BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Investasi Investasi

advertisement
10
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang.1 Seorang investor membeli sejumlah saham
saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham
ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas
waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut.
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada
financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial assets
dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial
paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya.2 Investasi juga
dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant,
opsi dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan
dengan
pembelian
asset
produktif,
pendirian
pabrik,
pembukaan
pertambangan, perkebunan, dan lainnya.
1
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta:Kanisus,2010),hlm.2
2
Nurul Huda & Edwin Nasution Mustafa, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta
:Kencana Prenada Group,2008),hlm.8
10
11
Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkaan
sejumlah uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain sebagai berikut: 3
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang datang.
Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu tau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapaatanya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindari diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses
dalam pengambilan keputusan, adalah pemahaman hubungan antara return
harapan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari
suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya ,
semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan. Hubungan
3
Eduardus Tandelilin,
(Yogyakarta:Kanisus,2010),hlm.8
Portofolio
dan
Investasi
:
Teori
dan
Aplikasi
12
seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor
hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling
tinggi. Disamping itu memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus
mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
2. Tipe Investor
Dilihat dari kesedianya menanggung risiko investasi, investasi dapat
dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu 4:
a. Tipe investor yang berani mengambil risiko, yang disebut risk taker, atau
risk lover, atau risk seeker.
b. Tipe investor yang takut atau enggan menaggung risiko, yang disebut
risk aversion,
c. Tipe investor yang takut tidak dan berani tidak, atau disebut risk
moderate, moderate investor, atau indefference investor. Tipe investor ini
hanya menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan
diperolehnya. Semakin besar risiko yang akan dihadapi semakin tinggi
return yang diharapkan. Semakin kecil risiko atas suatu saham, semakin
kecil return yang diharapkan atau dikenal dengan istilah high risk high
return, low risk low return.
Tipe risk taker akan merasa sangat senag apabila ditawari saham
memiliki gejolak harga yang tinggi, atau beta saham yang tinggi dan tidak
tertarik pada saham yang memiliki beta yang rendah. Tipe risk averter
akan merasa senang ditawari saham yang memiliki beta yang rendah,
4
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta: Penerbit
erlangga,2006),hlm.161.
13
karena risikonya juga rendah. Tipe moderate investor tidak hanya melihat
beta saham, tetapi juga melihat return yang ditawarkan oleh saham
bersangkutan. Saham yang memiliki beta saham tinggi dan return yang
juga tinggi dalam jumlah sebanding sangat disenangi oleh tipe moderate
investor.5
3. Pasar Modal Syariah
Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai
perdagangan instrumen keuangan (Sekuritas ) jangka panjang, baik dalam
bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan
oleh
pemerintah (publik authorities) maupun oleh perusahaan swasta
(private sectors).6
Sedangkan Pasar modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi
terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti :riba, perjudian, spekulasi, dan
lain-lain.7
Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi dikeluarkan pada
tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara
BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun
instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997.
5
Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio(Jakarta:Penerbit
Erlangga,2006),hlm.161.
6
Budi Untung, Metode Riset, Hukum bisnis Pasar Modal (Yogyakarta:Andi offset,2011),
hlm.7.
7
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang:UIN-Maliki
Press,2010),hlm.45.
8
14
Hal ini ditandai dengan dikeluarkanya Danareksa Syariah pada tanggal 3
Juli 1997 oleh PT.DanaReksa Invesment Management. Selanjutnya Bursa
Efek
Indonesia
bekerja
sama
dengan
PT.DanaReksa
Invesment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli
2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan
danaya secara syariah.8
Fungsi dari pasar modal syariah menurut MM. Metwally adalah
sebagai berikut9:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuangan dan risikonya.
2. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya mendapatkan
likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktasi jangka pendek pada
harga saham.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kegiatan
bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
8
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang :UIN-Maliki
Press,2010),hlm.47
9
Heri Sudarsono ,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi.
(Yogyakarta :Penerbit Ekonisia,2003),hlm.186.
15
Karakteristik Pasar Modal Syariah
Dalam membentuk struktur pasar modal syariah diperlukan
karakter-karakter sebagi berikut :10
1. Semua saham harus harus diperjualbelikan di bursa efek.
2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagagan dimana saham dapat
diperjual belikan melalui pialang.
3. Adanya informasi mengenai perhitungan dan kerugian, serta neraca
keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak
lebih dari 3 bulan.
4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HTS) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali.
5. Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih dari HTS.
6. Saham dapat dapat dijual dengan harga dibawah HTS.
7. Perdagangan saham seharusnya hanya berlangsung dalam satu minggu.
8. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pasar modal adalah :
1. Emiten
Emiten adalah badan usaha (perseroan terbatas) yang menerbitbatkan
saham untuk menambah modal atau menerbitkan obligasi untuk
mendapatkan pinjamn kepada para investor di Bursa Efek.
10
Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah.(Yogyakarta:P3EI,2008),hlm.71.
16
2. Perantara Emisi yang meliputi :
a) Penjamin Emisi Adalah Perantara yang menjamin penjual emisi,
sehingga apabila dari emisi wajib membeli (setidak-tidaknya
sementara waktu sebelum laku) agar kebutuhan adan yang
diperlukan emiten terpenhi sesuai rencana.
b) Akuntan Publik
Akuntan Publik berfungsi untuk memeriksa kondisi keuangan
emiten dan memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang
telah dikeluarkan emiten wajar atau tidak.
c) Perusahaan Penilai
Perusahaan penilai berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap
emiten,apakah nilai aktiva emiten sudah wajar atau tidak.
3. Badan Pelaksanaan Pasar Modal
Badan pelaksanaan pasar Modal adalah badan yang mengatur dan
mengawasi jalanya pasar modal, termasuk mencoret emiten (delisting)
dari lantai bursa,memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang
melanggar peraturan pasar modal. Di Indonesia Badan Pelaksana pasar
modal adalah Bapepam (Badan Pengawas dan pelaksana pasar modal).
4. Bursa Efek
Bursa efek merupakan tempat diselenggaranya kegiatan perdagangan
efek pasar modal yang didirikan oleh suatu badan usaha. Di Indonesia
awalnya terdapat dua bursa Efek , yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang
dikelola PT Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang
17
dikelola PT Bursa Efek Surabaya. Namun pada Desember 2007, kedua
Bursa tersebut digabung pada satu bursa, yaitu BEI (Bursa Efek
Indonesia)
5. Perantara Perdagangan Efek
Efek yang diperdagangkan dalm bursa hanya boleh ditransaksikan
melalaui perantara, yaitu makelar (broker) dan komisioner. Makalar
adalah pihak yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk
kepentingan orang lain dengan memperoleh imbalan. Komisioner
adalah pihak yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk
kepentingan sendiri atau orang lain dengan memperoleh imbalan.
