Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2013 Waktu : 14.00 – 18.00 Moderator : Didiek Purwandanu Pembukaan Didiek Purwandanu - Fasilitator Publik dikejutkan ketika kepala daerah banyak terjerat oleh korupsi dan penyalahgunaan kewenangan. Mendagri melansir data bahwa dalam sembilan tahun terakhir, 2004 – 2012, terdapat 290 kepala daerah yang terjerat kasus korupsi dalam rentang waktu implementasi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Artinya, setiap tahun terdapat 32 kepala daerah yang bermasalah dengan hukum, 86,2 % telah dipidana. Itu yang baru terjerat, belum yang masih belum ketahuan. Disisi lain pemerintah tengah mencoba mengesahkan 5 RUU: RUU Pilkada, RUU Pemerintahan Daerah, RUU Desa, dan RUU Aparatur Sipil Negara. Di samping itu, terdapat pula dalam Prolegnas 2013, RUU Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Kita perlu melihat sejauh mana melihat upaya legislasi ini mendukung upaya penyelsaikan kasus korupsi yang bermasalah sampai 51,5%. Salah satu yang perlu dilihat adalah konstruksi litigasi korupsi. Dirjen PU bilang “di Indonesia repot ketika kita susun regulasi, kita berasumsi semua orang baik, tapi lantas bagaimana membuat barikade sebanyak-banyaknya sehingga tidak terjadi crowded.” Salah satu caranya, mengidentifikasi loopholes (lubang-lubang hukum) bagi tindakan korupsi dan penyalahgunaan wewenang, di dalam 5 RUU terkait Pemerintahan Daerah. Dan merekonstruksi sebuah sistem pengaman yang memitigasi tindakan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. 1 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Paparan Hasil Review PATTIRO atas RUU Pemda, Pilkada, Desa, ASN dan HKPD oleh Sad DianUtomo Konstruksi Mitigasi Korupsi berdasar Review Harmonisasi 5 (Lima) RUU terkait Pemerintahan Daerah (Lihat file presentasi) • 2004-2012, 290 kepala daerah terjerat perkara korupsi. • 20 gubernur, 7 wakil gubernur, 156 bupati, 46 wakil bupati, 41 walikota, dan 20 wakil walikota • Apa artinya bagi sebuah bangsa? Mitigasi Korupsi • Mengurangi tingkat kesuburan korupsi, mencegah dampak bencana korupsi, • Dengan membangun kerangka kerja berdasar konstruksi norma-norma afirmatif dalam peraturan perundang-undangan yang relevan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Pendekatan • Identifikasi loopholes potensial anti mitigasi korupsi • Identifikasi norma-norma yang potensial menjadi bagian dari mitigasi korupsi • Rekonstruksi kerangka kerja sistem mitigasi korupsi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Loopholes • Celah-celah aturan dalam RUU terkait dengan Pemerintahan Daerah yang berpotensi untuk melemahkan upaya pemberantasan korupsi, • RUU terkait penyelenggaraan pemerintahan daerah, seperti Pemda, Pilkada, HKPD, ASN, dan Desa RUU Pemerintahan Daerah • Audit Paska Menjabat: norma perlindungan hukum bagi kepala daerah selepas dari jabatannya, dari aspek keuangan daerah dan asset daerah. 2 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 • Inovasi Daerah: norma perlindungan hukum bagi pejabat yang gagal dalam implementasi kebijakan inovasi daerah. • Persyaratan Wakil Kepala Daerah: syarat penyeleksi untuk potensial koruptor belum diatur • Forum Konsultasi Pimpinan Daerah. potensial besar untuk abuse of power seperti Muspida • Inspektorat Daerah. tidak mempunyai kewenangan kuat untuk pencegahan korupsi dan pengawasan. • Persyaratan Kepala Daerah. syarat penyeleksi tidak ketat untuk menghindari kandidat yang berpotensi menjadi koruptor. • Penelitian Persyaratan Calon Kepala Daerah. tidak ada norma yang memastikan penelitian persyaratan kandidat dilakukan secara serius, sungguh-sungguh, dan berkonsekuensi diskualifikasi • Pengawasan Pemilihan Kepala Daerah. panwaslu dan pengawasan masyaraka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol penyimpangan • Dana Kampanye. Belum ada batasan dana kampanye dan kontrol atas pembatasan dana tersebut. RUU HKPD • Pertanggungjawaban Pelaksanaan Keuangan Daerah. pertanggungjawaban hanya berlaku pada DAK. • Dana Cadangan Daerah. tidak ada pengaturan akuntabilitas dan transparansi atas dana cadangan ini • Norma Pengecualian. Terdapat dua pasal pengecualian atas pengelolaan APBD, terkait dengan obligasi dan penggunaan dana APBN • Informasi Keuangan Daerah. Tidak ada pengaturan terkait dengan dana hibah, dana cadangan, dan lain-lain • Kerahasiaan Informasi Kepegawaian. Cenderung ke arah kerahasiaan informasi publik. • Seleksi Kepegawaian. Belum diatur transparansi dan akuntabilitas proses seleksi pegawai. • Perlindungan Hukum: pembelaan secara hukum lebih ditujukan bagi pegawai ASN yang bermasalah dengan hukum • Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan Pegawai ASN: tidak ada ketentuan tentang pelaporan harta kekayaan pribadi secara reguler dari pegawai ASN 3 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 • Korps Profesi Pegawai: Korps tidak berkedudukan sebagai pembela hak-hak para pegawai ASN sebagai anggota. • Audit Paska Menjabat: audit paska menjabat tidak ada dalam kerangka sistem informasi, fungsi KASN, dan kerangka perkembangan karier pegawai ASN RUU Desa • Partisipasi Masyarakat: forum-forum pertemuan antara kepala desa, BPD, dan warga masyarakat dibatasi oleh forum tahunan, musrenbangdes. Dan fungsi pengawasan BPD tidak ada. • Sistem Informasi Desa: penyediaan informasi pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat desa tidak ada. Rekomendasi Persyaratan dan penelitian atas syarat-syarat tersebut untuk menentukan kepala daerah, wakil kepala daerah, dan aparatur sipil negara disusun dan dilakukan dengan ketat, konsisten, dan sungguh-sungguh Pemberlakuan audit paska menjabat berlaku untuk aspek keuangan, asset daerah, kinerja kebijakan, dan perlakuannya atas hak-hak konstitusional warga Pengawasan dikolaborasikan dengan mekanisme pengaduan, terutama untuk fase penentuan pimpinan daerah dan pegawai pemda, fase penyelenggaraan pemda, termasuk penganggaran dan pembelanjaan/eksekusi kebijakan Mereduksi dan menutup peluang penggunaan pendekatan keamanan dalam penyelesaian sengketa dalam negeri, dan