10 BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.1 Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya.2 Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan lainnya. 1 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:Kanisus,2010),hlm.2 2 Nurul Huda & Edwin Nasution Mustafa, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta :Kencana Prenada Group,2008),hlm.8 10 11 Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkaan sejumlah uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain sebagai berikut: 3 a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang datang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu tau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapaatanya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindari diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya , semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan. Hubungan 3 Eduardus Tandelilin, (Yogyakarta:Kanisus,2010),hlm.8 Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi 12 seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Disamping itu memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung. 2. Tipe Investor Dilihat dari kesedianya menanggung risiko investasi, investasi dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu 4: a. Tipe investor yang berani mengambil risiko, yang disebut risk taker, atau risk lover, atau risk seeker. b. Tipe investor yang takut atau enggan menaggung risiko, yang disebut risk aversion, c. Tipe investor yang takut tidak dan berani tidak, atau disebut risk moderate, moderate investor, atau indefference investor. Tipe investor ini hanya menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin besar risiko yang akan dihadapi semakin tinggi return yang diharapkan. Semakin kecil risiko atas suatu saham, semakin kecil return yang diharapkan atau dikenal dengan istilah high risk high return, low risk low return. Tipe risk taker akan merasa sangat senag apabila ditawari saham memiliki gejolak harga yang tinggi, atau beta saham yang tinggi dan tidak tertarik pada saham yang memiliki beta yang rendah. Tipe risk averter akan merasa senang ditawari saham yang memiliki beta yang rendah, 4 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta: Penerbit erlangga,2006),hlm.161. 13 karena risikonya juga rendah. Tipe moderate investor tidak hanya melihat beta saham, tetapi juga melihat return yang ditawarkan oleh saham bersangkutan. Saham yang memiliki beta saham tinggi dan return yang juga tinggi dalam jumlah sebanding sangat disenangi oleh tipe moderate investor.5 3. Pasar Modal Syariah Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan (Sekuritas ) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (publik authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).6 Sedangkan Pasar modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti :riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.7 Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi dikeluarkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. 5 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio(Jakarta:Penerbit Erlangga,2006),hlm.161. 6 Budi Untung, Metode Riset, Hukum bisnis Pasar Modal (Yogyakarta:Andi offset,2011), hlm.7. 7 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang:UIN-Maliki Press,2010),hlm.45. 8 14 Hal ini ditandai dengan dikeluarkanya Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997 oleh PT.DanaReksa Invesment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT.DanaReksa Invesment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan danaya secara syariah.8 Fungsi dari pasar modal syariah menurut MM. Metwally adalah sebagai berikut9: 1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuangan dan risikonya. 2. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya mendapatkan likuiditas. 3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. 4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktasi jangka pendek pada harga saham. 5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. 8 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang :UIN-Maliki Press,2010),hlm.47 9 Heri Sudarsono ,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi. (Yogyakarta :Penerbit Ekonisia,2003),hlm.186. 15 Karakteristik Pasar Modal Syariah Dalam membentuk struktur pasar modal syariah diperlukan karakter-karakter sebagi berikut :10 1. Semua saham harus harus diperjualbelikan di bursa efek. 2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagagan dimana saham dapat diperjual belikan melalui pialang. 3. Adanya informasi mengenai perhitungan dan kerugian, serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan. 4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HTS) tiap-tiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali. 5. Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih dari HTS. 6. Saham dapat dapat dijual dengan harga dibawah HTS. 7. Perdagangan saham seharusnya hanya berlangsung dalam satu minggu. 8. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan. Pihak-pihak yang terlibat dalam pasar modal adalah : 1. Emiten Emiten adalah badan usaha (perseroan terbatas) yang menerbitbatkan saham untuk menambah modal atau menerbitkan obligasi untuk mendapatkan pinjamn kepada para investor di Bursa Efek. 10 Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK Syariah.(Yogyakarta:P3EI,2008),hlm.71. 16 2. Perantara Emisi yang meliputi : a) Penjamin Emisi Adalah Perantara yang menjamin penjual emisi, sehingga apabila dari emisi wajib membeli (setidak-tidaknya sementara waktu sebelum laku) agar kebutuhan adan yang diperlukan emiten terpenhi sesuai rencana. b) Akuntan Publik Akuntan Publik berfungsi untuk memeriksa kondisi keuangan emiten dan memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang telah dikeluarkan emiten wajar atau tidak. c) Perusahaan Penilai Perusahaan penilai berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap emiten,apakah nilai aktiva emiten sudah wajar atau tidak. 3. Badan Pelaksanaan Pasar Modal Badan pelaksanaan pasar Modal adalah badan yang mengatur dan mengawasi jalanya pasar modal, termasuk mencoret emiten (delisting) dari lantai bursa,memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melanggar peraturan pasar modal. Di Indonesia Badan Pelaksana pasar modal adalah Bapepam (Badan Pengawas dan pelaksana pasar modal). 