Uploaded by User122328

21985-44843-1-SM

advertisement
Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado
Valentine Umboh, Adrian Umboh
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi /RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado
Email: [email protected]
Abstract: Acute glomerulonephritis (AGN) is characterized by classical clinical triad of
sudden onset of edema, hematuria, and hypertension. The clinical picture is unmistakable but
laboratory evidences lend additional diagnostic support. This study was aimed to evaluate the
clinical profile and complication of children with AGN at Prof. DR. R.D.Kandou Manado
Hospital. This was a retrospective study of patients from December 2009 to December 2014.
This study was perfomed on 45 patients diagnosed as AGN, aged 1-15 years, admitted at the
Pediatric Ward of Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital. Data of the clinical and
laboratory presentation of these patients were obtained from the medical records. The results
showed that the majority of patients (88.8%) were between 5-12 years; only 5 patients below 5
years of age. AGN was twice as common in males as it was in females. It was ushered as acute
onset of edema (64.4%), hypertension (46.6%), tea-colored urine (33.3%), and fever (28.8%).
The ASTO titre was elevated above 250 Todd units in 68.8% of cases. Of 45 patients, only 18
patients were checked for C3 level and the result showed that all of the 18 patients had C3 <50
mg/dL. The main complications were hypertensive encephalopathy (8.9%) and crisis hypertension (4.4%). Conclusion: Clinical profiles of AGN in children in this study are not
significantly different from those of other developing countries. Therefore, it will help us a lot
in confirming the diagnosis of patients with AGN.
Keywords: acute glomerulonephritis, clinical profile, ASTO, complication
Abstrak: Glomerulonefritis akut (GNA) mempunyai karakteristik berupa trias gejala klasik
yaitu edema yang terjadi secara tiba-tiba, hematuria, dan hipertensi. Meskipun gambaran
klinisnya cukup jelas, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium dapat memberikan tambahan
untuk mendukung diagnosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran klinis dan
komplikasi dari GNA yang terjadi pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis
penelitian ialah retrospektif pada pasien-pasien dari periode Desember 2009-Desember 2014.
Sebanyak 45 pasien yang didiagnosis GNA dengan rentang usia mulai dari 1-15 tahun yang
dirawat di bangsal anak rumah sakit Prof. Dr. R. D. Kandou dimasukkan ke dalam penelitian
ini. Data mengenai gambaran klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien diperoleh dari
rekam medik. Hasil peneltiian mendapatkan bahwa sebagian besar pasien (88,8%) berusia 512 tahun, hanya 5 pasien dengan usia kurang dari 5 tahun. Anak laki–laki dua kali lebih sering
terkena daripada anak perempuan. Penyakit ini ditandai dengan edema yang terjadi secara
tiba-tiba (64,4%), hipertensi (46,6%), urin berwarna seperti teh (33,3%), dan demam (28,8%).
Peningkatan titer ASTO di atas 250 Todd unit dijumpai pada 68,8% kasus. Dari 45 pasien,
hanya 18 pasien yang diperiksakan nilai C3 dan hasilnya memperlihatkan bahwa 18 pasien
tersebut memiliki hasil C3 <50 mg/dL. Komplikasi yang sering terjadi ialah hipertensi
ensefalopati (8,9%) dan krisis hipertensi (4,4%). Simpulan: Gambaran klinis GNA pada anak
di penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dijumpai di negara berkembang lainnya. Hal
ini dapat membantu dalam mendiagnosis pasien dengan glomerulonefritis akut.
Kata kunci: glomerulonefritis akut, gambaran klinis, ASTO, komplikasi
185
186 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 3, November 2018, hlm.185-189
Glomerulonefritis akut (GNA) yang terjadi
setelah infeksi streptokokus pada faring
atau kulit mempunyai karakteristik berupa
trias klinis klasik yang terdiri dari edema
yang terjadi secara tiba-tiba, hematuria, dan
hipertensi. Meskipun gambaran klinisnya
cukup jelas, hasil pemeriksaan laboratorium yang membuktikan adanya infeksi
streptokokus memberikan dukungan diagnosis tambahan yaitu meningkatnya kadar
antibodi antistreptokokus dan reduksi kadar
komplemen serum karena adanya konsumsi
dari interaksi antigen-antibodi di ginjal.
Penyakit ini dapat sembuh sendiri pada
anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa
sekitar 25-40% kasus berkembang menjadi
glomerulonefritis kronik.1
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran klinis dan komplikasi
pada pasien anak dengan diagnosis GNA di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien anak yang didiagnosis dengan GNA
dan dirawat di bangsal RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou dari Desember 2009 sampai
Desember 2014. Data gambaran klinis dan
hasil laboratorium pasien diperoleh melalui
rekam medik.
