RechtsVinding Online URGENSI PENGATURAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DARI BERSIFAT SUKARELA (VOLUNTARY) MENJADI WAJIB (MANDATORY) Oleh: Nova Manda Sari* Naskah diterima: 6 September 2016; disetujui: 15 September 2016 Pengaturan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) atau Corporate Social Responsibiltiy (CSR) dengan norma hukum, maka termasuk dalam makna liability. suatu Namun, bila tanggung jawab dalam kewajiban hukum merupakan suatu cara makna responsibility dihubungkan dengan Pemerintah untuk mendorong perusahaan tuntutan dan kompleksitas perkembangan ikut serta dalam pembangunan ekonomi dunia usaha dewasa ini, maka tanggung masyarakat. Selama ini belum ada payung jawab yang dimaksud adalah berkaitan hukum yang khusus mengatur tentang dengan etika bisnis. Dalam perkembangan pelaksanaan perlu etika bisnis itu sendiri, akhirnya muncul penormaan TJSP dari voluntary menjadi dalam bentuk Tanggung Jawab Sosial TJSP yang mandatory. Berkaitan dengan Perusahaan tanggung Responsibility. (Busyra Azheri : 2012) TJSP jawab sehingga perusahaan, dapat dibedakan prinsip tanggung jawab dalam makna responsibility jawab dalam dengan makna tanggung liability. Pada atau Corporate Social Selama ini pelaksanaan TJSP di Indonesia masih bersifat voluntary (sukarela) sehingga program-program yang prinsipnya hanya terletak pada sumber telah pengaturannya. Jika berkelanjutan. Adapun kegiatan perusahaan tanggung jawab itu dilaksanakan melaksanakan perusahaan TJSP tidak belum ada pengaturannya secara eksplisit yang dalam suatu norma hukum, maka termasuk berbentuk dalam makna responsibility. Sebaliknya, jika perusahaan tanggung jawab itu telah diatur dalam langsung dalam bentuk derma atau belas philanthropy, memberikan diantaranya dimana sumbangan kasih untuk kalangan masyarakat tertentu. RechtsVinding Online Sumbangan tersebut biasanya berbentuk 1. Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang pemberian uang secara tunai, bingkisan/ Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan paket bantuan atau pelayan secara cuma- Usaha Milik Negara (UU BUMN) cuma. menyebutkan: “BUMN dapat Jika selama ini konsep tanggung menyisihkan sebagian laba bersihnya jawab dilaksanakan secara sukarela atau untuk keperluan pembinaan usaha voluntary , maka pernyataan tersebut kecil/koperasi adalah contradiction keduanya in merupakan serta pembinaan terminis atau masyarakat sekitar BUMN”. Klausul istilah yang “dapat” sebagaimana dinormakan bertentangan. Sebab hal yang benar adalah dalam ayat (1) dimaknai tidak wajib, tanggung jawab itu wajib dilaksanakan atau dalam arti kata untuk keperluan bersifat pembinaan masih bersifat sukarela menjalankan mandatory. tanggung Perusahaan jawab secara voluntary karena belum ada regulasi khusus atau voluntary. 2. Pasal 15 huruf b Undang-Undang yang diatur oleh Pemerintah. Sehingga atas Nomor usulan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Penanaman Modal (UUPM) Indonesia, menyebutkan: “Setiap penanam Rancangan Undang-Undang 25 Tahun 2007 tentang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan modal berkewajiban melaksanakan masuk dalam Prolegnas 2015-2019 . tanggung jawab sosial perusahaan”. Peraturan perundang-undangan terkait Dengan Mengingat sosial tanggung urgensinya dan dinamika sosial kewajiban penanam modal, maka kemasyarakatan baik pada tingkat lokal Pasal 15 UUPM telah meletakkan maupun global, dengan dinormatifkannya landasan prinsip-prinsip TJSP maka sifat tanggung paradigma sifat TJSP dari voluntary jawabnya dari voluntary berubah menjadi menjadi mandatory. Adapun peraturan perundang- perusahaan yang tidak melaksanakan undangan yang terkait sebagai berikut : kewajibannya mempertimbangkan jawab ditegaskannya perusahaan yuridis sebagai perubahan mandatory. dikenakan Apalagi sanksi RechtsVinding Online 3. administratif sebagaimana dimaksud prinsip TJSP dari bersifat sukarela dalam Pasal 34 UUPM. (voluntary) Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 keharusan (mandatory) dalam makna Tahun 2007 Perseroan Terbatas (UU legal responsibility. berubah menjadi PT) menyebutkan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di 4. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor bidang dan/atau berkaitan dengan 47 Tahun 2012 tentang Tanggung sumber Jawab daya alam wajib Sosial dan Lingkungan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas menyebutkan : dan Lingkungan; (2) Tanggung Jawab ”Tanggung Sosial dan Lingkungan sebagaimana lingkungan sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) merupakan dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi kewajiban Perseroan yang menjalankan kegiatan Perseroan dianggarkan sebagai dan biaya pelaksanaannya memperhatikan yang diperhitungkan Perseroan usahanya yang dilakukan di sosial bidang dan dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam dengan kepatutan jawab berdasarkan dan Kewajiban Undang-Undang; sebagaimana dimaksud kewajaran; (3) Perseroan yang tidak pada ayat (1) dilaksanakan baik di melaksanakan dalam maupun di luar lingkungan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai ketentuan sanksi sesuai peraturan dengan perundang- undangan. Pasal Perseroan”. 5. Pasal 2 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-07/MBU/05 Tentang Program Kemitraan BUMN 74 secara eksplisit dengan Usaha Kecil dan Program Bina menyatakan bahwa TJSP merupakan Lingkungan, suatu kewajiban (mandatory) bagi Perum perseroan. melaksanakan Dengan adanya dan menyebutkan: Persero Program “(1) wajib Kemitraan pengaturan seperti ini, berarti telah dan Program BL dengan memenuhi terjadi suatu perubahan terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur RechtsVinding Online dalam Peraturan ini; (2) Persero dengan kewajiban hukum (legal obligation) Terbuka dapat melaksanakan Program lebih mempunyai kepastian hukum jika Kemitraan dan Program BL dengan dibandingkan dengan CSR yang bersifat berpedoman pada Peraturan ini yang sukarela (voluntary). Penormaan TJSL akan ditetapkan berdasarkan keputusan dapat Rapat beragam dari perusahaan, hal demikian Umum Pemegang Saham menghindarkan penafsiran yang (RUPS)”. dimaksudkan agar memiliki daya atur, daya Selanjutnya, urgensi pengaturan TJSP ikat, dan daya dorong bagi perusahaan dari bersifat sukarela (voluntary) menjadi untuk melaksanakan wajib (mandatory) juga dapat di telaah dari pengaturan pendapat Mahkamah Konstitusi dalam (voluntary) tidak cukup kuat untuk dapat Putusan MK Nomor 53/PUU-VII/2008 yang memaksa perusahaan melaksanakan TJSL, menyatakan bahwa penormaan Tanggung sehingga dengan meningkatkan CSR dari Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menjadi sukarela (voluntary) menjadi TJSL yang kewajiban hukum merupakan kebijakan wajib hukum (legal policy) pembentuk Undang- kontribusi dari perusahaan untuk ikut Undang untuk mengatur dan menerapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. TJSL (mandatory) TJSL, sebaliknya dengan diharapkan TJSL dengan suatu sanksi. Pengaturan TJSL * Penulis adalah Tenaga Fungsional Perancang Undang-Undang Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Pusat Perancangan Undang-Undang di Badan Keahlian DPR RI. sukarela adanya