4. Bursa Efek Bursa efek merupakan tempat diselenggaranya kegiatan perdagangan efek pasar modal yang didirikan oleh suatu badan usaha. Di Indonesia awalnya terdapat dua bursa Efek , yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dikelola PT Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang 17 dikelola PT Bursa Efek Surabaya. Namun pada Desember 2007, kedua Bursa tersebut digabung pada satu bursa, yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia) 5. Perantara Perdagangan Efek Efek yang diperdagangkan dalm bursa hanya boleh ditransaksikan melalaui perantara, yaitu makelar (broker) dan komisioner. Makalar adalah pihak yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk kepentingan orang lain dengan memperoleh imbalan. Komisioner adalah pihak yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk kepentingan sendiri atau orang lain dengan memperoleh imbalan. 6. Investor Investor adalah pihak yang menanamkan modalnya dalam bentuk efek di bursa dengan membeli dan menjual kembali efek tersebut.11 Dalam kerangka kegiatan pasar modal syariah selain lembagalembaga tersebut diatas, terdapat Dewan Syariah Nasional (DSN) yang berfungsi sebagai pusat referensi (referencer center) atas semua aspekaspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal Syariah. Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan kegiatan emisi, perdagangan,pengelolaan portofolio efek-efek syariah dan kegiatan lain yang berhubungan dengan efek syariah.12 11 Pandji Anoraga dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal,cer.iii,(Jakarta:Rineka Cipta ,2001) hlm.34-37. 12 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah. (Jakarta :Kencana Prenada Media Group,2007),hlm.58. 18 Bentuk ideal dari Pasar Modal Syariah dapat dicapai dengan islamisasi empat pilar pasar modal, Yaitu : 1. Emiten (perusahaan) dan Efek yang diterbitkanya didorong untuk memenuhi kaidah syariah, keadilan, kehati-hatian dan transparansi; 2. Pelaku pasar (investor) harus memiliki pemahaman yang baik tentang ketentuan muamalah, manfaat dan resiko transaksi di pasar modal; 3. Infrastuktur informasi bursa efek yang jujur, transparan dan tepat waktu yang merata dipublik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar. 4. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat diselenggarakan secara adil,efisien,efektif dan ekonomis.13 Selain itu prinsip-prinsip syariah juga akan membrikan penekanan (emphasis) pada : a) Kehalalan produk /jasa dari kegiatan usaha. Karena menurut syariah manusia hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta dari hal-hal yang halal dan baik; b) Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaaat yang jelas sehingga tidak ada keraguan akan hasil usaha yang akan menjadi objek dalam pehitungan keuntungan yang diperoleh: c) Adanya mekanisme bagi hasil yang adil baik dalam untung maupun rugi –menurut penyertaan masing-masing pihak ; dan 13 Adrian Sutedi,Pasar Modal Syariah.(Jakarta:Sinar Grafika,2011),hlm.100. 19 d) Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada emiten maupun investor.14 4. Saham Syariah Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaaan.15 Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go publik) dalam nominal atau presentase tertentu. Sementara itu, saham adalah jumlah satuan dari modal kooperatif yang sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara berdagang, dan harganya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan dan kerugian atau kinerja perusahaan tertentu.16 Sedangkan saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus yang berupa control yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatn usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index merupakan index yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang merupakan subset dari Index Harga Saham Gabungan.17 14 Adrian Sutedi,Pasar Modal Syariah.(Jakarta:Sinar Grafika,2011),hlm.100. Rusdin, Pasar Modal Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik (Bandung:ALFABETA,2006), hlm.68. 16 Nurul Huda, Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta:Prenada Media Group),hlm.59 17 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah(Malang:UIN-Maliki Press,2010),hlm 71 15 20 Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN), saham adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. 18 Prinsip Dasar Saham Syariah meliputi : 19 a. Bersifat Musyarakah jika ditawarkan secara terbatas. b. Bersifat Mudharabah jika ditawarkan kepada publik. c. Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko hatus ditanggung oleh semua pihak. d. Prinsip bagi hasil laba-rugi. e. Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di BEI terdapat JII yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan DSN.20 JII (Jakarta Islamic Index) digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur perkembanagan kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Saham –saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah islam , yaitu sebagai berikut : usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang 18 Indah Yuliana,Investasi Produk Keuangan Syariah(Malang:UIN-Maliki Press,2010),hlm 71 19 Indah Yuliana,Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang :UIN-Maliki Press,2010),hlm 72 20 Najmuddin,Manajemen Keuanagn dan Aktualisasi Modern(Yogyakarta:Andi Offset,2011),hlm 258. 21 dilarang ; usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional; usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram; usaha yang memproduksi mendistribusi dan/atau menyediakan barang- barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.21 Selain kriteria tersebut dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, BEI melakukan tahap –tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten , yaitu: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercata lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar) 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memi liki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90 % 3. Memilih 60 saham dari susunan saham atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selam satu tahun terakhir . 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarka tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selam satu tahun terakhir. 21 Najmuddin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Modern (Yogyakarta:Andi Offset,2011),hlm.259. 22 5. Return dan Risiko Saham Dalam melakukan investasi, ada dua faktor yang paling dipertimbangkan, yaitu pengembalian (return) dan risiko (risk) investasi. Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Sedangkan Risk merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata.22 Menurut Halim Return dibedakan menjadi dua, yaitu return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan Return yang diharapakan (expected Return) akan diperoleh dimasa mendatang. Pengembalian biasanya dinyatakan dalam prosentase (rate of return) Komponen return meliputi : a. Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam prosentase dari modal yang ditanamkan. 22 Abdul Halim, Analisis Investasi (Jakarta : Salemba Empat,2005),hlm.38. 23 Sedangkan risiko ada beberapa jenis yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi, yaitu :23 1. Risiko Bisnis (business risk) Merupakan risiko yang timbul akibat menurunya profitabilitas perusahaan emiten. 2. Risiko Likuiditas (liquidity risk) Risiko yang berkaitan dengan kemmpuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjual belikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk) Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan hargaharga instrumen pasar modal. 4. Risiko pasar (market risk) Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi resesi dan kondisi perekonomian lain. 5. Risiko daya beli (purchasing power market) Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh pembahan tingkat inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi. 6. Risiko Mata uang (currency Risk) 23 Abdul Halim, Analisis Investasi (Jakarta : Salemba Empat,2005),,hlm47 24 Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh penambahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain.. Risiko- risiko tersebut satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat terjadi secara bersamaan. Dalam konteks portofolio, risiko-risiko di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok : 1. Kelompok risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk) , yaitu resiko yang dapt dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena resiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Unsystematic risk meliputi ; risiko bisnis,risiko likuiditas, dan risiko tingkat suku bunga. 2. Kelompok risiko yang utama yang tidak dapat dihindari (systematic risk), yaitu resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi resiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secar keseluruhan. systematic risk meliputi ; risiko pasar, risiko daya beli, dan risiko mata uang 6. Beta Saham Model indeks tunggal adalah model estimasi return saham dengan menggunakan indeks pasar untuk menunjukkan faktor-faktor risiko umum atau sistematis. Indeks pasar disini misalnya indeks S & P (standar and Poors index)., indeks NASDAQ, dan Indeks Dow Jones. Secara nasional dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia, IHSS (Indeks Harga Saham Sektoral), dan JII (Jakarta Islamic Index). Dalam model indeks dapat memisahkan dua macam risiko, yaitu 25 risiko makro (systematic risk) dan risiko mikro (risiko unik perusahaan). Rancangan model ini dapat disusun menjadi24 : Ri - rf = αi + βi (rm – rf) + ei Berdasarkan rancangan model diatas, maka model indeks memiliki fokus untuk melihat surplus pendapatan (return) sekuritas berisiko (saham) diatas pendapatan sekuritas bebas risiko. Dan jika surplus yang dimaksud dilambangkan dengan Ri, maka model dapat disederhanakan menjadi : Ri = αi + βi (rm – rf) + ei Pada model diatas, ei merupakan risiko unik yang ada pada setiap perusahaan, sedangakan βi (rm – rf) merupakan unsur risiko sistematik, suatu risiko yang akan berlaku umum dan sama kepada semua perusahaan go-publik yang beroperasi di bursa yang bersangkutan. Model indeks tunggal merupakan metode pengukuraan risiko sistematis (beta) dimana faktor berpengaruh pada harga saham diwakili oleh sebuah variabel, yaitu variabel return pasar. Model indeks tunggal dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963. Model ini secara khusus dikembangkan guna menyederhanakan perhitungan dari variabelvariabel yang dibutuhkan dalam perhitungan simpangan rata-rata return pasar (mean variansce). Model penyederhanaan ini dikembangkan Markowitz pada tahun 1956. Sharpe mengembangkan model pasar yang 24 Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis (Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408 26 merupakan bentuk hubungan antara tingkat keuntungan aset individual dengan tingkat keuntungan rata- rata pasar (market index)25. Pada saat kondisi pasar sedang mengalami kenaikan (bullish) , yang ditunjukkan dengan naiknya angka indeks pasar, maka sebagian besar aset individual di bursa juga cenderung mengalami kenaikan harga. Demikian pula sebaliknya, pada saat pasar mengalami (bearish), maka sebagian besar harga saham juga mengalami penurunan. Dilihat dari kondisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat return akan berubah sesuai dengan perubahan kondisi pasar yang ditunjukkan dengan perubahan indeks pasar. Formula yang digunakan dalam pengukuran model ini adalah 26: Ri = αi + βi Rm + ei Dimana : R = return sekuritas i Rm = return indeks pasar . Αi = intercept atau besaran yang menunjukkan nilai pengharapan dari bagian yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. Βi = keiringan garis (slope) atau beta. Ei = Error /Elemen kesalahan acak dari bagian yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. 25 Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis (Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408 26 Musdifin Haming & Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis (Jakarta:Bumi Aksara ,2010),hlm.408 27 Contoh Soal : Data pada tabel merupakan data return bulanan dari saham perusahaan real estate dan property, yaitu Dharmala Intiland (DILD) dan Return IHSG dari tahun 2005-2006. Tahun 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember jumlah Y (R_DILD) X (R_IHSG) YX Y² X² 0,211 0,045 0,009 0,045 0,002 0,087 0,027 0,002 0,008 0,001 0,44 0,006 0,003 0,194 0,000 -0,097 -0,047 0,005 0,009 0,002 -0,015 0,057 (0,001) 0,000 0,003 -0,016 0,031 (0,000) 0,000 0,001 -0,079 0,053 (0,004) 0,006 0,003 -0,293 -0,112 0,033 0,086 0,013 -0,195 0,028 (0,005) 0,038 0,001 0,121 -0,012 (0,001) 0,015 0,000 0 0,029 0,000 0,001 0 0,06 0,000 0,004 0,189 0,06 0,011 0,036 0,004 -0,045 -0,001 0,000 0,002 0,000 0 0,075 0,000 0,006 0,119 0,107 0,013 0,014 0,011 -0,085 -0,092 0,008 0,007 0,008 -0,116 -0,015 0,002 0,013 0,000 0 0,032 0,000 0,001 0,053 0,059 0,003 0,003 0,003 -0,025 0,072 (0,002) 0,001 0,005 0,077 0,031 0,002 0,006 0,001 -0,048 0,086 (0,004) 0,002 0,007 0,25 0,05 0,013 0,063 0,003 0,531 0,630 0,085 0,547 0,080 Hasil perhitungan pada tabel dapat diringkas sebagai berikut : N = 24, ∑ X = 0,629 ∑Y =0,533 ∑XY=0,085 ∑X²=0,080 ∑Y²=0,547 X= = 28 Y= = Berdasarkan perhitungan tersebut maka hasil penjumlahan kuadrat (sum of square, SS) untuk masing-masing variabel dan kombinasinya dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut . SSX= ∑X²- X² = 0,080-24 (0,026)² =0,063 SSy = ∑Y²- Y² = 0,547-24(0,022)² = 0,536 Ssxy =∑Y²- X Y = 0,085-24(0,026)(0,022)=0,063 b1 = = = 1,125 b0 = Y-b1 X =0,022- (1,125 x 0,026)= -0,007 Y = -0,007+ 1,125RM + e Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa beta saham DILD yang diestimasi berdasarkan data return bulanan dengan periode obseervasi 2 tahun sebesar 1,125. Model indeks pasar tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi secara seaarah dengn perubahan indeks pasar. pada dasarnya, beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar . Semakin besar beta sekuritas, semakin besar tingkat kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Dengan demikian, asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas sekuritas tersebut mempunyai respons yang sama terhadap return pasar. Oleh karena itu, 29 sekuritas akan bergerak menuju kearah yang sama hanya jika sekuritassekuritas tersebut mempunyai hubungan yanag sama terhadap retunr pasar. Beta merupakan tolak ukur tingkat risiko pasar (atau tingkat risiko sistematis) dari suatu saham. Secara umum, jika beta suatu saham sama dengan 1, maka risikonya secara individual sama dengan risiko pasar. Bila beta suatu saham lebih besar dari 1, maka risiko individunya lebih besar dibanding risiko pasar. Sebaliknya jika beta suatu saham lebih kecil dari 1, maka risikonya secara individual lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar. Konsep beta merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat risiko yang terkandung dalam suatu surat berharga.27 Beta sebesar 1 artinya setiap kenaikan atau penurunan keuntungan pasar (rm) sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan keuntungan sahan (ri) sebesar 1%. Dengan demikian, semakin besar beta, semakin berisiko pula saham tersebut. Saham dengan beta 1 adalah saham yang memiliki risiko sama dengan rata-rata saham di pasar modal. Saham dengan beta lebih dari 1 disebut saham agresif dan saham dengan beta kurang dari 1 disebut saham defensif.28 27 John D.Martin,dkk, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,Jilid I, Edisi K8elima, (Jakara:PT.RajaGrafindo Persada,1999),hlm.45. 28 Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan (Yogyakarta:Penerbit CV. ANDI OFFSET,2008),hlm.45 30 7. Current Ratio Rasio lancar atau (Current Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Current Assets / Current Liabilities). Current asset merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dan aktiva lancar.29 Current Ratio merupakan salah satu satu rasio likuiditas perusahaan adalah kemempuan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo (hutang jangka pendek) dan kemampuan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan ke dalam bentuk kas berdasarkan ketepatan hal ini merupakan ukuran yang penting bagi para manajer, pemilik dana, dan investor. Semakin sedikit aktiva lancar dalam perusahaan, semakin besar peluang ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kredit ketika jatuh tempo pembayaran tiba.30 Kegagalan dalam memenuhi kewajibanya dapat diartikan sebagai kebangkrutan, hal ini tentunya sebagai suatu risiko, 29 John J.Wild,Financial Statement Analisis (Jakarta:Salemba Empat,2005),hlm.6 &188 Arthur J.Keown,dkk,Manajemen Keuangan:Prinsip dan Penerapan(Jakarta:PT Indeks,2011),hlm.79 30 31 sehingga current ratio bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko investasi ataupun beta saham. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus : x 100 % Current Ratio = Contoh Soal : Dari Neraca suatu perusahaan diketahui - Kas Rp 25.000.000,- Piutang Dagang Rp 75.000.000,- Barang dagangan Rp 200.000.000,- - Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,Jawab : Aktiva Lancar=25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000 Hutang Lancar= Rp 255.000.000,Current Ratio = x 100 % = 117.65 % = 118 % ( dibulatkan ) = 1.18 x ( artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar ) 32 8. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Debt Ratio (Rasio hutang) termasuk dalam rasio solvabilitas, rasio hutang menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan membiayai aset-aset perusahaan.31 Rasio hutang bisa dihitung dengan menggunakan rumus : Debt Ratio = Contoh soal : Diketahui : - Total utang (Liabiities) = 2.658.734 - Total Aset = 8.848.204 Jawab : Rasio DAR = Total Hutang = Total Aset 2.658.734 = 0.30048 = 30.04 % 8.848.204 Artinya : a. 30% aset yang dimilikinya dibiayai oleh hutang, baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek dan 70% aset lainnya dibiayai oleh Modal. b. Solvabilitas perusahaan sangat baik, karena dengan modal 70% dari aset, maka perusahaan punya kemampuan yang baik untuk melunasi semua kewajiban yang ada. 31 Arthur J.Keown,dkk,Manajemen Keuangan:Prinsip dan Penerapan(Jakarta:PT Indeks,2011),hlm.83 33 Rasio hutang mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan hutang. Jumlah dan proporsi hutang didalam struktur modal perusahaan sangatlah penting untuk menganalis keuangan karena harus memilih antara risiko atau tingkat pengembalian. Menggunakan hutang berkenaan dengan risiko karena hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan pelunasan pokok hutang.32 Kegagalan dalam memenuhi beban dapat dikatakan sebagai kebangkrutan, walaupun hutang berarti risiko, namun ini menunjukkan potensi perusahaan untuk memperbesar keuntungna bagi si pemilik. Karena jika hutang dikelola dengan baik maka laba operasi lebih besar dan cukup untuk menutup beban hutang. 9. Deviden Payout Ratio Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) ditentukan dengan formula dividen kas perlembar saham dibagi dengan laba per saham (earning per share) (EPS).33 Cash dividen merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan presentase laba yang akan dibagikan sebagai cash dividen disebut sebagai deviden payout ratio (DPR). Semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tesedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan.34 32 Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT Indeks,2008),hlm.233. 33 Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT Indeks,2008),hlm.257. 34 Sutrisno. Managemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta :EKONISIA,2000),hlm.321-322. 34 Sehingga Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus: Contoh soal : Diketahui : Deviden tunai per saham = 654,89 Laba per saham = 1. 