Jenis penelitian ini ialah retrospektif
deskriptif. Sebanyak 45 pasien terdiagnosis
GNA dimasukkan dalam penelitian ini.
Diagnosis GNA ditegakkan berdasarkan
adanya minimal tiga dari kriteria berikut:
edema, hipertensi, urin abnormal (proteinuria atau hematuria) dan azotemia (ureum
darah >40 mg/dl).2 Anak dengan riwayat
penyakit ginjal kronis, sindrom uremik
hemolitik, purpura anafilaktik, dan nefritis
lupus tidak dimasukkan pada penelitian ini.
Tercatat riwayat dan gejala yang mengarah
ke nyeri tenggorokan atau pioderma. Titer
ASTO diperiksa pada 38 pasien, dan nilai
komplemen C3 diperiksa pada 18 pasien.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 45 pasien anak dengan gejala klinis
dan hasil laboratorium yang memenuhi
kriteria GNA telah dianalisis. Mayoritas
pasien (88%) bersia 5-12 tahun; hanya 5
pasien di bawah usia 5 tahun. Penyakit ini
didapatkan dua kali lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan.
Edema (64,4%) dengan tingkat keparahan yang berbeda, hipertensi (46,6%),
urin berwarna teh (33,3%) dan demam
(28,8%) merupakan gejala yang paling
sering ditemukan (Gambar 1). Terdapat 4
pasien berkembang menjadi hipertensi
ensefalopati selama dirawat di rumah sakit.
Urin berwarna seperti teh/gelap menjadi
keluhan dari 15 orang pasien. Intensitas
demam ringan sampai sedang, naik turun,
tidak dijelaskan pada mayoritas pasien.
Lebih dari 1 saudara di keluarga terkena
GNA terdapat pada tiga keluarga.
Gambar-1. Manifestasi klinis pada glomerulonefritis akut
Umboh V, Umboh A: Gambaran klinis glomerulonefritis akut ...187
Proteinuria (71,1%), hematuria (97%),
dan silinder (40%) dari berbagai tipe
terdapat pada mayoritas pasien. Titer
ASTO meningkat di atas 250 Todd unit
pada 31 pasien (68,8%). Dari 45 pasien,
hanya 18 pasien yang diperiksa nilai C3
dan hasil menunjukkan bahwa seluruh 18
pasien tersebut mempunyai C3 <50 mg/dL
(Gambar 2). Pada 4 pasien (8,9%) dengan
hipertensi ensefalopati terdapat muntah,
penurunan kesadaran, dan kejang yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah. Terdapat krisis hipertensi pada 2
pasien (4,4%). Tidak ada pasien yang meninggal karena komplikasi dari GNA pada
penelitian ini.
Gambar-2. Hasil pemeriksaan laboratorium pada glomerulonefritis akut
BAHASAN
Glomerulonefritis adalah istilah umum
yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
macam penyakit ginjal dengan proliferasi
dan inflamasi di glomerulus akibat suatu
proses imunologik. Glomerulonefritis akut
pasca streptokokus (GNAPS) merupakan
penyebab umum terjadinya GNA pada
anak. Glomerulonefritis akut ditandai oleh
onset yang tiba-tiba dari kombinasi gejala
gross hematuria, sembab periorbita, dan
hipertensi serta adanya infeksi Streptokokus sebelumnya.1,2
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus adalah penyakit glomerular yang
dimediasi kompleks imun dengan aktivasi
jalur komplemen alternatif yang disebabkan oleh infeksi faring atau kulit oleh ßhemolytic streptococcus grup A sebelumnya.2 Periode laten antara infeksi dan onset
GNA ialah 7-14 hari untuk faringitis dan
14-21 hari untuk pioderma. Terapi suportif
dan prognosis dari GNA sebagian besar
baik, dengan lama pemulihan dalam 6-8
minggu.3,4
Dari anamnesis biasanya didapatkan
adanya pioderma (3 minggu) yang disebabkan streptokokus beta hemolitikus grup A
strain 2, 49, 55, 57, 60, atau adanya
faringitis (1-2 minggu) yang disebabkan
streptokokus beta hemolitikus grup A
strain 1, 3, 4, 12, 25, 49. Manifestasi klinis
bervariasi dari asimtomatik sampai ke
gejala yang khas. Bentuk asimtomatik lebih
banyak daripada bentuk simptomatik baik
sporadik maupun epidemik. Walaupun
jarang, GNA dapat menunjukan gangguan
ginjal berat dengan glomerulonefritis yang
progresif.3-5
Insidensi GNA meningkat dalam kelompok sosio-ekonomi rendah; hal ini dihubungkan dengan status kebersihan yang
buruk dan jarak jauh dari lokasi pelayanan
kesehatan. Glomerulonefritis akut dapat
terjadi pada semua rentang usia, tetapi lebih
sering terjadi pada anak-anak, terutama di
188 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 3, November 2018, hlm.185-189
usia 2-6 tahun, jarang terjadi pada anakanak berusia kurang dari 2 tahun dan lebih
dari 20 tahun. Penelitian di Indonesia melaporkan distribusi usia GNA ialah 2,5-15
tahun dengan usia rerata 8,46 tahun. Rasio
anak lelaki dan perempuan ialah 1,4:1.4,5
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas
pasien (88%) bersia 5-12 tahun; hanya 5
pasien di bawah usia 5 tahun. Juga
didapatkan penyakit ini dua kali lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa lakilaki dua kali lipat lebih berisiko terkena
daripada perempuan.3
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus terdiri atas tiga fase yaitu fase laten,
fase akut, dan fase penyembuhan. Fase
laten merupakan fase antara terjadinya
infeksi streptokokus sampai munculnya
gejala klinis. Manifestasi klinis biasanya
muncul 7-14 hari setelah infeksi saluran
napas atas atau 3-6 minggu setelah
pioderma. Fase akut merupakan fase dimana penderita mulai memperlihatkan gejala
sindrom nefritik berupa proteinuria, hematuria, azotemia, oligouria, dan hiper-tensi.