mengutamakan pendekatan kesejahteraan dan dialogis Perlindungan hukum dan bantuan hukum diutamakan bagi whistleblower dan/atau justice collaborator dari kalangan pegawai pemda Sistem informasi keuangan daerah yang terintegrasi bagi kerangka kerja primer bagi pemerintahan-daerah nan terbuka (Open Sub-national Government), baik bagi APBD, transfer dana dari pusat, dan dana kampanye Pilkada Local Governance Forum (LGF) adalah forum regular berbagi gagasan, terutama desentralisasi. Pattiro adalah organisasi non profit non pemerintah yang bekerja untuk mendorong terwujudnya tatakelola pemerintah yang baik (good governance) dan desentralisasi yang lebih baik di Indonesia. Kali ini kita membahas harmonisasi kebijakan, 4 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 RUU yang kita anggap terkait langsung dengan desentralisasi. Penting untuk dilakukan karena belum ada lembaga yang mengurus harmonisasi ini. Bagi kita sangat penting untuk memastikan agar RUU itu tidak tumpang tindih. Memang bukan tugas Pattiro untuk melakukan harmonisasi kebijakan melainkan tugas pembuat kebijakan, maka kita akan mengisi di advokasi kebijakan. Kita bergerak untuk mempertemukan berbagai pihak terkait untuk menyusun kebijakan. Kita mengurus mitigasi RUU tersebut. LGF ini merupakan forum lanjutan, yang pertama kita membahas tentang berbagi kewenangan antar pemerintah. Mitigasi korupsi penting karena tantangan besar bangsa ini adalah mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi. Tahun lalu Transparansi Internasional Indonesia merilis sebuah temuan dan menunjukkan dalam 2 tahun belakangan ini korupsi makin marak. TII melakukan riset ke 107 negara. Menurut kita penting ada upaya untuk melakukan mitigasi korupsi, karena kita berusaha mengantisipasi kerusakan sosial ekonomi. Kita berharap mitigasi korupsi menjadi prioritas dari KPK, karena upaya ini yang bukan hanya penindakan yang penting tapi peluang adanya korupsi ditutup. Apa yang kami lakukan adalah memberikan usulan agar 5 RUU yang terkait Pemda dapat mengurangi semaksimal mungkin peluang terjadi korupsi. Bagaimana konstruksi ini bisa dibangun dan memberikan konstribusi? Informasi kepala daerah yang terjerat korupsi ini sangat memprihatinkan, hampir 52% kepala daerah di bawah rezim UU 32/2004 tidak bisa mengelola pemerintah secara bersih. Di UU tidak ada indikator yang bisa mengukur seberapa besar indicator. Pernah dulu digagas UU APBN tahun 2010 dan 2011 tapi gagasan itu ditolak karena Bappenas belum bisa merumuskan instrumen dan khawatir kalau norma itu masuk maka bisa dipakai untuk meng-impeach Presiden. Dari 51% itu kita menangkap satu pesan, situasi itu jangan dibiarkan terus-menerus. Peluang itu terbuka momentumnya. Masa reformasi ini merupakan masa dimana di negeri ini tidak ada satu penguasa tunggal yang menjadi rujukan sehingga yang jadi rujukan adalah pertarungan kelompok baik dan buruk. Ini seperti kotak pandora yang terbuka. Tampak ketika pemerintah memberikan respons kepada bagaimana satu aturan UU adalah ketika ada masalah maka responsnya dia bisa protektif terhadap pelaksanaan pejabat pemerintahannya. Tapi disisi lain kita lihat ada langkah progesif dari pemerintah karena memperkenalkan norma inovatif, yang harus kita dukung misalnya norma yang mendorong adanya politik 5 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 dinasti. Pemerintah memberikan satu norma juga soal wakil kepala daerah tidak boleh memiliki beban hutang yang dapat memungkinkan dirinya merugikan keuangan negara. Upaya menegaskan upaya kewenangan pemerintah pusat dan daerah. K/L tidak boleh mengalokasikan anggaran yang menjadi urusan pemda. Norma progresif lagi dipakai untuk imunitas bagi kepala daerah. Akan dilakukan audit keuangan daerah. Setelah dari pemerintah itu tidak ditemukan bukti pelanggaran hukum, dia tidak bisa dituntut kembali. Kalau kami menilai audit paska menjabat ini jadi catatan kinerja bagi pejabat itu. Norma ini juga tidak hanya bisa dipakai Kepala daerah saja, tapi juga jabatan pimpinan tinggi. Menurut kami 5 RUU yang digagas pemerintah menyimpan norma baru yang cukup progresif tapi dipakai untuk impunitas kepala daerah kami coba celah lubang hukum yang kami temukan, jadi satu bagian yang bisa direkonstruksi. Ke depan kami berharap bisa mengajukan gagasan ke KPK dan pemerintah, Mendagri, bagaimana system mitigasi bisa dirancang dari hulu ke hilir. Dari tahap perekrutan pimpinan daerah sampai ke tahap pertanggungjawaban dan evaluasi. Selama ini posisi inspektorat daerah mandul dan menjadi legitimas kepala daerah untuk kerja-kerjanya. Sangat bagus jika ada hubungan fungsional KPK dan inspektorat jendral di daerah untuk melakukan penyidikan dan diberi kewenangan melakukan edukasi dan monitoring proses di internal sehingga fungsi pengawasan internal jadi jelas. Kita lihat 5 UU tadi dan bagaimana kita melihat mitigasi Tanggapan Stakeholder Narasumber : Roni Dwi Susanto (KPK) Ninik Rahayu (Komnas Perempuan) Reydonnizar Moenek (Kemendagri) Presentasi Roni Dwi Susanto (lihat file presentasi) Upaya Pencegahan dalam pemberantasan korupsi Tahun 2013 - 2015 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas 6 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun (pasal 3) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (ps. 1 butir 3) adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikanpenyidikan-penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat. Visi : Menjadi Lembaga Penggerak Pemberantasan Korupsi yang Berintegritas, Efektif, dan Efisien Misi : 1. Melakukan Koordinasi dengan Instansi yang Berwenang Melakukan Pemberantasan TPK 2. Melakukan Supervisi Terhadap Instansi yang Berwenang Melakukan Pemberantasan TPK 3. Melakukan Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan Terhadap TPK 4. Melakukan Tindakan-tindakan Pencegahan TPK 5. Melakukan Monitor Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Tugas pencegahan UU No. 30 Tahun 2002 Pasal 13 Peraturan KPK RI No.30 Tahun 2010 1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan thd laporan harta kekayaan penyelenggara negara 2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi 3. Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan 4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK 5. Melakukan kampanye antikorupsi kpd masyarakat umum 6. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan TPK 7. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui penelitian, pengkajian, dan pengembangan pemberantasan korupsi 8. Koordinasi dan supervisi Pencegahan tindak pidana korupsi kepada instansi terkait dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publi Jenis Perkara TPK Kajian Pendanaan Parpol (2011) Beberapa Temuan: 1. Masih adanya celah peraturan dalam batasan penerimaan dana parpol 7 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 2. Lemahnya sanksi atas kelalaian/ ketidakpatuhan kewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana yang berasal dari APBN/APBD 3. Tidak adanya batas maksimal pengeluaran dana serta jenis pengeluaran dana kampanye oleh Parpol dan/atau calon Kajian Penggunaan APBD untuk Klub Sepak Bola (2011) Beberapa Temuan: 1. Dilanggarnya asas umum pengelolaan keuangan daerah pada pengelolaan APBD bagi klub sepak bola (tidak jelasnya, tidak lengkapnya, dan dilanggarnya peraturan mengenai hibah) 2. Adanya rangkap jabatan pejabat publik pada penyelenggara keolahragaan di daerah yang dapat menimbulkan CoI 3. Dilanggarnya prinsip transparansi dan akuntabilitas Kajian Pengadaan dan Pemberhentian PNS (2011) 1. Total dana APBN 2011 yang dialokasikan untuk belanja 4,6 juta PNS cukup besar, mencapai Rp 180,6 Trilyun (sekitar 14,7% dari belanja negara APBN 2011) 2. Data pengaduan masyarakat yang masuk ke KPK terkait proses pengadaan dan pemberhentian PNS dari tahun 2005 sampai dengan 2010, dari berbagai wilayah Indonesia mencapai rata-rata 148 pengaduan setiap tahun 3. Global Competitiveness Index 2010-2011 menunjukkan bahwa faktor tertinggi yang menghambat dalam berbisnis (the most problematic factors for doing business) di Indonesia adalah birokrasi pemerintah yang tidak efisien Kajian Pengadaan dan Pemberhentian PNS (2011) Beberapa Temuan: 1. Tidak kredibelnya proses seleksi CPNS dari tenaga honorer 2. Tidak ditetapkan nilai minimal kelulusan (passing grade) untuk menentukan kelulusan tes pelamar CPNS 3. Tidak adanya persyaratan yang terukur penetapan perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS tertentu 8 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Kajian Pengelolaan DAK Pendidikan (2009) Beberapa Temuan: 1. Penggunaan DAK Pendidikan tidak sesuai peruntukkan 2. PP-DAKS tidak memiliki kompetensi dalam pengelolaan keuangan 3. Tidak ada standar waktu pencairan dana 4. Tidak semua sekolah melakukan pencatatan aset 5. Pemda tidak membuat/menyampaikan laporan DAK kepada Kemdikbud Visi Deputi Pencegahan : Menjadi pusat unggulan deteksi dan prevensi korupsi Misi : 1. Mendorong terwujudnya K/L/O/P yang bebas dari Korupsi 2. Mendorong terwujudnya Sistem Integritas Nasional 3. Mendorong terwujudnya lingkungan politik yang berintegritas 4. Mendorong terwujudnya K/L/O/P yang taat azas. STRATEGI PENCEGAHAN KPK Strategi jangka pendek 1. strategi yang diharapkan mampu segera memberikan manfaat/ pengaruh dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. 2. Strategi jangka menengah 3. strategi yang secara sistematis mampu mencegah terjadinya TPK - Perbaikan sistem administrasi dan manajemen penyelenggara negara 4. Strategi jangka panjang dan berkelanjutan 5. diharapkan mampu mengubah budaya anti-korupsi dan persepsi masyarakat terhadap korupsi budaya produktif & inovatif Strategi Pencegahan: Jangka Panjang dan Berkesinambungan 1. Diseminasi Peraturan Perundang-undangan terkait dengan TPK 2. Kampanye anti korupsi pada berbagai lapisan masyarakat/dunia usaha/lembaga pemerintah pusat + daerah 3. Melibatkan semua pihak, semua sektor dan seluruh komponen perumus kebijakan baik itu pemerintah dan penyelenggara negara lainnya 9 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 4. Penguatan political will Penutup 1. Penyusunan peraturan perundang-undangan harus menghindari dan dapat mengeliminasi aktivitas yang memberikan celah kepada tindak pidana korupsi 2. Diperlukan kemampuan untuk dapat melakukan deteksi dini terhadap orang-orang, sistem, dan sektor yang selama ini diduga berpeluang terjadi tindak pidana korupsi 3. Pencegahan korupsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pemberantasan korupsi 4. Partisipasi seluruh aspek masyarakat dalam pencegahan korupsi sangat dibutuhkan 5. Harus dilakukan penegakan hukum dan melakukan penindakan secara tegas tanpa diskriminatif terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam aksi korupsi (penegak hukum, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) Tolong dilihat lagi UU 27 / 2009 tentang MD3, yang sangat terkait dengan 5 kewenangan tadi. Dalam UU MD3 menyisakan masalah terkait 5 RUU tersebut. Dilihat juga UU 15 UU keuangan negara. Jarang orang membaca semua 5 UU ini untuk mengharmonisasikan. Ini mengarah ke tata laksana. Apa yang disampaikan tadi adalah untuk mengurangi korupsi. Saya secara langsung mengalami bagaimana susahnya melakukan harmonisasi. Mudahmudahan sekarang sudah berubah. Kami bertugas melakukan pemberantasan korupsi. Saya baru 1 tahun di KPK, sebelumnya 16 tahun di Bappenas. Kita ada beberapa pasal yang memang kami tak bisa bergerak sendiri. Bicara mengenai kajian pendanaan parpol. Biaya politik memang mahal. Saya pernah ketemu seorang wakil bupati, dia bilang “gaji saya hanya 5 juta, kalau nggak dari fee proyek bagaimana dong?” Dari semua UU itu ada celah untuk melakukan korupsi. Masyarakat itu mesti melihat pimpinan itu musti punya uang, nggak peduli uangnya darimana? Maka sekarang pemilih harus berintegritas. Kajian Pengadaan dan Pemberhentian PNS (2011) : Kami akan masuk bagaimana modul integritas masuk ke rekrutmen IPDN. Jadi potong generasinya dalam rekrutmen tadi. Modul di KPK, kita pernah meminta 60 orang jaksa, setelah kita tes hanya 1 yang cocok di KPK. Dalam program Indonesia Memanggil kemarin, dari 36 ribu