i PERAN SUNGAI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI SEKITAR

advertisement
PERAN SUNGAI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI SEKITAR
ALIRAN SUNGAI CIDURIAN KAMPUNG KEBAGUSAN DESA MAYAK
KECAMATAN CURUG BITUNG LEBAK BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Bintang Tresna Prihartini
NIM. 109015000158
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013/1435 H
i
ABSTRAK
Bintang Tresna Prihartini. Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran
Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten
Lebak Banten. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sungai terhadap interaksi sosial disekitar
aliran sungai cidurian kampung kabagusan desa mayak kecamatan curug bitung lebak banten.
berdasarkan masalah yang diamati adalah sejauh mana peran sungai terhadap interaksi sosial
pada masyarakatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data
dalam menguji credibility dan transferability penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara dan pendalaman observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sungai mempunyai peran penting terhadap interaksi
sosial dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya hubungan sosial pada masyarakat
kampung kabagusan, sehingga sungai mempunyai peran tersendiri untuk menjadi bagian dari
proses interaksi sosial. Karena dengan adanya sungai cidurian penduduk kampung kebagusan
dapat melakukan proses interaksi sosial sebagaimana agar terjalinnya hubungan sosial yang baik.
Kata Kunci: Peran, Sungai, Interaksi Sosial.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Solawat beserta salam
senantiasa tercurah pada baginda Rasulallah SAW. Alhamdulillah Hirobbil
„alamin atas limpahan rahmat serta karunia-Nya yang tiada batas penulis akhirnya
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Sungai Terhadap Interaksi
Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak
Kecamatan Curug Bitung Lebak Banten” ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang
menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua ku tercinta, Bapak Ceceng Lomri (alm) yang selalu
menjadi motivasi saya walaupun beliau telah tiada. Dan Ibu Sultonah,
ibunda tercinta yang senantiasa memberikan do‟a, motivasi dan dukungan
baik moril dan materil kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
terimakasih banyak mamah untuk semua perjuanganmu selama ini. Maaf
jika teteh belum bisa menjadi anak kebanggaan. Tapi teteh selalu berusaha
untuk menjadi anak yang sholehah buat mamah. Terimakasih untuk kasih
sepanjang masanya. Semoga ini bisa menjadikan sedikit kebahagiaan
dalam hidup mamah. I love you soo much mom.
3. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ibu Nurlena Rifa‟i. P.hD
vi
4. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd dan
Sekertaris jurusan, Bapak Syarifpulloh., M.Si, yang telah tulus dan ikhlas
memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Syaripulloh M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Asep Supriadi selaku Sekretaris Desa yang sudah banyak
membantu dan mempermudah saya memberikan izin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
7. Terimakasih banyak yang tak hingga pula kepada sahabat-sahabatku
tercinta “Necis”, Eka Putri Awwalun Nisa, yang sangat berjasa dari mulai
awal hingga akhir, menemani berkeliling-keliling PU mencari refrensi,
menjadi motivator kegalauan hati. Untuk abangku satu-satunya Arif
Rahman Hakim, terimaksih banyak atas semua bimbingannya dan sudah
menjaga saya selama diperantauan ini. Herlinda Yuspita, yang selalu
mengajarkan tentang kata “Yakin” dan „Percaya diri”. Neneng Suwartini,
yang selalu sabar untuk semua pertanyaan-pertanyaan saya ketika bingung.
Faizah, yang sudah mengajarkan saya sabar. Terimakasih untuk kalian
semua sudah hadir dalam hidup saya, menemani, menjaga, dalam suka dan
duka. Sungguh tak ada kata yang lebih indah selain dari kata
„Persahabatan” kita. Terimakasih untuk kasih sayang tulus selama
persahabatan kita. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin sampai
kakek nenek dan tak lekang oleh waktu.
8. Untuk Aa Azkia Muharom Albantani terimakasih banyak atas motivasi
dan bantuannya selama ini. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi
kita dalam merengkuh keberkahannya yang hakiki dalam ikatan suci.
9. Terimakasih juga unuk teman-teman Himpunan Mahasiswa Banten
(HMB) yang selalu memberikan semangatnya.
10. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan pendidikan IPS angkatan
2009 yang sudah banyak memberikan informasi-informasi pentingnya.
vii
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas
doa dan bantuannya.
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti
untuk mendapatkan sebuah kebanggaan dengan gelar S.Pd. semoga setelah ini
saya dapat mempertanggungjawabkan apa yang telah didapat dikampus tercinta,
dengan pengamalan serta keikhlasan untuk mengamalkannya di bumi pertiwi,
Amin.
Jakarta, 14 Januari 2014
Bintang Tresna Prihartini
NIM. 109015000158
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ………………………………. .................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………………….
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………. .....
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH…………………… .............
iv
ABSTRAK ……………………………………………………………… ...
v
KATA PENGANTAR ………………………………………………… .....
vi
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. .
xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................
6
D. Perumusan Masalah ...........................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR .......
9
A. Peran ...................................................................................................
9
B. Sungai .................................................................................................
10
C. Interaksi Sosial ...................................................................................
20
D. Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial ..............................................
37
E. Kerangka Berfikir ...............................................................................
38
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
41
B. Populasi dan Sampel Penelitian .........................................................
42
C. Metode Penelitian ...............................................................................
43
D. Penelitian Relevan ..............................................................................
44
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
45
F. Instrumen Penelitian ...........................................................................
51
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................
54
H. Analisis Data ......................................................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................
59
A. Gambaran Umum Desa Mayak dan Kampung Kebagusan................
59
B. Sejarah Singkat Kampung Kebagusan ...............................................
67
C. Cerita Sungai Cidurian .......................................................................
69
D. Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial di DAS Cidurian ..................
71
BAB V PENUTUP ........................................................................................
73
A. Kesimpulan ........................................................................................
73
B. Saran-saran .........................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
75
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
79
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen penelitian .......................................................
51
Tabel 3.2
Nama-nama Informan Penelitian ..................................................
52
Tabel 4.1
Nama-nama Struktur Organisasi Desa Maya ................................
59
Tabel 4.2
Jumlah RT dan RW di Desa Mayak ……………………………..
60
Tabel 4.3
Jarak Tempuh ……………………………………………………. 61
Tabel 4.4
Sumber Penghidupan Di Kampung Kabagusan …………………. 63
Tabel 4.5
Luas Panen anen,rata-rata Hasil Perhektar dan Produksi padi Sawah
Di Desa Mayak ………………………………………………………… 63
Tabel 4.6
Perkebunan Produksi Buah-Buahan Di Desa Mayak …………….
Tabel 4.7
Sarana Transportasi Jalan Di Desa Mayak ………………………. 64
Tabel 4.8
Kondisi Jalan di Desa Mayak ……………………………………. 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Uji Referensi
Lampiran 2
Dokumentasi
Lampiran 3
Monografi Desa
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
Lampiran 5
Pedoman Observasi
Lampiran 6
Data Responden
Lampiran 7
Data Hasil Wawancara
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian Dari Fakultas
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian Dari Desa
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi
Banten. Luas wilayah kabupaten Lebak 304.47. dengan jumlah penduduk 1.204.095
jiwa (BPS Kab. Lebak). Secara adminsitratif, kabupaten Lebak terdiri dari 28
kecamatan, 340 desa, dan 5 kelurahan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Masyarakat di Kabupaten Lebak yang diperoleh
berdasarkan
Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susennas ) dengan 3 indikator, yaitu: Indikator Harapan Hidup,
Indikator Pendidikan dan Indikator Daya Beli. Secara umum karakter masyarakat di
kabupaten Lebak dapat menerima hal-hal baru yang menunjang pembangunan
ekonomi, antara lain adanya penanaman modal dari dalam maupun luar negeri,
dengan persyaratan yang dilibatkan dalam menjalankan kegiatan.1
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan kelurahan adalah
wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah kerja kecamatan.
Jumlah desa dan kelurahan di kabupaten Lebak pada tahun 2008 sebanyak 340 desa
dan 5 Kelurahan yang tersebar di 28 Kecamatan. Perlu diketahui bahwa pada tahun
2006, jumlah desa/kelurahan di kabupaten Lebak sebanyak 315 desa dan 5 kelurahan.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, maka dikeluarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2008 mengenai pemekaran 25
1
Dishubkominfo Provinsi Banten, http://bantenprov.go.id/read/page-detail
wilayah/4.html, diakses pada tanggal 11 April 2013.
/peta-
2
desa di kabupaten Lebak yang pada akhirnya jumlah desa/kelurahan berjumlah 340
desa dan 5 kelurahan.2
Desa menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1979, menyatakan desa adalah
wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat
yang mempunyai organisasipemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik
Indonesia.3 Sedangkan menurut undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah menyebutkan bahwa “istilah desa disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat seperti; Nagari, Kampung, Huta, Bori, dan
Marga”.4
Masing-masing desa mempunyai ciri-ciri tersendiri terutama perilaku anggota
masyarakatnya. Secara umum desa mempunyai hak untuk mengatur rumah tangganya
sendiri dalam arti desa mampu membiayai kegiatan-kegiatan rutin dan pembangunan
serta mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat desanya.
Berdasarkan tingkat perkembangannya desa di Indonesia dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu desa swadaya, dimana pada kegiatan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya mereka masih bersifat tradisional. Desa swakarya
adalah desa yang keadaannya sudah mulai meningkat dibandingkan desa swadaya,
mulai dari pekerjaannya yang mulai beragam, mulai tidak terisolasi, dan mulai
memanfaatkan fungsi lembaga-lembaga yang ada di desa. Sedangkan desa
swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang
ada di desa secara optimal.5
Kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten LebakBanten adalah bagian dari Provinsi Banten, yang merupakan sebuah kampung dimana
2
BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten,
http://www.lebakkab.go.id
/index.php?pilih=hal&id=27
3
Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pemerintahan Desa, (Nomor 5 Tahun 1979),
h.2.
4
Undang-undang Refublik Indonesia, Tentang Pemerintah Daerah, (Nomor 22 tahun 1999).
5
Syamsir salam,dkk. Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2008), h. 41.
3
terdapat aliran sungai yang alirannya menjadi perbatasan antara kabupaten Bogor
Jawa Berat dan kabupaten Lebak Banten. Sungai ini dinamakan oleh penduduk
setempat dengan sebutan “Cidurian”. Sungai Cidurian ini merupakan salah satu
sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat mempunyai arti dan peran yang
besar, salah satunya
terhadap interaksi sosial pada masyarakat setempat. Aliran
sungai tersebut dijadikan tempat mencuci pakaian, mencuci piring dan sebagai
pemunuh kebutuhan pertanian dan yang lainnya. Di sinilah biasanya masyarakat
setempat secara tidak langsung melakukan interaksi, baik antara inidividu satu
dengan yang lain, maupun individu dengan kelompok.
Desa menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman
diarea pedesaan (rural). Di Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administrative
di Indonesia dibawah kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Desa.6
Menurut Bintarto, desa adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis, politik, dan budaya di suatu wilayah
dalam hubungan dengan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, desa sering disebut dengan istilah “kampung”, yaitu suatu
daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota dan dihuni oleh sekelompok
masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian di bidang agraris. Suatu daerah
dikatakan desa, jika masih memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan daerah
lain di sekitarnya. Berdasarkan pengertian Direktorat Jenderal Pembangunan Desa
(Dirjen Bangdes), desa memiliki empat ciri yaitu :
1) Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio) cukup besar.
2) Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris).
3) Hubungan antar warga desa masih sangat akrab.
4) Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku.
Pola keruangan desa menurut pengertian lama, kehidupan masyarakat
pedesaan dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut :
6
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 207
4
1) Desa dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam.
2) Iklim dan cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap petani sehingga warga
desa banyak tergantung pada perubahan musim.
3) Keluarga desa merupakan unit sosial dan unit kerja.
4) Jumlah penduduk dan luas wilayah desa tidak begitu besar.
5) Kegiatan ekonomi mayoritas agraris.
6) Masyarakat desa merupakan suatu paguyuban.
7) Proses sosial di desa umumnya berjalan lambat.
8) Warga desa pada umumnya berpendidikan rendah.7
Seperti halnya yang telah dikemukakan diatas, kampung kabagusan desa Mayak
kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak adalah masyarakat yang masih
menggantungkan kehidupannya pada alam, juga sangat memperhatikan hubungan
sosial mereka dimana daerah aliran sungai (DAS) ini sangat berperan penting dalam
kehidupan mereka.
Pada umumnya masyarakat mencuci dan mandi di sungai disebabkan karena
mereka tidak memiliki kamar mandi atau sumur di rumah mereka. Ada juga
kebiasaan dari masyarakat yang sudah memiliki kamar mandi, sumur bahkan pompa
air, tetapi masih melakukan kegiatan tersebut di sungai. Kalau kita melihat tindakan
dan perilaku masyarakat tersebut, sangatlah tidak bisa dikaji dan ditelusuri dengan
akal murni kita. Apabila ditinjau dari segi medis, perilaku mereka sangatlah tidak
sehat. Tetapi bila ditinjau dari segi sosiologis, mereka melakukan kegiatan mandi
dan mencuci di sungai tersebut disebabkan karena sungai merupakan pusat terjadinya
pola-pola hubungan sosial. Fenomena inilah yang terjadi di kampung Kabagusan desa
Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak-Banten dikarenakan sungai yang
biasa disebut Cidurian inilah mereka dapat berinteraksi dengan individu lain serta
mengekspresikan diri mereka. Daerah tepian sungai merupakan wilayah yang sangat
subur dimana alirannya menjadi pembatas antara kabupaten Lebak dan kabupaten
7
Op.cit, hal 155.
5
Bogor. Sungai Cidurian mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat serta menjadi agen penting untuk saling berinteraksi dengan masyarakat
setempat.
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya
mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. 8 Sedangkan
menurut Herbert Spencer masyarakat adalah “suatu organisme berevolusi menurut
pertumbuhan manusia seoerti tubuh yang hidup, masyarakat bermula seperti kuman
yang berasal dari massa yang dalam, segala hal dapat di bandingkan dengan massa itu
dan sebagian di antaranya akhirnya dapat didekati”.9
Manusia mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya semenjak dia
dilahirkan ke dunia. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi
setiap manusia sehingga dia akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya,
seperti untuk diterima orang lain, untuk menjadi anggota satu kelompok, diakui, dan
seterusnya. Definisi lain menyatakan bahwa masyarakat dapat didefinisikan sebagai
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial.10
Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru
akan terjadi apabila manusia dalam hal ini orang perorangan atau kelompokkelompok manusia bekerja sama.11 Pada masyrakat kampung Kabagusan, mereka
melakukan pergaulan hidup untuk menghasilkan sebuah interaksi ketika melakukan
kegiatan disekitar aliran sungai Cidurian. Dalam hubungan antara seorang manusia
dengan manusia lainnya, resonansi mempunyai arti yang penting sekali. Resonansi
sebagai jawaban timbal balik dari perasaan-perasaan dan kecenderungan,
8
Wawan Setiadi, Pengertian Masyarakat, http://wawan-junaidi.blogspot.com/2012/03/
pengertian-masyarakat.html, diakses pada Rabu, 23 Januari 2013.
9
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008), cet. Pertama, h. 156.
10
Op. cit, h. 74
11
Elly Setaiadi, ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group 2008), hal. 90
6
mempertalikan sesama manusia dan ikut menyebabkan meluasnya “aku’ menjadi
“kita”.12
Dilihat dari permasalahan diawal latar belakang yang telah dikemukakan,
dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dalam suatu
masyarakat tentu tidak akan mampu hidup menjadi seorang yang individu untuk
bertahan hidup. Tentunya manusia akan selalu membutuhkan bantuan orang lain
sebagai mahluk sosial salah satunya adalah manusia atau individu membutuhkan
teman untuk berinteraksi dengan individu lainnya dalam kehidupan. Dengan adanya
pemasalahan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi berjudul
“PERAN SUNGAI TERHADAP INTERAKSI DI SEKITAR ALIRAN SUNGAI
CIDURIAN (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung
Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak)”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang di atas, masalah yang dapat teridentifikasi yaitu kurang
adanya interaksi antar warga masyarakat jika mereka sedang tidak berada di sungai
Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curugbitung Kabupaten
Lebak Banten.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas serta untuk
memudahkan pembahasan dalam skripsi ini dan juga untuk menjaga agar penelitian
lebih fokus dan terarah, serta tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran maka
masalah yang diteliti dibatasi pada :
a) Peran sungai bagi masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan
Curugbitung Kabupaten Lebak.
