BPJS Kesehatan

advertisement
INFOBPJS
Edisi XVIII Tahun 2015
Media Internal Resmi BPJS Kesehatan
Kesehatan
Peluncuran KIS untuk Buruh
Proteksi Kesehatan Pekerja dari Kebun Karet
Testimoni : Ria Irawan
“Negara Hadir
Ketika Saya Sakit”
Benefit : BPJS Kesehatan Menjamin
Deteksi Dini Kanker Serviks
Pelanggan : Prodesur Mendapatkan
Pelayanan IVA dan Pap Smear
“
Pengarah
Fachmi Idris
KEJADIAN YANG BERMAKNA
Penanggung Jawab
Purnawarman Basundoro
Pimpinan Umum
Ikhsan
Pimpinan Redaksi
Irfan Humaidi
Sekretaris
Rini Rachmitasari
Sekretariat
Ni Kadek M. Devi
Eko Yulianto
Paramitha Suciani
Redaktur
Diah Ismawardani
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Distribusi dan Percetakan
Basuki
Anton Tri Wibowo
Ahmad Tasyirifan
Ezza Fauziah Aulatun Nisa
Ranggi Larrisa
Buletin diterbitkan oleh:
BPJS Kesehatan
Jln. Letjen Suprapto PO BOX
1391/JKT Jakarta Pusat
Tlp. (021) 4246063, Fax. (021)
4212940
Redaksi menerima tulisan artikel/opini
berkaitan dengan tema seputar Askes
maupun tema-tema kesehatan lainnya
yang relevan dengan pembaca yang ada
di Indonesia. Panjang tulisan maksimal
7.000 karakter (termasuk spasi),
dikirimkan via email ke alamat: redaksi.
[email protected] dilengkapi
identitas lengkap dan foto penulis
SURAT PEMBACA
email : [email protected]
Fax : (021)
4212940
PENDAFTARAN JANIN BAYI
Yth. Redaksi
Assalamualaikum wr wb,
Maaf sebelumnya bapak/ibu, saya mau nanya ttg
persyaratan pendaftaran janin bayi,kira2 apa saja ya
persyaartannya?
Terima kasih
Wassalamu'alaikum wr wb
[email protected]
Jawab :
Yth. Bapak/Ibu Kaji Sahari
di tempat
Pertama kami ucapkan terima kasih atas perhatian Bapak/
Ibu kepada BPJS Kesehatan. Menjawab pertanyaan Bapak/
Ibu terkait persyaratan pendaftaran calon bayi, syarat
yang diperlukan sama dengan pendaftaran peserta pada
umumnya, yaitu fotocopy KTP orang tua, fotocopy KK, dan
fotocopy buku tabungan BNI/BRI/Bank Mandiri. Adapun
persyaratan tambahan yang diperlukan adalah surat
keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa sudah
ada detak jantung calon bayi yang akan didaftarkan. Untuk
pendaftarannya dapat dilakukan di Kantor Cabang BPJS
Kesehatan terdekat.
Sebagai informasi tambahan, pada saat melakukan
pendaftaran calon bayi dalam kandungan, diharapkan
seluruh anggota keluarga yang tercantum dalam KK juga
turut didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Redaksi
INFO BPJS
Kesehatan
EDISI XVIII TAHUN 2015
“
Redaksi
CEO Message
PERISTIWA runtuhnya World Trade Center di New York pada 11 September 2001
menyisakan banyak cerita yang tak terlupakan. Ribuan nyawa melayang, dan
ratusan lainnya terluka dan mengalami trauma mendalam. Cerita ini tidak hanya
menakutkan bagi keluarga korban dan pelaku sejarah namun juga bagi seluruh
penduduk dunia yang tak pernah mengira bahwa gedung kebanggaan kota New
York yang memiliki 1.24 juta m² ruang perkantoran atau hampir empat persen dari
keseluruhan luas ruang perkantoran yang tersedia di Manhattan dan merupakan
gedung tertinggi di dunia sepanjang tahun 1972 dan 1973 ini dapat luluh lantak
begitu saja
Duka dan bahagia tak dapat diduga. Di balik kisah hidup, selalu ada kebetulan yang
menyakitkan atau bahkan kejutan yang membahagiakan. Demikian pula halnya
dengan kejadian di hari naas itu, sejumlah kebetulan yang menyelamatkan hadir
sebagai bumbu peristiwa yang mengerikan:
1) Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.
2) Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.
3) Seorang karyawan ketinggalan bus.
4) Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.
5) Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.
6) Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yang berdering.
7) Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.
8) Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.
9) Ada seorang lagi karena memakai sepatu baru sebelum sampai di kantor (WTC) sepatu itu menyebabkan luka ditumit, lalu dia membeli plester di saat gedung WTC dihantam pesawat.
Pada kehidupan normal, kejadian-kejadian tersebut di atas pasti sangat
menjengkelkan. Tak dapat dihindari, kata-kata keluhan dan ungkapan kekesalan
segera terlontar apabila kita mengalami hal-hal kecil yang tidak diharapkan. Pun
demikian juga halnya dalam kehidupan sehari-hari di dalam pekerjaan. Teman,
atasan atau bawahan tak jarang membuat rasa kesal, mengecewakan, frustasi
atau bahkan menguras habis kesabaran. Namun apakah semua kejadian negatif
itu merugikan? Jawabnya belum tentu. Jika karyawan di atas alarmnya hidup tepat
waktu, jika saja mereka tidak tertinggal bus atau taxi, dan jika ia mengabaikan
telepon yang masuk di saat yang paling tidak tepat di pagi itu, pasti suratan nasib
sudah berkata lain.
Hal seperti ini lah yang seringkali tidak disadari. Dalam kehidupan pekerjaan,
dimana waktu lebih banyak dihabiskan untuk berinteraksi di perusahaan daripada
kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga, sahabat dan handai taulan,
nyatanya tak mesti membuat kita mampu memaklumi berbagai kejadian negatif
yang melibatkan perilaku sejawat dan rekan. Bukannya persaudaraan dan ikatan
bathin yang lebih kental, justru ego “katak” yang dikedepankan. Selain jilat ke atas,
sikut ke samping dan injak ke bawah, katak pun akan melompat ke pijakan lain jika
ada kesempatan. Semua tindakan didasari kepentingan, karena bagi katak tidak ada
persahabatan sejati kecuali kepentingan yang abadi.
SALAM REDAKSI
PRESIDEN TURUN TANGAN
Pembaca setia Info BPJS Kesehatan,
Keberhasilan implementasi jaminan sosial di bidang
kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan membutuhkan
kerjasama dari semua pihak termasuk di dalamnya
Presiden sebagai pemangku tertinggi Pemerintahan.
Ini merupakan wujud tanggungjawab negara terhadap
kesehatan masyarakat, melalui Sistem Jaminan Sosial
Nasional di bidang kesehatan.
Secara khusus Info BPJS Kesehatan edisi 18 ini akan
mengupas lebih mendalam bagaimana Presiden Republik
Indonesia Bapak Joko Widodo, menaruh perhatian
langsung terhadap implementasi jaminan sosial bidang
kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat. Secara
langsung mendistribusikan kartu untuk segmen nonPBI yang akan lebih dalam dibahas dalam rubrik FOKUS
dan akan diperdalam dalam rubrik BINCANG yang akan
menghadirkan Menteri BUMN RI Rini Soemarno. Dalam
rubrik Bincang ini akan digali bagaimana komitmen BUMN
dalam turut serta mensukseskan implementasi jaminan
sosial bidang kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat.
Dalam rubrik Benefit dan Pelanggan Info BPJS Kesehatan
akan membahas bagaimana peserta BPJS kesehatan
dalam mendapatkan manfaat tentang Deteksi Dini Kanker
Serviks, yang pada 21 April 2015 lalu Ibu Negara Iriana
Joko Widodo bersama OASE me-launching Gerakan
Nasional Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada
Perempuan Indonesia.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami
mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan
tanggapan atas terbitnya media ini. Semoga kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif
bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya.
Selamat beraktivitas.
Redaksi
DAFTAR ISI
Bincang - Menteri Negara BUMN RI
Rini Soemarno, Akhir Tahun Semua
BUMN Masuk BPJS Kesehatan
6
Fokus - Peluncuran KIS untuk Buruh,
Proteksi Kesehatan Pekerja dari Kebun Karet
3
Fokus - Tertib Membayar Iuran
Jaminan Pelayanan Kesehatan Akan Lancar
5
Benefit - BPJS Kesehatan
Menjamin Deteksi Dini Kanker Serviks
7
Pelanggan - Prosedur Mendapatkan
Layanan IVA dan Pap Smear
8
Testimoni - Ria Irawan
Negara Hadir Ketika Saya Sakit
9
Bayangkan jika anggota organisasi atau perusahaan sedapat mungkin menjauhi
sikap katak dan saling memahami dalam koridor kerjasama tim yang saling
menguatkan. Tim paling solid akan mudah memenuhi tujuan, mendapatkan
alternatif terbaik, memaksimalkan keuntungan, dan mampu melakukan efisiensi
waktu serta biaya secara signifikan.
Menurut spesialis terkenal Jon Katzenbach, kerja sama tim dapat dianggap
sebagai "sejumlah kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi dan
berkomitmen untuk arah, tujuan dan tanggung jawab bersama." Kepercayaan
dan saling ketergantungan antara rekan kerja akan menjamin keberhasilan,
menyamakan persepsi, dan menguatkan keyakinan untuk berkembang secara
bersama-sama, saling berbagi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, teknik
pengambilan keputusan serta secara keseluruhan meningkatkan kualitas manusia
dari seluruh anggota tim yang ada.Dalam tim, emosi pribadi tidak liar berdiri sendiri.
