Uploaded by User119275

PPT KELOMPOK 3-dikonversi

advertisement
Nama-nama Kelompok 3
Aprilya A Letwar (1931B0002)
Fita Rahmayanti (1931B007)
Grezella S.I.Pian (1931B008)
Cherlyn I Kermatio (1931B0032)
Delty Mariana Haobenu (2031B1001)
Maria goreti irijanan (1931B0018)
Bagaimana Cara Mendiagnosis
Pospartum.
Pendarahan
Diagnosis perdarahan postpartum ditegakkan oleh dokter dengan melihat gejala klinis
dari pasien. Dokter menentukan diagnosis perdarahan postpartum jika menemukan
perdarahan lebih dari 500cc dalam 24 jam pasca persalinan. Untuk mencari penyebab
perdarahan dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan penunjang.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni pemeriksaan umum
dan khusus atau obstetri.

Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, nadi, laju napas,
tekanan darah, hidrasi kulit dan membran mukosa, capillary refill time (CRT), dan urine output.
Pemeriksaan fisik secara umum penting dilakukan terutama untuk menilai derajat keparahan
hipovolemik akibat perdarahan postpartum. Berikut ini adalah tanda gejala sesuai derajat
hipovolemik.
Apa Saja Menifestasi Klinis
Pendarahan Pospartum.
Klasifikasi Tanda Klinis
Ringan:
Jumlah perdarahan 1000-1500 mL (10-15%)

- Keadaan umum pasien tampak lemas

- Tekanan darah sistolik (80-100 mmHg)

- Takikardia ringan

- Mottled skin

- Akral atau ekstremitas dingin

- CRT memanjang

- Urine output menurun
Sedang:

Jumlah perdarahan 1500-2000 mL (25-35%)

- Keadaan umum pasien tampak gelisah

- Tekanan darah sistolik (70-80 mmHg)

- Takikardia >110 kali per menit

- Laju napas >30 kali per menit

- Kulit pucat (telapak tangan, mukosa bibir)

- CRT memanjang

- Urine output menurun (oligouria)
Berat:

Jumlah perdarahan 2000-3000 mL (35-50%)

- Keadaan umum pasien tampak agitasi atau bingung, terkadang tidak sadarkan diri

- Tekanan darah sistolik (50 - 70 mmHg)

- Anuria
Apa Saja Penyebab dari pendarahan karena
atonia uteri, retensio Plasenta.