12
P.J. Bouman, ilmu Masyarakat Umum, (Jakarta: Pustaka Sardjana), hal. 31
7
D. Perumusan Masalah
Berdasaarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang
akan dikaji pada penelitian ini yaitu:
Bagaimana hubungan antara peran sungai dengan interaksi sosial masyarakat
disekitar aliran sungai Kampung Kabagusan Kecamatan Curug Bitung Kabupaten
Lebak Banten?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui peran sungai terhadap interaksi di sekitar aliran Sungai Cidurian
Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak
Banten.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat setempat lebih
mengetahui Peranan sungai terhadap interaksi sosial bagi mereka.
2. Setelah diadakannya peelitian ini diharapkan masyarakatnya bisa menjaga
kebersihan daerah aliran sungai
3. Bagi penulis dapat memberikan pengalaman berharga dan menambah ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang sosiologi.
4. Bagi mata pelajaran sosiologi tentunya tidak akan lagi dipandang sebagai
suatu mata pelajaran yang membosankan, melainkan menjadi mata pelajaran
yang menantang karena kita dapat terjun langsung ke lapangan.
5. Bagi jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial menambah khazanah
pemikiran kita untuk tidak bosan-bosannya menggali ilmu untuk bisa
mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Peran
Ada beberapa makna dari peran, jika kita telisik lebih jauh lagi maka kita
akan banyak mendapatkan makna dari kata “peran”. Kata peran dapat kita
jelaskan satu persatu, salah satunya dapat dijelaskan dengan melihat beberapa
terjemahan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna yang Pertama,
suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam
dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani
Kuno (Romawi). Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang
disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor dalam sebuah pentas
drama. Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial,
yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang
ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial.
Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan
bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh
aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu
“penampilan/unjuk peran (role performance.13
Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran
yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peran-peran tersebut.
Sedangkan Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin ( 1994;768 )
dalam buk “ensiklopedia manajemen“ mengungkap sebagai berikut :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen
2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.854
8
9
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.14
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan
merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang
usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua)
variabel yang merupakan hubungan sebab akibat.
Fungsi peran disini digantikan bukan kepada manusia atau posisi manusia.
Peran disini diartikan lebih kepada fungsi fisik yaitu peran sungai terhadap
interaksi sosial masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug
Bitung kabupaten Lebak-Banten.
B. Sungai
1. Pengertian Sungai
Manusia sebagai mahluk hidup yang tentunya tidak dapat lepas dari peran air
sebagai salah satu kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidup, Keberadaan air
menjadi salah satu wujud kekuasaanNya. Air dapat berupa laut, danau, dan juga
sungai. Berbicara tentang sungai maka tidak dapat dipisahkan dengan daerah
aliran sungai dimana daerah aliran sungai merupakan jalan yang membawa sungai
tersebut kepada batas muaranya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ sungai aliran yang besar
(biasanya buatan alam) itu dapat dilayari kepedalaman. Bawah tanah airan sungai
yang mengalir melaui ruang antara yang sangat besar, seperti gua yang
bersambungan”.15
Berbicara tentang sungai maka berkaitan pula dengan daerah aliran
sungai menurut UU no. 7 tahun 2004, “Daerah aliran sungai (DAS)
merupakan ruang di mana sumber daya alam, terutama, vegetasi, tanah
dan air, berada dan tersimpan serta tempat hidup manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagai wilayah daerah aliran sungai juga dipandang sebagai
ekosistem dari daur air sehingga DAS didefinisikan sebagai suatau
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
14
Solid Converter Pdf. tt
15
Op.cit, h. 1356
10
anak sungainya.. yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut
secara alami. Batas didarat merupakan pemisah topografi dan batasdilaut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan”.16
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata ruang sumber daya alam
salah satunya adalah daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai tempat bertahan
hidup bagi mahluk hidup yang ada di dunia, termasuk untuk bertahan hidup
manusia.
Selanjutnya dijelaskan oleh Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai,Kementrian Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.
“Daerah aliran sungai yang dipandang sebagai ekosistem tata air dan
digunakan sebagai unit pengelolaan sumber daya alam vegetasi, tanah
dan air yang rasional, merupakan wilayah daratan dengan batas alam
berupa punggung-punggung bukit sehingga tidak selalu bisa berhimpitan
dengan batas adminitrasi pemerintahan. Dengan demikian perbedaan
batas wilayah tersebut tidak perlu dipertentangkan tetapi perlu ditata
keselarasannya, agar keterkaitan antar wilayah adiministrasi dalam
satuan DAS bisa terhubung secara serasi melalui jalinan daur hidrologi.
Penggunaan Das sebagai satuan wilayah pengelolaan adalah untuk
memberikan pemahaman secara rasional dan obyektif bahwa setiap
kegiatan yang dilakukan disuatu tempat (on site) dibagian hulu DAS
memiliki dampak atau implikasi ditempat lain (off site) dibagian hilir
DAS. Atau sebaliknya bahwa pemanfaatan sumber daya alam diwilayah
hilir merupakan hasil dari daerah hulu yang secara daerah otonomi atau
administrasi berbeda wilayah pengelolaannya”.17
Dapat disimpulkan bahwa selain merupakan ekosisitem yang sangat
penting bagi kehidupan mahluk hidup, daerah aliran sungai perlu ditata
keselarasannya agar daerah aliran sungai dapat berfungsi dengan baik. Jika sudah
berfungsi dengan baik maka daerah aliran sungai hulu tengah dan hilir pun dapat
berfungsi dengan baik pula.
16
UU no. 7 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, tentang Sungai, no. 38
tahun 2011
17
Paimin, dkk, Sistem Perencanaan Pengelolaan daerah Aliran Sunga,Kementrian
Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi, (Bogor : Pusat penelitian pengembangan konservasi dan rehabilitasi, 2012), hal. 5
11
seperti yang dikemukakan oleh Chay Asdak bahwa “ dalam mempelajari
ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik daerah hulu das dicirikan oleh
hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai
kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan
lereng besar, bukan merupakan deaerah banjir, pengaturan pemakaian
air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan
tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS, dicirikan sebagai berikut:
daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah
kemiringan lereng yang kecil, pada beberapa tempat merupakan daerah
banjir atau genangan, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh
bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi hutan.18
Seperti yang dijelaskan pula dalam jurnal penelitian bahwa “Ekosistem
DAS merupakan satu unit kesatuan ekologis yang paling mantap. dalam
ekosistem DAS berbagai tata guna lahan, bentuk geomorfologi, flora dan fauna,
bangunan fisik serta manusia dan aktifitasnya bersama-sama menyusun kesatuan
ekosistem tersebut.19
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sungai
merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau
ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana
mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan
melalui sungai, air hujan yang turun di daratan dapat mengalir ke laut atau
tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian,
bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan
bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan penghujung
sungai dimana sungai bertemu laut yang dikenal sebagai muara sungai. Sungai
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air dan limpasan bawah
tanah.
18
Chay Asdak, hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2002), cetakan kedua, h.11
19
Sodikin, NATURALIS-Journal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, (Program studi pasca Sarjana, Universitas Bengkulu, 2012)
12
Seperti dijelaskan oleh Lisenly bahwa “DAS sebagai suatu hamparan
wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit)
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama kelaut
atau ke danau.20
Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan secara sederhana,
bahwa Daerah Aliran Sungai adalah sebuah kawasan yang menampung,
menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya kesungai utama
yang bermuarake danau atau ke laut. sungai sangat mempunyai peran penting
dalam keidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia, terutama
pada masyarakat yang sangat bergantung terhadap keberadaan sungai. Sebelum
mencapai badan air lainnya, terlebih dahulu air meresap ke dalam tanah. Air hujan
yang turun pun jatuh ke tanah, kemudian mengalir melalui sungai lalu terbawa
sampai ke muara sungai. Sungai bermula dari mata air yang mengalir ke beberapa
anak sungai. Kemudian anak – anak sungai itu bergabung membentuk sungai
utama. Ujung dari perjalanan sungai tersebut adalah muara sungai. Daerah aliran
sungai akan bisa digunakan dan dimanfaatkan ketika masyarakat mampu menjaga
kebersihan sekitar daerah aliran sungai untuk kelangsungannya.
Sungai mempunyai debit aliran air yang dapat dibedakan menjadi tiga:
a) Sungai Permanen
Sungai permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap stabil dan tidak dipengaruhi oleh musim.
b) Sungai Periodik
Sungai periodik adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak dan bisa juga meluap, sedangkan pada musim kemarau airnya
kecil atau menyusut.
c) Sungai Episodik
20
Rahmat Pujatmiko, Efektifitas Forum Das dalam Membantu Kelembagaan
Pengelolaan Das(Studi kasusu forum komunikasi DAS Cidanau di provinsi Banten), Program
Magister (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h. 19
13
Sungai Episodik yang aliran airnya ada hanya di musim hujanadalah
sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim
hujan airnya banyak.
Daerah aliran sungai terdapat bagian hulu, tengah, dan hilir. Dimana
bagian-bagian tersebut mempunyai peranannya masing.
1. Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai
Hulu sungai atau kepala sungai adalah bagian sungai yang letaknya
paling jauh dari muara, tempat suatu sungai bermula, dan tempat sumbersumber airnya berlokasi. Hulu atau hulu-hulu sungai ini bisa jadi memiliki
nama yang lain daripada sungai utamanya. Seperti diketahui, sebuah
sungai biasanya terbentuk dari beberapa anak sungai, yang masing-masing
anak sungai akan terbentuk dari beberapa anak cabang lagi dan seterusnya,
yang secara keseluruhan membentuk suatu daerah aliran sungai. Pada
bagian hulu inipun terdapat aliran air yang deras serta batu-batu yang
besar.
Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2. Bagian Tengan Daerah Aliran Sungai
Pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga
sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal.
DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial
dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air,
kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah,
serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk,
dan danau.
3. Bagian Hilir Daerah Aliran Sungai
DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial
14
dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas
air,kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk
kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.
Dari berbagai penjelasan diatas peneliti berkesimpulan bahwa
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah yang dibatasi atau
dikelilingi oleh garis ketinggian di mana setiap air yang jatuh di
permukaan tanah akan dialirkan melalui satu induk dan dialirkan melalui
anak sungai. Anak sungai-sungai inilah yang nantinya membagi aliran
sungai kepada anak-anak sungai lainnya atau dengan kata lain sungai dapat
bercabang. Setelah dialirkan maka sungai akan menacapai titik alirannya
pada suatu desa dan kota. Sungai kemudian terdapat bagiannya antara
hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu berperan sebagai konservasi dan
pelindung. Dimana bagian hulu sangat berpengaruh terhadap bagian
tengah dan hilir. Daerah aliran sungai memiliki fungsi yang hampir sama
yaitu sebagai kebutuhan kelangsungan hidup manusia. hanya saja bagian
hulu sebagai induk dari sungai bagian tengah dan hilir, dimana debit
sungainya masih deras dan bersih, karena rata-rata bagian hulu terdapat di
hutan dan belum dekat lokasinya dengan rumah penduduk. Sedangkan
bagian tengah debit aliran sudah tidak begitu deras. Bagian tengah
biasanya sudah terdapat pemukiman berupa pedesaan. Dimana sungai
merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk melakukan berbagai macam
aktifitas karena masyrakat masih sangat mengandalkan atau bergantung
pada sungai untuk mencuci,mandi, dan sebagai alat pertanian. Pada bagian
hilir biasanya sungai sudah termasuk pada pencemaran. Dimana sungai
terdapat dipinggiran kota. Selain itu sungai sudah mulai adanya erosi yang
akan berpengaruh besar terhadap sungai dan juga berdampak pada
masyrakatnya.
2. Penyebab Pencemaran Air Sungai
15
Menurut Achmad Lutfi, pada dasarnya pencemaran air sungai di indonsia
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:21
1) Berkembangnya Industri-industri di Indonesia
Dewasa ini industri-industri di Indonesia semakin berkembang,
baik jumlah, teknologi, tingkat produksi maupun limbah yang di
hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada didekat aliran
sungai cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang
dapat mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke
dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia,
bakteriologi, serta fisik air.
2) Belum tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air
sungai.Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat
organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokanselokan dan akhirnya bermuara ke sungai.Selain dalam bentuk zat
organik dan anorganik, dari limbah rumah tangga bisa juga membawa
bibit-bibit penyakit yang dapat menular pada hewan dan manusia
sehingga menimbulkan epidemi yang luas di masayarakat.
3) Pembuangan limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan
Limbah pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui
proses pengolahan, sehingga dapat mencemari air sungai karena
limbah pertanian mengandung berbagai macam zat pencemar seperti
pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan
mencemari air yang keluar dari pertanian karena air ini mengandung
bahan makanan bagi ganggang dan tumbuhan air seperti enceng
gondok sehingga ganggang dan tumbuhan air tersebut mengalami
pertumbuhan dengan cepat yang dapat menutupi permukaan air dan
berpengaruh buruk pada ikan-ikan dan komponen ekosistem biotik
lainnya. Penggunaan pestisida juga dapat menggagu ekosistem air
karena pestisida bersifat toksit dan akan mematikan hewan-hewan air,
burung dan bahkan manusia.
Dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga kelestarian alam salah satunya
adalah air, maka manusia perlu mempunyai kesadaran untuk menjaga demi
keberlangsungan kehidupan nanati dimasa yang akan datang. Peran sungai dalam
21
Nabilah Hassa, Sungai dan Manfaatnya,
http://nabiilahhassa.blogspot.com/2012/12/sungai-dan-manfaatnya.html. Diakses pada tanggal
11/07/2013, pukul. 11:39.
16
kehidupan amatlah penting, menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu
upaya yang yang paling sederhana yang dapat dilakukan. Apalagi untuk
masyarakat ataupun penduduk yang tempat tinggalnya dekat dengan bantaran
sungai dan melakukan kegiatan sehari-hari disekitar aliran sungai sanat penting
menjaga kebersihan daerah aliran sungai.
C. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi dan Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendengar kata interaksi
maupun interaksi sosial,atau bahkan kita sendiri setiap harinya melakukan
interaksi baik secara individu, ataupun kelompok dengan keluarga, teman, dan
kelompok sosial. Kata interaksi dan interaksi sosial sendiri tidak jauh berbeda
artinya, dua-duanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai stimulus sehingga
terjadinya komunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ interaksi hal saling melakukan
aksi, berhubungan, memengaruhi, antarhubungan” sedangkan interaksi sosial “
hubungan sosial yang dinamis antara perseorangan dan perseorangan, antara
perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok”.22
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah suatu
hubungan antara mahluk yang hidup di dunia, baik hewan beserta tumbuhan
meraka pada dasarnya saling melakukan interaksi. Sedangkan interaksi sosial
terjadi ketika adanaya dorongan atau stimulus dari “seseorang” yang dimaksud
adalah manusia sehingga terciptanya respon dari yang lainnya. Interaksi tidak
bersifat statis pada saat terjadinya seseorang yang memberikan stimulus kepada
seseorang agar terciptanya respon saja, tetapi ada respon yang lain setelahnya.
Seperti dijelaskan pula definisi interaksi sosial secara definitive, “interaksi sosial
sendiri berarti adanya hubungan atau dua orang atau lebih yang perilaku atau
tindakannya direspon oleh orang lain.23
22
Op.cit, h. 542
M. Amin Nurdin, dkk. Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep
Dasar, cetakan satu, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2006), h. 52
23
17
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial
itu dengan adanya respon yang diberikan. Tetapi dengan semakin majunya
teknologi sekarang ini interaksi sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam
melalui media dan jejaring sosia. pemberian respon dalam interaksi sosial pun
tidak hanya terjadi dengan bertatap muka. Respon juga akan terjadi pada saat
individu dan individu berinteraksi melalui via telephone, email, dan yang lainnya.
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling
memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.Manusia adalah mahluk hidup
ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan
hokum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan, dan mati,
serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal
balik baik positif maupun negatif. Manusia pada dasarnya sebagai mahluk hidup
memiliki dua sisi yaitu manusia sebagai mahluk individu, dan mahluk sosial.
Sebagai mahluk individu tentunya manusia memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedangkan manusia dikatakan sebagai mahluk
sosial dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain.
Sedangkan menurut “Cooley berpendapat bahwa looking-glass self
terbentuk melalui tiga tahap. pada tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi
mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap kedua, seseorang
mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
Pada tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu”.24
Dengan pendapat tersebut jelas sekali bahwa manusia sebagai mahluk
hidup tentunya tidak bisa hanya menjadi mahluk individu saja, namun juga harus
24
Elly dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Edisi Kedua, (Jakarta: KENCANA
PERDANA MEDIA GROUP, 2012) Cet. 9, hal. 69
18
menjadi mahluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain untuk
kelangsungan hidupnya.
