOGI ILMIAH ILMU MURNI Pengetahuan Tingkat III..hlm 129 Dalam tingkat ini, pengetahuan yang ingin diperoleh manusia adalah pengetahuan tentang pemanfaatan ilmu-ilmu murni yang telah mereka dapatkan dari pengetahuan tingkat II. Cara kerjanya yaitu dengan melakukan proses rekayasa (engineering) terhadap temuan-temuan murni yang berasal dari pengetahuan tingkat II. Hal ini bertujuan agar manusia bisa mendapatkan produk-produk yang memiliki nilai guna yang lebih tinggi bagi manusia Selanjutnya, ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam tingkatan ini digolongkan sebagai kelompok ilmu-ilmu terapan (applied sciences). Contohnya teknik mensin, teknik elektro, teknik kimia, kedokteran, pertanian, peternakan. ILMU PENGETAHUAN TINGKAT III REKAYASA ILMU MURNI METODOLOGI ILMIAH BERNILAI GUNA ILMU TERAPAN Pengetahuan Tingkat IV..hlm 131 Dalam tingkatan ini, pengetahuan yang diinginkan adalah pengetahuan tentang hakikat dibalik fenomena yang ada dari seluruh alam semesta ini. Jika dikerucutkan, pertanyaan yang paling mendasar ialah apakah alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada yg menciptakan, ataukah Pencipta itu tidak ada? Kemudian, dikarenakan metode yang digunakan pada tingkatan ini tetap sama, yaitu metode ilmiah. maka, jawaban yang didapatkan ialah hanya materi yang bersifat kekal dan azali (Hukum Kekekalan Materi dan Energi), sedangkan Tuhan itu tidak ada. Berbagai pengujian ilmiah yang dilakukuan oleh para ilmuwan untuk menjawab “kebenaran” dari teori yang ada tetap merujuk pada satu kesimpulan, yaitu hilangnya posisi dan peran agama dalam semua kancah ilmu pengetahuan, karena dogma-dogma agama tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Lihat sejarah sekularisme. Pengetahuan Tingkat IV..hlm 131 Metode Ilmiah Versus Metode Aqliyah Diketahui sebelumnya bahwa metode ilmiah merupakan bagian dari metode aqliyah. Metode ilmiah memiliki kelebihan dalam hal kepentingan riset atau penelitian yang obyek-obyeknya bisa diuji dalam skala laboratorium. Namun, tidak (sangat lemah) untuk obyek-obyek yang tidak bisa diuji dalam laboratorium. Oleh karena itu, berbagai “kebenaran” yang ada, dapat ditumbangkan dengan metode aqliyah. Selanjutnya, untuk mencari “kebenaran” yang nilainya pasti benar dengan metode aqliyah dapat menggunakan 3 dalil (penunjuk), yaitu manusia, alam semesta dan kehidupan itu sendiri, yang kesemuanya bersifat “pasti terbatas”, yang maksudnya ialah hal tersebut tidak akan pernah kekal, kehendaknya tidak mutlak dan tidak bisa berdiri sendiri dalam berbagai hal. Jadi, kesimpulan yang “pasti benar” dari proses metode aqliyah ini ialah manusia, alam semesta dan kehidupan itu mustahil bersifat azali (kekal), dan manusia, alam semesta serta kehidupan ini pasti ada Penciptanya. Dan jawaban dari pengetahuan tingkat 4 ini bersifat hitam-putih, tidak ada jawaban abu-abu, sehingga tidak ada alternatif jawaban ketiga. PEMIKIRAN TINGKAT IV PENCURI PEMBUKTIAN DIADILI Tertangkap VONIS BENAR ATAU SALAH? Hukuman 2 tahun penjara Harus ada dalil: 1. Barang bukti 2. Saksi-saksi BENAR ATAU SALAH? PEMIKIRAN TINGKAT II PEMIKIRAN TINGKAT IV ? Terdakwa: Mengapa harus 2 tahun penjara? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: KUHP ! Terdakwa: Mengapa harus dengan KUHP? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: UU PERADILAN Terdakwa: Mengapa harus dengan UU PERADILAN? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: UUD 45 ! Terdakwa: Mengapa harus dengan UUD 45? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: PANCASILA Terdakwa: Mengapa harus berdasarkan PANCASILA? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: Kesepakatan para PENDIRI NEGARA ! Terdakwa: Mengapa harus mengikuti PENDIRI NEGARA? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: NILAI-NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA Terdakwa: Mengapa harus sesuai NILAI-NILAI LUHUR? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: Dari NENEK MOYANG Bangsa Indonesia ! Terdakwa: Mengapa harus mengikuti NENEK MOYANG? BENAR ATAU SALAH? Hakim: BENAR Terdakwa: Dasarnya apa? Hakim: DARI NENEK MOYANGNYA LAGI Terdakwa: Nenek moyangnya lagi dari mana? Hakim: DARI NENEK-NENEK MOYANGNYA LAGI Terdakwa: Nenek-nenek moyangnya lagi dari mana? Akan berhenti sampai pertanyaan apa? Dari mana asal: MANUSIA, ALAM DAN KEHIDUPAN? PEMIKIRAN AQIDAH ! Pengetahuan Tingkat V..hlm 145 Dalam tingkatan ini, pengetahuan yang ingin dicapai ialah hakikat tujuan Pencipta menciptakan kehidupan ini. Untuk mengetahui jawabannya, maka ada 3 kemungkinan yang dapat difikirkan manusia, yaitu : 1. Manusia harus menemui Pencipta untuk mempertanyakannya 2. Pencipta yang akan memberi informasi kepada manusia 3. Pencipta tidak memberikan informasi kepada manusia Kemungkinan ke-2 lah yang dapat diterima secara aqliyah. Pengetahuan Tingkat V..hlm 145 Kemudian, dengan fakta yang ada, Kitab Suci (khususnya al-Qur’an) dapat digunakan sebagai dalil yang diteliti dalam metode aqliyah. Kesimpulan yang didapat dengan nilai yang “pasti benar” ialah bahwa al-Qur’an itu kitab yang pasti berbahasa Arab. Menurut akal manusia, ada 3 kemungkinan terhadap fakta al-Qur’an tersebut, yaitu : 1. Al-Qur’an itu kitab karangan Bangsa Arab Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah : 23) Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa. Jadi, al-Qur’an bukanlah karangan bangsa Arab, karena mereka tidak akan pernah mampu untuk membuat karya serupa dengan al-Qur’an. Pengetahuan Tingkat V..hlm 145 2. Al-Qur’an itu kitab karangan Muhammad Hal ini langsung dibantah oleh akal manusia sendiri dengan menilik beberapa argumen, yaitu : a. Muhammad juga anggota bangsa Arab b. Banyak hadis shahih yang berasal dari Muhammad sendiri yang tidak dapat dibandingkan dengan al-Qur’an c. Muhammad adalah seseorang yang ummi Pengetahuan Tingkat V..hlm 145 3.Al-Qur’an itu kitab yang berasal dari Pencipta Hal ini merupakan jawaban yang “pasti benar”. Selanjutnya, jika mempertanyakan tujuan dari Pencipta (Allah SWT) menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan ini dapat dilihat dari informasi yang terdapat di dalam al-Qur’an itu sendiri. Tujuan utama dari penciptaan manusia ini ialah untuk menjadi abdullah (penyembah Allah) dan khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi ini. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat : 56) Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Al-Baqarah : 30) Pengetahuan Tingkat V..hlm 145 Terdapat 3 dimensi Syari’at Islam yang menjabarkan keterikatan manusia dengan Syari’at Islam itu sendiri. 1. Dimensi Satu Dalam hal ini Syari’at Islam mengatur hubungan antara manusia dengan Penciptanya secara langsung. Seperti : ‘Aqoid dan Ibadah 2. Dimensi Dua Dalam hal ini Syari’at Islam mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Seperti : Makanan, pakaian, dan Akhlak 3. Dimensi Tiga Dalam hal ini mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam bermasyarakat dan bernegara. Seperti : Sistem Ekonomi Islam Selanjutnya, gambaran sistem kehidupan yang utuh dan menyeluruh dari Islam (Nidzom Islam) inilah pengetahuan tingkat V yang sebenarnya. Bukan hanya itu, jawaban atas pertanyaan dasar dari segala materi ini pun telah terjawab, yaitu bahwa Sistem Ekonomi Islam dapat dipertanggungjawabkan secara metode aqliyah dimana metode ilmiah tidak mampu menjawabnya. mengapa>? Karena akal manusia bersifat terbatas, manusia butuh wahyu untuk mengetahui hal-hal di luar jangkauan akalnya ILMU PENGETAHUAN TINGKAT V PANCARAN DARI PANDANGAN HIDUP GAMBARAN TENTANG PENGATURAN KEHIDUPAN 1. 2. 3. 4. 5. SISTEM PEMERINTAHAN SISTEM EKONOMI SISTEM SOSIAL SISTEM HUKUM SISTEM PENDIDIKAN Aturan hidup ISLAM Pengetahuan Tingkat 6..hlm 155 Pengetahuan tingkatan ini akan muncul ketika manusia benar-benar telah menerapkan dan mengamalkan Nidzom Islam di tingkatan V. Dalam tingkatan ini, pengetahuan yang ingin dicapai ialah produkproduk ijtihad dari para mujtahid untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan manusia yang baru, yang senantiasa berkembang sedemikian dinamis dan kompleksnya seperti sekarang ini. ILMU PENGETAHUAN TINGKAT VI PENGATURAN KEHIDUPAN DI DUNIA MUNCUL PROBLEM BARU 1. 2. 3. 4. BAGAIMANA PEMECAHANNYA? BAGAIMANA MEMPERTAHANKANNYA? BAGAIMANA MENGEMBANGKANNYA? BAGAIMANA MENYEBARLUASKANNYA? MUJTAHID ISLAM SUMBER Dwi CondroTriono, Ph.D