rumah tunggu pasien solusi persalinan aman

advertisement
19-07-2017
1/2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id
RUMAH TUNGGU PASIEN SOLUSI PERSALINAN AMAN
DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 03 MEI 2017 00:00:00, DIBACA : 761 KALI
Soe, 3 Mei 2017
Jauhnya tempat tinggal dan sulitnya transportasi menyebabkan Puskesmas Siso
terinspirasi membangun rumah tunggu pasien, khususnya ibu hamil untuk menyongsong
persalinannya.
Atas kerjasama lintas sektor dan swadaya masyarakat telah dibangun Rumah Tunggu
pasien itu sejak 2015, yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang senam hamil dan
dapur.
Saat road show NTT hari ke-2 kunjungan kerja Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek,
menyempatkan diri mengunjungi Puskesmas Siso, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten
Timor Tengah Selatan (3/5). Menkes melihat rumah tunggu kelahiran Bijoba yang
bersebelahan dengan Puskesmas.
'Sebelum melahirkan kita bisa pantau. Setelah melahirkan diajarkan teknik menyusui. Penanggung jawab Rumah Tunggu yakni kader dan Kades. Sementara
tenaga kesehatan melakukan pengawasan', jelas Bidan Puskesmas Siso, Yemi A. Manafe saat menjelaskan kegiatan di Rumah Tunggu.
'Untuk sementara ini tidak ada kendala, semua berjalan lancar', tambahnya.
Rumah Tunggu ini diperuntukkan khususnya ibu hamil H-7 sebelum kelahiran dan H +7 sesudah kelahiran.
'Umumnya, rumah pasien jauh, rata-rata 20 km, mereka datang dengan menggunakan kendaraan desa atau ambulan Dinas Kesehatan. Caranya kader atau
keluarga menelepon petugas, kemudian petugas menelepon Dinas Kesehatan', jelas Yemi.
Menurutnya, sejak Januari 2017 sampai April ini sudah ada 24 ibu hamil (bumil). Mereka semua lahir di Puskesmas, semua ibu dan anak selamat. Sebagian besar
keluarga berinisiatif menggunakan Rumah Tunggu secara mandiri.
Menurut Ketua Pengelola Rumah Tunggu Pasien, Yohanes Jerahi, menjelaskan, bahwa Rumah Tunggu sudah ada sejak 2015, pengelolaanya merupakan
kolaborasi dokter, bidan, perawat, petugas gizi. Swadaya lintas sektor, Puskesmas dan masyarakat.
'Setelah melahirkan, 1-7 hari masih menjadi pengawasan bidan, setelah sudah sehat diizinkan pulang. Mereka di Rumah Tunggu mendapat penyuluhan tentang
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2/2
19-07-2017
materi menerima kehamilan dan siap menghadapi kehamilan', serta merawat bayi dan diri pasca lahir, ujar Yohanes.
Menurut Yohanes, Rumah Tunggu merupakan renovasi Rumah Mess, karena kebutuhan mendesak dari masyarakat. Saat ini yang ikut senam hamil ada 10
orang. Sejak dibuka ada peningkatan masyarakat yang menggunakan Rumah Tunggu.
Kerjasama tentang kesehatan ibu dilakukan bersama tokoh agama, setiap minggu di gereja. Tokoh agama menjelaskan hal penting yang perlu mereka lakukan
saat akan melahirkan. Mereka mendapat doa dari tokoh agama.
'Saat ini adat panggang api sudah tidak ada lagi sejak 2007, dengan adanya program revolusi KIA', ujar Yohanes.
Semua biaya Rumah Tunggu gratis, 6 orang mendapat makan dari biaya BOK. Kebutuhan Puskesmas adalah alat yang memadahi seperti genset, agar
pelayanan lancar. Selain itu juga perlu transportasi untuk merujuk, karena ambulan sudah rusak sejak 2016.
'Ambulan sudah diperbaiki tapi belum bisa digunakan, untuk kebutuhan ini kami sangat perlu bantuan,' harapnya.
Turut mendampingi Bupati TTS Paul Mella, Wakil Gubernur NTT Benny Litelnoni, dan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI dr. Oscar
Primadi, MPH.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- 2 -
Printed @ 19-07-2017 11:07
Download