PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL PADA MASYARAKAT SUKU SUNDA CURCUMA MANGGA/KUNYIT PUTIH SUNARMI 1106107486 1 A. PENDAHULUAN Indonesia kaya akan hasil alam dan tanaman obatnya. Menurut data dari Departemen Kehutanan RI, dari seluruh luasan hutan hujan tropis Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 spesies tanaman yang tumbuh di dalamnya. Dari spesies tanaman yang ada tersebut, lebih dari 8.000 spesies merupakan tanaman obat yang mempunyai khasiat obat dan baru 800- 1.200 spesies yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional dan jamu (Martha Tilaar Innovation Center 2002). Tanaman/tumbuhan obat mempunyai beberapa manfaat terutama bagi manusia yaitu sebagai obat, makanan dan minuman kesehatan, zat pewarna, rempah-rempah, kosmetika, insektisida, pakan/obat ternak, dan lain-lain. Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi mereka dapat bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Pada saat ini jumlah konsumsi jamu di masyarakat terus meningkat, sehingga dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu, salah satunya dalam bentuk jamu gendong masih sangat tinggi. Masyarakat masih berminat untuk mengkonsumsi jamu gendong sebagai salah satu upaya untuk perawatan kesehatan. Keadaan seperti inilah yang membuat pengobatan tradisional peninggalan nenek moyang tersebut dari dahulu hingga saat ini semakin mudah untuk didapatkan oleh para konsumen 2 jamu. Jenis jamu gendong yang dikonsumsi pada masyarakat Sunda (Sukabumi) meliputi Beras kencur 22 %, Kunyit asam 65 % , Pahitan/ sambiloto 5%, Anggur 3%, Kunyit putih 3 %, dan Sirih 2% (Djamaludin, 2009). A. BUDAYA SUNDA DALAM PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja , tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk demam , nyeri sirah untuk sakit kepala , yohgoy untuk batuk dan salesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman . Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat dan sebagian menggunakan obat tradisional . Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke tenaga kesehatan. Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan , sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis , dan serba salah / gelisah . Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering. Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja, masih dapat makan – minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung . Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas , tidak dapat melakukan kegiatan sehari – hari , sulit tidur , berat badan menurun , harus berobat ke dokter / puskesmas , apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal. 3 Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan kegiatan sehari – hari , dan sumber pengobatan yang digunakan. Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab , pencegahan dan pengobatan sendiri. 1. Sakit Kepala Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala ( bahasa sunda = rieut atau nyeri sirah , kepala terasa berputar / pusing / bahasa sunda = Lieur ) , dan sakit kepala sebelah / migran ( bahasa sunda = rieut jangar ) . Untuk mencegah sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar matahari langsung , dan jangan banyak pikiran . 2. Sakit Demam Keluhan demam ( bahasa sunda = muriang atau panas tiris ) ditandai dengan badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara kotor , menghisap debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun singkong. Selain itu, orang sunda biasa dengan menggunakan labu ( waluh ) yang diparut ( dihaluskan ) , kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin. 4 3. Keluhan Batuk Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa (bahasa sunda = fohgoy ) , dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit ) . Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Bila batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah. 4. Sakit Pilek Keluhan pilek ringan ( bahasa sunda = salesma ) , yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan tenggorokan kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor, menghisap asap rokok , menghisap air , pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi, apabila muka terasa panas ( bahasa sunda = singhareab ), jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air dan istirahat. Pengobatan sendiri digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung. 5 Berdasarkan perilaku masyarakat di salah satu wilayah di Jawa Barat yang mengkonsumsi jamu dalam menjaga kesehatan, dimana sebanyak 3 % masyarakat mengkonsumsi jamu jenis kunyit putih, maka akan dibahas berbagai hal yang terkait dengan kunyit putih (Curcuma mangga). B. CURCUMA MANGGA Temu mangga (Curcuma mangga Val.) famili Zingiberaceae merupakan tanaman asli daerah Indo-malesian, tersebar dari Indo-China, Taiwan, Thailand, Pasifik hingga Australia Utara. Beberapa nama daerah adalah Temu mangga, kunyit putih, kunir putih, temu bayangan, temu poh (Jawa), temu pao (Madura), temu mangga, temu putih (Melayu), koneng joho, koneng lalap, konneng pare, koneng bodas (Sunda), dan nama asingnya adalah temu pauh (Malaysia), kha min khao (Thailand). Dinamakan temu mangga karena aroma rimpangnya spesifik seperti aroma mangga, dapat dikonsumsi sebagai simplisia (diiris, dikeringkan dan direbus) instant, asinan, permen/manisan, sirup, selai, lalapan (rimpang segar), dan botokan. Perhatian masyarakat terhadap tanaman ini semakin meningkat dengan berkembangnya keyakinan masyarakat bahwa tanaman ini dapat digunakan dalam pengobatan kanker, serta makin berkembangnya industri obat tradisional, fitofarmaka, dan food suplement. 1. Taksonomi dan Morfologi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma Species : Curcuma mangga Val. 6 Temu mangga termasuk tanaman tahunan yang berbentuk rumpun, berbatang semu dan memiliki sejumlah anakan. Rimpang temu mangga bercabang, di bagian luar berwarna kekuningan, sedang warna daging rimpang kuning lebih gelap yang dilingkari warna putih. Daun berbentuk elips-oblong yang meruncing di bagian ujung daun, dengan panjang 15 – 95 cm dan lebar 5 – 23 cm, hijau, terdapat warna ungu di bagian tangkai daun. Sistem perakaran tanaman termasuk akar serabut. Akar melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk obat adalah bagian rimpang. 2. Kandungan Kimia Komponen kimia dari temu mangga belum diketahui secara pasti. Untuk komponen utama minyak atsiri temu mangga adalah golongan monoterpen hidrokarbon, dengan komponen utamanya mirsen (78,6%), β-osimen (5,1%), β-pinen (3,7%) dan α-pinen (2,9%) dan senyawa yang memberikan aroma seperti mangga adalah δ-3-karen dan (Z)-β-osimen. Kandungan Curcuminoid dalam temu mangga sebesar 0.18-0.47%. Temu mangga kaya kandungan kimia seperti tanin, kurkumin, gula, minyak atsiri, damar, flavonoid, dan protein toksis yang dapat menghambat perkembangbiakan sel kanker (Hariana, 2006). 3. Khasiat Secara empiris, rimpang temu mangga secara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan perut, nyeri dada, demam, maag, dan perawatan post partum. Temu mangga berkhasiat sebagai penurun panas (antipiretik), penangkal racun (antitoksik), pencahar (laksatif), dan antioksidan. Khasiat lainnya untuk mengatasi kanker, sakit perut, mengecilkan rahim setelah melahirkan, mengurangi lemak perut, menambah nafsu makan, menguatkan syahwat, gatal-gatal pada vagina, 7 gatal-gatal (pruritis), luka, sesak napas (asma), radang saluran napas (bronkitis), demam, kembung, dan masuk angin (Hariana, 2006). 4. UJI PRAKLINIK Berikut ini beberapa uji praklinik yang berkaitan dengan khasiat Curcuma mangga. a. Analgesik-anti inflamasi Efek ekstrak etanol Curcuma mangga (CME) dan fraksinya seperti air, kloroform, etil asetat, dan fraksi heksan, dari rimpang C. mangga diselidiki pada respon nociceptive menggunakan gerakan tikus, hot plate, dan formalin tes pada tikus dan model inflamasi menggunakan tikus yang dibuat edema dengan diinduksi oleh karagenan dan tikus yang dibuat edema telinganya dengan minyak puring. Hasil penelitian semua fraksi (200 mg / kg,po) jumlah gerakan tikus.pemberian menunjukkan secara bahwa CME dan signifikan mengurangi CME, kloroform, dan heksana (200 mg / kg) melalui oral secara signifikan memperpanjang masa