Ada batasan toleransi yang terbina, dan ada keinginan untuk saling memberikan
kebahagiaan antara sesama. Permasalahan besar disederhanakan dan persoalan
kecil dihilangkan. Ada pandangan win-win, ada sikap tepo seliro, ada perasaan
simpati-empati, dan yang terpenting ada keinginan unuk menjadikan hal kecil - bisa
jadi berupa kejadian negatif, sebagai bagian hidup yang bermakna.
Kisah lain tentang kejadian negatif yang bermakna terjadi di IBM. Tom Watson,
pendiri IBM, tahu persis nilai sebuah kesalahan. Suatu saat, seorang pegawai
membuat kesalahan besar yang merugikan IBM senilai jutaan dollar. Sang
pegawai yang dipanggil ke kantor Watson, berkata “Anda pasti menghendaki saya
mengundurkan diri”, ujarnya. Tetapi Tom Watson justru menjawab, “Anda pasti
bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik Anda…”
kesalahan yang Anda perbuat justru menjadi formula khusus untuk kita bisa
menemukan sesuatu yang baru, lebih canggih dan lebih hebat.”
Itulah IBM, cara berfikir unusual yang sangat bertentangan dengan pemahaman
kuno tentang makna penerimaan kesalahan. Bukannya menolak dan memaki,
Watson justru berterimakasih atas kesalahan fatal yang dilakukan bawahannya.
Kiranya inilah yang patut kita pelajari, dari berbagai peristiwa seputar WTC tadi
atau pun kejadian fatal di IBM, sesungguhnya keuntungan yang dapat diambil dari
kerugian yang terjadi adalah sangat bergantung pada kemampuan kita melakukan
pembedaan sudut pandang. Segala sesuatu nyatanya bisa menjadi positif jika kita
terima sebagai satu pembelajaran atas berbagai kejadian bermakna. Sebagaimana
pepatah mengatakan, “hanya engkau yang dapat mengubah sudut pandangmu,
karena dengan perubahan itu kejadian terburuk menjadi yang terbaik. Dan jika
kejadian itu terbaik, biarkan pandangan terburuk meninggalkanmu karena tanpa
kehadirannya terkadang kita baru menyadari betapa indah hidup ini tanpa pikiran
buruk did alamnya.”
Fachmi Idris
Direktur Utama
Sehat & Gaya Hidup Kenali & Waspadai
Kanker Serviks Sebelum Terlambat
Opini - Naik Kelas Rawat Inap: Keinginan
Sendiri atau Terpaksa? (Bagian 1)
10
11
FOKUS
EDISI 18 TAHUN 2015
Peluncuran KIS untuk Buruh
Proteksi Kesehatan Pekerja dari Kebun Karet
“
“
Negara memberikan perhatian
yang besar atas proses distribusi
KIS juga menekankan pentingnya
segmen di luar Kelompok
Penerima Bantuan Iuran
yang jumlahnya cukup besar,
diantaranya kalangan buruh
H
ujan lumayan lebat turun membahasahi tanah di
perkebunan karet milik PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) III. Curahan air dari langit itu perlahan
membuat tanah merah di lahan yang terletak di Desa
Sei Karang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
itu, menjadi berlumpur.
Sementara itu, hembusan angin yang menyelinap lewat
celah-celah pohon karet membuat hadirin yang hadir
pada acara peluncuran Kartu Indonesia Sehat (KIS)
untuk kalangan pekerja itu, segera mengancingkan
jaketnya rapat-rapat.
Namun, kendati kondisi cuaca kurang baik, Mifta, istri
penderes getah karet tetap tidak mau beranjak dari
lokasi tersebut. Wanita berusia 24 tahun itu bertahan
lantaran ingin melihat dan berkomunikasi langsung
dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Biarlah dandanan luntur, baju basah, yang
penting jumpa pak Presiden," ujar wanita
berambut panjang ini.
Antusiasme serupa untuk bertemu presiden dan
mendapatkan kartu juga terjadi pada Nurasiah.
Buruh yang bekerja di perkebunan tersebut nampak
sibuk mencari-cari pinjaman payung. Maklum, pada
perhelatan tersebut, wanita 31 tahun itu datang dengan
menggendong bayinya.
Kesabaran Mifta, Nurasiah dan hadirin lainya untuk
sabar menunggu akhirnya terbayar. Usai menunggu
berjam-jam, akhirnya Presiden RI Jokowi yang
ditunggu-tunggu warga, tiba di lokasi dialog. Spontan,
ratusan warga yang berkumpul pada acara yang digelar
pada Sabtu (18/4) itu tidak menyia-nyiakan kesempatan
itu untuk berfoto-foto dengan Kepala Negara.
Tingginya animo warga, khususnya kaum buruh untuk
bertemu dengan Presiden RI dan menerima KIS
memang suatu yang wajar. Pasalnya, sudah lama warga
menanti kehadiran negara untuk menjamin layanan
kesehatan mereka. Peluncuran KIS yang dilakukan
sendiri oleh Kepala Negara, bisa menjadi jawaban atas
asa mereka, khususnya untuk para pekerja.
Program KIS sendiri yang pada awalnya hanya untuk
peserta PBI atau (Penerima Bantua Iuran) yang
diberikan pada masyarakat sangat miskin, miskin dan
rentan, yang iur premi bulanan dibayari pemerintah
diperluas cakupannya kepada peserta non PBI
diantaranya kalangan buruh dengan pembayar utama
iuran adalah pemberi kerja
tempat buruh bekerja.
Untuk tahun ini, KIS yang
diberikan bagi PBI akan
diberikan pada 88,2 juta
orang, yang terdiri dari 86,4
juta kelompok Penerima
Bantuan Iuran (PBI), 340
ribu penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS),
dan 500 ribu buffer atau
sasaran yang sebelumnya
belum terdata.
Pada kesempatan itu, Kepala
Negara menjelaskan bahwa,
program KIS sejatinya
merupakan perluasan manfaat
secara kualitas dan kuantitas
bagi masyarakat prasejahtera
Info BPJS Kesehatan
untuk mendapatkan layanan kesehatan, mulai dari
preventif (pencegahan) hingga kuratif (pengobatan).
Pada tahun 2015 ini program KIS dikembangkan lebih
luas lagi tidak hanya bagi masyarakat miskin dalam
kelompok PBI akan tetapi untuk seluruh penduduk
Indonesia dalam kategori non PBI, sehingga setiap
penduduk memiliki identitas KIS. Hal ini merupakan
upaya pemerintah untuk menghilangkan diskriminasi
dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
Program KIS yang mulai diluncurkan pada November
2014 lalu, merupakan salah satu unggulan dalam
Nawacita pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, yang salah
satu butirnya menyebutkan soal peningkatan kualitas
pendidikan dan kesehatan.
Dalam pidatonya singkatnya, Kepala Negara
mengatakan, para buruh yang bekerja di perkebunan
wajib memiliki KIS untuk proteksi sosial melalui
jaminan kesehatan itu. Presiden menambahkan,
negara memberikan perhatian yang besar atas proses
distribusi KIS juga menekankan pentingnya segmen
di luar Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang jumlahnya
cukup besar, diantaranya kalangan buruh.
Untuk itu, Presiden Jokowi memberikan perhatian
khusus bagi kelompok non PBI yang rentah untuk
jatuh miskin karena sakit disebabkan risiko finansial
bebab biaya pelayanan kesehatan yang harus
ditanggung buruh pada saat jatuh sakit. Perlunya negara
memberikan perlindungan kesehatan pada para buruh,
lantaran sebagian besar masih termasuk golongan
yang kurang mampu, hal ini tentu saja dengan peran
serta dari pemberi kerja dalam menjamin kesehatan
buruhnya melalui iuran jaminan kesehatan kepada BPJS
Kesehatan.
KIS bagi peserta PBI yang terintegrasi bersama
Program Keluarga Sejahtera dan Program Indonesia
Pintar, setelah penyerahan perdana oleh Presiden
3
FOKUS
Jokowi pada tanggal 3 November 2014 telah
didistribusikan sebanyak 4.426.010 kartu kepada
peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan
Kesehatan di 18 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014,
BPJS Kesehatan bersama Kementerian Sosial dan
Kementerian Kesehatan, melan­jutkan penerbitan dan
pendistribusian 81.973.990 KIS sebagai identitas bagi
penerima program jaminan kesehatan untuk peserta
PBI.
Program Unggulan
Pada kesempatan serupa, Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan
Maharani mengatakan, pemerintah menyiapkan
tambahan dua juta lebih Kartu Indonesia Sehat (KIS)
bagi PBIsehingga jumlahnya menjadi sebanyak 88,2
juta dari rencana semula 86 juta kartu.
“Kita akan menerbitkan sebanyak 88 juta
lebih KIS bagi PBI dari rencana sebanyak
86 jutaan kartu. Ini lebih banyak sekitar
dua juta kartu yang akan digunakan sebagai
penyangga bagi masyarakat," ujar Puan.
Menurut Puan, penyangga (buffer) ini diperlukan
karena tidak semua keluarga terutama keluarga yang
selama ini terpinggirkan bisa terdata. Keluarga yang
terpinggirkan ini terutama adalah mereka yang tuna
wisma.
Pembagian kartu yang dilakukan di areal perkebunan
PTPN III ini, menurut Puan, secara simbolis menandai
pembagian kartu untuk para pekerja BUMN yang
merupakan simbol perluasan cakupan KIS pada peserta
non PBI. Diharapkan pembagian kartu tahap kedua akan
dilakukan pada akhir April.