Fase penyembuhan ditandai dengan perbaikan gejala klinis dan laboratorium.6-8
Kriteria diagnosis GNA menurut Kosensus UKK Nefrologi IDAI antara lain,
yaitu: 1) bila dijumpai gejala hematuria,
hipertensi, edema, oliguria yang merupakan
gejala-gejala khas GNA; 2) bila pada
pemeriksaan laboratorik untuk menunjang
diagnosis klinik ditemukan ASTO yang
meningkat dan C3 menurun serta adanya
torak eritrosit, hematuria atau proteinuria;
3) diagnosis pasti ditegakkan bila hasil
biakan ditemukan kuman streptokokus beta
hemolitikus grup A.5 Menurut Papanagnou
dan Kwon9 bila didapatkan gejala nefritis
seperti proteinuria, hematuria, edema,
hipertensi dan oliguria pada seorang anak
maka diagnosis GNA dapat ditegakkan.
Manifestasi klinis GNA lainnya ialah
edema dan hipertensi. Edema ditemukan
pada 85% kasus, terutama pada daerah
periorbital (76,3%), wajah, ekstremitas,
bahkan seluruh tubuh. Biasanya edema
terjadi secara mendadak dan terlihat perta-
ma kali pada daerah orbital terutama saat
bangun di pagi hari dan menghilang di sore
hari setelah penderita melakukan aktivitas.
Edema ini disebabkan oleh retensi natrium
dan air akibat kerusakan glomerulus yang
mengakibatkan kelebihan cairan.3,10 Penelitian oleh Kumar et al.11 mendapatkan
pada anak dengan GNA usia 3-12 tahun di
India, edema terjadi pada 100% kasus.
Hasil penelitian ini mendapatkan
edema (64,4%) dengan tingkat keparahan
berbeda, hipertensi (46,6%), urin berwarna
teh (33,3%) dan demam (28,8%) merupakan gejala yang paling sering ditemukan.
(Gambar 1). Walaupun persentasenya didapatkan lebih rendah dari acuan pustaka di
atas,3,10,11 edema masih merupakan manifestasi yang tersering dibandingkan manifestasi lainnya.
Komplemen serum hampir selalu
menurun pada GNA, karena ikut berperan
dalam proses antigen-antibodi sesudah
terjadi infeksi streptokokus strain nefritogenik. Di antara berbagai sistem komplemen dalam tubuh, maka komplemen C3
tubuh ialah komplemen yang paling sering
diperiksa. Kadar C3 pada GNA menurun
selama fase akut sebanyak 80-92% kasus,
lalu menjadi normal kembali setelah 8
minggu timbulnya gejala.5 Dari 45 pasien,
hanya 18 pasien yang diperiksa dengan C3
dan hasil menunjukkan bahwa seluruh 18
pasien tersebut mempunyai C3 <50 mg/dL
(Gambar 2).