6. Investor
Investor adalah pihak yang menanamkan modalnya dalam bentuk efek
di bursa dengan membeli dan menjual kembali efek tersebut.11
Dalam kerangka kegiatan pasar modal syariah selain lembagalembaga tersebut diatas, terdapat Dewan Syariah Nasional (DSN) yang
berfungsi sebagai pusat referensi (referencer center) atas semua aspekaspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal Syariah. Dewan
Syariah Nasional bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan
dengan kegiatan emisi, perdagangan,pengelolaan portofolio efek-efek
syariah dan kegiatan lain yang berhubungan dengan efek syariah.12
11
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal,cer.iii,(Jakarta:Rineka Cipta
,2001) hlm.34-37.
12
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah.
(Jakarta :Kencana Prenada Media Group,2007),hlm.58.
18
Bentuk ideal dari Pasar Modal Syariah dapat dicapai dengan
islamisasi empat pilar pasar modal, Yaitu :
1.
Emiten (perusahaan) dan Efek yang diterbitkanya didorong untuk
memenuhi kaidah syariah, keadilan, kehati-hatian dan transparansi;
2. Pelaku pasar (investor) harus memiliki pemahaman yang baik tentang
ketentuan muamalah, manfaat dan resiko transaksi di pasar modal;
3. Infrastuktur informasi bursa efek yang jujur, transparan dan tepat waktu
yang merata dipublik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar.
4. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat
diselenggarakan secara adil,efisien,efektif dan ekonomis.13
Selain itu prinsip-prinsip syariah juga akan membrikan penekanan
(emphasis) pada :
a) Kehalalan produk /jasa dari kegiatan usaha. Karena menurut syariah
manusia hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta
dari hal-hal yang halal dan baik;
b) Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaaat yang jelas
sehingga tidak ada keraguan akan hasil usaha yang akan menjadi objek
dalam pehitungan keuntungan yang diperoleh:
c) Adanya mekanisme bagi hasil yang adil baik dalam untung maupun
rugi –menurut penyertaan masing-masing pihak ; dan
13
Adrian Sutedi,Pasar Modal Syariah.(Jakarta:Sinar Grafika,2011),hlm.100.
19
d) Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian
baik pada emiten maupun investor.14
4. Saham Syariah
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaaan.15
Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang
melakukan penawaran umum (go publik) dalam nominal atau presentase
tertentu. Sementara itu, saham adalah jumlah satuan dari modal kooperatif
yang sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara berdagang, dan
harganya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan dan kerugian
atau kinerja perusahaan tertentu.16
Sedangkan saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham
biasa yang memiliki karakteristik khusus yang berupa control yang ketat
dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatn usaha. Saham syariah
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index merupakan index
yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang merupakan subset
dari Index Harga Saham Gabungan.17
14
Adrian Sutedi,Pasar Modal Syariah.(Jakarta:Sinar Grafika,2011),hlm.100.
Rusdin, Pasar Modal Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik
(Bandung:ALFABETA,2006), hlm.68.
16
Nurul Huda, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:Prenada Media
Group),hlm.59
17
Indah
Yuliana,
Investasi
Produk
Keuangan
Syariah(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),hlm 71
15
20
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN), saham adalah suatu bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan
tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. 18
Prinsip Dasar Saham Syariah meliputi : 19
a. Bersifat Musyarakah jika ditawarkan secara terbatas.
b. Bersifat Mudharabah jika ditawarkan kepada publik.
c. Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko hatus
ditanggung oleh semua pihak.
d. Prinsip bagi hasil laba-rugi.
e. Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan
berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Dalam hal ini, di BEI terdapat JII yang merupakan 30 saham yang
memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan DSN.20 JII (Jakarta Islamic
Index) digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur perkembanagan
kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Saham –saham
yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan syariah islam , yaitu sebagai berikut : usaha
perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
18
Indah
Yuliana,Investasi
Produk
Keuangan
Syariah(Malang:UIN-Maliki
Press,2010),hlm 71
19
Indah Yuliana,Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang :UIN-Maliki
Press,2010),hlm 72
20
Najmuddin,Manajemen Keuanagn dan Aktualisasi Modern(Yogyakarta:Andi
Offset,2011),hlm 258.
21
dilarang ; usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan
dan
asuransi
konvensional;
usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang
tergolong haram; usaha yang memproduksi mendistribusi dan/atau
menyediakan barang- barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.21
Selain kriteria tersebut dalam proses pemilihan saham yang masuk
JII, BEI melakukan tahap –tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan
aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten , yaitu:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercata lebih dari 3 bulan
(kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar)
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memi liki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90 %
3. Memilih 60 saham dari susunan saham atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selam satu tahun terakhir .
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarka tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selam satu tahun terakhir.
21
Najmuddin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Modern (Yogyakarta:Andi
Offset,2011),hlm.259.
22
5. Return dan Risiko Saham
Dalam
melakukan
investasi,
ada
dua
faktor
yang
paling
dipertimbangkan, yaitu pengembalian (return) dan risiko (risk) investasi.
Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Sedangkan Risk
merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata.22
Menurut Halim Return dibedakan menjadi dua, yaitu return yang telah
terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan Return
yang diharapakan (expected Return) akan diperoleh dimasa mendatang.
Pengembalian biasanya dinyatakan dalam prosentase (rate of return)
Komponen return meliputi :
a.
Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor
yang diperoleh dari kelebihan harga jual (beli) di atas harga beli
(harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
b.
Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor
secara periodik misalnya berupa deviden atau bunga. Yield
dinyatakan dalam prosentase dari modal yang ditanamkan.
22
Abdul Halim, Analisis Investasi (Jakarta : Salemba Empat,2005),hlm.38.
23
Sedangkan risiko ada beberapa jenis yang mungkin timbul dan perlu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi, yaitu :23
1. Risiko Bisnis (business risk)
Merupakan
risiko
yang timbul
akibat
menurunya
profitabilitas
perusahaan emiten.
2. Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko yang berkaitan dengan kemmpuan saham yang bersangkutan
untuk dapat segera diperjual belikan tanpa mengalami kerugian yang
berarti.
3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang
berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan hargaharga instrumen pasar modal.
4. Risiko pasar (market risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang
berubah-ubah dipengaruhi resesi dan kondisi perekonomian lain.
5. Risiko daya beli (purchasing power market)
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh pembahan tingkat inflasi,
dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang
yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.
6. Risiko Mata uang (currency Risk)
23
Abdul Halim, Analisis Investasi (Jakarta : Salemba Empat,2005),,hlm47
24
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh penambahan nilai tukar
mata uang domestik dengan mata uang negara lain..