yang mendaftar di KPK hanya 10 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 lolos 6 ribu orang. Memang seleksinya berat. Sehingga di KPK saya bangga karena profesional, dan integritasnya teruji yang membuat komitmen masih hidup. Kesulitan kami adalah masih kurangnya orang, hingga sekarang hanya ada 700 penyidik. Kementrian agama, sudah jelas biaya haji biaya APBD kok masih ada dana setoran untuk membayar panitia? Sudah jelas Dana Abadi Umat boleh untuk kebutuhan mendesak, celah itu memang sengaja dimunculkan by design. Bagaimana DAU bisa untuk menyumbang fakir miskin? Salah satu tugas KPK adalah bermain di system. Sistem itu sangat pintar, memasukkan pasal tertentu yang bisa muncul celah. Perubahan by system akan terjadi tapi ada celah yang bisa menimbulkan korupsi. Bagaimana regulasi bisa menghemat keuangan Negara? Dari regulasi pun kita bisa melakukan perubahan. Mohon 5 UU ini bisa dibaca seluruhnya dengan jelas. Presentasi Reydonnizar Moenek - Kemendagri (lihat file presentasi) Melawan Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang Analisis dan Evaluasi Kementrian dalam Negeri terhadap Dinamika Penyelenggara Pemerintahan Daerah 1. 294 Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) sejak diberlakukannya Pilkada Langsung pada tahun 2004 s/d 2013, yang terlibat masalah hukum baik sebagai saksi, tersangka, terdakwa dan terpidana, 70% diantaranya adalah terlibat tindak pidana korupsi. 2. Izin pemeriksaaan bagi anggota DPRD Provinsi yang diberikan izin oleh Menteri Dalam Negeri kurun waktu 2004-2012 terdapat 431 orang dimana sebanyak 137 orang (35.49%) diberikan izin kepada aparat Kepolisian dan 294 orang (64.51%) oleh aparat Kejaksaan. Jenis kasus hukumnya adalah 83.76% adalah kasus korupsi diantara berbagai kasus-kasus pidana, perzinaan, pemerasan dan seterusnya. 3. Izin yang diberikan oleh Gubernur atas nama Menteri Dalam Negeri kepada Kepolisian dan Kejaksaan untuk memeriksa anggota DPRD Kabupaten/Kota pada tahun 2004 s/d 2012 adalah sebanyak 994 izin dan jumlah yang diberikan izin untuk diperiksa sebanyak 2.545 11 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 orang anggota DPRD. 4. Dari 2.545 orang Anggota DPRD Kab/Kota, terdapat 1.050 orang (40.07%) yang jenis kasus hukumnya teridentifikasi yakni korupsi sebanyak 38.24% 5. Data PNS yang bermasalah hukum sejak diberlakukannya Pilkada Langsung (2004 s/d 2012) baik sebagai saksi, tersangka, terdakwa dan terpidana sejumlah 1.364 orang. (Sumber Data Kementerian Dalam Negeri) 6. Hasil Evaluasi dan Analisis Kementerian Dalam Negeri terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut diatas : 7. Mahalnya biaya pemilihan kepala daerah (fenomena uang mahar/sewa perahu, biaya kampanye, biaya pembentukan tim sukses dan beban-beban lainnya). Sebagai misal : Pilkada Jawa Timur pada Tahun 2008 yang berlangsung selama 2 putaran yang menghabiskan Rp. 970 Milyar; 8. Pragmatisme Politik yang sarat dengan politik transaksional; 9. Distorsi dan bias dalam memahami dan memaknai demokrasi dan demokratisasi yang harus diartikan sebagai Pilkada secara langsung dan rawan terhadap konflik; 10. Akibat rekruitmen terbuka atau open recruitment sejak reformasi, siapapun bisa menjadi Kepala Daerah, antara lain : artis, pengusaha, alim ulama, guru, dll, sejauh mendapat dukungan dari partai politik atau gabungan partai politik. Mereka populer, namun minim kapasitas, kapabilitas dan kualitas untuk menjalankan Pemerintahan Daerah; 11. Efektif dan berfungsinya pengawasan oleh BPK dan BPKP; 12. Efektifnya penindakan oleh aparat penegak hukum; 13. Tingginya Partisipasi masyarakat melalui kontrol media dan Lembaga Swadaya Masyarakat; 14. Rigiditas dalam sistem dan prosedur pengeluaran Kas yang harus berbanding lurus dengan bukti-bukti pertanggungjawaban yang valid/dengan kata lain tidak dapat membuktikan pertanggungjawaban keuangan; 15. Ketidakmengertian dan ketidakpahaman akibat open recruitment dalam mengelola Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah; 16. Rendahnya kualitas calon yang diusung/diajukan oleh Parpol tidak memperhatikan rekam jejak, integritas dan sebagainya; 17. Disharmonisasi hubungan KDH dan DPRD utamanya dalam pembahasan APBD. 18. Politisasi birokrasi/kooptasi birokrasi/terbelahnya birokrasi oleh kekuatan Parpol di daerah. 12 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 PATTIRO melihat dari sisi implementasi, apa yang sedang bekerja dengan desain kita sekarang? Ini salah dalam konsep atau dalam implementasi? Apa dan bagaimana hubungan dan tata kerja pemerintah? Amanat konstitusi, tapi begitu dihadapkan dengan dinamika implementasi, jadi melempem. Demokrasi dapat diartikan dengan dua cara : masa otoriter sudah pernah dialami, kemudian kita dalam fase otonomi. Ternyata realitas yang dihadapi, ada 294 kepala daerah terlibat masalah hukum, 70 persen terlibat tindak pidana korupsi. Bayangkan jika Gubernur, Sekda maju bagaimana dengan PNS kita? Hibah bansos akan muncul secara signifikan. Hasil Evaluasi dan Analisis Kementrian : Kalau gaji seorang Gubernur 60 juta, berarti ada 720 juta tahun, selama 5 tahun masa jabatan total 3,5 miliar. Berapa yang dikeluarkan untuk kampanye kepala daerah? Data yang ada tak kurang dari 30 -200 Miliar. Dulu UU 5 tahun 1974 dimana merupakan rezim penyelenggara pemerintah, sekarang rezim pilkada masuk ke rezim pemilihan umum. Yang diatur negara dalam konstitusi : Lembaga dalam system Ketatanegaraan: Kalau kita mau mensinkronkan 5 UU itu dia harus mensinkonkan dengan UU Pemda. UU 31 tahun 2009 urusannya sudah berada di daerah, uangnya sudah konteksual di angka. Itu sektoral semua. Prinsip hubungan keuangan dan daerah ada asas dekonsentrasi, desentralisasi dan asas pembantuan. Ada banyak sekali komisi-komisi negara yang membebani anggaran, dan kata UU desentralisasi dibiayai dari dan atas. Sistem pemerintah RI: harus didudukkan kembali asas dekonsentrasi dan desentralisasi dan tugas pembantuan. Yang dibiayai untuk belanja daerah adalah DBH, DAU, DAK, Dana Otsus, Dana penyesuaian. Kita kembali pada format pemda seperti apa? UU 