"Kita akan luncurkan sekaligus tiga kartu, yaitu Kartu
Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu
Keluarga Sejahtera di sembilan provinsi dan 12
kabupaten/kota. Insya Allah akan diberikan 88 juta Kartu
Indonesia Sehatbagi PBI, 20 juta Kartu Indonesia Pintar
dan 17 juta Kartu Keluarga Sejahtera” kata tokoh PDIP
ini.
Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris mengungkapkan, sejak diluncurkan
tanggal 3 November 2014, KIS merupakan salah satu
program unggulan dalam pemerintahan Jokowi. KIS ini
adalah tanda kepesertaan jaminan kesehatan nasional
(JKN) untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
komprehensif pada fasilitas kesehatan, bagi seluruh
segmen peserta di BPJS Kesehatan.
Mekanisme yang diterapkan dalam KIS adalah sistem
rujukan berjenjang dan atas indikasi medis. KIS
diberikan kepada seluruh peserta jaminan kesehatan,
termasuk PBI.
EDISI18
18TAHUN
TAHUN2015
2015
EDISI
“Para buruh kebun sangat senang menerima
KIS dan menyambut gembira kehadiran
Presiden Jokowi,” ujar Fachmi.
Peran BUMN
Pada kesempatan terpisah, Direktur Hukum,
Komunikasi dan Hubungan Antar-Lembaga BPJS
Kesehatan, Purnawarman Basundoro menjelaskan,
pembagian kartu pada buruh yang bekerja di lingkungan
BUMN merupakan bentuk sosialisasi agar badan
usaha (BU) yang lain selekasnya mendaftarkan pekerja
mereka menjadi peserta BPJS Kesehatan.
"KIS itu kan program wajib pemerintah. Tapi sampai saat
ini banyak yang belum terakomodasi, makanya kami
akan blusukan ke pekerja," ujar Purnawarman.
Lebih jauh dikatakan, dipilihnya PT PTPN III sebagai
awal sosialisasi program KIS dan JKN di kalangan
pekerja penerima upah (PPU) tentu bukan tanpa alasan.
Pasalnya, BUMN diharapkan bisa menjadi motor dalam
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di kalangan Badan Usaha.
Hal itu sesuai dengan komitmen 140 direktur utama
BUMN yang berjanji pada mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2013 lalu. Dihadapan
SBY, pada saat itu mereka berjanji akan mendukung
program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Pada kesempatan itu, Purnawarman menyatakan,
jumlah pekerja formal (PPU) yang terdaftar menjadi
peserta BPJS Kesehatan per 3 April ini baru mencapai
28,8 juta pekerja. Kebanyakan mereka berasal dari
mantan peserta Askes sosial (11,8 juta), TNI (1,5 juta),
Polri (1,1 juta), pegawai BUMN (460 ribu), BUMD
(86 ribu), pegawai swasta (5,7 juta) dan pegawai eks
Jamsostek (8 juta).
Jumlah pekerja yang telah terdaftar itu, menurut
beliau, masih tergolong minim. Pasalnya, untuk tahun
ini ditargetkan 44 juta pekerja formal sudah terdaftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan.
“Kita menghimbau kepada badan usaha agar segera
mendaftarkan pegawainya ke BPJS Kesehatan.
Sebabnya pendaftaran itu sifatnya wajib,” ujar
Purnawarman.
Kurangnya jumlah pekerja formal yang mendaftar,
memang disebabkan masih sedikitnya BU, BUMN, dan
BUMD yang mendaftarkan pegawainya untuk menjadi
peserta BPJS Kesehatan.
Purnawarwan mencontohkan, pada wilayah
Jabodetabek, untuk tahun ini BPJS Kesehatan
menargetkan 49.112 BU dan BUMN meregistrasikan
karyawannya ke BPJS Kesehatan. Namun, per 3 April,
baru 30.828 yang mendaftar. Artinya, masih terdapat
29.454 BU dan BUMN yang belum meregistrasikan
pegawainya.
Rendahnya BU dan BUMN yang meregistrasikan
karyawannya. Untuk tahun ini, bagi wilayah
Jabodetabek, ditargetkan 11,5 juta pegawai menjadi
anggota BPJS Kesehatan. Namun, per 3 April, yang
masuk baru 2,6 juta atau baru mencapai 23,24%.
Selain itu, hingga akhir Maret 2015, baru 114 Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dari total 140 BUMN yang
telah mendaftarkan pegawainya.
Rendahnya BUMN yang mendaftar disebabkan mereka
masih terikat dengan perusahaan asuransi komersial
dan khawatir manfaat jaminan kesehatan yang
selama ini diberikan kepada karyawan akan menurun.
Sedangkan alasan BU swasta belum mendaftarkan
kebanyakan karena mereka keberatan harus membayar
iur premi sebanyak 4% per bulan bagi karyawannya.
Ada Sanksi
Purnawarwan mengingatkan bahwa, sesuai Perpres
111 tahun 2013 pasal 6 ayat 3, BUMN, dan BU besar
dan menengah wajib melakukan pendaftaran ke BPJS
Kesehatan paling lambat 1 Januari. Selain itu, PP No
86 thaun 2013 pasal 3 ayat 1 menyatakan perusahaan
harus memberikan data pekerjanya ke BPJS secara
lengkap dan benar.
Pemerintah memang memberikan kelonggaran aktivasi
kepesertaan dari awalnya paling lambat 1 Januari
menjadi 30 Juni tahun ini. Lewat batas ahir tersebut,
sesuai PP 86/2014, dapat dikenakan sanksi.
Jenis sanksi bertahap, mulai dari pemberian surat
teguran dan denda yang diberikan oleh BPJS
Kesehatan, sampai sanksi administratif, seperti tidak
mendapatkan pelayanan publik tertentu, seperti, tidak
boleh ikut tender, mendapatkan Izin Membangun
Bangunan (IMB) dan sebagainya.
Saat ini, lanjut Purnawarman, pihaknya telah menjalin
komunikasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan
pemerintah daerah (Pemda) terkait teknis pemberian
sanksi administratif tersebut.
“Kita sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah
pemda terkait pemberian sanksi itu. Salah satu
yang telah bersedia adalah Pemda Lampung,” ujar
Purnawarman.
4
Info BPJS Kesehatan
FOKUS
EDISI 18 TAHUN 2015
Tertib Membayar Iuran, Jaminan
Pelayanan Kesehatan Akan Lancar
Untuk memastikan peserta mendapatkan manfaat jaminan pelayanan
kesehatan, setiap peserta mandiri maupun pemberi kerja yang karyawannya
didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan memiliki kewajiban untuk
membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur paling lambat
tanggal 10 setiap bulannya.
H
dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota
Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah
non pegawai negeri, jumlah iuran yang harus
dibayarkan sebesar 5% (lima persen) dari gaji
atau upah per bulan dengan ketentuan: 3%
(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan
2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
al ini sangat penting, karena
pembayaran iuran yang lancar dan
tepat akan menjamin tersedianya dana
yang cukup untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada peserta dan menciptakan
subsidi silang antara peserta kaya dan miskin,
peserta tua dan muda, peserta sehat dan
sakit, serta peserta berisiko tinggi dan rendah
terhadap penyakit. Untuk setiap pelanggaran
atas ketentuan tersebut, maka sanksi tegas
telah menanti, termasuk penghentian jaminan
pelayanan kesehatan.
Kemudian bagi peserta PPU yang bekerja di
BUMN, BUMD dan Swasta, mulai 1 Juli 2015
iuran yang harus dibayarkan sebesar 5% (lima
persen) dari gaji atau upah per bulan dengan
ketentuan 4% (empat persen) dibayar oleh
Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar
oleh peserta.
Bila sudah terdaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan, seluruh peserta memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perorangan. Pelayanan tersebut mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
juga rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan
bahan medis pakai, sesuai kebutuhan medis
yang diperlukan.
Iuran untuk keluarga tambahan PPU yang
terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu
dan mertua, besaran iuran sebesar 1% (satu
persen) dari dari gaji atau upah per orang per
bulan yang dibayar oleh PPU.
Manfaat medis yang didapatkan peserta BPJS
Kesehatan ini tidak terikat dengan besaran
iuran yang dibayarkan. Tidak hanya manfaat medis,
tetapi juga manfaat non medis yang meliputi manfaat
akomodasi dan ambulan.
Jaminan Bisa Dihentikan
dan dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak.
Apabila peserta perorangan (Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja) tidak membayar iuran lebih
dari 6 (enam) bulan, jaminan pelayanan kesehatan akan
dihentikan. Namun jaminan pelayanan kesehatan bisa
kembali didapatkan apabila iuran beserta dendanya
telah dibayarkan.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan yang dirubah melalui Perpres Nomor 111
Tahun 2013, maka setiap keterlambatan pembayaran
iuran untuk peserta perorangan (Pekerja Bukan
penerima Upah dan Bukan Pekerja) akan dikenakan
denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk
waktu enam bulan, dan dibayarkan bersamaan dengan
total iuran yang tertunggak.
Besaran Iuran
Sedangkan keterlambatan pembayaran iuran)oleh
pemberi kerja akan dikenakan denda keterlambatan
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran
yang tertunggak, paling banyak untuk waktu tiga bulan,
Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI), iuran setiap
bulannya akan dibayarkan langsung oleh Pemerintah.
Sementara bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PPU)
yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan yang terdiri
Sedangkan bagi pegawai perusahaan (Pekerja Penerima
Upah), Jaminan pelayanan kesehatan akan dihentikan
apabila tidak membayar iuran lebih dari 3 (tiga) bulan.
Pelayanan juga akan kembali didapatkan apabila iuran
beserta dendanya telah dibayarkan.