Seperti dijelaskan pula oleh Erving Goffman, menrutnya interaksi yang
saling menghadapkan satu sama lain menjadi benang penjalin kehidupan sosial.
Dengan demikian proses interaksi antara dua orang bisa jadi bersifat rapuh. Itu
sebabnya proses interaksi tersebut diatur oleh “ritual interaksi” (aturan kesopanan,
cara berbicara, dan sebagainya).25
Kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan sesamanya, didasarkan
pada keinginan manusia untuk mendapatkan :
1. Kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankannya
yang lazimnya disebut kebutuhan inklusi.
2. Pengawasan dan kekuasaan, yang disebut sabagai kebutuhan akan
kontrol.
3. Cinta dan kasih sayang, yaitu kebutuhan akan afeksi.
Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan
orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk
sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan
kelompok, dan interaksi antara kelompok. Sedangkan syarat terjadinya interaksi
sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi.
Menurut Talcott Parson, tindakan dalam interaksi sosial dipengaruhi oleh
dua macam orientasi sebagai berikut. Yang pertama adalah orientasi motivasional
yaitu orientasi yang bersufat pribadi yang menunjuk pada keinginan individu yang
bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang kedua adalah orientasi
nilai-nilai yang bersifat sosial, yakni orientasi yang menunjuk pada standarstandar normative, seperti wujud agama dan tradisi setempat.26
Konsep lain yang juga penting diperhatikan dalam bahasan mengenai
interaksi sosial ialah konsep definisi situasi (the definition of the situation) dari W.
25
Philippe Cabin, Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, (Yogyakarta: Kreasi
wacana, 2004), h. 199
26
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif
Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi, 2008), h. 57.
19
I. Thomas (1968). Berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa interaksi
manusia merupakan pemberian tanggapan ( response ) terhadap rangsangan
(stimulus), maka menurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi
manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan seseorang
selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan. Rangsangan dari luar
diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran situasi. Dalam
proses ini orang yang bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang
diterimanya itu. Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat itu
merupakan aturan yang mengatur interaksi manusia. Aturan apa sajakah yang
menuntut perilaku manusia di kala mereka berinteraksi? dalam bukunya Symbols,
Selves, Society: Understanding interaction David a. Karp dan W.C. Yoels
Menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang, mengenai waktu, dan
mengenai gerak dan sikap tubuh.27
3. Macam – Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati interaksi sosial dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:28
a. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif.
Dikatakan interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling
menguntungkan. Dan dikatakan interaksi negatif, jika hubungan timbal
balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). Interaksi
tentunya terjadi antara orang perorangan saja dan tidak ada campur
tangan suatu kelompok.
b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif.
Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai
situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu
kesatuan bukan kehendak pribadi. Interaksi ini lebih mencolok ketika
terjadi perbenturan kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok.
27
Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, Edisi revisi, (Jakarta: Universitas Indonesia,
2004) hal. 37
28
Op.cit, h.
20
4. Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi
Dalam proses interaksi terdapat faktor-faktor terjadinya interaksi yaitu :
1. Faktor Imitasi
Faktor imitasi dalam proses interaksi sosial mempunyai peranan sangat
penting. Diantaranya mempunyai dampak positif dan negatif. Dimana
faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Namun imitasi dapat pula
berdampak negatif apabila yang ditiru adalah adalah tindakan-tindakan
yang menyimpang.
2. Faktor Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh
pihak lain. Proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi tetapi titik
tolaknya saja berbeda. Contoh misalkan yang memberikan sugesti adalah
orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
3. faktor identifikasi
Faktor identifikasi dalam interaksi sosial merupakan kecenderungan
atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang
dengan orang lain. Identifikasi lebih mendalam dengan imitasi, secara
tidak disadari ataupun disengaja proses identifikasi akan terbentuk dengan
sendirinya ketika seseorang begitu mengenal sosok yang di ideal kan
dalam kehidupannya.
4. Faktor Simpati
Faktor simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan sangat memegang
peranan yang sangat penting. Dorongan utama dalam proses simpati
adalah rasa kagum terhadap sesorang sehingga keinginan untuk belajar
dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus
dihormati karena mempunyai kelebihan ataupun kemampuan tertentu yang
patut dicontoh.
21
5. Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Seperti yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa suatu interaksi
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat sebagai berikut :29
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (bersamasama) dan tango (menyentuh). Jadi secara harfiah adalah bersama-sama
menyentuh. Secara fisik kontak terjadi apabila terjadinya hubungan
badaniah, misalnya saja seorang anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi
(Socialization), yaitu proses dimana anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi
anggota. Yang kedua anatara orang-perorangan dengan suatu kelompok
terjadi apabila seorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya
berlawanan dengan norma-norma masyarakat yang telah ada dan
ditentukan. Yang ketiga yaitu, antara suatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya mengadakan kerjasama dengan kepentingan
dan tujuan yang sama.30
2. Adanya Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu atau individu dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat.31
Dalam hal ini seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
6. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Menurut pendapat Tim Sosiologi, interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu :
a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk- bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
1) Kerja sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2) Akomodasi
Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiologi
untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama
artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi
29
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Revisi-45 (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013) hal. 58
30
Op. cit, 59
31
purwadi, jurnal Etika Komunikas Dalam Budaya Jawa: Sebuah Penggalian Nilai
Kearifan Lokal demi Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa, tt, hal. 2
22
untuk menunjuk pada suatu proses dimana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan
dirinya dengan alam sekitarnya.32
3) Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif
dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan
berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan
campuran.
b. Sedangkan bentuk-bentuk yang bersifat disosiatif adalah yakni yang
mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
4) Persaingan (Competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan kehidupan. Persaingan mempunyai dua
tipe umum
yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan
terjadi dalam bentuk persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras. Persaingan dilakukan
perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan
atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan
fisik di pihak lawannya.
5) Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain
sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terangterangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap
unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah
menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau
konflik.
32
2009)
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru-42, (Jakarta : Rajawali Pers,
23
a) Konflik
Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok
masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau
jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang
bertikai tersebut. Di kampung kabagusan yang menjadi tempat penelitian,
peneliti tidak menemukan konflik yang besar yang dapat menyebabkan
pemisah diantara interaksi masyarakat. Konflik yang terjadi hanya sebatas
salah faham yang tidak berkepanjangan dan menyebabkan pengaruh besar
terhadap kerukunan masyarakat.
7. Teori Interaksi
Dasar-dasar interaksi sosial dalam sosiologi bermula dari pemikiran Max
Weber mengenai tindakan sosial mengenai tindakan sosial (social action).
Gagasan social action dari Weber ini merupakan konsep baru yang berbeda dari
pemikir sosiologi sebelumnya seperti Durkheim yang mencetuskan bahwa kajian
utama sosiologi terletak pada fakta sosial. Bagi Weber, struktur sosial membantu
untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna.
Salah satu persoalan yang seringkali muncul dalam teori-teori sosial ialah
tentang hubungan antara individu dan masyarakat. Bagaiamana masyarakat
membentuk individu-individu atau sebaliknya bagaimana individu-individu
menciptakan, mempertahankan dan mengubah masyarakat.dalam hal apa saja
masyarakat dan kepribadian mempunyai hubungan timbal balik tetapi juga
terpisah satu sama lain. Dalam hal ini, perhatian baru lebih diarahkan kepada
pemahaman tentang proses-proses interaksi sosial dan akibat-akibatnya bagi
individu dan masyarakat. Hal seperti inilah menjadi pokok perhatian dari
perspektif interaksionisme simbolik.
Menurut L Berger dan Thomas Lickman “proses menjadi mausia
berlangsung dalam hubungan timbal balik dengan suatu lingkungan. Pernyataan
24
ini semakin penting artinya jika kita merenungkan bahwa lingkungan ini
merupakan lingkungan alam dan lingkungan manusia”.33
Interaksi simbolis merupakan aliran siosiologi Amerika yang lahir dari
tradisi
psikologi.
Karya-karya
para
psikolog
Amerika
seperti
William
James,James Mark Baldwin dan John Dewey telah mempengaruhi sosiologi
Charles H. Colley, yang kemudian membantu pengembangan teori psikologi
sosial dalam sosiologi Amerika. Walau walau dalam sejarah interaksi simbolis
Colley dan Thomas merupakan tokoh terpenting, tetapi hanya filosofi George
Herbert Mead, seorang warga Amerika awal abad ke Sembilan belas dan
seangkatan dengan mereka, yang sering dianggap sebagai sesepuh paling
berpengaruh dari persepektif ini. Mead setuju dengan megembangkan suatu
kerangka yang menekankan arti penting perilaku terbuka (overt) atau obyektif,
dan tertutup (Covert) atau subyektif. Didalam aliran sosiologi posisi Mead berada
diantara subyektivisme ekstrim dari Colley yang melihat masalah pokok sosiologi
sebagai hanya imajinasi-imajinasi, dan obyektivisme ekstrim Durkheim, yang
menganggap fenomena sosial yang konkrit atau fakta-fakta sosiallah yang tepat
bagi analisa sosiologi.
Menurut Margaret M. Poloma “Dalam pandangan interaksionisme
simbolis manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau
situasi obyektif, tetapi paling tidak sebagian merupakan aktor-aktor yang bebas.34
Istilah interaksionisme simbolik yang digunakan pertama kalinya oleh
Herbert Blumer, pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial.
Perspektif ini memusatkan perhatiannya pada analisa hubungan antar pribadi.
Kendati istilah ini digunakan pertama kalinya oleh Blumer, dalam kenyataanya,
beberapa pemikir sebelum dia telah memberikan sumbangan penting bagi
perkembangan perspektif ini.35
33
Peter LBerger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang
Sosiologi Pengetahuan, (Jakarta: LP3ES IKAPI, 2012), cetakan ke-9, h. 65.
34
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),
cetakan ke-enam, h. 256
35
Bernard Raho, Teori Sosiolog, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2008), h.95
25
Interaksionisme simbolik merupakan cabang kedua dari behaviorisme
sosial. Meskipun berbagai problem dan solusi umumnya telah berjalan parallel
terhadap sugesti peniruan atau beberapa teori pluralism behavioral. Aliran
interaksi simbolik berasal berasal dari Amerika terutama berada di bawah
pengaruh paham pragmatis yang faktanya bisa dimasukkan ke dalam klasifikasi
asli sebagai pragmatis bagi mereka filsafat neoHegelian dan Psikologi eksperimen
idealistic merupakan hal yang sekunder.
a. William James
James adalah orang pertama yang mengembangkan secara jelas konsep
tentang self (diri). Menurut dia, manusia mempunyai kemampuan untuk melihat
dirinya sebagai obyek. Dalam kemampuan itu, ia bisa mengembangkan suatu
sikap dan perasaan terhadap dirinya. Lebih lanjut ia juga dapat membentuk
tanggapan-tanggapan terhadap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu. James
menyebutkan kemampuan-kemampuan ini dalam membentuk cara-cara seseorang
menanggapi dunia di sekitarnya.36
b. Charles Horton Cooley
Cooley menjelaskan dua hal tentang self. Pertama, dia melihat self sebagai
proses dimana individu-individu bisa melihat diri mereka sendiri sebagai obyek
bersama dengan obyek-obyek lainnya di dalam lingkungan sosial mereka.
Kedua,dia mengakui bahwa self muncul dari komunikasi dengan orang lain.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, seorang individu menafsirkan gerak-gerik
orang lain dan dengan demikian dia dapat melihat dirinya berdasarkan sudut
pandangan orang lain. Dengan demikian mereka membentuk gambaran-gambaran
tentang diri sendiri. Cooley menamakan proses ini “looking glass self”. Dia juga
mengakui bahwa self muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok.
Dialah yang mengambangkan konsep tentang kelompok primer yang cukup
menentukan perkembangan kepribadian seseorang.
c. John Dewey
Sebagai pendukung utama pragmatisme, dewey memusatkan perhatiannya
pada proses penyesuaian diri manusia terhadap dunia. Menurut dia, keunikan
36
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.240
26
manusia muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondisi-kondisi hidupnya.
Dewey menegaskan bahwa yang unik dalam diri manusia adalah kemampuannya
untuk berpikir. Selama hidupnya dia berusaha untuk memahami kesadaran
manusia.
Sekalipun
para
pemikir
ini
menyajikan
sejumlah
konsep
yang
berhubungan dengan interaksionisme simbolik, namun mereka tidak berhasil
membuat satu sintese atau sistematisasi mengenai perspektif itu. Interaksionisme
simbolik berkembang menjadi satu perspektif dalam sosiologi berkat usaha dua
teoritikus terkenal, yakni George Herbert Mead dan Herbert Blumer. G.H.mead
adalah pencetus dari teori ini sedangkan blumer, yang tidak lain adalah murid dari
Mead, mengembangkan ajaran gurunya itu. Pada bagian berikut ini kita akan
menguraikan beberapa pokok pikiran mengenai teori ini.37
d. George Herbert Mead
George Herbert Mead lahir tahun 1863 Massachusetts, tetapi pindah selagi
dia masih kecil ke Oberlin, Ohio, tempat Seminari Teologi Oberlin, dimana
ayahnya Hiram Mead mengajar. George Herbert Mead menghabiskan sebagian
besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago di sana dia menulis
banyak artikel dan tidak pernah menulis buku. Bukunya yang berjudul Mind, Self
and Society
baru diterbitkan sesudah ia meninggal. Buku itu merupakan
kumpulan yang diterbitkannya di Universitas Chicago. Dalam buku itu, dia
mendiskusikan antara lain tentang Mind, Self dan Society.
a) Mind (Akal Budi)
Mead memandang akalbudi (mind) bukan sebagai satu benda,
melainkan sebagai satu proses sosial. Menurut dia, akalbudi manusia
secara kualitatif berbeda dengan binatang. Yakni kebanyakan tindakan
manusia melibatkan satu proses mental. Artinya antara Aksi dan Reaksi
terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental.
Simbol-simbol arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik tetapi bisa
juga dalam bahasa. Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan
37
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:Kencana,
2003), h.267
27
bahasa merupakan hal yang membedakan manusia dari binatang. Bahasa
memampukan kita untuk menanggapi bukan hanya simbol-simbol yang
berbentuk gerak-gerik tubuh melainkan juga symbol-simbol yang
berbentuk kata-kata. Guna mempertahankan keberlangsungan suatu
kehidupan sosial, maka para aktor harus mengahyati simbol-simbol
dengan arti sama.
Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari akalbudi
(mind) itu. Selain menghayati symbol yang sama dengan arti yang sama.
Fleksibilats memungkinkan interaksi biarpun dalam situasi tertentu orang
tidak mengerti arti dari stimulus atau symbol yang diberikan. Symbolsimbol Verbal adalah penting bagi Mead karena kita selalu dapat
mendengarkan diri sendiri walaupun kita mungkin tidak sellau bisa
melihat tanda gerak-gerik fisik kita.
Konsep tentang arti sangat penting bagi mead. Perbuatan bisa
mempunyai arti kalau kita bisa menggunakan akal budi untuk
menempatkan diri kita di dalam diri orang lain, sehingga kita bisa
menafsirkan pikiran-pikirannya dengan tepat. Namun di sini, Mead
mengatakan bahwa arti atau meaning itu aslinyatidak berasal dari akal
budi melainkan meaning itu aslinya tidak berasal dari akal budi melainkan
dari situasi sosial. Dengan kata lain, situasi sosial memberi arti kepada
sesuatu.
b) Self (diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri
sendiri sebagaimana ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan
kondisi-kondisi penting dalam rangka perkembangan akalbudi itu sendiri.
Dalam arti ini, self sebagaimana juga mind bukanlah suatu obyek
melainkan suatu proses sadar yang mempunyai beberapa kemampuan
seperti kemampuan untuk memberikan jawaban atau tanggapan diri sendiri
sebagaimana orang lain juga memberikan jawaban atau tanggapan,
kemampuan untuk memberikan jawaban sebagaimana generalized other
aturan
norma-norma,
hokum
memberikan
jawaban
kepadanya,
28
kemampuan untuk mengambil bagian dalam percakpannya sendiri dengan
orang lain, kemampuan untuk menyadari apa yang dikatakannya dan
kemampuan untuk menggunakan kesadaran itu untuk menentukan apa
yang dilakukan pada tahap berikutnya.
Menurut Mead, Self itu mengalami perkembangan melalui proses
sosialisi. Ada tiga tahap dalam proses sosialisasi itu yakni tahap bermain.