39 tahun 2008 tentang Kementrian Negara Ada kementrian Negara dan dewan pertimbangan. Kemarin ada gaji guru yang terpakai untuk kampanye kepala daerah, seperti itu bagaimana? Ada petugas KUA di Kecamatan yang tidak mau mengawinkan penduduk yang diduga Ahmadiayah, itu bagaimana? Apakah boleh pelayanan publik didiskriminasi atas dasar sesat? Ya pasti Kapuspen, Bawasda itu perangkat pusat di daerah dan bukan perangkat daerah. Dia hanya melakukan sinkronisasi, tapi semua K/L minta untuk mengatur daerah. Jadi ini urusan pusat yang jadi daerah dari urusan daerah, kalau begitu dikembalikan 13 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 ke asas desentralisasi. Kementrian Dalam Negeri: kekuasaan pemerintahan. Sekarang dengan otonomi seluas tidak mudah menerjemahkan, saya dipilih langsung, dia lupa, dipilih langsung ini pahamnya dari presiden. Ini negara kesatuan, referensi negara kesatuan. Di dalam negara federal sumber itu berasal dari otonomi. Kementrian/LPNK pasal 17 UU 1945. Misalnya dialog Presiden dan Mendagri. Apakah demokrasi mau diartikan sebuah system nilai, tujuan atau cara mencapai tujuan? Benarkah Pilkada langsung itu membawa kemanfaatan. Ada asas penyelenggaraan pemerintah negara, ketika terjadi instabilitas ruang ini dikoordinasikan hubungan hubungan negara dan pemerintah daerah. Gubernur, bupati, walikota dipilih secara demokratis. Fenomena adanya uang mahar, sewa perahu, itu berada di ruang-ruang gelap. Presentasi Ninik Rahayu (lihat file presentasi) Pendekatan Gender dalam Melawan Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang dikaitkan dengan Harmonisasi 5 RUU Pemerintahan Daerah Sejarah Berdiri Komnas Perempuan Didirikan untuk merespon permintaan masyarakat khususnya gerakan perempuan agar pemerintah bertanggung jawab atas peristiwa Mei 1998 dimana ratusan perempuan etnis Tionghoa mengalami kekerasan seksual. Salah satu mekanisme HAM nasional selain Komnas HAM dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia, berdiri berdasarkan Peraturan Presiden Dasar bekerjanya adalah konvensi anti penyiksaan dan konvensi penghapusan diskriminasi terhadap perempuan Pentingnya Memastikan Terimplementasi di Nasional dan Daerah Mandat nasional dan realitas yang memerlukan dukungan 3 Elemen Menuju Penghapusan KtP Mewujutkan Kesetaraan dan Keadilan Gender Substansi hukum, kultur hukum, struktur hukum : Undang-Undang Nomor 14 tahun 2009 14 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 tentang pengesahan protocol to prevent, suppress and punish trafficking in persons, especially women and children, supplementing the united nations convention against transnational organized crime (protokol untuk mencegah, menindak, dan menghukum perdagangan orang, terutama perempuan dan anak-anak, melengkapi konvensi perserikatan bangsa-bangsa menentang tindak pidana transnasional yang terorganisasi) Kebijakan NasionalStagnasi Kelembagaan di Daerah 1. Tersedianya alokasi anggaran daerah di 25 Provinsi dan 83 Kab/Kota untuk penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak 2. Terbentuknya P2TP2A di 27 Provinsi dan 197 Kab/Kota 3. Terbentuknya Gugus Tugas Trafficking di 28 Provinsi dan 88 Kab/Kota 4. Terbentuknya 123 Lembaga layanan korban kekerasan berbasis rumah sakit 5. Terbentuknya UUPA di 456 Mapolres 6. Terbentuknya 41 Lembaga Pengada Layanan Berbasis Komunitas Pencegahan Kasus KtP 1. Belum maksimal sosialisasi tentang KtP:Media, tenaga kesehatan, kelompok difabel & PNS 2. Belum Terintegrasinya Materi HAM dan Gender bagi APN; APH; PT 3. Belum Terintegrasinya Materi Anti KtP,Diskriminasi Gender dan Kesehatan Reproduksi di Sekolah 4. Belum terintegrasinya kebijakan intervensi “psikologis” bagi Pelaku KtP 5. Masih dibutuhkan Kebijakan Operasional UU PKDRT dan TPPPO 6. Perlu kebijakan Peradilan Khusus Perempuan dan Keluarga yang Berhadapan dengan Hukum 7. Keterpaduan Penanganan Dibutuhkan Kebijakan Konsep SPPT PKKTP (Keterpaduan dukungan sistem KOORDINASI Polisi, Jaksa, Hakim,Advokat,LP dan Pendamping) 8. Optimalisasi pemenuhan hak korban untuk memperolehn rasa aman dan nyaman serta kemudahan penanganan (tempat pengaduan; shelter) 9. Peningkatan keterpaduan pemulihan dan pendampingan perempuan korban (medis, psikologis,ekonomi dan hukum) 15 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 10. ARG dan PPRG yang Tetap Perlu dijaga Dalam RPJMN 2015-2019 Paradigma baru a) Transparansi, akuntabilitas dan tuntutan semakin nyaring tentang keadilan (termasuk keadilan gender) telah merubah bagaimana sejatinya anggaran diformulasikan, disetujui, dilaksanakan dan di monev. b) Anggaran Nasional tidak hanya dilihat: c) sebagai bagian eksklusif Kementerian/Lembaga; d) sebagai upaya balancing antara biaya dan pendapatan sebagai bagian dari ekonomi makro yang sifatnya netral, tetapi……… Tetapi, sebagai suatu proses yang mencakup perencanaan nasional dan tujuannya, dengan dasar keadilan bagi seluruh masyarakat, perempuan dan laki-laki ebagai salah satu hak dari azasi manusia a) sebagai cara bagaimana mempergunakan sumber- sumber yang ada dengan cara-cara efisien, efektif dan adil b) sebagai cara meningkatkan, mengurangi ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, tapi juga atau membiarkan ’status quo’ c) sebagai usaha merealisasi berbagai komitmen global dan nasional termasuk agenda prioritas dan strategi pembangunan pemerintah Anggaran Nasional bagian dari Ekonomi Makro yang Instrumental Mencerminkan agenda prioritas dan strategi pembangunan Agenda prioritas dan strategi (jangka Menengah) tertuang dalam RPJM 2010-2014 (Perpres N0. 5 Tahun 2010): 3 agenda prioritas pembangunan: 1. mewujudkan Indonesia yg adil dan demokratis 2. menciptakan Indonesia aman dan damai 3. meningkatkan kesejahtraan rakyat Indonesia 4 strategi pengarusutamaan (mainstream) ke dalam semua sektor 1. penanggulangan kemisikinan 2. pembangunan berkelanjutan 3. tatalaksana pemerintahan yang baik 16 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 4. gender Apa itu Anggaran Responsif Gender 1. Ada banyak definisi ARG mengikuti perkembangannya, salah satunya dari Rhonda Sharp, kurang lebih sebagai berikut: 2. ‘Gender-sensitive budgets’ ‘gender- budgets’, and ‘women’s budgets’ refer to a variety of processes and tools aimed at facilitating an assessment of the gendered impacts of government budgets”. 