Sedangkan bagi kerabat lain dari pekerja
penerima upah (seperti saudara kandung/
ipar, asisten rumah tangga, dan lain-lain),
peserta pekerja bukan penerima upah, serta peserta
bukan pekerja, iurannya adalah sebesar Rp.25.500 (dua
puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas
III, Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II, Rp.59.500 (lima puluh sembilan ribu
lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
Prosedur Pembayaran
Pembayaran iuran peserta saat ini dapat dilayani pada
bank yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, serta Bank BRI.
Pembayaran dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain melalui teller bank, melalui internet banking,
melalui autodebet dan mesingesekkartu (Electronic
Data Captured - EDC)di Kantor Cabang, atau melalui
AnjunganTunaiMandiri (ATM).
Bila ingin melakukan pembayaran iuran peserta melalui ATM, berikut ini tahapan-tahapannya :
BANK MANDIRI :
∙ Setelah memasukkan pin ATM, pilih menu bayar / beli, lalu lainnya.
∙ Pilih menu BPJS, lalu pilih BPJS Kesehatan.
∙ Pilih Individu / Badan Usaha, lalu masukkan nomor virtual account (VA).
∙ Masukkan jumlah bulan bayar, lalu pilih “YA”.
∙ Muncul menu konfirmasi pembayaran,
jika telah sesuai pilih “YA”.
∙ Simpan bukti transaksi.
Info BPJS Kesehatan
BANK BRI :
BANK BNI :
∙ Setelah memasukkan pin ATM, pilih menu lainnya.
∙ Pilih menu pembayaran.
∙ Pilih menu berikutnya.
∙ Pilih menu JKN/BPJS Kesehatan.
∙ Masukkan nomor virtual account (VA).
∙ Akan muncul menu konfirmasi pembayaran.
∙ Pilih sumber pembayaran : Giro, Tabungan.
∙ Tekan selesai jika transaksi telah berhasil.
∙ Simpan bukti transaksi.
∙ Setelah memasukkan pin ATM, pilih lainnya, lalu pilih menu pembayaran.
∙ Pilih menu BPJS Kesehatan.
∙ Masukkan nomor virtual account (VA).
∙ Setelah muncul menu konfirmasi jumlah pembayaran pada ATM, masukkan nominal pembayaran.
∙ Setelah selesai, simpan bukti pembayaran.
24
JAM
5
BINCANG
EDISI18
18TAHUN
TAHUN2015
2015
EDISI
Akhir Tahun Semua BUMN Masuk
BPJS Kesehatan
Rini Soemarno
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara RI
N
amun, harapan pemerintah yang menginginkan
agar BUMN dapat menjadi motor bagi
terserapnya sebanyak mungkin kelompok
pekerja penerima upah (PPU) menjadi peserta BPJS
Kesehatan, tampaknya masih membutuhkan waktu
lebih panjang. Pasalnya, berdasarkan data per Maret
2015 lalu, dari total 140 BUMN yang ada, baru 114
diantaranya yang sudah mendaftarkan pegawainya
menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Pemerintah sadar betul bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dapat menjadi contoh bagi badan usaha (BU) lain, termasuk BUMD,
untuk mendaftarkan pegawainya menjadi peserta JKN, sebuah
program yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Tidak berlebihan kiranya jika pada akhir 2013 lalu, Susilo
Bambang Yudhonono (SBY), Presiden Republik Indonesia kala itu,
meminta komitmen seluruh Direktur Utama BUMN untuk mendukung
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Belum mendaftarnya seluruh BUMN membuat target
agar 2,3 juta pegawai BUMN beserta keluarganya
terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan menjadi
terhambat. Saat ini, baru sekitar 579 ribu (25,17%
dari target) pegawai BUMN dengan keluarganya yang
masuk menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Padahal, untuk menggenjot kepesertaan dari kelompok
pekerja formal, pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Presiden No 111/2013 bahwa pemberi kerja
termasuk BUMN dan BUMD wajib terdaftar sebagai
peserta BPJS pada 1 Januari 2015.
Terkait masih belum totalnya peran BUMN mendukung
program JKN, Info BPJS Kesehatan, mewawancarai
Menteri BUMN Rini Soemarno, saat dia mendampingi
Presiden Joko Widodo membagikan Kartu Indonesia
Sehat (KIS) kepada pekerja di BUMN PT Dok dan
Perkapalan Kodja Bahari (DKB), di wilayah Cilincing,
Jakarta Utara, Selasa (28/4). Berikut petikan
wawancaranya.
Bagaimana komitmen BUMN dalam mendukung
program JKN?
Komitmen BUMN untuk mendukung program JKN
sudah jelas. Seluruh BUMN sudah sepakat untuk
ikut serta menyukseskan program JKN. Buktinya
peluncuran KIS yang menjadi tanda kepesertaan
JKN dilakukan di BUMN. Kemarin, di Deli Serdang,
pembagian KIS diberikan pada buruh tanaman karet
PTPN III. Sekarang (Selasa 28/4), dibagikan juga KIS
bagi buruh pelabuhan. Ini bagian dari komitmen kita
mendukung JKN.
Kapan kiranya seluruh BUMN akan mendaftar ke
BPJS Kesehatan?
Harus diakui, pada saat ini belum semua BUMN
mendaftarkan pegawainya untuk menjadi peserta
BPJS Kesehatan. Penyebabnya beragam, seperti
mereka masih terikat dengan perusahaan asuransi
komersial dan khawatir manfaat jaminan kesehatan
yang selama ini diberikan kepada karyawan akan
menurun.
Namun, berbagai kendala itu saat ini sudah dalam
proses penyelesaian. Namun, saya menggaransi,
hingga akhir tahun, seluruh BUMN akan mendaftarkan
karyawan mereka untuk menjadi peserta BPJS
Kesehatan.
Terkait dengan kabar akan turunnya manfaat
(benefit) yang akan diterima pegawai, kita sudah
mensosialisasikan soal itu. Artinya, BUMN tetap
diperkenankan bekerja sama dengan asuransi
komersial lain selain menjalin kerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
Melalui sistem koordinasi manfaat
(Coordination of Benefit-CoB) benefit antara
asuransi komersial dengan BPJS Kesehatan
tinggal di combine saja. BPJS Kesehatan
nanti yang menjadi dasarnya.
6
Apa yang diharapkan BUMN dari BPJS Kesehatan?
Ya, BPJS Kesehatan harus mengolah pelayanan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing pegawai, kalau tidak
melakukan hal tersebut maka BPJS akan chaos. BPJS
Kesehatan harus mempersiapkan diri dengan sebaikbaiknya agar semua BUMN mendapatkan pelayanan
yang baik.
Saat ini BPJS Kesehatan memang tengah menjadi
sasaran kritik masyarakat dalam memberikan
pelayanan. Tetapi itu sebetulnya bukan kesalahan BPJS
Kesehatan, melainkan ketidaktahuan dari pihak rumah
sakit (RS) dan dokter tentang sistem tarif Indonesia
Case Based Groups (Ina-CBGs)
Permasalahan itu sudah berkurang karena pemerintah
sudah mengeluarkan peraturan dengan tegas bahwa
Pemberi kerja BUMN, usaha besar, usaha menengah
dan usaha kecil tahun 2015 diharapkan sudah menjadi
anggota BPJS semua, ini adalah suatu keharusan.
Apakah ada kendala lain bagi BUMN untuk
bergabung dengan BPJS Kesehatan?
Ya, BPJS Kesehatan seharusnya juga cepat menyusun
CoB dengan asuransi komersial yang dapat layak
diterapkan di lapangan nanti. Selain itu, BUMN yang
sudah mempunyai klinik-klinik sendiri diharapkan bisa
juga segera bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
untuk menjadi fasilitas primer dalam program JKN.
Apa pendapat BUMN tentang peluncuran KIS?
KIS adalah sebagai upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja di bidang
kesehatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan buruh,
jangan selalu terpaku oleh upah atau gaji. Padahal
banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan
pemberian kartu sehat ini untuk menjamin kesehatan
pekerja.
Info BPJS Kesehatan
BENEFIT
B
EDISI 18 TAHUN 2015
BPJS Kesehatan Menjamin Deteksi Dini Kanker Serviks
Dalam upaya
mengoptimalisasikan fungsi
promotif dan preventif,
BPJS Kesehatan telah aktif
menyelenggarakan sosialisasi
mengenai bahaya kanker serviks
dan pentingnya melakukan
deteksi dini kanker serviks.
Selain itu, BPJS Kesehatan juga
turut mendukung pelaksanaan
program pencegahan dan
deteksi dini kanker pada
perempuan Indonesia yang
digagas Organisasi Aksi
Solidaritas Era (OASE) Kabinet
Kerja yang dipimpin Ibu Iriana
Jokowi.
T
ahukah Anda, di dunia setiap dua menit, seorang
perempuan meninggal dunia akibat kanker
leher rahim atau kanker serviks. Sementara di
Indonesia, rata-rata setiap jam jumlah penderita kanker
serviks bertambah 2,5 orang dan meninggal 1,1 orang.
Begitu bahayanya, kanker serviks seringkali disebut
sebagai “silent killer”.
Selain menjadi penyebab kematian paling tinggi pada
perempuan setelah kanker payudara, kanker serviks
juga termasuk penyakit yang menyedot dana BPJS
Kesehatan cukup tinggi. Karena karakteristik kanker
yang disebabkan oleh human papilloma virus atau HPV
ini tidak menimbulkan gejala apapun pada stadium
awal.
Kegiatan deteksi dini kanker serviks ini sebetulnya telah
digencarkan sejak BPJS Kesehatan masih berbentuk
PT Askes. Metode deteksi dini dilakukan dengan dua
cara, yaitu metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
dan tes Pap smear.