280,70 Jawab : DPR = 654, 89 1.280,70 = 0,511 Jadi Deviden payout rationya adalah 0,511 Ketika memutuskan berapa banyak kas yang harus didistribusikan kepada para pemegang saham, para manjer keuangan harus senantiasa ingat bahwa sasaran perusahaan adalah adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham, sehingga rasio pembayaran sasaran sebaiknya sebagian besar didasarkan pada prefensi investor untuk dividen versus keuntungan modal: apakah investor menyukai (1) membiarkan perusahaan mendistribusikan laba sebagi dividen tunai, atau (2) membiarkan melakukan pembelian kembali saham atau menanamkan kembali laba ke dalam bisnis, yang keduanya seharusnya akan mengakibatkan terjadi keuntungan modal.35 35 Bringham & Housten, Empat,2006),hlm.69. Dasar-dasar Managemen Keuangan,(Jakarta:Salemba 35 10. Return on Assets Return On Assets (ROA) adalah pengembalian atas aset-aset tang menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan memhubungkan pendapatan bersih ke total aset.36 Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarrti profitabilitas perusahaan meningkat.37 Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus ini38: Contoh soal : Diketahui : - Laba bersih setelah pajak = Rp .428.849.175.516 - Total Aset 1.684.335.013.348.5 Jawab : ROA = 36 428.849.175.516 1.684.335.013.348.5 = 0.256410379 Atur J. Keown. et al. Manajemen Keuangan : prinsip dan penerapan, (Jakarta :PT INDEKS, 2011), Hlm 80. 37 Suad Husnan. Manajeman Keuangan – Teori dan penerapan, buku 2 (Yogyakarta : BPFE YOGYAKARTA, 1998), Hlm 53. 38 Farah Margaretha. Manajemen keuangan untuk Manajer nonkeuangan. (Jakarta : Erlangga, 2011), Hlm 26. 36 Semakin tinggi angka ROA maka semakin baik asumsi kinerja kerja perusahaan tersebut dari sisi pengelolaan ekuitasnya. 11. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI Syari’ah) Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah instrumen moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai kebijakan untuk mengatur kelebihan dana likuiditas perbankan syariah selain instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA) dan aturan-aturan tentang Pasar Keuangan Antarbank Dengan Prinsip Syariah (PUAS). Bank Indonesia sebagai penerbit dari Sertifikat Bank Indonesia Syariah telah menjalankan fungsinya sebagai pengawas perbankan. 39 Dalam struktur moneter Indonesia, peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral yaitu sebagai pembina dan pengawas bank-bank serta pengendali peredaran uang, maka dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Bank sirkulasi Sebagai bank sirkulasi, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengedarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran yang sah. Hak ini disebut dengan hak oktrooi. b. Ba ker’s ba k Bank sentral sebagai bankir bank-bank, artinya bank sentral sebagai salah satu sumber dana (yaitu dana dari pihak kedua, ditinjau dari bank umum) dimana bank-bank dapat meminta bantuan untuk menambah permodalan mereka dalam rangka pemberian pinjaman kepada nasabah. 39 Rachmadi Usman, Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait BMUI dan Takaful di Indonesia, hlm. 131. 37 Bentuk bantuan permodalan (modal kerja) dari Bank Indonesia disebut dengan kredit likuiditas. c. The Lender Of The Last Resort Dalam tingkat ini, Bank Indonesia disebut sebagai pemberi pinjaman pada tingkat yang terakhir. Dalam hal ini Bank Indonesia memberikan bantuan dengan fasilitas kredit likuiditas darurat. Fasilitas ini diberikan jika bank-bank mengalami kesulitan likuiditas sehingga dikhawatirkan tidak bisa memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera dapat ditagih.40 Akad yang digunakan adalah akad Jualah (imbalan), sehingga dipastikan tidak ada riba meskipun return yang diberikan Bank Indonesia terbilang cukupt tinggi. Tujuan penerbitan sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai otoritas moneter. BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. SBIS ditujukan sebagai salah satu instrumen operasi terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. SBIS syariah memiliki karakateristik sebagai berikut : a. Satuan unit sebesar Rp.1000.000,00 (satu juta rupiah) b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan ; c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless) d. Dapat diagungkan kepada Bank Indonesia; dan 40 M. Sinungan, Manajmen Dana Bank, hlm. 12 38 e. Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.41 B. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Evia Mutia da Muhammad Arfa me eliti de ga judul “A alisis Pengaruh Deviden Payout Ratio dan Capital Structure terhadap Beta Saham Syariah dengan Studi Pada Saham Syariah dan Non Syariah Perusahaan Non Keua ga di Bursa Efek I do esia” Pendekatan penelitian kuantitatif deskriptif. Variabel independen yang digunakan adalah variabel Deviden Payout Ratio dan Capital Structure sedangkan variabel dependenya adalah beta saham. Uji analisisnya menggunakan analisis regresi berganda dan menghasilkan bahwa jenis perusahaan (syariah dan Non syariah ) memiliki pengaruh yang positif terhadap beta saham , DPR dan Capital Structure secara bersama–sama berpengaruh terhadap Beta saham dan secara parsial hasil pengujian juga menunjukkan bahwa DPR dan CS mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Perbedaanya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh emiten non keuangan yang dikelompokkan dalam saham syaariah dan non syariah yang terdaftar pada perusahaan BEI dari tahun 2006-2008.42 41 Peraturan Bank Indonesia Nomor :10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. 42 Evi Mutia dan Muhammad Arfan,”Analisis Pengaruh Deviden Payout Ratio dan Capital Structure Terhadap Beta Saham :(Studi pada Saham Syariah dan Non Syariah Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Simposium Nasional XIII.Purwokerto.2010 39 Nucifera Julduha dan Indra Kusumawardhani, melakukan penelitian ya g berjudul “Pe garuh Net Profit Margin , Current Ratio, Debt To Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaa ya g terdaftar di Jakarta Islamic I dex”. Variabel yang digunakan adalah variabel independen (Net Profit Margin , Current Ratio, Debt To Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga) dan variabel dependen ( Beta Saham Syariah). Menggunakan uji analisis regresi berganda yang menghasilkan bahwa NPM, CR, DAR, dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah sedangkan secara parsial NPM berpengaruh terhadap beta saham syariah sedangkan CR, DAR dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2009-2011. Perbedaanya pada populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan termasuk ke dalam perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index tahun 2009-2011 sedangkan pemilihan sampel dengan purposive sampling.43 Sri kustini dan Selvi Pratiwi melakukan penelitian yang berjudul “Pe garuh Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan Earning Variability terhadap Beta saham Syariah”. Variabel yang digunakan adalah variabel independen (Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan Earning Variability) dan variabel dependen (beta 43 saham syariah). Dengan Nucifera Julduha da I dra Kusumawardha i, “Pengaruh Net Profit Margin , Current Ratio, Debt To Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol.18,No.2,Agustus 2013. 