Uploaded by User113688

babi-v-190309053325

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein yang berhubungan dengan defisiensi relative dan absolute sekresi insulin
yang ditandai dengan hiperglikemia. DM akan menyebabkan perubahan
patofisiologi pada berbagai sistem organ seperti mata, ginjal, ekstremitas bawah
(Decroli Eva et al, 2008).
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy
bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional kepola hidup modern,
prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena
sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan
banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Darmono,2007).
Menurut survei yang di lakukan oleh World Health Organization (WHO)
tahun 2012, lebihdari 347 juta penduduk dunia menderita diabetes.Diperkirakan
pada tahun 2030, DM akan menjadi 7 penyebab kematian utama di dunia dan
diabetes akan meningkat dua pertiganya antara tahun 2008 sampai 2030. Pada tahun
2014, WHO sudah mencatat bahwa 3,4 juta penduduk dunia meninggal akibat
tingginya kadar gula darah (WHO, 2012).
Lebih dari 80% kematian akibat penyakit DM terjadi di Negara pada tingkat
penghasilan rendah dan menengah (WHO, 2012).Di Indonesia sendiri jumlah
penderita DM menduduki peringkatk eempat terbanyak di dunia setelah Amerika
Serikat, China, dan India.Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007. DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan
jumlah proporsi kematian sebesar 5,8% setelah stroke, tuberculosis (TBParu),
hipertensi, cedera, dan perinatal (Kemenkes, 2010).
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Diabetes Mellitus
merupakan penyakit penyebab kematian.Prevalensi Diabetes Mellitus pada ahun
2009 –2010 menempati urutan ke 4 dari 10 penyebab kematian terbanyak di
Sumatera Barat.Pada tahun 2011, kejadian Diabetes Mellitus mengalami
1
peningkatan yaitu menempati urutan ke 2 dari 10 penyebab kematian terbanyak di
Sumatera Barat.
Apabila tidak ditangani dengan baik DM akan menimbulkan berbagai macam
komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik yang serius dan
paling ditakuti adalah ulkus diabetikum (Waspadji, 2006) .Ulkus diabetikum
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makro
angiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Ulkus diabetikum
mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan
adanya guladarah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan
kuman (Riyanto, 2007).
Ulkus diabetikum kalau tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan,
maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut
memerlukan tindakan amputasi (Misnadiarly, 2006; Riyanto, 2007). Ulkus
diabetikum merupakan komplikasi menahun yang paling ditakuti bagi penderita
DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk
pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak dibandingkan tanpa ulkus
(Djokomoeljanto, 2011)
Prevalensi penderita ulkus diabetikum di Amerika Serikat sebesar 15-20%,
risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM
(Waspadji Sarwono, 2006). Sedangkan penderita ulkus diabetikum di Indonesia
sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% danulkus diabetikum
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk
diabetes melitus (Riyanto, 2007)
Ulkus diabetikum dapat menyebabkan kehidupan pasien lebih sulit dalam
beraktifitas sehari-hari sehingga akan menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan
karena proses penyembuhan dan pengobatan yang cukup lama membuat timbulnya
perasaan negative pada pasien ulkus diabetikum seperti perasaan pasrah dan putus
asa. Hal tersebut jelas mengganggu harga diri pasien ulkus diabetikum (Firman,
2012).
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum seminar ini dibuat agar mahasiswa mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Ulkus Diabetikum di Ruang Interne
RSUD Arosuka.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus seminar ini agar mahawiswa mampu :
a. Untuk mengetahui Landasan Teori pada penderita Ulkus Diabetikum
b. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien Ulkus
Diabetikum
c. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
Ulkus Diabetikum
d. Mampu menentukan intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan
yang timbul pada klien Ulkus Diabetikum
e. Mampu melakukan implementasi dan evaluasi pada klien Ulkus
Diabetikum
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi ilmu pengetahuan diharapkan mampu mengunakan sebagai bahan
pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada kasus Ulkus Diabetikum
2. Bagi Institusi
Bagi institusi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam penangganan kasus Ulkus Diabetikum.
3. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan menambah pengetahuan dan pembelajaran tentang
asuhan keperawatan pada Ulkus Diabetikum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Defenisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes
mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007).
Apabila tidak ditangani dengan baik DM akan menimbulkan berbagai
macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik yang
serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetikum (Waspadji, 2006)
Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang
disebabkan adanya makro angiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati. Ulkus diabetikum mudah berkembang menjadi infeksi karena
masuknya kuman atau bakteri dan adanya guladarah yang tinggi menjadi tempat
yang strategis untuk pertumbuhan kuman (Riyanto, 2007; Waspadji, 2007).
Ulkus diabetikum kalau tidak segera mendapatkan pengobatan dan
perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan dalam
keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi (Misnadiarly, 2006;
Riyanto, 2007). Ulkus diabetikum merupakan komplikasi menahun yang paling
ditakuti bagi penderita DM, baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi
4
yang diperlukan untuk pengobatan yang menghabiskan dana 3 kali lebih banyak
dibandingkan tanpa ulkus (Djokomoeljanto, 2011)
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar majemuk bertanda dan
strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah yang panjangnya kira – kira 15
cm lebar 5 cm dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram, Letak pada daerah umbilical
dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar
limfe. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung,
mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu :
1) Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan
umbilical dalam lekukan duodenum.
2) Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah
lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
5
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1) Asini
Mensekresi enzim pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans
Mensekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau – pulau
Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas
tersebar di seluruh pankreas dengan berat 1 – 3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masingmasing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah
50 μ, sedangkan yang terbesar 300 μ. Jumlah semua pulau langerhans
di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta. Pulau langerhans manusia,
mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
•
Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 %, memproduksi
glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai anti insulin like activity .
•
Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat
insulin.
•
Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat
somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur
dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini
nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah
kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan
sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi
pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin
merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia.
Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama,
yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri
dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin
dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum
6
insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor
yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta
pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang
berasal dari Kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi
efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin
meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi
insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti
asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang
sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme
utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa
melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan
sel lemak.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
1) Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
•
Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan
monosakarida.
•
Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi
asam amino.
•
Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak
dan gliserol gliserin.
2) Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam
pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara
alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon.
•
Insulin
7
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino
yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah
glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak
2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam
hati dengan bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah
normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan
glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi
terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b) Mengurangi konsentrasi gula darah
c) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
•
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b) Peningkatan glukosa (glukogenesis)
8
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai
efek yang
jelas
berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat
menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml
darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak
yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu
melindungi terhadap hypoglikemia.
3. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi Menurut American
Diabetes Association (ADA) tahun 2005
dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
a. Diabetes mellitus tipe 1
Merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas seseorang
berhenti memproduksi insulin. Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun,
akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa
bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Dabetes Mellitus tipe 1 ini
merupakan penyakit Diabetes mellitus yang tergantung insulin.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Merupakan kondisi dimana tubuh pasien tidak cukup menerima insulin atau
karena resistensi inuslin, sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi. Diabetes melitus tipe 2 ini merupakan penyakit Diabetes
Melitus yang tidak tergantung insulin.
c. Diabetes mellitus Gestasional
Merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui
pertama kali saat hamil tanpa membedaka apakah penderita perlu mendapat
insulin atau tidak. Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu
usia tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat
gestasional terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone
9
yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan
adalah suatu keadaan diabetogenik.
d. Diabetes mellitus tipe lain :
• Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A, leprechaunism,
sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
• Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro alkulus,
dan lainnya.
