Perbedaan Durasi Partus.pmd - Jurnal Elektro Unika Atma Jaya

advertisement
Damianus Journal of Medicine;
Vol.9 No.1 FebruariPerbedaan
2010: hlm.durasi
1–5 partus kala II primigravid yang melakukan dan yang tidak melakukan senam hamil
ARTIKEL PENELITIAN
Perbedaan durasi partus kala II antara primigravida
yang melakukan dan yang tidak melakukan senam hamil
Ignatio Rika Haryono*, Edihan**, Flora Viola*, Agnes Intan*
ABSTRACT
Introduction: The effect of pelvic floor muscle exercise (PFME) on the second
stage of the delivery was less obvious. This study was conducted to confirm
whether the duration of the second stage of the delivery in primigravid who
performed PFME was shorter than they did not.
Methods: A retrospective study using data from patient's medical delivery reports delivering in Saint Carolus Hospital from January to October 2009. Subjects were primigravid aged 20–35 years, divided into training group and control group. Unpaired t test, Pearson correlation, Chi-square or Fisher test was
used to examine the duration of the second stage between groups, relationship
between influencing factors and duration of the second stage, and relationship
between PFME and prolonged labor, older mother's age, and heavier baby's
weight.
*
Departemen Fisiologi, Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl.
Pluit Raya 2, Jakarta 14440
**
Departemen Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2,
Jakarta 14440
Korespondensi:
[email protected]
Results: Two hundred and eighty eight (144 PFME group, 144 control) according to the criteria was obtained. PFME group had younger age (26,3 yo vs 28,5
yo, P<0,05), lighter baby weight (3069,5 gr vs 3183,5 gr, P<0,05), and shorter
duration of the second stage (27,8 min vs 51,6 min, P<0,05). Duration of the
second stage was correlated with PFME and mother's age (P<0,05) but not with
baby's weight (P>0,05). Odds ratio (OR) of the control group to prolonged labor
was 2,0 (CI;1,8-2,3).
Conclusion: Primigravid who performed PFME have shorter duration of the
second stage of the delivery. Primigravid who did not perform PFME were twice
as likely to have prolonged labor.
Key words: primigravid, pelvic floor muscle, pelvic floor muscle exercise, second stage of the delivery.
PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko timbulnya inkontinensia urin.1,2 Diperkirakan 23% ibu yang
pernah melahirkan mengalami inkontinensia urin.3
Kelemahan otot dasar panggul adalah salah satu penyebab timbulnya inkontinensia urin pada ibu hamil
dan pasca persalinan. Pada otot dasar panggul yang
lemah, peningkatan tekanan rongga panggul selama
kehamilan menimbulkan sagging sehingga menimbulkan tekanan terhadap vesika urinaria dan rektum.4
Inkontinensia urin juga dapat disebabkan oleh robekan
otot sfinkter dan organ sekitar akibat trauma jalan lahir
pada proses persalinan pervaginam.5,6
Senam hamil (pelvic floor muscle exercise/PFME),
yakni latihan senam untuk memperkuat otot-otot dasar
panggul, merupakan salah satu cara mengurangi risiko
terjadinya inkontinensia urin akibat kehamilan dan
proses persalinan. Ibu hamil yang tidak melakukan
latihan memiliki risiko 1,3 kali mengalami inkontinensia urin.7 Penelitian yang dilakukan Mørkved et.al
membuktikan bahwa senam hamil selama kehamilan
pada primigravida dapat mengurangi inkontinensia selama kehamilan dan 3 bulan pasca persalinan.8 Penelitian secara meta analisis yang dilakukan Hay-Smith
et.al juga membuktikan bahwa senam hamil dapat
mencegah inkontinensia urin pada primigravida baik
selama kehamilan maupun pasca persalinan.9
Vol. 9, No.1, Februari 2010
1
DAMIANUS Journal of Medicine
Penelitian mengenai pengaruh senam hamil terhadap
durasi partus kala II masih belum banyak dilakukan
dan hasilnya belum memberikan kesimpulan yang
jelas. Penelitian oleh Salvesen et.al dan Agur W et.al
menunjukkan senam hamil pada primigravida kehamilan 20–36 minggu dapat mengurangi insiden partus lama namun tidak memperpendek durasi kala II
antara kelompok senam hamil dan kontrol.10,11 Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
adanya perbedaan durasi kala II pada primigravida yang
melakukan senam hamil dibandingkan dengan yang
tidak melakukan senam hamil. Hipotesis penelitian
adalah durasi partus kala II pada ibu hamil primigravida
yang melakukan senam hamil lebih pendek dibandingkan dengan ibu hamil primigravida yang tidak melakukan senam hamil.
