Materi Tes Tulis Oprec Oleh : TIM ASISTEN PRAKTIKUM BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 BAB 1 KARBOHIDRAT DASAR TEORI Karbohidrat diidentifikasikan sebagai senyawa yang unsur-unsurnya terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), dengan rumus empiris (CH2O)n. Senyawa karbohidrat dibagi dalam tiga golongan utama yang terdiri dari monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan suatu senyawa polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksil keton. Pada umumnya monosakarida bersifat optis aktif, mudah larut dalam air, berupa zat padat putih, bila dipanaskan akan berbau karamel dan mempunyai sifat mereduksi. Contoh dari senyawa monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, fruktosa dan sebagainya. Oligosakarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosida. Senyawa tersebut dapat dihidrolisa dalam suasana asam menghasilkan monosakarida. Contoh dari senyawa ini antara lain sukrosa, laktosa dan maltosa. Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida. Contoh dari polisakarida ini antara lain amilum, selulosa, dan glikogen. Amilum merupakan zat tepung dalam tumbuhan yang dapat dijumpai pada beras, gandum maupun umbi-umbian. Amilum terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa mengandung 300 unit glukosa dengan ikatan α-1,4 glukosidik, sedangkan amilopektin terdiri dari 1000 unit glukosa yang bergabung membentuk rantai lurus dengan ikatan α-1,4 glukosidik dan pada setiap 25 atau 30 unit glukosa terdapat rantai cabang dengan ikatan α-1,6 glukosidik. Selulosa terdiri dari ± 6000 unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β-1,4 glukosidik membentuk rantai linier. Glikogen merupakan karbohidrat cadangan yang hanya terdapat pada hewan dan manusia, dan mempunyai struktur seperti amilopektin dalam hal unit yang mendirikan molekul adalah glukosa, jenis ikatan pada rantai dan ikatan pada cabang. Glikogen mempunyai massa molekul relatif 30.000 dan pada tiap 10 unit glukosa dalam rantai lurus terdapat rantai cabang. Contoh lain dari polisakarida adalah khitin, hemiselulosa dan pektin. 1.1 UJI BENEDICT TUJUAN: Uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya gula-gula pereduksi pada suatu bahan/sampel. PRINSIP KERJA: Gula-gula pereduksi akan mereduksi Reagen benedict (ion kupri) sehingga membentuk senyawa yang berwarna. ALAT: 1. Tabung rekasi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Erlenmeyer 6. Bunsen dan korek api 7. Penjepit BAHAN: 1. Reagen benedict 2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, amilum, sorbitol, fruktosa) PROSEDUR : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan reagen benedict sebanyak 1 ml (20 tetes) dalam tabung reaksi 3. Dimasukkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 1 ml (20 tetes) dalam tabung reaksi 4. Dihomogenkan dan diamati warna sebelum dipanaskan 5. Dipanaskan tabung reaksi pada api bunsen dengan penjepit hingga mendidih 6. Ditaruh pada rak 7. Diamati perubahan warna dan dicatat pada hasil pengamatan 1.2 UJI IODINE TUJUAN: Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya polisakarida (pati) dalam suatu bahan atau sampel. PRINSIP KERJA: Larutan polisakarida akan mengabsobsi larutan iodine sehingga akan memberikan perubahan warna tertentu. ALAT: 1. Tabung reaksi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Erlenmeyer BAHAN: 1. Larutan iodine 2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, fruktosa, amilum, sorbitol) 3. Larutan HCl 2 N PROSUDER KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi 3. Diamati warna dan dicatat pada tabel hasil pengamatan 4. Ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1 ml 5. Ditambahkan 2-4 tetes larutan iodine 6. Dihomogenkan 7. Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat pada hasil pengamatan 1.3 UJI SALIWANOFF TUJUAN: Uji saliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasikan gugus keton yang ada pada karbohidrat PRINSIP KERJA: Keton lebih mudah membentuk derifat furfural dari pada aldosa ALAT: 1. Tabung reaksi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Erlenmeyer 6. Bunsen dan korek api 7. penjepit BAHAN : 1. Reagen saliwanoff 2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, fruktosa, amilum, sorbitol) PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan reagen saliwanoff sebanyak 2 ml pada tabung reaksi 3. Ditambahkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 2 tetes 4. Dipanaskan dengan api bunsen hingga mendidih 5. Ditaruh pada rak dan diamati perubahan warna yang terjadi 6. Dicatat pada hasil pengamatan 1.4 ISOLASI KARBOHIDRAT TUJUAN: Untuk mengisolasi pati atau amilum dari suatu bahan. PRINSIP KERJA: Mengisolasi pati atau amilum dengan metode homogenisasi, dekantasi, suspensi dan pengendapan. ALAT: 1. Pisau /cutter 2. Timbangan BAHAN: 1. Kentang 2. Aquadest 3. 4. 5. 6. 7. 8. Blender/mortal Kain saring Gelas kimia 500ml Labu ukur Sorong buchner Kertas saring pori-pori besar 3. Air 4. Etanol 95% PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Kupas kentang dan dipotong kecil-kecil kemudian ditimbang 150 – 300 gram 3. Diblender bersama 100 – 200 ml air sampai halus 4. Disaring dengan kain saring dan ditampung pada gelas kimia 5. Ditambah aquadest 50 – 100 ml 6. Dihomogenkan, diendapkan dan didekantasi 7. Pati disuspensikan dengan 50 – 100 ml etanol 95% 8. Ditimbang kertas saring 9. Disaring melalui corong dengan kertas saring 10. Dikeringkan pada suhu kamar 11. Ditimbang 12. Dihitung randemen pati dalam kentang HASIL PENGAMATAN: Randemen pati = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑡𝑖 +𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔) – 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% BAB II PROTEIN DASAR TEORI Asam amino adalah senyawa organik yang merupakan satuan penyusun protein yang mempunyai gugus amino dan karboksilat. Oleh karena itu asam amino mempunyai sifat-sifat asam maupun basa. NH2 I R – CH – COOH Asam amino bersifat tidak seperti senyawa-senyawa organik, tetapi mirip dengan garam-garam anorganik. Pada umumnya asam amino larut dalam air, tetapi hanya larut sebagian di dalam pelarut organik. Titik leleh asam-asam amino sangat tinggi untuk senyawa-senyawa organik dengan massa molekul relatif rendah dan kebanyakan lebih besar dari 200°C. Hal ini dapat dijelaskan karena asam amino di dalam larutan netral akan membentuk zwitter ion (ion yang bermuatan ganda). Titik leleh yang tinggi dapat pula dijelaskan dalam hubungannya dengan energi yang dibutuhkan untuk memecahkan ikatan-ikatan ionik dalam kisi kristalnya. Beberapa asam amino mengandung gugus terionisasi pada rantai samping R, hal ini mempengaruhi karakteristik apakah asam amino tersebut bebas di dalam larutan atau bergabung dengan asam amino yang lain. Pada kenyataannya, sifat muatan dari protein ditentukan banyaknya gugus yang terionisasi pada rantai samping asam amino. Dalam protein, asam amino satu dengan asam amino yang lain bergabung melalui ikatan peptida (-CONH-). Ikatan peptida dibentuk dengan kondensasi gugus α-COOH dari asam amino yang satu dengan gugus αNH2 dari asam amino yang lain. Protein merupakan polimer dari asam amino yang mana struktur dari protein ada 4 macam yaitu: struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator organik atau biasa disebut enzim, dan bagian penting dari nukleoprotein. 2.1 UJI BIURET TUJUAN: Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya dua atau lebih ikatan peptide (protein) dalam suatu bahan atau sampel. PRINSIP KERJA: Kupri sulfat dalam suasana basaakan bereaksi dengan ikatan peptide sehingga akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu. ALAT: 1. Tabung reaksi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass BAHAN: 1. Kupri sulfat (CuSO4) 2. NaOH 10N 3. Larutan protein (albumin, kasien, gelatin) PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan 2 mL larutan protein pada tabung reaksi 3. Ditambahkan 5 tetes larutan kupri sulfat 4. Ditambahkan 2 mL NaOH 5. Dihomogenkan 6. Diamati perubahan warna dan dicatat pada hasil pengamatan 2.2 PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN LOGAM BERAT TUJUAN: Untuk menganalisa pengendapan protein dengan logam berat PRINSIP KERJA: Protein pada suasana netral atau sedikit basa mempunyai muatan negatif, apabila dinetralkan dengan penambahan