• Endokrinopati
:
akromegali,
sindron
cushing,
feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
• Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid,
dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
•
Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
• Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor
insulin, dan lainnya.
• Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom
turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington,
sindrom
Laurence/moon/biedl,
distrofi
miotonik,porfiria,
sindrom
pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005).
4. Patofisiologi
Menurut Brunner & Sudddart (2008) patofisiologi terjadinya penyakit
diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu
a. Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel β
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
10
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsi).
b. Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel β tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan
sindrom
hiperglikemik
hiperosmoler
nonketotik.
Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka
pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
11
c. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah
pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal
(Brunner & Suddart 2008).
5. Manifestasi Klinis
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering
berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagia).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus
tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus
akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat
badan menurun, sering buang air kecil (poliuria),haus dan banyak minum
(polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa
keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes mellitus seperti tersebut
diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat
komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan
akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang
datang akibat luka yang lama sembuh (Sarwono, 2006).
12
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a) Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b) Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d) Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e) Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f) Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g) Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h) Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i) Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j) Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko
tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah
tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi
>4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah
puasa pada tabel, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar.
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
<110
110-199
>200
Darah kapiler
<90
90-199
>200
Plasma vena
<110
110-125
>126
Darah kapiler
<90
90-109
>110
Kadar glukosa darah puasa
13
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1) Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2) Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3) Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4) Periksa glukosa darah puasa.
5) Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.
6) Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7) Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan
kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi
kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin
dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang
berbeda, termasuk hemoglobin A1Cdan hemoglobin A1.Nilai normal antara
pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu
dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga
8%.
Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet
pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I
sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai
berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan
14
energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini,
dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
•
Edukasi
Edukasi pada penyandang Diabetes Melitus meliputi pemahaman
tentang perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan
DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara
penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku
agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:
1) Mengikuti pola makan sehat
2) Merningkatkan kegiatan jasmani
3) Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus
secara aman dan teratur
4) Melakukan pemantauan gula darah mandiri
5) Melakukan perawatan kaki secara berkala
6) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut seperti hipoglikemia
•
Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa
banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu
membuat perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya
cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol, sedangkan
natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga dan zat
gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang
diabetes
tidak
usah
takut
mengkonsumsi
karbohidrat.
Kebutuhan
karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori
dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari makan
karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat
yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan
kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup,
15
dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat
diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah.
Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila
makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung
banyak
serat
makanan
adalah
havermout,
kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pir,
sirsak, jambu biji dan lain-lain.
Protein digunakan untuk pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh
yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani & protein nabati.
Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh
karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti
daging atau telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi
kira-kira 3x seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak,
merah telur, dan jerohan perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah
kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang
kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan
lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat
membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan
makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran
boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka
ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang sehat, selain
berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan
makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan
mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang
diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang
menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar
susu.
•
Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk
menjaga kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani
16
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak.
b. Penatalaksanaan Medis
1) Obat Oral
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan
insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk
menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering digunakan adalah:
•
Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan
insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes
dengan berat badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2
jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
•
Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini
terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin
sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat
menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
•
Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin
yang
tersedia
sehingga
lebih
efektif.
Penggunaan
obat
ini
dikontraindikasikan pada mereka dengan gagal jantung, penyakit hati
akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
•
Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
17
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus
sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat
ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan. Efek
samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut
kembung, sering buang angin, dan mencret.
•
Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan
dengan
golongan
ini
merupakan
pendekatan
baru
pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada
gilirannya meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan
lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan
ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin
dan sitagliptin.
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang
cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia
dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat diabetes oral dosis
optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar,
stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya kontra
indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
Terapi insulin diberikan karena pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin dapat
dilakukan melalui suntikan subkutan didaerah lengan, paha dan dinding
perut. Insulin berdasarkan kecepatan dan lama kerja dibedakan menjadi tiga :
a) Insulin kerja cepat
Insulin kerja cepat contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja
paling cepat dengan menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,
mencapai puncaknya dalam waktu 2 jam sampai 4 jam dan bekerja
selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita
18
yang menjalani terapi insulin setiap hari dan disutikkan 20 menit
sampai 30 menit sebelum makan.
b) Insulin kerja sedang
Insulin kerja sedang contohnya adalah insulin suspensi seng atau
suspensi insulin isofan, yang bekerja dalam waktu 1 jam sampai 3 jam,
mencapai puncak maksimun dalam waktu 6 jam sampai 10 jam dan
bekerja selama 18 jam sampai 26 jam. Insulin kerja sedang bisa
disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari
dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam.
c) Insulin kerja lambat
Insulin kerja lambat contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah
dikembangkan. Efek dari insulin kerja lambat setelah 6 jam dan bekerja
selama 28 jam sampai 36 jam.
8. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth (2008), komplikasi dari Diabetes Mellitus
ada dua yaitu:
a. Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan
dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga
komplikasi tersebut adalah:
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga
60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang berlebihan, atau aktifitas
fisik yang berat.
2) Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
19
3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of
awareness).
b. Komplikasi Kronik
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan
adalah:
1) Komplikasi Makrovaskuler
•
Penyakit Arteri Koroner
Perubahan
aterosklerotik
dalam
pembuluh
arteri
koroner
menyebabkan peningkatan insidensi infark miokard pada penderita
Diabetes Mellitus.
•
Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah
yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam
pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia
sepintas (TIA = Transient Ischemic Attack)
•
Penyakit Vaskuler Perifer
Menurut Brunner dan Suddarth (2008), perubahan aterosklerotik
dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan
penyebab utama meningkatnya insiden gangren dan amputasi pada
pasien-pasien Diabetes Mellitus. Hal ini disebabkan karena pada
penderita Diabetes Mellitus sirkulasi buruk, terutama pada area yang
jauh dari jantung, turut menyebabkan lamanya penyembuhan jika
terjadi luka.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
•
Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebabkan oleh perubahan dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
20
•
Nefropati
Segera sesudah terjadi diabetes, khususnya bila kadar glukosa darah
meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai
akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan
tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk
terjadinya nefropati.
•
Neuropati Diabetes
Neuropati dalam diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor),
otonom, dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis
dan bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena.
B. Konsep Dasar Ulkus Diabetikum
1. Defenisi
Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes.
Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus
diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh
darah.(Zaidah 2005).
2. Etiologi
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen
•
Faktor endogen
a) Genetik, metabolic
b) Angiopati diabetic
c) Neuropati diabetic
•
Faktor ekstrogen
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan
21
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki klien. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang
sukar sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus
diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor
angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan ulkus diabetikum.
3. Patofisiologi
Penyakit diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
dan tebal.
Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area
kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space
infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal , bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
22
4. Klasifikasi
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat
menurut Wagner, yaitu :
Derajat 0
:
Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
Derajat 1
: Ulkus superfisial
Derajat 2
: Ulkus lebih dalam
Derajat 3
: Ulkus dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan
atau osteomielitis
Derajat 4
: Gangren jari
Derajat 5
: Gangren kaki
5. Manifestasi Klinis
Ulkus diabetikum akibat mikroangiopati merupakan jaringan nekrosis,
daerah ulkus tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangiopati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala
klinis 5 P yaitu : :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
23
6. Penatalaksanaan
a. Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh
dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan
pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan
selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi
protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan
pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol
gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi,
kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik
harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
b. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi
weight bearing meliputi bed rest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang
tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit
dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari.
Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa
nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama
menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
24
b. Obat-obatan
Pencegahan infeksi sistemik karena luka lama yang sukar sembuh dan
penanganan
pengobatan DM merupakan
faktor utama
keberhasilan
pengobatan secara keseluruhan.
c. Tindakan Bedah
Tindakan pembedahan ini bisa berupa :
- Amputasi
- Debridement
Indikasi Amputasi

Febris terus menerus

Regulasi diabetes mellitus sulit dicapai(kadar gula darah > 300 mg%)

Osteomyelitis pada gambaran radiologi

Selulitis cenderung keatas

Infeksi pada gangren yang menyebabkan keadaan umum semakin
memburuk

Faal ginjal semakin menurun.
25
WOC
26
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. Biasanya klien
masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri
perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit
kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
27
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
g. Pengkajian Pola Gordon
•
Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsiyang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
•
Pola nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
•
Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
•
Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang
ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga
pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
•
Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
•
Pola hubungan dan peran
28
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
•
Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
•
Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
•
Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
•
Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggungdan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.
•
Pola nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah
tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
•
Disorientasi,
mengantuk,
stupor/koma,
gangguan memori, kekacauan mental
Tanda vital
•
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada,
perubahan TD postural
29
•
•
RR > 24 x/menit
Kulit panas, kering dan kemerahan,
•
turgor jelek,
•
demam,
•
diaforesis (keringat banyak),
Mata
•
•
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
bola mata cekung
Mulut dan Gigi
•
nafas berbau aseton.
Leher
•
•
Muntah
pembesaran tiroid
Thorax
•
Takipnoe
Kulit
pada
keadaan
istirahat/dengan
aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa
sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya
infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan
Abdomen
Muskuloskeletal
Ektremitas
Genitalia
•
/ •
(jika kadar kalium menurun tajam)
kekakuan/distensi abdomen, asites, bising
usus lemah/menurun.
reflek tendon menurun
•
Tonus otot menurun
•
penurunan kekuatan otot
•
ulkus pada kaki
•
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat
•
pada tungkai.
Urine encer, warna kuning, poliuria, urine
berkabut, bau busuk, diare
•
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan,
impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada
wanita
h. Pemeriksaan Diabetic Neuropathy Examination (DNE)
30
Diabetic Neuropathy Examination (DNE) adalah sebuahsistem skort untuk
mendiagnosa polineuropati distal pada dibetes melitus. DNE adalah sistem
skor yang sensitif dan telah di validasi dengan baik dan dapat dilakukan
dengan cepat dan mudah dipraktekkan diklinik. Skor DNE terdiri dari 8 item
yaitu:
1. Kekuatan otot
2. Refleks
3. Sensitifitas jari telunjuk
4. Sensitifitas ibu jari
5. Sensitivitas terhadap tusukan jarum
6. Sensitivitas terhadap sentuhan
7. Persepsi getar
8. Sensitivitas terhadap posisi sendi
Skor 0 adalah normal , 1 defisit ringan dan sedang, 2 defisit berat, nilai
maksimal dari 4 macam pemeriksaan tersebut diatas adalah 16. Sedangkan
kriteria diagnostik untuk neuropati bila nilai >3 dari 16 nilai tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul (Aplikasi Askep berdasarkan
Nanda NOC-NIC, 2012)
1) Kerusakan integritas jaringan b/d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka
gangren)
2) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
4) Resiko infeksi b/d trauma pada jaringan, proses penyakit (DM)
5) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas bawah
6) Kurang pengetahuan b/d
tidak mengenal (Familiar) dengan sumber
informasi.
31
3. Intervensi Keperawatan
No
1
DIAGNOSA
NOC
NIC
Kerusakan integritas jaringan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
Wound care
bd faktor mekanik: perubahan
Wound healing meningkat
1. Catat
sirkulasi, imobilitas dan
dengan criteria:
penurunan sensabilitas
•
(neuropati)
karakteristik
luka:tentukan
ukuran
dan
kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
Luka mengecil dalam ukuran dan
2.
Catat karakteristik cairan secret yang keluar
peningkatan granulasi jaringan
3.
Bersihkan dengan cairan anti bakteri
4.
Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
5.
Lakukan nekrotomi K/P
6.
Lakukan tampon yang sesuai
7.
Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
8.
Lakukan pembalutan
9.
Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan
perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada balutan
11. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada
luka
12.
2
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
Berikan
posisi
terhindar
dari
tekanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Manajemen nyeri :
32
tingkat kenyamanan klien meningkat, 1.
Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
dan dibuktikan dengan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
•
level nyeri:
kualitas dan faktor presipitasi.
•
klien dapat melaporkan nyeri pada
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
petugas,
3. Gunakan
frekuensi
nyeri,
ekspresi
wajah, dan menyatakan kenyamanan
fisik dan psikologis,
•
TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt,
RR: 16-20x/mnt
Control nyeri dibuktikan dengan klien
melaporkan gejala nyeri dan control nyeri.
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
4. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri..
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
33
1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
3
Ketidakseimbangan nutrisi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
samping.
Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
klien menunjukan status nutrisi adekuat
1. kaji pola makan klien
bd ketidakmampuan tubuh
dibuktikan dengan
2. Kaji adanya alergi makanan.
mengabsorbsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis
•
BB stabil
•
tidak terjadi mal nutrisi,
•
tingkat energi adekuat,
•
masukan nutrisi adekuat
3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih
sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup
serat untuk mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan
34
pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
2.
Monitor
respon
klien
terhadap
situasi
yang
mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
5. Monitor adanya mual muntah.
6. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input
makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
4
Intoleransi aktivitas b/d
7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan, Terapi Exercise : Pergerakan sendi
kelemahan ekstremitas bawah
dapat teridentifikasi Mobility level
1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
Joint movement: aktif.
2. Kolaborasi dengan fisioterapi
Self care:ADLs
3.
Dengan criteria hasil:
pergerakan sendi
• Aktivitas fisik meningkat
4.
Pastikan klien untuk mempertahankan pergerakan
sendi
• ROM normal
• Melaporkan
Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan
perasaan
peningkatan
5. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan
latihan
35
kekuatan kemampuan dalam bergerak
• Klien bisa melakukan aktivitas
6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan,
Latih ROM pasif.
terpenuhi Exercise promotion
walaupun dibantu oleh perawat atau 1. Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
2. Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai
keluarga
latihan yang tepat
• Kebersihan
diri
klien
Exercise terapi ambulasi
1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai
toleransi
2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
3. Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance:
Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.
1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan
mandi dan kebersihan diri, berpakaian, makan dan
toileting klien
2. Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien
dapat merawat secara mandiri
3. Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya
dan pola eliminasinya.
36
4.
Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian
sesuai kemampuan
5
Kurang pengetahuan tentang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
6. Promosi aktivitas sesuai usia
Teaching : Dissease Process
penyakit dan perawatan nya
pengetahuan klien meningkat.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
Knowledge : Illness Care dg kriteria :
1 Tahu Diitnya
proses penyakit
2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan
2 Proses penyakit
gejala serta penyebab yang mungkin
3 Konservasi energi
3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
4 Kontrol infeksi
4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan
5 Pengobatan
informasi tentang perkembangan klien
6 Aktivitas yang dianjurkan
5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien
7 Prosedur pengobatan
6.
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
8 Regimen/aturan pengobatan
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
9 Sumber-sumber kesehatan
akan datang dan atau kontrol proses penyakit
10 Manajemen penyakit
7.
Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau
pengobatan
8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
9. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau
37
memperoleh alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari
penyakit
12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas kesehatan
38
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
I
A. PENGKAJIAN
Nama
: Ny. M
No. Rek Medis
:260106
Usia
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Janda
Pendidikan
:SMA
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Jr. Panggalian Kayu, Alahan Panjang
Nama
: Tn. Z
Pendidikan
: S1 pendidikan
Pekerjaan
: Swasta
Hubungan dengan Klien : Anak
Tanggal Masuk
:29 November 2018
Tanggal Pengkajian
: 1 Desember 2018
Jam Masuk
: 21.00 WIB
Yang Mengirim/Merujuk : IGD
Cara Masuk
: Menggunakan Brankar
Diagnosa Medis
: DM Tipe II + Ulkus Diabetikum
Ruang Rawat
: Interne / Melati III
•
STATUS KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama (Alasan Dirawat Di Rumah Sakit) :
Terdapat luka ulkus di punggung kaki kanan, pergelangan kaki kiri terdapat abses,
luka mengeluarkan nanah, daerah punggung kaki kulitnya mengelupas dan merah
kehitaman, jari-jari kaki terasa kebas atau baal. Badan terasa letih dan lemah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian klien mengatakan luka pada punggung kaki kanan yang
mengeluarkan nanah, pergelangan kaki kiri terdapat abses terasa nyeri. Luka pada
39
punggung kaki kanan awalnya hanya kecil, tanpa tahu penyebabnya oleh klien.
Lama kelamaan luka klien menjadi besar, sehingga terbentuk ulkus. Klien juga
mengatakan jari –jari kaki terasa kebas, badan terasa letih dan lemah.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien selama ini tidak mengetahui kalau dirinya menderita penyakit DM, baru
mengetahui 15 hari sebelum dirawat, karena terdapat luka yang tidak sembuh.
Klien sebelumnya tidak pernah dirawat dengan penyakit DM atau penyakit lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam keluarga pasien, ada juga yang menderita penyakit DM yaitu ibu pasien.
Genogram
+
rr
rr
rr
+P
Keterangan :
Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal DM
Pasien
Laki-laki
Perempuan
40
•
DATA AKTIVITAS SEHARI-HARI
No
Pola Aktivitas
1
Nutrisi dan Cairan
Dirumah
Di Rumah Sakit
Frekuensi 3x sehari, jenis Frekuensi 3x sehari,diit
makanan MB
makanan MB DD 1700
Klien tidak menghabiskan
diit yang diberikan.
2
Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi 4-5 kali sehari, Frekuensi 4-5 kali sehari,
warna kuning muda
BAB
3.
Pola Tidur dan Istirahat
Frekuensi
satu
sehari, lembek
warna kuning muda
kali Frkuensi satu kali dalam
dua hari
Klien tidur pukul 22.00 Klien tidur pukul 22.00
dan bangun pukul 05.00 dan bangun pukul 05.00
wib
wib. Namun klien sering
terbangun
pada
malam
hari.
• POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
-
Kegiatan dalam pekerjaan : Klien bekerja sebagai Ibu rumah tangga
-
Selama di rawat Klien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas seharisehari sehingga aktivitas klien lebih banyak di lakukan di tempat tidur dan
dibantu petugas serta keluarga.
• DATA LINGKUNGAN
Klien tinggal serumah dengan anak-anaknya. Klien tinggal di lingkungan tidak padat
penduduk
41
• POLA PSIKOSOSIAL
1. Pola Pikir dan Persepsi
Klien tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan, kadang-kadang klien merasa
pusing dan kedua telapak kaki klien terasa kebas, klien tidak pernah mengontrol
penyakitnya dan baru mebngetahui penyakit yang diderita adalah Diabetes melitus,
penyakit yang sama diderita oleh ibu klien.
2. Persepsi Diri
Klien selalu dibantu oleh-anaknya semenjak sakit dan Klien merasa nyaman sejak
banyak di bantu oleh perawat. Tidak ada kendala berarti selama perawatan pada
klien
3. Suasana Hati
Klien merasa sedih karena sudah menjadi beban bagi anak-anaknya, klien
membesarkan anak sendiri, suami klien meninggal dunia 9 bulan yang lalu dengan
sesak nafas.
4. Hubungan Komunikasi
Klien berkomunikasi menggunakan bahasa minang. Kehidupan keluarga klien:
klien sudah menjadi single parent sejak 9 bulan yang lalu. Pengambilan keputusan
dilakukan oleh klien sendiri dibantu oleh anak tertua. Sumber keuangan berasal
dari klien dan anak klien yang sudah bekerja dengan mengirimkan uang setiap
bulan.
5. Perubahan Koping
Pengambilan keputusan oleh klien sendiri dan dibantu oleh kakak dan adik-adiknya.
Jika ada masalah klien di bantu oleh kakak laki-laki dan anak anaknya.
6. Sistem Nilai Kepercayaan
Sumber kekuatan klien anak-anaknya yang selalu mensupport klien. Klien beragama
islam. Selama di rawat klien tidak melaksanakan sholat 5 waktu karena keterbatasan
aktivitas yang dimiliki klien.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tanda vital
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : lemah
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 88 x/ menit
42
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut dan Gigi
Suhu:36,2OC
Pernapasan: 20 x/ menit
Inspeksi
• Turgor kulit baik
• Warna kulit sawo matang
• Terdapat ulkus diabetikum pada punggung kaki
kanan (+), pus (+), bau (-), ± diameter 7 cm dan
kedalaman luka ±0,5 cm
• Abses pada pergelangan kaki kiri
Palpasi
Teradapat nyeri tekan di sekitar luka
Inspeksi
Normochepal
• Rambut beruban
• Penyebaran rambut merata
• Rambut tidak berketombe
• Kepala tidak ada lesi
Palpasi
• Tidak ada nyeri tekan
Inspeksi
• Simetris kiri dan kanan
• Konjungtiva anemis (+/+)
• Sklera ikterik (-/-)
• Palpebra tidak udem
Palpasi
• Kekenyalan mata (+/+)
• Nyeri tekan pada mata (-/-)
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan/visus : pasien
tidak mampu melihat jarak jauh
Inspeksi
• Simetris kiri dan kanan
• Perdarahan tidak ada
• Tidak ada sumbatan
• Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi
• Tidak ada nyeri tekan daerah sinus
Inspeksi
• Simetris kiri dan kanan
• Tidak ada serumen
• Membrane timpani utuh
Palpasi
• Tidak ada nyeri tekan pada maltoid
Inspeksi
• Mukosa bibir kering
43
Leher
Thorax
Jantung
Abdomen
Muskuloskeletal / Ektremitas
• Gigi ada karies
• Lidah kotor
• Tidak ada stomatitis
• Nafas bau keton (-)
Inspeksi
• Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
• Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
