BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis Dalam penelusuran mengenai pergeseran bentuk dan makna simbol, penulis menemukan beberapa penelitian skripsi yang sejenis dengan penelitian ini dan dirasa cukup relevan untuk dijadikan dasar pijakan atau kerangka pemikiran. Berikut pemaparan beberapa penelitian skripsi tersebut : Sandi Muliawarman (2012) melakukan penelitian skripsi di fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA yang berjudul “Makna Tanda Cinta Pada Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono” melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. Cinta adalah suatu rasa sayang, identik hubungan antara lelaki dan perempuan. Rasa cinta umumnya melahirkan tindakan-tindakan yang positif. Sedangkan puisi adalah media ungkap seniman dalam menyampaikan sebuah gagasan. Keistimewaan puisi “Aku Ingin” ini nampak bagaimana, ia sebagai lirik mampu memberikan stimulus bagi kreator / seniman lagi untuk meresponnya sebagai bentuk yang baru, contohnya; puisi “Aku Ingin” dimusikalisasikan menjadi sebuah lagu oleh Reda dan Ali Maribu serta pemusik-pemusik yang lain. Disamping itu, komunikasi dalam puisi, khususnya “Aku Ingin” Sapardi Djoko Damono terbentuk karena strategi penyimbolan (simbolisasi) yang dilakukan seniman dalam karyanya. Oleh karenanya karya tersebut bersifat simbolik. Dalam konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa penyampaian simbol-simbol dan 15 repository.unisba.ac.id metafor pada puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono tidak seperti sebuah ucapan sesederhana yang tampak dari liriknya, ia sebagai lirik menyiratkan sebuah makna yang sangat dalam. Sedangkan fokus pada penelitian ini terhadap makna tanda cinta yang terdapat pada puisi tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika dari Roland Barthes. Sebagaimana konteks yang dipaparkan oleh Roland Barthes penelitian ini menganalisis makna tanda cinta denotasi, makna tanda cinta konotasi dan juga makna tanda cinta mitos yang terdapat pada puisi tersebut. Setelah peneliti menganalisis puisi tersebut dengan menggunakan semiotika Roland Barthes maka diperoleh hasil sebagai berikut, 1. Signifikasi tahap pertama atau pemaknaan denotasi makna tanda pada karya puisi “Aku Ingin” Sapardi Djoko Damono mempunyai beragam makna. Akan tetapi, mempunyai satu fungsi yakni sebagai media ungkap, puisi yang menjadi penuturan atas perasaannya secara tersirat. Dan ikon-ikon atau benda-benda yang ada didalam lirik, adalah benda yang memiliki nilai guna atau pakai. 2. Signifikasi tahap kedua atau pemaknaan konotasi makna tanda pada puisi “Aku Ingin” Sapardi Djoko Damono, secara umum memang menjauh dari karakternya sebagai karya yang bersifat absurd, “Aku Ingin’ dianggap menjadi bentuk ungkap yang realis, yang dianggap memiliki makna yang sebenarnya dari kata. Aku Ingin justru mengandung jejak-jejak pengembaraan imajinatif, dan rasa yang sangat kompleks sehingga memerlukan penghayatan yang khusus, Maka puisi “Aku Ingin” memiliki multi tafsir dua sisi makna. Di satu sisi makna tanda “Aku Ingin” Sapardi Djoko Damono mewakili perasaan yang sedang jatuh cinta, namun juga 16 repository.unisba.ac.id menjadi perwakilan kesakitan, kekecewaan dalam cinta itu sendiri, 3. Signifikasi tahap kedua yang lain adalah pemaknaan mitos. Dalam karya puisi “Aku Ingin”, menurut peneliti menampilkan mitos yakni : (1) Pengalaman pribadi dan penafsiran pada sesuatu hal pada karya sastra tergantung bagaimana ia memaknai akan sesuatu hal tersebut, disinilah posisi seni bisa menjadi sebuah media perubahan. (2) Cinta identik dengan suatu perasaan yang cenderung untuk memiliki, ia bisa menjadi sesuatu yang indah namun juga bisa menjadi sesuatu yang menyakitkan. (3) Lima unsur atau elemen alam seperti angin, hujan, awan, tanah, menjadi metafor, media ungkap/perasaan seniman dalam sebuah karya sastra, khususnya puisi. Dasep Ardiansyah (2013) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu Komunikasi mengenai “Makna Simbolik Pada Lukisan Suka-Benci Sepatu” dengan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotika Roland Barthes karya Besti Rahulasmoro. Lukisan adalah suatu pikiran yang menuangkan ide-ide kreatif berupa gambar bermedium dua dimensi bahkan sampai tiga dimensi yang bermain dengan warna dan dituangkan diatas kanvas. Lukisan pun dapat menjadi sebuah simbol yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan bahkan menjadi media kritik sosial. Pesan dalam lukisan biasanya berupa simbol-simbol serta tanda-tanda yang di representasikan dibalik sebuah gambar yang ada dalam lukisan tersebut. Maka dari itulah tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna apa yang terdapat pada lukisan “suka-benci sepatu” serta pesan apa yang ada didalam lukisan karya Besti Rahulasmoro. Peneliti memilih Lukisan Besti Rahulasmoro karena peneliti menilai bahwa lukisan Besti merupakan lukisan 17 repository.unisba.ac.id yang memiliki pesan moral dan kritik terhadap suatu fenomena. Sedangkan untuk objeknya sendiri, mengapa peneliti lebih memilih kepada lukisan Besti yang berjudul “suka-benci sepatu”. Karena lukisan tersebut sangatlah unik, dimana yang menjadi objek utama dari lukisan tersebut adalah sepatu-sepatu yang setiap hari akan bersinggungan dengan manusia. Peneliti menduga apakah lukisan tersebut mempertontonkan serta mencerminkan sebuah kehidupan yang Hedonisme dan glamor yang biasanya identik bahwa seorang wanita itu gemar berbelanja. Karena didalam lukisan itu terdapat banyak sekali sepatu dan sandal yang beraneka macam bentuk serta warna. Karena apabila kebiasaan hidup yang mengandung unsur Hedonisme diterapkan dalam kehidupan akan berdampak tidak baik bagi kelangsungan hidup kita. Selain itu, peneliti juga melihat banyak tanda yang ada dibalik berserakannya sepatu-sepatu dan sandal yang ada dalam lukisan tersebut. Sebagai mana penelitian komunikasi telaah ini berfokus pada makna simbolik yang terdapat pada lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti Rahulasmoro. Dengan pendekatan semiotika Roland Barthes maka penelitian ini lebih menelaah makna simbolik pada tataran realitas tanda dan juga makna simbolik pada tataran budaya dalam lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti Rahulasmoro. Secara realitas hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa lukisan “Suka-Benci Sepatu” merupakan penggambaran ekspresi perasaan seorang Besti atas kejadian yang pernah dialaminya. Mengenai kesukaannya terhadap sepatu namun akibat kejadian memalukan yang menimpanya terjatuh di got yang diakibatkan oleh sepatu tersebut membuatnya menjadi kesal terhadap sepatu yang membuatnya jatuh tersebut. Maka dari itu dalam lukisannya terlihat sesosok 18 repository.unisba.ac.id wanita yang marah dan seperti akan memakan sepatu tersebut. Sedangkan secara kultur hasil penelitian tersebut menunjukan sebuah kritik sosial mengenai sebuah hubungan (antara pria dan wanita). Serta mengenai kekerasan seperti kekerasan terhadap wanita yang digambarkan oleh sebuah sepatu boot laki-laki yang sedang menginjak sepatu wanita. Serta sebuah perlawanan, yang digambarkan kebalikannya sepatu wanita yang sedang menginjak sepatu laki-laki. Dan setelah menempuh perjalanan dalam penelitan mulai dari pemaknaan tatanan realitas dan tatanan kultur, maka peneliti menampilkan tiga mitos yang terdapat pada lukisan “Suka-Benci sepatu”, karya Besti Rahulasmoro sebagai berikut: (1) Objek menjadi sebuah simbol yang menunjukan suatu hal. (2) Lukisan “suka-benci sepatu” menjadi media dalam bentuk kritikan dan perubahan. (3) Seniman menjadi kelompok kritis yang mengkritisi sebuah fenomena. Rifany Hermansyah (2011) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu Komunikasi dengan judul “Makna Pesan Dalam Lirik Lagu ‘Siti Jenar Cypher Drive’”. Lagu termasuk ke dalam karya seni yang bisa mewakili perasaan dan pemikiran si pencipta. Musik juga sangat efektif dalam mengangkat propaganda penokohan. Lazimnya tokoh yang menjadi metafor dalam lagu adalah tokoh terkenal, pahlawan ataupun seseorang yang inspiratif. Berbeda dengan Homicide, yang membuat metafor tentang Siti Jenar. Homicide lebih memilih mengangkat Siti Jenar, tokoh yang hanya segelintir kalangan saja mengetahui sepak terjangnya. Siti Jenar adalah sosok legenda yang tak ubahnya sama dengan Sangkuriang atau sosok Semar, yang merupakan penggambaran kearifan dan kebijaksanaan dalam bentuk prosa. Siti Jenar menjadi kontroversial karena tidak 19 repository.unisba.ac.id meninggalkan tulisan yang mewakili dirinya, semua cerita tentang Siti Jenar berasal dari sumber yang berbeda dan beragam penafsiran. Kitab Serat Siti Jenar yang ditulis Raden Panji Natarata pada abad ke-19 adalah satu-satunya referensi yang banyak diyakini masyarakat Jawa dalam