gambaran pelaksanaan prosedur perawatan infus dan - E

advertisement
GAMBARAN PELAKSANAAN PROSEDUR PERAWATAN INFUS DAN
KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2012
Oleh : Nurul Hidayati dan Sri Paryati
Abstrak
Perawat mempunyai peran penting dalam pencegahan flebitis yaitu dengan
melakukan prosedur perawatan infus yang benar. Berdasarkan data dari RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan tahun 2011 pada triwulan I (Januari-Maret) diketahui angka
kejadian flebitis sebanyak 21 kasus (1,77%) dari 1.185 pasien infus dan injeksi. Pada
triwulan II (April-Juni) terdapat 25 kasus (1,25%) dari 1.994 pasien infus dan injeksi.
Pada triwulan III (Juli-September) terdapat 29 kasus (1,9%) dari 1.525 pasien. Angka
kejadian flebitis pada triwulan III mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan prosedur perawatan infus dan kejadian flebitis di RSUD
Kajen Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian deskriptif, pendekatan observasional
prospektif. Sampel penelitian ini adalah pasien rawat inap yang dipasang infus di Ruang
Matahari dan Ruang Cendrawasih RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan pada tanggal
15-31 Maret sebanyak 134 orang. Teknik pengambilan sampel mengunakan quota
sampling. Pengumpulan data menggunakan check list. Hasil penelitian diketahui 86,6%
dari 134 perawat yang diobservasi melakukan prosedur perawatan infus dengan benar,
88,1% dari 134 pasien rawat inap yang terpasang infus tidak mengalami flebitis. Pihak
rumah sakit dapat membuat suatu kebijakan yaitu standar operasional prosedur (SOP)
dan melakukan evaluasi terhadap standar operasional prosedur (SOP) perawatan infus.
Kata kunci
:
Prosedur Perawatan Infus, Flebitis
Kompleksitas sebuah rumah sakit adalah
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan unit pelayanan
medis
yang
sangat
adanya sejumlah orang yang secara bersamaan
kompleks.
berada di rumah sakit, sehingga sejumlah
Kompleksitasnya tidak hanya dari segi jenis
orang secara serempak, berinteraksi langsung
dan macam penyakit yang harus memperoleh
ataupun
perhatian dari para dokter (medical provider)
kepentingan dengan penderita-penderita yang
untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
dirawat di rumah sakit. Penderita yang sedang
terapinya (upaya kuratif), namun juga adanya
dalam proses asuhan keperawatan di rumah
berbagai macam peralatan medis dari yang
sakit, secara umum keadaan umumnya tidak
sederhana hingga yang modern dan canggih.
atau kurang baik, sehingga daya tahan
tidak
langsung
mempunyai
tubuhnya menurun. Hal ini mempermudah
serta menyadari faktor-faktor
terjadinya infeksi silang. Infeksi yang terjadi
dapat meningkatkan risiko infeksi seperti
pada penderita yang sedang dalam proses
kebersihan yang kurang, status gizi kurang dan
asuhan
imunosupresi.
keperawatan
disebut
infeksi
nosokomial (Darmadi 2008, h.2).
Faktor-faktor
penting
Faktor
terpenting
yang
lainnya yang
pencegahan
adalah
dilaksanakannya
yang
memastikan
prosedur
pengontrolan
menyebabkan infeksi nosokomial adalah (1)
infeksi, yang dilaksanakan di setiap rumah
Pasien rawat inap memiliki penyakit yang
sakit (James dkk 2008, h.117).
menyebabkan sistem imun mereka relatif
Terapi
intravena
sering
kali
kurang efektif; (2) Pemberian antibiotik
menimbulkan komplikasi yaitu flebitis, yang
khusus
untuk
khususnya
organisme
organisme
tertentu
saja,
disebabkan iritasi vena oleh alat intravena,
gram-negatif
yang
obat-obatan, dan atau infeksi (Weinstein 2001,
resisten; (3) Prosedur dan perawatan yang
h.61-62).