Risiko- risiko tersebut satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi
dapat terjadi secara bersamaan. Dalam konteks portofolio, risiko-risiko di
atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok :
1. Kelompok risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk) , yaitu resiko
yang dapt dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena resiko
ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
Unsystematic risk meliputi ; risiko bisnis,risiko likuiditas, dan risiko
tingkat suku bunga.
2. Kelompok risiko yang utama yang tidak dapat dihindari (systematic
risk), yaitu resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi resiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar secar keseluruhan. systematic
risk meliputi ; risiko pasar, risiko daya beli, dan risiko mata uang
6. Beta Saham
Model indeks tunggal adalah model estimasi return saham dengan
menggunakan indeks pasar untuk menunjukkan faktor-faktor risiko umum
atau sistematis. Indeks pasar disini misalnya indeks S & P (standar and
Poors index)., indeks NASDAQ, dan Indeks Dow Jones. Secara nasional
dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek
Indonesia, IHSS (Indeks Harga Saham Sektoral), dan JII (Jakarta Islamic
Index). Dalam model indeks dapat memisahkan dua macam risiko, yaitu
25
risiko makro (systematic risk) dan risiko mikro (risiko unik perusahaan).
Rancangan model ini dapat disusun menjadi24 :
Ri - rf = αi + βi (rm – rf) + ei
Berdasarkan rancangan model diatas, maka model indeks memiliki
fokus untuk melihat surplus pendapatan (return) sekuritas berisiko (saham)
diatas pendapatan sekuritas bebas risiko. Dan jika surplus yang dimaksud
dilambangkan dengan Ri, maka model dapat disederhanakan menjadi :
Ri = αi + βi (rm – rf) + ei
Pada model diatas, ei merupakan risiko unik yang ada pada setiap
perusahaan, sedangakan βi (rm – rf) merupakan unsur risiko sistematik,
suatu risiko yang akan berlaku umum dan sama kepada semua perusahaan
go-publik yang beroperasi di bursa yang bersangkutan.
Model indeks tunggal merupakan metode pengukuraan risiko
sistematis (beta) dimana faktor berpengaruh pada harga saham diwakili oleh
sebuah variabel, yaitu variabel return pasar. Model indeks tunggal
dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini secara
khusus dikembangkan guna menyederhanakan perhitungan dari variabelvariabel yang dibutuhkan dalam perhitungan simpangan rata-rata return
pasar (mean variansce). Model penyederhanaan ini dikembangkan
Markowitz pada tahun 1956. Sharpe mengembangkan model pasar yang
24
Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis
(Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408
26
merupakan bentuk hubungan antara tingkat keuntungan aset individual
dengan tingkat keuntungan rata- rata pasar (market index)25.
Pada saat kondisi pasar sedang mengalami kenaikan (bullish) , yang
ditunjukkan dengan naiknya angka indeks pasar, maka sebagian besar aset
individual di bursa juga cenderung mengalami kenaikan harga. Demikian
pula sebaliknya, pada saat pasar mengalami (bearish), maka sebagian besar
harga saham juga mengalami penurunan. Dilihat dari kondisi tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa tingkat return akan berubah sesuai dengan perubahan
kondisi pasar yang ditunjukkan dengan perubahan indeks pasar. Formula
yang digunakan dalam pengukuran model ini adalah 26:
Ri = αi + βi Rm + ei
Dimana :
R
= return sekuritas i
Rm
= return indeks pasar .
Αi
= intercept atau besaran yang menunjukkan nilai pengharapan dari
bagian yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.
Βi
= keiringan garis (slope) atau beta.
Ei
= Error /Elemen kesalahan acak dari bagian yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan pasar.
25
Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis
(Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408
26
Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis
(Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408
27
Contoh Soal :
Data pada tabel merupakan data return bulanan dari saham perusahaan
real estate dan property, yaitu Dharmala Intiland (DILD) dan Return IHSG
dari tahun 2005-2006.
Tahun
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2005
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
2006
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
jumlah
Y (R_DILD) X (R_IHSG) YX
Y²
X²
0,211
0,045
0,009
0,045
0,002
0,087
0,027
0,002
0,008
0,001
0,44
0,006
0,003
0,194
0,000
-0,097
-0,047
0,005
0,009
0,002
-0,015
0,057
(0,001)
0,000
0,003
-0,016
0,031
(0,000)
0,000
0,001
-0,079
0,053
(0,004)
0,006
0,003
-0,293
-0,112
0,033
0,086
0,013
-0,195
0,028
(0,005)
0,038
0,001
0,121
-0,012
(0,001)
0,015
0,000
0
0,029
0,000
0,001
0
0,06
0,000
0,004
0,189
0,06
0,011
0,036
0,004
-0,045
-0,001
0,000
0,002
0,000
0
0,075
0,000
0,006
0,119
0,107
0,013
0,014
0,011
-0,085
-0,092
0,008
0,007
0,008
-0,116
-0,015
0,002
0,013
0,000
0
0,032
0,000
0,001
0,053
0,059
0,003
0,003
0,003
-0,025
0,072
(0,002)
0,001
0,005
0,077
0,031
0,002
0,006
0,001
-0,048
0,086
(0,004)
0,002
0,007
0,25
0,05
0,013
0,063
0,003
0,531
0,630
0,085
0,547
0,080
Hasil perhitungan pada tabel dapat diringkas sebagai berikut :
N = 24,
∑ X = 0,629
∑Y =0,533
∑XY=0,085
∑X²=0,080
∑Y²=0,547
X=
=
28
Y=
=
Berdasarkan perhitungan tersebut maka hasil penjumlahan kuadrat
(sum of square, SS) untuk masing-masing variabel dan kombinasinya
dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut .
SSX= ∑X²- X² = 0,080-24 (0,026)² =0,063
SSy = ∑Y²-
Y² = 0,547-24(0,022)² = 0,536
Ssxy =∑Y²-
X Y = 0,085-24(0,026)(0,022)=0,063
b1 =
=
= 1,125
b0 = Y-b1 X =0,022- (1,125 x 0,026)= -0,007
Y = -0,007+ 1,125RM + e
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa beta saham
DILD yang diestimasi berdasarkan data return bulanan dengan periode
obseervasi 2 tahun sebesar 1,125.
Model indeks pasar tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa
harga dari sekuritas berfluktuasi secara seaarah dengn perubahan indeks
pasar. pada dasarnya, beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas
terhadap return pasar . Semakin besar beta sekuritas, semakin besar tingkat
kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Dengan
demikian, asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa
sekuritas akan
berkorelasi hanya jika sekuritas sekuritas tersebut
mempunyai respons yang sama terhadap return pasar. Oleh karena itu,
29
sekuritas akan bergerak menuju kearah yang sama hanya jika sekuritassekuritas tersebut mempunyai hubungan yanag sama terhadap retunr pasar.