Sepanjang tahun 2014, deteksi dini yang dilakukan
BPJS Kesehatan dengan metode IVA telah berhasil
menjangkau 81.000 peserta, sementara Pap smear
berhasil menjangkau 248.940 peserta. Layanan deteksi
dini ini diberikan BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat pertama (FKTP).
Gerakan Nasional Deteksi Dini
Kanker serviks umumnya baru terdeteksi ketika sudah
stadium lanjut, di mana proses pengobatan yang harus
dilakukan menjadi lebih sulit dan biaya pengobatannya
pun menjadi lebih mahal. Namun dibandingkan
dengan jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya
paling mudah dicegah dan dideteksi. Caranya dengan
pemberian vaksinasi dan melakukan deteksi dini.
"Kami mendukung penuh gerakan nasional
yang diluncurkan oleh Ibu Negara karena kami
memiliki kepentingan mencegah masyarakat
menjadi sakit atau agar sakitnya tidak terlalu
parah," kata Fachmi Idris.
Deteksi Dini Dengan Iva Dan Pap Smear
Selain itu, deteksi dini kanker serviks juga telah masuk
dalam skema pembiayaan program JKN, sehingga
peserta BPJS Kesehatan yang ingin melakukan deteksi
dini kanker serviks tidak perlu lagi mengeluarkan uang.
“Karena kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan
sulit terdeteksi pada stadium awal, sebaiknya lakukan
skrining kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi
dini yang disediakan BPJS Kesehatan. Sehingga bila
hasil skrining tersebut peserta terdiagnosis menderita
kanker serviks, nantinya dapat segera dilakukan
pengobatan,” kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan
Fajriadinur.
Info BPJS Kesehatan
Iriana juga mengingatkan kepada para perempuan
yang sudah menikah dan pernah melakukan hubungan
seksual untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Karena penyebaran virus HPV terjadi melalui hubungan
seksual
Sementara itu guna mendukung pelaksanaan program
OASE Kabinet Kerja tersebut, BPJS Kesehatan juga
telah bekerjasama dengan instansi pemerintah dan
pihak lainnya dalam memberikan pelatihan IVA dan
Pap smear. Pelatihan tersebut telah diberikan kepada
2.143 dokter umum dan bidan, serta telah melakukan
pemeriksaan IVA dan Pap smear terhadap puluhan ribu
perempuan untuk mendeteksi dan mencegah kanker
serviks.
Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris,
tahun lalu berdasarkan data peserta BPJS Kesehatan
secara nasional, jumlah kasus kanker serviks di tingkat
pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai
68.883 kasus dengan total biaya sekitar Rp 48,2 miliar,
sementara di tingkat rawat inap ada 18.092 kasus
dengan total biaya sekitar Rp 123,1 miliar.
Sebagai salah satu upaya mengoptimalisasikan
fungsi promotif dan preventif, BPJS Kesehatan telah
aktif menyelenggarakan sosialisasi pada masyarakat
mengenai bahaya kanker serviks dan pentingnya
melakukan deteksi dini kanker serviks. Pencanangan
“Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim”
yang dilakukan BPJS Kesehatan bekerjasama dengan
Yayasan Kanker Indonesia telah dimulai sejak Juni 2014.
Iriana juga berharap agar kader PKK (Pembinaan
Kesejahteraan keluarga) dapat ambil bagian dalam
gerakan nasional untuk menyelamatkan perempuan
Indonesia. Karena kader PKK merupakan aktor
terpenting untuk menggerakkan dan mendampingi
warga serta mendorong terbentuknya kelompokkelompok penopang. "Tim Penggerak PKK beserta
kader harus aktif melakukan pencegahan dan deteksi
dini kanker serviks pada perempuan," ujar Iriana.
Untuk menyelamatkan perempuan Indonesia dari
bahaya kanker serviks, saat ini pemerintah juga terus
berupaya menekan jumlah penderita kanker serviks
melalui optimalisasi program deteksi dini kanker serviks
yang digagas Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE)
Kabinet Kerja. OASE Kabinet Kerja merupakan sebuah
perkumpulan para pendamping menteri dan unsur
eksekutif lain yang dipimpin oleh Ibu Iriana Jokowi,
yang memiliki serangkaian program untuk mendukung
tercapainya nawacita Presiden Jokowi.
Salah satu program yang digalang adalah meningkatkan
pelaksanaan pencegahan dan deteksi dini kanker
pada perempuan di Indonesia mulai tahun 2015-2019.
Pada 21 April 2015 lalu, OASE Kabinet Kerja telah
melaksanakan gerakan deteksi dini melalui metode
pemeriksaan IVA secara serentak di seluruh wilayah
Indonesia yang dibuka oleh Iriana Jokowi di Kabupaten
Kulonprogo, Yogyakarta.
Selain itu, gerakan nasional ini menurutnya juga bisa
semakin memperkuat program promotif dan preventif
yang selama ini telah dilakukan BPJS Kesehatan.
Namun untuk bisa menjadikan tes IVA sebagai sebuah
gerakan nasional, Fachmi menekankan pentingnya
sosialisasi pada masyarakat, khususnya perempuan.
"Tidak semua perempuan memiliki keinginan untuk
memeriksakan diri lewat tes IVA maupun Pap smear
karena ini terkait privasi, sehingga sosialisasi mengenai
pentingnya deteksi dini harus terus ditingkatkan,”
tambahnya.
Sebagai tindak lanjut penanganan kanker serviks, bagi
peserta BPJS Kesehatan yang positif mengidap kanker
serviks, disediakan pula layanan krioterapi di fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Layanan krioterapi sendiri
adalah metode pengobatan kanker serviks dengan
melakukan perusakan sel-sel pra kanker dengan cara
dibekukan.
7
PELANGGAN
EDISI18
18TAHUN
TAHUN2015
2015
EDISI
Prosedur
Mendapatkan Layanan IVA dan Pap Smear
Karakteristik kanker serviks yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) adalah tidak menimbulkan gejala apa pun pada stadium awal.
Ketika gejala mulai muncul, tahu-tahu sudah berada pada stadium lanjut. Karena itu, sangat penting bagi perempuan yang sudah menikah
untuk melakukan deteksi dini menggunakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan tes Pap Smear yang disediakan BPJS Kesehatan.
Bagaimana prosedur mendapatkan pelayanan ini?
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan merupakan
program berbasis managed care, dimana terdapat
empat pilar prinsip dasar dalam pelaksanaannya, yaitu
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Salah satu upaya mengoptimalkan fungsi promotif
dan preventif yang dilakukan BPJS Kesehatan
adalah dengan menyelenggarakan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai bahaya kanker serviks dan
menyediakan layanan deteksi dini kanker serviks.
Metode deteksi dini dilakukan dengan dua cara, yaitu
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan tes Pap Smear.
Kedua cara ini telah terbukti efektif mendeteksi adanya
lesi pra-kanker yang harus segera dilenyapkan.
Metode IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara melihat serviks
yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo.
Setelah serviks dipulas dengan asam asetat, akan
terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai
normal (negatif) atau abnormal (ada lesi pra-kanker).
Pada lesi pra-kanker akan terlihat bercak putih atau
yang disebut aceto white epithelium.
Tes IVA sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang
sudah menikah atau sudah melakukan hubungan
seksual, tidak sedang menstruasi atau haid, tidak
sedang hamil, dan 24 jam sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual.
Selain mudah dan murah, cara ini juga memiliki
keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi prakanker. IVA juga tidak harus dilakukan oleh dokter,
tetapi bisa dilakukan oleh tenaga terlatih seperti bidan
di puskesmas.
Metode Pap Smear
Selain dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA), kanker serviks juga dapat dideteksi melalui
pemeriksaan Pap Smear. Metode ini menggunakan alat
bernama speculum yang berfungsi untuk membuka
liang vagina. Setelah terbuka, cairan leher rahim lalu
diambil menggunakan spatula atau sejenis sikat halus.
Cairan tersebut kemudian dioles pada objek kaca untuk
dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan Pap Smear sebaiknya juga dilakukan
oleh orang-orang yang sudah menikah atau sudah
melakukan hubungan seksual, tidak sedang hamil, dan
tidak sedang dalam masa menstruasi.
Agar hasilnya lebih akurat, hindari penggunaan jenis
pembersih genital apapun tiga hari sebelum Pap Smear.
Sangat dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan
seksual sejak dua hari sebelum Pap Smear, dan
sebaiknya tidak berendam saat mandi dua hari sebelum
menjalani Pap Smear karena hal-hal tersebut bisa
menyebabkan sel abnormal jadi sulit terdeteksi.
PROSEDUR LAYANAN DETEKSI DINI
Karena kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan
sulit terdeteksi pada stadium awal, sangat dianjurkan
untuk melakukan skrining kesehatan melalui layanan
kesehatan deteksi dini yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan.
Sasaran layanan deteksi dini kanker serviks yang
disediakan oleh BPJS Kesehatan ini adalah peserta
berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah.
Cara mendapatkan pelayanan ini adalah peserta
mendapatkan rekomendasi atau pengantar dari Faskes
Tingkat Pertama, atau peserta mendaftar sendiri secara
sukarela dengan mengisi lembar kesediaan pada
Formulir Permohonan.
Dijelaskan oleh Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan
Fajriadinur, pemeriksaan IVA dilakukan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau bidan dengan
konsep jejaring. Sedangkan pemeriksaan Pap Smear
dapat dilakukan di FKTP dengan konsep jejaring
laboratorium atau Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL). Pemeriksaan IVA dan Pap Smear
juga dapat diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
tanpa indikasi medis, dan dilakukan oleh tenaga medis
yang terlatih.