menginterpretasikan Siti Jenar. Homicide, band hip hop dari Bandung yang dipelopori oleh Ucok atau Heri Sutresna membuat metafor semangat perlawanan Siti Jenar terhadap tirani dalam lagu nya yang berjudul “Siti Jenar Chyper Drive”. Lagu tersebut berbicara tentang konsep perlawanan lokal yang dilakukan Siti Jenar. Homicide berbicara terhadap puritanisme yang memanfaatkan kekuasaan untuk mempengaruhi jemaah untuk patut hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan kaum mereka. Homicide mengkampanyekan perdamaian dunia dengan gerakan sipil non-profit, termasuk didalamnya gerakan puritanisme. Alasan penelitian ini didasarkan atas kemudahan sebuah pesan yang terdapat dalam lirik, menjadi komunikasi yang efektif bagi para pendengar (komunikan). Hal ini dikarenakan pesan dalam bahasa lirik yang termasuk kedalam komunikasi verbal ada hubungannya dengan struktur verbal, jika diiringi dengan komposisi nada, maka lirik dalam sebuah lagu akan dengan mudah didengarkan dan menjadi media yang paling efektif dalam penyebaran ide/gagasan. Alasan lainnya yaitu, musik indie yang belum terkontaminasi kepentingan-kepentingan indutri, tentunya masih memiliki ide atau gagasan yang murni dalam mengkritik suatu pemahaman. Sehingga kita bisa dengan mudah membuktikan keilmiahan makna lirik “Siti Jenar Chyper Drive” dari grup musik Homicide. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Fungsi referensial pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide 20 repository.unisba.ac.id memberikan gambaran mengenai realitas yang melatar belakangi penciptaan lirik tersebut adalah peristiwa masif-nya pembakaran buku kiri pada rezim Orde Baru. Fungsi emotif pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide merupakan pengungkap keadaan emotif pembicara yang mencerminkan kemarahan, kegelisahan, antipati, dan lain-lain Homicide terhadap penasbihan kaum puritan yang menganggap pewaris kebenaran dan semena-mena mengganggap manusia lain adalah hamba mereka yang harus tunduk terhadap keyakinan mereka. Fungsi konatif dalam hal ini merupakan ajakan penulis untuk menampilkan metafor lokal yang melakukan perlawanan terhadap kaum puritan. Fungsi metalingual pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide merupakan penerang terhadap kode-kode yang berkaitan dengan unsurunsur metafor khas Siti Jenar yang mengajarkan untuk tidak membuat batas terhadap sesama, karena dengan bersikat egaliter, maka penyimak tanpa sengaja melawan bentuk puritanisme. Fungsi fatis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide merupakan pembuka kontak dengan pembaca. Fungsi puitis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide menggambarkan amanat yang merupakan seruan kepada para penyimak untuk dapat mengamati puritanisme sebagai pemikiran, bukan sebagai institusi semata. 21 repository.unisba.ac.id 22 repository.unisba.ac.id Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, maka state of the arts dari penelitian ini adalah simbol-simbol yang terdapat pada sebuah cover buku yang menjadi media komunikasi visual antara penulis atau designernya kepada pembaca. Lonergan (dalam Dillistone, 2002) menandaskan bahwa simbol sendiri mendahului setiap penafsiran atau penjelasan. Dalam sebuah simbol penafsiran atau penjelasan tersebut adalah sebuah pemaknaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, pemaknaan tidak hanya terjadi pada sebuah simbol atau gambar. Namun pemaknaan bisa terjadi pada teks lainnya seperti pada media puisi atau lirik lagu. Berbeda halnya dengan posisi penelitian ini, dimana objek yang akan diteliti adalah sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar. Pada tahun 2002 cover buku Supernova:Akar pada cetakan pertama ini mendatangkan sebuah kontroversi dengan diprotesnya sebuah simbol yang terdapat pada cover buku tersebut hingga cover buku tersebut mengalami peremajaan sampai dua kali berturut-turut. Maka dari itu, perlulah kita mencari tahu makna atau isi pesan dari simbol yang ada pada cover buku Supernova: Akar, terutama bentuk dan makna pada pergeseran simbol-simbol tersebut. 