Beta merupakan tolak ukur tingkat risiko pasar (atau tingkat risiko
sistematis) dari suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama
dengan 1, maka risikonya secara individual sama dengan risiko pasar. Bila
beta suatu saham lebih besar dari 1, maka risiko individunya lebih besar
dibanding risiko pasar. Sebaliknya jika beta suatu saham lebih kecil dari 1,
maka risikonya secara individual lebih kecil dibandingkan dengan risiko
pasar. Konsep beta merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat
risiko yang terkandung dalam suatu surat berharga.27
Beta sebesar 1 artinya setiap kenaikan atau penurunan keuntungan
pasar (rm) sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan
keuntungan sahan (ri) sebesar 1%. Dengan demikian, semakin besar beta,
semakin berisiko pula saham tersebut. Saham dengan beta 1 adalah saham
yang memiliki risiko sama dengan rata-rata saham di pasar modal. Saham
dengan beta lebih dari 1 disebut saham agresif dan saham dengan beta
kurang dari 1 disebut saham defensif.28
27
John D.Martin,dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,Jilid I, Edisi K8elima,
(Jakara:PT.RajaGrafindo Persada,1999),hlm.45.
28
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan (Yogyakarta:Penerbit
CV. ANDI OFFSET,2008),hlm.45
30
7. Current Ratio
Rasio lancar atau (Current Ratio) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan.
Current Ratio membandingkan antara total aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (Current Assets / Current Liabilities). Current asset
merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus
operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current Liabilities merupakan
kewajiban pembayaran dalam 1 tahun atau siklus operasi yang normal
dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut
berasal dari kas atau konversi kas dan aktiva lancar.29
Current Ratio merupakan salah satu satu rasio likuiditas perusahaan
adalah kemempuan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo (hutang
jangka pendek) dan kemampuan untuk mengubah piutang usaha dan
persediaan ke dalam bentuk kas berdasarkan ketepatan hal ini merupakan
ukuran yang penting bagi para manajer,
pemilik dana, dan investor.
Semakin sedikit aktiva lancar dalam perusahaan, semakin besar peluang
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kredit ketika jatuh tempo
pembayaran tiba.30 Kegagalan dalam memenuhi kewajibanya dapat
diartikan sebagai kebangkrutan, hal ini tentunya sebagai suatu risiko,
29
John J.Wild,Financial Statement Analisis (Jakarta:Salemba Empat,2005),hlm.6 &188
Arthur J.Keown,dkk,Manajemen Keuangan:Prinsip dan Penerapan(Jakarta:PT
Indeks,2011),hlm.79
30
31
sehingga current ratio bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko
investasi ataupun beta saham.
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
x 100 %
Current Ratio =
Contoh Soal :
Dari Neraca suatu perusahaan diketahui
- Kas Rp 25.000.000,- Piutang Dagang Rp 75.000.000,- Barang dagangan Rp 200.000.000,-
- Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,Jawab :
Aktiva Lancar=25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Hutang Lancar= Rp 255.000.000,Current Ratio =
x 100 %
= 117.65 %
= 118 % ( dibulatkan )
= 1.18 x
( artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar )
32
8. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio (Rasio hutang) termasuk dalam rasio solvabilitas, rasio
hutang menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai
aset-aset perusahaan.31
Rasio hutang bisa dihitung dengan menggunakan rumus :
Debt Ratio =
Contoh soal :
Diketahui :
- Total utang (Liabiities) = 2.658.734
- Total Aset
= 8.848.204
Jawab :
Rasio DAR = Total Hutang =
Total Aset
2.658.734 = 0.30048 = 30.04 %
8.848.204
Artinya :
a. 30% aset yang dimilikinya dibiayai oleh hutang, baik hutang jangka
panjang maupun hutang jangka pendek dan 70% aset lainnya dibiayai
oleh Modal.
b. Solvabilitas perusahaan sangat baik, karena dengan modal 70% dari
aset, maka perusahaan punya kemampuan yang baik untuk melunasi
semua kewajiban yang ada.
31
Arthur J.Keown,dkk,Manajemen Keuangan:Prinsip dan Penerapan(Jakarta:PT
Indeks,2011),hlm.83
33
Rasio hutang mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan
hutang. Jumlah dan proporsi hutang didalam struktur modal perusahaan
sangatlah penting untuk menganalis keuangan karena harus memilih antara
risiko atau tingkat pengembalian. Menggunakan hutang berkenaan dengan
risiko karena hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan
pelunasan pokok hutang.32
Kegagalan dalam memenuhi beban dapat
dikatakan sebagai
kebangkrutan, walaupun hutang berarti risiko, namun ini menunjukkan
potensi perusahaan untuk memperbesar keuntungna bagi si pemilik. Karena
jika hutang dikelola dengan baik maka laba operasi lebih besar dan cukup
untuk menutup beban hutang.
9. Deviden Payout Ratio
Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) ditentukan dengan
formula dividen kas perlembar saham dibagi dengan laba per saham
(earning per share) (EPS).33
Cash dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Sedangkan presentase laba yang akan dibagikan sebagai
cash dividen disebut sebagai deviden payout ratio (DPR). Semakin tinggi
dividend payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tesedia untuk
ditanamkan kembali ke perusahaan.34
32
Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT
Indeks,2008),hlm.233.
33
Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT
Indeks,2008),hlm.257.
34
Sutrisno. Managemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta
:EKONISIA,2000),hlm.321-322.
34
Sehingga Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus:
Contoh soal :
Diketahui :
Deviden tunai per saham = 654,89
Laba per saham = 1. 280,70
Jawab : DPR =
654, 89
1.280,70
= 0,511
Jadi Deviden payout rationya adalah 0,511
Ketika memutuskan berapa banyak kas yang harus didistribusikan
kepada para pemegang saham, para manjer keuangan harus senantiasa ingat
bahwa sasaran perusahaan adalah adalah untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham, sehingga rasio pembayaran sasaran sebaiknya sebagian
besar didasarkan pada prefensi investor untuk dividen versus keuntungan
modal:
apakah
investor
menyukai
(1)
membiarkan
perusahaan
mendistribusikan laba sebagi dividen tunai, atau (2) membiarkan melakukan
pembelian kembali saham atau menanamkan kembali laba ke dalam bisnis,
yang keduanya seharusnya akan mengakibatkan terjadi keuntungan modal.35
35
Bringham & Housten,
Empat,2006),hlm.69.