Flebitis
dilakukan di rumah sakit mempengaruhi
pembuluh vena yang biasanya terjadi karena
pertahanan alami tubuh terhadap infeksi,
kerusakan
seperti pemasangan infus, pipa endotrakea
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi
(Davey 2005, h.66).
dan pembentukan bekuan (Jordan 2004, h.38).
pada
merupakan
dinding
inflamasi
vena
yang
Pasien rawat inap membutuhkan terapi
Flebitis ditandai dengan kemerahan, bengkak,
intravena, karena terapi intravena sangat
nyeri tekan atau nyeri pada sisi IV, pasien
penting untuk tindakan beberapa penyakit.
dapat
Tindakan ini digunakan untuk memperbaiki
lengannya (Weinstein 2001, h.61-62).
mengalami
jalur
kemerahan
pada
atau menstabilkan lingkungan cairan tubuh
Berdasarkan data dari RSUD Kajen
atau memberikan obat-obatan. Pasien yang
Kabupaten Pekalongan tahun 2011 pada
menerima terapi intravena menjadi subyek
triwulan I (Januari-Maret) diketahui angka
terhadap beberapa bahaya tetapi paling dapat
kejadian flebitis sebanyak 21 kasus (1,77%)
dihindari dengan asuhan keperawatan yang
dari 1.185 pasien infus dan injeksi. Pada
bijaksana (Engram 2009, h. 758).
triwulan II (April-Juni) terdapat 25 kasus
peran
penting
(1,25%) dari 1.994 pasien infus dan injeksi.
yaitu
dengan
Pada triwulan III (Juli-September) terdapat 29
mengetahui prosedur dan praktik yang paling
kasus (1,9%) dari 1.525 pasien. Angka
mungkin menyebabkan infeksi nosokomial,
kejadian flebitis pada triwulan III mengalami
misalnya pemasangan dan perawatan infus,
kenaikan, sedangkan perawatan infus di RSUD
Perawat
dalam
mempunyai
pencegahan
infeksi
2
Kajen telah memenuhi standar operasional,
HASIL PENELITIAN DAN
namun masih kurang optimal dalam perawatan
PEMBAHASAN
infus seperti tidak melakukan memakai sarung
1. Prosedur Perawatan Infus
tangan dan cuci tangan secara medical dari
Prosedur
Perawatan Infus
Baik
Kurang Baik
Total
peradangan, sehingga angka kejadian flebitis
selalu
ada
dan
cenderung
mengalami
peningkatan.
Rumusan masalah penelitian adalah
”Bagaimanakah
gambaran
Jumlah
%
116
18
134
86,6
13,4
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa
pelaksanaan
sebagian besar prosedur perawatan infus di
prosedur perawatan infus dan kejadian flebitis
Ruang Matahari dan Ruang Cendrawasih
di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun
RSUD Kajen sudah baik.
2012?”
Prosedur perawatan infus dimulai
Tujuan umum penelitian ini adalah
setelah pasien mendapatkan pemasangan
untuk mendeskripsikan pelaksanaan prosedur
infus oleh perawat di Ruang UGD.
perawatan infus dan kejadian flebitis di RSUD
Perawatan infus dilakukan oleh perawat
Kajen Kabupaten Pekalongan.
pelaksana di ruang perawatan. Perawatan
infus dilakukan 24 jam pertama sejak
METODE PENELITIAN
pemasangan.
Perawatan
berdasarkan
metode
prosedur perawatan infus yang baik dapat
observasional
mencegah terjadinya flebitis pada pasien
prospektif. Populasi penelitian adalah seluruh
rawat inap. Perawatan infus dilakukan
pasien rawat inap yang dipasang infus di
setiap hari sekali sesuai dengan prosedur
Ruang Matahari dan Ruang Cendrawasih
yang ditetapkan oleh rumah sakit. Hal ini
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. Teknik
sesuai dengan William & Wilkins (2006,
sampling
h.70) yang menyatakan bahwa setelah
Penelitian
menggunakan
deskriptif dengan pendekatan
menggunakan
qouta
sampling
infus
sebanyak 134 orang.