• JVP 5-2 cm H2O
Inspeksi
• Pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi
• Fremitus kiri dan kanan
Perkusi
• Sonor
Auskultasi
• Vesikuler, rh -/-, wh -/Inspeksi
• Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
• Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS
Perkusi
• Atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari media LMCS
RIC V
Auskultasi
• Irama jantung teratur, tidak ada bunyi tambahan
Inspeksi
• Asites (-)
• Distensi Abdomen (-)
• Luka (-)
Palpasi
• Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri
lepas (-)
Perkusi
• Timpani
Auskultasi
• Bising usus 6x/menit
Ekstremitas atas
• Tidak ada udem
• Tidak ada lesi
• Terpasang NaCl 0,9% 28 tpm
Ekstremitas bawah
• Pada punggung kaki ulkus (+), bau (+),
• Pengkajian MEASURE
• M : luka bagian punggung kaki kanan seluas ±
diameter 7 cm dan kedalaman luka ±0,5 cm
44
E : Luka berbau (-), pus (+), nekrotik (+)
A : Nekrosis hingga sampai ke jaringan otot
S : nyeri  skala nyeri (4)
U : Luka menggaung (+)
R : evaluasi secara teratur (redressing setiap hari,
2 x/hari)
E : kondisi tepi luka memerah (+)
• Tidak ada keluhan
• Klien tidak memakai kateter
Tidak ada keluhan
Genitalia
Rectal
C. PENATALAKSANAAN
1. Laboratorium
Tanggal
Pemeriksaan
29 November 2018 Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Bleeding Time
Closing Time
Ureum
Creatinin
GD Random
30 November 2018 GDR 10.00 wib
GDR 14.00 wib
GDR 18.00 wib
GDR 22.00 wib
1 Desember 2018
GDR 02.00 wib
GDR 06.00 wib
GDR 09.00 wib
GDR 10.00 wib
GDR 11.00 wib
GDR 12.00 wib
GDR 17.00 wib
GDR 18.00 wib
GDR 22.00 wib
2 Desember 2018
GDR 02.00 wib
GDR 06.00 wib
GDR 10.00 wib
GDR 12.00 wib
Hasil
Satuan
11,2
13.300
287.000
31
2’30
4’30
52
2,1
468
239
307
103
135
129
224
111
161
189
99
307
103
Mg/dl
/mm3
Mg/dl
Mg/dl
g/dl
/mm3
/mm3
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
133
129
268
189
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
2. Pemeriksaan Diagnostik Lain
45
Tanggal 30 November 2018:
Pemeriksaan Foto Thorax : Cardiomegali (+), COR Bronkovaskuler (+)
EKG : Normal
3. Pengobatan
No
Terapi
Dosis
IVFD NaCL 0,9 %
6 jam/kolf
Infus Metronidazol
3x500 mg
Candesartan
1 x 8 mg
Amlodipin
1 x 10 mg
Spironolakton
1 x 50 mg
Lantus
1 x 8v
Ketorolac
2 x 30 mg
Kalitake
1 x 1 sdt
DATA FOKUS
Nama Klien
: Ny. M
46
Tempat Praktek
: Ruangan Interne RSUD Arosuka
Data Subjektif
Data Objektif
• Klien mengatakan mengetahui
menderita DM sejak 15 hari yang lalu
• Klien mengatakan terdapat luka pada
punggung kaki kanan dan pergelangan
kaki kiri sejak ± 1bulan yang lalu
• Klien mengatakan luka timbul tampa
disadari
• Klien mengatakan luka mengeluarkan
nanah sejak ±1 minggu yang lalu
• Klien mengatakan kaki terasa kebas
• Klien mengatakan badan terasa lemah
dan letih
• Klien mengatakan nyeri didaerah ulkus
dan abses
• Klien mengatakan berat badan menurun
2 kg sejak 1 bulan yang lalu
• Terdapat Ulkus pada punggung kaki
kanan dengan ukuran ± diameter 7 cm
dan kedalaman luka ±0,5 cm
• Abses pada pergelangan kaki kiri
(memerah, nyeri)
• Ulkus mengeluarkan nanah dan berbau
• Klien tampak meringis menahan nyeri
saat ulkus di bersihkan
• Klien tampak letih dan lemah
• Klien tampak beraktifitas di tempat tidur
• Klien beraktifitas dibantu keluarga
• BB = 48 kg TB = 160 cm
• Hb : 11,2
HT : 31
• GDS : 468
WBC : 13.300
• Klien mengatakan sering BAK dan
haus
• Dokter melakukan sleed scale untuk
menentukan fixed insulin reguler
• Klien mengatakan beraktifitas di atas
tempat tidur
DATA TAMBAHAN :
• Klien mengatakan tidur malam sering
terbagun
• TD= 120/70 mmHg
• Suhu = 36,2°C
• Nadi= 92x/i
• RR= 20x/i
ANALISA DATA
47
NO.
1
DATA
MASALAH
Ds :
•
Klien mengatakan luka
terasa nyeri
•
Klien mengatakan kaki
Insulin meningkat,GD
meningkat
kadang- kadang terasa
Glukogenesis
kesemutan
Do :
•
Ekspresi wajah klien tampak
meringis
•
Tekanan darah: 110/70mmHg
•
Nadi 88x/i
•
Frekuensi nyeri terasa bila
•
DM Tipe II
Nyeri akut b/d
agen cidera fisik
Aterosklerosis
Mikro angiopati
Syaraf
Neuropaty
Sensorik
klien banyak bergerak
Ulkus
Tampak ulkus pada
Nyeri
punggung kaki kanan dan
abses pada pergelangan kaki
kiri.
•
Luka berbau dan
mengeluarkan PUS
•
Tampak nekrosis di sekitar
jaringan luka
•
P: Nyeri Spontan
•
Q: Tajam, permukaan
•
R: Menyebar sampai ke
paha
•
S: Skala sedang (4), disertai
dengan mual
•
2.
Ds :
T: Nyeri tiba-tiba
Ketidak
seimbangan
48
•
Klien mengatakan nafsu
DM Type II
dari Kebutuhan
makannya berkurang
•
•
Klien mengatakan berat
Defisiensi insulin
Tubuh b/d
badan menurun 2 kg
Gangguan
Klien mengatakan makanan
keseimbangan
hanya habis 2 sendok.
•
nutrisi: Kurang
Klien mengatakan badan
Metabolisme protein
meningkat
insulin, makanan
dan aktivitas fisik.
lemas dan lesu.
Penurunan BB
Do :
•
klien tampak lemah dan
tidak bersemangat
3.
•
BB 48 kg sebelumnya 50 kg
•
GDR naik turun
•
Ds :
•
Klien mengatakan ada luka
Klien mengatakan lukanya
berbau, memerah kehitaman
Do :
•
kurang dari
kebutuhan tubuh
Hb : 11,2 g/dl
pada kaki kanan dan kirinya
•
Keseimbangan nutrisi
•
luka pada kedua punggung
kaki berdiameter ± diameter
7 cm dan kedalaman luka
±0,5 cm
luka berbau, terdapat PUS
•
Nekrosis di sekitar luka
•
Redressing 2 x sehari
•
kondisi tepi luka memerah(+)
•
leukosit 13.300
DM Tipe II
Insulin menurun
Kerusakan
integritas jaringan
b/d faktor
Gula Darah
mekanik;
meningkat
perubahan
Glikogenesis
sirkulasi,
Gangguan pembuluh
darah perifer
Hipoksia jaringan
Ulkus diabetikum
imobilitas dan
penurunan
sensabilitas
(neuropati)
Kerusakan integritas
jaringan
49
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Rencana Keperawatan
Keperawatan
NOC
Nyeri akut b/d
Setelah
agen cidera fisik
keperawatan
tingkat
NIC
dilakukan
selama
asuhan 1. Manajemen nyeri :
2x24 jam 1.1 Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
kenyamanan
klien
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan pencetus beratnya
meningkat, dan dibuktikan dengan
nyeri.
•
level nyeri:
1.2 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
•
klien dapat melaporkan nyeri
1.3 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
pada petugas, frekuensi nyeri,
ekspresi
wajah,
dan
1.4 Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
menyatakan kenyamanan fisik
1.5 Kontrol pasien untuk memonitor nyeri dan menanggani nyeri
dan psikologis,
•
dengan tepat.