Dasar-dasar Managemen Keuangan,(Jakarta:Salemba
35
10. Return on Assets
Return On Assets (ROA) adalah pengembalian atas aset-aset tang
menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset
perusahaan dengan memhubungkan pendapatan bersih ke total aset.36
Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena
tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarrti
profitabilitas perusahaan meningkat.37 Besarnya nilai return on assets dapat
dihitung dengan rumus ini38:
Contoh soal :
Diketahui :
-
Laba bersih setelah pajak = Rp .428.849.175.516
-
Total Aset 1.684.335.013.348.5
Jawab :
ROA =
36
428.849.175.516
1.684.335.013.348.5
=
0.256410379
Atur J. Keown. et al. Manajemen Keuangan : prinsip dan penerapan, (Jakarta :PT
INDEKS, 2011), Hlm 80.
37
Suad Husnan. Manajeman Keuangan – Teori dan penerapan, buku 2 (Yogyakarta :
BPFE YOGYAKARTA, 1998), Hlm 53.
38
Farah Margaretha. Manajemen keuangan untuk Manajer nonkeuangan. (Jakarta :
Erlangga, 2011), Hlm 26.
36
Semakin tinggi angka ROA maka semakin baik asumsi kinerja
kerja perusahaan tersebut dari sisi pengelolaan ekuitasnya.
11. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI Syari’ah)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah instrumen moneter yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai kebijakan untuk mengatur
kelebihan dana likuiditas perbankan syariah selain instrumen Sertifikat
Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA) dan aturan-aturan tentang Pasar
Keuangan Antarbank Dengan Prinsip Syariah (PUAS).
Bank Indonesia sebagai penerbit dari Sertifikat Bank Indonesia
Syariah telah menjalankan fungsinya sebagai pengawas perbankan. 39 Dalam
struktur moneter Indonesia, peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral
yaitu sebagai pembina dan pengawas bank-bank serta pengendali peredaran
uang, maka dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Bank sirkulasi
Sebagai bank sirkulasi, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk
mengedarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran
yang sah. Hak ini disebut dengan hak oktrooi.
b. Ba ker’s ba k
Bank sentral sebagai bankir bank-bank, artinya bank sentral sebagai
salah satu sumber dana (yaitu dana dari pihak kedua, ditinjau dari bank
umum) dimana bank-bank dapat meminta bantuan untuk menambah
permodalan mereka dalam rangka pemberian pinjaman kepada nasabah.
39
Rachmadi Usman, Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait BMUI dan Takaful di
Indonesia, hlm. 131.
37
Bentuk bantuan permodalan (modal kerja) dari Bank Indonesia disebut
dengan kredit likuiditas.
c. The Lender Of The Last Resort
Dalam tingkat ini, Bank Indonesia disebut sebagai pemberi
pinjaman pada tingkat yang terakhir. Dalam hal ini Bank Indonesia
memberikan bantuan dengan fasilitas kredit likuiditas darurat. Fasilitas
ini diberikan jika bank-bank mengalami kesulitan likuiditas sehingga
dikhawatirkan tidak bisa memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera
dapat ditagih.40
Akad yang digunakan adalah akad Jualah (imbalan), sehingga
dipastikan tidak ada riba meskipun return yang diberikan Bank Indonesia
terbilang cukupt tinggi. Tujuan penerbitan sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) sebagai otoritas moneter. BI berkewajiban memelihara kestabilan
nilai rupiah. SBIS ditujukan sebagai salah satu instrumen operasi terbuka
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah.
SBIS syariah memiliki karakateristik sebagai berikut :
a. Satuan unit sebesar Rp.1000.000,00 (satu juta rupiah)
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan ;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
d. Dapat diagungkan kepada Bank Indonesia; dan
40
M. Sinungan, Manajmen Dana Bank, hlm. 12
38
e. Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.41
B. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Evia Mutia da Muhammad Arfa me eliti de ga judul “A alisis
Pengaruh Deviden Payout Ratio dan Capital Structure terhadap Beta Saham
Syariah dengan Studi Pada Saham Syariah dan Non Syariah Perusahaan
Non Keua ga di Bursa Efek I do esia” Pendekatan penelitian kuantitatif
deskriptif. Variabel independen yang digunakan adalah variabel Deviden
Payout Ratio dan Capital Structure sedangkan variabel dependenya adalah
beta saham. Uji analisisnya menggunakan analisis regresi berganda dan
menghasilkan bahwa jenis perusahaan (syariah dan Non syariah ) memiliki
pengaruh yang positif terhadap beta saham , DPR dan Capital Structure
secara bersama–sama berpengaruh terhadap Beta saham dan secara parsial
hasil pengujian juga menunjukkan bahwa DPR dan CS mempunyai
pengaruh terhadap beta saham. Perbedaanya populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh emiten non keuangan yang dikelompokkan dalam saham
syaariah dan non syariah yang terdaftar pada perusahaan BEI dari tahun
2006-2008.42
41
Peraturan Bank Indonesia Nomor :10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
42
Evi Mutia dan Muhammad Arfan,”Analisis Pengaruh Deviden Payout Ratio dan
Capital Structure Terhadap Beta Saham :(Studi pada Saham Syariah dan Non Syariah
Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Simposium Nasional
XIII.Purwokerto.2010
39
Nucifera Julduha dan Indra Kusumawardhani, melakukan penelitian
ya g berjudul “Pe garuh Net Profit Margin , Current Ratio, Debt To Asset
Ratio dan Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah Pada
Perusahaa
ya g terdaftar di Jakarta Islamic I dex”. Variabel yang
digunakan adalah variabel independen (Net Profit Margin , Current Ratio,
Debt To Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga) dan variabel dependen (
Beta Saham Syariah). Menggunakan uji analisis regresi berganda yang
menghasilkan bahwa NPM, CR, DAR, dan tingkat suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap beta saham syariah sedangkan secara parsial NPM
berpengaruh terhadap beta saham syariah sedangkan CR, DAR dan tingkat
suku bunga tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah pada perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2009-2011. Perbedaanya pada
populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan
termasuk ke dalam perusahaan berbasis syariah
yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Index tahun 2009-2011 sedangkan pemilihan sampel
dengan purposive sampling.43
Sri kustini dan Selvi Pratiwi melakukan penelitian yang berjudul
“Pe garuh Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan Earning Variability
terhadap Beta saham Syariah”. Variabel yang digunakan adalah variabel
independen (Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan Earning
Variability) dan variabel dependen (beta
43
saham syariah). Dengan
Nucifera Julduha da I dra Kusumawardha i, “Pengaruh Net Profit Margin , Current
Ratio, Debt To Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah Pada
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi,
Vol.18,No.2,Agustus 2013.
