PERAN SUNGAI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DI SEKITAR ALIRAN SUNGAI CIDURIAN KAMPUNG KEBAGUSAN DESA MAYAK KECAMATAN CURUG BITUNG LEBAK BANTEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Bintang Tresna Prihartini NIM. 109015000158 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/1435 H i ABSTRAK Bintang Tresna Prihartini. Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sungai terhadap interaksi sosial disekitar aliran sungai cidurian kampung kabagusan desa mayak kecamatan curug bitung lebak banten. berdasarkan masalah yang diamati adalah sejauh mana peran sungai terhadap interaksi sosial pada masyarakatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan transferability penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan menyesuaikan studi dokumentasi, teknik wawancara dan pendalaman observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sungai mempunyai peran penting terhadap interaksi sosial dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya hubungan sosial pada masyarakat kampung kabagusan, sehingga sungai mempunyai peran tersendiri untuk menjadi bagian dari proses interaksi sosial. Karena dengan adanya sungai cidurian penduduk kampung kebagusan dapat melakukan proses interaksi sosial sebagaimana agar terjalinnya hubungan sosial yang baik. Kata Kunci: Peran, Sungai, Interaksi Sosial. v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Solawat beserta salam senantiasa tercurah pada baginda Rasulallah SAW. Alhamdulillah Hirobbil „alamin atas limpahan rahmat serta karunia-Nya yang tiada batas penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Lebak Banten” ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua ku tercinta, Bapak Ceceng Lomri (alm) yang selalu menjadi motivasi saya walaupun beliau telah tiada. Dan Ibu Sultonah, ibunda tercinta yang senantiasa memberikan do‟a, motivasi dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. terimakasih banyak mamah untuk semua perjuanganmu selama ini. Maaf jika teteh belum bisa menjadi anak kebanggaan. Tapi teteh selalu berusaha untuk menjadi anak yang sholehah buat mamah. Terimakasih untuk kasih sepanjang masanya. Semoga ini bisa menjadikan sedikit kebahagiaan dalam hidup mamah. I love you soo much mom. 3. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Nurlena Rifa‟i. P.hD vi 4. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd dan Sekertaris jurusan, Bapak Syarifpulloh., M.Si, yang telah tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Syaripulloh M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Asep Supriadi selaku Sekretaris Desa yang sudah banyak membantu dan mempermudah saya memberikan izin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 7. Terimakasih banyak yang tak hingga pula kepada sahabat-sahabatku tercinta “Necis”, Eka Putri Awwalun Nisa, yang sangat berjasa dari mulai awal hingga akhir, menemani berkeliling-keliling PU mencari refrensi, menjadi motivator kegalauan hati. Untuk abangku satu-satunya Arif Rahman Hakim, terimaksih banyak atas semua bimbingannya dan sudah menjaga saya selama diperantauan ini. Herlinda Yuspita, yang selalu mengajarkan tentang kata “Yakin” dan „Percaya diri”. Neneng Suwartini, yang selalu sabar untuk semua pertanyaan-pertanyaan saya ketika bingung. Faizah, yang sudah mengajarkan saya sabar. Terimakasih untuk kalian semua sudah hadir dalam hidup saya, menemani, menjaga, dalam suka dan duka. Sungguh tak ada kata yang lebih indah selain dari kata „Persahabatan” kita. Terimakasih untuk kasih sayang tulus selama persahabatan kita. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin sampai kakek nenek dan tak lekang oleh waktu. 8. Untuk Aa Azkia Muharom Albantani terimakasih banyak atas motivasi dan bantuannya selama ini. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita dalam merengkuh keberkahannya yang hakiki dalam ikatan suci. 9. Terimakasih juga unuk teman-teman Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) yang selalu memberikan semangatnya. 10. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan pendidikan IPS angkatan 2009 yang sudah banyak memberikan informasi-informasi pentingnya. vii 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas doa dan bantuannya. Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan dengan gelar S.Pd. semoga setelah ini saya dapat mempertanggungjawabkan apa yang telah didapat dikampus tercinta, dengan pengamalan serta keikhlasan untuk mengamalkannya di bumi pertiwi, Amin. Jakarta, 14 Januari 2014 Bintang Tresna Prihartini NIM. 109015000158 viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI ………………………………. ................. i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………. ..... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH…………………… ............. iv ABSTRAK ……………………………………………………………… ... v KATA PENGANTAR ………………………………………………… ..... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. . xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ........................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ....... 9 A. Peran ................................................................................................... 9 B. Sungai ................................................................................................. 10 C. Interaksi Sosial ................................................................................... 20 D. Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial .............................................. 37 E. Kerangka Berfikir ............................................................................... 38 ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 41 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 41 B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 42 C. Metode Penelitian ............................................................................... 43 D. Penelitian Relevan .............................................................................. 44 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 45 F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 51 G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................ 54 H. Analisis Data ...................................................................................... 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 59 A. Gambaran Umum Desa Mayak dan Kampung Kebagusan................ 59 B. Sejarah Singkat Kampung Kebagusan ............................................... 67 C. Cerita Sungai Cidurian ....................................................................... 69 D. Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial di DAS Cidurian .................. 71 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 73 A. Kesimpulan ........................................................................................ 73 B. Saran-saran ......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 79 x xi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian ....................................................... 51 Tabel 3.2 Nama-nama Informan Penelitian .................................................. 52 Tabel 4.1 Nama-nama Struktur Organisasi Desa Maya ................................ 59 Tabel 4.2 Jumlah RT dan RW di Desa Mayak …………………………….. 60 Tabel 4.3 Jarak Tempuh ……………………………………………………. 61 Tabel 4.4 Sumber Penghidupan Di Kampung Kabagusan …………………. 63 Tabel 4.5 Luas Panen anen,rata-rata Hasil Perhektar dan Produksi padi Sawah Di Desa Mayak ………………………………………………………… 63 Tabel 4.6 Perkebunan Produksi Buah-Buahan Di Desa Mayak ……………. Tabel 4.7 Sarana Transportasi Jalan Di Desa Mayak ………………………. 64 Tabel 4.8 Kondisi Jalan di Desa Mayak ……………………………………. 65 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Uji Referensi Lampiran 2 Dokumentasi Lampiran 3 Monografi Desa Lampiran 4 Pedoman Wawancara Lampiran 5 Pedoman Observasi Lampiran 6 Data Responden Lampiran 7 Data Hasil Wawancara Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Dari Desa xii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Luas wilayah kabupaten Lebak 304.47. dengan jumlah penduduk 1.204.095 jiwa (BPS Kab. Lebak). Secara adminsitratif, kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340 desa, dan 5 kelurahan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Masyarakat di Kabupaten Lebak yang diperoleh berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susennas ) dengan 3 indikator, yaitu: Indikator Harapan Hidup, Indikator Pendidikan dan Indikator Daya Beli. Secara umum karakter masyarakat di kabupaten Lebak dapat menerima hal-hal baru yang menunjang pembangunan ekonomi, antara lain adanya penanaman modal dari dalam maupun luar negeri, dengan persyaratan yang dilibatkan dalam menjalankan kegiatan.1 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah kerja kecamatan. Jumlah desa dan kelurahan di kabupaten Lebak pada tahun 2008 sebanyak 340 desa dan 5 Kelurahan yang tersebar di 28 Kecamatan. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2006, jumlah desa/kelurahan di kabupaten Lebak sebanyak 315 desa dan 5 kelurahan. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, maka dikeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2008 mengenai pemekaran 25 1 Dishubkominfo Provinsi Banten, http://bantenprov.go.id/read/page-detail wilayah/4.html, diakses pada tanggal 11 April 2013. /peta- 2 desa di kabupaten Lebak yang pada akhirnya jumlah desa/kelurahan berjumlah 340 desa dan 5 kelurahan.2 Desa menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1979, menyatakan desa adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat yang mempunyai organisasipemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik Indonesia.3 Sedangkan menurut undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa “istilah desa disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat seperti; Nagari, Kampung, Huta, Bori, dan Marga”.4 Masing-masing desa mempunyai ciri-ciri tersendiri terutama perilaku anggota masyarakatnya. Secara umum desa mempunyai hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri dalam arti desa mampu membiayai kegiatan-kegiatan rutin dan pembangunan serta mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat desanya. Berdasarkan tingkat perkembangannya desa di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu desa swadaya, dimana pada kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya mereka masih bersifat tradisional. Desa swakarya adalah desa yang keadaannya sudah mulai meningkat dibandingkan desa swadaya, mulai dari pekerjaannya yang mulai beragam, mulai tidak terisolasi, dan mulai memanfaatkan fungsi lembaga-lembaga yang ada di desa. Sedangkan desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang ada di desa secara optimal.5 Kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten LebakBanten adalah bagian dari Provinsi Banten, yang merupakan sebuah kampung dimana 2 BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten, http://www.lebakkab.go.id /index.php?pilih=hal&id=27 3 Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pemerintahan Desa, (Nomor 5 Tahun 1979), h.2. 4 Undang-undang Refublik Indonesia, Tentang Pemerintah Daerah, (Nomor 22 tahun 1999). 5 Syamsir salam,dkk. Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008), h. 41. 3 terdapat aliran sungai yang alirannya menjadi perbatasan antara kabupaten Bogor Jawa Berat dan kabupaten Lebak Banten. Sungai ini dinamakan oleh penduduk setempat dengan sebutan “Cidurian”. Sungai Cidurian ini merupakan salah satu sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat mempunyai arti dan peran yang besar, salah satunya terhadap interaksi sosial pada masyarakat setempat. Aliran sungai tersebut dijadikan tempat mencuci pakaian, mencuci piring dan sebagai pemunuh kebutuhan pertanian dan yang lainnya. Di sinilah biasanya masyarakat setempat secara tidak langsung melakukan interaksi, baik antara inidividu satu dengan yang lain, maupun individu dengan kelompok. Desa menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman diarea pedesaan (rural). Di Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administrative di Indonesia dibawah kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Desa.6 Menurut Bintarto, desa adalah suatu perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis, politik, dan budaya di suatu wilayah dalam hubungan dengan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. Dalam kehidupan sehari-hari, desa sering disebut dengan istilah “kampung”, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota dan dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian di bidang agraris. Suatu daerah dikatakan desa, jika masih memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan daerah lain di sekitarnya. Berdasarkan pengertian Direktorat Jenderal Pembangunan Desa (Dirjen Bangdes), desa memiliki empat ciri yaitu : 1) Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio) cukup besar. 2) Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris). 3) Hubungan antar warga desa masih sangat akrab. 4) Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku. Pola keruangan desa menurut pengertian lama, kehidupan masyarakat pedesaan dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut : 6 Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 207 4 1) Desa dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam. 2) Iklim dan cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap petani sehingga warga desa banyak tergantung pada perubahan musim. 3) Keluarga desa merupakan unit sosial dan unit kerja. 4) Jumlah penduduk dan luas wilayah desa tidak begitu besar. 5) Kegiatan ekonomi mayoritas agraris. 6) Masyarakat desa merupakan suatu paguyuban. 7) Proses sosial di desa umumnya berjalan lambat. 8) Warga desa pada umumnya berpendidikan rendah.7 Seperti halnya yang telah dikemukakan diatas, kampung kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak adalah masyarakat yang masih menggantungkan kehidupannya pada alam, juga sangat memperhatikan hubungan sosial mereka dimana daerah aliran sungai (DAS) ini sangat berperan penting dalam kehidupan mereka. Pada umumnya masyarakat mencuci dan mandi di sungai disebabkan karena mereka tidak memiliki kamar mandi atau sumur di rumah mereka. Ada juga kebiasaan dari masyarakat yang sudah memiliki kamar mandi, sumur bahkan pompa air, tetapi masih melakukan kegiatan tersebut di sungai. Kalau kita melihat tindakan dan perilaku masyarakat tersebut, sangatlah tidak bisa dikaji dan ditelusuri dengan akal murni kita. Apabila ditinjau dari segi medis, perilaku mereka sangatlah tidak sehat. Tetapi bila ditinjau dari segi sosiologis, mereka melakukan kegiatan mandi dan mencuci di sungai tersebut disebabkan karena sungai merupakan pusat terjadinya pola-pola hubungan sosial. Fenomena inilah yang terjadi di kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak-Banten dikarenakan sungai yang biasa disebut Cidurian inilah mereka dapat berinteraksi dengan individu lain serta mengekspresikan diri mereka. Daerah tepian sungai merupakan wilayah yang sangat subur dimana alirannya menjadi pembatas antara kabupaten Lebak dan kabupaten 7 Op.cit, hal 155. 5 Bogor. Sungai Cidurian mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat serta menjadi agen penting untuk saling berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. 8 Sedangkan menurut Herbert Spencer masyarakat adalah “suatu organisme berevolusi menurut pertumbuhan manusia seoerti tubuh yang hidup, masyarakat bermula seperti kuman yang berasal dari massa yang dalam, segala hal dapat di bandingkan dengan massa itu dan sebagian di antaranya akhirnya dapat didekati”.9 Manusia mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya semenjak dia dilahirkan ke dunia. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia sehingga dia akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti untuk diterima orang lain, untuk menjadi anggota satu kelompok, diakui, dan seterusnya. Definisi lain menyatakan bahwa masyarakat dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial.10 Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila manusia dalam hal ini orang perorangan atau kelompokkelompok manusia bekerja sama.11 Pada masyrakat kampung Kabagusan, mereka melakukan pergaulan hidup untuk menghasilkan sebuah interaksi ketika melakukan kegiatan disekitar aliran sungai Cidurian. Dalam hubungan antara seorang manusia dengan manusia lainnya, resonansi mempunyai arti yang penting sekali. Resonansi sebagai jawaban timbal balik dari perasaan-perasaan dan kecenderungan, 8 Wawan Setiadi, Pengertian Masyarakat, http://wawan-junaidi.blogspot.com/2012/03/ pengertian-masyarakat.html, diakses pada Rabu, 23 Januari 2013. 