HASIL DAN DISKUSI
Hasil penelitian yang dilakukan secara retrospektif
membuktikan hipotesis penelitian ini. Durasi partus
kala II pada ibu-ibu yang melakukan senam hamil
terbukti lebih pendek dibandingkan dengan ibu-ibu yang
tidak melakukan senam hamil. Ibu-ibu yang tidak
melakukan senam hamil memiliki kemungkinan dua
kali lebih besar mengalami partus lama. Terdapat korelasi bermakna senam hamil dengan bobot bayi dan
usia ibu, serta usia ibu dengan durasi kala II tetapi lemah sehingga dalam penelitian ini dapat diabaikan.
Beberapa penelitian mengenai manfaat senam hamil
terhadap proses persalinan telah dilakukan tetapi ha-
METODE
Subjek adalah ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit
Sint Carolus Jakarta periode Januari–Oktober 2009,
sebanyak 288 subjek, terdiri dari 144 orang yang melakukan senam hamil dan 144 orang yang tidak melakukan senam hamil (kontrol). Kriteria inklusi adalah
primigravida berusia 20-35 tahun, aterm (kehamilan 37–
40 minggu), kehamilan tunggal, presentasi kepala, dan
bayi hidup setelah persalinan. Kriteria eksklusi adalah
kecurigaan adanya disproporsi kepala-panggul,
ketuban pecah dini, predan eklampsia, gawat janin,
dan adanya kontraindikasi partus pervaginam lain.
Seluruh data diperoleh dari catatan medik yang berisi
riwayat persalinan dan partogram. Partus kala II dimulai
pada saat pembukaan lengkap dan berakhir pada saat
seluruh bagian tubuh bayi keluar. Partus lama bila kala
II lebih dari 120 menit. Bobot bayi normal bila 27003500 gram.10
Data karakteristik subjek ditampilkan dalam bentuk
rerata dan simpang baku. Analisa statistik menggunakan uji unpaired untuk mengetahui perbedaan karakterisitik dan rerata durasi kala II antara kelompok senam hamil dengan kontrol. Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui korelasi usia ibu, bobot bayi,
durasi kala II, dan senam hamil. Uji Chi square atau uji
Fisher dipergunakan untuk melihat hubungan usia,
2
bobot bayi, dan senam hamil dengan durasi kala II.
Proses analisis statistik menggunakan program SPSS
13.0.
nya sedikit yang menjelaskan pengaruh senam hamil
terhadap durasi partus kala II. Salah satu penelitian
yang melihat pengaruh senam hamil terhadap durasi
partus kala II telah dilakukan oleh Salvesen et.al.
Meskipun membuktikan senam hamil mengurangi
insiden partus lama, penelitian tersebut tidak
menemukan perbedaan durasi kala II antara ibu yang
melakukan senam hamil dan yang tidak melakukan
senam hamil.11 Penelitian oleh Agur et.al secara meta
analisis juga menunjukkan tidak adanya perbedaan
durasi kala II pada ibu yang melakukan senam hamil.12
Sebaliknya, pada penelitian ini durasi kala II terbukti
lebih pendek pada kelompok senam hamil dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan senam
hamil. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan
oleh penetapan dimulainya kala II. Pada penelitian ini
partus kala II dimulai saat pembukaan lengkap sedangkan Salvesen et.al menetapkan partus kala II dimulai ketika ibu mulai secara aktif mengejan, yang
terjadi sebelum pembukaan lengkap, sehingga partus
kala II secara umum lebih panjang dibandingkan partus kala II pada penelitian ini. Pemanjangan waktu kala
II dapat mengurangi perbedaan durasi kala II yang
sesungguhnya sehingga menyebabkan perbedaan
durasi kala II menjadi kurang bermakna.