40
menggunakan uji analisis regresi berganda. Hasil penelitianya adalah
variabel DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham,
sedangkan variabel ROA dan EV berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap beta saham syariah. Berdasarkan uji simultan DPR, ROA dan EV
tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham yang terdaftar di JII pada
tahun 2007- 2009. Perbedaanya adalah penentuan sampel menggunakan
purposive sampling pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 20072009.44
Primanda Oktodinata melakuka pe elitia ya g berjudul “Pe garuh
Devidend Payout Ratio, Return on Asset, Financial Laverage, Assets
Growth dan Structur Modal Terhadap Beta Saham (Studi Kasus pada
Perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 BEI periode 2011-2014)” Variabel
yang digunakan adalah variabel independen (Devidend Payout Ratio, Return
on Asset, Financial Laverage, Assets Growth dan Structur Modal) dan
variabel dependen (beta syariah). Dengan menggunakan vanalisis regresi
berganda, menyimpulkan bahwa Deviden Payout Ratio dan Assets Growth
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham, sedangkan
Return On Assets dan Struktur Modal secara Parsial berpengaruh signifikan
terhadap Beta saham perusahaan yang masuk dan terdaftar dalam indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Serta Deviden Payout
Ratio,Assets Growth
dan Return On Assets dan struktur modal secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Beta saham. Perbedaanya pada
44
Sri kustini dan Selvi Pratiwi“Pengaruh Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan
Earning
Variability
terhadap
Beta
saham
Syariah”.
Jurnal
Dinamika
Akuntansi.Vol.3,No.2,September 2011.
41
populasinya berjumlah 45 perusahaan yang sahamnya tergolong dalam
indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 45
M.Y.Dedi Haryanto & Riyatno (2007) penelitian ini memberikan
bukti empiris bahwa tinggi rendahnya nilai kurs dan mempengaruhi besar
kecilnya risiko.hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kurs maka
risiko sistematik akan semakin tinggi juga.sedangka hubungan SBI dan
risiko sistematis adalah negaif . artinya semakin rendah suku bunga SBI
maka semakin tinggi risiko sistematis saham.46
Ming Chen melakuka pe elitia ya g berjudul “A alisis Pe garuh
Perekonomian Makro dan Mikro yang Berpengaruh pada Risiko Sistematis
Saham” variabel ya g digu aka adalah variabel eksogen (Kurs, Inflasi,
Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar, assets Growth dan Debt to
Equity) dan variabel endogen (risiko sistematis saham). Jenis penelitianya
adalah penelitian kausalitas sedangkan jenis data penelitian termasuk
kedalam penelitian kuantitatif. Hasil penilitian ini adalah Tingkat inflasi,
kurs, jumlah uang beredar, DER dan
asset growth berpengaruh secara
serentak terhadap risiko sistematis saham. Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah
uang beredar tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis saham sedangkan
DER dan asset growth berpengaruh terhadap risiko sistematis saham.
Perbedaanya yaitu sampel yang digunakan adalah perusahan yang sahamya
45
Prima da Oktodi ata, “Pengaruh Pengaruh Deviden Payout Ratio, Return on Asset
dan Finacial Leverage, Assets Growth dan Struktur Modal terhadap Beta Saham Syariah,.
46
M Y Dedi Harya to, “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs
Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan Di BEJ. Jurnal Keuangan dan
Bisnis.Vol.5,No.1,Maret 2007,hal 24-40
42
masuk dalam indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek indonesia selama
periode 2006-2012.47
Adhilatul Hijah (2014) melakuka pe elitia ya g berjudul “Pengaruh
suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas perusahaan terhadap risiko
investasi saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek
Syariah (DES) pada tahun 2011-2013” Variabel yang digunakan adalah
variabel independen (suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas) dan variabel
dependen (risiko investasi saham). Hasil dari penelitian tersebut adalah suku
Bunga dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi, dan
Kurs dan Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko
investasi. Sedangkan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap risiko investasi. Perbedaanya pada sampel yang digunakan
perusahaan farmasi yang terdaftar di DES tahun 2011-2013.48
Hanif Kautsar dan Asfi Manzilati melakukan penelitian yang berjudul
“A alisis Pe garuh Retur Saham da Variabel Makro Eko omi terhadap
Resiko Saham Syariah” Pe elitia i i me ggu aka metode data pa el
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel return dan inflasi memiliki
pengaruh yang negatif terhadap resiko saham syariah, sedangakan variabel
BI Rate dan Kurs tidak berpengaruh terhadap Resiko Saham Syariah.49
47
Mi g Che ,”Analisis Pengaruh Perekonomian Makro dan Mikro yang Berpengaruh
pada RisikoSsistematis Saham. JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014.
48
Adhilatul Hijah “Pengaruh Suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas Perusahaan
Terhadap Risiko Investasi Saham pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Daftar Efek
Syariah (DES) pada tahun 2011-2013.2014.
49
Hanif Kautsar dan Asfi Manzilati “Analisis Pengaruh Return Saham dan Variabel
Makro Ekonomi Terhadap Resiko Saham Syariah”Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.pada tahun 2014
43
Anditya Soeroso melakuka
pe elitia
ya g berjudul “Faktor
Fundamental (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Tur Over,
Return On Invesment) terhadap risiko sistematis pada industri Food and
Beverages di Bursa Efek I do esia” jenis penelitian ini adalah penelitian
asosiatif. Variabel yang digunakan yaitu variabel independen (Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Tur Over, Return On Invesment)
dan variabel dependen (risiko sistematis) hasil penelitian menunjukkan CR,
DER, TATO, ROI berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap risiko
sistematis di perusahaan food and beverage. Perbedaanya pada populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage pada BEI
tahun 2008-2011.50
Iffa Nurdi a melakuka pe elitia ya g berjudul “A alisis Pe garuh
Faktor Fu dame tal Terhadap Beta Saham” Variabel ya g digu aka yaitu
variabel
independen
(asset
growt,
laverage,current ratio, Return On
financial
laverage,operating
assets) dan variabel dependen (beta
saham). Pengumpulan datanya menggunakan
data panel (pooled data).
Sumber datanya adalah sumber data swkunder dengan menggunakan ICMD
2006-2012, IDX Company Report 2006-2012 dan Yahoo finace.analisis
datanya menggunakan analisis regresi berganda. Hasil estimasi dengan
menggunakan regresi data panel pada indeks saham LQ 45 periode 20062012 menunjukkan bahwa secara simultan variabel asset growth, DER,
50
Andtya Soeroso “Faktor Fundamental (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total
Assets Tur Over, Return On Invesment) Terhadap Risiko Sistematis pada Industri Food and
Beverages di Bursa Efek Indonesia” JURNAL EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 16871696.
44
DOL,CR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham.
Secara parsial variabel DER, CR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap
variabel beta saham, sedangkan variabel DOL dan Asset Growth tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham.51
Perbedaan penelitan ini dengan penelitian terdahulu terletak dari
variabel bebas dan objek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan variabel
keuangan yang meliputi current ratio, debt to assets ratio, deviden payout
ratio dan return on assets dan juga menambahkan variabel ekonomi yaitu
menggunakan variabel SBI Syariah. Objek penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2010-2014.