Dalam tahap ini, seorang anak bermain dengan peran-peran dari orangorang
yang
dianggap
penting
olehnya.tahap
keduadalam
proses
pembentukan konsep tentang diri adalah tahap pertandingan. Pada tahap
ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi.
Tahap ketiga ialah Generalized Other. Generalized Other adalah harapanharapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat.
Dalam tahap ini, seorang anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan
standar-standar umum atau harapan-harapan masyarakat atau normanorma kehidupan masyarakat.
c) Society (Masyarakat)
Dalam uraian tentang akal budi (mind) dan diri (self), kita bisa
melihat gambaran umum tentang konsep Mead yang sangat rumit
mengenai kesadaran. Namun uraian Mead tentang masyarakat bersifat
lemah. Konsepnya tentang masyarakat tidak terllau cemerlang. Ketika
Mead berbicara tentang masyarakat ia tidak berfikir tentang masyarakat
dalam skala besar atau dalam strukturnya yang makro sebagimana
dipikirkan oleh Durkheim atau Marx masyarakat yang dipikirkan oleh
Mead itu tidak lebih dari semacam organisasi sosial di mana akalbudi
(mind) dan diri (self) timbul. Dia juga mengganggap masyarakat itu
sebagai pola-pola interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial dia
beranggapan bahwa institusi-institusi sosial tidak lebih dari pada
seperangkat respon yang biasa. Jadi, mead tidak membuat uraian tentang
masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir
muncul dari masyarakat.
29
Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia (mind or
human consciousness) sejalan dengan evolusi ini, dia melihat pikiran
manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah.
Pemunculan itu memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih
efektif dengan alam. Dengan memungkinkan manusia menyesuaikan
dirinya lebih efektif dengan alam. Dengan berpikir, individu sering dapat
melewati prosedur trial-and-eror yang biasanya terjadi dalm perjalanan
beberapa generasi jenis manusia yang bersifat subhuman.38
Menurut Mead, orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga
mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya
berinetraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi
dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis ini dilakukan dengan bahasa
sebagai satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol
in bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi. Simbol berada dalam
proses yang kontinu. Proses penyampaian makna inilah yang merupakan
subject matter dari sejumlah analisa kaum interaksionisme simbolik.39
Dapat disimpulkan dari berbagai penjelasan, bahwa Mead
menekankan bahwa konsep diri muncul didalam interaksi karena individu
mengambil peran orang lain dan memandang dirinya sendiri sebagai obyek
menurut perspektif orang lain. Namun individu bukanlah sekedar
pemantul pasif terhadap pandangan-pandangan serta penilaian-penilaian
orang lain yang bersifat sementara. Seperti yang dijelaskan oleh Mead
dalam konsep mengenai generalized other mengemukakan bahwa konsep
diri bisa menggabungkan ideal-ideal abstrak yang mengatasi reaksi-reaksi
individu tertentu yang bersifat khusus. Dalam beberapa kasus, reaksireaksi khusus dari orang lain itu dapat gagal dalam mendukung konsep diri
seseorang yang bersifat abstrak atau ideal. Umumnya seseorang akan
mengalami kesulitan dalam mempertahankan suatu konsep diri yang
38
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid II, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1986), h. 8.
39
Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), cetakan ke-6, h. 257.
30
diidealkannya secara khusus, kalau reaksi mendukung atau menyetujui
yang datang dari orang lain itu tidak pernah diterima.orang bisa memilih
orang-orang untuk bekerja sama dalam menampilkan suatu identitas peran
tertentu. Tetapi bisa juga lain, orang bisa memilih orang-orang untuk
bekerja sama dalam menampilkan suatu identitas tertentu yang menjamin
adanya suatu reaksi yang mendukung. Mereka bisa menginterpretasi atau
salah menginterpretasi reaksi-reaksi orang lain supaya sedapat mungkin
melihat dirinya dari sudut yang mneguntungkan. Konsep diri yang di
idealkan tidak perlu harus selalu harus merupakan sesuatu yang bersifat
positif atau memuaskan hati. Konsep diri kitalah yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap tindakan kita, atau pilihan terhadap teman
bergaul. Setiap tindakan yang kita tampilkan dalam hal tertentu merupakan
ungkapan dari konsep diri kita.
e. Herbert Blumer
Bagi Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu :
1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang
ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2) Makna tersebut berasal dan “interaksi sosial seseorang dengan orang
lain”
3) Makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial
berlangsung.40
Menurut Blumer aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan,
dan mentransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia
ditempatkan dan diarahkan tindakannya. Interpretasi seharusnya tidak dianggap
hanya sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu
proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai
instrument bagi pengarahan dan pembentukan tindakan.
Dengan demikian bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi
dari tindakan bersama, ketimbang pransangka terhadap apa yang dirasanya
sebagai sistem yang kabur dan berbagai prasyarat fungsional yang sukar
40
Ibid, 258
31
dipahami. Blumer melanjutkan ide dengan menunjukan bahwa kehidupan
kelompok yang demikian merupkan respon pada situasi-situasi dimana orang
menemukan dirinya. Interaksionisme simbolik yang diketengahkan Blumer
mengandung sejumlah “root image” atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas
sebagai berikut :
a. Masyarakat terdiri dari manusia yag berinteraksi. Kegiatan tersebut
saling
bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang
dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.
b. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan
dengan
kegiatan
manusia
lain.
Interaksi-interaksi
nonsimbol
mencakup stimulus- respon yang sederhana, seperti halnya batuk
untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis
mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang
berpura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-poko yang
diajukan oleh si pembicara., batuk tersebut menjadi suatu symbol
yang berarti yang dipakai untuk menyampaikan penolakan. Bahasa
tentu saja merupakan symbol berarti yang paling umum.
c. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsic, maka lebih
merupakan
produk
interaksi
simbolis.
Obyek-obyek
dapat
dklasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas yaitu; obyek fisik,
sosial, dan obyek abstrakseperti nilai-nilai hak dan peraturan.
d. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat
dirinya sebagai obyek. Pandangan terhadap dirinya sendiri ,
sebagaimana dengan semua obyek, lahir disaat interaksi simbolik.
e. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh
manusia itu sendiri.
D. Peranan Sungai terhadap Interaksi Sosial
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa peran
Sungai Cidurian di wilayah kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug
Bitung kabupaten Lebak Banten sejak lama telah memegang peran penting dalam
32
interaksi untuk berbagai kepentingan. Dari dulu sampai saat ini sungai masih
mempunyai peranan penting dalam interaksi antar warga masyarakat. Walaupun
di tempat pemukiman warga telah adanya fasilitas untuk MCK, warga merasa
lebih puas apabila melakukan kegiatan MCK dan mencuci pakaian di sungai
dikarenakan warga merasa ada kepuasan tersendiri yang dirasakan ketika
melakukan kegiatan tersebut.dan bisa saling berinteraksi dengan tetangganya.
Seperti yang telah dijelaskan oleh berbagai tokoh mengenai interaksi sosial,
bahwa interaksi sosial merupakan terjadinya kontak sosial antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Masyarakat
kampung Kabagusan desa
Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten lebak juga melakukan
interaksi disekitar aliran sungai Cidurian seperti saling menyapa, berbincang
sambil mencuci dan membicarakan banyak hal bersama para tetangga lainnya
ketikan masyarakat kampung sekitar melakukan kegiatan rutinitas Mandi cuci
yang sedang mandi juga. Banyak hal yang mereka bicarakan dari mulai hal-hal
yang terkecil sampai kepada hal yang besar. Dari pembicaraan yang positif
sampai kepada yang negatif. Aktivitas warga aliran sungai telah dimulai dari sejak
shubuh. Yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang hanya sengaja untuk
mengambil wudhu saja, mencuci piring, pakaian, dan ada yang hanya untuk
mandi.
Pada waktu pagilah banyak warga yang melakukan aktivitas di sungai.
Dari mulai anak-anak yang sengaja mandi untuk pergi ke sekolah, laki-laki yang
akan melakukan aktivitas bertani, dan ibu-ibu yang mulai mencuci serta
melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Pada saat itulah mereka saling
berinteraksi, tidak ada perbedaan sedikitpun antara yang tua dan muda, laki-laki
ataupun perempuan. Mereka sama-sama saling mengobrol membicarakan topik
yang sama. Sungai akan mulai sepi ketika mulai menjelang siang, dan akan ramai
kembali pada saat sore hari. Karena warga mulai melakukan aktifitas kembali
yaitu mencuci, mandi sore dan sebagainya. Namun pada sore hari lebih banyak
ditemui anak-anak yang sedang mandi karena mereka mandi sambil berenang
bersama-sama anak-anak yang lainnya, bercanda gurau, dan melakukan
33
perlombaan berenang sampai ke ujung sungai Cidurian. Selain itu banyak juga
ditemukan para pendatang atau warga dari tetangga kampung yang sengaja
memancing mencari ikan di sekitar aliran sungai. Selain sebagai sarana interaksi
dalam berbagai macam tujuan, ternyata aliran sungai mempunyai peranan besar
bagi kehidupan pada masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kabupaten
Lebak Banten.
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa sungai merupakan saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara
alamiah yang melalui saluran air dari darat mengalir ke laut. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan
bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan
es/ salju. Sungai merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung
kabupaten Lebak. Seperti yang telah dijelaskan pula diatas bahwa sungai tidak
hanya berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan alamiah saja tetapi juga berfungsi
atau terdapat peran sosial bagi masyarakt. dimana sungai mempunyai peran
sebagai alat komunikasi dimana itu akan menjadi pendukung terjadinya interaksi
baik secara individu dengan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan
kelompok. Sebagai mana pula dijelaskan oleh Mead sebagai penggagas teori
interaksionisme simbolik bahwa manusia pada dasarnya mempunyai akalbudi
(mind) bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai satu proses sosial. Menurut
dia, akalbudi manusia secara kualitatif berbeda dengan binatang. Manusia dalam
interaksi sosial akan menimbulkan Aksi dan Reaksi terdapat suatu proses yang
melibatkan pikiran atau kegiatan mental. Simbol-simbol arti tersebut bisa
berbentuk gerak-gerik fisik tetapi bisa juga dalam bahasa. Bahasa memampukan
kita untuk menanggapi bukan hanya simbol-simbol yang berbentuk gerak-gerik
tubuh melainkan juga symbol-simbol yang berbentuk kata-kata. Yang kedua
dijelaskan bahwa manusia mempunyai “Self” dimana self ini didapat melalui
proses sosialisi. Yang terakhir dijelaskan tentag masyarakat. Dalam uraian tentang
34
akal budi (mind) dan diri (self), kita bisa melihat gambaran umum tentang konsep
Mead yang sangat rumit mengenai kesadaran. Namun uraian Mead tentang
masyarakat Dia juga mengganggap masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi.
Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia (mind or human
consciousness) sejalan dengan evolusi ini, dia melihat pikiran manusia sebagai
sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculan itu
memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam. Dengan
memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam.
Maka didapatlah kerangka berfikir bahwa Di kampung Kabagusan desa
Mayak kabupaten Lebak Banten terdapat aliran sungai cidurian, dimana
masyarakat sungai cidurian ini mempunyai bagian hulu, tengah dan hilir. Bagian
hulu biasanya Pentingnya sebuah hubungan sosial pada suatu masyarakat maka
perlu adanya interaksi sosial yang baik antar warga. Di kampung Kabagusan
peneliti dapat melihat bahwa sungai bagi masyarakat setempat sangat mempunyai
peranan yang sangat besar, selain untuk mandi dan cuci, air menjadi salah satu
sarana untuk berkomunikasi sehingga warga saling melakukan interaksi. Seperti
yang telah di uraikan di atas bahwa interaksi secara umum merupakan hubungan
timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta
antara individu dengan kelompok. Di mana manusia dalam hidup bermasyarakat,
akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan
itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi itupun yang
dapat menyebabkan terjadinya proses asosiatif dan disosiatif yang terjadi di
masyarakatnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampung Kabagusan desa Mayak
kecamatan Lebak-Banten. Kampung Kabagusan merupakan salah satu
wilayah yang ada di Provinsi Banten, dimana kampung Kabagusan ini
merupakan wilayah dataran tinggi yang dikelilingi dengan aliran sungai.
Sungai ini terhubung dari aliran sungai Jasinga-Bogor. Kampung
kabagusan berbatasan dengan kampung Harempoy kabupaten Bogor yang
menjadi pembatas antara kampung ini adalah daerah aliran sungai
Cidurian. Berdasarkan letak wilayahnya, kampung kabagusan terdiri dari
Pemukiman, lahan pertanian, kuburan, dan perkebunan. Sungai inilah yang
menjadi penghubung dalam berbagai banyak hal, aliran sungai ini sangat
mempunyai peran yang besar terhadap kehidupan masyarakatnya. Sungai
setiap harinya dipergunakan masyarakat setempat untuk mencuci pakaian,
mencuci piring, mandi dan sebagainya Selain itu, sungai juga menjadi
jalan penghubung untuk melakukan aktivitas seperti sekolah, bekerja
melalui jembatan sungai yang menjadi penghubung untuk berjalan.
Sehingga peneliti menganggap wilayah ini dianggap cocok untuk diteliti
dan sesuai dengan judul yang peneliti angkat. subjek penelitiannya adalah
warga kampung Kabagusan RT 001/003. Jumlah populasi penduduk di
kampung ini terbilang sedikit yaitu berkisar 300 orang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai
dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan
pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri
dengan laporan penelitian. Waktu penelitian dilakukan sudah mulai
dilakukan pada tanggal 26 September 2013, dan penelitian secara
35
36
mendalam mulai dilakukan pada bulan 15 November 2013 sampai dengan
bulan Desember 2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Sugiyono adalah ”wilayah generaliasi yang teridiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya”.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kampung
Kabagusan RT/RW 001/003 desa Mayak kecamatan Curug Bitung
Kabupaten Lebak Banten.
Sugioyono menambahkan bahwa, ”sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.41 Berdasarkan karakteristik
yang telah dijelaskan maka pemilihan sampel dilakukan dengan
teknik
sampling Purposive dan snowball sampling. Sugiyono juga menyebutkan
bahwa, “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan,
atau penelitian tentang suatu kondisi plitik disuatu daerah, maka sumber
datanya adalah orang yang ahli politik”.42 Sedangkan mengenai teknik
snowball sampling, sugiyono juga menguraikan bahwa “snowball sampling
adalah teknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian
membesar”.43 Dengan kata lain, ketika menentukan sampel, pertama-tama
hanya memilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang tersebut
belum bisa mendapatkan data yang lengkap, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
orang sebelumnya. Karena populasi dari penelitian ini adalah masyarakat
kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung Kabupaten
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), cet.7. h. 81
42
Ibid., h. 85
43
Sugiyono, op. cit., h. 300
43
lebak Banten. Dimana semua masyarakatnya sangat mengandalkan peran
sungai maka penelitian dilakukan dengan mengambil data yang mewakili
yaitu pada usia 12-60 tahun yang dapat mewakili usianya masing-masing
dan penggunaannya. Penelitian menggunakan kedua sampel, purposive
sampling dan snowball sampling inikarena keduanya lebih cocok digunakan
untk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi. Maka dari itu peneliti menganggap purposive sampling dan
snowball sampling lah yang cocok digunakan dalam penelitian yang sedang
dilakukan.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan bagaimana keadaan
yang sebenarnya dari fenomena yang diteliti.
Seperti yang dijelaskan oleh Irawan Soehartono, bahwa penelitian
deskriptif meliputi :
1. penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau
suatu kelompok orang tertentu.
2. penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat. 44
Penelitian Deskriptif Kualitatif mengambil masalah atau memusatkan
perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian
dilaksanakan.
Deskripsi
pada
penelitian
ini
untuk
menggambarkan tentang bagaimana makna sungai terhadap interaksi di
sekitar aliran sungai. Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuka,
“Penelitian deskripsi sendiri adalah penelitian yang berusaha untuk
menentukan pemecahan masalah
yang ada
berdasarkan data-data,
menyajikan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya”. 45
44
Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial, suatu teknik penelitian bidang
kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke7, h. 35
45
Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), Cet. Ke-1, h. 44.
44
Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan mengenai hubungan antara fenomena yang di
uji. Tujuan suatu penelitian ini adalah untuk memecahkan dan menemukan
jawaban terhadap suatu objek permasalahan. Pemilihan pokok permasalahan
adalah tahap awal agar penelitian yang dilakukan dapat terarah.