Penyebab atonia uteri?
Ada berbagai penyebab yang mendasari rahim gagal kontraksi setelah
melahirkan alias atonia uteri.
Beragam penyebab atonia uteri adalah sebagai berikut:
-
Waktu melahirkan yang panjang atau terlalu lama
-
Waktu melahirkan yang terlalu cepat
-
Rahim yang meregang terlalu besar
-
Penggunaan oksitosin atau anestesi umum selama melahirkan
-
Pemberian induksi persalinan
Penyebab Retensio Plasenta
penyebabnya, retensio plasenta terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Plasenta terjebak, yaitu kondisi yang terjadi ketika plasenta terlepas dari
dinding rahim, tapi tidak bisa keluar dari tubuh. Kondisi ini terjadi karena serviks
langsung menutup setelah bayi keluar dari rahim.
- Plasenta akreta, yaitu kondisi yang terjadi ketika plasenta menempel pada
lapisan otot dinding rahim terlalu dalam. Kondisi ini akan menyebabkan sulitnya
proses persalinan normal.
- Plasenta adheren, yaitu kondisi yang terjadi ketika rahim tidak mampu
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta dari rahim.
Apa saja Faktor resiko pendarahan
Perdarahan postpartum (postpartum hemorrhage / PPH) adalah perdarahan 500 mL
atau lebih dari jalan lahir pada persalinan spontan pervaginam setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir) atau 1000 mL pada persalinan sectio caesarea. Namun karena
sulitnya menghitung jumlah perdarahan, seluruh kasus dengan jumlah perdarahan yang
berpotensi menyebabkan gangguan hemodinamik dapat disebut sebagai perdarahan
postpartum.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian perdarahan postpartum, yaitu:
1.
Persalinan lama.
2.
Bayi dalam janin lebih dari satu.
3.
Episiotomi (tindakan membuka jalan lahir dengan memberikan potongan di sekitar
jalan lahir).
4.
Bayi besar lebih dari 4000 gr.Riwayat perdarahan sebelumnya.
5.
Anemia saat hamil.Usia kehamilan terlalu tua (lebih dari 38 tahun).
Bagaimana Patofisiologi Pendarahan
Patofisiologi dari perdarahan postpartum disebabkan oleh beberapa
faktor.Diketahui bahwa selama masa kehamilan volume darah ibu meningkat
hingga 50% atau setara dengan 4-6 liter.
Volume plasma mengalami peningkatan hingga melebihi kadar total sel darah
merah (red blood cell / RBC), sehingga menimbulkan kesan penurunan
konsentrasi hemoglobin dan penurunan jumlah hematokrit. Peningkatan volume
darah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perfusi uteroplasenta serta agar
dapat menggantikan volume perdarahan yang akan terjadi pada saat proses
persalinan.
Tatalaksana yang diberikan disesuaikan dengan penyebab terjadinya perdarahan
postpartum.
Apabila disebabkan oleh gangguan pada tonus maka dapat diberikan terapi
berupa oksitosin, metergin, hemabat ataupun misoprostol. Perdarahan yang
disebabkan oleh trauma dapat dilakukan penjahitan pada lokasi laserasi.
Perdarahan yang disebabkan oleh jaringan atau retensio plasenta dapat dilakukan
eksplorasi ataupun manual plasenta.
Apabila akibat gangguan pada thrombin atau faktor koagulasi, maka dapat
dilakukan transfusi. Resusitasi dapat dilakukan sesuai dengan indikasi serta
kondisi ibu.
Bagaimana Tatalaksana Pendarahan
Penatalaksanaan pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni
tatalaksana umum dan khusus.
Tatalaksana umumPenatalaksanaan secara umum pada perdarahan postpartum
meliputi :
Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian
oksigenMemasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 G
atau 18 G) untuk resusitasiPemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat
diberikan secara bolus jika terdapat syok hipovolem.
Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau gejala
hipovolemia pada PPH primer dan sekunder, dilakukan pemeriksaan golongan
darah, crossmatch dan darah lengkap, serta transfusi sesuai protokol
Bagaimana Tatalaksana Pra rujukan pada
kasus kegawatdaruratan maternal
neonatal basif life support.
Tatalaksana Khusus Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab
perdarahan postpartum, yakni mnemonic 4T.
1.
TonusPada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk
membantu memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan.
2.
TraumaPada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat dilakukan
penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan
reposisi uterus.
3.
TissuePada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan hatihati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan eksplorasi digital atau
aspirasi vakum manual dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa.
4.
ThrombinPada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat diberikan
transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel
darah merah.
PembedahanPerdarahan postpartum yang tidak dapat
dihentikan melalui penatalaksanaan farmakologis harus
ditangani dengan teknik pembedahan. Tindakan pembedahan
yang dapat dilakukan di antaranya adalah ligasi arteri uterina,
ovarika, atau iliaka interna, serta operasi histerektomi jika
perdarahan masih tidak dapat dikontrol
Bagaimana peran bidan dalam
memberikan asuhan
Peran bidan dalam memberikan asuhan:
a.
Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
b.
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 4 jam.
c.
Mengobservasi tetesan infus setiap 2 jam.
d.
Mengobservasi jumlah perdarahan dan kontraksi uterus setiap 30 menit.
e.
Mengajarkan pada ibu untuk melakukan masase fundus uteri.
f.
Memberi penjelasan tentang keadaan yang dialaminya.
g.
Memberi intakeyang adekuat.
h.
Melakukan kuret, jika klien setuju maka akan dilakukan tindakan kuretase.
i.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pelaksanaan tindakan kuretase.
j.
Melakukan informend concent pada ibu dan suami untuk dilakukan tindakan
Terima Kasih😇
Download