51
Iffa Nurdina “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Beta
Saham”Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.2014
45
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel yang
digunakan
-variabel
Analisis
Data
regresi
Evi Mutia
Pengaruh
dan Arfan
Deviden Payout
independen:
berganda berpengaruh terhadap beta saham keuangan yang dikelompokkan
Ratio dan Capital
DPR dan CS
dan secara parsial hasil pengujian dalam saham syaariah dan non
Structure terhadap -variabel
Beta Saham
2.
Sri Kustini
Pengaruh
Hasil
Perbedaanya
Penelitian
DPR dan CS secara bersama-sama populasi nya seluruh emiten non
juga
menunjukkan bahwa DPR syariah yang terdaftar pada
dependen: Beta
dan CS mempunyai pengaruh perusahaan BEI dari tahun 2006-
saham syariah
terhadap beta saham.
2008
DPR, ROA dan EV tidak
sampel menggunakan purposive
berpengaruh signifikansi terhadap
sampling pada perusahaan yang
terdaftar di JII tahun 2007-2009
regresi
-variabel
Dan
Devidend Payout independen
Selvi
ratio, Return on DPR, ROA dan
beta saham syariah. DPR
Asset dan Earning EV
berpengaruh negatif dan
Pratiwi
: berganda
46
variability
terhadap
signifikansi terhadap beta saham
-variabel
beta dependen
saham Syariah .
:Beta
syariah, ROA dan EV
saham syariah
berpengaruh positif dan tidak
signifikansi kan terhadap beta
saham syariah.
3.
Nucifera
Analisis pengaruh
Julduha dan deviden Payout
Indra
Ratio dan capital
Kusumawar Stucture terhadap
dhani
-variabel
Metode
Secara simultan , NPM, CR,
populasi penelitian ini adalah
independen
regresi
DAR, Tingkat suku bunga
seluruh perusahaan yang terdaftar
:NPM, CR, DAR, berganda
berpengaruh signifikan terhadap
di BEI dan termasuk ke dalam
Tingkat
beta saham syariahpada
perusahaan berbasis syariah yang
suku
beta saham(Studi
bunga
perusahaan yang terdaftar di
tergabung dalam Jakarta Islamic
pada saham
-variabel
Jakarta Islamic Index. Sedangkan
Index tahun 2009-2011
syariah dan non
dependen :
secara parsial, NPM berpengaruh
Syariah
Beta
Perusahan non
syariah
saham
terhadap beta saham syariah,
sedangkan CR, DAR, Tingkat
47
Keuangan di BEI)
suku bunga tidak berpengaruh
terhadap beta saham syariah pada
perusahaan yang terdaftar di JII.
4
Primanda
Pengaruh
Var.independen
Regresi
Oktodinata
Deviden payout
:
(2014
Ratio , Return on
Laverage,Assets
Assets ,Finacial
Growth
Laverage, Assets
Struktur Modal
Assets dan Struktur Modal secara
Growth dan
Var. Independen :
Parsial
Struktur Modal
Beta Saham
terhadap Beta saham perusahaan
ROA,Finacial linier
dan
berganda
Deviden Payout Ratio dan Assets populasinya
Growth
secara
parsial
perusahaan
yang
tidak sahamnya tergolong dalam indeks
berpengaruh signifikan terhadap LQ 45 yang terdaftar di BEI
beta saham, sedangkan Return On periode 2011-2014
berpengaruh
signifikan
Terhadap Beta
yang masuk dan terdaftar dalam
Saham
indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia
Serta
Periode
Deviden
2011-2014.
Payout
Ratio
48
,Assets Growth
dan Return On
Assets dan struktur modal secara
simultan berpengaruh signifikan
terhadap Beta.
5
M.Y.Dedi
Pengaruh
Haryanto &
bunga
Riyatno
Bank
suku variabel
sertifikat independen
Indonesia :suku
dan Nilai Kurs Bank
terhadap
Regresi
hasil ini menunjukkan bahwa
linier
semakin tinggi nilai kurs maka
Bunga berganda
risiko sistematik akan semakin
Indonesia
tinggi juga.sedangka hubungan
risiko dan Nilai Kurs -
SBI dan risiko sistematis adalah
Sistematik saham variabel
negaif . artinya semakin rendah
perusahaan
suku bunga SBI maka semakin
BEJ
di dependen :
Risiko Sistematik
tinggi risiko sistematis saham.
saham syariah
6 Ming Chen
Analisis pengaruh variabel
Regresi
Tingkat inflasi, kurs, jumlah uang sampel yang digunakan adalah
49
(2014)
Perekonomian
independen
Makro dan Mikro :suku Bunga
linier
beredar, DER dan asset growth perusahan yang sahamya masuk
berganda
berpengaruh
secara
serentak dalam
indeks
LQ-45
yang
yang berpengaruh Bank Indonesia,
terhadap risiko sistematis saham. terdaftar di Bursa Efek indonesia
pada
Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah selam a periode 2006-2012
risiko jumlah uaang
sistematis saham
yang
uang beredar tidak berpengaruh
beredar,DER dan
terhadap risiko sistematis saham
Asset Growth-
sedangkan DER
variabel
dan asset growth berpengaruh
dependen :
terhadap risiko sistematis saham.
Risiko Sistematik.
7
Adhilatul
Hijah
“pe garuh suku
variabel
Regresi
Hasil
Bunga, Kurs,
independen
linier
adalah suku Bunga dan Likuiditas perusahaan farmasi yang terdaftar
Inflasi dan
:suku
Likuiditas
kurs, Inflasi dan
Bunga, berganda
dari
penelitian
tersebut sampel
yang
digunakan
berpengaruh signifikan terhadap di DES tahun 2011-2013
risiko investasi, dan Kurs dan
50
perusahaan
Likuiditas
Inflasi tidak berpengaruh secara
terhadap risiko
-variabel
signifikan
terhadap
risiko
investasi saham
dependen :
investasi.
Sedangkan
secara
pada perusahaan
Risiko Investasi
bersama-sama berengaruh secara
Farmasi yang
signifikan
terdaftar di Daftar
investasi
terhadap
risiko
Efek Syariah
(DES) pada tahun
2011-2013.
8
Hanif
“A alisis
Kautsar dan Pengaruh Return
Asfi
Manzilati
variabel
Analisis
Hasil
independen
regresi
bahwa variabel return dan inflasi
Saham dan
:Return,Inflasi
Variabel Makro
BI Rate dan Kurs
Ekonomi terhadap -variabel
, linier
penelitian
menunjukkan
memiliki pengaruh yang negatif
Bergand
terhadap resiko saham syariah,
a
sedangakan variabel BI Rate dan
51
9
Resiko Saham
dependen :
Kurs tidak berpengaruh terhadap
Syariah”
Risiko Investasi
Risiko Saham Syariah.