laten, sedangkan fraksi etil asetat dan air tidak memberikan reaksi. Efek CME, fraksi kloroform, dan heksanadihambat oleh nalokson (2 mg / 200 kg, intraperitoneal(i.p.)). CME dan mg / kg secara semua fraksi pada signifikan menghasilkan dosis antinociception dihasilkan pada awal dan akhir uji formalin. Aktivitas penghambatan edema pada kaki tikus adalah fraksi kloroform > heksana > etil asetat > CME > air. Pada olesan topikal di telinga, CME dan semua fraksinya menekan edema telinga. CME dan fraksi kloroform memperlihatkan penghambatan yang lebih besar, yaitu 53,97 dan 50,29%. Kesimpulan dari uji ini adalah CME dan fraksinya terutama dari kloroform dan heksana dari rimpang Curcuma mangga memiliki aksi sentral sebagai analgesik sebaik kerjanya sebagai anti inflamasi (Peerati Ruangsang et. al). 8 b. Anti agregasi platelet Efek dari ekstrak metanol dari 20 tanaman obat yang dipilih pada kapasitas radikal bebas, manusia low-density (LDL) dan peroksidasi agregasi antioksidan dievaluasi pikrilhidrazil (DPPH) asam thiobarbituricreaktif platelet dengan diselidiki. Aktivitas menggunakan 2,2-difenil-1- kapasitas scavenging radikal dan (TBARS) substrat oksidasi. Kegiatan antiplatelet manusia diselidiki dengan Lipoprotein assay dengan dalam zat LDL sebagai darah seluruh metode impedansi listrik. Isifenolik total (ALT) dari ekstrak ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteau. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa ekstrak Curcuma mangga dan P. Minus menunjukkan inhibisi selektif pada agregasi platelet yang diinduksi oleh kolagen. c. Anti bakterial Aktivitas anti bakteri diuji pada 32 ekstrak dari 8 tanaman obat, yaitu Pereskia bleo, pereskia grandifolia, C. Aeruginosa Roxb, C. Zeodoria, C. Mangga, C. Inodora aff. Blatter, Zingiber officinale var. Officinale, dan Zingiber officinale var. Rubrum. Dari studi tersebut dihasilkan bahwa tidak ada tanaman yang menunjukkan inhibisi selektif terhadap Escherichia coli. Curcuma mangga menunjukkan suatu tingkat aktivitas anti bakteri terhadap Pseudomonas aeruginsa, Staphylococcus aureus dan Baccilus subtilis, tetapi tidak menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadap Escherichia coli (Khoshy et.al.) d. Anti Kanker Pengamatan efek sitotoksik dari ekstrak metanol dan fraksinya (heksana dan etil asetat) dari Curcuma mangga melawan 6 cell lines kanker pada manusia, yaitu : thehormone-dependent breast cell line (MCF-7), nasopharyngeal epidermoid cell line (KB), lung cell line 9 (A549), cervical cell line (Ca Ski), colon cell lines (HCT 116 and HT29), dan 1 non-cancer human fibroblast cell line (MRC-5) dilaksanakan dengan menggunakan in-vitroneutral red cytotoxicity assay. Ekstrak metanol dan fraksinya menunjukkan efek toksisitas yang begus terhadap MCF-7, KB, A549, Ca Ski and HT-29 cell lines, tetapi tidak membeikan efek kerusakan pada MRC-5 line. Pengamatan secara kimia dari ekstrak heksana dan etil asetat menghasilkan isolasi 7 komponen, yaitu: (E)-labda-8(17),12-dien15,16-dial (1), (E)-15,16-bisnor-labda-8(17),11-dien-13-on (2), zerumin A (3), β-sitosterol, curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. Komponen 1 dan 3 menunjukkan efek sitotoksik yang tinggi terhadap semua cell line kanker, sedangkan komponen 2 menunjukkan tidak adanya aktivitas antiproliferasi pada cell line yang diujikan. Komponen 1 juga menunjukkan sitotoksik yang kuat terhadap cell line normal MRC-5 (Malek et.al). Fraksi protein Curcuma mangga segar memberikan aktifitas sitotoksik tertinggi pada supercoiled DNA cleaving dan cell line kanker dan sel normal diikuti dengan pengeringan beku dan pengeringan 40 derajat celcius. Fraksi protein Curcuma mangga memberikan efek toksisitas paling tinggi pada HeLa cell line, diikuti sel raji dan sel normal (sismindari et.al.) Aktivitas kemoprevensi ekstrak temu mangga berdasarkan pengukuran aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan metode bilangan peroksida dan aktivitas glutathione-S-transferase (GST) pada medium kultur dan sel lisat (aktivitas GST total) sel Chang. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yang disebabkan oleh senyawa fenolik. Pemberian fraksi 4 dan fraksi 7 pada medium kultur sel Chang menunjukkan peningkatan aktivitas GST. Aktivitas GST total (GST sitosol dan GST mikrosomal) mengalami peningkatan 10 ketika H2O2 dan Fe+2 diberikan ke dalam medium sel Chang. Penurunan aktivitas GST total terjadi ketika pada medium sel Chang diberikan tambahan fraksi 4 dan fraksi 7 ekstrak etanol dibandingkan dengan yang hanya diberikan H2O2 dan Fe+2 (Aryo Tedjo et.al). e. Anti Diare Aktivitas anti diare Curcuma zeodoria Rosc (temu putih) dan Curcuma mangga Val. Et. Zipp (temu mangga) diujikan pada tikus putih jantan dengan menggunakan Loperamide 0,24 mg/g bb sebagai kontrol positif. Induksi diare menggunakan Oleum ricini (minyak jarak) 2 ml/ekor. Dosis yang digunakan untuk masing-masing bahan uji adalah 252 ; 2520 dan 7560 mg/200 gr bb, ekuivalen dengan 1, 10, dan 30 kali dosis manusia. Bahan uji diberikan dalam bentuk jus secraa oral 1 jam sebelum diinduksi dengan minyak jarak. Pengamatan terhadap frekuensi dan konsistensi feses dilakukan dengan interval menunjukkan jus 30nmenit selama 5 jam. Hasil pengujian temu putih dan temu mangga pada dosis 7560mg/200g bb tikus putih mempunyai efek antidiare yang yang cukup signifikan, namun masih lebih kecil dibandingkan dengan Loperamide. Efek antidiare terjadi dalam hal menurunkan frekuensi dan prosentase diare, memperbaiki konsistensi feses, dan memperpanjang waktu pertama diare (Nuratmi et.al.) 5. UJI KLINIK Saat ini di pasaran banyak ditemukann produk-produk obat herbal dengan kandungan kunyit putih (Curcuma mangga). Akan tetapi sejauh ini belum dilakukan uji klinik untuk mengetahui efek penggunaan kunyit putih pada manusia. 11 DAFTAR PUSTAKA Abas F, Lajis NH, Shaari K, Israf DA, Stanslas J, Yusuf UK, Raof SM (2005). A Labdane Diterpene Glucoside From The Rhizomes Of Curcuma Mangga. American Chemical Society And American Society Of Pharmacognosy. Djamaludin MJ, Sumarwan U, Mahardikawati GNA (2009). Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong di Kota Sukabumi. Jurnal Ilmu Kel. Dan Konsumen, 2 (2) : 174-184. Lee TK, Vairappan CS, (2011). Antioxidant, Antibacterial and Cytotoxic Activities of Essential Oils And Ethanol Extracts Of Selected South East Asian Herbs. Journal of Medicinal Plants Research, 5(21) : 5284-5290. Malek SNA, Lee GS, Hong SL, Yaacob H, Wahab HA, Weber JFF, Shah SAA (2011). Phytochemical And Cytotoxic Investigations Of Curcuma Mangga Rhizomes. Molecules 16: 4539-4548. Nuratmi B, Nugroho YA, Sundari D (2006). Efek Antidiare Jus Temu Putih (Curcuma Zeodoria Rosc) Dan Temu Mangga (Curcuma Mangga Val. Et. Zipp) Pada Tikus Putih. Media Litbang Kesehatan XVI (1):29-34 Philip K, Malek SNA, Sani W, Shin AK, Kumar S (2009). Antimicrobial Activity of Some Medical Plants From Malaysia. American Journal of Applied Sciences. 6 (8): 1613 -1617. Raihana R., Faridah Q. Z, Julia A., Abdelmageed A. H. A., Kadir MA (2011). In Vitro Culture Of Curcuma Mangga From Rhizome Bud Journal of Medicinal Plants Research, 5(28): 6418-6422. 12 Ruangsang, P, Tewtrakul S, Reanmongkol W (2010). Evaluation Of The Analgesic and Anti-Inflammatory Activitiesof Curcuma Mangga Val And Zijp Rhizomes. Journal Natural Medicine, 64:36–41 Saputri FC, Jantan I (2011). Effects of Selected Medicinal Plants On Human Low-Density Lipoprotein Oxidation, 2, 2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl (DPPH) Radicals And Human Platelet Aggregation. Journal Of Medicinal Plants Research 5(26): 6182-6191. Sismindari, Sudibyo RS (2004). Citotoxic Effect Of Protein Fraction Isolated From Curcuma Mangga Val Rhizomes An Containing Ribosome-Inactivating Proteins On Cancer Cell-Lines And Normal Cell. Indonesian Journal Of Chemistry, 4(3): 206 – 211. Tedjo A, Sajuthi D, Darusman LK (2005). Aktivitas Kemoprevensi Ekstrak Temu Mangga. Makara Kesehatan, 9(2): 57-62. Velayudhan KC, Muralidharan VK, Amalraj VA, Gautam PL, Mandal S, Kumar D (1994). Curcuma Genetic Resources, National Bureau Of Plant Genetic Resources, India. Yusron GM, Januwati M (2004). Teknologi Perbanyakan Benih Sumber Temu Mangga. Perkembangan Teknologi TRO XVI (1). 13