Vol. 9, No.1, Februari 2010
Perbedaan durasi partus kala II primigravid yang melakukan dan yang tidak melakukan senam hamil
Tabel 1. Karakteristik Subjek
Senam Hamil
Kontrol
P
Usia (tahun)
26,3+4,0
28,5+3,5
0,000
Bobot Bayi (gram)
3069,5+348,6
3183,5+369,0
0,007
Durasi Kala II (menit)
27,8+10,75
51,6+39,7
0,000
P bermakna bila < 0,05
Tabel 2. Korelasi Antarvariabel
Umur Ibu
Umur Ibu
Bobot Bayi
Durasi Kala II
Senam Hamil
*
0,12
0,23 *
-0,28*
*
0.081
-0,16*
*
-0,47*
Bobot bayi
Durasi Kala II
* Korelasi bermakna pada P<0,01 (2 arah)
Tabel 3. Odds ratio kelompok kontrol terhadap bobot bayi berat, usia ibu, dan partus lama.
Senam Hamil
Kontrol
P
OR
Bobot bayi > 3500 gram
18 (12,5%)
34 (23,%)
0,01
2,2
Usia > 30 tahun
25 (17,4%)
43 (30%)
0,01
2,0
Partus lama
0
9 (6,25%)
0,002
2,0
P bermakna bila <0,05
Pada penelitian ini durasi kala II juga memiliki korelasi
positif dengan usia meskipun lemah. Durasi kala II lebih
panjang pada kelompok usia ibu lebih berusia 30 tahun
atau lebih. Hal ini mungkin disebabkan pada ibu berusia
30 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan dua kali
untuk tidak mengikuti senam hamil.
an otot-otot dasar panggul juga dapat menimbulkan
prolaps organ pelvik ke dalam vagina.13
Dasar panggul disusun oleh otot dan jaringan ikat,
memisahkan rongga pelvik di bagian atas dan peri-
koksigektomi.5,6 Pada kasus yang jarang, kelemahan
otot dasar panggul dapat disebabkan oleh aktivitas
neum di bagian bawah. Otot-otot dasar panggul terdiri
dari m. levator ani (disusun oleh m. pubokoksigeus,
m. puborektalis, dan m. iliokoksigeus) dan m. koksigeus. Dasar panggul berfungsi untuk menyokong organ pelvik (vesika urinaria, rektum, dan uterus), mengendalikan sfinkter uretra dan sfinkter ani, dan
mengatur rotasi bagian bawah bayi dalam proses persalinan. Kelemahan otot-otot dasar panggul pada kehamilan menyebabkan sagging, menimbulkan tekanan pada vesika dan rektum, sehingga menimbulkan
inkontinensia.4 Pada kasus yang lebih berat, kelemah-
olahraga, misalnya ski air, balap sepeda, dan berkuda.14 Di samping itu, terdapat beberapa faktor risiko
yang mendukung terjadinya kelemahan otot-otot dasar
panggul antara lain usia, jumlah persalinan, riwayat
keluarga, obesitas, dan status hormonal.14
Kelemahan otot-otot dasar panggul sering disebabkan
oleh trauma akibat proses persalinan, baik persalinan
pervaginam maupun seksio sesarea, serta oleh tindakan bedah di sekitar pelvik misalnya histerektomi,
Senam hamil, atau dikenal dengan pelvic floor muscle
exercises (PFME) atau Kegel exercise, merupakan
cara yang murah, aman, dan efektif untuk mengatasi
kejadian inkontinensia urin selama kehamilan dan
pasca persalinan.15 Beberapa penelitian menunjukkan
senam hamil dapat memperkuat otot-otot dasar
Vol. 9, No.1, Februari 2010
3
DAMIANUS Journal of Medicine
panggul, memperbaiki fungsi miksi dan defekasi, serta
mengurangi inkontinesia urin maupun alvi. Penelitian
oleh Mørkved secara acak tunggal pada primigravida
yang menjalani senam hamil selama 3 bulan menunjukkan penurunan kasus inkontinensia urin selama
kehamilan dan pasca persalinan.8 Beberapa penelitian
yang dilakukan secara meta analisis juga membuktikan senam hamil dapat mengurangi inkontinensia urin
pada kehamilan dan pasca persalinan.8,15 Di Polandia,
senam hamil telah secara resmi digunakan sebagai
metode untuk pencegahan inkontinensia urin selama
dan setelah kehamilan pada seluruh ibu hamil.15
UCAPAN TERIMA KASIH
1.
Luber KM. The definition, prevalence, and risk factors for stress urinary incontinence. Rev Urol
2004;6(Suppl 3):S3-9.
Penelitian ini memiliki kekurangan yang mungkin dapat menimbulkan bias karena keterbatasan data yang
diperoleh secara retrospektif. Penanganan pasien oleh
dokter yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan
dalam menentukan dimulainya kala II sehingga dapat
menimbulkan perbedaan durasi kala II. Tidak di-
2.