Andtya
“Faktor
variabel
Analisis
hasil penelitian menunjukkan CR, populasi
Soeroso
Fundamental
independen
regresi
DER, TATO, ROI berpengaruh adalah seluruh perusahaan food
(Current Ratio,
:CR,
Debt to Equity
TATO, ROI
terhadap
Ratio, Total
-variabel
perusahaan food and beverage
Assets Tur Over,
dependen :
Return On
Risiko Sistematis
Invesment)
terhadap risiko
sistematis pada
industri Food and
Beverages di
DER, berganda
secara
simultan
risiko
dan
dalam
penelitian
ini
parsial and beverage pada BEI tahun
sistematis
di 2008-2011.
52
Bursa Efek
I do esia”
10
Iffa Nurdina Analisis Pengaruh variabel
Analisis
menunjukkan
bahwa
secara Populasi yang digunakan adalah
regresi
simultan variabel asset growth, pada indeks saham LQ 45 periode
Faktor
independen:
Fundamental
(asset
Terhadap Beta
financial laverage berganda
berpengaruh signifikan terhadap
Saham
,operating
variabel
laverage,current
parsial variabel DER, CR, dan
ratio, Return On
ROA
assets)
terhadap variabel beta saham,
growt, linier
dan
DER,
DOL,CR
beta
dan
saham.
berpengaruh
ROA 2006-2012
Secara
signifikan
variabel
sedangkan variabel DOL dan
dependen : (beta
Asset Growth tidak berpengaruh
saham).
signifikan terhadap variabel beta
saham
53
2. Kerangka Berpikir
Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang dikembangkan diatas,
makadapat disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan
dari variabelindependen, dalam hal ini adalah CR, DAR , DPR, ROA dan
SBIS Terhadap variabel dependen, yaitu beta saham syariah adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
CR
DAR
BETA SAHAM
DPR
SYARIAH
ROA
SBIS
a. Hubungan Current Ratio terhadap Beta Saham
Current Ratio merupakan salah satu satu rasio likuiditas perusahaan
adalah kemempuan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo
(hutang jangka pendek). Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan
semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas
tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga
saham yang cenderung akannaik karena tingginya permintaan.
54
Kenaikan hargasaham ini mengindikasikan meningkatnya kinerja
perusahaan dan hal ini juga akan berdampak pada para invesor karena
mereka akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari
investasinya.52
b. Hubungan Debt to Assets Ratio terhadap Beta Saham
Rasio hutang mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan
hutang. Menggunakan hutang berkenaan dengan risiko karena hutang
menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan pelunasan
pokok hutang. Dengan demikian Rasio hutang sebagai suatu risiko,
sehingga current ratio bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana
risiko investasi ataupun beta saham.53
c.
Hubungan Deviden Payout Ratio terhadap Beta
Rasio pembayaran dividen ditentukan dengan formula dividen kas
perlembar saham dibagi dengan laba per saham. Semakin tinggi
dividend payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tesedia
untuk
ditanamkan
kembali
ke
perusahaan,
sehingga
sangat
mempengaruhi minat investor untuk memebeli saham dan juga akan
berpengaruh terhadap beta saham syariah.54
52
Makaryanawati dan Misbakhul Ulum,”Pengaruh Perekonomian Tingkat Suku Bunga
Dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang terdaftar pada Jakarta
Islamic Index”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.Malang Surabaya.
53
Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT
Indeks,2008),hlm.233.
54
Sutrisno. Managemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta
:EKONISIA,2000),hlm.321-322
55
d. Hubungan Return on Assets terhadap Beta
Return on Assets adalah rasio antara laba setelah pajak atau Net Income
After Tax terhadap total Assets. ROA yang semakin bertambah
menggambarkan
kinerja
perusahaan
yang
semakin
baik
akan
menguntungkan para pemegang saham karena kemungkinan dividen
yang akan diterima semakin meningkat.55
Dengan demikian, akan semakin membuat para investor dan atau calon
investor tertarik untuk menanamkan danaya kedalam perusahaan. Jika
permintaan atas saham perusahaan semkin banyak maka harga saham
perusahaan
tersebut
cenderung
meningkat.
Seiring
dengan
meningkatnya harga saham, maka capital Gain (Actual Return) dari
saham tersebut juga mengalami peningkatan. Jadi, dapat diimpulkan
bahwa peningkatan harga saham akan mengakibtakan risiko semakin
tinggi.
e. Hubungan SBI Syariah terhadap Beta
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, Ceteris paribus. Artinya, apabila suku bunga meningkat, maka
harga saham akan turun, Ceteris paribus, dan sebaliknya apabila suku
bunga naik, maka return investasi yang terkait dan suku bunga akan
naik. Kondisi tersebut menarik investor yang sebelumnya berinvestasi
dalam saham beralih ke investasi deposito dan tabungan. Apabila
55
Asbi Rachma Faried, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi
Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI peride 2002-2006” Tesis Program
Studi
Magister
Manajemen
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Diponegoro
Semarang,2008,hlm,31
56
banyak investor melakukan Penjualan saham besar-besaran maka harga
saham akan turun dan berakibat risiko terhadap harga saham. 56
3. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pendapat , jawaban atau
dugaan yang bersifat sementara dari suatu persoalan yang diajukan , yang
kebenaranya masih perlu dibuktikan lebih lanjut . Maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1
Ho1
: di duga Current ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap
beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.
Ha1
: di duga Current ratio berpengaruh secara parsial terhadap beta
saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014
Ho2
: di duga Debt to asset ratio tidak berpengaruh secara parsial
terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun
2010-2014.
Ha2
: di duga Debt to asset ratio berpengaruh secara parsial terhadap
beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.
Ho3
: di duga Deviden Payout Ratio tidak berpengaruh secara parsial
terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun
2010-2014.
56
Eduardus Tandellin. Analisis Investasi Manajemen Portfolio, BPFE, Yogyakarta.2001.
hlm,48
57
Ha3
: di duga Deviden Payout Ratio berpengaruh secara parsial
terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun
2010-2014.
Ha4
: di duga Return on Assets tidak berpengaruh secara parsial
terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun
2010-2014.
Ho4
: di duga Return on Assets berpengaruh secara parsial terhadap
beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.
Ho5
: di duga SBIS tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta
saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.
Ha5
: di duga SBIS berpengaruh secara parsial terhadap beta saham
syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.
Hipotesis 2
Ho6
: di duga Current ratio, debt to asset ratio,Deviden Payout
Ratio, Return on Assets, SBIS secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII
pada tahun 2010-2014.
Ha6
: di duga Current ratio, debt to asset ratio,Deviden Payout
Ratio, Return on Assets, SBIS secara bersama-sama berpengaruh
terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun
2010-2014.
Download