Tujuan penelitian deskriptif ini menggambarkan apa yang terjadi saat
ini, yaitu selam penelitian berlangsung. Sanafiah Faisal menambahkan
bahwa
“didalam
(Penelitian
Deskriptif)
terdapat
upaya
deskripsi,
pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang
ini terjadi”.46 Studi kasus adalah analisa kehidupan unit sosial misalnya;
(satu atau beberapa) kelompok, masyarakat, organisasi atau individu. Studi
kasus terkadang digambarkan sebagai metode „naturalistik‟ yang paling
mengutamakan teknik observasi langsung dalam jangka waktu yang lama
dan terus menerus, dan wawancara mendalam. Penelitian Deskriptif
Kualitatif dengan menggunakan analisa studi kasus sering digunakan untuk
memperkenalkan masyarakat umum kepada gaya hidup yang unik dan
masalah-masalah yang dihadapi sebuah masyarakat dan individu.
Sedangkan teknik penulisan dalam proposal skripsi ini, peneliti
mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
D. Penelitian Relevan
1. dalam tesis berjudul Efektivitas Forum Das Dalam Membantu
Kelembagaan Pengelolaan Das (Studi Kasus Forum Komunikasi DAS
Cidanau Di Provinsi Banten) yang ditulis oleh Rahmat Pujatmiko
Mahasiswa Universitas Indinesia, tesis ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Dalam Ilmu Lingkungan.
Tulisan ini secara jelas menjelaskan tentang Daerah Aliran Sungai
Cidanau yang ada di provinsi Banten.
46
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998),
Cet. 1, hal. 42
45
2. dalam jurnal yang berjudul Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Di Tepian
Aliran Sungai Kuin Kota Banjarmasin yang ditulis oleh Rochgiyanti Maret
2011dari Universitas Negeri Semarang. Tujuan artikel ini adalah untuk
membahas fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kuin
Banjarmasin Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga
berfungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi, dan sosialisasi.
3. dalam jurnal yang berjudul Laesan Sebuah Fenomena Kesenian Pesisir:
Kajian Interaksionisme Simbolik Antara Pemain Dan Penonton (Laesan, a
Phenomenon Of Beach Arts: A Study of Symbolic Interaction Of Between
The Players Of Audiences) oleh Eny Kusumastuti Desember 2006.
Penelitian ini ada dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran
Seni. Dalam jurnal ini dibahas tentang bagaimanakah bentu penyajian
kesenia Leasen terhadap proses interaksionisme simbolik antara pemain
dan penonton pada masyarakat pasisir Bajomulyo Jawa Tengah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan
menjadi dasar keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman
bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh faktafakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis
data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.47
Dalam penelitian kualitataif data dapat diartikan sebagai fakta atau
informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan, pelaku).
Data penelitian kulitataif diperoleh dari hal-hal yang diamati, didengar,
47
Beni Ahmad Saebani Dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian, ( Bandung:
Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013), h. 148
46
dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti.48 Dalam penelitian kualitatif data dapat
diambil dengan cara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Data merupakan
bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang
berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pemimpin
formal seperti kepala kelurahan atau pemimpin non formal seperti
pemimpin atau sesepuh masyarakat serta masyarakat setempat sendiri
yang bermukim di kampung Kabagusan RT/RW 001/003 desa Mayak
kabupaten Lebak-Banten. Sumber data primer adalah responden dan
informan. Responden adalah penggali data. Dan informan adalah sumber
data yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian
juga yang menghubungkan dengan pihak ketiga apabila dibutuhkan.
2. Data sekunder
Menurut Jamaluddin Ritonga ”Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari penelitian, yakni data yang diperoleh dari data-data yang
sudah ada pada kampung Kabagusan desa Mayak kabupaten LebakBanten. Kedua jenis data yang didapat yakni data primer dan data
sekunder dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang terencana.
Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan
data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah. Dalam
pengumpulan data sangat dibutuhkan teknik yang tepat dan relevan
dengan data yang dicari. Menurut Jamiluddin Ritonga, untuk
mendapatkan hasil penelitian yang akurat, pengumpulan data juga harus
mengikuti prosedur yang dituntut oleh setiap metode penelitian yang
sangat relevan”.49
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat”
dan”memperhatikan”. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk
48
Muhammad Idrus, Metode Penelitian ilmu SosialI, (Jakarta: Gelora Aksara
Pratama,2009), Edisi ke dua, h. 62
49
Jamiluddin Ritonga, Riset kehumasan, (Jakarta: PT. Gramedia Grasindo, 2004), h. 39.
47
mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/ keterangan
yang diperoleh sebelumnya.50 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan
setting yang dipelajari serta aktivitas-aktivitas yang berlangsung juga
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas. Dan makna yang dilihat dari
perspektif mereka yang terlibat dala kejadian yang diamati tersebut. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif harus faktual, sekaligus teliti tanpa harus
dipenuhi barbagai hal yang tidak relevan.
Langkah yang pertama dalam penelitian deskripsi kualitatif ini
adalah observasi atau pengamatan. Secara etimologis, Husain Usman
menguraikan bahwa ” Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala yang diteliti”.51 Observasi adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut.52 Maksud dari observasi ini adalah
mencari data yang valid yang hendak diteliti di lokasi penelitian yang
mengamati keadaan aliran sungai, Peranan sungai, serta interaksi sosial
pada masyarakatnya serta data-data yang mendukung penelitian lainnya.
Observasi diarahkan pada kegiatan untuk memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomen-fenimena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antara aspek fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian
dalam penelitian dalam disiplin ilmu, baik eksakta maupun ilmu-ilmu
sosial. Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
serta aktivitas-aktivitas yang berlangsung, juga orang-orang yang terklibat
dalam kejadian yang diamati tersebut. Observasi yang berarti pengamatan
bertujuan mendapatkan data-data tentang suatu masalah sehingga
diperoleh pemahaman sebagai alat pembuktian informasi.Observasi
sebagai suatu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung
50
Iin Tri Rahayu. Dkk, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia Publishing,
2004), h. 1
51
Husaini Usman, metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 3,
52
M. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1985), hal. 175
hal. 54
48
terhadap objeknya atau penggantinya (misal: film, rekontruksi, video, dan
sejenisnya)53
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan
tindak lanjut dari dua teknik pengumpulan data sebelumnya dalam
penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses
pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan dan
keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga
teknik pengumpulan data ini.
2. Dokumentasi
Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan metode dokumentasi mengenai profil masyarakat kampung
kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak-Banten
di sekitar aliran sungai. Berdasarkan data-data serta dokumentasi yang
berasal dari pemerintah desa dan masyarakat setempat, serta sumbersumber lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokumentasi
adalah ” pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti:
gambar, kutipan, guntingan koran dan bahasa referensi lain”.54
Suharsini Arikunto menguraikan, ”Metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.55
Menurut Basrowi ”Dalam penelitian sosial, fungsi data yang
berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung
dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam”.56
53
Nazar Bakri, tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Pedoman Jaya,
1994), hal. 36
54
Dendy sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 361.
55
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, hal. 231
56
Basrowi. Dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 158
49
Oleh karena itu, langkah kedua penelitian akan dimulai dengan
penelaahan data-data mengenai keadaan Peranan aliran sungai, sungai
secara geografis, interaksi sosial pada masyarakat di wilayah penelitian.
3. Wawancara
Setelah
proses
studi
dokumentasi
selesai,
maka
langkah
selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.57
Menurut Deddy Mulyana, wawancara adalah ”bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu”.58 Pandangan lainnya yang sangat mendukung
ialah pendapat dari M. Nazir yang dimaksud dengan wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan
si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara).59
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan
kepada tujuan penyelidikan. Yang dimaksud dengan sepihak disini yaitu
menerangkan perbedaan tingkat kepentingan antara kedua belah pihak.
Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan
informasi tentang orang lain, dengan tujuan pemahaman atau penjelasan
tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Hasil wawancara akan menjadi
suatu laporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungannya
dan terhadap dirinya. Wawancara berbeda dengan perbincangan biasa,
dalam hal tujuan dan kedalaman informasi yang digali dalam wawancara.
57
Ibid, h. 127.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004), Cet.4, h. 180.
59
M. Nazir, Metodelogi Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 194.
58
50
”Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to
face) dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu pewawancara (intervieweri) yang mengajukan pertanyaan, dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Maksud dari wawancara secara umum adalah untuk
menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subjek yang
diteliti. Menurut Licoln dan Guba mengemukakan bahwa tujuan
wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lainlain”.60
Menurut Basrowi ”Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui peran sungai terhadap interaksi sosial pada masyakarat di
sekitar aliran sungai (studi kasus interaksi sosial pada masyarakat
kampung kabagusan desa mayak kecamatan curugbitung kabupaten lebak
banten) . Untuk menggali informasi dari responden, peneliti akan
menelaah terlebih dahulu hasil studi dokumentasi yang dilakukan. Dengan
rencana studi dokumentasi yang memprioritaskan tiga variabel utama
yang menjadi tujuan penelitian, maka bisa diasumsikan bahwa
wawancara meliputi: persepsi masyarakat terhadap sungai dan peranan
sungai bagi masyarakat terhadap interaksi sosial. Seperti yang dijelaskan
pula sebagai berikut, ”Wawancara adalah perbincangan yang menjadi
sarana untuk mendapat informasi tentang orang lain, dengan tujuan
penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu.
Hasil wawancara merupakan suatu laporan subjektif tentang sikap
seseorang terhadap lingkungannya dan terhadap dirinya”.61
Pengumpulan
data
dengan
menggunakan
wawancara
ini
merupakan tindak lanjut dari dua teknik pengumpulan data sebelumnya
dalam penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses
pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan dan
keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga
teknik pengumpulan data ini.
E. Instrumen Penelitian
60
61
Op. cit, h. 64
Op. cit, h. 63
51
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
a) Kegiatan penelitian dilakukan secara terlibat baik aktif maupun pasif.
Pengamatan pasif ini peneliti lakukan sebagai proses pengamatan saja
tidak terlalu banyak inetraksi. Penelitian dilakukan hanya dengan
mengamati setiap proses interaksi yang dilakukan oleh masyarakat
kampung kabagusan desa Mayak kabupaten Lebak Banten disekitar aliran
sungai. Selain itu peneliti juga mendengarkan apa yang mereka katakan
dengan tujuan untuk mengetahui apa saja yang mereka anggap penting
secara lebih mendalam.
b) Selanjutnya yang peneliti lakukan dalam pengumpulan data adalah dengan
cara wawancara tidak struktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan
wawancara yang tidak bergantung pada pedoman wawancara. Topik
pertanyaan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi saat
berlangsungnya wawancara. Karena dengan begitu wawancara tidak
terkesan formal tetapi terkesan seperti obrolan santai dan biasa saja. Selain
instrumen yang peneliti lakukan diatas, peneliti berusaha memahami
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat yaitu bahasa Sunda.
Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa pihak yang menjadi
Ketua Rukun Tetangga (RT), Ketua Rukun Warga (RW) 001/004.
Wawancara juga dilakukan pada masyarakatnya yang melakukan aktifitas
secara langsung di sungai atau daerah aliran sungai. yang mana wawancara
ini adalah untuk memperoleh data mengenai aktivitas masyarakat
kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten
Lebak ini terkait dengan peran sungai terhadap interaksi sosial. Dari
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti, responden boleh
menjawab beberapa pertanyaan yang telah ditentukan.
Kisi-kisi wawancara yang akan dilakukan disusun dan dikembangkan dari
dua variabel utama yang hendak dicapai, sebagaimana dituliskan didalam
tabel dibawah ini:
52
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian
Variabel
Peran Sungai
Terhadap Interaksi
Sosial Di Sekitar
Aliran Sungai
Cidurian
Dimensi
1. Peran Sungai
Terhadap
Interaksi
Sosial
Indikator
- Pemahaman mengenai
peran sugai Cidurian.
- Peran sungai bagi
individu sendiri.
- Peran sungai bagi
masyarakat
- Peran sungai terhadap
interaksi
- Pemahaman peran
sungai terhadap
interaksi sosial bagi
masyarakat
1. Interaksi
Sosial disekitar
Aliran Sungai
Cidurian
-
-
-
Mengidentifikasi
interaksi sosial
disekitar aliran sungai
Jarak antara lokasi
rumah warga dengan
sungai cidurian
Manfaat sungai bagi
kehidupan masyarakat
- Dampak dari
penggunaan sungai
cidurian terhadap
interaksi
Dampak positif dan
negatif dari interaksi
sosial disekitar sungai
Jumlah
5
5
E. Informan Penelitian
Pemilihan informan pada penelitian ini di dasarkan pada bagaimana
menemukan subjek yang tepat bagi penelitian, yaitu subjek yang dapat bercerita
secara mudah, membaca, serta paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan
53
dengan terbuka memberikan kesempatan untuk diwawancarai. Namun secara
keseluruhan informan memberikan kemudahan kepada peneliti dan dengan
terbuka memberikan kesempatan untuk diwawancara. Sesuai dengan tema dalam
penelitian maka responden yang diwawancarapun beragam, artinya tidak hanya
kepada orang dewasa saja. Tetapi juga pada anak-anak dan remaja, agar
memberikan hasil yang lebih akurat dalam penelitian.
Informan yang diwawancarai berjumlah 15 orang yang mewakili 5 dari
laki-laki, 5 orang dari perempuan, dan 5 orang terdiri dari anak-anak dan remaja.
Berikut tabel yang berisikan nama-nama informan dalam penelitian:
Tabel 3.2
Nama-nama Informan Penelitian
No
Nama
Umur
Jenis
Keterangan
Kelamin
1
Jasita
65
Lk
Ketua RT
2
Holil
55
Lk
Ketua RW
3
Mujani
68
Lk
Sesepuh
4
Sultonah
48
Pr
Warga
5
Nuraenai
38
Pr
Warga
6
Sunariah
40
Pr
Warga
7
Suparman
45
Lk
Warga
8
Dade
46
Lk
Warga
9
Juli
28
Lk
Warga
10
Dewi Betari
26
Lk
Warga
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data
sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jika dalam penelitian kuantitatif
keabsahan disebut juga dengan kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas),
sedangkan dalam penelitian deskripsif kualitatif ini tidak mempunyai ukuran yang
baku dalam ukuran pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Dalam
54
penelitian kualitatif ini ada beberapa kriteria yang digunakan untuk melakukan
pengukuran itu.
Devania anesya menguraikan bahwa, ”Ada empat kriteria dalam penelitian
kualitatif yang digunakan untuk mengukur keabsahan data. Keempat kriteria ini
antara lain : kriteria yang pertama yaitu kepercayan ( credibility), kriteria kedua
yaitu keteralihan (transferability), kriteria ke ketiga yaitu ketergantungan
(dependability) dan kriteria yang terakhir yaitu kepastian (confirmability)”62
Dalam penelitian ini, dilakukan pemeriksaan keabsahan data penelitian
dengan teknik credibility, transferbility, dan confirmability. Teknik ini
menunjukan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan.
Dalam penelitian kualitatif ini, validitas ditunjukan dengan kesesuaian deskripsi
dan gambar peristiwa dalam penarikan makna antara peneliti dan partisipan.
Pengujian trianggulasi dengan strategi trianggulasi metode dilakukan
untuk mencapai ke absahan data dari penelitian deskriptif kualitatif ini dengan
credibility,
transferability,
dan
confirmability.
Dalam
hal
ini,
peneliti
menggunakan ketiga teknik pengumpulan data di atas yakni studi dokumentasi,
wawancara, dan observasi sebagai penguji trianggulasi metodenya. Hal ini
dilakukan agar penelitian ini menunjukan keajegan penelitian kualitatif pada
umumnya. Dengan demikian proses ini akan menghasilkan penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan validitasnya. Selain itu untuk memeroleh keabsahan
temuan dan informasi, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut.
1. Pembahasan bersama teman sejawat
Untuk meyakinkan keajegan serta kebenaran data-data peneliti
mendiskusikan dan bertanya tentang permasalahan yang ditemukan selama
penelitian dengan teman sejawat yang tentunya memiliki pengetahuan
yang lebih tentang hal tersebut agar pembahasan yang diteliti terhindar
dari disinterpretasi dan tetap pada fokus penelitian dalam pembatasan
masalah.
62
Devania Anesya, Teknik Analisis Data, http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/
teknik-analisis-data/, diakses pada tanggal 21 Januari 2013 pukul 13.10 WIB.
55
2. Perpanjangan penelitian
Hal ini dilakukan agar peneliti lebih mendalami permasalahan yang
sedang diteliti. Karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
harus memiliki banyak data untuk menguji keabsahan data.