TD 120/80 mmHg, N: 60-100
1.6
x/mnt, RR: 16-20x/mnt
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis)..
 Control nyeri
• Dibuktikan
Pilih
dengan
klien
melaporkan gejala nyeri dan
1.7 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengatasi nyeri.
1.8 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri/metode farmakologi
50
kontrol nyeri
1.9 Evaluasi tindakan pengurangan nyeri/kontrol nyeri.
1.10 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
1.11 Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
2.Administrasi analgetik :.
2.1 Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
2.2 Cek riwayat alergi..
2.3 Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
2.4 Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
2.5 Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
2.6 Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
Rencana keperawatan
51
Diagnosa
NIC
NOC
Keperawatan
Kerusakan
Tissue Integrity : Skin and Mucous 1.Wound Care
integritas
Membranes
jaringan b/d
Wound Healing : primer dan sekunder
luka diabetikum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1.2 Catat karakteristik cairan secret yang keluar
1.1 Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka,
dan klasifikasi pengaruh ulcers
kerusakan integritas kulit pasien teratasi 1.3 Bersihkan dengan cairan anti bakteri
dengan kriteria hasil:
 Integritas
kulit
1.4 Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
yang
baik
bisa 1.5 Lakukan nekrotomi K/P
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 1.6 Lakukan tampon yang sesuai
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
 Perfusi jaringan normal.
1.7 Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
1.8 Lakukan pembalutan
dalam 1.9 Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan
luka
proses perbaikan kulit dan mencegah
1.10 Amati setiap perubahan pada balutan
terjadinya cidera berulang
 Menunjukkan
pemahaman
terjadinya proses 1.11 Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
1.12 Berikan posisi terhindar dari tekanan
penyembuhan luka
 Menunjukkan
1.13 Kolaborasi pemberian Antibiok
Rencana keperawatan
52
Diagnosa
NIC
NOC
Keperawatan
Ketidak
Nutrition status: Food and fluid intake
1. Nutrition manajemen
seimbangan
Nutrient intake
1.1 Kaji adanya alergi makanan
nutrisi: Kurang
Weight control
1.2 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dari kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
tubuh b/d
kerusakan integritas kulit pasien teratasi 1.3 Yakinkan diit yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
Gangguan
dengan kriteria hasil:
keseimbangan
 Adanya
insulin,
makanan dan
peningkatan
dan nutrisi yang dibutuhkan.
mencegah konstipasi
BB
sesuai 1.4 Berikan makanan yang terpilih (konsultasikan dengan ahli
tujuan
gizi)
 BB ideal sesuai dengan tinggi badan 1.5 Monitor jumlah nutrisi dengan kandungan kalori
aktifitas fisik
dan berat badan
 Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
2. Nutrition Monitoring
 Tidak ada terjadi penurunan berat 2.1. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
2.2. Monitor lingkungan selera makan
badan yang berarti

2.3. Monitor mual dan muntah
2.4. Monitor kalori dan intake nutrisi
53
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal
: Jumat/ 30 November 2018
Ruangan
: Melati III
Nama
: Ny. M
No. RM
: 260106
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
Nyeri Akut b.d
Agen Cidera
Fisik
1. Manajemen nyeri :
S ; Klien mengataka nyeri pada
pergelangan kaki kanan dan kiri
1.1 Melakukan
pegkajian
menjalar ke paha
nyeri
secara
O:
komprehensif termasuk
• Klien tampak meringis
lokasi,
karakteristik,
• Skala nyeri (4)
durasi, frekuensi, kualitas
dan pencetus
beratnya
•
mmHg
nyeri.
1.2
Tekanan darah: 110/70
Mengobservasi
nonverbal
reaksi
•
Nadi 88x/i
dari
•
Frekuensi nyeri terasa bila
ketidaknyamanan.
klien banyak bergerak
1.3 Mengunakan teknik
•
Tampak luka pada kaki
komunikasi terapeutik
berbau dan mengeluarkan
untuk mengetahui
Pus
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
1.4 Mengontrol lingkungan
yang
nyeri
mempengaruhi
seperti
ruangan,
suhu
pencahayaan,
kebisingan.
•
Nekrosis di sekitar jaringan
luka
•
Kolaborasi pemberian
curatif pengurang nyeri
A: Masalah nyeri akut belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1.5 Mengontrol pasien untuk
memonitor
nyeri
dan
menanggani nyeri dengan
tepat.
1.6 Memilih dan lakukan
53
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
1.7 Mengajarkan teknik non
farmakologis
distraksi
(relaksasi,
dll)
untuk
mengatasi nyeri.
1.8
Memberikan
untuk
analgetik
mengurangi
nyeri/metode
farmakologi
1.9 Mengevaluasi tindakan
pengurangan
nyeri/kontrol nyeri.
1.10 Berkolaborasi
dengan
dokter bila ada komplain
tentang
pemberian
analgetik tidak berhasil.
1.11 Memonitor penerimaan
klien tentang manajemen
nyeri.
2. Administrasi analgetik :.
2.1
Mengecek
pemberian
jenis,
program
analgetik;
dosis,
dan
frekuensi.
2.2 Mengek riwayat alergi..
2.3
Menentukan
analgetik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.
2.4 Memonitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
54
analgetik.
2.5
Memberikan
analgetik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat.
2.6 Mengevaluasi efektifitas
analgetik,
tanda
dan
gejala efek samping.
Ketidak
1.Nutrion Manajemen
seimbangan
1.1 Mengkaji adanya alergi
nutrisi: Kurang
dari Kebutuhan
makanan
makan
- Klien mengatakan bahwa
1.2 Bekolaborasi dengan ahli
Tubuh b/d
gizi untuk menentukan
Gangguan
jumlah kalori dan nutrisi
keseimbangan
yang dibutuhkan.
insulin, makanan
S: - Klien mengatakan tidak nafsu
1.3 Meyakinkan diet yang
badannya terasa lemas dan
lesu.
O: - Klien menghabiskan porsi
makan hanya 2 sendok makan
-Diit ML 1700 kaliori
dan aktivitas
dimakan mengandung
-GD10.00 wib: 239 mg/dl
fisik
tinggi serat untuk
-GD 18.00 wib: 307 mg/dl
mencegah konstipasi.
- Pasien tampak lemah, tidak
1.4 Memberikan makanan
bersemangat
yang terpilih (sudah
TD= 110/70mmHg
dikonsulkan debgan ahli
N : 84 x/menit
gizi)
R : 20 x/menit
1.5 Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
2.Nutrition monitoring
2.1 Memberikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
2.2 Memonitor lingkungan
selera makan
S : 36,20C
-
Klien tampek lebih
bersemangat setelah di
motivasi petugas
A: Masalah Nutrisi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2.3 Memonitor mual dan
muntah
55
2.4 Memonitor kalori dan
intake nutrisi
Kerusakan
1.Wound Care
integritas
1.1
S: - Pasien mengatakan ada luka
Mencatat
karakteristik
pada punggung kaki kanan
jaringan b.d luka
luka: tentukan ukuran dan
dan abses pada pergelangan
diabetikum
kedalaman
kaki kiri.