40 menggunakan uji analisis regresi berganda. Hasil penelitianya adalah variabel DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham, sedangkan variabel ROA dan EV berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap beta saham syariah. Berdasarkan uji simultan DPR, ROA dan EV tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham yang terdaftar di JII pada tahun 2007- 2009. Perbedaanya adalah penentuan sampel menggunakan purposive sampling pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 20072009.44 Primanda Oktodinata melakuka pe elitia ya g berjudul “Pe garuh Devidend Payout Ratio, Return on Asset, Financial Laverage, Assets Growth dan Structur Modal Terhadap Beta Saham (Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 BEI periode 2011-2014)” Variabel yang digunakan adalah variabel independen (Devidend Payout Ratio, Return on Asset, Financial Laverage, Assets Growth dan Structur Modal) dan variabel dependen (beta syariah). Dengan menggunakan vanalisis regresi berganda, menyimpulkan bahwa Deviden Payout Ratio dan Assets Growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham, sedangkan Return On Assets dan Struktur Modal secara Parsial berpengaruh signifikan terhadap Beta saham perusahaan yang masuk dan terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014. Serta Deviden Payout Ratio,Assets Growth dan Return On Assets dan struktur modal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Beta saham. Perbedaanya pada 44 Sri kustini dan Selvi Pratiwi“Pengaruh Deviden Payout Ratio, Return On Assets dan Earning Variability terhadap Beta saham Syariah”. Jurnal Dinamika Akuntansi.Vol.3,No.2,September 2011. 41 populasinya berjumlah 45 perusahaan yang sahamnya tergolong dalam indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 45 M.Y.Dedi Haryanto & Riyatno (2007) penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa tinggi rendahnya nilai kurs dan mempengaruhi besar kecilnya risiko.hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kurs maka risiko sistematik akan semakin tinggi juga.sedangka hubungan SBI dan risiko sistematis adalah negaif . artinya semakin rendah suku bunga SBI maka semakin tinggi risiko sistematis saham.46 Ming Chen melakuka pe elitia ya g berjudul “A alisis Pe garuh Perekonomian Makro dan Mikro yang Berpengaruh pada Risiko Sistematis Saham” variabel ya g digu aka adalah variabel eksogen (Kurs, Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar, assets Growth dan Debt to Equity) dan variabel endogen (risiko sistematis saham). Jenis penelitianya adalah penelitian kausalitas sedangkan jenis data penelitian termasuk kedalam penelitian kuantitatif. Hasil penilitian ini adalah Tingkat inflasi, kurs, jumlah uang beredar, DER dan asset growth berpengaruh secara serentak terhadap risiko sistematis saham. Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis saham sedangkan DER dan asset growth berpengaruh terhadap risiko sistematis saham. Perbedaanya yaitu sampel yang digunakan adalah perusahan yang sahamya 45 Prima da Oktodi ata, “Pengaruh Pengaruh Deviden Payout Ratio, Return on Asset dan Finacial Leverage, Assets Growth dan Struktur Modal terhadap Beta Saham Syariah,. 46 M Y Dedi Harya to, “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan Di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis.Vol.5,No.1,Maret 2007,hal 24-40 42 masuk dalam indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek indonesia selama periode 2006-2012.47 Adhilatul Hijah (2014) melakuka pe elitia ya g berjudul “Pengaruh suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas perusahaan terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) pada tahun 2011-2013” Variabel yang digunakan adalah variabel independen (suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas) dan variabel dependen (risiko investasi saham). Hasil dari penelitian tersebut adalah suku Bunga dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi, dan Kurs dan Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko investasi. Sedangkan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap risiko investasi. Perbedaanya pada sampel yang digunakan perusahaan farmasi yang terdaftar di DES tahun 2011-2013.48 Hanif Kautsar dan Asfi Manzilati melakukan penelitian yang berjudul “A alisis Pe garuh Retur Saham da Variabel Makro Eko omi terhadap Resiko Saham Syariah” Pe elitia i i me ggu aka metode data pa el Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel return dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap resiko saham syariah, sedangakan variabel BI Rate dan Kurs tidak berpengaruh terhadap Resiko Saham Syariah.49 47 Mi g Che ,”Analisis Pengaruh Perekonomian Makro dan Mikro yang Berpengaruh pada RisikoSsistematis Saham. JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014. 48 Adhilatul Hijah “Pengaruh Suku Bunga, Kurs, Inflasi dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) pada tahun 2011-2013.2014. 49 Hanif Kautsar dan Asfi Manzilati “Analisis Pengaruh Return Saham dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Resiko Saham Syariah”Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.pada tahun 2014 43 Anditya Soeroso melakuka pe elitia ya g berjudul “Faktor Fundamental (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Tur Over, Return On Invesment) terhadap risiko sistematis pada industri Food and Beverages di Bursa Efek I do esia” jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Variabel yang digunakan yaitu variabel independen (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Tur Over, Return On Invesment) dan variabel dependen (risiko sistematis) hasil penelitian menunjukkan CR, DER, TATO, ROI berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap risiko sistematis di perusahaan food and beverage. Perbedaanya pada populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverage pada BEI tahun 2008-2011.50 Iffa Nurdi a melakuka pe elitia ya g berjudul “A alisis Pe garuh Faktor Fu dame tal Terhadap Beta Saham” Variabel ya g digu aka yaitu variabel independen (asset growt, laverage,current ratio, Return On financial laverage,operating assets) dan variabel dependen (beta saham). Pengumpulan datanya menggunakan data panel (pooled data). Sumber datanya adalah sumber data swkunder dengan menggunakan ICMD 2006-2012, IDX Company Report 2006-2012 dan Yahoo finace.analisis datanya menggunakan analisis regresi berganda. Hasil estimasi dengan menggunakan regresi data panel pada indeks saham LQ 45 periode 20062012 menunjukkan bahwa secara simultan variabel asset growth, DER, 50 Andtya Soeroso “Faktor Fundamental (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Tur Over, Return On Invesment) Terhadap Risiko Sistematis pada Industri Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia” JURNAL EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 16871696. 