3. Referensi
Memperbanyak referensi adalah salah satu teknik yang digunakan
untuk menjadi acuan penting juga sebagai landasan teori yang akan
dihubungkan dalam permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga referensi
yang satu dengan yang lainnya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
menetapkan keajegan data penelitian.
G. Analisis Data
Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya
menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan dianalisis,
atau lebih dikenal dengan istilah analisis data.
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh
dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan
menggunakan statistik inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis
jalur dll. Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif
deskriptif naratif logis.63
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna
sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang
dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data yang terkumpul
diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat
dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang
bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat
umum. di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan
diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis
berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang
63
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 7, hal. 18
56
khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Dalam suatu penelitian
sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban
terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Padanya terdapat regulasi atau
pola tertentu, namun dengan variasi atau keragaman.64
Analisa data adalah proses pengurutan data dengan metode kualitatif
prosedur yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil
wawancara serta berupa lisan dari hasil interaksi masyarakat yang diamati. Setelah
semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data itu
untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan di analisis, atau lebih dikenal
dengan istilah analisis data. Analisis data adalah cara mengolah data yang telah
terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan. Data
ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan65.
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna
sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang
dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data yang terkumpul
diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat
dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis
yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat
umum. di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan
diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis
berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang
khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum.
Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah:
64
Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofisdan Metodologis
Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2003), hal. 53
65
Suharismi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineke
Cipta, 2006) cet 13 h.231
57
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan
demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
jika diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah merangkum
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi sesuai dengan rumusan
masalah, fokus penelitian dan pertanyaan penelitian. Selama proses tersebut
berlangsung, peneliti menentukan hal pokok untuk disajikan. Melalui proses
reduksi, maka akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan terperinci.
2. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, matriks dan sejenisnya agar mudah dipahami.
3. Conclusion Drawing Atau Verification (Verifikasi)
Langkah ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulann data berikutnya. Tetapi menurut
Ulber Silalahi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten selama pengumpulan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
kredibel.66
Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian
”Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian”
ini, telah melalui dua proses sebelumnya sehingga kesimpulan tersebut
dapat menjawab rumusan masalah permasalahan.
66
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press, 2006, h.311
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Mayak Dan Kampung Kabagusan
1. Keadaan Geografis
Desa Mayak Merupakan salah satu Desa yang merupakan bagian
dari Wilayah Kerja Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak yang
memiliki wilayah seluas 500 Ha dengan Ketinggian tanah kurang lebih
400 m di atas permukaan laut Curah Hujan rata-rata 2000 mm pertahun
dan Suhu Udara rata-rata 30 S/d 35 ºC Derajat Celcius. jarak dari Desa
Mayak ke Ibu Kota Kecamatan kurang Lebih 19 Km dan Jarak ke Ibu
Kota Kabupaten kurang lebih 49 Km Memiliki batas-batas wilayah :67
Sebelah Utara
: Kabupaten Bogor
Sebelah Timur
: Kabupaten Bogor
Sebelah Selatan
: Desa Candi
Sebelah Barat
: Desa Ciburuy dan Desa Cilayang
Tata Guna tanah menurut di desa Mayak Peruntukannya adalah sebagai
Berikut :
1. Pemukiman / Perumahan Penduduk
: 15
2. Sarana Sosial / sarana Umum lainnya :
Ha
8 Ha
3. Pertanian
: 327 Ha
4. Perkebunan
: 150 Ha
5. Industri/Perdagangan
:-
Ha
Dilihat dari karakteristik Fisik Desa Mayak Kecamatan Curugbitung
Kabuten Lebak Banten termasuk daerah termasuk daerah Agraris dimana
sebagian besar lahan dipergunakan untuk areal pertanian .dan Perkebunan.
67
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES)
59
Secara topografi Desa ini merupakan daerah perbukitan dengan
didalamnya di aliri sungai besar dan kecil. Sedangkan berdasarkan
Kepemilikan / Penguasaan hak atas tanah di Desa MAYAK
adalah
sebagai berikut :
1. Milik Rakyat /Hak Adat
: 430Ha
2. Milik Negara
: - Ha
3. Milik Perkebunan
: - Ha
4. Milik Swasta
: 70 Ha
Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa kepemilikan hak atas
tanah di desa Mayak sebagian besar dikuasai oleh rakyat yaitu seluas 430
Ha sisanya dimiliki oleh pihak swasta yaitu sebagai 70 Ha. Susunan
kelembagaan pemerintahan desa Mayak saat ini telah mengacu kepada
peraturan daerah kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2006 tentang desa .
Pejabat pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) di
desa Mayak dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Nama-nama Struktur Organisasi Desa Mayak
No
Nama
Jabatan
Pendidikan
1.
MOH.ZEN
Kepala Desa
SLTP
2.
ASEP SUPRIADI Sekretaris Desa
SLTA
3.
MARSAN
Kaur Pemerintahan
SLTP
4.
-
Kaur Ekbang
SLTP
5.
DESI APRIANTI
Kaur Umum
Keuangan
6.
AHYADI
Sekretaris BPD
D-II
7.
SATRI
KEPALA DUSUN
SD
8.
MADSUNI
KADUS
SD
dan
SLTP
Keteran
gan
60
9.
HOLIL
KADUS
SD
Sumber: Profil Desa mayak Tahun 2009
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar Perangkat
Desa MAYAK tingkat Pendidikan SD sebanyak 3 orang, tingkat SLTP
sebanyak 3 Orang, dan tingkat SLTA sebanyak 1 Orang. DAN Tingkat
sarjana muda / Sarjana Sebanyak 1 orang. Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan Perangkat Desa Mayak relatif
masih rendah.
Tabel 4.2
Jumlah RT dan RW di Desa Mayak
No
Kampung / RW
Jumlah RT
Luas
Wilayah
Keterangan
(Ha)
1.
Mayak
6
225
2.
3.
Gobang
Kabagusan
4
1
200
75
11
500
Jumlah
Sumber Profil Desa MAYAK Tahun 2009
Sedangkan Kampung kabagusan terletak di kabupaten Lebak
Banten Tepatnya di Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung. Kampung
Kabagusan terdiri dari 1 RT dan 1 RW. Desa mayak sendiri bisa dikatan
desa yang kecil. Dimana hanya terdapat 3 kampung yaitu, kampung
Gobang, Kabagusan, dan Mayak. Secara administratif kampung kabagusan
merupakan kampung yang paling sedikit jumlah penduduknya diantara
kampung.68 Gobang dan Mayak. Jarak tempuh kampung Kabagusan dari
Ibukota Provinsi jika dihitung dengan lamanya per jam adalah sekitar 80
68
2013)
Monografi Kampung Kabagusan (Lebak: Kantor Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung,
61
km, jika memakai kendaraan pribadi bisa menghabiskan waktu sekitar 3
jam. Ini disebabkan karena kampung kabagusan bisa dikatakan salah satu
daerah terpencil yang ada dikabupaten lebak. Sementara dari Ibukota
Kabupaten Lebak Sendiri berkisar 49 km, memakan waktu kurang lebih 2
jam untuk sampai ke kampung Kabagusan. Sedangkan dari kecamatan
Curug Bitung untuk dapat sampai ke Kampung Kabagusan berjarak 19km,
Untuk mencapai lokasi dapat menggunkan roda dua dan roda empat.
Sedangkan dari Balai Desa berjarak 2km membutuhkan waktu sekitar 10
menit jika menggunakan kendaraan pribadi.
Uniknya dari kampung
Kabagusan ini adalah berdekatan dengan Kampung harempoy yang
merupakan dari kabupaten Bogor yang pembatasnya adalah sungai
Cidurian. Kampung Kabagusan disebelah timur dan Harempoy disebelah
Barat. Kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung
merupakan kecamatan baru atau daerah pemekaran dari Kecamatan Maja
kabupaten Lebak Banten kecamatan Curug Bitung.
Tabel 4.3
Jarak dari Kampung Ke Ibu Kota Desa, Ibu Kota Kecamatan, Ibukota
Kabupaten
Ibukota Provinsi dan ke Ibukota Negara
Jarak ke
Jarak ke
No
Kampung
Ibu kota
Desa
Ibu
Kota
Kecama
tan
( Km )
( Km )
Jarak ke
Ibu Kota
Kabupate
n
(Km)
Jarak ke
Ibu Kota
Provinsi
Jarak
ke
Ibu
Kota
Negara
(Km)
(Km)
1.
Mayak
2
15
45
80
110
2.
Gobang
0
17
47
80
110
62
3.
Kabagusan
2
19
49
80
110
Sumber: profil Desa Mayak Tahun 2009
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa kampung Mayak dan
kampung Kabagusan merupakan kampung terjauh jaraknya dari pusat
pemerintahan desa yaitu dengan Jarak 2Km sedangkan kampung Gobang
merupakan kampung terdekat dari pusat pemerintahan desa Mayak karena
pusat pemerintahan desa Mayak berada di kampung Gobang. Kampung
terjauh dari pusat pemerintahan kecamatan Curug Bitung yaitu kampung
Kabagusan dengan jarak 19 km sedangkan yang terdekat dari pusat
pemerintah kecamatan Curugbitung yaitu kampung Mayak dengan Jarak
15 km. kampung Kabagusan
merupakan kampung terjauh dari pusat
pemerintahan kabupaten yaitu dengan jarak 49 km sedangkan kampung
terdekat yaitu kampung Mayak dengan jarak 45 km.
2. Mata Pencaharian Penduduk
Menurut data monografi, Jumlah penduduk Kampung Kabagusan
tercatat sebanyak 349, dengan jumlah KK 94. Terdiri dari penduduk lakilaki berjumlah 182 jiwa dan penduduk perempuan 167 jiwa yang berstatus
warga negara Indonesia dan beragama islam, mata pencaharian warga
kampung Kabagusan adalah petani, buruh, PNS (Pegawai Negeri Sipil),
pedagang. Berikut tabel sumber penghidupan dikampung Kabagusan
RT/RW 001/003, desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak
Banten.69
69
Sumber Profil Desa Mayak Tahun 2009
63
Tabel 4.4
Sumber Penghidupan Di Kampung kabagusan
Jumlah Jiwa
No
Jenis Pekerjaan
LK
PR
1.
Petani
87
25
2.
Buruh
23
11
3.
PNS (Pegawai Negeri Sipil)
4.
Pedagang
1
1
2
Sumber: Data Monografi Kampung Kabagusan
Tabel 4.5
Luas Panen,rata-rata Hasil Perhektar dan Produksi padi Sawah
Di Desa Mayak Tahun 2009
Luas Panen
No
Kampung
RW
RT
Rata-rata
Produksi per
Hektar
(Ha)
Produksi
(Ton)
(Ton/Ha)
1.
Mayak
23
4
92
2.
Gobang
28
4
112
3.
Kabagusan
5
4
20
56
12
324
Jumlah
Sumber : Dari Penyuluh pertanian Tahun 2009
64
Tabel 4.6
Perkebunan
Produksi Buah-Buahan
Di Desa Mayak Tahun 2009
No.
Kampung Rambutan
(KW)
Pisang
Duku
Manggis
Kecapi
(KW)
langsat
(KW)
(KW)
(KW)
1.
Mayak
270
20
2
2
30
2.
Gobang
260
10
2
2
25
3.
Kebagusan
300
10
2
2
24
40
6
6
222
Jumlah
830
Sumber : Profil Desa Mayak Tahun 2009
Tabel 4.7
Sarana Transportasi Jalan Di Desa Mayak
Panjang Jalan
No
Kampung/RW
Negara
(Km)
Provinsi
(Km)
Kabup
aten
(Km)
Desa
(Km)
Ling
kun
gan
(Km
)
1
Mayak-Candi
-
-
-
1,7
-
2
Mayak-Gobang
-
-
-
1,6
-
3
Gobang-Ciburuy
-
-
-
3,5
-
4
Gobang-KabagusanKenceh
-
-
-
3
-
5
Gobang-Tarisi-Bogor
-
-
-
-
1
65
6
Kampung Kabagusan
-
-
-
-
0,5
Jumlah
-
-
-
9,8
1,5
Sumber : Kantor Desa mayak Tahun 2009
Desa Mayak tidak dilalui jalan Negara, jalan Provinsi maupun
jalan Kabupaten. Desa Mayak hanya memiliki jalan desa yaitu Sepanjang
9,8 Km dan Jalan lingkungan Sepanjang 1,5 Km. Kondisi jalan di desa
Mayak dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.8
Kondisi Jalan di Desa Mayak
Kondisi Jalan
No
Kampung/
RW
1
Aspal
(Km)
Batu
(Km)
Tanah
(Km)
Setapak
(Km)
Jumlah
Mayak
1,7
-
-
-
1,7
2
gnaboG
-
3,5
1,6
3
8,1
3
nasugabaK
-
-
0,5
-
1,7
3,5
1,6
halmuJ
Sumber : Kantor Desa Mayak Tahun 2009
3,5
10,3
Dari Data di atas diketahui bahwa sebagian besar kondisi jalan di
desa Mayak masih merupakan jalan batu dan jalan setapak yang perlu
ditingkatkan pembangunannya. Demikian pula sarana Jembatan yang ada
hanya jembatan gantung saja. Hal ini disebabkan terbatasnya kopetensi
dan kapasitas aparatur desa dan lembaga kemasyarakatan desa. Selain itu
keterbatasan pengetahuan aparatur desa dalam pengelolaan sumber daya
66
alam serta masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap terhadap pelaksanaan
pemerintahan umum di tingkat desa. Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat
serta
aparat
desa
sehingga
menjadikan
kurangnya
pembangunan serta pengetahuan akan pemanfaat sumber daya alam yang
ada.
Tabel 4.9
Sarana Jembatan Di Desa Mayak
Jumlah Jembatan
No
Kampung
Permanen
Plat
Jembatan
Jembatan
Decker
Kayu
gantung
Ket
1.
Mayak
-
-
-
1
-
2.
Gobang
-
-
-
1
-
3.
Kabagusan
-
-
-
1
-
Jumlah
3
B. Sejarah Singkat Kampung Kebagusan
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979
“Tentang pemerintah daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan definisi kampung sendiri dapat diartikan sebagai
suatu tempat yang masih menyimpan etika kesopanan dan tatakrama, suatu
tempat dimana manusia masih menyandang status makhluk sosial sejati, suatu
tempat yang menyejukkan hati. Kampung kebagusan menurut sesepuhnya yaitu
67
bapak Kiai Mujani”70 menuturkan bahwa kampung kabagusan sudah ada sejak
zaman penjajahan Belanda. Dulu kampung Kebagusan ini menjadi tempat
persembunyian para pejuang kemerdekaan Indonesia ketika Banten diserang. Tapi
cerita hanya tidak adanya menunjukan bukti yang konkrit hanya cerita dari mulut
ke mulut saja. Kampung kebagusan biasa disebut dengan nama “kabagusan”,
perbedaan pengucapan kata “Ke-bagusan” dan “Ka-bagusan” ini dikarenakan
orang sunda biasa mengucapkan “Ke” ini menjadi “Ka”. Seperti contohnya ketika
salah seorang bertanya kepada yang lain “bade kamana” atau dalam bahasa
indonesianya “mau kemana”. Kampung Kebagusan ini dulu hanya terdapat
beberapa rumah saja. Namun dengan berjalannya waktu warganyapun semakin
banyak. Setelah reformasi kampung kabagusan lambat laun mengalami
perubahan. Asal mula dinamakannya kampung kabagusan ini menurut sesepuh
abah mujani atau yang biasa disebut abah nani kampung ini bernama “Situ
Cidurian” nama Situ Cidurian diberikan karena kampung berada dekat sungai
Cidurian. Namun karena dulu ada sebuah cerita dimana “setiap ada pencuri atau
maling yang yang mau melakukan kejahatannya, maka dia tidak akan bisa
melarikan diri dan tidak bisa keluar dari kampung”. Hal inilah yang menyebabkan
kampung Situ Cidurian diganti oleh tetangga-tetangga kampung disebut dengan
kampung Kabagusan karena keamanan kampungnya, sejak saat itulah kampung
Situ Cidurian terkenal dengan kampung Kabagusan hingga saat ini. Hal ini
disebabkan karena dikampung ini terdapat salah satu ulama yang bernama kiayai
Hasanudin, beliau adalah bupati serang pertama beliau dikenal dengan ilmu
keagamaan dan silatnya. Kemudian setelah masa jabatannya berakhir beliau
kembali kekampung halamannya yaitu kampung kabagusan. Kampung Kabagusan
mulai mengalami perunahan lambat laun, dari mulai adanya listrik pada tahun
1998, jembatan gantung yang berfungsi sebagai akses ke jalan raya. Sebelum
adanya jembatan warga kampung kabagusan menggunakan perahu Bambo atau
warga biasa menyebutnya dengan sebutan “getek/eretan”. Eretan ini berfungsi
sebagai alat transfortasi bagi anak-anak yang melakukan kegiatan sekolah, belanja
70
2013.