3. Untuk mewujudkan anggaran yang adil dan responsif untuk kebutuhan setiap orang, utamanya bagi kelompok rentan (perempuan, anak) 4. Kecenderungan lama: ’trickle down effect’ à dengan kebijakan netral gender, 5. Asumsi laki-laki dan perempuan akan mendapat manfaat yg sama dari intervensi (anggaran) à ternyata tidak otomatisà tidak menggapai masalah kemiskinan; ketidakadilan, termasuk ketidakadilan gender 6. Isu Gender selama ini luput sebagai salah satu variable yang harus dianalisis dalam menentukan perencanaan dan anggaran (biaya dan pendapatan) Memahami Konsep Anggaran Responsif Gender 1. ARG bukan budget yang terpisah untuk perempuan atau untuk laki-laki 2. Bukan anggaran dibagi 50:50 3. Bukan penyisihan anggaran 5% 4. Bukan juga penambahan unsur baru dalam anggaran Kerangka Teknis Instrumen ARG 1. Dari segi Pembiayaan, analisis di bagi kedalam tiga kategori (Sharp ,Broombill, 1990) 2. Anggaran spesifik gender Analisis dilakukan untuk menentukan alokasi anggaran untuk program spesifik gender (Mis: program Kekerasaan terhadap Perempuan; spesifik kesehatan laki-laki, program Kanker Prostat ) 3. Anggaran untuk meningkatkan kesetaraan gender di sektor public. Analisis dilakukan untuk menentukan alokasi program-program keperluan kebutuhan strategis gender, suatu program untuk mengejar kekurangan/ ketertinggalannya (Mis: program beasiswa yang responsif terhadap kebutuhan gender perempuan; program pendidikan khusus remaja (laki-laki dan perempuan) yang putus sekolah) 17 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 4. Anggaran untuk melaksanakan PUG Analisis dilakukan terhadap dampak berbeda dari alokasi sektor terhadap target sasarannya (perempuan dan laki-laki), 5. Usaha ini hampir tidak pernah dilakukan. Masalahnya adalah tidak tersedia data terpilah menurut jenis kelamin dihampir semua instansi. 6. Tidak diadakan analisis (gender), sebab tidak tersedia data terpilah 7. Tapi justru ini tantangannya. Keharusan menyediakan data terpilah dan melakukan analisis gender 8. Untuk capacity building bagi para staf di instansi (Mis: pelatihan analisis gender; advokasi ARG untuk para pengambil kebijakan) 9. Perempuan dalam kekuasaan dan proses pengambilan keputusan Permasalahan: 1. Masih rendahnya keterlibatan perempuan baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang dimiliki. 2. Masih ada anggapan masyarakat bahwa perempuan tidak layak untuk berada diwilayah politik 3. Masih Rendahnya dukungan masyarakat terhadap perempuan dalam politik. Gambaran Ketidakadilan Gender 1. Institusi masyarakat-seperti norma sosial, adat istiadat, hak dan hukum sebagaimana halnya institusi ekonomi, seperti pasar, membentuk peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan. 2. Rumahtangga memainkan peran cukup sentral dalam membentuk hubungan gender sejak dini dan dalam mewariskannya dari satu generasi ke generasi lain. 3. Institusi Negara,melakukan pembiaran dan aktif membuat kebijakan yang tidak kondusif bagi penghapusan KtP dan Diskriminasi Gender Rekomendasi Pemerintah menyediakan dukungan dana penyusunan data Nasional ktP Pemerintah menyediakan perangkat pelaksanaan kebijakan untuk mendukung ARG dan PPRG 18 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Pemerintah menciptakan mekanisme yang efektif bagi pencabutan dan pencegahan lahirnya berbagai kebijakan diskriminatif terhadap perempuan Pemerintah menciptakan insentif bagi filantropi domestik serta inisiatif-inisiatif corporate social responsibility untuk mendukung keberlanjutan lembaga penanganan KTP Pemerintah mendorong ketersediaan layanan terpadu yang bermutu bagi pemulihan perempuan korban kekerasan Lembaga Komnas Perempuan tidak membuka cabang, kami bekerjasama dengan NGO dan pemerintah. Kenapa sangat urgent, karena diskriminasi perempuan masih luar biasa, mau tidak mau penting keberadaan institusi ini, kita tidak mengurus semua problem perempuan tapi anti kekerasan pada perempuan. Bagaimana memastikan kewajiban dan mandat HAM, mari lihat: Materi hukum kita satu dengan yang lain tumpang tindih sehingga pemenuhan HAM tidak terwujud dan ketimpangan gender melebar, partisipasi gender tidak utuh dan disana terjadi pemiskinan perempuan. Budaya masyarakat : demokrasi tidak hanya mengharapkan aparatur tapi juga masyarakat, kultur dan budaya hukum masyarakat yang sangat patriarki. 3 hal ini menjadi pilar penting. Tadi disinggung, materi hukum menjadi sangat penting tapi dalam membuat materi hukum sulit jika hanya bertumpu pada proses. Tetap harus berpijak pada mandat konstitusi. Milstone kebijakan perlindungan perempuan: landasan dasar, sudah banyak kebijakan. Selain kemajuan pada perlindungan perempuan, kebijakan kita mengalami kemunduran, misal SPM Pemulihan : ditandatangani 10 kementrian lembaga tapi dia hanya minimal menangani kasus perkosaan, KDRT, tapi jika kasus konflik beragama, dia tidak bisa menangani. Ketika ada kasus konflik sumber daya alam, SPM tidak bisa berbicara apa-apa. Ini kemunduran. UU no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan masuk Prolegnas mulai 2004 tidak pernah masuk. Padahal pangkal dari diskriminasi ada disini. Dan ini menginspirasi UU 13/2003 tentang ketenagakerjaan. Tragedi Mei 1998, Aceh, Papua : Saya baru tahu minggu lalu, dana pemberdayaan perempuan di Kabupaten Wanema itu dananya 3 miliar setahun. Jam 15.00 kantornya baru buka. Dibuat apa? Mereka juga tidak tahu tentang CEDAW, UU PKDRT dll. Kebijakan Daerah: berapa ratus juta biaya yang dikeluarkan? Materi hukum kita harus bisa 19 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 menyelesaikan konflik yang ada. Tiga hari lalu saya diminta jadi ahli hukum untuk jadi RUU KKG (Undang Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender). Ternyata pertanyaan dari anggota Panja sepele, “emang budaya harus diubah ya? Lalu Negara mengurus rumah tangga dengan UU KKG? Saya tidak setuju.” Apakah kelembagaan ini bisa dilakukan di daerah? Saya mengusulkan 4 insitusi kesatuan lembaga yang bisa responsive gender. 