Metode
observasi.
mempertahankan terapi dan mencegah
pengumpulan
data
komplikasi dengan prosedur sesuai dengan
langkah-langkah
tabulating.
pada
dengan
standar perawatan.
menggunakan check list. Pengolahan data
melalui
fokusnya
data
pengumpulan
Alat
terpasang,
Analisa data
editing,
coding,
meliputi analisa
univariat menggunakan persentase.
3
2. Kejadian Flebitis
3. Tabulasi Silang Pelaksanaan Prosedur
Perawatan Infus dengan Kejadian Flebitis
Kejadian
Flebitis
Tidak flebitis
Flebitis
Total
Jumlah
%
118
16
134
88,1
11,9
100
Pelaksanaan
Prosedur
Perawatan
Infus
Baik
Kurang Baik
Total
Tabel di atas menunjukkan bahwa
Kejadian Flebitis
Tidak
Flebitis
Total
Flebitis
f
%
f
%
f
%
115 99,1 1 0,9 116 100
3 16,7 15 83,3 18 100
118 88,1 16 11,9 134 100
sebagian besar pasien rawat inap di Ruang
Matahari dan Ruang Cendrawasih RSUD
Berdasarkan tabel di atas dapat
Kajen tidak mengalami flebitis.
diketahui dari 116 orang yang melakukan
Pasien rawat inap yang mengalami
flebitis
harus
segera
prosedur perawatan infus dengan baik,
mendapatkan
terdapat 115 orang (99,1%) pasien tidak
penanganan segera dengan menghentikan
mengalami flebitis dan 1 orang (0,9%)
dan melepas infus, mengkompres dengan
mengalami flebitis. Pada perlaksanaan
air panas, mengkaji nadi di daerah yang
prosedur perawatan infus yang kurang baik
mengalami flebitis. Perawat kemudian
yaitu 18 orang, terdapat 3 orang (16,7%)
melakukan pemasangan infus di bagian
pasien tidak flebitis dan 15 orang (83,3%)
lain yang tidak meradang. Hal ini sesuai
flebitis.
dengan Weinstein (2000, h.62) yang
Berdasarkan
menyatakan bahwa tindakan yang harus
diketahui
dilakukan ketika pasien menderita flebitis
ekstremitas;
ini
(6)
menunjukkan
bahwa
walaupun
sudah baik, tetapi masih dijumpai pasien
pesanan; (5) Mengkaji nadi distal terhadap
flebitis;
orang
pelaksanaan prosedur perawatan infus
kompres panas pada ekstremitas sesuai
yang
1
dengan baik, tetapi mengalami flebitis. Hal
(3)
Memberitahu dokter; (4) Memberikan
area
terdapat
silang
responden yang diberikan perawatan infus
yaitu (1) Melepaskan alat intravena; (2)
Meninggikan
bahwa
tabulasi
yang mengalami flebitis, yang dikarenakan
Menghindari
faktor usia yaitu responden berumur 59
pemasangan intravena berikutnya di bagian
tahun.
distal vena yang meradang.
Hal ini sesuai dengan Qown Grier
(1987, dalam Carpenito 2009, h.592) yang
menyatakan bahwa parameter yang dapat
mengidentifikasi individu yang beresiko
terkena infeksi salah satunya adalah faktor
4
pengganggu yaitu usia. Respon imun,
SIMPULAN
imunisasi terutama yang selular menurun.
Hasil
penelitian
bahwa
struktur dan fungsi kulit seperti turgor kulit
melakukan prosedur perawatan infus dengan
menurun dan epitel menipis. Akibatnya,
benar dan 88,1% pasien rawat inap yang
kulit menjadi lebih mudah abrasi atau luka.
terpasang infus tidak mengalami flebitis.