Bapak Mujani, Sesepuh Kampung Kabagusan, Wawancara Pribadi 28 November
68
ke pasar serta akses lainnya. Kampung Kebagusan desa Mayak kecamatan Curug
Bitung merupakan daerah pemekaran yang dimana sebelum 2006 kampung
Kebagusan adalah bagian dari kecamatan Maja. Baru pada tahun 2005 akirnya
kampung Kebagusan menjadi bagian dari Kecamatan Curug Bitung.
C. Cerita Sungai Cidurian
Sungai Cidurian merupakan aliran sungai dari aliran sungai Cidurian
Jasinga Bogor sebelah timur. sungai yang sudah disebut dengan sungai Cidurian
ini merupakan salah satu bagian yang terpenting bagi masyarakat kampung
Kebagusan. Cerita awal mula disebutnya sungai Cidurian tidak terlalu pasti dan
informasi yang didapat juga hanya cerita dari mulut ke mulut saja. Apalagi para
sesepuh kampung yang lebih tau sejarah Cidurian ini sudah meninggal. Tetapi
menurut salah satu warga yang bernama bapak Kyai Sadeli yang sekarang
berumur 88 tahun sedikit menceritakan apa yang masih diingat tentang sungai
Cidurian. Beliau menceritakan bahwa, “di kawasan bagian Barat Bogor, tepatnya
didaerah jasinga terdapat berbagai versi cerita rakyat yang menceritakan asal usu
nama daerah Jasinga dan sungai Cidurian. Hanya saja saat ini cerita tersebut tidak
begitu popular kecuali orang tua atau sesepuh saja yang masih bisa
menceritakannya. Keberadaan Jasinga tidak terlepas dari mitos seekor singa dan
dari berbagai versi itulah masyarakatpun menceritakan tokoh-tokoh yang
membabak Jasinga menjelma menjadi singa. Sekilas cerita rakyat Jasinga yang
pada awalnya adalah sebuah pasir (bukit) yang bernama Baya. Pasir Bayah dihuni
oleh orang-orang sunda Padjajaran. Disitulah mereka hidup karena sumber
penghidupan ada di sungai Cidurian yang berada dibawah kampung. Konflik
terjadi di daerah sekitar pasir Bayah dengan Mayak. Konflik tak dapat
dihindarkan, wangsa Mayak meminta bantuan kepada pimpinan daerah Koleang
untuk memerangi wangsa Pasir Bayah. Peperangan terjadi di daerah pangapakann
selama beberapa hari. Tiba-tiba datang tiga orang santri yang pada waktu itu tidak
seorang pun tahu darimana mereka berasal. Mereka datang bermaksud hendak
melerai konflik. Namun yang terjadi kemudian mereka pun masuk ke Palagan.
Namun santri tersebut malah menjadi bulan-bulanan oleh dua wangsa yang
69
berperang. Mereka pun mundur dari palagan dan menghimpun kekuatan hingga
tiga santri tersebut menjelma menjadi singa. Konflik tak dapat diredam dan
akhirnya tiga santri ikut dalam peperangan di palangan. Sehingga terjadilah
perang segitiga. Wangsa Pasir Bayah dan wangsa Mayak tak sanggup melawan
amukan singa, kemudian 2 wangsa keluar dari palagan. Wangsa pasir Bayah
meninggalkan pasir Bayah dan juga wangsa Mayak. Kemudia setelah konflik
selesai dan wangsa pasir Bayah dan Wangsa Mayak kalah, mayat-mayat yang
setelah bertarungpun berserakan dan darahnya mengalir ke sungai. Setelah itu
singa berubah wujud kembali menjadi tiga santri kemudian merekalah yang
berkuasa walaupun pada awalnya mereka hanya bermaksud melerai dan meredam
konflik. Mereka kemudia diberi gelar oleh penduduk setempat dan nama pasir
bayah diganti oleh dengan nama jasinga yang berasal dari Jaya singa yang berarti
kemenangan singa. Dan ketiga santri diberi gelar Munding Leuweung Jaga
Nagara, Munding Laya Omas, dan Munding Laya Kusuma. Kemudian mereka
bertiga berhak menempati daerah masing-masing yang ada di sekitar Jasinga, dan
dimulai percakapan antara mereka bertiga :
“Munding Leuweung Jaganagara: “sia rek kamana, kusuma ?”
Munding Laya Kusuma: “kami mah rek didieu bae, ja geus cukup loba sandang
jeung pangan didieu mah, bisa ngumpulkeun suluh, pangan, jeung lainna”.
Munding Laya Omas: kami rek leumpang ka belah kulon, ngke kami rek diuk di
Kulon sampe ka boga katurunan”.
Dari percakapan tadi akhirnya mereka menempati daerah masing-masing.
Munding Leuweung Jaganagara menempati daerah Gunung Curia tau yang
sekarang disebut kampung ngasuh. Munding laya kusuma menempati daerah Pasir
Bayah atau yang sekarang di sebut Jasinga. Sedangkan Munding Laya Omas
berkelana ke Barat yang sekarang disebut Banten. setelah kejadian itu masyarakat
menyebutnya Jasinga hingga sekarang. Kemudian dengan berjalannya waktu pada
masa kejayaan Padjajaran datanglah seorang santri yang ingin berdakwah ke
Jasinga, kemudian santri tersebut dihalang-halangi oleh jawara sakti lalu
keduanya bertarung. Tiba-tiba kesaktian sang jawara seketika mati dan lumpuh
ketika santri memukulnya dengan pohon dahan dadap cangkring. Pohon dadap
70
waktu itu banyak disekitar aliran sungai. Kemudian sang jawara mati dengan
cucuk yang menancap di dada. Santri itu menyebut cucuk itu dengan nama “duri”
lalu sungai itu disebut Cidurian yang berasal dari kata “ci” yaitu bahasa sunda duri
yaitu dalam bahasa sunda “cucuk” jadilah disebutnya Cidurian. Dan sampai
sekarang sungai disebut dengan Cidurian.71
D.
Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial di Sekitar Aliran Sungai
Cidurian
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali mendengar atau bahkan
mengucapkan kata peran ataupun peranan. Peran dan peranan lebih sering
diartikan kepada fungsi dari seseorang atupun berupa benda yang memang terlihat
fisiknya. Jika dalam ilmu sosial peran dinyatakan lebih kepada fungsi norma serta
dibentuk oleh budaya. Maka dalam penelitian peran ini dikaitkan dengan fungsi
sungai terhadap interaksi sosial pada masyarakat kampung kabagusan. Dimana
setiap harinya secara tidak langsung sungai berfungsi mengatur hubungan
interaksi sosial pada masyarakatnya. Sungai merupakan urat nadi bagi kehidupan
masyarakat kampung kabagusan. Semua kegiatan aktifitas kesehariannya
dilakukan dengan bergantung kepada sungai Cidurian. Jika dilihat dari segi
kesehatan, hal ini memang kurang baik dilakukan tetapi jika dilihat dari segi
sosiologis masyarakat melakukan segala kegiatan kesehariannya dari mulai
melakukan aktifitas rumah tangga, bekerja sebagai petani, lading, dan berkebun
dengan mengandalkan sungai cidurian.
Maka disinilah dapat dilihat sisi sosiologisnya. Masyrakat memulai
aktifitas setiap harinya dari mulai pukul 05.30 hingga pukul 17.30. bisa
disimpulkan bahwa kurangnya
interaksi sosial. Bagaiman tidak, masyarakat
bekerja setiap harinya dari pagi hingga sore sehingga hampir tidak ada waktu
untuk bersosialisasi dengan tetangganya. Hanya dengan ketika mereka berada
disekitar aliran sunga Cidurian dapat berinteraksi dengan secara tidak sengaja.
71
Wawancara Langsung, Bapak kyai Sadeli Sesepuh Kampung Kabagusan, tanggal 25
November 2013.
71
Mereka bertegur sapa, bercerita tentang kegiatan yang telah dilakukan mereka
seharian. Hal tersebut diperkuat oleh hasil obrolan pribadi dengan bapak Dade dan
bapak holil.72
Begitu pula yang dilakukan ibu rumah tangga kampung Kabagusan. Untuk
memenuhi segala kebutuhan pokok yang sekarang semakin melambungnya harga
sembako. Mereka ikut membantu suaminya berladang, bertani, dan berkebun
demi terpenuhinya resiko sehari-hari. Hampir tidak ada waktu bagi mereka untuk
bercanda gurau bersama-sama ibu-ibu tetangga lainnya, karena setelah selesai
bekerja pun mereka masih harus memasak dan mengurus rumah tangga lainnya.
Dan hanya dengan ketika mereka berada disungai Cidurianlah mereka dapat
melakukan hubungan sosial dengan saling berinteraksi satu sama lain dengan
sambil mencuci piring, baju, dan lain-lainnya yang dapat dilakukan di sungai
Cidurian. Selain itu kurangnya interaksi ini didukung dari tidak adanya kegiatankegiatan yang diadakan oleh pihak Rukun Tetangga (RT), pihak Rukun Warga
(RW), serta dari pihak Desa.
Dari permasalahan di atas maka sungai dijadikan sarana berinteraksi oleh
masyarakat sekitarnya. Kelebihan sungai Cidurian ini adalah sebagai sarana untuk
berbagi informasi baik tentang hal-hal yang positif maupun negatif. Masyarakat
kampong Kabagusan rata-rata bermata pencaharian dengan bertani dan berladang
serta berkebun. Rata-rata daerah pertanian dan perkebunannya dikelilingi oleh
aliran sungai yang Cidurian. Disinilah masyarakatnya saling berinteraksi, bertegur
sapa, juga saling memberikan informasi tentang bagai mengolah lahan
perkebunan juga pertaniannya. Masyarakat juga saling memberikan informasi
bagai mana hasil panen yang mereka dapat, dan juga memberikan informasi
bagaimana untuk mendapatkan hasil panen yang lebih baik. Sehingga terjadi
hubungan interaksi yang baik antar warga. Sebagaimana pula dijelaskan oleh teori
Mead bahwa manusia pada dasarnya mempunyai akal budi bukan sebagai satu
benda, melainkan sebagai satu proses sosial.
72
Dade dan Holil, Warga Kampung Kabagusan, Wawancara Langsung di Sungai
Cidurian. 15 Desember 2013.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Walaupun
kebutuhan-kebutuhan yang lain terpenuhi, namun sebagai mahluk sosial manusia
mempunyai naluri untuk melakukan hubungan sosial dengan berinteraksi sosial
tentunya harus terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti
empiris mengenai peran sungai terhadap interaksi social disekitar aliran sungai
Cidurian kampong Kabagusan desa Mayak kecamatan Curugbitung kabupaten
Lebak Banten.
Dari hasil penelitian inilah maka dapat dibuktikan bahwa peran sungai
Cidurian sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya. Karena dengan
adanya sungai ini maka interaksi social pada masyarakatnya bisa menghasilkan
interaksi yang positif terhadap kehidupan masyarakatnya. Terjalinnya kehidupan
yang lebih akrab dan saling memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan sector
pertaniann serta perkebunannya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dipadukan dengan tiga teknik
pengumpulan data untuk memperkuat tingkat validitas, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Peran sungai cidurian terhadap interaksi sosial pada masyarakat kampung
Kabagusan desa Mayak kecamatan Curugbitung kabupaten Lebak Banten sangat
besar. Peran sungai selain untuk pemenuhan kebutuhan pokok juga sangat
berperan penting terhadap interaksi sosial pada masyarakatnya.di sekitar sungai
Cidurian inilah masyarakat melakukan interaksi sosial antar warga sehingga
terjadi masyarakat yang rukun dan saling memberikan nilai-nilai positif.
B. Saran-saran
Dalam penelitian ini beberapa hal yang hendaknya perlu diperhatikan oleh
masyarakat kampung Kabagusan adalah mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa
73
mempererat hubungan antar warga. Seperti diadakannya gotong royong,
kumpulan antar warga, serta acara-acara yang bisa memberikan kesempatan
kepada warga untuk berinteraksi serta melakukan hubungan sosial dengan
warganya. Bahwa interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi kehidupan
baik itu antar tetangga, atau masyarakat yang lebih luas. Untuk menciptakan
interaksi sosial antar warga ini harus adanya kesadaran dari individu, serta pihak
Desa untuk mengadakan kegiatan yang mampu menjadikan jalinan yang lebih
baik. Contohnya mengadakan gotong royong disekitar aliran sungai untuk
menjadikan lingkungan sekitar aliran sungai bersih, agar terciptanya proses
interaksi yang baik dengan sesama tetangga.
75
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu. dan Narbuka, Cholid. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara. Cet. ke-1.
Anesya, Devania. Teknik Analisis Data, http://frenndw.wordpress.com/2011/03/
15/teknik-analisis-data/, diakses pada tanggal 21 Januari 2013 pukul
13.10 WIB.
Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta. Cet ke-13.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cetakan Kedua.
Bachtiar, Wardi. 2008. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bakri, Nazar. 1994. Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta: CV
Pedoman Jaya.
Basrowi. dkk. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Berger, Peter L. dan Luckman, Thomas. 2012. Tafsir Sosial atas Kenyataan
Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES IKAPI. Cetakan
ke-9.
Bouman, P.J. Ilmu Masyarakat Umum. Jakarta: Pustaka Sardjana.
BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten. http://www.lebakkab.go.id
/index.php?pilih=hal&id=27.
Bungi, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada.
Cabin, Philippe. 2004. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Dade dan Holil, Warga Kampung Kabagusan, Wawancara Langsung di Sungai
Cidurian. 15 Desember 2013.
Dishubkominfo Provinsi Banten. http://bantenprov.go.id/read/page-detail /petawilayah/4.html. diakses pada tanggal 11 April 2013.
Elly. Dkk. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Perdana
Media Group. Edisi Kedua. Cet. Ke-9.
76
Faisal, Sanafiah. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. Cet. Ke-1.
Hassan, Nabilah. Sungai dan Manfaatnya, http://nabiilahhassa.blogspot.com/
2012/12/sungai-dan-manfaatnya.html. diakses pada tanggal 11/07/2013,
Pukul 11:39 WIB.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian ilmu Sosial. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama. Edisi ke-2.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid II. Jakarta:
PT. Gramedia.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Cet. ke-4.
Nazir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurdin, M. Amin. dkk. 2006. Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami
Konsep-Konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Pers. Cetakan Pertama.
Paimin. Dkk. 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sunga,
Kementrian Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor: Pusat Penelitian
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.
Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Cetakan ke-6.
Pujatmiko, Rahmat. 2007. Efektifitas Forum DAS dalam Membantu Kelembagaan
Pengelolaan DAS (Studi Kasusu Forum Komunikasi DAS Cidanau di
provinsi Banten). Jakarta: Program Magister Universitas Indonesia.
Purwadi, Etika Komunikas dalam Budaya Jawa: Sebuah Penggalian Nilai
Kearifan Lokal demi Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa.
Jurnal. tt.
Rahayu, Iin Tri. Dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia
Publishing.
Raho, Bernard. 2008. Teori Sosiolog. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Razak, Yusron. 2008. Sosiologi Sebuah Pengantar; Tinjauan Pemikiran Sosiologi
Perspektif Islam. Jakarta: Laboratorium Sosiologi.
Ritonga, Jamiluddin. 2004. Riset Kehumasan. Jakarta: PT. Gramedia Grasindo.
Ritzer, George. dan Goodman, Douglas J. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.
77
Sadeli (Sesepuh Kampung Kabagusan). Wawancara. tanggal 25 November 2013.
Saebani, Beni Ahmad. dan Nurjaman, Kadar. 2013. Manajemen Penelitian.
Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia.
Salam, Syamsir. dkk. 2008. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah.
Setaiadi, Elly. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
Setiadi, Wawan. Pengertian Masyarakat. http://wawan-junaidi.blogspot.com
/2012/03/pengertian-masyarakat.html, diakses pada Rabu, 23 Januari
2013.
Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Sodikin. 2012. NATURALIS; Journal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Bengkulu: Program Studi Pascasarjana Universitas
Bengkulu.
Soehartono, Irawan. 2008. Metodologi Penelitian Sosial; Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT
Reamaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Edisi Baru 42.
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Edisi Revisi-45.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Cet.ke-7.