4 lembaga itu (Kemeneg PP, Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri) bahwa mainstream gender menjadi kewajiban seluruh. 4 ini akan jadi satuan kerja yang penganggarannya mainstreaming gender. Bentuk Pencegahan yang lain : Memperluas definisi pejabat public, termasuk diantaranya adalah korporasi. Kasus konflik sumber daya alam, pelibatan korporasi yang luar biasa. Menurut saya korupsi bisa juga diakibatkan tidak saja uang, kalau dia tidak berkomitmen di persoalan gender, gratifikasi seksual, poligami, ini juga tidak berkomitmen. Gratifikasi seksual secara definitif tidak ada, tapi dia bagian dari definisi korupsi yang dibuat KPK dan KPK akan diskusikan dengan lembaga hukum di Negara ASEAN. Kami menyusun konsep tentang fakta integritas ini, supaya tidak hanya yang disebut korupsi itu bukan hanya yang bentuknya duit, tapi juga wajah kekerasan terhadap perempuan. Ketika pejabat public menghalangi, maka ia melanggar fakta integritas. Proses rekrutmen jadi penting. Bagaimana proses rekrutmen pejabat public, karena makna korupsi hanya uang. Aceh itu UU turunnya bukan karena aparat hukum tapi luar biasa masyarakat. Poligami itu seharusnya bukan delik aduan, jadi langsung bisa ditangkap. Sumpah jabatan. Kami bekerjasama dengan Kemendagri, ada 8 perda yang diklarifikasi. Saya mengusulkan perusahaan tambang yang ada pekerja perempuan, minim ada lembaga pengaduan. Tanggapan Peserta Wawan – Transparansi Internasional Indonesia Kinerja Kemendagri yang berani merilis beberapa kepala daerah yang korupsi, yang dulu kami yang mentracking satu-satu, kami apresiasi. Melihat banyaknya sampai 51% hasil pilkada yang terkena korupsi, saya tidak sepakat bahwa itu sebuah kegagalan desentralisasi. Bukan desentralisasi yang gagal. Misal sekarang muncul lagi dengan RUU ormas, saya khawatir itu jadi wacana Kemendagri untuk mengembalikan desentralisasi yang 20 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 menegasikan bahwa desentralisasi itu telah gagal. Bahwa demokrasi gagal, ya. Tapi bukan kegagalan, tapi di carut marut UU. Pilkada yang memilih langsung atau tidak bisa diperdebatkan secara akadamis. Kami merilis Global Corruption Barometer survey, polisi dan peradilan sebagai lembaga terkorup padahal mereka ini lembaga vertical tidak ada hubungannya dengan desentralisasi ternyata juga korupsi, tapi bagaimana kita memperbaiki aturan yang ada di dalamnya. Yanus Setiawan – Banten KIP Saya adalah anggota dari komisi, yang merupakan salah satu dari 128 komisi yang tadi disebut membebani anggaran negara. Saya melihat problemnya bukan di komisi tapi negara yang tidak mampu mengelola dan membikin prioritas lembaga apa yang seharusnya penting. Misalnya perlukah kita ada lembaga yang terkait komite privatisasi PT? Lembaga yang terkait dengan public harus diberikan prioritas dan dorongan. Komisi Informasi misalnya, punya kontribusi penting, satu-satuya lembaga yang secara konkrit memberikan kontribusi pada agenda menurunkan penyalahgunaan wewenang dengan mendorong badan public mempublikasikan dan menginformasikan aneka badan publik ke masyarakat sehingga tidak ada lagi abuse dengan seenaknya memberi ijin penggarapan hutan dll. Problem terutama yang paling mendasar di kita hari ini adalah kita tak ada instrumen cukup berbagi peran di pemda dan pusat yang terawasi public. Misalnya RUU selain law firm juga ada reduksi pointers sanksi. Misal dalam UU 14, ketidakmampuan badan public memberikan kewajiban dan memberikan sanksi dalam UU yang baru itu jadi perbuatan yang masuk dalam kategori pelanggaran administrasi bukan potensi criminal. Ada titik balik dari proses bernegara di tahun 1998 menjadi sangat terbuka pelan-pelan mau dikerangkeng lagi. Kalau negara sewenang-wenang, persoalan penting bahwa kita benar melawan korupsi dan melawan penyalahgunaan wewenang adalah memastikan setiap potensi yang bisa dikorup terjadi massif. Bagaimana orang dianggap punya integritas kalau tidak tahu apa yang akan dikerjakan? Kementrian dalam negeri bisa menjadi partner yang baik. Tidak mungkin membersihkan korupsi tanpa memastikan pemerintah bersih dan akuntable. 21 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Andry – KAMMI Tadi bapak dari Kemendagri lebih banyak curhat soal demokrasi di negeri ini, dan tidak tentang bagaimana nasib masyarakat? Harusnya pemerintah membangun optimisme. Seolah-olah persoalan yang muncul dari demokrasi transparan jadi alasan kembali ke jalan otoriter. Banyaknya orang tertangkap karena korupsi itu konsekuensi dari transparansi. Saya usul agar kantor Negara itu terbuat dari kaca sehingga bisa terbuka, kita bisa menyaksikan apa yang dikerjakan di dalamnya. Peraturan tidak seharusnya straight dengan meninggalkan nilai-nilai humanis. Tentang KUA misalnya, yang biaya mahal, saya pernah berdiskusi dengan Ketua KUA, dia bilang “pernikahan dilakukan di masyarakat di luar jam kerja, hari Sabtu Minggu, bagaimana transportasinya?” Soal Pilkada, cash demokrasi mahal tapi tidak konkrit, kenapa negara tidak membiayai kampanye yang bisa diatur? Dimana negara memfasilitasi? Hanna – Asia Foundation Politisasi birokrasi, hal yang banyak terjadi di negara, birokrat secure posisinya sebagai birokrat. Ada pejabat yang disebut sebagai political appointee, dipilih langsung dari parpol jadi gubernur atau bupati, dia harus memiliki janji. Pemilihan langsung dia ada political appointee, ada birokrat karir, dia akan menurut politik. Untuk menjaga agar politisasi birokrasi tidak terjadi. Birokrat yang harus menyuap akhirnya merampok uang negara. Orang kalau gak pernah rasain bayar pajak sendiri, antre menyerahkan uangnya sendiri ke kantor dan merasakan bagaimana marahnya uangnya dikorupsi. Sekarang kita tidak merasa uang kita dicuri. Rakyat marah kalau uang BBM naik, padahal kontribusi uang negara di BBM itu hanya sedikit. Kita bisa minta akuntabilitas. Ada aturan lain yang bisa dimasukkan dalam UU Pilkada, misal negara kita agak aneh tentang sumbangan individu dan perusahan untuk kampanye. Di Amerika UUmengatur sumbangan pribadi 25 juta, di Indonesia maksimal 1,5 miliar. Aturan kita sendiri pun sudah membuka peluang itu. Romawi 2000 tahun lalu sudah pemilihan langsung, masak kita tidak pemilihan langsung? Misalnya dengan teknologi? Ada cara yang bisa bikin pemilihan langsung murah dan demokrasi bisa delivered. Demokrasi itu gagal mendeliver janjinya. 