RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP-3K) / RENCANA TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA Oleh: Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Hp. 081585659073 Subandono - KKP PENGERTIAN MITIGASI BENCANA (UU 27/2007 JO. UU 1/2014) Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. R= B x K/C R = Resiko B = Bahaya K = Kerentanan C = Kemampuan BAHAYA -ABRASI -Banjir -Tanah longsor -Gempa -Tsunami -Badai KEMAMPUAN -invesmen -Sumberdaya -Pengetahuan -Peraturan Risiko (risk) adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana, dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat A Bahaya = kejadian yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau korban jiwa man KERENTANAN -Lokasi -Kemiskinan -Dsb B ijak C uai Kerentanan = kondisi bilologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi suatu masyarakat yg mengurangi kemampuan masy mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak tertentu Bencana (disaster) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahanlahan, yang menyebabkab hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya. Subandono - KKP RUMUS YANG DIGUNAKAN R = (BxK)/C ==> rumus umum R = (B/C) x K artinya Bahaya bisa direduksi dengan meningkatkan kapasitas dengan membangun tembok/ menanam pohon penahan sea level rise/tsunami R = B x (K/C) artinya kerentanan bisa direduksi dengan meningkatkan kapasitas dengan membuat tata ruang, undang-undang, building code untuk bangunan ramah perubahan iklim, perbaikan lingkungan, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan pengetahuan dll Subandono - KKP GEMPA • Gempa merupakan peristiwa alam, terjadi secara mendadak, timbul sebagai akibat pergeseran relatif batuan/lempeng tektonik/kerak bumi, dalam banyak kasus menimbulkan banyak kerugian harta benda, bahkan korban manusia. • Gempa tidak dapat diramalkan tempat dan waktu terjadinya secara pasti!! • Hanya bisa dideteksi setelah terjadi gempa Subandono - KKP AKTIVITAS GEMPA BUMI DI INDONESIA Lempeng Pasifik 12 cm/tahun Lempeng Eurasia Pertemuan Lempeng Kalimantan Pertemuan Lempeng Sumatra Papua Sulawesi Jawa Lempeng Indo-Australia 5-7cm/tahun Kedalaman : < 50 Km 50–100 Km 100-200 Km 200-300 Km >300 Km Subandono - KKP PERTEMUAN LEMPENG PERTEMUAN LEMPENG LEMPENG Indo Australia BENUA DAN SAMUDRA 200-300KM LEMPENG BENUA EURASIA DISTRIBUSI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TSUNAMI TSUNAMI Tsunami…. adalah gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, letusan gunung api di laut, atau longsoran (land-slide). Subandono - KKP PESISIR RAWAN TSUNAMI DI INDONESIA 32 ?? 20 9 25/10/2010 2010 ? ?35 ? ? ? 11 ? 3? ? ? 1965 : Seram Sanana (71 Tewas) 1998 : Tabuna, Taliabu, (34 Tewas) Subandono - KKP 2 PROSES TERJADINYA TSUNAMI AKIBAT GEMPA Sesar Naik Sesar Horisontal 1. Kekuatan >6,5 Skala Ritcher 2. Kedalaman Gempa < 60 km 3. Terjadi deformasi vertikal dasar laut ( ) cukup besar Subandono - KKP BANGUNAN DENGAN BANYAK PINTU DAN JENDELA RELATIF AMAN TERHADAP TSUNAMI Mosque still withstood Mosque at Ujung Pancu Direct tsunami impact Mosque at Lampeuk, Lhok Nga Other Mosque Subandono - KKP GREENBELT DAPAT MEREDAM TSUNAMI KERRY SHIEH©2005 Subandono - KKP RUMAH PANGGUNG AMAN TERHADAP TSUNAMI Arah aliran Subandono - KKP BANGUNAN DENGAN POSISI TEGAK LURUS GARIS PANTAI RELATIF AMAN TERHADAP TSUNAMI WC Komunal Bangunan sejajar pantai Bangunan tegak lurus pantai Darat Stream line Garis pantai Laut TSUNAMI Cilacap Windarapayung Wetan TSUNAMI Subandono - KKP BUKIT TEMPAT YANG BAIK UNTUK EVAKUASI Banyak orang meyelamatkan diri dengan mobil meninggal. Sedangkan yang naik ke bukit selamat Subandono - KKP SCHEMATIC DRAWING OF RAISED EVACUATION ROUTE Subandono - KKP SHELTER DI BANGLADESH UNTUK SEKOLAH Subandono - KKP Mean Monthly