44 DOL,CR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham. Secara parsial variabel DER, CR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham, sedangkan variabel DOL dan Asset Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham.51 Perbedaan penelitan ini dengan penelitian terdahulu terletak dari variabel bebas dan objek penelitiannya. Penelitian ini menggunakan variabel keuangan yang meliputi current ratio, debt to assets ratio, deviden payout ratio dan return on assets dan juga menambahkan variabel ekonomi yaitu menggunakan variabel SBI Syariah. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2010-2014. 51 Iffa Nurdina “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Beta Saham”Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.2014 45 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Judul Penelitian Variabel yang digunakan -variabel Analisis Data regresi Evi Mutia Pengaruh dan Arfan Deviden Payout independen: berganda berpengaruh terhadap beta saham keuangan yang dikelompokkan Ratio dan Capital DPR dan CS dan secara parsial hasil pengujian dalam saham syaariah dan non Structure terhadap -variabel Beta Saham 2. Sri Kustini Pengaruh Hasil Perbedaanya Penelitian DPR dan CS secara bersama-sama populasi nya seluruh emiten non juga menunjukkan bahwa DPR syariah yang terdaftar pada dependen: Beta dan CS mempunyai pengaruh perusahaan BEI dari tahun 2006- saham syariah terhadap beta saham. 2008 DPR, ROA dan EV tidak sampel menggunakan purposive berpengaruh signifikansi terhadap sampling pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2007-2009 regresi -variabel Dan Devidend Payout independen Selvi ratio, Return on DPR, ROA dan beta saham syariah. DPR Asset dan Earning EV berpengaruh negatif dan Pratiwi : berganda 46 variability terhadap signifikansi terhadap beta saham -variabel beta dependen saham Syariah . :Beta syariah, ROA dan EV saham syariah berpengaruh positif dan tidak signifikansi kan terhadap beta saham syariah. 3. Nucifera Analisis pengaruh Julduha dan deviden Payout Indra Ratio dan capital Kusumawar Stucture terhadap dhani -variabel Metode Secara simultan , NPM, CR, populasi penelitian ini adalah independen regresi DAR, Tingkat suku bunga seluruh perusahaan yang terdaftar :NPM, CR, DAR, berganda berpengaruh signifikan terhadap di BEI dan termasuk ke dalam Tingkat beta saham syariahpada perusahaan berbasis syariah yang suku beta saham(Studi bunga perusahaan yang terdaftar di tergabung dalam Jakarta Islamic pada saham -variabel Jakarta Islamic Index. Sedangkan Index tahun 2009-2011 syariah dan non dependen : secara parsial, NPM berpengaruh Syariah Beta Perusahan non syariah saham terhadap beta saham syariah, sedangkan CR, DAR, Tingkat 47 Keuangan di BEI) suku bunga tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di JII. 4 Primanda Pengaruh Var.independen Regresi Oktodinata Deviden payout : (2014 Ratio , Return on Laverage,Assets Assets ,Finacial Growth Laverage, Assets Struktur Modal Assets dan Struktur Modal secara Growth dan Var. Independen : Parsial Struktur Modal Beta Saham terhadap Beta saham perusahaan ROA,Finacial linier dan berganda Deviden Payout Ratio dan Assets populasinya Growth secara parsial perusahaan yang tidak sahamnya tergolong dalam indeks berpengaruh signifikan terhadap LQ 45 yang terdaftar di BEI beta saham, sedangkan Return On periode 2011-2014 berpengaruh signifikan Terhadap Beta yang masuk dan terdaftar dalam Saham indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Serta Periode Deviden 2011-2014. Payout Ratio 48 ,Assets Growth dan Return On Assets dan struktur modal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Beta. 5 M.Y.Dedi Pengaruh Haryanto & bunga Riyatno Bank suku variabel sertifikat independen Indonesia :suku dan Nilai Kurs Bank terhadap Regresi hasil ini menunjukkan bahwa linier semakin tinggi nilai kurs maka Bunga berganda risiko sistematik akan semakin Indonesia tinggi juga.sedangka hubungan risiko dan Nilai Kurs - SBI dan risiko sistematis adalah Sistematik saham variabel negaif . artinya semakin rendah perusahaan suku bunga SBI maka semakin BEJ di dependen : Risiko Sistematik tinggi risiko sistematis saham. saham syariah 6 Ming Chen Analisis pengaruh variabel Regresi Tingkat inflasi, kurs, jumlah uang sampel yang digunakan adalah 49 (2014) Perekonomian independen Makro dan Mikro :suku Bunga linier beredar, DER dan asset growth perusahan yang sahamya masuk berganda berpengaruh secara serentak dalam indeks LQ-45 yang yang berpengaruh Bank Indonesia, terhadap risiko sistematis saham. terdaftar di Bursa Efek indonesia pada Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah selam a periode 2006-2012 risiko jumlah uaang sistematis saham yang uang beredar tidak berpengaruh beredar,DER dan terhadap risiko sistematis saham Asset Growth- sedangkan DER variabel dan asset growth berpengaruh dependen : terhadap risiko sistematis saham. Risiko Sistematik. 7 Adhilatul Hijah “pe garuh suku variabel Regresi Hasil Bunga, Kurs, independen linier adalah suku Bunga dan Likuiditas perusahaan farmasi yang terdaftar Inflasi dan :suku Likuiditas kurs, Inflasi dan Bunga, berganda dari penelitian tersebut sampel yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap di DES tahun 2011-2013 risiko investasi, dan Kurs dan 50 perusahaan Likuiditas Inflasi tidak berpengaruh secara terhadap risiko -variabel signifikan terhadap risiko investasi saham dependen : investasi. Sedangkan secara pada perusahaan Risiko Investasi bersama-sama berengaruh secara Farmasi yang signifikan terdaftar di Daftar investasi terhadap risiko Efek Syariah (DES) pada tahun 2011-2013. 