“Peserta yang dinyatakan positif dari pemeriksaan
IVA dapat dilakukan tindakan krioterapi di Faskes
Tingkat Pertama yang memiliki kompetensi untuk
melakukan krioterapi,” terang Fajriadinur.
PEMERIKSAAN IVA / PAP SMEAR
Ingin melakukan
pemeriksaan IVA/Pap
Smear :
- Sudah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan
- Sudah menikah
Mengisi formulir kesediaan
pemeriksaan IVA/Pap
Smear
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang
terdapat lesi pra-kanker dengan suhu yang sangat
dingin, sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan
luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang
sehat. Namun bila hasil pemeriksaan menunjukkan
sel kankernya sudah ganas dan harus mendapatkan
pengobatan lebih lanjut di rumah sakit, BPJS Kesehatan
juga akan memberikan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, misalnya kemoterapi atau radioterapi.
Selain itu, peserta yang dilakukan pemeriksaan IVA
atau Pap Smear sekaligus dilakukan juga pemeriksaan
Clinical Breast Examination (CBE) / Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) atau diedukasi cara
melakukan pemeriksaan tersebut. Hasil CBE oleh FKTP
atau oleh peserta sendiri (self asssesment) dilaporkan
bersama dengan hasil IVA dan Pap Smear.
Pemeriksaan IVA diberikan selama 3 (tiga) tahun
pertama secara berurutan. Apabila hasil skrining
menunjukkan tetap negatif, maka pemeriksaan IVA
dapat diberikan 5 (lima) tahun kemudian.
Sepanjang tahun 2014, deteksi dini yang dilakukan
BPJS Kesehatan dengan metode IVA telah berhasil
menjangkau 81.000 peserta, sementara Pap Smear
berhasil menjangkau 248.940 peserta. Saat ini BPJS
Kesehatan juga telah bekerjasama dengan instansi
pemerintah dan pihak lainnya dalam memberikan
pelatihan IVA dan Pap Smear kepada 2.143 dokter
umum dan bidan.
Hasil Positif
Dilakukan terapi
Krioterapi
IVA dilakukan di FKTP
(Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama) dan Pap Smear
di FKTP / FKRTL (Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan)
Hasil Negatif
Edukasi pemeliharaan
kesehatan mandiri
8
Info BPJS Kesehatan
EDISI 18 TAHUN 2015
TESTIMONI
“Negara Hadir
Ketika Saya Sakit”
Ria Irawan
Didiagnosis mengalami penebalan dinding rahim dan
kanker kelenjar getah bening dalam waktu yang nyaris
bersamaan, aktris Ria Irawan berusaha untuk tetap
tegar. Ia merasa tak sendiri menghadapi penyakit yang
mematikan itu. Karena untuk operasi pengangkatan
rahim dan pengobatan untuk membunuh sel-sel kanker
di tubuhnya, seluruh biaya yang dibutuhkan sudah
ditanggung BPJS Kesehatan. Ria merasa, Negara telah
hadir di saat ia membutuhkan pertolongan.
Bintang film Ria Irawan masih terus berjuang melawan
penyakit kanker kelenjar getah bening stadium 3C yang
bersarang di tubuhnya. Penyakit ini baru diketahui pada
Oktober 2014 usai menjalani operasi pengangkatan
rahim akibat penebalan dinding rahim dan mioma yang
dideritanya.
"Baru saja lega setelah operasi pengangkatan rahim,
saya malah dikejutkan oleh diagnosis dokter yang
menyatakan saya mengidap kanker kelenjar getah
bening," ungkap wanita kelahiran Jakarta, 24 Juli 1969
ini.
Lemas dan tidak percaya sempat Ria rasakan saat
pertama kali mendengar diagnosis tersebut. Namun ia
tidak ingin larut dalam rasa itu dan memutuskan untuk
segera melakukan kemoterapi dan radioterapi. Kini,
kondisinya pun berangsur membaik.
Mengalami Penebalan Dinding Rahim
Ria bercerita, penebalan dinding rahim dan mioma
yang dideritanya sebetulnya telah ia ketahui sejak tahun
2009. Namun ketika itu pemilik nama lengkap Chandra
Ariati Dewi Irawan ini mengira kalau penyakitnya
hanyalah masalah rahim biasa. Ria pun tidak terlalu
menghiraukannya dan justru malah lebih sibuk dengan
pekerjaannya ketimbang mengobati penyakitnya.
Ketika kesadaran untuk berobat muncul, putri aktris
senior Ade Irawan ini justru malah takut berobat secara
medis dan lebih memilih pengobatan alternatif. Upaya
pengobatan dengan cara alternatif ini ia jalani bertahuntahun lamanya.
"Semua jenis obat alternatif sudah saya coba.
Disemprot daun kelor pun sudah. Tapi semuanya tidak
ada yang memberikan hasil," ungkap peraih Piala
Citra tahun 1988 sebagai pemeran pendukung wanita
terbaik dalam film Selamat Tinggal Jeanette.
Ketika ada pekerjaan di Malaysia atau Singapura,
beberapa kali ia juga sempat berkonsultasi dan
melakukan pengobatan dengan dokter di
sana. Sejak tahun 2009, uangnya Rp 1 miliar
telah habis untuk berobat. Namun diakui
Ria kalau upaya pengobatan dengan cara
alternatif memang lebih banyak dilakukan.
"Saya terlalu banyak mendengar nasihat
orang lain untuk berobat ke alternatif. Padahal
penyakit saya ini sudah semakin ganas dan
harus segera dioperasi," sesal Ria.
Semakin hari, sakit yang dideritanya itu kian
menjadi. Bila rasa sakitnya datang, Ria hanya
bisa memegang perutnya sambil menjerit.
Begitu parahnya rasa sakit itu, Ria pun akhirnya
tersadar untuk segera bekonsultasi dengan
dokter spesialis yang menangani penyakit rahim.
Dari hasil diagnosis dokter, Ria disarankan untuk
segera menjalani operasi pengangkatan rahim
karena penebalan di dinding rahimnya sudah semakin
Info BPJS Kesehatan
besar. Namun operasi
pengangkatan rahim ini
tentunya butuh biaya yang
tidak sedikit. Sementara uang
Ria sudah banyak terkuras
untuk berobat alternatif dan
pengobatan di luar negeri.
Beruntung Ria telah
mendaftar sebagai peserta
BPJS Kesehatan, sehingga
untuk biaya operasi tidak lagi
menjadi kendala. Tanggal
30 September 2014 setelah
mendapatkan surat rujukan
dari Puskesmas di Lebak
Bulus, Jakarta Selatan, Ria
akhirnya melakukan operasi
pengangkatan rahim di Rumah
Sakit Fatmawati, Jakarta
Selatan. Segala risiko setelah
rahimnya diangkat telah siap
dia hadapi.
“Apapun saran dokter saya
jalani, termasuk operasi
pengangkatan rahim.
Saya sudah tidak berfikir
lagi nantinya rahim saya
bagaimana, saya pasrahkan
semuanya kepada Allah.
Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar dan BPJS
Kesehatan juga menanggung seluruh biaya operasinya,”
ucap Ria.
Didiagnosis Kanker Kelenjar Getah Bening
Beberapa hari setelah operasi itu, Ria kembali
melakukan pemeriksaan medis untuk melihat kondisi
rahimnya pasca operasi. Bagai petir di siang bolong,
Ria kembali dikejutkan oleh diagnosis dokter yang
menyatakan dirinya sudah terkena kanker kelenjar
getah bening stadium 3C.
Perasaan takut, sedih dan nyaris tidak percaya kembali
berkecamuk. Di saat baru saja merasakan kebahagiaan
karena masalah di rahimnya sudah tertatasi, Ria justru
harus kembali menghadapi kenyataan yang tak kalah
pahitnya.
Namun Ria tak ingin kesalahannya yang pernah
menunda-nunda pengobatan
medis kembali terulang. Setelah
menenangkan diri, ia pun
membulatkan tekadnya untuk
segera mengobati kanker tersebut.
“Saya mulai berada pada titik
pasrah menerima takdir. Karena
saya sadar, penyakit ini bisa
merenggut nyawa saya kapan pun,
dan hanya Tuhanlah yang bisa
menolong saya,” ucap dia.
Untuk menghilangkan sel-sel
kanker di tubuhnya, tahapan
yang harus dilalui Ria adalah
kemoterapi dan radioterapi.
Kepalanya sekarang sudah botak
karena efek dari pengobatan
tersebut. Namun Ria mengaku
tetap percaya diri dengan
penampilan barunya itu. Bagi Ria, kesembuhan adalah
segalanya.
Untuk biaya kemoterapi dan pengobatan lainnya, Ria
juga tidak perlu lagi mengeluarkan uang karena sudah
ditanggung BPJS Kesehatan. "Sebagai peserta BPJS
Kesehatan, kewajiban saya hanya membayar iuran
setiap bulan. Untuk biaya pengobatan sudah tidak ada
tambah-tambahan lagi, semuanya sudah ditanggung,"
kata Ria.
Ia bahkan pernah menghitung biaya yang seharusnya
dikeluarkan tiap kali menjalani kemoterapi. "Satu kali
kemoterapi itu saya hitung-hitung bisa sampai Rp 38
juta, sementara saya dapat enam kali kemoterapi.
Belum lagi radioterapi dan biaya pengobatan yang lain.
Tapi karena jadi peserta BPJS Kesehatan, saya hanya
bayar nol rupiah," ujar dia.
Harus Sabar Antre
Walau berlabel “artis”, tidak lantas Ria mendapatkan
keistimewaan dibandingkan peserta BPJS Kesehatan
yang lain. Diakui Ria kalau untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, ia juga harus mengantre, bahkan
hingga berjam-jam. Tapi menurut Ria, hal itu harus
disikapi dengan sabar.