Secara umum, komplikasi yang sering
dijumpai pada GNA ialah hipertensi ensefalopati, edema paru, posterior leukoencephalopathy syndrome, dan gangguan
ginjal akut. Krisis hipertensi dibedakan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi
emergensi (darurat) dan hipertensi urgensi
(mendesak). Membedakan kedua golongan
krisis hipertensi bukan berdasarkan dari
tingginya tekanan darah, tetapi dari kerusakan organ sasaran. Penurunan tekanan
darah harus dilakukan secara bertahap. Bila
tekanan darah telah turun sampai 25%,
seterusnya ditambahkan kaptopril dan
dipantau hingga normal.8
Gunasekaran et al.12 melakukan penelitian prospektif observasional dari Januari
Umboh V, Umboh A: Gambaran klinis glomerulonefritis akut ...189
2013 sampai Juli 2014 di rumah sakit
tersier di India Selatan dan mendapatkan 83
anak dengan GNA. Komplikasi yang
terjadi ialah 15 kasus gangguan ginjal akut
(20,8%), 14 kasus hipertensi emergensi
(19,4%), 8 kasus gagal jantung (11,1%), 3
kasus ensefalopati (4,2%), dan 1 kasus
retinopati. Bahera et al.13 meneliti 70 anakanak dengan GNAPS yang dirawat di India
pada 3 tahun terakhir dan melaporkan
adanya edema wajah, oligouria, edema
pretibial, dan gross hematuria sebayak
97,1%, 97,1%, 94,3% dan 25,7% secara
berurutan. Hipertensi berat didapatkan pada
71,3% kasus. Komplikasi yang didapatkan
ialah hipertensi ensefalopati sebanyak
7,1%, gagal jantung kiri sebanyak 4,3%,
dan peningkatan tekanan darah secara mendadak sebanyak 1,4%. Kejang dan gawat
napas secara nyata berhubungan dengan
perawatan di ruang perawatan intensif,
disertai leukosit dan tekanan darah diastolik
yang tinggi. Pada penelitian kami didapatkan 4 dari 45 pasien (8,9%) yang berkembang menjadi hipertensi ensefalopati
selama dirawat di rumah sakit.
SIMPULAN
Gambaran klinis glomerulonefritis akut
pada anak dalam penelitian ini tidak berbeda secara signifikan dengan negara berkembang lainnya. Hal ini dapat membantu para
klinisi untuk menegakkan diagnosis pasien
dengan GNA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lurn G. Glomerulonephritis. In: Hay W,
Levin M, Sondheimer J, editors.
Current Diagnosis and Treatment
Pediatrics (19th ed). New York:
McGraw Hill, 2009; p. 656-7.
2. Pan CG, Avner ED. Acute poststreptococcal
glomerulonephritis. In: Kliegman RM,
Stanton BF, St Game lll JW, Schor NF,
Berman RE, editors. Nelson Textbook
of Paediatrics (19th ed). Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2011; p. 1783-94.
3. Rauf S, Albar H, Aras J, Umboh A,
Widiasta A, Pabuti A, et al. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus.
Rauf S, Albar H, Aras J, editors.
Konsensus Glomerulonefritis Akut
Pasca Streptokokus. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 2012; p. 1-17.
4. Albar H, Rauf S. The profile of acute
glomerulonephritis among Indonesian
Children. Paediatrica Indonesiana.
2005;45:264-9.
5. Dagan R, Cleper R, Davidovits M, SinaiTrieman L, Krause I. Post streptococcal acute glomerulonephritis in
pediatric patients over two decades:
severity-associated features. Pediatr
Nephrol. 2011;26:165-80.
6. Eison T, Ault B. Jones DP. Post streptococcal acute glomerulonephritis in
children: clinical features and pathogenesis. IMAJ. 2016;18:336-40.
7. Cunningham MW. Pathogenesis of group A
streptococcal infections. Clin Microbiol
Rev. 2000;13:470-91.
8. Noer MS. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus. In: Noer MS, Soemyarso
NA, Subandiyah K, Prasetyo RV,
Alatas H, Tambunan T, et al, editors.
Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta:
BP IDAI, 2011; p. 57-61.
9. Papanagnou D, Kwon NS. Acute glomerulonephritis in emergency medicine.
Updated e Medicine Emergency
December. 2010:1-18.
10. Long SS, Pickering KL, Prober GC.
Streptococcus pyogenes (group A
streptococcus). In: Gerber M., editor
Principles and Practices of Pediatric
Infectious Disease (3rd ed). Churchill
Livingstone: Elseviers science, 2008; p.
700-10.
11. Kumar GV. Clinical study of post streptococcal acute glomerulonephritis in
children with special reference to presentation. Curr Pediatr. 2011;15:89-92.
12. Gunasekaran K, Krishnamurthy S,
Mahadevan S, Harish BN, Kumar
AP. Clinical characteristics and
outcome of post-infectious glomerulonephritis in children in southern India: a
prospective study. Indian J Pediatr.
2015;82:1-8.
13. Behera MR, Patnaik L, Sahu SK. Clinical
profile and immediate outcome of acute
post-infectious glomerulonephritis in
children: a hospital-based study. J Evolution Med Dent Sci. 2016;5:5529-3.
Download