Zhu L, Lang J, Liu C, Han S, Huang J, Li X. The epidemiological study of women with urinary incontinence
and risk factors for stress urinary incontinence in
China. Menopause 2009;16(4):831-6.
3.
Foldspang A, Mommsen S, Djurhuus JC. Prevalent
urinary incontinence as a correlate of pregnancy, vaginal childbirth, and obstetric techniques. Am J Public
Health 1999;89(2):209-12.
4.
Kegel exercise. Why should I kegel?[cited 2009 Dec
28]. Available from: http://www.birthingnaturally.net/
exercise/preg/kegel.html.
5.
Baessler K, Schuessler B. Childbirth-induced trauma
to the urethral continence mechanism: review and
recommendations. Urol 2003;62(4 Suppl 1):39-44.
6.
Borello-France D, Burgio KL, Richter HF, Zyczynski
H, Fitzgerald MP, Whitehead W, et al. Fecal and urinary incontinence in primiparous women. Obstet
Gynecol 2006;108(4):863-72.
7.
Zhu L, Lang J, Wang H, Han S, Huang J. The prevalence of and potential risk factors for female urinary
incontinence in Beij ing, China. Menopause
2009;15(3):566-9
8.
Mørkved S, Bø K, Schei B, Salvesen KA. Pelvic floor
muscle training during pregnancy to prevent urinary
incontinence: a single-blind randomized controlled
trials. Obstet Gynecol 2003;101(2):313-9.
9.
Hay-Smith J, Mørkved S, Fairbrother KA, Herbison
GB. Pelvic floor muscle training for prevention and
treatment of urinary and faecal incontinence in antenatal and postnatal women. Cochrane Database Syst
Rev 2008;8(4): CD007471.
ketahuinya aktivitas olahraga sebelum dan selama kehamilan yang mempengaruhi kekuatan otot-otot dasar
panggul sehingga mempengaruhi durasi kala II. Di
samping itu tidak dilaporkan keluhan inkontinensia urin
maupun alvi pada kedua kelompok sehingga tidak diketahui manfaat senam hamil terhadap keluhan inkontinensia. Meskipun bukan merupakan tujuan penelitian, tetapi dengan mengetahui adanya keluhan inkontinensia dapat memperkuat hasil penelitian tentang pengaruh senam hamil terhadap pengobatan inkontinensia urin selama kehamilan dan pasca persalinan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rumah Sakit
Sint Carolus yang telah memberi izin pengambilan data,
petugas rekam medis RS Sint Carolus yang telah
membantu pengumpulan data. Terima kasih juga
kepada Dr. Nelly Tina atas bantuan teknis penghitungan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa durasi partus kala II pada primigravida yang melakukan senam
hamil lebih pendek dibandingkan dengan primigravida
yang tidak melakukan senam hamil. Dianjurkan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan intervensi latihan
senam hamil yang diawasi langsung untuk memastikan pengaruh senam hamil terhadap durasi kala
II. Di samping itu, dianjurkan untuk memberikan dorongan bagi ibu hamil tanpa komplikasi untuk melakukan senam hamil selama kehamilan dan pasca persalinan serta pengawasan senam.
4
10. Evans AT. Manual Obstetrics. 7th ed. Texas: Lippincot
Williams & Wilkins; 2007.
11. Salvesen KA, MØrkved S. Randomized controlled trials of pelvic floor muscle training during pregnancy.
BMJ 2004;329(7462):378-80.
Vol. 9, No.1, Februari 2010
Perbedaan durasi partus kala II primigravid yang melakukan dan yang tidak melakukan senam hamil
12. Agur W, Steggles P, Waterfield M, Freeman R. Does
antenatal pelvic floor muscle training affect the outcome of labor? A randomized controlled trial. Int
Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct 2008;19(1):85-8.
13. Pelvic Floor. [cited 2009 Dec 28]. Available from: http:/
/en.wikipedia.org/wiki/Pelvic_floor.html
14. Harvey MA. Pelvic floor exercises during and after
pregnancy: a systematic review of their role in pre-
venting pelvic floor dysfunction. J Obstet Gynecol Can
2003;25(6):487-498.
15. Józwik M, Jówik M. The effect of pelvic floor exercises
in the antepartum and postpartum periods on occurrence of stress urinary incontinence: implications for
health care provision. Ginekol Pol 2001:72(9):681687.
Vol. 9, No.1, Februari 2010
5
Download