Temperature (deg C) 29 Air Temperature, Jakarta-Semarang 28 27 26 25 24 1860 1880 1900 1920 1940 1960 1980 2000 Time-Years SUHU UDARA RATA-RATA BULANAN DI JAKARTA DAN SEMARANG SUHU MUKA AIR LAUT DI WAKATOBI PELELEHAN ES DI GREENLAND 1992 2002 2005 2002 2005 Lenyapnya tutupan salju di Gunung Jaya Wijaya Papua, Indonesia Subandono - KKP BUKTI PEMANASAN GLOBAL Jadikan adaptasi bagian dari keseharian kita Subandono - KKP 100 90 Tanjung Priok 80 70 60 50 40 Semarang 140 130 120 110 100 90 120 340 Jepara 110 320 100 80 280 70 260 60 1980 Batam 300 90 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 Tahun 220 Kupang 200 Elevasi (cm) Elevasi (cm) 30 150 180 160 200 Biak 180 160 140 280 Sorong 260 240 220 1990 1992 1994 1996 1998 2000 Tahun Laju kenaikan paras muka air laut 5-10 mm/tahun Subandono - KKP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAUPULAU KECIL DAMPAK GELOMBANG PASANG TERHADAP KEAMANAN BANGUNAN LOKASI AIR SALOBAR AMBON, 2006 LOKASI TIRTA KENCANA AMAHUSU, 2006 Subandono - KKP DAMPAK SEA LEVEL RISE TERHADAP MUNDURNYA GARIS PANTAI Subandono - KKP DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIOTA Terganggunya hutan mangrove Untuk laju perubahan muka air laut 100cm/100 th, maka : Terjadi pergeseran hutan mangrove ke hulu 57% kawasan hutan mangrove akan punah Terganggunya rasio sex penyu Subandono - KKP ROB DI SEMARANG Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa rob yang mengenangi daerah sarana pendidikan di Kecamatan Semarang Utara tanggal 6 Oktober 2010 jam 12:30 WIB Subandono - KKP ADAPTASI SPONTAN Posisi ventilasi rumah sebelum upaya peninggian dinding dilakukan Semarang, Jawa Tengah. Upaya adaptasi yang dilakukan setelah pengurugan dasar tidak dapat dilakukan lagi yaitu dengan peninggian dinding dan atap bangunan (Desa Jagalan, Kecamatan Semarang Utara, 2009) Semarang, Jawa Tengah. Atap bangunan yang semakin rendah menyebabkan upaya adaptasi lain seperti mengubah konstruksi dinding bagunan menjadi lebih tinggi Subandono - KKP Penataan Ruang Kawasan = Usaha Mitigasi Bencana • Mencegah/menghindari/menghilangkan bahaya terhadap kawasan (bisakah untuk bahaya alam?) • Mengurangi kerentanan kawasan • Meningkatkan ketahanan kawasan Rencana Tata Ruang Kawasan = Alat Mitigasi Bencana Subandono - KKP MITIGASI BENCANA “ Dalam menyusun rencana pengelolaan & pemanfaatan WP-3K terpadu, Pemerintah dan/atau Pemda wajib memasukkan dan melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di WP-3K sesuai dengan jenis, tingkat & wilayahnya ” Future disaster scenario ETA RENDAMAN TSUNAMI DI PADANG P Sta. 01 Sta. 02 Sta. 03 34 Subandono - KKP Peta Daerah Rawan Tsunami •Dikembangkan dengan menggunakan data historis serta aplikasi model numerik •Informasi ini selanjutnya akan diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis 1815.11.22 Ms=7.02 1857.5.13 Ms=7.0 1956.7.25 Data Historis Gempa Yang Menyebabkan Tsunami Lokal di Daerah Model (Bali dan Sekitarnya) 1985.4.13 Ms=5.2 Daerah Model 1930.7.19 Ms=6.5 Daerah Patahan 1994 1977 KONDISI AWAL MODEL SKALA KECIL NESTED GRID MODEL East Java Indian Ocean Bali East Java BALI Lombok Denpasar Indian Ocean Menit ke 0 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 5 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 10 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 15 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 20 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 25 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Hindia Menit ke 30 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 35 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 40 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 45 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 50 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 55 