9 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Pertama, h. 156. 10 Op. cit, h. 74 11 Elly Setaiadi, ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group 2008), hal. 90 6 mempertalikan sesama manusia dan ikut menyebabkan meluasnya “aku’ menjadi “kita”.12 Dilihat dari permasalahan diawal latar belakang yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat tentu tidak akan mampu hidup menjadi seorang yang individu untuk bertahan hidup. Tentunya manusia akan selalu membutuhkan bantuan orang lain sebagai mahluk sosial salah satunya adalah manusia atau individu membutuhkan teman untuk berinteraksi dengan individu lainnya dalam kehidupan. Dengan adanya pemasalahan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi berjudul “PERAN SUNGAI TERHADAP INTERAKSI DI SEKITAR ALIRAN SUNGAI CIDURIAN (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak)”. B. Identifikasi Masalah Dalam latar belakang di atas, masalah yang dapat teridentifikasi yaitu kurang adanya interaksi antar warga masyarakat jika mereka sedang tidak berada di sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak Banten. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas serta untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini dan juga untuk menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, serta tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran maka masalah yang diteliti dibatasi pada : a) Peran sungai bagi masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak. 12 P.J. Bouman, ilmu Masyarakat Umum, (Jakarta: Pustaka Sardjana), hal. 31 7 D. Perumusan Masalah Berdasaarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu: Bagaimana hubungan antara peran sungai dengan interaksi sosial masyarakat disekitar aliran sungai Kampung Kabagusan Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peran sungai terhadap interaksi di sekitar aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak Banten. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat setempat lebih mengetahui Peranan sungai terhadap interaksi sosial bagi mereka. 2. Setelah diadakannya peelitian ini diharapkan masyarakatnya bisa menjaga kebersihan daerah aliran sungai 3. Bagi penulis dapat memberikan pengalaman berharga dan menambah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sosiologi. 4. Bagi mata pelajaran sosiologi tentunya tidak akan lagi dipandang sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan, melainkan menjadi mata pelajaran yang menantang karena kita dapat terjun langsung ke lapangan. 5. Bagi jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial menambah khazanah pemikiran kita untuk tidak bosan-bosannya menggali ilmu untuk bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Peran Ada beberapa makna dari peran, jika kita telisik lebih jauh lagi maka kita akan banyak mendapatkan makna dari kata “peran”. Kata peran dapat kita jelaskan satu persatu, salah satunya dapat dijelaskan dengan melihat beberapa terjemahan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna yang Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani Kuno (Romawi). Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor dalam sebuah pentas drama. Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu “penampilan/unjuk peran (role performance.13 Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Sedangkan Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin ( 1994;768 ) dalam buk “ensiklopedia manajemen“ mengungkap sebagai berikut : 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen 2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya 13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.854 8 9 5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.14 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat. Fungsi peran disini digantikan bukan kepada manusia atau posisi manusia. Peran disini diartikan lebih kepada fungsi fisik yaitu peran sungai terhadap interaksi sosial masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak-Banten. B. Sungai 1. Pengertian Sungai Manusia sebagai mahluk hidup yang tentunya tidak dapat lepas dari peran air sebagai salah satu kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidup, Keberadaan air menjadi salah satu wujud kekuasaanNya. Air dapat berupa laut, danau, dan juga sungai. Berbicara tentang sungai maka tidak dapat dipisahkan dengan daerah aliran sungai dimana daerah aliran sungai merupakan jalan yang membawa sungai tersebut kepada batas muaranya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ sungai aliran yang besar (biasanya buatan alam) itu dapat dilayari kepedalaman. Bawah tanah airan sungai yang mengalir melaui ruang antara yang sangat besar, seperti gua yang bersambungan”.15 Berbicara tentang sungai maka berkaitan pula dengan daerah aliran sungai menurut UU no. 7 tahun 2004, “Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ruang di mana sumber daya alam, terutama, vegetasi, tanah dan air, berada dan tersimpan serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai wilayah daerah aliran sungai juga dipandang sebagai ekosistem dari daur air sehingga DAS didefinisikan sebagai suatau wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak- 14 Solid Converter Pdf. tt 15 Op.cit, h. 1356 10 anak sungainya.. yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut secara alami. Batas didarat merupakan pemisah topografi dan batasdilaut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan”.16 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tata ruang sumber daya alam salah satunya adalah daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai tempat bertahan hidup bagi mahluk hidup yang ada di dunia, termasuk untuk bertahan hidup manusia. Selanjutnya dijelaskan oleh Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,Kementrian Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. “Daerah aliran sungai yang dipandang sebagai ekosistem tata air dan digunakan sebagai unit pengelolaan sumber daya alam vegetasi, tanah dan air yang rasional, merupakan wilayah daratan dengan batas alam berupa punggung-punggung bukit sehingga tidak selalu bisa berhimpitan dengan batas adminitrasi pemerintahan. Dengan demikian perbedaan batas wilayah tersebut tidak perlu dipertentangkan tetapi perlu ditata keselarasannya, agar keterkaitan antar wilayah adiministrasi dalam satuan DAS bisa terhubung secara serasi melalui jalinan daur hidrologi. Penggunaan Das sebagai satuan wilayah pengelolaan adalah untuk memberikan pemahaman secara rasional dan obyektif bahwa setiap kegiatan yang dilakukan disuatu tempat (on site) dibagian hulu DAS memiliki dampak atau implikasi ditempat lain (off site) dibagian hilir DAS. Atau sebaliknya bahwa pemanfaatan sumber daya alam diwilayah hilir merupakan hasil dari daerah hulu yang secara daerah otonomi atau administrasi berbeda wilayah pengelolaannya”.17 Dapat disimpulkan bahwa selain merupakan ekosisitem yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup, daerah aliran sungai perlu ditata keselarasannya agar daerah aliran sungai dapat berfungsi dengan baik. Jika sudah berfungsi dengan baik maka daerah aliran sungai hulu tengah dan hilir pun dapat berfungsi dengan baik pula. 16 UU no. 7 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, tentang Sungai, no. 38 tahun 2011 17 Paimin, dkk, Sistem Perencanaan Pengelolaan daerah Aliran Sunga,Kementrian Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, (Bogor : Pusat penelitian pengembangan konservasi dan rehabilitasi, 2012), hal. 5 11 seperti yang dikemukakan oleh Chay Asdak bahwa “ dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik daerah hulu das dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar, bukan merupakan deaerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS, dicirikan sebagai berikut: daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah kemiringan lereng yang kecil, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir atau genangan, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi hutan.18 Seperti yang dijelaskan pula dalam jurnal penelitian bahwa “Ekosistem DAS merupakan satu unit kesatuan ekologis yang paling mantap. dalam ekosistem DAS berbagai tata guna lahan, bentuk geomorfologi, flora dan fauna, bangunan fisik serta manusia dan aktifitasnya bersama-sama menyusun kesatuan ekosistem tersebut.19 Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai, air hujan yang turun di daratan dapat mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan penghujung sungai dimana sungai bertemu laut yang dikenal sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air dan limpasan bawah tanah. 18 Chay Asdak, hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), cetakan kedua, h.11 19 Sodikin, NATURALIS-Journal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, (Program studi pasca Sarjana, Universitas Bengkulu, 2012) 12 Seperti dijelaskan oleh Lisenly bahwa “DAS sebagai suatu hamparan wilayah atau kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama kelaut atau ke danau.20 Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa Daerah Aliran Sungai adalah sebuah kawasan yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya kesungai utama yang bermuarake danau atau ke laut. sungai sangat mempunyai peran penting dalam keidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia, terutama pada masyarakat yang sangat bergantung terhadap keberadaan sungai. Sebelum mencapai badan air lainnya, terlebih dahulu air meresap ke dalam tanah. Air hujan yang turun pun jatuh ke tanah, kemudian mengalir melalui sungai lalu terbawa sampai ke muara sungai. Sungai bermula dari mata air yang mengalir ke beberapa anak sungai. Kemudian anak – anak sungai itu bergabung membentuk sungai utama. Ujung dari perjalanan sungai tersebut adalah muara sungai. Daerah aliran sungai akan bisa digunakan dan dimanfaatkan ketika masyarakat mampu menjaga kebersihan sekitar daerah aliran sungai untuk kelangsungannya. Sungai mempunyai debit aliran air yang dapat dibedakan menjadi tiga: a) Sungai Permanen Sungai permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap stabil dan tidak dipengaruhi oleh musim. b) Sungai Periodik Sungai periodik adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak dan bisa juga meluap, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil atau menyusut. c) Sungai Episodik 20 Rahmat Pujatmiko, Efektifitas Forum Das dalam Membantu Kelembagaan Pengelolaan Das(Studi kasusu forum komunikasi DAS Cidanau di provinsi Banten), Program Magister (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h. 19 13 Sungai Episodik yang aliran airnya ada hanya di musim hujanadalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Daerah aliran sungai terdapat bagian hulu, tengah, dan hilir. Dimana bagian-bagian tersebut mempunyai peranannya masing. 1. Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai Hulu sungai atau kepala sungai adalah bagian sungai yang letaknya paling jauh dari muara, tempat suatu sungai bermula, dan tempat sumbersumber airnya berlokasi. Hulu atau hulu-hulu sungai ini bisa jadi memiliki nama yang lain daripada sungai utamanya. Seperti diketahui, sebuah sungai biasanya terbentuk dari beberapa anak sungai, yang masing-masing anak sungai akan terbentuk dari beberapa anak cabang lagi dan seterusnya, yang secara keseluruhan membentuk suatu daerah aliran sungai. Pada bagian hulu inipun terdapat aliran air yang deras serta batu-batu yang besar. Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. 2. Bagian Tengan Daerah Aliran Sungai Pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. 3. Bagian Hilir Daerah Aliran Sungai DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial 14 dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air,kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Dari berbagai penjelasan diatas peneliti berkesimpulan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu daerah yang dibatasi atau dikelilingi oleh garis ketinggian di mana setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu induk dan dialirkan melalui anak sungai. Anak sungai-sungai inilah yang nantinya membagi aliran sungai kepada anak-anak sungai lainnya atau dengan kata lain sungai dapat bercabang. Setelah dialirkan maka sungai akan menacapai titik alirannya pada suatu desa dan kota. Sungai kemudian terdapat bagiannya antara hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu berperan sebagai konservasi dan pelindung. Dimana bagian hulu sangat berpengaruh terhadap bagian tengah dan hilir. Daerah aliran sungai memiliki fungsi yang hampir sama yaitu sebagai kebutuhan kelangsungan hidup manusia. hanya saja bagian hulu sebagai induk dari sungai bagian tengah dan hilir, dimana debit sungainya masih deras dan bersih, karena rata-rata bagian hulu terdapat di hutan dan belum dekat lokasinya dengan rumah penduduk. Sedangkan bagian tengah debit aliran sudah tidak begitu deras. Bagian tengah biasanya sudah terdapat pemukiman berupa pedesaan. Dimana sungai merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk melakukan berbagai macam aktifitas karena masyrakat masih sangat mengandalkan atau bergantung pada sungai untuk mencuci,mandi, dan sebagai alat pertanian. Pada bagian hilir biasanya sungai sudah termasuk pada pencemaran. Dimana sungai terdapat dipinggiran kota. Selain itu sungai sudah mulai adanya erosi yang akan berpengaruh besar terhadap sungai dan juga berdampak pada masyrakatnya. 2. Penyebab Pencemaran Air Sungai 15 Menurut Achmad Lutfi, pada dasarnya pencemaran air sungai di indonsia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:21 1) Berkembangnya Industri-industri di Indonesia Dewasa ini industri-industri di Indonesia semakin berkembang, baik jumlah, teknologi, tingkat produksi maupun limbah yang di hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada didekat aliran sungai cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia, bakteriologi, serta fisik air. 2) Belum tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga Limbah rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air sungai.Karena dari limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang dan dialirkan melalui selokanselokan dan akhirnya bermuara ke sungai.Selain dalam bentuk zat organik dan anorganik, dari limbah rumah tangga bisa juga membawa bibit-bibit penyakit yang dapat menular pada hewan dan manusia sehingga menimbulkan epidemi yang luas di masayarakat. 3) Pembuangan limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan Limbah pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui proses pengolahan, sehingga dapat mencemari air sungai karena limbah pertanian mengandung berbagai macam zat pencemar seperti pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar dari pertanian karena air ini mengandung bahan makanan bagi ganggang dan tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang dan tumbuhan air tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat yang dapat menutupi permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan dan komponen ekosistem biotik lainnya. Penggunaan pestisida juga dapat menggagu ekosistem air karena pestisida bersifat toksit dan akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan manusia. Dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga kelestarian alam salah satunya adalah air, maka manusia perlu mempunyai kesadaran untuk menjaga demi keberlangsungan kehidupan nanati dimasa yang akan datang. Peran sungai dalam 21 Nabilah Hassa, Sungai dan Manfaatnya, http://nabiilahhassa.blogspot.com/2012/12/sungai-dan-manfaatnya.html. Diakses pada tanggal 11/07/2013, pukul. 11:39. 16 kehidupan amatlah penting, menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu upaya yang yang paling sederhana yang dapat dilakukan. Apalagi untuk masyarakat ataupun penduduk yang tempat tinggalnya dekat dengan bantaran sungai dan melakukan kegiatan sehari-hari disekitar aliran sungai sanat penting menjaga kebersihan daerah aliran sungai. C. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi dan Interaksi Sosial Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendengar kata interaksi maupun interaksi sosial,atau bahkan kita sendiri setiap harinya melakukan interaksi baik secara individu, ataupun kelompok dengan keluarga, teman, dan kelompok sosial. Kata interaksi dan interaksi sosial sendiri tidak jauh berbeda artinya, dua-duanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai stimulus sehingga terjadinya komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ interaksi hal saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, antarhubungan” sedangkan interaksi sosial “ hubungan sosial yang dinamis antara perseorangan dan perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok”.22 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah suatu hubungan antara mahluk yang hidup di dunia, baik hewan beserta tumbuhan meraka pada dasarnya saling melakukan interaksi. Sedangkan interaksi sosial terjadi ketika adanaya dorongan atau stimulus dari “seseorang” yang dimaksud adalah manusia sehingga terciptanya respon dari yang lainnya. Interaksi tidak bersifat statis pada saat terjadinya seseorang yang memberikan stimulus kepada seseorang agar terciptanya respon saja, tetapi ada respon yang lain setelahnya. Seperti dijelaskan pula definisi interaksi sosial secara definitive, “interaksi sosial sendiri berarti adanya hubungan atau dua orang atau lebih yang perilaku atau tindakannya direspon oleh orang lain.23 22 Op.cit, h. 542 M. Amin Nurdin, dkk. Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, cetakan satu, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2006), h. 52 23 17 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial itu dengan adanya respon yang diberikan. Tetapi dengan semakin majunya teknologi sekarang ini interaksi sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam melalui media dan jejaring sosia. pemberian respon dalam interaksi sosial pun tidak hanya terjadi dengan bertatap muka. Respon juga akan terjadi pada saat individu dan individu berinteraksi melalui via telephone, email, dan yang lainnya. Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hokum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan, dan mati, serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik positif maupun negatif. Manusia pada dasarnya sebagai mahluk hidup memiliki dua sisi yaitu manusia sebagai mahluk individu, dan mahluk sosial. Sebagai mahluk individu tentunya manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedangkan manusia dikatakan sebagai mahluk sosial dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Sedangkan menurut “Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. pada tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu”.24 Dengan pendapat tersebut jelas sekali bahwa manusia sebagai mahluk hidup tentunya tidak bisa hanya menjadi mahluk individu saja, namun juga harus 24 Elly dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Edisi Kedua, (Jakarta: KENCANA PERDANA MEDIA GROUP, 2012) Cet. 9, hal. 69 18 menjadi mahluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Seperti dijelaskan pula oleh Erving Goffman, menrutnya interaksi yang saling menghadapkan satu sama lain menjadi benang penjalin kehidupan sosial. Dengan demikian proses interaksi antara dua orang bisa jadi bersifat rapuh. Itu sebabnya proses interaksi tersebut diatur oleh “ritual interaksi” (aturan kesopanan, cara berbicara, dan sebagainya).25 Kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan sesamanya, didasarkan pada keinginan manusia untuk mendapatkan : 1. Kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankannya yang lazimnya disebut kebutuhan inklusi. 2. Pengawasan dan kekuasaan, yang disebut sabagai kebutuhan akan kontrol. 3. Cinta dan kasih sayang, yaitu kebutuhan akan afeksi. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antara kelompok. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi. Menurut Talcott Parson, tindakan dalam interaksi sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi sebagai berikut. Yang pertama adalah orientasi motivasional yaitu orientasi yang bersufat pribadi yang menunjuk pada keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang kedua adalah orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial, yakni orientasi yang menunjuk pada standarstandar normative, seperti wujud agama dan tradisi setempat.26 Konsep lain yang juga penting diperhatikan dalam bahasan mengenai interaksi sosial ialah konsep definisi situasi (the definition of the situation) dari W. 25 Philippe Cabin, Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, (Yogyakarta: Kreasi wacana, 2004), h. 199 26 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi, 2008), h. 57. 19 I. Thomas (1968). Berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan ( response ) terhadap rangsangan (stimulus), maka menurut Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan dari luar. Menurutnya tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan. Rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini orang yang bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat itu merupakan aturan yang mengatur interaksi manusia. Aturan apa sajakah yang menuntut perilaku manusia di kala mereka berinteraksi? dalam bukunya Symbols, Selves, Society: Understanding interaction David a. Karp dan W.C. Yoels Menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenai ruang, mengenai waktu, dan mengenai gerak dan sikap tubuh.27 3. Macam – Macam Interaksi Sosial Menurut Maryati dan Suryawati interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:28 a. Interaksi antara individu dan individu Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Dikatakan interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Dan dikatakan interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). Interaksi tentunya terjadi antara orang perorangan saja dan tidak ada campur tangan suatu kelompok. b. Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya. c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Interaksi ini lebih mencolok ketika terjadi perbenturan kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. 27 Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, Edisi revisi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004) hal. 37 28 Op.cit, h. 20 4. Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Dalam proses interaksi terdapat faktor-faktor terjadinya interaksi yaitu : 1. Faktor Imitasi Faktor imitasi dalam proses interaksi sosial mempunyai peranan sangat penting. Diantaranya mempunyai dampak positif dan negatif. Dimana faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Namun imitasi dapat pula berdampak negatif apabila yang ditiru adalah adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. 2. Faktor Sugesti Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi tetapi titik tolaknya saja berbeda. Contoh misalkan yang memberikan sugesti adalah orang yang berpengaruh dalam masyarakat. 3. faktor identifikasi Faktor identifikasi dalam interaksi sosial merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang dengan orang lain. Identifikasi lebih mendalam dengan imitasi, secara tidak disadari ataupun disengaja proses identifikasi akan terbentuk dengan sendirinya ketika seseorang begitu mengenal sosok yang di ideal kan dalam kehidupannya. 4. Faktor Simpati Faktor simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan sangat memegang peranan yang sangat penting. Dorongan utama dalam proses simpati adalah rasa kagum terhadap sesorang sehingga keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan ataupun kemampuan tertentu yang patut dicontoh. 21 5. Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Seperti yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa suatu interaksi terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat sebagai berikut :29 1. Adanya kontak sosial (social-contact) Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (bersamasama) dan tango (menyentuh). Jadi secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah, misalnya saja seorang anak kecil mempelajari kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (Socialization), yaitu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. Yang kedua anatara orang-perorangan dengan suatu kelompok terjadi apabila seorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat yang telah ada dan ditentukan. Yang ketiga yaitu, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya mengadakan kerjasama dengan kepentingan dan tujuan yang sama.30 2. Adanya Komunikasi Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat.31 Dalam hal ini seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. 6. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial Menurut pendapat Tim Sosiologi, interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu : a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk- bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : 1) Kerja sama Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 2) Akomodasi Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiologi untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi 29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Revisi-45 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hal. 58 30 Op. cit, 59 31 purwadi, jurnal Etika Komunikas Dalam Budaya Jawa: Sebuah Penggalian Nilai Kearifan Lokal demi Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa, tt, hal. 2 22 untuk menunjuk pada suatu proses dimana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya.32 3) Asimilasi Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. b. Sedangkan bentuk-bentuk yang bersifat disosiatif adalah yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti : 4) Persaingan (Competition) Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan kehidupan. Persaingan mempunyai dua tipe umum yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan terjadi dalam bentuk persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras. Persaingan dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya. 5) Kontravensi Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terangterangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. 32 2009) Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru-42, (Jakarta : Rajawali Pers, 23 a) Konflik Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut. Di kampung kabagusan yang menjadi tempat penelitian, peneliti tidak menemukan konflik yang besar yang dapat menyebabkan pemisah diantara interaksi masyarakat. Konflik yang terjadi hanya sebatas salah faham yang tidak berkepanjangan dan menyebabkan pengaruh besar terhadap kerukunan masyarakat. 7. Teori Interaksi Dasar-dasar interaksi sosial dalam sosiologi bermula dari pemikiran Max Weber mengenai tindakan sosial mengenai tindakan sosial (social action). Gagasan social action dari Weber ini merupakan konsep baru yang berbeda dari pemikir sosiologi sebelumnya seperti Durkheim yang mencetuskan bahwa kajian utama sosiologi terletak pada fakta sosial. Bagi Weber, struktur sosial membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna. Salah satu persoalan yang seringkali muncul dalam teori-teori sosial ialah tentang hubungan antara individu dan masyarakat. Bagaiamana masyarakat membentuk individu-individu atau sebaliknya bagaimana individu-individu menciptakan, mempertahankan dan mengubah masyarakat.dalam hal apa saja masyarakat dan kepribadian mempunyai hubungan timbal balik tetapi juga terpisah satu sama lain. Dalam hal ini, perhatian baru lebih diarahkan kepada pemahaman tentang proses-proses interaksi sosial dan akibat-akibatnya bagi individu dan masyarakat. Hal seperti inilah menjadi pokok perhatian dari perspektif interaksionisme simbolik. Menurut L Berger dan Thomas Lickman “proses menjadi mausia berlangsung dalam hubungan timbal balik dengan suatu lingkungan. Pernyataan 24 ini semakin penting artinya jika kita merenungkan bahwa lingkungan ini merupakan lingkungan alam dan lingkungan manusia”.33 Interaksi simbolis merupakan aliran siosiologi Amerika yang lahir dari tradisi psikologi. Karya-karya para psikolog Amerika seperti William James,James Mark Baldwin dan John Dewey telah mempengaruhi sosiologi Charles H. Colley, yang kemudian membantu pengembangan teori psikologi sosial dalam sosiologi Amerika. Walau walau dalam sejarah interaksi simbolis Colley dan Thomas merupakan tokoh terpenting, tetapi hanya filosofi George Herbert Mead, seorang warga Amerika awal abad ke Sembilan belas dan seangkatan dengan mereka, yang sering dianggap sebagai sesepuh paling berpengaruh dari persepektif ini. Mead setuju dengan megembangkan suatu kerangka yang menekankan arti penting perilaku terbuka (overt) atau obyektif, dan tertutup (Covert) atau subyektif. Didalam aliran sosiologi posisi Mead berada diantara subyektivisme ekstrim dari Colley yang melihat masalah pokok sosiologi sebagai hanya imajinasi-imajinasi, dan obyektivisme ekstrim Durkheim, yang menganggap fenomena sosial yang konkrit atau fakta-fakta sosiallah yang tepat bagi analisa sosiologi. Menurut Margaret M. Poloma “Dalam pandangan interaksionisme simbolis manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi obyektif, tetapi paling tidak sebagian merupakan aktor-aktor yang bebas.34 Istilah interaksionisme simbolik yang digunakan pertama kalinya oleh Herbert Blumer, pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial. Perspektif ini memusatkan perhatiannya pada analisa hubungan antar pribadi. Kendati istilah ini digunakan pertama kalinya oleh Blumer, dalam kenyataanya, beberapa pemikir sebelum dia telah memberikan sumbangan penting bagi perkembangan perspektif ini.35 33 Peter LBerger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, (Jakarta: LP3ES IKAPI, 2012), cetakan ke-9, h. 65. 34 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), cetakan ke-enam, h. 256 35 Bernard Raho, Teori Sosiolog, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2008), h.95 25 Interaksionisme simbolik merupakan cabang kedua dari behaviorisme sosial. Meskipun berbagai problem dan solusi umumnya telah berjalan parallel terhadap sugesti peniruan atau beberapa teori pluralism behavioral. Aliran interaksi simbolik berasal berasal dari Amerika terutama berada di bawah pengaruh paham pragmatis yang faktanya bisa dimasukkan ke dalam klasifikasi asli sebagai pragmatis bagi mereka filsafat neoHegelian dan Psikologi eksperimen idealistic merupakan hal yang sekunder. a. William James James adalah orang pertama yang mengembangkan secara jelas konsep tentang self (diri). Menurut dia, manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dirinya sebagai obyek. Dalam kemampuan itu, ia bisa mengembangkan suatu sikap dan perasaan terhadap dirinya. Lebih lanjut ia juga dapat membentuk tanggapan-tanggapan terhadap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu. James menyebutkan kemampuan-kemampuan ini dalam membentuk cara-cara seseorang menanggapi dunia di sekitarnya.36 b. Charles Horton Cooley Cooley menjelaskan dua hal tentang self. Pertama, dia melihat self sebagai proses dimana individu-individu bisa melihat diri mereka sendiri sebagai obyek bersama dengan obyek-obyek lainnya di dalam lingkungan sosial mereka. Kedua,dia mengakui bahwa self muncul dari komunikasi dengan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, seorang individu menafsirkan gerak-gerik orang lain dan dengan demikian dia dapat melihat dirinya berdasarkan sudut pandangan orang lain. Dengan demikian mereka membentuk gambaran-gambaran tentang diri sendiri. Cooley menamakan proses ini “looking glass self”. Dia juga mengakui bahwa self muncul dari interaksi berdasarkan konteks kelompok. Dialah yang mengambangkan konsep tentang kelompok primer yang cukup menentukan perkembangan kepribadian seseorang. c. John Dewey Sebagai pendukung utama pragmatisme, dewey memusatkan perhatiannya pada proses penyesuaian diri manusia terhadap dunia. Menurut dia, keunikan 36 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.240 26 manusia muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondisi-kondisi hidupnya. Dewey menegaskan bahwa yang unik dalam diri manusia adalah kemampuannya untuk berpikir. Selama hidupnya dia berusaha untuk memahami kesadaran manusia. Sekalipun para pemikir ini menyajikan sejumlah konsep yang berhubungan dengan interaksionisme simbolik, namun mereka tidak berhasil membuat satu sintese atau sistematisasi mengenai perspektif itu. Interaksionisme simbolik berkembang menjadi satu perspektif dalam sosiologi berkat usaha dua teoritikus terkenal, yakni George Herbert Mead dan Herbert Blumer. G.H.mead adalah pencetus dari teori ini sedangkan blumer, yang tidak lain adalah murid dari Mead, mengembangkan ajaran gurunya itu. Pada bagian berikut ini kita akan menguraikan beberapa pokok pikiran mengenai teori ini.37 d. George Herbert Mead George Herbert Mead lahir tahun 1863 Massachusetts, tetapi pindah selagi dia masih kecil ke Oberlin, Ohio, tempat Seminari Teologi Oberlin, dimana ayahnya Hiram Mead mengajar. George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago di sana dia menulis banyak artikel dan tidak pernah menulis buku. Bukunya yang berjudul Mind, Self and Society baru diterbitkan sesudah ia meninggal. Buku itu merupakan kumpulan yang diterbitkannya di Universitas Chicago. Dalam buku itu, dia mendiskusikan antara lain tentang Mind, Self dan Society. a) Mind (Akal Budi) Mead memandang akalbudi (mind) bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai satu proses sosial. Menurut dia, akalbudi manusia secara kualitatif berbeda dengan binatang. Yakni kebanyakan tindakan manusia melibatkan satu proses mental. Artinya antara Aksi dan Reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental. Simbol-simbol arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik tetapi bisa juga dalam bahasa. Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan 37 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:Kencana, 2003), h.267 27 bahasa merupakan hal yang membedakan manusia dari binatang. Bahasa memampukan kita untuk menanggapi bukan hanya simbol-simbol yang berbentuk gerak-gerik tubuh melainkan juga symbol-simbol yang berbentuk kata-kata. Guna mempertahankan keberlangsungan suatu kehidupan sosial, maka para aktor harus mengahyati simbol-simbol dengan arti sama. Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari akalbudi (mind) itu. Selain menghayati symbol yang sama dengan arti yang sama. Fleksibilats memungkinkan interaksi biarpun dalam situasi tertentu orang tidak mengerti arti dari stimulus atau symbol yang diberikan. Symbolsimbol Verbal adalah penting bagi Mead karena kita selalu dapat mendengarkan diri sendiri walaupun kita mungkin tidak sellau bisa melihat tanda gerak-gerik fisik kita. Konsep tentang arti sangat penting bagi mead. Perbuatan bisa mempunyai arti kalau kita bisa menggunakan akal budi untuk menempatkan diri kita di dalam diri orang lain, sehingga kita bisa menafsirkan pikiran-pikirannya dengan tepat. Namun di sini, Mead mengatakan bahwa arti atau meaning itu aslinyatidak berasal dari akal budi melainkan meaning itu aslinya tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi sosial. Dengan kata lain, situasi sosial memberi arti kepada sesuatu. b) Self (diri) Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaimana ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi-kondisi penting dalam rangka perkembangan akalbudi itu sendiri. Dalam arti ini, self sebagaimana juga mind bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai beberapa kemampuan seperti kemampuan untuk memberikan jawaban atau tanggapan diri sendiri sebagaimana orang lain juga memberikan jawaban atau tanggapan, kemampuan untuk memberikan jawaban sebagaimana generalized other aturan norma-norma, hokum memberikan jawaban kepadanya, 28 kemampuan untuk mengambil bagian dalam percakpannya sendiri dengan orang lain, kemampuan untuk menyadari apa yang dikatakannya dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran itu untuk menentukan apa yang dilakukan pada tahap berikutnya. Menurut Mead, Self itu mengalami perkembangan melalui proses sosialisi. Ada tiga tahap dalam proses sosialisasi itu yakni tahap bermain. Dalam tahap ini, seorang anak bermain dengan peran-peran dari orangorang yang dianggap penting olehnya.tahap keduadalam proses pembentukan konsep tentang diri adalah tahap pertandingan. Pada tahap ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Tahap ketiga ialah Generalized Other. Generalized Other adalah harapanharapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam tahap ini, seorang anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum atau harapan-harapan masyarakat atau normanorma kehidupan masyarakat. c) Society (Masyarakat) Dalam uraian tentang akal budi (mind) dan diri (self), kita bisa melihat gambaran umum tentang konsep Mead yang sangat rumit mengenai kesadaran. Namun uraian Mead tentang masyarakat bersifat lemah. Konsepnya tentang masyarakat tidak terllau cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat ia tidak berfikir tentang masyarakat dalam skala besar atau dalam strukturnya yang makro sebagimana dipikirkan oleh Durkheim atau Marx masyarakat yang dipikirkan oleh Mead itu tidak lebih dari semacam organisasi sosial di mana akalbudi (mind) dan diri (self) timbul. Dia juga mengganggap masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial dia beranggapan bahwa institusi-institusi sosial tidak lebih dari pada seperangkat respon yang biasa. Jadi, mead tidak membuat uraian tentang masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dari masyarakat. 29 Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia (mind or human consciousness) sejalan dengan evolusi ini, dia melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculan itu memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam. Dengan memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam. Dengan berpikir, individu sering dapat melewati prosedur trial-and-eror yang biasanya terjadi dalm perjalanan beberapa generasi jenis manusia yang bersifat subhuman.38 Menurut Mead, orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinetraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis ini dilakukan dengan bahasa sebagai satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol in bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi. Simbol berada dalam proses yang kontinu. Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subject matter dari sejumlah analisa kaum interaksionisme simbolik.39 Dapat disimpulkan dari berbagai penjelasan, bahwa Mead menekankan bahwa konsep diri muncul didalam interaksi karena individu mengambil peran orang lain dan memandang dirinya sendiri sebagai obyek menurut perspektif orang lain. Namun individu bukanlah sekedar pemantul pasif terhadap pandangan-pandangan serta penilaian-penilaian orang lain yang bersifat sementara. Seperti yang dijelaskan oleh Mead dalam konsep mengenai generalized other mengemukakan bahwa konsep diri bisa menggabungkan ideal-ideal abstrak yang mengatasi reaksi-reaksi individu tertentu yang bersifat khusus. Dalam beberapa kasus, reaksireaksi khusus dari orang lain itu dapat gagal dalam mendukung konsep diri seseorang yang bersifat abstrak atau ideal. Umumnya seseorang akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan suatu konsep diri yang 38 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid II, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 8. 39 Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cetakan ke-6, h. 257. 30 diidealkannya secara khusus, kalau reaksi mendukung atau menyetujui yang datang dari orang lain itu tidak pernah diterima.orang bisa memilih orang-orang untuk bekerja sama dalam menampilkan suatu identitas peran tertentu. Tetapi bisa juga lain, orang bisa memilih orang-orang untuk bekerja sama dalam menampilkan suatu identitas tertentu yang menjamin adanya suatu reaksi yang mendukung. Mereka bisa menginterpretasi atau salah menginterpretasi reaksi-reaksi orang lain supaya sedapat mungkin melihat dirinya dari sudut yang mneguntungkan. Konsep diri yang di idealkan tidak perlu harus selalu harus merupakan sesuatu yang bersifat positif atau memuaskan hati. Konsep diri kitalah yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap tindakan kita, atau pilihan terhadap teman bergaul. Setiap tindakan yang kita tampilkan dalam hal tertentu merupakan ungkapan dari konsep diri kita. e. Herbert Blumer Bagi Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu : 1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2) Makna tersebut berasal dan “interaksi sosial seseorang dengan orang lain” 3) Makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.40 Menurut Blumer aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan diarahkan tindakannya. Interpretasi seharusnya tidak dianggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrument bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Dengan demikian bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi dari tindakan bersama, ketimbang pransangka terhadap apa yang dirasanya sebagai sistem yang kabur dan berbagai prasyarat fungsional yang sukar 40 Ibid, 258 31 dipahami. Blumer melanjutkan ide dengan menunjukan bahwa kehidupan kelompok yang demikian merupkan respon pada situasi-situasi dimana orang menemukan dirinya. Interaksionisme simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah “root image” atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut : a. Masyarakat terdiri dari manusia yag berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial. b. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi nonsimbol mencakup stimulus- respon yang sederhana, seperti halnya batuk untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang berpura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-poko yang diajukan oleh si pembicara., batuk tersebut menjadi suatu symbol yang berarti yang dipakai untuk menyampaikan penolakan. Bahasa tentu saja merupakan symbol berarti yang paling umum. c. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsic, maka lebih merupakan produk interaksi simbolis. Obyek-obyek dapat dklasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas yaitu; obyek fisik, sosial, dan obyek abstrakseperti nilai-nilai hak dan peraturan. d. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek. Pandangan terhadap dirinya sendiri , sebagaimana dengan semua obyek, lahir disaat interaksi simbolik. e. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri. D. Peranan Sungai terhadap Interaksi Sosial Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa peran Sungai Cidurian di wilayah kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak Banten sejak lama telah memegang peran penting dalam 32 interaksi untuk berbagai kepentingan. Dari dulu sampai saat ini sungai masih mempunyai peranan penting dalam interaksi antar warga masyarakat. Walaupun di tempat pemukiman warga telah adanya fasilitas untuk MCK, warga merasa lebih puas apabila melakukan kegiatan MCK dan mencuci pakaian di sungai dikarenakan warga merasa ada kepuasan tersendiri yang dirasakan ketika melakukan kegiatan tersebut.dan bisa saling berinteraksi dengan tetangganya. Seperti yang telah dijelaskan oleh berbagai tokoh mengenai interaksi sosial, bahwa interaksi sosial merupakan terjadinya kontak sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten lebak juga melakukan interaksi disekitar aliran sungai Cidurian seperti saling menyapa, berbincang sambil mencuci dan membicarakan banyak hal bersama para tetangga lainnya ketikan masyarakat kampung sekitar melakukan kegiatan rutinitas Mandi cuci yang sedang mandi juga. Banyak hal yang mereka bicarakan dari mulai hal-hal yang terkecil sampai kepada hal yang besar. Dari pembicaraan yang positif sampai kepada yang negatif. Aktivitas warga aliran sungai telah dimulai dari sejak shubuh. Yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang hanya sengaja untuk mengambil wudhu saja, mencuci piring, pakaian, dan ada yang hanya untuk mandi. Pada waktu pagilah banyak warga yang melakukan aktivitas di sungai. Dari mulai anak-anak yang sengaja mandi untuk pergi ke sekolah, laki-laki yang akan melakukan aktivitas bertani, dan ibu-ibu yang mulai mencuci serta melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Pada saat itulah mereka saling berinteraksi, tidak ada perbedaan sedikitpun antara yang tua dan muda, laki-laki ataupun perempuan. Mereka sama-sama saling mengobrol membicarakan topik yang sama. Sungai akan mulai sepi ketika mulai menjelang siang, dan akan ramai kembali pada saat sore hari. Karena warga mulai melakukan aktifitas kembali yaitu mencuci, mandi sore dan sebagainya. Namun pada sore hari lebih banyak ditemui anak-anak yang sedang mandi karena mereka mandi sambil berenang bersama-sama anak-anak yang lainnya, bercanda gurau, dan melakukan 33 perlombaan berenang sampai ke ujung sungai Cidurian. Selain itu banyak juga ditemukan para pendatang atau warga dari tetangga kampung yang sengaja memancing mencari ikan di sekitar aliran sungai. Selain sebagai sarana interaksi dalam berbagai macam tujuan, ternyata aliran sungai mempunyai peranan besar bagi kehidupan pada masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kabupaten Lebak Banten. E. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa sungai merupakan saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah yang melalui saluran air dari darat mengalir ke laut. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/ salju. Sungai merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak. Seperti yang telah dijelaskan pula diatas bahwa sungai tidak hanya berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan alamiah saja tetapi juga berfungsi atau terdapat peran sosial bagi masyarakt. dimana sungai mempunyai peran sebagai alat komunikasi dimana itu akan menjadi pendukung terjadinya interaksi baik secara individu dengan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Sebagai mana pula dijelaskan oleh Mead sebagai penggagas teori interaksionisme simbolik bahwa manusia pada dasarnya mempunyai akalbudi (mind) bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai satu proses sosial. Menurut dia, akalbudi manusia secara kualitatif berbeda dengan binatang. Manusia dalam interaksi sosial akan menimbulkan Aksi dan Reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental. Simbol-simbol arti tersebut bisa berbentuk gerak-gerik fisik tetapi bisa juga dalam bahasa. Bahasa memampukan kita untuk menanggapi bukan hanya simbol-simbol yang berbentuk gerak-gerik tubuh melainkan juga symbol-simbol yang berbentuk kata-kata. Yang kedua dijelaskan bahwa manusia mempunyai “Self” dimana self ini didapat melalui proses sosialisi. Yang terakhir dijelaskan tentag masyarakat. Dalam uraian tentang 34 akal budi (mind) dan diri (self), kita bisa melihat gambaran umum tentang konsep Mead yang sangat rumit mengenai kesadaran. Namun uraian Mead tentang masyarakat Dia juga mengganggap masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi. Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia (mind or human consciousness) sejalan dengan evolusi ini, dia melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculan itu memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam. Dengan memungkinkan manusia menyesuaikan dirinya lebih efektif dengan alam. Maka didapatlah kerangka berfikir bahwa Di kampung Kabagusan desa Mayak kabupaten Lebak Banten terdapat aliran sungai cidurian, dimana masyarakat sungai cidurian ini mempunyai bagian hulu, tengah dan hilir. Bagian hulu biasanya Pentingnya sebuah hubungan sosial pada suatu masyarakat maka perlu adanya interaksi sosial yang baik antar warga. Di kampung Kabagusan peneliti dapat melihat bahwa sungai bagi masyarakat setempat sangat mempunyai peranan yang sangat besar, selain untuk mandi dan cuci, air menjadi salah satu sarana untuk berkomunikasi sehingga warga saling melakukan interaksi. Seperti yang telah di uraikan di atas bahwa interaksi secara umum merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta antara individu dengan kelompok. Di mana manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi itupun yang dapat menyebabkan terjadinya proses asosiatif dan disosiatif yang terjadi di masyarakatnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Lebak-Banten. Kampung Kabagusan merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Banten, dimana kampung Kabagusan ini merupakan wilayah dataran tinggi yang dikelilingi dengan aliran sungai. Sungai ini terhubung dari aliran sungai Jasinga-Bogor. Kampung kabagusan berbatasan dengan kampung Harempoy kabupaten Bogor yang menjadi pembatas antara kampung ini adalah daerah aliran sungai Cidurian. Berdasarkan letak wilayahnya, kampung kabagusan terdiri dari Pemukiman, lahan pertanian, kuburan, dan perkebunan. Sungai inilah yang menjadi penghubung dalam berbagai banyak hal, aliran sungai ini sangat mempunyai peran yang besar terhadap kehidupan masyarakatnya. Sungai setiap harinya dipergunakan masyarakat setempat untuk mencuci pakaian, mencuci piring, mandi dan sebagainya Selain itu, sungai juga menjadi jalan penghubung untuk melakukan aktivitas seperti sekolah, bekerja melalui jembatan sungai yang menjadi penghubung untuk berjalan. Sehingga peneliti menganggap wilayah ini dianggap cocok untuk diteliti dan sesuai dengan judul yang peneliti angkat. subjek penelitiannya adalah warga kampung Kabagusan RT 001/003. Jumlah populasi penduduk di kampung ini terbilang sedikit yaitu berkisar 300 orang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian. Waktu penelitian dilakukan sudah mulai dilakukan pada tanggal 26 September 2013, dan penelitian secara 35 36 mendalam mulai dilakukan pada bulan 15 November 2013 sampai dengan bulan Desember 2013. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi menurut Sugiyono adalah ”wilayah generaliasi yang teridiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kampung Kabagusan RT/RW 001/003 desa Mayak kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten. Sugioyono menambahkan bahwa, ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.41 Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan maka pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling Purposive dan snowball sampling. Sugiyono juga menyebutkan bahwa, “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang suatu kondisi plitik disuatu daerah, maka sumber datanya adalah orang yang ahli politik”.42 Sedangkan mengenai teknik snowball sampling, sugiyono juga menguraikan bahwa “snowball sampling adalah teknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar”.43 Dengan kata lain, ketika menentukan sampel, pertama-tama hanya memilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang tersebut belum bisa mendapatkan data yang lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang sebelumnya. Karena populasi dari penelitian ini adalah masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung Kabupaten 41 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet.7. h. 81 42 Ibid., h. 85 43 Sugiyono, op. cit., h. 300 43 lebak Banten. Dimana semua masyarakatnya sangat mengandalkan peran sungai maka penelitian dilakukan dengan mengambil data yang mewakili yaitu pada usia 12-60 tahun yang dapat mewakili usianya masing-masing dan penggunaannya. Penelitian menggunakan kedua sampel, purposive sampling dan snowball sampling inikarena keduanya lebih cocok digunakan untk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Maka dari itu peneliti menganggap purposive sampling dan snowball sampling lah yang cocok digunakan dalam penelitian yang sedang dilakukan. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh Irawan Soehartono, bahwa penelitian deskriptif meliputi : 1. penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu. 2. penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat. 44 Penelitian Deskriptif Kualitatif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Deskripsi pada penelitian ini untuk menggambarkan tentang bagaimana makna sungai terhadap interaksi di sekitar aliran sungai. Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, “Penelitian deskripsi sendiri adalah penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya”. 45 44 Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial, suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke7, h. 35 45 Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-1, h. 44. 44 Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan mengenai hubungan antara fenomena yang di uji. Tujuan suatu penelitian ini adalah untuk memecahkan dan menemukan jawaban terhadap suatu objek permasalahan. Pemilihan pokok permasalahan adalah tahap awal agar penelitian yang dilakukan dapat terarah. Tujuan penelitian deskriptif ini menggambarkan apa yang terjadi saat ini, yaitu selam penelitian berlangsung. Sanafiah Faisal menambahkan bahwa “didalam (Penelitian Deskriptif) terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi”.46 Studi kasus adalah analisa kehidupan unit sosial misalnya; (satu atau beberapa) kelompok, masyarakat, organisasi atau individu. Studi kasus terkadang digambarkan sebagai metode „naturalistik‟ yang paling mengutamakan teknik observasi langsung dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus, dan wawancara mendalam. Penelitian Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan analisa studi kasus sering digunakan untuk memperkenalkan masyarakat umum kepada gaya hidup yang unik dan masalah-masalah yang dihadapi sebuah masyarakat dan individu. Sedangkan teknik penulisan dalam proposal skripsi ini, peneliti mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. D. Penelitian Relevan 1. dalam tesis berjudul Efektivitas Forum Das Dalam Membantu Kelembagaan Pengelolaan Das (Studi Kasus Forum Komunikasi DAS Cidanau Di Provinsi Banten) yang ditulis oleh Rahmat Pujatmiko Mahasiswa Universitas Indinesia, tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Dalam Ilmu Lingkungan. Tulisan ini secara jelas menjelaskan tentang Daerah Aliran Sungai Cidanau yang ada di provinsi Banten. 46 Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), Cet. 1, hal. 42 45 2. dalam jurnal yang berjudul Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Di Tepian Aliran Sungai Kuin Kota Banjarmasin yang ditulis oleh Rochgiyanti Maret 2011dari Universitas Negeri Semarang. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kuin Banjarmasin Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi, dan sosialisasi. 3. dalam jurnal yang berjudul Laesan Sebuah Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian Interaksionisme Simbolik Antara Pemain Dan Penonton (Laesan, a Phenomenon Of Beach Arts: A Study of Symbolic Interaction Of Between The Players Of Audiences) oleh Eny Kusumastuti Desember 2006. Penelitian ini ada dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Dalam jurnal ini dibahas tentang bagaimanakah bentu penyajian kesenia Leasen terhadap proses interaksionisme simbolik antara pemain dan penonton pada masyarakat pasisir Bajomulyo Jawa Tengah. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh faktafakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.47 Dalam penelitian kualitataif data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan, pelaku). Data penelitian kulitataif diperoleh dari hal-hal yang diamati, didengar, 47 Beni Ahmad Saebani Dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian, ( Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013), h. 148 46 dirasa, dan dipikirkan oleh peneliti.48 Dalam penelitian kualitatif data dapat diambil dengan cara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Data merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi : 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pemimpin formal seperti kepala kelurahan atau pemimpin non formal seperti pemimpin atau sesepuh masyarakat serta masyarakat setempat sendiri yang bermukim di kampung Kabagusan RT/RW 001/003 desa Mayak kabupaten Lebak-Banten. Sumber data primer adalah responden dan informan. Responden adalah penggali data. Dan informan adalah sumber data yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian juga yang menghubungkan dengan pihak ketiga apabila dibutuhkan. 2. Data sekunder Menurut Jamaluddin Ritonga ”Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian, yakni data yang diperoleh dari data-data yang sudah ada pada kampung Kabagusan desa Mayak kabupaten LebakBanten. Kedua jenis data yang didapat yakni data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang terencana. Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah. Dalam pengumpulan data sangat dibutuhkan teknik yang tepat dan relevan dengan data yang dicari. Menurut Jamiluddin Ritonga, untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, pengumpulan data juga harus mengikuti prosedur yang dituntut oleh setiap metode penelitian yang sangat relevan”.49 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan”memperhatikan”. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk 48 Muhammad Idrus, Metode Penelitian ilmu SosialI, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama,2009), Edisi ke dua, h. 62 49 Jamiluddin Ritonga, Riset kehumasan, (Jakarta: PT. Gramedia Grasindo, 2004), h. 39. 47 mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/ keterangan yang diperoleh sebelumnya.50 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari serta aktivitas-aktivitas yang berlangsung juga orang-orang yang terlibat dalam aktivitas. Dan makna yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dala kejadian yang diamati tersebut. Dalam penelitian deskriptif kualitatif harus faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi barbagai hal yang tidak relevan. Langkah yang pertama dalam penelitian deskripsi kualitatif ini adalah observasi atau pengamatan. Secara etimologis, Husain Usman menguraikan bahwa ” Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti”.51 Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.52 Maksud dari observasi ini adalah mencari data yang valid yang hendak diteliti di lokasi penelitian yang mengamati keadaan aliran sungai, Peranan sungai, serta interaksi sosial pada masyarakatnya serta data-data yang mendukung penelitian lainnya. Observasi diarahkan pada kegiatan untuk memperhatikan secara akurat, mencatat fenomen-fenimena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian dalam disiplin ilmu, baik eksakta maupun ilmu-ilmu sosial. Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, serta aktivitas-aktivitas yang berlangsung, juga orang-orang yang terklibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan mendapatkan data-data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat pembuktian informasi.Observasi sebagai suatu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung 50 Iin Tri Rahayu. Dkk, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 1 51 Husaini Usman, metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 3, 52 M. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1985), hal. 175 hal. 54 48 terhadap objeknya atau penggantinya (misal: film, rekontruksi, video, dan sejenisnya)53 Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan tindak lanjut dari dua teknik pengumpulan data sebelumnya dalam penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan dan keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga teknik pengumpulan data ini. 2. Dokumentasi Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi mengenai profil masyarakat kampung kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak-Banten di sekitar aliran sungai. Berdasarkan data-data serta dokumentasi yang berasal dari pemerintah desa dan masyarakat setempat, serta sumbersumber lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokumentasi adalah ” pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti: gambar, kutipan, guntingan koran dan bahasa referensi lain”.54 Suharsini Arikunto menguraikan, ”Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.55 Menurut Basrowi ”Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam”.56 53 Nazar Bakri, tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Pedoman Jaya, 1994), hal. 36 54 Dendy sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 361. 55 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hal. 231 56 Basrowi. Dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 158 49 Oleh karena itu, langkah kedua penelitian akan dimulai dengan penelaahan data-data mengenai keadaan Peranan aliran sungai, sungai secara geografis, interaksi sosial pada masyarakat di wilayah penelitian. 3. Wawancara Setelah proses studi dokumentasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.57 Menurut Deddy Mulyana, wawancara adalah ”bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”.58 Pandangan lainnya yang sangat mendukung ialah pendapat dari M. Nazir yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).59 Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Yang dimaksud dengan sepihak disini yaitu menerangkan perbedaan tingkat kepentingan antara kedua belah pihak. Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang orang lain, dengan tujuan pemahaman atau penjelasan tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Hasil wawancara akan menjadi suatu laporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungannya dan terhadap dirinya. Wawancara berbeda dengan perbincangan biasa, dalam hal tujuan dan kedalaman informasi yang digali dalam wawancara. 57 Ibid, h. 127. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.4, h. 180. 59 M. Nazir, Metodelogi Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 194. 58 50 ”Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (intervieweri) yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari wawancara secara umum adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subjek yang diteliti. Menurut Licoln dan Guba mengemukakan bahwa tujuan wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lainlain”.60 Menurut Basrowi ”Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui peran sungai terhadap interaksi sosial pada masyakarat di sekitar aliran sungai (studi kasus interaksi sosial pada masyarakat kampung kabagusan desa mayak kecamatan curugbitung kabupaten lebak banten) . Untuk menggali informasi dari responden, peneliti akan menelaah terlebih dahulu hasil studi dokumentasi yang dilakukan. Dengan rencana studi dokumentasi yang memprioritaskan tiga variabel utama yang menjadi tujuan penelitian, maka bisa diasumsikan bahwa wawancara meliputi: persepsi masyarakat terhadap sungai dan peranan sungai bagi masyarakat terhadap interaksi sosial. Seperti yang dijelaskan pula sebagai berikut, ”Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapat informasi tentang orang lain, dengan tujuan penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Hasil wawancara merupakan suatu laporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungannya dan terhadap dirinya”.61 Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara ini merupakan tindak lanjut dari dua teknik pengumpulan data sebelumnya dalam penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan dan keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga teknik pengumpulan data ini. E. Instrumen Penelitian 60 61 Op. cit, h. 64 Op. cit, h. 63 51 Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : a) Kegiatan penelitian dilakukan secara terlibat baik aktif maupun pasif. Pengamatan pasif ini peneliti lakukan sebagai proses pengamatan saja tidak terlalu banyak inetraksi. Penelitian dilakukan hanya dengan mengamati setiap proses interaksi yang dilakukan oleh masyarakat kampung kabagusan desa Mayak kabupaten Lebak Banten disekitar aliran sungai. Selain itu peneliti juga mendengarkan apa yang mereka katakan dengan tujuan untuk mengetahui apa saja yang mereka anggap penting secara lebih mendalam. b) Selanjutnya yang peneliti lakukan dalam pengumpulan data adalah dengan cara wawancara tidak struktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang tidak bergantung pada pedoman wawancara. Topik pertanyaan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya wawancara. Karena dengan begitu wawancara tidak terkesan formal tetapi terkesan seperti obrolan santai dan biasa saja. Selain instrumen yang peneliti lakukan diatas, peneliti berusaha memahami bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat yaitu bahasa Sunda. Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa pihak yang menjadi Ketua Rukun Tetangga (RT), Ketua Rukun Warga (RW) 001/004. Wawancara juga dilakukan pada masyarakatnya yang melakukan aktifitas secara langsung di sungai atau daerah aliran sungai. yang mana wawancara ini adalah untuk memperoleh data mengenai aktivitas masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak ini terkait dengan peran sungai terhadap interaksi sosial. Dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti, responden boleh menjawab beberapa pertanyaan yang telah ditentukan. Kisi-kisi wawancara yang akan dilakukan disusun dan dikembangkan dari dua variabel utama yang hendak dicapai, sebagaimana dituliskan didalam tabel dibawah ini: 52 Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Variabel Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Dimensi 1. Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Indikator - Pemahaman mengenai peran sugai Cidurian. - Peran sungai bagi individu sendiri. - Peran sungai bagi masyarakat - Peran sungai terhadap interaksi - Pemahaman peran sungai terhadap interaksi sosial bagi masyarakat 1. Interaksi Sosial disekitar Aliran Sungai Cidurian - - - Mengidentifikasi interaksi sosial disekitar aliran sungai Jarak antara lokasi rumah warga dengan sungai cidurian Manfaat sungai bagi kehidupan masyarakat - Dampak dari penggunaan sungai cidurian terhadap interaksi Dampak positif dan negatif dari interaksi sosial disekitar sungai Jumlah 5 5 E. Informan Penelitian Pemilihan informan pada penelitian ini di dasarkan pada bagaimana menemukan subjek yang tepat bagi penelitian, yaitu subjek yang dapat bercerita secara mudah, membaca, serta paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan 53 dengan terbuka memberikan kesempatan untuk diwawancarai. Namun secara keseluruhan informan memberikan kemudahan kepada peneliti dan dengan terbuka memberikan kesempatan untuk diwawancara. Sesuai dengan tema dalam penelitian maka responden yang diwawancarapun beragam, artinya tidak hanya kepada orang dewasa saja. Tetapi juga pada anak-anak dan remaja, agar memberikan hasil yang lebih akurat dalam penelitian. Informan yang diwawancarai berjumlah 15 orang yang mewakili 5 dari laki-laki, 5 orang dari perempuan, dan 5 orang terdiri dari anak-anak dan remaja. Berikut tabel yang berisikan nama-nama informan dalam penelitian: Tabel 3.2 Nama-nama Informan Penelitian No Nama Umur Jenis Keterangan Kelamin 1 Jasita 65 Lk Ketua RT 2 Holil 55 Lk Ketua RW 3 Mujani 68 Lk Sesepuh 4 Sultonah 48 Pr Warga 5 Nuraenai 38 Pr Warga 6 Sunariah 40 Pr Warga 7 Suparman 45 Lk Warga 8 Dade 46 Lk Warga 9 Juli 28 Lk Warga 10 Dewi Betari 26 Lk Warga F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jika dalam penelitian kuantitatif keabsahan disebut juga dengan kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), sedangkan dalam penelitian deskripsif kualitatif ini tidak mempunyai ukuran yang baku dalam ukuran pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Dalam 54 penelitian kualitatif ini ada beberapa kriteria yang digunakan untuk melakukan pengukuran itu. Devania anesya menguraikan bahwa, ”Ada empat kriteria dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengukur keabsahan data. Keempat kriteria ini antara lain : kriteria yang pertama yaitu kepercayan ( credibility), kriteria kedua yaitu keteralihan (transferability), kriteria ke ketiga yaitu ketergantungan (dependability) dan kriteria yang terakhir yaitu kepastian (confirmability)”62 Dalam penelitian ini, dilakukan pemeriksaan keabsahan data penelitian dengan teknik credibility, transferbility, dan confirmability. Teknik ini menunjukan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian kualitatif ini, validitas ditunjukan dengan kesesuaian deskripsi dan gambar peristiwa dalam penarikan makna antara peneliti dan partisipan. Pengujian trianggulasi dengan strategi trianggulasi metode dilakukan untuk mencapai ke absahan data dari penelitian deskriptif kualitatif ini dengan credibility, transferability, dan confirmability. Dalam hal ini, peneliti menggunakan ketiga teknik pengumpulan data di atas yakni studi dokumentasi, wawancara, dan observasi sebagai penguji trianggulasi metodenya. Hal ini dilakukan agar penelitian ini menunjukan keajegan penelitian kualitatif pada umumnya. Dengan demikian proses ini akan menghasilkan penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan validitasnya. Selain itu untuk memeroleh keabsahan temuan dan informasi, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut. 1. Pembahasan bersama teman sejawat Untuk meyakinkan keajegan serta kebenaran data-data peneliti mendiskusikan dan bertanya tentang permasalahan yang ditemukan selama penelitian dengan teman sejawat yang tentunya memiliki pengetahuan yang lebih tentang hal tersebut agar pembahasan yang diteliti terhindar dari disinterpretasi dan tetap pada fokus penelitian dalam pembatasan masalah. 62 Devania Anesya, Teknik Analisis Data, http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/ teknik-analisis-data/, diakses pada tanggal 21 Januari 2013 pukul 13.10 WIB. 55 2. Perpanjangan penelitian Hal ini dilakukan agar peneliti lebih mendalami permasalahan yang sedang diteliti. Karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang harus memiliki banyak data untuk menguji keabsahan data. 3. Referensi Memperbanyak referensi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menjadi acuan penting juga sebagai landasan teori yang akan dihubungkan dalam permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga referensi yang satu dengan yang lainnya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan keajegan data penelitian. G. Analisis Data Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur dll. Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif logis.63 Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang 63 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 7, hal. 18 56 khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Padanya terdapat regulasi atau pola tertentu, namun dengan variasi atau keragaman.64 Analisa data adalah proses pengurutan data dengan metode kualitatif prosedur yang dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil wawancara serta berupa lisan dari hasil interaksi masyarakat yang diamati. Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan di analisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan. Data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan65. Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah: 64 Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofisdan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2003), hal. 53 65 Suharismi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineke Cipta, 2006) cet 13 h.231 57 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah merangkum hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi sesuai dengan rumusan masalah, fokus penelitian dan pertanyaan penelitian. Selama proses tersebut berlangsung, peneliti menentukan hal pokok untuk disajikan. Melalui proses reduksi, maka akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan terperinci. 2. Data Display (penyajian data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, matriks dan sejenisnya agar mudah dipahami. 3. Conclusion Drawing Atau Verification (Verifikasi) Langkah ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulann data berikutnya. Tetapi menurut Ulber Silalahi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten selama pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.66 Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian ”Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian” ini, telah melalui dua proses sebelumnya sehingga kesimpulan tersebut dapat menjawab rumusan masalah permasalahan. 66 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press, 2006, h.311 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Mayak Dan Kampung Kabagusan 1. Keadaan Geografis Desa Mayak Merupakan salah satu Desa yang merupakan bagian dari Wilayah Kerja Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak yang memiliki wilayah seluas 500 Ha dengan Ketinggian tanah kurang lebih 400 m di atas permukaan laut Curah Hujan rata-rata 2000 mm pertahun dan Suhu Udara rata-rata 30 S/d 35 ºC Derajat Celcius. jarak dari Desa Mayak ke Ibu Kota Kecamatan kurang Lebih 19 Km dan Jarak ke Ibu Kota Kabupaten kurang lebih 49 Km Memiliki batas-batas wilayah :67 Sebelah Utara : Kabupaten Bogor Sebelah Timur : Kabupaten Bogor Sebelah Selatan : Desa Candi Sebelah Barat : Desa Ciburuy dan Desa Cilayang Tata Guna tanah menurut di desa Mayak Peruntukannya adalah sebagai Berikut : 1. Pemukiman / Perumahan Penduduk : 15 2. Sarana Sosial / sarana Umum lainnya : Ha 8 Ha 3. Pertanian : 327 Ha 4. Perkebunan : 150 Ha 5. Industri/Perdagangan :- Ha Dilihat dari karakteristik Fisik Desa Mayak Kecamatan Curugbitung Kabuten Lebak Banten termasuk daerah termasuk daerah Agraris dimana sebagian besar lahan dipergunakan untuk areal pertanian .dan Perkebunan. 67 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) 59 Secara topografi Desa ini merupakan daerah perbukitan dengan didalamnya di aliri sungai besar dan kecil. Sedangkan berdasarkan Kepemilikan / Penguasaan hak atas tanah di Desa MAYAK adalah sebagai berikut : 1. Milik Rakyat /Hak Adat : 430Ha 2. Milik Negara : - Ha 3. Milik Perkebunan : - Ha 4. Milik Swasta : 70 Ha Dari data tersebut diatas dapat dilihat bahwa kepemilikan hak atas tanah di desa Mayak sebagian besar dikuasai oleh rakyat yaitu seluas 430 Ha sisanya dimiliki oleh pihak swasta yaitu sebagai 70 Ha. Susunan kelembagaan pemerintahan desa Mayak saat ini telah mengacu kepada peraturan daerah kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2006 tentang desa . Pejabat pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) di desa Mayak dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Nama-nama Struktur Organisasi Desa Mayak No Nama Jabatan Pendidikan 1. MOH.ZEN Kepala Desa SLTP 2. ASEP SUPRIADI Sekretaris Desa SLTA 3. MARSAN Kaur Pemerintahan SLTP 4. - Kaur Ekbang SLTP 5. DESI APRIANTI Kaur Umum Keuangan 6. AHYADI Sekretaris BPD D-II 7. SATRI KEPALA DUSUN SD 8. MADSUNI KADUS SD dan SLTP Keteran gan 60 9. HOLIL KADUS SD Sumber: Profil Desa mayak Tahun 2009 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar Perangkat Desa MAYAK tingkat Pendidikan SD sebanyak 3 orang, tingkat SLTP sebanyak 3 Orang, dan tingkat SLTA sebanyak 1 Orang. DAN Tingkat sarjana muda / Sarjana Sebanyak 1 orang. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan Perangkat Desa Mayak relatif masih rendah. Tabel 4.2 Jumlah RT dan RW di Desa Mayak No Kampung / RW Jumlah RT Luas Wilayah Keterangan (Ha) 1. Mayak 6 225 2. 3. Gobang Kabagusan 4 1 200 75 11 500 Jumlah Sumber Profil Desa MAYAK Tahun 2009 Sedangkan Kampung kabagusan terletak di kabupaten Lebak Banten Tepatnya di Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung. Kampung Kabagusan terdiri dari 1 RT dan 1 RW. Desa mayak sendiri bisa dikatan desa yang kecil. Dimana hanya terdapat 3 kampung yaitu, kampung Gobang, Kabagusan, dan Mayak. Secara administratif kampung kabagusan merupakan kampung yang paling sedikit jumlah penduduknya diantara kampung.68 Gobang dan Mayak. Jarak tempuh kampung Kabagusan dari Ibukota Provinsi jika dihitung dengan lamanya per jam adalah sekitar 80 68 2013) Monografi Kampung Kabagusan (Lebak: Kantor Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung, 61 km, jika memakai kendaraan pribadi bisa menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Ini disebabkan karena kampung kabagusan bisa dikatakan salah satu daerah terpencil yang ada dikabupaten lebak. Sementara dari Ibukota Kabupaten Lebak Sendiri berkisar 49 km, memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai ke kampung Kabagusan. Sedangkan dari kecamatan Curug Bitung untuk dapat sampai ke Kampung Kabagusan berjarak 19km, Untuk mencapai lokasi dapat menggunkan roda dua dan roda empat. Sedangkan dari Balai Desa berjarak 2km membutuhkan waktu sekitar 10 menit jika menggunakan kendaraan pribadi. Uniknya dari kampung Kabagusan ini adalah berdekatan dengan Kampung harempoy yang merupakan dari kabupaten Bogor yang pembatasnya adalah sungai Cidurian. Kampung Kabagusan disebelah timur dan Harempoy disebelah Barat. Kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung merupakan kecamatan baru atau daerah pemekaran dari Kecamatan Maja kabupaten Lebak Banten kecamatan Curug Bitung. Tabel 4.3 Jarak dari Kampung Ke Ibu Kota Desa, Ibu Kota Kecamatan, Ibukota Kabupaten Ibukota Provinsi dan ke Ibukota Negara Jarak ke Jarak ke No Kampung Ibu kota Desa Ibu Kota Kecama tan ( Km ) ( Km ) Jarak ke Ibu Kota Kabupate n (Km) Jarak ke Ibu Kota Provinsi Jarak ke Ibu Kota Negara (Km) (Km) 1. Mayak 2 15 45 80 110 2. Gobang 0 17 47 80 110 62 3. Kabagusan 2 19 49 80 110 Sumber: profil Desa Mayak Tahun 2009 Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa kampung Mayak dan kampung Kabagusan merupakan kampung terjauh jaraknya dari pusat pemerintahan desa yaitu dengan Jarak 2Km sedangkan kampung Gobang merupakan kampung terdekat dari pusat pemerintahan desa Mayak karena pusat pemerintahan desa Mayak berada di kampung Gobang. Kampung terjauh dari pusat pemerintahan kecamatan Curug Bitung yaitu kampung Kabagusan dengan jarak 19 km sedangkan yang terdekat dari pusat pemerintah kecamatan Curugbitung yaitu kampung Mayak dengan Jarak 15 km. kampung Kabagusan merupakan kampung terjauh dari pusat pemerintahan kabupaten yaitu dengan jarak 49 km sedangkan kampung terdekat yaitu kampung Mayak dengan jarak 45 km. 2. Mata Pencaharian Penduduk Menurut data monografi, Jumlah penduduk Kampung Kabagusan tercatat sebanyak 349, dengan jumlah KK 94. Terdiri dari penduduk lakilaki berjumlah 182 jiwa dan penduduk perempuan 167 jiwa yang berstatus warga negara Indonesia dan beragama islam, mata pencaharian warga kampung Kabagusan adalah petani, buruh, PNS (Pegawai Negeri Sipil), pedagang. Berikut tabel sumber penghidupan dikampung Kabagusan RT/RW 001/003, desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak Banten.69 69 Sumber Profil Desa Mayak Tahun 2009 63 Tabel 4.4 Sumber Penghidupan Di Kampung kabagusan Jumlah Jiwa No Jenis Pekerjaan LK PR 1. Petani 87 25 2. Buruh 23 11 3. PNS (Pegawai Negeri Sipil) 4. Pedagang 1 1 2 Sumber: Data Monografi Kampung Kabagusan Tabel 4.5 Luas Panen,rata-rata Hasil Perhektar dan Produksi padi Sawah Di Desa Mayak Tahun 2009 Luas Panen No Kampung RW RT Rata-rata Produksi per Hektar (Ha) Produksi (Ton) (Ton/Ha) 1. Mayak 23 4 92 2. Gobang 28 4 112 3. Kabagusan 5 4 20 56 12 324 Jumlah Sumber : Dari Penyuluh pertanian Tahun 2009 64 Tabel 4.6 Perkebunan Produksi Buah-Buahan Di Desa Mayak Tahun 2009 No. Kampung Rambutan (KW) Pisang Duku Manggis Kecapi (KW) langsat (KW) (KW) (KW) 1. Mayak 270 20 2 2 30 2. Gobang 260 10 2 2 25 3. Kebagusan 300 10 2 2 24 40 6 6 222 Jumlah 830 Sumber : Profil Desa Mayak Tahun 2009 Tabel 4.7 Sarana Transportasi Jalan Di Desa Mayak Panjang Jalan No Kampung/RW Negara (Km) Provinsi (Km) Kabup aten (Km) Desa (Km) Ling kun gan (Km ) 1 Mayak-Candi - - - 1,7 - 2 Mayak-Gobang - - - 1,6 - 3 Gobang-Ciburuy - - - 3,5 - 4 Gobang-KabagusanKenceh - - - 3 - 5 Gobang-Tarisi-Bogor - - - - 1 65 6 Kampung Kabagusan - - - - 0,5 Jumlah - - - 9,8 1,5 Sumber : Kantor Desa mayak Tahun 2009 Desa Mayak tidak dilalui jalan Negara, jalan Provinsi maupun jalan Kabupaten. Desa Mayak hanya memiliki jalan desa yaitu Sepanjang 9,8 Km dan Jalan lingkungan Sepanjang 1,5 Km. Kondisi jalan di desa Mayak dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini : Tabel 4.8 Kondisi Jalan di Desa Mayak Kondisi Jalan No Kampung/ RW 1 Aspal (Km) Batu (Km) Tanah (Km) Setapak (Km) Jumlah Mayak 1,7 - - - 1,7 2 gnaboG - 3,5 1,6 3 8,1 3 nasugabaK - - 0,5 - 1,7 3,5 1,6 halmuJ Sumber : Kantor Desa Mayak Tahun 2009 3,5 10,3 Dari Data di atas diketahui bahwa sebagian besar kondisi jalan di desa Mayak masih merupakan jalan batu dan jalan setapak yang perlu ditingkatkan pembangunannya. Demikian pula sarana Jembatan yang ada hanya jembatan gantung saja. Hal ini disebabkan terbatasnya kopetensi dan kapasitas aparatur desa dan lembaga kemasyarakatan desa. Selain itu keterbatasan pengetahuan aparatur desa dalam pengelolaan sumber daya 66 alam serta masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap terhadap pelaksanaan pemerintahan umum di tingkat desa. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat serta aparat desa sehingga menjadikan kurangnya pembangunan serta pengetahuan akan pemanfaat sumber daya alam yang ada. Tabel 4.9 Sarana Jembatan Di Desa Mayak Jumlah Jembatan No Kampung Permanen Plat Jembatan Jembatan Decker Kayu gantung Ket 1. Mayak - - - 1 - 2. Gobang - - - 1 - 3. Kabagusan - - - 1 - Jumlah 3 B. Sejarah Singkat Kampung Kebagusan Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979 “Tentang pemerintah daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan definisi kampung sendiri dapat diartikan sebagai suatu tempat yang masih menyimpan etika kesopanan dan tatakrama, suatu tempat dimana manusia masih menyandang status makhluk sosial sejati, suatu tempat yang menyejukkan hati. Kampung kebagusan menurut sesepuhnya yaitu 67 bapak Kiai Mujani”70 menuturkan bahwa kampung kabagusan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu kampung Kebagusan ini menjadi tempat persembunyian para pejuang kemerdekaan Indonesia ketika Banten diserang. Tapi cerita hanya tidak adanya menunjukan bukti yang konkrit hanya cerita dari mulut ke mulut saja. Kampung kebagusan biasa disebut dengan nama “kabagusan”, perbedaan pengucapan kata “Ke-bagusan” dan “Ka-bagusan” ini dikarenakan orang sunda biasa mengucapkan “Ke” ini menjadi “Ka”. Seperti contohnya ketika salah seorang bertanya kepada yang lain “bade kamana” atau dalam bahasa indonesianya “mau kemana”. Kampung Kebagusan ini dulu hanya terdapat beberapa rumah saja. Namun dengan berjalannya waktu warganyapun semakin banyak. Setelah reformasi kampung kabagusan lambat laun mengalami perubahan. Asal mula dinamakannya kampung kabagusan ini menurut sesepuh abah mujani atau yang biasa disebut abah nani kampung ini bernama “Situ Cidurian” nama Situ Cidurian diberikan karena kampung berada dekat sungai Cidurian. Namun karena dulu ada sebuah cerita dimana “setiap ada pencuri atau maling yang yang mau melakukan kejahatannya, maka dia tidak akan bisa melarikan diri dan tidak bisa keluar dari kampung”. Hal inilah yang menyebabkan kampung Situ Cidurian diganti oleh tetangga-tetangga kampung disebut dengan kampung Kabagusan karena keamanan kampungnya, sejak saat itulah kampung Situ Cidurian terkenal dengan kampung Kabagusan hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena dikampung ini terdapat salah satu ulama yang bernama kiayai Hasanudin, beliau adalah bupati serang pertama beliau dikenal dengan ilmu keagamaan dan silatnya. Kemudian setelah masa jabatannya berakhir beliau kembali kekampung halamannya yaitu kampung kabagusan. Kampung Kabagusan mulai mengalami perunahan lambat laun, dari mulai adanya listrik pada tahun 1998, jembatan gantung yang berfungsi sebagai akses ke jalan raya. Sebelum adanya jembatan warga kampung kabagusan menggunakan perahu Bambo atau warga biasa menyebutnya dengan sebutan “getek/eretan”. Eretan ini berfungsi sebagai alat transfortasi bagi anak-anak yang melakukan kegiatan sekolah, belanja 70 2013. Bapak Mujani, Sesepuh Kampung Kabagusan, Wawancara Pribadi 28 November 68 ke pasar serta akses lainnya. Kampung Kebagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung merupakan daerah pemekaran yang dimana sebelum 2006 kampung Kebagusan adalah bagian dari kecamatan Maja. Baru pada tahun 2005 akirnya kampung Kebagusan menjadi bagian dari Kecamatan Curug Bitung. C. Cerita Sungai Cidurian Sungai Cidurian merupakan aliran sungai dari aliran sungai Cidurian Jasinga Bogor sebelah timur. sungai yang sudah disebut dengan sungai Cidurian ini merupakan salah satu bagian yang terpenting bagi masyarakat kampung Kebagusan. Cerita awal mula disebutnya sungai Cidurian tidak terlalu pasti dan informasi yang didapat juga hanya cerita dari mulut ke mulut saja. Apalagi para sesepuh kampung yang lebih tau sejarah Cidurian ini sudah meninggal. Tetapi menurut salah satu warga yang bernama bapak Kyai Sadeli yang sekarang berumur 88 tahun sedikit menceritakan apa yang masih diingat tentang sungai Cidurian. Beliau menceritakan bahwa, “di kawasan bagian Barat Bogor, tepatnya didaerah jasinga terdapat berbagai versi cerita rakyat yang menceritakan asal usu nama daerah Jasinga dan sungai Cidurian. Hanya saja saat ini cerita tersebut tidak begitu popular kecuali orang tua atau sesepuh saja yang masih bisa menceritakannya. Keberadaan Jasinga tidak terlepas dari mitos seekor singa dan dari berbagai versi itulah masyarakatpun menceritakan tokoh-tokoh yang membabak Jasinga menjelma menjadi singa. Sekilas cerita rakyat Jasinga yang pada awalnya adalah sebuah pasir (bukit) yang bernama Baya. Pasir Bayah dihuni oleh orang-orang sunda Padjajaran. Disitulah mereka hidup karena sumber penghidupan ada di sungai Cidurian yang berada dibawah kampung. Konflik terjadi di daerah sekitar pasir Bayah dengan Mayak. Konflik tak dapat dihindarkan, wangsa Mayak meminta bantuan kepada pimpinan daerah Koleang untuk memerangi wangsa Pasir Bayah. Peperangan terjadi di daerah pangapakann selama beberapa hari. Tiba-tiba datang tiga orang santri yang pada waktu itu tidak seorang pun tahu darimana mereka berasal. Mereka datang bermaksud hendak melerai konflik. Namun yang terjadi kemudian mereka pun masuk ke Palagan. Namun santri tersebut malah menjadi bulan-bulanan oleh dua wangsa yang 69 berperang. Mereka pun mundur dari palagan dan menghimpun kekuatan hingga tiga santri tersebut menjelma menjadi singa. Konflik tak dapat diredam dan akhirnya tiga santri ikut dalam peperangan di palangan. Sehingga terjadilah perang segitiga. Wangsa Pasir Bayah dan wangsa Mayak tak sanggup melawan amukan singa, kemudian 2 wangsa keluar dari palagan. Wangsa pasir Bayah meninggalkan pasir Bayah dan juga wangsa Mayak. Kemudia setelah konflik selesai dan wangsa pasir Bayah dan Wangsa Mayak kalah, mayat-mayat yang setelah bertarungpun berserakan dan darahnya mengalir ke sungai. Setelah itu singa berubah wujud kembali menjadi tiga santri kemudian merekalah yang berkuasa walaupun pada awalnya mereka hanya bermaksud melerai dan meredam konflik. Mereka kemudia diberi gelar oleh penduduk setempat dan nama pasir bayah diganti oleh dengan nama jasinga yang berasal dari Jaya singa yang berarti kemenangan singa. Dan ketiga santri diberi gelar Munding Leuweung Jaga Nagara, Munding Laya Omas, dan Munding Laya Kusuma. Kemudian mereka bertiga berhak menempati daerah masing-masing yang ada di sekitar Jasinga, dan dimulai percakapan antara mereka bertiga : “Munding Leuweung Jaganagara: “sia rek kamana, kusuma ?” Munding Laya Kusuma: “kami mah rek didieu bae, ja geus cukup loba sandang jeung pangan didieu mah, bisa ngumpulkeun suluh, pangan, jeung lainna”. Munding Laya Omas: kami rek leumpang ka belah kulon, ngke kami rek diuk di Kulon sampe ka boga katurunan”. Dari percakapan tadi akhirnya mereka menempati daerah masing-masing. Munding Leuweung Jaganagara menempati daerah Gunung Curia tau yang sekarang disebut kampung ngasuh. Munding laya kusuma menempati daerah Pasir Bayah atau yang sekarang di sebut Jasinga. Sedangkan Munding Laya Omas berkelana ke Barat yang sekarang disebut Banten. setelah kejadian itu masyarakat menyebutnya Jasinga hingga sekarang. Kemudian dengan berjalannya waktu pada masa kejayaan Padjajaran datanglah seorang santri yang ingin berdakwah ke Jasinga, kemudian santri tersebut dihalang-halangi oleh jawara sakti lalu keduanya bertarung. Tiba-tiba kesaktian sang jawara seketika mati dan lumpuh ketika santri memukulnya dengan pohon dahan dadap cangkring. Pohon dadap 70 waktu itu banyak disekitar aliran sungai. Kemudian sang jawara mati dengan cucuk yang menancap di dada. Santri itu menyebut cucuk itu dengan nama “duri” lalu sungai itu disebut Cidurian yang berasal dari kata “ci” yaitu bahasa sunda duri yaitu dalam bahasa sunda “cucuk” jadilah disebutnya Cidurian. Dan sampai sekarang sungai disebut dengan Cidurian.71 D. Peran Sungai terhadap Interaksi Sosial di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Dalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali mendengar atau bahkan mengucapkan kata peran ataupun peranan. Peran dan peranan lebih sering diartikan kepada fungsi dari seseorang atupun berupa benda yang memang terlihat fisiknya. Jika dalam ilmu sosial peran dinyatakan lebih kepada fungsi norma serta dibentuk oleh budaya. Maka dalam penelitian peran ini dikaitkan dengan fungsi sungai terhadap interaksi sosial pada masyarakat kampung kabagusan. Dimana setiap harinya secara tidak langsung sungai berfungsi mengatur hubungan interaksi sosial pada masyarakatnya. Sungai merupakan urat nadi bagi kehidupan masyarakat kampung kabagusan. Semua kegiatan aktifitas kesehariannya dilakukan dengan bergantung kepada sungai Cidurian. Jika dilihat dari segi kesehatan, hal ini memang kurang baik dilakukan tetapi jika dilihat dari segi sosiologis masyarakat melakukan segala kegiatan kesehariannya dari mulai melakukan aktifitas rumah tangga, bekerja sebagai petani, lading, dan berkebun dengan mengandalkan sungai cidurian. Maka disinilah dapat dilihat sisi sosiologisnya. Masyrakat memulai aktifitas setiap harinya dari mulai pukul 05.30 hingga pukul 17.30. bisa disimpulkan bahwa kurangnya interaksi sosial. Bagaiman tidak, masyarakat bekerja setiap harinya dari pagi hingga sore sehingga hampir tidak ada waktu untuk bersosialisasi dengan tetangganya. Hanya dengan ketika mereka berada disekitar aliran sunga Cidurian dapat berinteraksi dengan secara tidak sengaja. 71 Wawancara Langsung, Bapak kyai Sadeli Sesepuh Kampung Kabagusan, tanggal 25 November 2013. 71 Mereka bertegur sapa, bercerita tentang kegiatan yang telah dilakukan mereka seharian. Hal tersebut diperkuat oleh hasil obrolan pribadi dengan bapak Dade dan bapak holil.72 Begitu pula yang dilakukan ibu rumah tangga kampung Kabagusan. Untuk memenuhi segala kebutuhan pokok yang sekarang semakin melambungnya harga sembako. Mereka ikut membantu suaminya berladang, bertani, dan berkebun demi terpenuhinya resiko sehari-hari. Hampir tidak ada waktu bagi mereka untuk bercanda gurau bersama-sama ibu-ibu tetangga lainnya, karena setelah selesai bekerja pun mereka masih harus memasak dan mengurus rumah tangga lainnya. Dan hanya dengan ketika mereka berada disungai Cidurianlah mereka dapat melakukan hubungan sosial dengan saling berinteraksi satu sama lain dengan sambil mencuci piring, baju, dan lain-lainnya yang dapat dilakukan di sungai Cidurian. Selain itu kurangnya interaksi ini didukung dari tidak adanya kegiatankegiatan yang diadakan oleh pihak Rukun Tetangga (RT), pihak Rukun Warga (RW), serta dari pihak Desa. Dari permasalahan di atas maka sungai dijadikan sarana berinteraksi oleh masyarakat sekitarnya. Kelebihan sungai Cidurian ini adalah sebagai sarana untuk berbagi informasi baik tentang hal-hal yang positif maupun negatif. Masyarakat kampong Kabagusan rata-rata bermata pencaharian dengan bertani dan berladang serta berkebun. Rata-rata daerah pertanian dan perkebunannya dikelilingi oleh aliran sungai yang Cidurian. Disinilah masyarakatnya saling berinteraksi, bertegur sapa, juga saling memberikan informasi tentang bagai mengolah lahan perkebunan juga pertaniannya. Masyarakat juga saling memberikan informasi bagai mana hasil panen yang mereka dapat, dan juga memberikan informasi bagaimana untuk mendapatkan hasil panen yang lebih baik. Sehingga terjadi hubungan interaksi yang baik antar warga. Sebagaimana pula dijelaskan oleh teori Mead bahwa manusia pada dasarnya mempunyai akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai satu proses sosial. 72 Dade dan Holil, Warga Kampung Kabagusan, Wawancara Langsung di Sungai Cidurian. 15 Desember 2013. 72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Walaupun kebutuhan-kebutuhan yang lain terpenuhi, namun sebagai mahluk sosial manusia mempunyai naluri untuk melakukan hubungan sosial dengan berinteraksi sosial tentunya harus terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris mengenai peran sungai terhadap interaksi social disekitar aliran sungai Cidurian kampong Kabagusan desa Mayak kecamatan Curugbitung kabupaten Lebak Banten. Dari hasil penelitian inilah maka dapat dibuktikan bahwa peran sungai Cidurian sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya. Karena dengan adanya sungai ini maka interaksi social pada masyarakatnya bisa menghasilkan interaksi yang positif terhadap kehidupan masyarakatnya. Terjalinnya kehidupan yang lebih akrab dan saling memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan sector pertaniann serta perkebunannya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dipadukan dengan tiga teknik pengumpulan data untuk memperkuat tingkat validitas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Peran sungai cidurian terhadap interaksi sosial pada masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curugbitung kabupaten Lebak Banten sangat besar. Peran sungai selain untuk pemenuhan kebutuhan pokok juga sangat berperan penting terhadap interaksi sosial pada masyarakatnya.di sekitar sungai Cidurian inilah masyarakat melakukan interaksi sosial antar warga sehingga terjadi masyarakat yang rukun dan saling memberikan nilai-nilai positif. B. Saran-saran Dalam penelitian ini beberapa hal yang hendaknya perlu diperhatikan oleh masyarakat kampung Kabagusan adalah mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa 73 mempererat hubungan antar warga. Seperti diadakannya gotong royong, kumpulan antar warga, serta acara-acara yang bisa memberikan kesempatan kepada warga untuk berinteraksi serta melakukan hubungan sosial dengan warganya. Bahwa interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi kehidupan baik itu antar tetangga, atau masyarakat yang lebih luas. Untuk menciptakan interaksi sosial antar warga ini harus adanya kesadaran dari individu, serta pihak Desa untuk mengadakan kegiatan yang mampu menjadikan jalinan yang lebih baik. Contohnya mengadakan gotong royong disekitar aliran sungai untuk menjadikan lingkungan sekitar aliran sungai bersih, agar terciptanya proses interaksi yang baik dengan sesama tetangga. 75 DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Abu. dan Narbuka, Cholid. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke-1. Anesya, Devania. Teknik Analisis Data, http://frenndw.wordpress.com/2011/03/ 15/teknik-analisis-data/, diakses pada tanggal 21 Januari 2013 pukul 13.10 WIB. Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Cet ke-13. Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cetakan Kedua. Bachtiar, Wardi. 2008. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Bakri, Nazar. 1994. Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Pedoman Jaya. Basrowi. dkk. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Berger, Peter L. dan Luckman, Thomas. 2012. Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES IKAPI. Cetakan ke-9. Bouman, P.J. Ilmu Masyarakat Umum. Jakarta: Pustaka Sardjana. BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten. http://www.lebakkab.go.id /index.php?pilih=hal&id=27. Bungi, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Cabin, Philippe. 2004. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Dade dan Holil, Warga Kampung Kabagusan, Wawancara Langsung di Sungai Cidurian. 15 Desember 2013. Dishubkominfo Provinsi Banten. http://bantenprov.go.id/read/page-detail /petawilayah/4.html. diakses pada tanggal 11 April 2013. Elly. Dkk. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Edisi Kedua. Cet. Ke-9. 76 Faisal, Sanafiah. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Cet. Ke-1. Hassan, Nabilah. Sungai dan Manfaatnya, http://nabiilahhassa.blogspot.com/ 2012/12/sungai-dan-manfaatnya.html. diakses pada tanggal 11/07/2013, Pukul 11:39 WIB. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian ilmu Sosial. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Edisi ke-2. Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid II. Jakarta: PT. Gramedia. Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Cet. ke-4. Nazir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurdin, M. Amin. dkk. 2006. Mengerti Sosiologi Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Pers. Cetakan Pertama. Paimin. Dkk. 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sunga, Kementrian Kehutanan Badan Penelitian Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor: Pusat Penelitian Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-6. Pujatmiko, Rahmat. 2007. Efektifitas Forum DAS dalam Membantu Kelembagaan Pengelolaan DAS (Studi Kasusu Forum Komunikasi DAS Cidanau di provinsi Banten). Jakarta: Program Magister Universitas Indonesia. Purwadi, Etika Komunikas dalam Budaya Jawa: Sebuah Penggalian Nilai Kearifan Lokal demi Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa. Jurnal. tt. Rahayu, Iin Tri. Dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing. Raho, Bernard. 2008. Teori Sosiolog. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Razak, Yusron. 2008. Sosiologi Sebuah Pengantar; Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Jakarta: Laboratorium Sosiologi. Ritonga, Jamiluddin. 2004. Riset Kehumasan. Jakarta: PT. Gramedia Grasindo. Ritzer, George. dan Goodman, Douglas J. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. 77 Sadeli (Sesepuh Kampung Kabagusan). Wawancara. tanggal 25 November 2013. Saebani, Beni Ahmad. dan Nurjaman, Kadar. 2013. Manajemen Penelitian. Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia. Salam, Syamsir. dkk. 2008. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Setaiadi, Elly. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group. Setiadi, Wawan. Pengertian Masyarakat. http://wawan-junaidi.blogspot.com /2012/03/pengertian-masyarakat.html, diakses pada Rabu, 23 Januari 2013. Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Sodikin. 2012. NATURALIS; Journal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bengkulu: Program Studi Pascasarjana Universitas Bengkulu. Soehartono, Irawan. 2008. Metodologi Penelitian Sosial; Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Reamaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Edisi Baru 42. Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Edisi Revisi-45. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Cet.ke-7. Sugono, Dendy. Dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. Ke-7. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi; Edisi Revisi. Jakarta: Universitas Indonesia. Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. Pertama. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun. 2009. Profil Desa Mayak Tahun. Lebak: Balai Desa Mayak. 78 Tim Penyusun. 2013. Monografi Kampung Kabagusan. Lebak: Kantor Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung. Tim Penyusun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES). Undang-undang Republik tahun 1979. Indonesia, Tentang Pemerintahan Desa Nomor 5 Undang-undang Republik Indonesia tentang Pemerintah Daerah Nomor 22 tahun 1999. Usman, Husaini. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Ke-3. UU No. 7 tahun 2004 dan No. 38 tahun 2011 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Sungai. Wahyu, Ramdani. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia. 79 LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Bintang Tresna Prihartini NIM : 109015000158 Fakultas/Jurusan : FITK/ P.IPS Prodi : Sosiologi Judul Skripsi : Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Lebak-Banten BAB Nomor Foot note 1 Referensi DishubkominfoProvinsiBanten, http://bantenprov.go.id/read/page-detail/petawilayah/4.html, diakses pada tanggal 11 April 2013. BP2KBMPD Kabupaten Lebak Provinsi Banten, 2 http://www.lebakkab.go.id /index.php?pilih=hal&id=27 BAB I 3 4 Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Pemerintahan Desa, (Nomor 5 Tahun 1979), h.2. Undang-undang Refublik Indonesia, Tentang Pemerintah Daerah, (Nomor 22 tahun 1999). Syamsir salam,dkk. Sosiologi Pedesaan, (Lembaga 5 Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2008), h. Paraf Dosen 80 41. 6 Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 207 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah 7 Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Pertama, h. 156. 9 10 11 P.J. Bouman, ilmu Masyarakat Umum, (Jakarta: Pustaka Sardjana), hal. 31 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.854 UU no. 7 tahun 2004, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, tentang Sungai, no. 38 tahun 2011 Paimin, dkk, Sistem Perencanaan Pengelolaan BAB daerah Aliran Sunga,Kementrian Kehutanan Badan Penelitian II 12 Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, (Bogor : Pusat penelitian pengembangan konservasi dan rehabilitasi, 2012), hal. 5 Chay Asdak, hidrologi dan Pengelolaan Daerah 13 Aliran Sungai, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), cetakan kedua, h.11 14 Sodikin, NATURALIS-Journal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, (Program studi pasca Sarjana, Universitas Bengkulu, 81 2012) 15 Rahmat Pujatmiko, Efektifitas Forum Das dalam Membantu Kelembagaan Pengelolaan Das(Studi kasusu forum komunikasi DAS Cidanau di provinsi Banten), Program Magister (Jakarta: Universitas Indonesia, 2007), h. 19 M. Amin Nurdin, dkk. Mengerti Sosiologi Pengantar 16 untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar, cetakan satu, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2006), h. 52 Philippe Cabin, Sosiologi Sejarah dan Berbagai 17 Pemikirannya, (Yogyakarta: Kreasi wacana, 2004), h. 199 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar tinjauan 18 Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi, 2008), h. 57. Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, Edisi revisi, 19 (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004) hal. 37 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi 20 Revisi-45 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hal. 58 purwadi, jurnal Etika Komunikas Dalam 21 Budaya Jawa: Sebuah Penggalian Nilai Kearifan Lokal demi Memperkokoh Jati diri serta Kepribadian Bangsa, tt, 82 hal. 2 Peter LBerger dan Thomas Luckman, Tafsir Sosial Atas 22 Kenyataan Pengetahuan, Risalah (Jakarta: Tentang LP3ES Sosiologi IKAPI, 2012), cetakan ke-9, h. 65. Margaret 22 M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), cetakan ke-enam, h. 256 Bernard Raho, Teori Sosiolog, (Jakarta: Prestasi 23 24 Pustakarya, 2008), h.95 Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.240 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori 25 Sosiologi Modern, (Jakarta:Kencana, 2003), h.267 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan 26 BAB III 28 Modern Jilid II, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 8. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet.7. h. 81 Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial, suatu teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial 29 dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-7, h. 35 Abu Achmadi dan Cholid Narbuka, Metodologi 30 Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-1, 83 h. 44. Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, 31 (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), Cet. 1, hal. 42 Beni 32 Ahmad Saebani Manajemen Penelitian, Dan Kadar Nurjaman, ( Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013), h. 148 Muhammad Idrus, Metode Penelitian ilmu SosialI, 33 (Jakarta: Gelora Aksara Pratama,2009), Edisi ke dua, h. 62 Jamiluddin Ritonga, Riset kehumasan, (Jakarta: PT. 34 Gramedia Grasindo, 2004), h. 39 Iin Tri Rahayu. Dkk, Observasi dan Wawancara, 35 36 37 (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 1 Husaini Usman, metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 3, hal. 54 M. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1985), hal. 175 Nazar Bakri, tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, 38 (Jakarta: CV Pedoman Jaya, 1994), hal. 36 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu 39 Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 84 Cet. 13, hal. 23 Basrowi. Dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, 40 41 (Jakarta: Rineka cipta, 2008), h. 158 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.4, h. 180. Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman 42 Filosofisdan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2003), hal. 53 Jakarta, Januari 2013 Dosen Pembimbing Skripsi Drs. Syaripulloh M.Si NIP. 196709092007001133 85 Gambar Peta Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak-Banten 86 Foto Wawancara dengan Syamsul Ma’arif Responden Remaja Foto Aliran Sungai Kampung Kebagusan 87 Gambar Aliran Sungai Kampung Kebagusan Foto Perkebunan Dekat Aliran Sungai 88 Foto Perkebunan Timun Dekat Aliran Sungai Akses Jalan Ke Kampung 89 Foto Lahan Perkebunan Dekat Aliran Sungai Foto Aktivitas Warga di Sungai Cidurian 90 Foto Aliran Sungai yang Dipakai Warga 91 Jembatan Penghubung Jalan Perbatasan Antara Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor 92 MONOGRAFI DESA MAYAK KECAMATAN CURUG BITUNG LEBAK BANTEN - Pemukiman / Perumahan Penduduk : 15 Ha - Sarana Sosial / sarana Umum lainnya : 8 Ha - Pertanian : 327 Ha - Perkebunan : 150 Ha - Industri/Perdagangan :- - Milik Rakyat /Hak Adat : 430 Ha - Milik Negara :- Ha - Milik Perkebunan :- Ha - Milik Swasta : 70 Ha Ha - - Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah sarana Pendidikan Sekolah Dasar Negri Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Jumlah sarana Keagamaan Mesjid Mushola Pertanian Sawah Perdagangan Buruh Tani Jasa PNS Pendidikan Warga masyarakat TK SD SLTP / Mts SLTA / MAN Perguruan Tinggi Jumlah Perangkat Desa : : 2.339 Orang : 1.199 Orang : 1.140 Orang : 5 Unit : 2 Unit, SDN 01 dan 02 Mayak : 1 Unit SMPN SATAP Curug Bitung : 1 Unit SMK Pertanian : 6 Unit : 3 Buah : Buah : 1.110 Orang : 23 Orang : 223 Orang : 24 Orang : 10 Orang : : 35 Orang : 388 Orang : 137 Orang : 48 Orang : 4 Orang 93 - Ketua RW Ketua RT Anggota BPD Guru Ngaji Alat Transportasi : Kendaraan Roda Empat Kendaraan roda dua : : : : 3 11 9 6 Orang Orang Orang Orang : : Roda Dua 94 PEDOMAN WAWANCARA Penelitian Skripsi: “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten” Oleh Bintang Tresna Prihartini NIM. 109015000158 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 95 WAWANCARA Assalamu’alaikum Wr.Wb… Selamat pagi/siang/sore/malam. Saya Bintang Tresna Prihartini, mahasiswa Pendidikan IPS jurusan Sosiologi-Antropologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian skripsi tentang “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kasus Interaksi Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data serta yang diperlukan dalam penelitian. Pertanyaan Wawancara sesuai dengan kualifikasi tujuan penelitian dan kemampuan yang bapak/ ibu miliki untuk menjawab. Untuk keperluan tersebut, dengan segala hormat saya memohon kesediaan bapak/ ibu : sebagai masyarakat desa Mayak kampung Kabagusan RT/RW, 001/007 kecamatan Maja kabupaten Lebak Banten ini untuk saya wawancarai. (NB: * coret yang tidak perlu dan lingkari pada bagian yang diperlukan) Data Responden Nama Responden Terpilih : Umur Responden : Jenis Kelamin Responden : 1. Laki- laki 2. Perempuan Alamat Reponden : Kampung Kabagusan RT/RW, 001/003 Pekerjaan Responden : 96 Status Responden : 1. Asli 2. Pengganti WAWANCARA A. Pertanyaan ! 1. Apa yang anda ketahui tentang sungai Cidurian ? 2. Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya sungai Cidurian bagi anda sendiri ? 3. Bagaimana pendapat anda mengenai pentingnya sungai Cidurian bagi masyarakat kampung Kabagusan ? 4. Ketika melakukan kegiatan di sungai Cidurian apa saja yang dilakukan? Apakah terjadi perbincangan/interaksi dengan orang lain ketika berada disekitar sungai Cidurian? ceritakan ! 5. Bagaimana pendapat anda tentang peran/fungsi sungai terhadap interaksi sosial? 6. Apakah terdapat hubungan baik antara warga kampung Kabagusan disekitar aliran sungai Cidurian? 7. Brapakah jarak anatara rumah anda dengan sungai Cidurian ? 8. Apasajakah manfaat sungai bagi anda/masyarakat? 9. Apasajakah dampak dari sungai Cidurian terhadap interaksi? Positif atau negative? 10. Jika jawaban anda positif apa sajakah diantaranya? Dan jika negative apa sajakah diantaranya? Ceritakan! B. Pemangku Adat atau Sesepuh 1. Tolong ceritakan bagaimana sejarah terbentuknya kampung Kabagusan serta sungai Cidurian? 97 2. Bagaimana menurut bapak atau ibu perkembangan penduduk sampai sekarang ini? PENUTUP Demikianlah wawancara yang saya lakukan ini. Terima kasih atas kesediaannya, saya mohon maaf apabila dalam wawancara terdapat kesalahan dan kekhilafan. Atas kesediaannya saya ucapkan banyak terima kasih. Selamat pagi/siang/ sore/ malam. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Hasil Wawancara C. Jawaban Pertanyaan! 98 PEDOMAN OBSERVASI Penelitian Skripsi “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten” Disusun Oleh; Bintang Tresna Prihartini 109015000158 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 99 Observasi Mulailah segala kegiatan dengan mengucapkan basmalah. Identifikasi dan pahami variable penelitian yang diteliti, adapun beberapa variable penelitian yang akan diteliti adalah “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten”. Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Beberapa variabel dan sub variabel atau dimensi yang akan diamati, yaitu: 1) Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Amatilah peran sungai terhadap interaksi sosial pada masyarakat disekitar aliran sungai di kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Maja kabupaten Lebak Banten Pemahaman mengenai peran sungai Peran sungai bagi individu sendiri Peran sungai bagi masyarakat Peran sungai terhadap interaksi Pemahaman peran sungai terhadap interaksi sosial bagi masyarakat 2) Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Amatilah interaksi sosial disekitar aliran sungai cidurian pada masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak. Amatilah kegiatan interaksi sosial disekitar aliran sungai masyarakat kampung Kabagusan desa Mayak kecamatan Curug Bitung kabupaten Lebak. Amatilah pengaruh jarak pemukiman warga dengan daerah aliran sungai terhadap interaksinya. Amatilah manfaat sungai bagi bagi masyarakatnya 100 Amatilah dampak dari penggunaan sungai terhadap interaksi. Amatilah Dampak positif dan negatif dari peran sungai terhadap interaksi sosial. Setelah selesai melakukan pengamatan, kroscek kembali data pengamatan yang telah dilakukan dan catat secara jelas. Akhiri dengan berpikir positif dan hamdalah. 101 PEDOMAN OBSERVASI Penelitian Skripsi “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian (Studi Kasus Interaksi Sosial Pada Masyarakat Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung Kabupaten Lebak Banten” Disusun Oleh; Bintang Tresna Prihartini 109015000158 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 102 DATA RESPONDEN 1. Nama : Jasita Pekerjaan : Ketua Rukun Tetangga (RT) 001 Umur : 65 Tahun Pendidikan Terakhir : SMP (sekolah Dasar) Alamat : Kampung Kabagusan 2. Nama : Holil Pekerjaan : Ketua Rukun Warga (RW) 003 Umur : 55 Tahun Pendidikan Terakhir : SD Alamat : Kampung Kabagusan 3. Nama : Mujani sesepuh kampung Kabagusan Pekerjaan : pensiunan Umur : 68 Tahun Pendidikan Terakhir : D III Alamat : Kampung Kabagusan 4. Nama : Sultonah Umur : 48 Pekerjaan : PNS Pendidikan Terakhir : S1 (S.Pd) Alamat : Kampung Kebagusan 5. Nama : Nuraeni Umur : 38 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : Kampung Kebagusan 103 6. Nama : Sunariah Umur : 40 Tahun Pendidikan Terakhir : SMP Alamat : Kampung Kabagusan Daerah Asal : Bogor 7. Nama : Suparman Umur : 45 Tahun Pendidikan Terakhir : SMP Alamat : kampung Kabagusan 8. Nama : Dade Umur : 46 Tahun Pendidikan Terakhir : SMP Alamat : Kampung Kabagusan 9. Nama : Juli Umur : 28 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : kampung Kabagusan Daerah Asal : Bogor 10. Nama : Dewi Betari Umur : 26 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : Kampung Kabagusan 104 11. Nama : Nurul Fajriah Umur : 20 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : Kampung Kabagusan 12. Nama : Sobariah Umur : 16 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : Kampung Kabagusan 13. Nama : Samsul Ma’arif Umur : 19 tahun Pendidikan Terakhir : SMA Alamat : Kampung Kabagusan 14. Nama : Yusuf Hamdani Umur : 23 Tahun Pendidikan Terakhir : SD Alamat : Kampung Kabagusan 15. Nama : Yuli Umur : 19 Tahun Pendidikan Terakhir : SD Alamat : Kampung Kabagusan ABSTRACT Bintang Tresna Prihartini. The Role Of Social Interaction River Watershed Cidurian Around Kampung Kabagusan Mayak village waterfall Bitung District of Lebak Banten . Education Department of Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah , 2014. This study aims to determine the role of social interactions around the river against the flow of the river villages Cidurian kabagusan Mayak village waterfall Bitung swampy districts offerings . based on the observed problem is the extent to which the role of social interaction on the river against its people . The method used is descriptive method with qualitative approach . The sampling technique used was purposive sampling . The research instrument used was the interview . Examination and checking of test data in credibility and transferability of this study using the technique of triangulation method , by adjusting the study documentation , interview techniques and deepening of observation . The results showed that the river has an important role to social interaction in the community . This is caused by a lack of social connections in the community kabagusan village , so that the river has its own role to be part of the process of social interaction . Due to the presence of the river Cidurian villagers smartness can make the process of social interaction as that good social relations . Keywords : Roles , Rivers , Social Interaction . PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK KECAMATAN CURUGBITUNG KANTOR KEPALA DESA MAYAK Alamat : Desa MAYAK Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak SURAT KETERANGAN No. /RT/2013 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Asep Jabatan : Sekretaris Desa Dengan ini menerangkan bahwa : Nama : Bintang Tresna Prihartini Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 17 Juli 1991 Alamat lengkap : Kampung Kebagusan Desa mayak Kecamatan Curug Bitung Status Pendidikan : Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta NIM : 109015000158 Nama tersebut diatas benar telah melakukan Penelitian (riset) di daerah yang saya pimpin, dengan judul penelitian “Peran Sungai Terhadap Interaksi Sosial Di Sekitar Aliran Sungai Cidurian Kampung Kabagusan Desa Mayak Kecamatan Curug Bitung LebakBanten”. Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Mayak, 16 November 2013 Sekretaris Desa Mayak Asep Supriadi 1983 0303 2010 01 100