ion logam yang bermuatan positif maka akan mengalami pengendapan. ALAT: 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Beaker glass 4. Rak BAHAN: 1. Kupri sulfat (CuSO4) 2. Larutan protein (albumin, kasein, gelatin) PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan larutan protein sebanyak 2 mL 3. Ditambahkan 5 tetes larutan logam berat CuSO4 (kupri sulfat) 4. Dihomogenkan 5. Diamati endapan yang terbentuk 2.3 PENGENDAPAN PROTEIN OLEH ASAM TUJUAN: Untuk menanalisa pengendapan protein dengan asam PRINSIP KERJA: Senyawa asam yang mempunyai muatan negative yang besar dapat menetralkan protein yang bermuatan positif sehingga akan membentuk endapan. ALAT: 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Beaker glass 4. Rak BAHAN: 1. HCl 1N 2. HCl 10N 3. Larutan protein (albumin, kasein, gelatin) PROSEDUR KERJA : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan larutan protein sebanyak 2 mL 3. Ditambahkan larutan HCl 1 N dan HCl 10N 4. Dihomogenkan 5. Diamati endapan yang terbentuk dan catat pada hasil pengalaman 2.4 ISOLASI KASEIN DARI SUSU TUJUAN: Untuk mengisolasi kasein dari susu atau untuk mengetahui jumlah kandungan kasein dari susu. PRINSIP KERJA: Kasein akan terpisah (mengendap) dari susu pada titik isoelektriknya. ALAT: 1. Gelas kimia 500 mL 2. Beaker glass 3. Termometer 4. Hot plate magnetic stirer 5. Pengaduk 6. Pipet tetes 7. Corong Buchner 8. Labu ukur BAHAN : 1. Susu segar 2. Cuka (asam asetat) 3. Aquadest 4. Etanol 5. Etanol-eter 6. Kertas saring 7. Timbangan analitik PROSEDUR KERJA : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan susu 100 mL pada gelas kimia 500 mL 3. Dihangatkan pada hot plate sampai 400C sambil diaduk 4. Ditambahkan cuka (asam asetat) sebanyak 5-10 tetes 5. Diaduk sampai mengumpal 6. Diambil gumpalan dan ditambahkan etanol sebanyak 30 mL 7. Disaring dengan kertas saring melalui corong buchner 8. Dicuci dengan etanol-eter sebanyak 20 mL 9. Dicuci dengan eter sebanyak 50 mL 10. Dikeringkan dan ditimbang 11. Dihitung randemen kasein susu HASIL PENGAMATAN : Randemen kasein = (berat kasein susu + kertas saring) – (berat kertas saring)/ volume susu : 1,028 X 100% 2.5 ISOLASI PROTEIN WHEY TUJUAN: Untuk mengisolasi protein whey dari whey bubuk atau untuk mengetahui kandungan protein whey dari whey bubuk. PRINSIP KERJA: Dengan sentrifugasi larutan whey pada titik isoelektrik (PH 4,2) maka protein whey akan terpisah dengan zat lain. ALAT: 1. Gelas kimia 2. Beaker glass 3. Erlenmeyer 4. Indicator pH 5. Pipet tetes 6. Sentrifugator 7. Timbangan analitik BAHAN: 1. Whey bubuk (susu alemen) 2. Aquadest 3. HCl 1N 4. NaOH 1N PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dilarutkan 50 gram whey bubuk dengan aquadest 100 mL (1:2) 3. Didiamkan hingga terbentuk 3 lapisan 4. Diambil lapisan yang tengah 5. Diatur pada pH 4,2 dengan menambahkan HCl 1 N jika kelebihan di atur dengan menambahkan NaOH 1 N (digunakan indicator pH) 6. Ditimbang tabung sentrifugator kemudian ditambahkan larutan whey sebanyak 7 gram 7. Disentrifugasi kecepatan 5000 rpm selama 15-30 menit 8. Dibuang larutan (supernatan) dan diambil pellet (endapan) 9. Dioven selam 10-15 menit 10. Ditimbang dan dihitung rendemen protein whey HASIL PENGAMATAN : Rendemen protein whey = (berat endapan + tabung) – (berat tabung kosong) / berat larutan whey X 100 % BAB III LIPID DASAR TEORI Lipid adalah golongan senyawa organik yang terdapat di alam, merupakan suatu komponen makanan untuk makhluk hidup. Lipid penting bagi manusia, sehubungan dengan beberapa vitamin yang larut dalam lipid (A, D, E dan K) maka lipid dapat digunakan oleh tubuh di samping untuk memenuhi kebutuhan lemak esensial, juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding karbohidrat dan protein. Lipid merupakan senyawa ester dari asam lemak rantai panjang, sehingga lipid bersifat tidak larut dalam air, tetapi larut di dalam pelarut organik, seperti aseton, alkohol, kloroform atau benzen. Lipid yang terdapat pada jaringan hewan dan tumbuhan dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Lipid dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu lipid sederhana dan senyawa lipid kompleks. Steroid dan vitamin yang larut dalam lipid juga digolongkan dalam turunan lipid. Lemak dan minyak merupakan lipid sederhana. Lemak pada suhu kamar berbentuk padat, sedangkan minyak pada suhu kamar berbentuk cair. Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting dari bahan makanan. Lipid terdapat pada hampir semua bahan makanan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak adalah ester yang terbentuk oleh kondensasi dari tiga molekul asam lemak dengan satu molekul trihidroksi alkohol, gliserol. Apabila asam lemak ditulis dengan rumus RCOOH, pembentukan lemak adalah sebagai berikut: CH2OH CH2OOCR I I CHOH + HOOCR -----------I I CH2OH CH2OOCR Gliserol asam lemak Trigliserida Tiga asam lemak penyusunnya dalam hal ini tidak harus semuanya sama, tiga asam lemak yang berbeda satu sama lain dapat berkondensasi dengan satu molekul gliserol. Asam lemak yang terpenting yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan adalah asam butirat, asam kaproat, asam palmitat, asam stearat dan asam oleat. 3.1 KELARUTAN LIPID TUJUAN: Untuk mengetahui kelarutan berbagai macam lipid dengan berbagai macam pelarut polar maupaun non-polar. PRINSIP KERJA: Lipid akan larut pada pelarut non-polar, karena lipid bersifat non-polar. Akan terjadi emulsi jika dilarutkan dengan pelarut polar. ALAT: 1. Beaker glass 2. Tabung reaksi 3. Rak 4. Pipet tetes 5. Kertas saring PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan 2 mL sampel lipid pada tabung reaksi 3. Ditambahkan 2 mL pelarut 4. Dihomogenkan 5. Diamati kelarutan lipid pada pelarut atau BAHAN: 1. Lipid (lemak dan minyak) meliputi minyak goreng, mentega, margarin 2. Pelarut (aquadest, etanol, eter, dan aseton) 1. Diteteskan 1 tetes larutan lipid diatas kertas saring 2. Dibiarkan kering 3. Diamati pembentukan noda yg terjadi 3.2 PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (FFA) TUJUAN: Menghitung kadar asam lemak bebas pada minyak. PRINSIP KERJA: Minyak yang dilarutkan dengan etanol akan membebaskan asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan jumlah titrasi NaOH yang digunakan. ALAT: 1. Timbangan 2. Pipet tetes 3. Beaker glass 4. Buret dan penyangga 5. Erlenmeyer BAHAN: 1. Minyak kelapa (minyak sawit) 2. Etanol 95 % 3. Indicator PP 1 % 4. NaOH 0,1 N PROSEDUR KERJA: 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang 10 mL minyak 3. Ditambahkan 10 mL etanol 95% 4. 5. 6. 7. Ditambahkan 5 tetes pp 1% Dititrasikan dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda Dicatat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi Dihitung kadar FFA HASIL PENGAMATAN : Kadar FFA = mL NaOH X N NaOH X BM asam lemak / berat sampel (gram) X 1000 X 100% BAB IV ENZIM DASAR TEORI Makhluk hidup dapat memperoleh dan menggunakan energi dengan cepat disebabkan adanya enzim (biokatalisator). Seperti halnya katalis anorganik, enzim dapat mempercepat reaksi, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan akhir, untuk transformasi sejumlah besar molekul hanya diperlukan sejumlah kecil enzim. Perbedaan antara enzim dengan katalis anorganik ialah enzim bekerja hanya pada satu macam reaksi dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, pH, suhu dan kofaktor. Apabila dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim, konsentrasi substrat tetap dan dalam jumlah yang besar, maka keadaan awal reaksi dinyatakan dengan persamaan: V1 = k1 [S] [E] [S] = constant, maka V1 = k [E] jadi kecepatan reaksi sebanding dengan kadar enzim, tapi bila kesetimbangan telah tercapai maka: [E] [P] [P] P = produk Keq = ------------- = -----E = enzim [E] [S] [S] S = substrat Dari persamaan dapat dilihat, pada saat kesetimbangan reaksi tercapai, enzim tidak berpengaruh lagi. Penambahan substrat, pada saat kadar substrat masih kecil, akan dapat mempercepat kecepatan reaksi sampai kecepatan maksimum tercapai yaitu pada saat enzim sudah jenuh. Penambahan substrat selanjutnya tidak akan dapat meningkatkan kecepatan reaksi. pH dapat mempengaruhi kerja enzim karena pH akan menyebabkan perubahan struktur intramolekuler enzim dan apabila perubahan terlalu besar dapat terjadi denaturasi, sehingga enzim akan kehilangan aktivitasnya. Sesuai