m Jawa Timur Lombok Denpasar Samudera Denpasar Hindia Menit ke 60 m Hasil Plot Muka Air Maksimum dan Minimum Digital Elevation Model Pulau Bali Tampak Atas 296000 298000 300000 302000 304000 306000 308000 310000 KELURAHAN PANJER KELURAHAN RENON N W KELURAHAN SEMINYAK DESA PEMECUTAN KELOD E KELURAHAN SANUR DESA SANUR KAUH 9038000 9038000 S DESA SESETAN KELURAHAN LEGIAN KELURAHAN SIDAKARYA DESA PEDUNGAN 9036000 9036000 DESA PEMOGAN 9034000 9034000 KELURAHAN KUTA KELURAHAN SERANGAN 9032000 9032000 KELURAHAN TUBAN Jalan Sung ai/Kali Titik Evakuasi Jalu r Evaku asi KELURAHAN KEDONGANAN Resiko Tin gg i G en angan m m m m m 9030000 9030000 5 4 3 2 1 296000 298000 300000 302000 304000 306000 308000 310000 JENIS KERENTANAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK • Kerentanan fisik dan lingkungan (jenis dan kekuatan struktur bangun-bangunan, kepadatan bangunan, bahan bangunan, greenbelt dsb.) • Kerentanan sosial-kependudukan (jumlah dan kepadatan penduduk, struktur penduduk – lanjut usia & balita, dsb.) • Kerentanan sosial-ekonomi (jumlah/proporsi penduduk miskin, pengangguran, keseragaman pekerjaan, dsb) • Kerentanan Kelembagaan (Peraturan perundangan termasuk tata ruang, Lembaga) Subandono - KKP KONSEPSI DASAR PENATAAN RUANG AKRAB BENCANA • Tidak mungkin menghilangkan potensi natural hazard, kecuali hanya menurunkan risikonya dengan melakukan risk assessment terhadap seluruh potensi bahaya alam yang ada dan membangun alat mitigasi struktural dan nonstruktural yang memungkinkan • Menurunkan kerentanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang ada sekaligus (bukan hanya terhadap tsunami saja) • Memperkuat ketahanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang dideteksi dengan penempatan fasilitas-fasilitas publik yang vital, terutama untuk evakuasi, hanya di lokasi yang relatif paling aman Subandono - KKP UPAYA MITIGASI BENCANA SECARA MENYELURUH UPAYA STRUKTUR (FISIK) ALAMI: • vegetasi pantai • pengelolaan ekosistem pesisir BUATAN : • penyediaan tempat logistik; • penyediaan sistem peringatan dini; • penggunaan bangunan peredam tsunami; • penyediaan fasilitas penyelamatan diri; • penggunaan konstruksi bangunan ramah bencana gempa dan tsunami • penyediaan prasarana dan sarana kesehatan. UPAYA NONSTRUKTUR (NON FISIK), a.l: • Penyusunan peraturan perundang-undangan • Penyusunan peta rawan bencana • Penyusunan peta risiko bencana • Penyusunan AMDAL • Penyusunan tata ruang • Penyusunan Rencana Zonasi • Pendidikan, penyuluhan, dan penyadara masyarakat MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT Subandono - KKP BENCANA MENATA RUANG KAWASAN • Optimasi sumber daya dalam ruang • Sinergi aktivitas/kegiatan pemanfaatan ruang • Minimasi konflik antar sumber daya dan antar stakeholders tata ruang Proses perencanaan partisipatif Menetapkan konsensus TINGKAT RISIKO yang diambil & implikasinya Subandono - KKP PERSOALAN PENENTUAN “TINGKAT RISIKO” KAWASAN RENCANA YANG DIAMBIL KOMPROMI POSITIVISME PERENCANA KONDISI IDEAL – TINGKAT SAFETY MAKSIMUM (TOTAL SAFE) ? FENOMENA PRAGMATISME WARGA BENCANA ITU TAKDIR – TINGKAT SAFETY RENDAH ASAL DAPAT DIMANFAATKAN Subandono - KKP Just After Tsunami Sumber : LHOK NGA http://www.spectroscopynow.com Sumber : Googleearth, 28 Desember 2011 Before Tsunami 5 yaeras after Tsunami Sumber : http://www.spectroscopynow.com KOTA MEULABOH (Before Tsunami) Sumber : http://www.spect roscopynow.com KOTA MEULABOH (Just AfterTsunami) Citra Sesaat Setelah Tsunami Sumber : http://www.spect roscopynow.com KOTA MEULABOH (5 years after Tsunami) Citra Tanggal : 28 Desember 2011 Sumber : Googleearth KOTA MEULABOH (Before Tsunami) Citra : Sebelum Tsunami Sumber : http://www.spect roscopynow.com KOTA MEULABOH (Just After Tsunami) Citra Sesaat Setelah Tsunami Sumber : http://www.spect