22 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Budiman Soedarsono (file presentasi) Selama ini kalau kita pahami peran negara sebagai regulator dan operator, slide ini seperti GNP, karena output adalah GNP. Bila tidak bekerja bagus maka GNP akan turun. GNP saat tahun 2012 adalah 11 ribu triliun dan operator APBN, 1600 triliun, 16% dari PDB. Saya lihat soal regulasi lebih besar dan mendasar. APBN tidak akan keluar kalau tidak ada regulasi. Sayangnya peran regulator teracak-acak. Di eksekutif regulasi bisa keluar dari manapun. Selama ini pemahaman orang dari policy dan regulasi sama, seolah dari policy dan regulasi padahal isi regulasi adalah policy. Ada policy making baru menjadi regulasi, dan diimplementasikan kalau ada penyimpangan, ada koreksi. Ketika policy salah maka regulasi ikut salah. Resiko dari regulasi yang buruk terlalu luas, ketika patuh pada satu UU pada saat yang sama melanggar UU yang lain. Risiko lain banyak sekali. Regulasi terlalu banyak dan tidak memberi kepastian hukum, investor tidak masuk dll. Jalan keluar dari situ adalah reformasi regulasi. Simplifikasi regulasi dalam jangka pendek bisa dilakukan, mengurangi regulasi dalam batas yang rasional. Masing-masing insitusi bisa meningkatkan kinerjanya dengan baik. Di Korea pada tahun 1998 melakukan simplifikasi dimana dilakukan CRR, Kemendagri dan ombudsman untuk regulasi pelayanan public. Salah satu hasilnya adalah Korea menjadi sebuah Negara besar di bidang ekonomi Maya Rostanti – Pattiro Arahnya memang transparansi menjadi satu hal sangat penting yang harus didorong, harus dilakukan, kemudian banyak kasus korupsi, kita masih harus mentransparansikan soal korupsi Kami melihat Pilkada langsung masih menjadi sesuatu yang tetap perlu dipertahankan. Tidak menafikan banyak problem disana yang bisa kita kategorisasikan problem yang terkait money politic, politisasi birokrasi yang muaranya adalah ke korupsi Kalau tidak dengan pilkada langsung dan langsung dipilih DPRD apa bisa menghasilkan yang lebih berkualitas dan memikirkan rakyat? Memelihara harapan masyarakat tetap harus dipertahankan. Pemimpin seperti Jokowi, kalau ada problem di pilkada langsung melalui regulasi, pendampingan di sisi pelaksanaan, bisa memimalisir efek negatifnya 23 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 Kenapa Pattiro konsisten melihat ke 5 RUU ini, termasuk RUU Desa, saat ini yang paing progress adalah RUU Desa. Ada problem yang terkait litigasi korupsi, progress terakhir masih deadlock. Bagaimana akuntabilitas penggunaan dana itu terkait perbedaan kapasitas? Itu yang perlu dikawal semua stakeholder. RUU Desa kalau tidak diikutkan, bisa menjadi UU yang autis, posisi desa dalam konteks desentralisasi. Mekanisme pertanggungjawaban juga perlu jelas. Diskusi ini menarik. Masukan forum akan memperkaya tulisan Pattiro nanti. Tanggapan narasumber Ninik Rahayu – Komnas Perempuan Penegasan presentasi: untuk penghapusan diskriminasi gender, memang demokrasi menjadi sebuah tantangan. Dia membuat tantangan baru, melalui tubuh dan ketubuhan perempuan. Kita tidak utuh sebagai Negara bangsa, itu yang menyebabkan kemiskinan secara structural bagi perempuan menurun tajam. Oleh karena itu kalau dulu kota hanya advokasi di tingkat nasional, sekarang hampir di semua daerah. Kita menciptakan reformis local di 16 kabupaten di 9 propinsi. Ada NGO, ahli hukum, anggota DPR, media, Perguruan Tinggi, Stakeholders yang bisa menggerakkan alat demokrasi. Perempuan menjadi paling rentan bagi anak-anak. Bukan demokrasi yang harus disalahkan, tapi pilihan langsung, tapi konteks tanggungjawab pemerintah pusat. Daerah dalam kebingungan yang luar biasa dalam makna kebutuhan daerah. Kami sodorkan ada 40 hak yang harus dipenuhi, mereka kaget. Ada regulasi nasional tapi tidak diikuti regulator pemenuhan. Menhukham tidak melakukan jemput bola tapi menunggu undangan untuk melihat Perda dengan “alasan tak ada bujet”. UU Ormas, banyak yang resisten. Bukan hanya UU Otonomi Daerah. Pilar demokrasi harus dipikirkan betul untuk rule of law secara keseluruhan termasuk dimensi penegakan HAM Reydonnizar Moenek - Kemendagri Era setelah korupsi, demokratisasi penegakan hukum, desentralisasi dll adalah sebuah keniscyaaan. Pertanyaan mendasar, kita akan mencari titik ekuilibrium dimana negara hadir 24 Local Governance Forum Seri II Melawan Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Harmonisasi 5 RUU terkait Pemda Hotel Alila Jakarta, 11 Juli 2013 dan civil society akan tumbuh. Negara ada dulu. Kita sepakat, kita cari demokrasi yang content dan konteksnya adalah Indonesia, karena konstitusi adalah musyawarah utnuk mufakat. Saya tidak mengatakan kegagalan desentralisasi, tapi kita harus mencermati apa yang terjadi dengan demokrasi kita. Demokrasi yang kita perkenalkan ini sebagai tujuan, apa demokrasi yang mengandung system nilai? Konsepsi negara, ada blok liberalis ada blok sosialis. Kita mencari titik ekuilibirium. Tidak boleh negara menegasikan Negara. Isu rasialis dan intoleran. Anda minta negara transparan dan akuntable tapi kalau kami meminta NGO juga transparan dan akuntable, apakah itu salah? Bahwa Negara harus hadir itu benar, itu semangat kebangsaan kita. Kontennya sudah tidak demokrasi ala Indonesia. Bagaimana angka demografi dan tax ratio? Tidak ada korelasi ketaatan demokrasi dan ketaatan membayar pajak. Mari kembali ke makna hakiki berdemokrasi? Akankah itu dilestarikan? Negara tak mampu membentuk lembaga-lembaga. Kalau kita melihat konsitusi, satu sudah clear, maka muncul 34 kementrian itu, tertampung yang bersifat fungsional. Itu di strukturkan. 18.00 - Penutupan 25