luka,
dan
klasifikasi pengaruh ulcers
1.2 Mencatat
-Pasien mengatakan lukanya
karakteristik
cairan secret yang keluar
1.3 Membersihkan
dengan
berbau merah kehitaman
O:
-
cairan anti bakteri
kanan
1.4 Membilas dengan cairan
-
NaCl 0,9%
-
kondisi tepi luka memerah
(+)
sesuai
1.7 Mendressing dengan kasa
steril sesuai kebutuhan
1.8 Melakukan pembalutan
1.9 Mepertahankan
dressing
Luka berbau (+), pus (+),
nekrotik (+)
1.5 Melakukan nekrotomi K/P
1.6 Melakukan tampon yang
Luka/ulkus punggung kaki
steril
Setelah di redressing PUS
berkurang dan balutan
menjadi bersih
tehnik A: - Masalah kerusakan integritas
jaringan belum teratasi
ketika
melakukan perawatan luka
1.10Mengamati
-
P: - Intervensi dilanjutkan
setiap
perubahan pada balutan
1.11 Mebandingkan dan catat
setiap adanya perubahan
pada luka
1.12Memberikan
posisi
terhindar dari tekanan
1.13 Berkolaborasi pemberian
Antibiok
56
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal
: Sabtu/ 1 Desember 2018
Ruangan
: Melati III
Nama
: Ny. M
No. RM
: 260106
57
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut b.d
Implementasi
1. Lakukan
Agen Cidera Fisik
Evaluasi
pegkajian
secara
nyeri S ; Klien mengataka nyeri pada kedua
komprehensif telapak kaki
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
ontro presipitasi.
2. Observasi
reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi
O:
•
Klien tampak meringis
•
Tekanan darah: 130/90 mmHg
•
Nadi 88x/i
•
Frekuensi nyeri terasa bila
klien banyak bergerak dan
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman
nyeri
klien
sebelumnya.
•
•
(farmakologis/non
daerah luka
teknik
farmakologis
non
•
instruksi dokter
A: Masalah belum teratasi
nyeri..
untuk P: Intervensi dilanjutkan
analgetik
mengurangi nyeri.
8. Evaluasi
pengurangan
•
tindakan
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
nyeri/kontrol
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
9.
Kolaborasi dalam pemberian
ketorolac sesuai dengan
(relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
7. Berikan
Klien mengetahui utnutk
membatasi gerakan pada
farmakologis)..
6. Ajarkan
Klien mampu menggunakan
teknik nafas dalam
5. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
ketika luka di bersihkan
nyeri.
Kolaborasi dengan dokter
•
Kolaborasi dengan dokter bila
bila ada komplain tentang
ada komplain tentang
pemberian
pemberian analgetik tidak
berhasil.
analgetik
tidak
berhasil. Monitor TTV
sebelum dan sesudah
58
10. Monitor penerimaan klien
pemberian analgetik.
tentang manajemen nyeri.
11. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
Ketidak
1. Mengkaji alergi makanan
seimbangan
2. Berkolaborasi dengan ahli
nutrisi: Kurang
gizi untuk menentukan
dari Kebutuhan
jumlah kalori dan nutrisi yang
Tubuh b/d
dibutuhkan klien
Gangguan
S: - Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan bahwa
badannya terasa lemas dan lesu.
O: - Klien menghabiskan porsi makan
3. Meyakinkan diet yang
hanya 2 sendok makan
keseimbangan
dimakan mengandung tinggi
-Diit ML 1700 kaliori
insulin, makanan
serat untuk mencegah
-GD 09.00 wib: 224 mg/dl
dan aktivitas
konstipasi
-GD 10.00 wib: 111 mg/dl
fisik.
4. Memberikan makanan yang
-GD 11.00 wib: 161 mg/dl
terpilih.(Rekomendasi gizi)
-GD 12.00 wib: 189 mg/dl
5. Monitor jumlah nutrisi dan
- Pasien tampak lemah, tidak
kandungan kalori
bersemangat
6. Memberikan informasi
TD= 110/70mmHg
tentang kebutuhan nutrisi
N : 84 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,20C
-
Klien tampek lebih
bersemangat setelah di
motivasi petugas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
1. Memonitor respon fisik, emosi, sosial
59
dan spiritual
2. Memonitor TTV
Kerusakan
•
Mengkaji karakteristik
S: - Pasien mengatakan ada luka pada
integritas jaringan
luka:tentukan ukuran dan
kedua telapak kakinyaPasien
b.d luka
kedalaman luka, dan
mengatakan lukanya berbau dan
diabetikum
klasifikasi pengaruh ulcers
menghitam
•
Mengkaji karakteristik
O: - Luka berbau (+), pus (+),
cairan secret yang keluar
•
nekrotik (+)
Membersihkan dengan
-
cairan anti bakteri (bilas
kondisi tepi luka masih
memerah (+)
dengan cairan NaCl 0,9%)
-
Jaringan yang tampak sudah
•
Melakukan nekrotomi
•
Melakukan pembalutan
•
Mempertahankan tehnik
-
PUS tampak sudah berukurang
dressing steril ketika
-
Luka tampak bersih setelah di
nekrosis di sekitar luka
dibuang
melakukan perawatan luka
•
Memonitor setiap perubahan
pada balutan dan pada luka
•
Memberikan posisi terhindar
dari tekanan
•
redressing
A: - Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
•
balutan luka
Berkolaborasi pemberian
Antibiotik
Memonitor setiap perubahan pada
•
Memberikan posisi terhindar dari
tekanan
•
Berkolaborasi pemberian
Antibiotik
•
Kolaboransi tindakan selanjutnya
(Planing Debridement oleh dr.
Bedah. Pukul 15.00 wib)
60
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal
: Minggu/ 2 Desember 2018
Ruangan
: Melati III
Nama
: Ny. M
No. RM
: 260126
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri Akut b.d
Implementasi
1. Lakukan
pegkajian
Evaluasi
nyeri S ; Klien mengataka nyeri pada kedua
61
Agen Cidera Fisik
secara
komprehensif pergelangan kaki termasuk luka
termasuk
lokasi, setelah debridemen
karakteristik,
durasi, O :
frekuensi, kualitas dan ontro
•
Klien tampak meringis
presipitasi.
•
Nyeri (skala 3)
•
Tekanan darah: 120/80 mmHg
•
Nadi 88x/i
•
Frekuensi nyeri terasa bila
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi
klien banyak bergerak
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman
nyeri
klien
•
terbalut kassa
sebelumnya.
5. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis)..
6. Ajarkan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
•
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
teknik
farmakologis
non
distraksi dll) untuk mengetasi
(relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
7. Berikan
Tampak luka post debridemen
nyeri.
•
Kolaborasi dengan dokter bila
ada komplain tentang
analgetik
untuk
berhasil. Monitor TTV
mengurangi nyeri.
8. Evaluasi
pengurangan
pemberian analgetik tidak
tindakan
nyeri/kontrol
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
nyeri.
9.
Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian
analgetik
tidak
berhasil.
10. Monitor penerimaan klien
tentang manajemen nyeri.
62
11. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
Ketidak
3. Mengkaji alergi makanan
seimbangan
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi: Kurang
untuk menentukan jumlah
dari Kebutuhan
kalori dan nutrisi yang
Tubuh b/d
dibutuhkan klien
Gangguan
S: - Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan bahwa
badannya terasa lemas dan lesu.
O: - Klien menghabiskan porsi makan
5. Meyakinkan diet yang
hanya 2 sendok makan
keseimbangan
dimakan mengandung tinggi
-Diit ML 1700 kaliori
insulin, makanan
serat untuk mencegah
-GD 10.00 wib: 268 mg/dl
dan aktivitas
konstipasi
-GD 12.00 wib: ...... mg/dl
fisik.