Pasien yang mengalami kejadian
Terdapat 118 orang (88,1%) tidak mengalami
flebitis akan menimbulkan dampak baik
flebitis dan 16 orang (11,9%) mengalami
bagi pasien maupun bagi pihak rumah
flebitis.
sakit. Pasien akan mengalami kerugian
perawatan infus sudah baik, tetapi masih
baik waktu perawatan maupun biaya,
dijumpai pasien yang mengalami flebitis. Hal
karena
mendapatkan
ini disebabkan faktor usia pasien. Berdasarkan
perawatan untuk kejadian flebitis dan
hasil penelitian diketahui responden yang
penyakitnya.
mengalami flebitis sebagian besar berusia 50-
Hal
harus
ini
tidak
hanya
merugikan pasien tetapi pihak RSUD
Kajen
Kabupaten
Pekalongan,
perawat
disimpulkan
Lansia juga mengalami perubahan dalam
pasien
86,6%
dapat
walaupun
yang diobservasi
pelaksanaan
59 tahun yaitu sebanyak 6 orang (37,5%).
karena
harus merawat satu pasien lebih lama dari
SARAN
waktu perawatan yang seharusnya. RSUD
1. Bagi Profesi Keperawatan
Kajen merupakan rumah sakit rujukan
yang
dibutuhkan
Penelitian ini sebaiknya digunakan
masyarakat
sebagai bahan pertimbangan bagi perawat
Kabupaten Pekalongan untuk mendapatkan
dalam memberikan asuhan keperawatan
pelayanan kesehatan, keterbatasan ruangan
pada pasien rawat inap, sehingga pasien
dan perawatan pasien yang terlalu lama
tidak mengalami kejadian flebitis dan
menyebabkan pihak rumah sakit harus
komplikasinya.
menolak
melakukan
pasien
mendapatkan
oleh
prosedur
lain
pelayanan
yang
ingin
kesehatan
di
dengan
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Perawat
prosedur
benar
sebaiknya
perawatan
semenjak
infus
dilakukan
pemasangan infus
2. Bagi Rumah Sakit
Pihak rumah sakit dapat membuat
suatu kebijakan yaitu standar operasional
prosedur (SOP) yang dapat didistribusikan
kepada
5
perawat
pelaksanan
untuk
digunakan
dalam
melakukan
asuhan
DAFTAR PUSTAKA
keperawatan kepada pasien rawat inap
Carpenito, 2009, Diagnosis Keperawatan:
Aplikasi pada Kritik Klinis, EGC, Jakarta
dengan terapi infus.
Pihak rumah sakit dapat melakukan
evaluasi
terhadap
standar
Darmadi
2008,
Infeksi
Nosokomial,
Problematika dan Pengendaliannya,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
operasional
prosedur (SOP) perawatan infus yang telah
Davey P, 2005, Medicine at a Glance, Alih
Bahasa Rahmalia, Penerbit Airlangga,
Jakarta
ditetapkan sesuai dengan perkembangan
ilmu keperawatan. Pihak rumah sakit juga
perlu mengadakan evaluasi serta supervisi
Engram, 2009, Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta
terhadap pelaksanaan prosedur perawatan
infus untuk mengurangi angka kejadian
flebitis
pada
nosokomial
khususnya
pada
dan
umumnya,
James dkk, 2008, Prinsip-prinsip Sains untuk
Keperawatan, Alih Bahasa Wardhani,
Penerbit Erlangga, Jakarta
infeksi
sehingga
dapat membantu pemulihan kesehatan
Weinstein S, 2001, Buku Saku Terapi
Intravena, Alih Bahasa Sugandi &
Setiawan, EGC, Jakarta
pasien tepat waktu.
William & Wilkins, 2006, I.V. Therapy Made
Incredibly Easy, Lippicott Williams &
Wilkins, USA
6
Download