Sugono, Dendy. Dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-7.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi; Edisi Revisi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. Pertama.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2009. Profil Desa Mayak Tahun. Lebak: Balai Desa Mayak.
78
Tim Penyusun. 2013. Monografi Kampung Kabagusan. Lebak: Kantor Desa
Mayak Kecamatan Curug Bitung.
Tim Penyusun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES).
Undang-undang Republik
tahun 1979.
Indonesia, Tentang Pemerintahan Desa Nomor 5
Undang-undang Republik Indonesia tentang Pemerintah Daerah Nomor 22 tahun
1999.
Usman, Husaini. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Cet.
Ke-3.
UU No. 7 tahun 2004 dan No. 38 tahun 2011 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia tentang Sungai.
Wahyu, Ramdani. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
79
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Bintang Tresna Prihartini
NIM
: 109015000158
Fakultas/Jurusan
: FITK/ P.IPS
Prodi
: Sosiologi
Judul Skripsi
: Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran
Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak
Kecamatan Curug Bitung Lebak-Banten
BAB
Nomor
Foot
note
1
Referensi
DishubkominfoProvinsiBanten,
http://bantenprov.go.id/read/page-detail/petawilayah/4.html, diakses pada tanggal 11 April 2013.
BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten,
2
http://www.lebakkab.go.id
/index.php?pilih=hal&id=27
BAB
I
3
4
Undang-undang Republik
Indonesia, Tentang
Pemerintahan Desa, (Nomor 5 Tahun 1979), h.2.
Undang-undang Refublik Indonesia, Tentang
Pemerintah Daerah, (Nomor 22 tahun 1999).
Syamsir salam,dkk. Sosiologi Pedesaan, (Lembaga
5
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008), h.
Paraf
Dosen
80
41.
6
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2007), h. 207
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah
7
Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), cet. Pertama, h. 156.
9
10
11
P.J. Bouman, ilmu Masyarakat Umum, (Jakarta:
Pustaka Sardjana), hal. 31
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.854
UU no. 7 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia, tentang Sungai, no. 38 tahun 2011
Paimin, dkk, Sistem Perencanaan Pengelolaan
BAB
daerah Aliran Sunga,Kementrian Kehutanan Badan
Penelitian
II
12
Kehutanan
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, (Bogor
: Pusat penelitian
pengembangan konservasi dan
rehabilitasi, 2012), hal. 5
Chay Asdak, hidrologi dan Pengelolaan Daerah
13
Aliran Sungai, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2002), cetakan kedua, h.11
14
Sodikin,
NATURALIS-Journal
Penelitian
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
(Program studi pasca Sarjana, Universitas Bengkulu,
81
2012)
15
Rahmat Pujatmiko, Efektifitas Forum Das dalam
Membantu Kelembagaan Pengelolaan Das(Studi
kasusu forum komunikasi DAS Cidanau di provinsi
Banten), Program Magister (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2007), h. 19
M. Amin Nurdin, dkk. Mengerti Sosiologi Pengantar
16
untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, cetakan
satu, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2006), h. 52
Philippe Cabin, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
17
Pemikirannya, (Yogyakarta: Kreasi wacana, 2004),
h. 199
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar tinjauan
18
Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta:
Laboratorium Sosiologi, 2008), h. 57.
Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, Edisi revisi,
19
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2004) hal. 37
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi
20
Revisi-45 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hal. 58
purwadi, jurnal Etika Komunikas Dalam
21
Budaya
Jawa: Sebuah Penggalian Nilai Kearifan Lokal demi
Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa, tt,
82
hal. 2
Peter LBerger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial
Atas
22
Kenyataan
Pengetahuan,
Risalah
(Jakarta:
Tentang
LP3ES
Sosiologi
IKAPI,
2012),
cetakan ke-9, h. 65.
Margaret
22
M.
Poloma,
Sosiologi
Kontemporer,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), cetakan ke-enam,
h. 256
Bernard Raho, Teori Sosiolog, (Jakarta: Prestasi
23
24
Pustakarya, 2008), h.95
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), h.240
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori
25
Sosiologi Modern, (Jakarta:Kencana, 2003), h.267
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan
26
BAB
III
28
Modern Jilid II, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 8.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet.7. h. 81
Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial,
suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial
29
dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Reamaja
Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-7, h. 35
Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi
30
Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-1,
83
h. 44.
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan,
31
(Surabaya: Usaha Nasional, 1998), Cet. 1, hal. 42
Beni
32
Ahmad
Saebani
Manajemen Penelitian,
Dan
Kadar
Nurjaman,
( Bandung: Penerbit CV.
Pustaka Setia, 2013), h. 148
Muhammad Idrus, Metode Penelitian ilmu SosialI,
33
(Jakarta: Gelora Aksara Pratama,2009), Edisi ke dua,
h. 62
Jamiluddin Ritonga, Riset kehumasan, (Jakarta: PT.
34
Gramedia Grasindo, 2004), h. 39
Iin Tri Rahayu. Dkk, Observasi dan Wawancara,
35
36
37
(Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 1
Husaini Usman, metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 3, hal. 54
M. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1985), hal. 175
Nazar Bakri, tuntunan Praktis Metodologi Penelitian,
38
(Jakarta: CV Pedoman Jaya, 1994), hal. 36
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu
39
Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
84
Cet. 13, hal. 23
Basrowi. Dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,
40
41
(Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 158
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.4, h. 180.
Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif,
Pemahaman
42
Filosofisdan
Metodologis
Kearah
Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada, 2003), hal. 53
Jakarta, Januari 2013
Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Syaripulloh M.Si
NIP. 196709092007001133
85
Gambar Peta Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak-Banten
86
Foto Wawancara dengan Syamsul Ma’arif Responden Remaja
Foto Aliran Sungai Kampung Kebagusan
87
Gambar Aliran Sungai Kampung Kebagusan
Foto Perkebunan Dekat Aliran Sungai
88
Foto Perkebunan Timun Dekat Aliran Sungai
Akses Jalan Ke Kampung
89
Foto Lahan Perkebunan Dekat Aliran Sungai
Foto Aktivitas Warga di Sungai Cidurian
90
Foto Aliran Sungai yang Dipakai Warga
91
Jembatan Penghubung Jalan Perbatasan Antara Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor
92
MONOGRAFI DESA MAYAK
KECAMATAN CURUG BITUNG LEBAK BANTEN
-
Pemukiman / Perumahan Penduduk
: 15
Ha
-
Sarana Sosial / sarana Umum lainnya
: 8
Ha
-
Pertanian
: 327 Ha
-
Perkebunan
: 150 Ha
-
Industri/Perdagangan
:-
-
Milik Rakyat /Hak Adat
: 430 Ha
-
Milik Negara
:-
Ha
-
Milik Perkebunan
:-
Ha
-
Milik Swasta
: 70
Ha
Ha
-
-
Jumlah penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah sarana Pendidikan
Sekolah Dasar Negri
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Jumlah sarana Keagamaan
Mesjid
Mushola
Pertanian Sawah
Perdagangan
Buruh Tani
Jasa
PNS
Pendidikan Warga masyarakat
TK
SD
SLTP / Mts
SLTA / MAN
Perguruan Tinggi
Jumlah Perangkat Desa :
: 2.339
Orang
: 1.199
Orang
: 1.140
Orang
: 5
Unit
: 2 Unit, SDN 01 dan 02 Mayak
: 1 Unit SMPN SATAP Curug Bitung
: 1 Unit SMK Pertanian
: 6
Unit
: 3
Buah
: Buah
: 1.110
Orang
: 23
Orang
: 223
Orang
: 24
Orang
: 10
Orang
:
: 35
Orang
: 388
Orang
: 137
Orang
: 48
Orang
: 4
Orang
93
-
Ketua RW
Ketua RT
Anggota BPD
Guru Ngaji
Alat Transportasi :
Kendaraan Roda Empat
Kendaraan roda dua
:
:
:
:
3
11
9
6
Orang
Orang
Orang
Orang
: : Roda Dua
94
PEDOMAN WAWANCARA
Penelitian Skripsi:
“Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian
(Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa
Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”
Oleh
Bintang Tresna Prihartini
NIM. 109015000158
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
95
WAWANCARA
Assalamu’alaikum Wr.Wb…
Selamat pagi/siang/sore/malam. Saya Bintang Tresna Prihartini,
mahasiswa Pendidikan IPS jurusan Sosiologi-Antropologi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melakukan penelitian skripsi tentang “Peran Sungai Terhadap Interaksi
Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi
Sosial
Pada
Masyarakat
Kampung
Kasus Interaksi
Kabagusan
Desa
Mayak
Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data serta yang
diperlukan dalam penelitian. Pertanyaan Wawancara sesuai dengan
kualifikasi tujuan penelitian dan kemampuan yang bapak/ ibu miliki untuk
menjawab.
Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya memohon
kesediaan bapak/ ibu :
sebagai
masyarakat
desa Mayak
kampung Kabagusan RT/RW, 001/007
kecamatan Maja kabupaten Lebak Banten ini untuk saya wawancarai.
(NB: * coret yang tidak perlu dan lingkari pada bagian yang diperlukan)
Data Responden
Nama Responden Terpilih
:
Umur Responden
:
Jenis Kelamin Responden
: 1. Laki- laki
2. Perempuan
Alamat Reponden
: Kampung Kabagusan RT/RW, 001/003
Pekerjaan Responden
:
96
Status Responden
: 1. Asli
2. Pengganti
WAWANCARA
A. Pertanyaan !
1. Apa yang anda ketahui tentang sungai Cidurian ?
2. Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya sungai Cidurian bagi
anda sendiri ?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai pentingnya sungai Cidurian bagi
masyarakat kampung Kabagusan ?
4. Ketika melakukan kegiatan di sungai Cidurian apa saja yang
dilakukan? Apakah terjadi perbincangan/interaksi dengan orang lain
ketika berada disekitar sungai Cidurian? ceritakan !
5. Bagaimana pendapat anda tentang peran/fungsi sungai terhadap
interaksi sosial?
6. Apakah terdapat hubungan baik antara warga kampung Kabagusan
disekitar aliran sungai Cidurian?
7. Brapakah jarak anatara rumah anda dengan sungai Cidurian ?
8. Apasajakah manfaat sungai bagi anda/masyarakat?
9. Apasajakah dampak dari sungai Cidurian terhadap interaksi? Positif
atau negative?
10. Jika jawaban anda positif apa sajakah diantaranya? Dan jika negative
apa sajakah diantaranya? Ceritakan!
B. Pemangku Adat atau Sesepuh
1. Tolong ceritakan bagaimana sejarah terbentuknya kampung Kabagusan
serta sungai Cidurian?
97
2. Bagaimana menurut bapak atau ibu perkembangan penduduk sampai
sekarang ini?
PENUTUP
Demikianlah wawancara yang saya lakukan ini. Terima kasih atas
kesediaannya, saya mohon maaf apabila dalam wawancara terdapat kesalahan dan
kekhilafan. Atas kesediaannya saya ucapkan banyak terima kasih.
Selamat pagi/siang/ sore/ malam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hasil Wawancara
C. Jawaban Pertanyaan!
98
PEDOMAN OBSERVASI
Penelitian Skripsi
“Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian
(Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa
Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”
Disusun Oleh;
Bintang Tresna Prihartini
109015000158
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
99
Observasi
Mulailah segala kegiatan dengan mengucapkan basmalah. Identifikasi dan
pahami variable penelitian yang diteliti, adapun beberapa variable penelitian yang
akan diteliti adalah “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran
Sungai Cidurian (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung
Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”.
Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang
peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan.
Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi yang akan diamati, yaitu:
1) Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial
Amatilah peran sungai
terhadap interaksi
sosial
pada
masyarakat disekitar aliran sungai di kampung Kabagusan desa
Mayak kecamatan Maja kabupaten Lebak Banten
 Pemahaman mengenai peran sungai
 Peran sungai bagi individu sendiri
 Peran sungai bagi masyarakat
 Peran sungai terhadap interaksi
 Pemahaman peran sungai terhadap interaksi sosial bagi
masyarakat
2) Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian
Amatilah interaksi sosial disekitar aliran sungai cidurian
pada masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan
Curug Bitung kabupaten Lebak.
 Amatilah kegiatan interaksi sosial disekitar aliran sungai
masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan
Curug Bitung kabupaten Lebak.
 Amatilah pengaruh jarak pemukiman warga dengan daerah
aliran sungai terhadap interaksinya.
 Amatilah manfaat sungai bagi bagi masyarakatnya
100
 Amatilah dampak dari penggunaan sungai terhadap
interaksi.
 Amatilah Dampak positif dan negatif dari peran sungai
terhadap interaksi sosial.
Setelah selesai melakukan pengamatan, kroscek kembali data
pengamatan yang telah dilakukan dan catat secara jelas. Akhiri dengan
berpikir positif dan hamdalah.
101
PEDOMAN OBSERVASI
Penelitian Skripsi
“Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian
(Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa
Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”
Disusun Oleh;
Bintang Tresna Prihartini
109015000158
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
102
DATA RESPONDEN
1. Nama
: Jasita
Pekerjaan
: Ketua Rukun Tetangga (RT) 001
Umur
: 65 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMP (sekolah Dasar)
Alamat
: Kampung Kabagusan
2. Nama
: Holil
Pekerjaan
: Ketua Rukun Warga (RW) 003
Umur
: 55 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SD
Alamat
: Kampung Kabagusan
3. Nama
: Mujani sesepuh kampung Kabagusan
Pekerjaan
: pensiunan
Umur
: 68 Tahun
Pendidikan Terakhir
: D III
Alamat
: Kampung Kabagusan
4. Nama
: Sultonah
Umur
: 48
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan Terakhir
: S1 (S.Pd)
Alamat
: Kampung Kebagusan
5. Nama
: Nuraeni
Umur
: 38 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Kampung Kebagusan
103
6. Nama
: Sunariah
Umur
: 40 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMP
Alamat
: Kampung Kabagusan
Daerah Asal
: Bogor
7. Nama
: Suparman
Umur
: 45 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMP
Alamat
: kampung Kabagusan
8. Nama
: Dade
Umur
: 46 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMP
Alamat
: Kampung Kabagusan
9. Nama
: Juli
Umur
: 28 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: kampung Kabagusan
Daerah Asal
: Bogor
10. Nama
: Dewi Betari
Umur
: 26 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Kampung Kabagusan
104
11. Nama
: Nurul Fajriah
Umur
: 20 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Kampung Kabagusan
12. Nama
: Sobariah
Umur
: 16 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Kampung Kabagusan
13. Nama
: Samsul Ma’arif
Umur
: 19 tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Kampung Kabagusan
14. Nama
: Yusuf Hamdani
Umur
: 23 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SD
Alamat
: Kampung Kabagusan
15. Nama
: Yuli
Umur
: 19 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SD
Alamat
: Kampung Kabagusan
ABSTRACT
Bintang Tresna Prihartini. The Role Of Social Interaction River Watershed Cidurian Around
Kampung Kabagusan Mayak village waterfall Bitung District of Lebak Banten . Education
Department of Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN)
Syarif Hidayatullah , 2014.
This study aims to determine the role of social interactions around the river against the
flow of the river villages Cidurian kabagusan Mayak village waterfall Bitung swampy districts
offerings . based on the observed problem is the extent to which the role of social interaction on
the river against its people . The method used is descriptive method with qualitative approach .
The sampling technique used was purposive sampling . The research instrument used was the
interview . Examination and checking of test data in credibility and transferability of this study
using the technique of triangulation method , by adjusting the study documentation , interview
techniques and deepening of observation .
The results showed that the river has an important role to social interaction in the
community . This is caused by a lack of social connections in the community kabagusan village ,
so that the river has its own role to be part of the process of social interaction . Due to the
presence of the river Cidurian villagers smartness can make the process of social interaction as
that good social relations .
Keywords : Roles , Rivers , Social Interaction .
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
KECAMATAN CURUGBITUNG
KANTOR KEPALA DESA MAYAK
Alamat : Desa MAYAK Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak
SURAT KETERANGAN
No. /RT/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Asep
Jabatan
: Sekretaris Desa
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
: Bintang Tresna Prihartini
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Lebak, 17 Juli 1991
Alamat lengkap
: Kampung Kebagusan Desa mayak Kecamatan Curug
Bitung
Status Pendidikan
: Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
NIM
: 109015000158
Nama tersebut diatas benar telah melakukan Penelitian (riset) di daerah yang saya
pimpin, dengan judul penelitian “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran
Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung LebakBanten”. Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mayak, 16 November 2013
Sekretaris Desa Mayak
Asep Supriadi
1983 0303 2010 01 100
Download