roscopynow.com KOTA MEULABOH (5 Years Tsunami) Citra Tanggal : 28 Desember 2011 Sumber : Googleearth ALTERNATIF PENANGANAN TATA RUANG KAWASAN PESISIR RAWAN TSUNAMI BERDASARKAN TIPE KAWASAN PENANGANAN Pilihan Kota besar Kota kecil Perdesaan Menghindari pengembangan daerah terpaan. Pemanfaatan secara selektif ruang di kawasan terpaan Konstruksi bangunan ideal anti gempa & tsunami Pembelokan arus tsunami □ □ ▪ ■ ■ ▪ ■ ▪ ▪ □ ▪ ■ Buffer zone ▪ ▪ ■ Tanggul penahan tsunami/rob ■ ■ ■ Bangunan penyelamat ■ ■ ■ Ket.: ■ = Besar peluang untuk diterapkan; ▪ = Kemungkinan masih dapat diterapkan; □ = Kecil kemungkinan untuk diterapkan; Subandono - KKP a. Prinsip 1 : kenali kawasan pesisir rawan bencana/sebagai ancaman (tsunami, gempa, banjir, abrasi, sea level rise, badai, gelombang pasang); b. Prinsip 2 : kenali bentuk dan tipe wilayah pesisir (landai terjal, berbatu, berpasir,dll); c. Prinsip 3 : identifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir (perikanan, pariwisata, pemukiman, transportasi, dll) d. Prinsip 4 : identifikasi kebutuhan kawasan konservasi dan perlindungan bencana (mangrove, karang, hutan pantai, pulau penghalang, sand dune dll); e. Prinsip 5 : kenali karakter/fungsi sarana dan prasarana wilayah yang ditempatkan (break water, pelabuhan, bangunan tinggi, dll); f. Prinsip 6 : kenali karakter sosio-budaya, sosio-ekonomi wilayah pesisir (menentukan kerentanan dan resiko); g. Prinsip 7: kembangkan konsep zonasi/penataan ruang dgn keindahan, keselamatan, keberaturan Subandono - KKP Kondisi fisik, sosial, ekonomi sebelum gempa/tsunami Kondisi fisik, sosial, ekonomi sesudah gempa/tsunami Analisis tingkat kerusakan Wilayah terpaan/ kerusakan Bukan wilayah terpaan/kerusakan Proses Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pesisir terhadap tsunami/rob Hindarkan wilayah terpaan/rusak untuk pembangunan Dapat dihindari? Y Pengembangan fungsi lindung; taman, pertanian, perikanan, RTH. T Kurangi resiko tsunami: - memperlambat arus. - membelokkan air - menghambat terpaan air Penataan pembangunan baru Alokasi fungsi: - tidak bernilai tinggi. - intensitas rendah. - pembangunan kluster pada lokasi beresiko rendah Perancangan dan pembangunan bangunan baru untuk mengurangi kerusakan. Tindakan pencegahan Rencana Evakuasi: - vertikal. - horisontal. Subandono - KKP SENDAI CITY : LAND USE PLAN Subandono - KKP SENDAI CITY : TSUNAMI PREVENTION (kala ulang ribuan tahun) (kala ulang ratusan tahun) Subandono - KKP PERATURAN PERUNDANG2AN YANG TERKAIT DENGAN DEFINISI SEMPADAN PANTAI UU NO.26/2007 Tentang PENATAAN RUANG Penjelasan Pasal 5 Ayat (2) huruf b: kawasan perlindungan setempat, antara lain, SEMPADAN PANTAI, sempadan sungai, kawasan sekitar danau / waduk, dan kawasan sekitar mata air. UU No.27/2007 Tentang PWP3K Pasal 1 angka 21: Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Dalam Penjelasan: Cukup jelas. PP No.26/2008 Tentang RTRWN Pasal 56 Ayat (1): Sempadan pantai sbgmn dmksd dalam Pasal 52 Ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria: a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. SEMPADAN PANTAI DALAM UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WP3K UU No.27/2007 tentang PWP3K Pasal 31 (1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidrooseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain. (2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan : a. Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami; b. Perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; c. Perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya; d. Perlindungan terhadap ekosistem pesisir seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta; e. Pengaturan akses publik; serta f. Pengaturan untuk saluran air dan limbah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden. UU No.27/2007 Pasal 31 Ayat (1) : Pem.Daerah menetapkan Batas Sempadan Pantai yang disesuaikan dengan ‘KARAKTERISTIK’ (pantai) Faktor Kerentanan (internal) Ayat (2): Penetapan Batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan a - f Faktor Ancaman (eksternal) Ayat (3): Ketentuan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden Bagaimana: Cara menghitung lebar batasnya Tata cara penetapannya RANCANGAN PERPRES TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI Psl 6 Ayat (2): Penetapan BSP mengikuti ketentuan a - f a; b; c d Psl 7 ayat (1) Tinggi; Sedang; Rendah Psl 7 ayat (2) Indeks KERENTANAN Psl 7 ayat (3) Tinggi; Sedang; Rendah Ditentukan berdasarkan batas akhir keberadaan ekosistem pesisir ke arah darat R=A*K R = tingkat risiko A = tingkat ancaman K = tingkat kerentanan Psl 20 Psl 19 Ditentukan berdasarkan tingkat risiko bencana (Tinggi; Sedang; Rendah) Indeks ANCAMAN e; f Psl 6 ayat (2) huruf d Ekosistem pesisir : a. Lahan basah b. Mangrove c. Terumbu karang d. Padang lamun e. Gumuk pasir f. Estuaria;dan g. Delta Ditentukan berdasarkan jenis dan intensitas aktivitas di wilayah pesisir BAB III PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI Pasal 24 1) Sempadan Pantai yang telah ditetapkan, diprioritaskan untuk: a.ruang terbuka hijau; dan/atau b.mitigasi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2) Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan untuk: a. perikanan; b. pertanian; c. rekreasi Pantai; d. kehutanan; e. kegiatan penelitian; f. pertahanan dan keamanan; g. objek vital nasional; h. kepelabuhanan; i. bandar udara; j. perlindungan maritim; dan/atau k. ritual keagamaan. 3) Pemanfaatan Sempadan Pantai selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri. 4) Pemanfaatan Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) wajib memenuhi persyaratan: a. memberikan akses publik untuk melewati Pantai; b. membangun struktur dan sistem perlindungan Pantai yang memadai; c. memberikan alokasi ruang untuk saluran air dan limbah; dan d. dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan. Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan Sempadan Pantai diatur dengan Peraturan Menteri PERSANDINGAN BEBERAPA NORMA YANG DIATUR DI DALAM PP No.26/2008 DENGAN RANPERPRES BATAS SEMPADAN PANTAI PP No.26/2008 (Pasal 100) RANPERPRES SPD PANTAI (Pasal 24 dst) Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai Rekreasi pantai Ketenuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c Tidak semua bangunan yang tidak menunjang kegiatan rekreasi pantai otomatis dilarang, karena masih ada kegiatan lain yang lokasinya harus di tepi pantai, sehingga diatur jenisnya dalam pasal 24 (Belum ada pengaturan lebih lanjutnya) Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan Dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan PENUTUP • Pada prinsipnya tidak ada “tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K” yang sama atau seragam, meskipun sama-sama rawan bencana tsunami (mis: Hilo di Hawaii, Crescent di California, Taro di Jepang, atau Banda Aceh di Indonesia), karena selain faktor lokal (fisik, sosial, ekonomi) yang berbeda, selalu harus ada kompromi antara tataran konsepsi ideal (total safe!) dengan tataran pragmatisme masyarakat. • Tata ruang/RZWP-3-K sebagai alat mitigasi bencana pada prinsipnya adalah menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima/ditanggung oleh seluruh stakeholders • Tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K rawan bencana tsunami pada prinsipnya adalah tata ruang komposit yang juga sudah harus memasukkan faktor-faktor kerawanan bahaya alam lainnya seperti gempa, longsor, likuifaksi, banjir, badai/angin kencang, dll, di samping bencana teknologi dan bencana akibat ulah manusia. Subandono - KKP