6. Memberikan makanan yang
terpilih.(Rekomendasi gizi)
-GD 18.00 wib: ...... mg/dl
- Pasien tampak lemah, tidak
7. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
bersemangat
-
8. Memberikan informasi tentang
Klien tampak lebih
bersemangat setelah di
kebutuhan nutrisi
motivasi petugas
-
BB: 48 kg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
Memonitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
9. Memonitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
10. Memonitor TTV
Kerusakan
•
Mengkaji karakteristik
integritas jaringan
luka:tentukan ukuran dan
b.d luka
kedalaman luka, dan
diabetikum
klasifikasi pengaruh ulcers
S: - Pasien mengatakan luka setelah
debridement
-Pasien mengatakan lukanya
terasa agak nyeri
63
•
•
Mengkaji karakteristik cairan
O:
secret yang keluar
•
Luka terbalut kassa bersih setelah
Membersihkan dengan cairan
debridement
anti bakteri (bilas dengan
Nadi: 88 x/menit
cairan NaCl 0,9%)
Suhu: 36,8°C
•
Melakukan nekrotomi
• Verband luka bersih
•
Melakukan pembalutan
A: - Masalah belum teratasi
•
Mempertahankan tehnik
P: Intervensi dilanjutkan
dressing steril ketika
•
balutan dan pada luka
melakukan perawatan luka
•
Memonitor setiap perubahan
•
Memberikan posisi terhindar
•
Berkolaborasi pemberian
Antibiotik
dari tekanan
•
Memberikan posisi terhindar dari
tekanan
pada balutan dan pada luka
•
Memonitor setiap perubahan pada
Berkolaborasi pemberian
Antibiotik
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001)
64
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 30 November 2018 dan merupakan
hari kedua Ny. di rawat dengan diagnosa Diabetes Mellitus dengan ulkus
diabetikum. Pada tahap pengkajian menurut teori ada beberapa metode yang
digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara
dengan klien, pemeriksaan fisik head to toe, hasil pemeriksaan penunjang, catatan
medis, catatan keperawatan dan informasi dari perawat ruangan.
Secara teori diabetes mellitus memiliki beberapa klasifikasi yaitu, DM tipe I
(IDDM), DM tipe II (NIDDM), dan DM tipe lain, dimana di dalam DM tipe II
memiliki beberapa factor resiko yaitu, usia lebih dari 30 tahun, obesitas, riwayat
keluarga dan gaya hidup, pada Ny. M penulis melakukan pengkajian riwayat
kesehatan keluarga ditemukan adanya kesesuaian antara teori dan kasus yaitu
klasifikasi DM pada Ny. M termasuk kedalam DM tipe II yang tidak terkontrol,
dimana pada factor riwayat diit yang tidak baik dan dari keluarga ada yang
menderita diabetes (Ibu pasien).
Secara teoritis manifestasi klinis pada klien dengan diabetes mellitus adalah
poliuri, polidipsi, polipagi, berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga
kurang dan mata kabur. Pada Ny. M terdapat kesesuaian teori namun tidak
ditemukan poliphagi, hal ini tidak terjadi pada klien karena adanya respons mual
muntah yang di hasilkan dari peningkatan HCL lambung.
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu ketersediaannya format
pengkajian yang dijadikan acuan, catatan medis dan catatan keperawatan. Sikap
klien dan keluaraga yang kooperatif juga membentu penulis saat melakukan
pengkajian pada klien, penulis tidak menemukan faktor penghambat saat melakukan
pengkajian
2. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah
kesehatan aktul, potensial dan resiko tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan klien sesuia dengan
kewenwngan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn klien antra lain : analisa
data, perumusan masalah, perioritasa masalah. (suprajitno, 2004). Dalam
65
merumuskan diagnose keperawatan, diagnosa yang terdapat pada teori ada lima
yaitu:
1) Kerusakan integritas jaringan bd faktor mekanik: perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
2) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
3) Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
bd
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan
factor biologis
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ekstremitas bawah
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar)
dengan sumber informasi.
Sedangkan pada kasus penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan
berdasarkan prioritas yaitu
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Ketidak seimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Gangguan
keseimbangan insulin.
3) Kerusakan integritas jaringan b/d factor mekanik
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ini penulis menemukan faktor
pendukung yaitu tersedianya buku pedoman dalam pembuatan diagnosa
keperawatan klien dengan diabetes mellitus, sedangkan faktor penghambat tidak
ditemukan.
3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai
intervensi sehingga kebutuhan dasar klien terpenuhi (Darmawan, 2008)
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan
66
keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatn agar tindakan
keperawatan terhadap klien berlanjut (Suprajitno, 2004).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemingkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil (Suprajitno, 2004).
Intervensi, Implementasi dan evaluasi telah dilakuakan sesuai teori yang
berpedoman pada buku aplkasi keperawatan Nanda NOC-NIC. Selama 3 hari
dilakukan implementasi keperawatan kondisi luka seluas diameter ± 7 cm dan
kedalamam luka ± 0,5 cm, Luka berbau (+), pus (+), nekrotik (+), terasa nyeri,
Kadar Gula Darah naik turun,
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuahan
keperawatan adalah keluarga yang kooperatif,
tersedia catatan keperawatan
medis yang lengkap, tersedianya format pengkajian, mendapat arahan dari
pembimbing Akademik serta dari pembimbing klinik dan kerja sama yang baik
dengan
perawat
ruangan,
faktor
penghambat
melakukan
implementasi
keperawatan tidak ada karena sikap klien yang kooperatif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
67
1. Dari hasil pengkajian bahwa pasien Ny. M mempunyai luka ulkus di kedua
telapak kaki
2. Dari hasil pengkajian dan analisa data maka timbul diagnosa keperawatan
a. Kerusakan integritas jaringan b/d faktormekanik
b. Nyeriakut b/d agen injuri fisik
c. Ketidak seimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Gangguan
keseimbangan insulin.
3. Intervensi
Keperawatan
yang
dilakukan
berpedoman
pada
aplikasi
keperawatan Nanda NOC-NIC
4. Implementasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Selama 3 hari dilakukan implementasi keperawatan kondisi pasien sebagai
berikut:
a. Hari pertama: luka seluas 5x4 cm, Luka berbau (+), pus (+), nekrotik
(+)terasa nyeri, dan luka mengaung, dilakukan redresing pada pagi dan
sore hari, pemeriksaan gula darah random secara berkala.
b. Hari kedua: dilakukan debridemen (advise dokter), gula darah diperiksa
naik turun.
c. Hari ketiga: Dilakukan perawatan luka, luka tampak bersih, nekrosis (-)
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Menigkatkan ilmu dan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Meliitus
khususnya melalui buku-buku sumber dan literature-literatur.
2. Bagi perawat ruangan
1) Melibatkan
keluarga
klien
dalam
melaksanakan
semua
tindakan
keperawatan pada pasien dengan Diabetas Mellitus.
68
2) Meningkatkan penyuluhan kesehatan pada pasien Diabetes Mellitus tentang
proses penyakit, perawatan, diit dan pencegahan Diabetes Mellitus dengan
melibatkan keluarga klien sehingga dapat menanggulangi keparahan dan
komplikasi penyakit Diabetes Mellitus.
69
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2008. Text book of medical-surgical nursing. Jakarta : EGC
Long, B.C. 2006. Perawatan Medikal Bedah : Suatu pendekatan proses keperawatan.
Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran.
Bandung : YPKAI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008. Nursing interventions classification (NIC) second
edition, IOWA Intervention Project, Mosby
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Sjaifoellah, N. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Smeltzer, S. 2008. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC
70
Download