dengan hukum kinetika, maka makin tinggi suhu, kecepatan reaksi enzimatik juga semakin tinggi. Kenaikan kecepatan reaksi akan diikuti penurunan apabila fungsi dan aktivitasnya menurun. Berdasarkan macam reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dikelompokkan ke dalam 6 jenis yaitu: oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase. 4.1 UJI KATALASE TUJUAN: 1. Untuk menganalisa reaksi enzim katalase pada hati. 2. Untuk menganalisa pengaruh jumlah substrat terhadap aktivitas kerja enzim katalase. PRINSIP KERJA: Aktifitas kerja suatu enzim dipengaruhi oleh jumlah subtrat yang ada. Alat: 1. Tabung reaksi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Cutter 6. Timbangan Bahan: 1. Kapas 2. Hati ayam 3. H2O2 0,5% 4. H2O2 1% 5. 7. 8. 9. 10. Incubator 37°C Bunsen dan korek api Lidi Stopwatch PROSEDUR KERJA : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang hati ayam sebanyak 5 gram dan 10 gram 3. Dimasukkan pada tabung reaksi 4. Ditambahkan H2O20,5 % dan H2O21 % sebanyak 2 mL 5. Ditutup dengan kapas hingga rapat 6. Diincubasi selama 5-10 menit pada incubator 37°C 7. Dites jumlah oksigen yang terbentuk dengan lama nyala lidi 8. Dicatat waktu nyala api 4.2 UJI PEROKSIDASE TUJUAN: Menganalisa aktifitas kerja enzim peroksidase pada susu dengan pengaruh tingkat keasaman subtract PRINSIP KERJA: Keasaman akan mempengaruhi aktifitas kerja enzim. Alat: 1. Tabung reaksi 2. Rak 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Cutter 6. Timbangan 7. Incubator 37°C 8. Bunsen dan korek api 9. Lidi 10. Stopwatch Bahan: 1. Kapas 2. Susu segar 3. H2O2 1% 4. NaOH 1N 5. HCl 1N PROSEDUR KERJA : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dimasukkan 2 mL susu segar dalam tabung reaksi 3. Ditambahkan 1 mL NaOH 1 N, HCl 1 N serta tanpa penambahan 4. Ditambahkan 1 mL H2O2 1% 5. Ditutup dengan kapas hingga rapat 6. Diincubasi selama 5-10 menit pada 37°C 7. Dites jumlah oksigen yang terbentuk dengan lama nyala lidi 8. Dicatat waktu nyala api BAB V VITAMIN Vitamin merupakan suatu molekul organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai koenzim pada reaksi metabolisme. Vitamin umumnya tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia, karena itu vitamin harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Khusus untuk vitamin D dapat dibuat di dalam kulit, asalkan kulit mendapat kesempatan yang cukup untuk terkena sinar matahari. Vitamin C, salah satu vitamin yang tergolong larut dalam air dapat berbentuk L-asam askorbat dan asam dehidroaskorbat, yang keduanya mempunyai keaktifan vitamin C. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman ataupun hewan. Vitamin C mudah teroksidasi, yang dapat dipercepat dengan adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta katalis tembaga dan besi. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan, masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Jeruk sebagai salah satu sumber vitamin C, dengan kandungan yang berbeda pada buah yang mentah dan buah yang sudah tua. Semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. PENENTUAN KADAR VITAMIN C TUJUAN: Untuk menganalisa kadar vitamin C pada suata bahan. PRINSIP KERJA: Penentuan kadar vitamin C dengan iodometri atau titrasi dengan menggunakan iodine. ALAT : 1. Pisau atau cutter 2. Timbangan 3. Kain saring 4. Corong 5. Labu ukur 6. Erlenmeyer 7. Beaker glass 8. Buret dan penyangga BAHAN : 1. Jeruk atau tomat 2. Aquades 3. Larutan amilum 1% 4. Larutan iodine 0,01 N PROSEDUR KERJA : 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dipotong dan ditimbang jeruk atau tomat 10-30 gram 3. Diperas jeruk atau tomat dan disaring dengan kain saring melalui corong pada labu ukur 4. Ditambahkan aquadest sampai 100 mL dan dihomogenkan 5. 6. 7. 8. 9. Diambil 5-25 mL filtrate dimasukkan Erlenmeyer Ditambahkan dengan 2 mL larutan amilum 1 % dan 20 ml aquades Dititrasi dengan larutan iodine 0,01 N Dihitung jumlah larutan iodine yang digunakan Dihitung kadar vitamin C HASIL PENGAMATAN : Kadar vit C = V (iodine) x N (Iodine) / 0,01 X 0,88 mg = a mg = 100 X a X 100% / V sampel X berat sampel (mg) 1 mL larutan iodine 0,01 N = 0,88 mg asam askorbat.