“Saya melihat makin ke sini orang Indonesia banyak
yang kurang empati dan lebih egois. Antre lama aja
sampai dibesar-besarkan, dibuat status di media sosial
seolah-olah dunia mau runtuh. Padahal kita sudah
sangat terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan. Saya
merasa kalau Negara telah hadir ketika saya sakit,"
imbuhnya.
Bagi Ria, rentetan penyakit yang dideritanya itu
merupakan ujian Tuhan yang harus dihadapi dengan
ikhlas. “Semua yang telah terjadi ini adalah takdir
Tuhan, saya ikhlas menjalaninya. Sebagai manusia, yang
bisa saya lakukan hanyalah berdoa dan terus berusaha,”
pungkas Ria.
9
SEHAT
SEHAT
EDISI18
18TAHUN
TAHUN2015
2015
EDISI
Kenali & Waspadai
Kanker Serviks
Sebelum Terlambat
Kanker serviks sampai saat ini masih menjadi penyakit yang paling mematikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun dibandingkan
jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi karena sudah diketahui penyebabnya, yaitu karena human
papilloma virus atau HPV. Bagaimana virus ini bisa menyerang dan apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?
“Saya sehat-sehat saja kok, tapi kenapa dokter
memvonis saya kanker serviks?” Kalimat ini terucap
dari mulut Asih, perempuan berusia 35 tahun asal
Bandung yang baru saja didiagnosa menderita kanker
serviks. Asih mengaku tidak pernah merasakan keluhan
fisik apa-apa, tetapi dokter malah memvonisnya terkena
kanker serviks.
Seperti kanker pada umumnya, kanker serviks atau
kanker yang muncul pada leher rahim memang seperti
“musuh dalam selimut” lantaran tidak menimbulkan
gejala apapun pada stadium awal. Bahkan saat ini
kanker serviks menjadi kanker terganas nomor dua
yang menyerang kaum perempuan setelah kanker
payudara.
HPV Penyebab Utama Kanker Serviks
Dijelaskan dr Andi Darma Putra, SpOG (K) Onk, hampir
semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human
papilloma virus atau HPV. Namun dari banyaknya jenis
HPV, ada dua jenis virus yang paling berbahaya, yaitu
HPV 16 dan HPV 18. Kedua jenis virus inilah yang paling
banyak menyebabkan kasus kanker serviks.
“Virus HPV umumnya ditularkan lewat hubungan
seksual. Sayangnya sebagian besar wanita yang sudah
tertular tidak sadar kalau ditubuhnya sudah ada virus
tersebut. Karena perubahan sel-sel abnormal menjadi
pra kanker dan secara bertahap menjadi kanker ratarata terjadi dalam kurun waktu 10 tahun,” ujar Andi
Darma.
Dalam masa perubahan sel-sel abnormal menjadi
kanker, seorang perempuan yang sudah terkena virus
HPV tidak akan merasakan keluhan fisik apapun. Inilah
yang membuat kasus kanker serviks menjadi sulit
ditangani karena termasuk jenis penyakit “silent killer”.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker
serviks antara lain berganti-ganti pasangan seksual dan
juga melakukan aktivitas seksual di usia dini. Karena di
usia remaja, organ reproduksi perempuan masih sangat
rentan mengalami lesi atau luka ketika berhubungan
intim. Saat terjadi luka itulah, virus HPV akan lebih
mudah menyerang leher rahim.
Selain itu, perempuan perokok juga memiliki risiko
yang lebih tinggi. Bahkan penyebaran virus HPV bisa
lebih cepat pada perokok. Sehingga bila sudah terkena
virusnya akan bisa lebih cepat berkembang menjadi
kanker.
Waspadai Perdarahan Abnormal
Flek atau perdarahan tidak normal dari vagina
merupakan gejala yang sering terlihat dari kanker
serviks stadium lanjut. Perdarahan ini biasanya terjadi
di luar masa menstruasi, setelah berhubungan seksual,
bahkan setelah menopause.
Selain itu, penderita kanker serviks biasanya juga akan
merasakan sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.
Pada kondisi yang sudah parah, keluhan tersebut juga
disertai dengan penurunan berat badan dan kehilangan
nafsu makan.
“Bila ada keputihan dengan bau menyengat dan flek
di luar masa menstruasi, kondisi ini perlu dicurigai dan
harus segera melakukan pemeriksaan,” kata Menteri
Kesehatan Nila Moeloek.
10
Namun sebelum gejala tersebut muncul, hal terpenting
adalah melakukan deteksi dini dan selalu menerapkan
gaya hidup sehat dengan tidak berganti-ganti pasangan,
tidak melakukan hubungan seksual di usia dini, dan
juga menjauhkan diri dari bahaya rokok.
“Penyebaran virus HPV terjadi melalui hubungan
seksual, jadi bila sudah pernah melakukan hubungan
intim, sebaiknya lakukan deteksi dini melalui metode
tes Pap smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),"
pesan Nila Moeloek.
Ia juga berpesan untuk tidak menunggu sampai timbul
gejala baru kemudian melakukan pengobatan. Karena
bila ditemukan lebih dini, kanker tersebut bisa dengan
cepat dan mudah diobati.
Tidak hanya memberikan peluang kesembuhan yang
lebih besar, lanjut Menkes, dengan melakukan deteksi
dini dan menemukan kanker serviks lebih awal, dari
segi pembiayaan pun bisa menjadi lebih ringan.
Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker
yang sudah diketahui penyebabnya, yaitu akibat virus
HPV. Dengan sudah diketahui penyebabnya, tentunya
upaya pencegahan bisa lebih mudah dilakukan.
Kabar baiknya, virus HPV juga sudah ada vaksinnya.
Karena itu, melakukan vaksinasi HPV merupakan hal
yang utama. Tujuannya untuk meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap virus HPV. “Vaksin HPV sebaiknya
diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual,” ujar
Andi Darma.
Ada dua bentuk vaksin HPV yang saat ini tersedia,
yaitu vaksin bivalen untuk mencegah infeksi HPV-16
dan HPV-18 sebagai penyebab utama kanker serviks
pada wanita. Lalu yang kedua, vaksin quadrivalen untuk
mencegah infeksi HPV-16, HPV-18, dan juga HPV-6 dan
HPV-11. Vaksin quadrivalen digunakan untuk mencegah
kanker serviks, pra kanker vulva, pra kanker vagina
dan kutil kelamin pada wanita, serta mencegah kutil
kelamin dan pra kanker anal pada pria.
Pemberian vaksin HPV pada remaja putri berusia 9-12
tahun sangat penting untuk membentuk kekebalan
tubuhnya sehingga dapat terlindungi dari HPV. Bahkan
vaksinasi HPV dapat diberikan pada perempuan sampai
berusia 55 tahun.
Sejumlah penelitian juga menyebutkan, kekurangan
vitamin C dan E, asam folat, serta betakaroten dapat
meningkatkan resiko kanker serviks. Karena vitamin
ini mengandung antioksidan yang dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih
kuat melawan infeksi virus
Pengobatan Kanker Serviks
Tingkat stadium kanker serviks sangat memengaruhi
pengobatan yang akan dilakukan. Bila dari hasil
pemeriksaan Pap smear atau IVA seorang perempuan
terdiagnosis menderita kanker serviks stadium
awal, maka dapat dilakukan krioterapi, yaitu metode
pengobatan kanker serviks dengan melakukan
perusakan sel-sel pra kanker dengan cara dibekukan.
Pada beberapa kasus, operasi seringkali juga menjadi
pilihan. Namun tidak selalu operasi tersebut disertai
pengangkatan rahim. Pada kasus yang lebih ringan,
hanya serviks-nya saja yang diangkat. Sementara pada
kasus stadium lanjut, pengobatan yang harus dilakukan
menjadi lebih kompleks. Selain operasi pengangkatan
rahim, biasanya juga dilakukan kemoterapi dan
radioterapi.
Bila tidak ingin mengalami hal tersebut, sebaiknya
segera lakukan pencegahan primer dengan cara
vaksinasi serta pencegahan sekunder dengan
pemeriksaan pap smear atau IVA secara berkala.
Tunggu apa lagi?
Info BPJS Kesehatan
I
N
I
OP
NAIK KELAS RAWAT INAP: KEINGINAN SENDIRI ATAU TERPAKSA?
EDISI 18 TAHUN 2015
Oleh: Novianti Br Gultom dan Atmiroseva
(BAGIAN 1)
lagi-lagi alasan klasik, kamar rawat penuh. Karuan saja
‘kebohongan’ yang dilakukan pihak rumah sakit membuat
keluarga pasien marah. Satu persatu ruang perawatan
pun diperiksa oleh Girsang, salah seorang keluarga
pasien. Ternyata, masih cukup banyak tempat tidur yang
kosong di sejumlah ruangan”. Pada September 2014:
“..., pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS,
terbatasnya kuota kamar untuk pasien program BPJS,
perbedaan tarif di rumah sakit type A, B, C, untuk penyakitpenyakit kronis, fasilitas NICU di rumah sakit type C dan
D, rujukan ekslusif yang bermasalah dan biaya ambulan
ditanggung sendiri oleh pasien pada saat dirujuk ke rumah
sakit lain”.
Pada bulan Juli 2014, Grup Litbang BPJS Kesehatan telah
melakukan Survei Pendahuluan Biaya Tambahan terhadap
200 responden di 20 RS wilayah Jabodetabek (baca artikel
“Biaya Tambahan Peserta BPJS Kesehatan Di Rumah
Sakit: Bolehkah?” pada Info BPJS Kesehatan Edisi XIII
Desember 2014). Berdasarkan hasil survei ditemukan
adanya ketidaksesuaian implementasi JKN berupa adanya
biaya tambahan yang dibayarkan peserta JKN sebanyak
18,5% dari total responden.