8 Hanif “A alisis Kautsar dan Pengaruh Return Asfi Manzilati variabel Analisis Hasil independen regresi bahwa variabel return dan inflasi Saham dan :Return,Inflasi Variabel Makro BI Rate dan Kurs Ekonomi terhadap -variabel , linier penelitian menunjukkan memiliki pengaruh yang negatif Bergand terhadap resiko saham syariah, a sedangakan variabel BI Rate dan 51 9 Resiko Saham dependen : Kurs tidak berpengaruh terhadap Syariah” Risiko Investasi Risiko Saham Syariah. Andtya “Faktor variabel Analisis hasil penelitian menunjukkan CR, populasi Soeroso Fundamental independen regresi DER, TATO, ROI berpengaruh adalah seluruh perusahaan food (Current Ratio, :CR, Debt to Equity TATO, ROI terhadap Ratio, Total -variabel perusahaan food and beverage Assets Tur Over, dependen : Return On Risiko Sistematis Invesment) terhadap risiko sistematis pada industri Food and Beverages di DER, berganda secara simultan risiko dan dalam penelitian ini parsial and beverage pada BEI tahun sistematis di 2008-2011. 52 Bursa Efek I do esia” 10 Iffa Nurdina Analisis Pengaruh variabel Analisis menunjukkan bahwa secara Populasi yang digunakan adalah regresi simultan variabel asset growth, pada indeks saham LQ 45 periode Faktor independen: Fundamental (asset Terhadap Beta financial laverage berganda berpengaruh signifikan terhadap Saham ,operating variabel laverage,current parsial variabel DER, CR, dan ratio, Return On ROA assets) terhadap variabel beta saham, growt, linier dan DER, DOL,CR beta dan saham. berpengaruh ROA 2006-2012 Secara signifikan variabel sedangkan variabel DOL dan dependen : (beta Asset Growth tidak berpengaruh saham). signifikan terhadap variabel beta saham 53 2. Kerangka Berpikir Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang dikembangkan diatas, makadapat disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari variabelindependen, dalam hal ini adalah CR, DAR , DPR, ROA dan SBIS Terhadap variabel dependen, yaitu beta saham syariah adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis CR DAR BETA SAHAM DPR SYARIAH ROA SBIS a. Hubungan Current Ratio terhadap Beta Saham Current Ratio merupakan salah satu satu rasio likuiditas perusahaan adalah kemempuan untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo (hutang jangka pendek). Semakin tinggi angka rasio likuiditas, akan semakin baik bagi investor. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung akannaik karena tingginya permintaan. 54 Kenaikan hargasaham ini mengindikasikan meningkatnya kinerja perusahaan dan hal ini juga akan berdampak pada para invesor karena mereka akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya.52 b. Hubungan Debt to Assets Ratio terhadap Beta Saham Rasio hutang mengukur sejauh mana perusahaan mendanai dengan hutang. Menggunakan hutang berkenaan dengan risiko karena hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan pelunasan pokok hutang. Dengan demikian Rasio hutang sebagai suatu risiko, sehingga current ratio bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana risiko investasi ataupun beta saham.53 c. Hubungan Deviden Payout Ratio terhadap Beta Rasio pembayaran dividen ditentukan dengan formula dividen kas perlembar saham dibagi dengan laba per saham. Semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tesedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan, sehingga sangat mempengaruhi minat investor untuk memebeli saham dan juga akan berpengaruh terhadap beta saham syariah.54 52 Makaryanawati dan Misbakhul Ulum,”Pengaruh Perekonomian Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.Malang Surabaya. 53 Lyn M. Fraser & Aileen Ormiston, Memahami Laporan Keuangan (Jakarta:PT Indeks,2008),hlm.233. 54 Sutrisno. Managemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta :EKONISIA,2000),hlm.321-322 55 d. Hubungan Return on Assets terhadap Beta Return on Assets adalah rasio antara laba setelah pajak atau Net Income After Tax terhadap total Assets. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik akan menguntungkan para pemegang saham karena kemungkinan dividen yang akan diterima semakin meningkat.55 Dengan demikian, akan semakin membuat para investor dan atau calon investor tertarik untuk menanamkan danaya kedalam perusahaan. Jika permintaan atas saham perusahaan semkin banyak maka harga saham perusahaan tersebut cenderung meningkat. Seiring dengan meningkatnya harga saham, maka capital Gain (Actual Return) dari saham tersebut juga mengalami peningkatan. Jadi, dapat diimpulkan bahwa peningkatan harga saham akan mengakibtakan risiko semakin tinggi. e. Hubungan SBI Syariah terhadap Beta Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, Ceteris paribus. Artinya, apabila suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, Ceteris paribus, dan sebaliknya apabila suku bunga naik, maka return investasi yang terkait dan suku bunga akan naik. Kondisi tersebut menarik investor yang sebelumnya berinvestasi dalam saham beralih ke investasi deposito dan tabungan. Apabila 55 Asbi Rachma Faried, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI peride 2002-2006” Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang,2008,hlm,31 56 banyak investor melakukan Penjualan saham besar-besaran maka harga saham akan turun dan berakibat risiko terhadap harga saham. 56 3. Hipotesis Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pendapat , jawaban atau dugaan yang bersifat sementara dari suatu persoalan yang diajukan , yang kebenaranya masih perlu dibuktikan lebih lanjut . Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1 Ho1 : di duga Current ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ha1 : di duga Current ratio berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014 Ho2 : di duga Debt to asset ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ha2 : di duga Debt to asset ratio berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ho3 : di duga Deviden Payout Ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. 56 Eduardus Tandellin. Analisis Investasi Manajemen Portfolio, BPFE, Yogyakarta.2001. hlm,48 57 Ha3 : di duga Deviden Payout Ratio berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ha4 : di duga Return on Assets tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ho4 : di duga Return on Assets berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ho5 : di duga SBIS tidak berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ha5 : di duga SBIS berpengaruh secara parsial terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Hipotesis 2 Ho6 : di duga Current ratio, debt to asset ratio,Deviden Payout Ratio, Return on Assets, SBIS secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014. Ha6 : di duga Current ratio, debt to asset ratio,Deviden Payout Ratio, Return on Assets, SBIS secara bersama-sama berpengaruh terhadap beta saham syariah yang terdaftar di JII pada tahun 2010-2014.