Dalam survei tersebut, yang dimaksud biaya tambahan
adalah “biaya yang tidak diperbolehkan” sesuai ketentuan
yang berlaku, sehingga biaya tambahan yang disebabkan
karena naik kelas rawat tidak dimasukkan sebagai biaya
tambahan. Timbul pertanyaan, apakah biaya tambahan
yang disebabkan karena naik kelas rawat berdasarkan
keinginan sendiri (APS= Atas Permintaan Sendiri) atau
bukan atas keinginan sendiri (non-APS)? Hal inilah yang
mendorong dilakukannya survei pendahuluan alasan
naik kelas rawat oleh Grup Litbang, dengan responden
sebanyak 30 orang di 3 kota besar, yaitu Medan, Jakarta
dan Surabaya. Jumlah responden yang relatif kecil
dikarenakan keterbatasan waktu dan beberapa kendala
dalam pengumpulan responden, antara lain belum
tersedianya data pasien naik kelas yang mudah diakses,
adanya mis-interpretasi informasi naik kelas rawat yang
diberikan, dan variasi nomenklatur kelas rawat di mana
terdapat penghitungan naik kelas rawat pada kelas yang
sama namun berbeda tipe (misalnya perpindahan dari kelas
1-B ke kelas 1-A dianggap naik kelas sehingga dibebani
biaya).
Hal ini diperkuat lagi dengan masih banyaknya pemberitaan
di media massa tentang sulitnya mendapatkan kamar
rawat bagi pasien peserta BPJS Kesehatan. Sepanjang
tahun 2014 hingga sekarang masih banyak muncul
pemberitaan implementasi JKN yang belum sesuai
ketentuan. Sebagai contoh, pada bulan Maret 2014: “Di
RSUD Kota Bekasi, pasien juga sempat ditolak dengan
Bahkan pasien PBI harus mengalami hal ini: “Suci
mengisahkan bahwa ayahnya harus menunggu selama
6 minggu sebelum akhirnya dioperasi. Ayahnya yang
merupakan pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Kesehatan kategori PBI (Penerima Bantuan Iuran)
pertama kali dirujuk ke RS Kanker Dharmais pada tanggal
16 Desember 2014, setelah sebelumnya berobat di RS
Budi Asih, Jakarta Timur. Sesampainya di RS Dharmais,
ternyata kamar rawat inap bagi pasien pengguna BPJS
kelas 3 penuh. Kamar yang tersedia hanya kelas 1 dan
kelas 2, dan Suci harus membayar kurang lebih Rp 3 juta
jika ingin ayahnya dapat menempati ruangan di kelas
tersebut”. Masalah ruang rawat ini terjadi hampir di
seluruh Indonesia, termasuk di Kupang: “Pasien BPJS di
RSU Yohanes Kupang, NTT, tertahan di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) hingga lebih dari tiga hari. Hal ini disebabkan
kamar rawat inap telah penuh. Martha, salah satu orang
tua pasien, terpaksa membiarkan anaknya yang berusia
dua bulan tidur di ruang terbuka IGD. Pihak rumah
sakit mengakui keterbatasan kamar rawat inap karena
banyaknya pasien yang datang”.
Pemberitaan tersebut rata-rata bernada sama terkait
keterbatasan jumlah tempat tidur, kemungkinan
selanjutnya yang terjadi adalah ruang rawat sesuai hak
peserta JKN yang dalam kondisi penuh. Kondisi ini
‘memaksa’ peserta JKN untuk naik kelas rawat. Alasan
lainnya: peserta ingin mendapatkan tingkat kenyamanan
tertentu, kebutuhan akan privasi, adanya pemberlakukan
kuota ruang rawat pasien BPJS Kesehatan, dll menjadi
alasan peserta JKN untuk peningkatan kelas perawatan.
Permenkes RI No. 28 Tahun 2014, memungkinkan peserta
JKN naik kelas rawat APS dengan konsekwensi selisih
biaya, sebaliknya apabila karena ruang rawat sesuai hak
peserta penuh maka tidak berlaku konsekuensi biaya
tersebut malahan menjadi tanggung jawab fasilitas
kesehatan yang bersangkutan.
Sesuai Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional pada Pasal 24: Peserta yang
menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri
selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas
perawatan. Selanjutnya, dikeluarkan SE Direktur Pelayanan
BPJS Kesehatan Nomor: 008 Tahun 2014 tanggal 3 Januari
2014 tentang Mekanisme Penagihan dan Verifikasi Klaim
Rawat Inap Bagi Pasien Yang Dirawat Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan Dengan Kelas Rawat Di Atas
Hak Kelas Rawat Peserta JKN, disebutkan pada poin 2
dan 3 bahwa: Biaya pelayanan RS pada perawatan pasien
dengan kelas rawat di atas hak pasien dijamin sebesar tarif
INA CBGs sesuai hak pasien; RS dapat menagihkan selisih
biaya perawatan antara tarif kelas rawat di atas hak pasien
dikurangi tarif INA CBG’s sesuai hak pasien. Misalnya
pasien menginginkan dirawat di kelas VIP, sedangkan hak
rawat pasien adalah di kelas I (satu) maka selisih biaya
perawatan yang akan dibebankan kepada pasien adalah
sebesar: Tarif Umum RS untuk kelas VIP dikurangi Tarif INA
CBGs Kelas I RS.
Sedangkan naik kelas rawat non-APS, yang disebabkan
karena ruang rawat sesuai hak penuh idealnya tidak
dikenakan biaya tambahan, tetapi selisih biaya ditanggung
oleh Faskes. Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak
Peserta penuh, Peserta dapat dirawat di kelas perawatan
satu tingkat lebih tinggi. BPJS Kesehatan membayar
kelas perawatan Peserta sesuai haknya. Apabila kelas
perawatan sesuai hak Peserta telah tersedia, maka Peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi hak Peserta.
Perawatan satu tingkat lebih tinggi tersebut paling lama
3 (tiga) hari. Dalam hal terjadi perawatan lebih dari 3
(tiga) hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab
Fasilitas Kesehatan yang bersangkutan atau berdasarkan
persetujuan pasien dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang
setara.
Peserta JKN, kecuali PBI, dimungkinkan untuk
meningkatkan kelas perawatan atas permintaan sendiri
pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dalam
hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh,
peserta dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih
tinggi paling lama 3 (tiga) hari. Selanjutnya dikembalikan
ke ruangan sesuai haknya, maka peserta ditawarkan
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang setara atau
selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab fasilitas
kesehatan yang bersangkutan. Apabila kelas sesuai hak
peserta penuh dan kelas satu tingkat di atasnya penuh,
peserta dapat dirawat di kelas satu tingkat lebih rendah
paling lama 3 (tiga) hari dan kemudian dikembalikan ke
kelas perawatan sesuai dengan haknya. Apabila perawatan
di kelas yang lebih rendah dari haknya lebih dari 3 (tiga)
hari, maka BPJS Kesehatan membayar ke FKRTL sesuai
dengan kelas di mana pasien dirawat. Bila semua kelas
perawatan di rumah sakit tersebut penuh maka rumah
sakit dapat menawarkan untuk dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang setara dengan difasilitasi oleh FKRTL yang
merujuk dan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan.
(Bersambung ke Info BPJS Kesehatan edisi 19)
(
Kilas & Peristiwa
Wujudkan Clean Governance, BPJS Kesehatan Gandeng Kejaksaan Tinggi Kalimantan
Jakarta – Dalam rangka mewujudkan sistem good
governance yang bersih serta untuk mengantisipasi
dan menyelesaikan berbagai permasalahan hukum
yang mungkin saja terjadi, BPJS Kesehatan resmi
bekerjasama dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan melalui Penandatanganan Nota Kesepakatan di
Balikpapan, Selasa (24/2).
“Kerjasama ini merupakan bentuk komitmen BPJS
Kesehatan dalam menjalankan amanat negara. Sebagai
instusi penyelenggara Jaminan Sosial, permasalahan
bisa saja timbul dari klien, mitra kerja, peserta, atau
bahkan pihak internal. Karena itu sangatlah bijaksana
jika kami meminta bantuan hukum dari pihak eksternal
yang kompeten,” kata Direktur Hukum, Komunikasi
dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan
Purnawarman Basundoro dalam sambutannya.
Sebelumnya, BPJS Kesehatan juga sudah bekerjasama
dengan Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata
Info BPJS Kesehatan
Usaha Negara (Jamdatun) di wilayah Divisi
Regional II BPJS Kesehatan yang meliputi
Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Provinsi
Sumatera Barat dan Jambi.
Menurut Purnawarman, kesepakatan tersebut
juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran
dan tugas para pihak dalam menyelesaikan
persoalan hukum bidang perdata dan tata usaha
negara. Adapun ruang lingkup kesepakatan
bersama tersebut meliputi pemberian bantuan
hukum, pertimbangan hukum, dan tindakan
hukum lainnya dalam rangka pemulihan dan
penyelamatan keuangan, kekayaan, dan aset
milik BPJS Kesehatan.
“Di samping itu, kerjasama ini juga diharapkan
mampu meningkatkan efektivitas penyelesaian
masalah hukum di bidang perdata dan tata
usaha, baik di dalam maupun luar pengadilan,
sehingga BPJS Kesehatan dapat menjadi
lembaga yang memiliki reputasi clean governance,”
tegas Purnawarman.
11
Download