2.2 Tinjauan Teoritis Penelitian merupakan penyelidikan sistematis dari pengalaman yang merujuk pada pemahaman, pengetahuan, dan teori. Orang terlibat dalam penelitian ketika mereka mencoba untuk mengetahui sesuatu dengan cara yang sistematis. Proses penelitian yang sistematis menggunakan tiga tahapan, yaitu 1.Menanyakan pertanyaan, 2.Pengamatan, dan 3.Menyusun jawaban. Sesuatu 23 repository.unisba.ac.id dengan proses penelitian yang pertama yaitu menanyakan penelitian , bahwa pertanyaan-pertanyaan tentang definisi membutuhkan pengertian sebagai jawabannya, mencoba untuk menjelaskan apa yang diamati atau disimpulkan. Maka dari itu, pada subbab ini penulis mencoba menjelaskan beberapa definisi atau tijauan teoritis tentang pengertian teori-teori yang mendukung terhadap penelitian ini. 2.2.1 Tinjauan Komunikasi 2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata–kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi–definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal–hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.” (Mulyana, 2010:46). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok 24 repository.unisba.ac.id yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan. Komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh seorang pengirim pesan (komunikator) sampai kepada seorang penerima pesan (komunikan), dalam artian lain makna dari pesan dalam proses komunikasi ini sudah sama antara seorang komunikator dengan komunikannya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Tubbs dan Moss, bahwa komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih. Sedangkan Gudykunst dan Kim dalam buku yang sama, mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda). (Mulyana, 2010:65) Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13). Hal ini menunjukan bahwa dalam kehidupan seharihari manusia tidak luput dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi merupakan senjata utama bagi manusia sebagai makhluk sosial. Sesuai dengan fungsi komunikasi yaitu, untuk memperngaruhi perilaku atau sikap 25 repository.unisba.ac.id orang lain. Selain itu juga, komunikasi berfungsi untuk menunjukan ikatan dengan orang lain atau membangun dan memelihara hubungan. Berkomunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata, namun dengan menggunakan sebuah gambar kita juga bisa berkomunikasi melalui simbol-simbol atau tanda yang terlibat dalam gambar tersebut. Komunikasi seperti ini merupakan suatu proses simbolik, salah satu kebutuhan pokok manusia. Seperti yang dikatakan oleh Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. (Mulyana, 2010:92). Biasanya komunikasi melalui sebuah gambar atau simbol sifatnya adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, atau yang sering kita sebut adalah komunikasi nonverbal. 2.2.1.2 Pengertian Komunikasi Non Verbal Sesuai dengan sifatnya, komunikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1.Komunikasi lisan (verbal) 2.Komunikasi isyarat (nonverbal). Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa katakata. 26 repository.unisba.ac.id Menurut Agus M. Hardjana menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”. (Hidayat, 2010). Pesan non verbal disini yaitu semua isyarat yang bukan kata-kata. Sesuatu yang bisa terlihat tanpa bahasa dan tanpa kata-kata. Komunikasi nonverbal berbeda halnya dengan komunikasi verbal, jika komunikasi verbal lebih menggunakan bahasa atau kata-kata, sedangkan nonverbal nyaris tidak menggunakan bahasa atau kata-kata sedikitpun. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal. Seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai: 1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yag memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dengan mengatakan, “Saya tidak sungguh-sungguh.” 2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. 3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. 4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. 5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang. (Mulyana: 2005: 314) 27 repository.unisba.ac.id Sedangkan menurut Atep Adya Barata (dalam Hidayat, 2010) mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language). Seperti pengertian tersebut, beberapa studi mengenai komunikasi nonverbal difokuskan pada interaksi langsung (face to face) di mana bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di mana komunikasi dijalankan, karakter fisik dari penyampai pesan dan perilaku penyampai pesan selama berinteraksi. Namun, Pidato atau pembicaraan pun juga mengandung unsur komunikasi nonverbal yang dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara, emosi dan gaya bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme, intonasi dan tekanan. Teks tertulispun juga memiliki elemen nonverbal seperti gambar, tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian emoticon. (Bangsa, 2014). Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (dalam Mulyana, 2010: 343), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan nonverbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan 28 repository.unisba.ac.id nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. Komunikasi nonverbal secara umum dipahami sebagai proses komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur, ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa dipakai sebagai sarana komunikasi nonverbal seperti pakaian, gaya rambut dan hingga arsitektur, simbol dan infografis. Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. Periset nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama komunikasi non verbal (Ekman, 1965; Knapp, 1978) yaitu: 1. Untuk Menekankan, Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal, misalnya tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. 2. Untuk Melengkapi (Complement), Manusia menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal, misalnya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggelenggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang. 3. Untuk Menunjukkan Kontradiksi, Manusia juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang dikatakan adalah tidak benar. 4. Untuk Mengatur, Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur pesan verbal. 29 repository.unisba.ac.id Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan keinginan mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau menyuarakan jenak (pause) (misalnya, dengan menggumamkan “umm”) untuk memperhatikan bahwa anda belum selesai bicara. 5. Untuk Mengulangi, Melalui kode nonverbal dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal. Misalnya, menyertai pernyataan verbal “apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi”. 6. Untuk Menggantikan, Komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal, misalnya, mengatakan “oke” dengan tangan tanpa berkata apa-apa. Menganggukkan kepala untuk mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak”. (Khusnia, 2013) Sedangkan Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu: 1. Komunikasi visual, Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambanglambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambargambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar. 2. Komunikasi sentuhan, Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya. 3. Komunikasi gerakan tubuh, Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus 30 repository.unisba.ac.id 4. 5. 6. 7. mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju. Komunikasi lingkungan, Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut. Komunikasi penciuman, Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali. Komunikasi penampilan, Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain). Komunikasi citrasa, Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lainlain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.(Hidayat, 2010). Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan. Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa 31 repository.unisba.ac.id tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan (action) atau objek (object). Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga. Begitupun dengan gambar atau komunikasi visual yang merupakan salah satu tanda dari sifat komunikasi nonverbal. Komunikasi visual termasuk salah satu bentuk penyampaian pesan nonverbal artifactual yang memanfaatkan unsur-unsur rupa (contoh: bentuk, warna, komposisi, lambang dan lain sebagainya). Bahkan bentuk komunikasi ini telah dikenal jauh sebelum manusia mengenal aksara, seperti Hieroglyph di Mesir, keping tanah liat dari Sumeria, lukisan di dinding gua Altamira Spanyol dan gua Leang-Leang Sulawesi. 2.2.1.3 Komunikasi Suatu Proses Simbolik Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi suatu pengantar membuat ramuan baru mengenai prinsip-prinsip komunikasi. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. Dalam sub bab ini, penulis mengambil satu prinsip komunikasi dari Deddy Mulyana (2010) yang bisa mendukung penelitian ini, yaitu komunikasi adalah proses simbolik. Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu pergeseran bentuk dan makna simbol pada cover 32 repository.unisba.ac.id buku supernova, bahwa pada dasarnya objek dari penelitian ini adalah sebuah simbol (lambang). Bentuk komunikasi yang terdapat pada cover buku Supernova ini adalah sebuah simbol. Seperti yang dikatakan Susanne K. Langer (dalam Mulyana, 2010: 92) Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolis atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan hewan lainnya. Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.5 Mencoba mengenal sesuatu dan alam sekitarnya adalah salah satu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada Manusia. Lewat seluruh panca inderanya, manusia mencoba memberi makna dari setiap derap, langkah bahkan nafasnya sendiri. Dalam seluruh hidupnya, manusia selalu mengejar makna-makna yang ada di sekitarnya, menginterpretasikan fakta, mengurai ada apa di balik kata-kata atau peristiwa yang dialaminya. Keunikan manusia dibanding ciptaan Tuhan yang lain adalah kemampuannya dalam merangkai kata dan berbahasa mengurai makna melalui sebuah lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok 5 makhluk atau ciptaan Tuhan yang mempergunakan simbol secara generik. 33 repository.unisba.ac.id orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92) Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut. Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala. Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun, sedangkan asap merupakan indeks api. Namun bila asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama. 34 repository.unisba.ac.id Menurut Mulyana (2010:93), Lambang juga mempunyai beberapa sifat sebagai berikut; 1.Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang. 2.Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang. 3.Lambang itu bervariasi. 2.2.2 Tinjauan Komunikasi Visual 2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Visual Komunikasi visual (visual communication) adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual yang menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan komunikasi adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. (Tinarbuko, 2008). Komunikasi Visual, secara harfiah berarti proses transformasi ide dan informasi dalam bentuk yang dapat dibaca dan ditanggapi (berupa bentuk visual). Komunikasi visual, biasanya diasosiasikan dengan seni rupa, simbol-simbol, fotografi, tipografi, lukisan, desain grafis, ilustrasi dan lain-lain. Konsep komunikasi visual adalah memadukan unsur-unsur desain grafis, seperti kreativitas, estetika, efisiensi, komunikatif dan lainlain, untuk menciptakan suatu media yang dapat menarik perhatian, juga menciptakan media komunikasi yang efektif agar diapresiasi oleh komunikan atau audiens. Perancangan komunikasi visual ini dapat 35 repository.unisba.ac.id dipadukan dengan strategi komunikasi, psikologi dan sosial atau antropologi budaya. Sesuai dengan namanya komunikasi visual adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Secara prinsipnya selama bentuk komunikasi itu terlihat. Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya. Dalam bidang ini komunikasi visual merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada berbagai media: percetakan, luar ruang (marka grafis, papan reklame), televisi, film atau video, internet dan lain-lain, dua dimensi maupun tiga dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based). Komunikasi visual itu sendiri, sebenarnya, merupakan proses penyampaian pesan, yang menggunakan daya tarik bentuk, komposisi, baik komposisi dalam hal penggunaan warna, atau pun pemilihan tipe huruf, yang biasanya disesuaikan dengan momen, atau situasi, atau pun konteks untuk siapa pesan tersebut ditujukan. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala 36 repository.unisba.ac.id sektor kegiatan, lambang-lambang, atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik. Jika dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda dan sintaks yang khas, yang berbeda misalnya dari sistem semiotika seni. Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada penerima tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi (satu atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasi oleh media tertentu. (Piliang, 2010: 339) Pada penelitian ini komunikasi visual akan dianalisis dari sudut pandang pendekatan semiotika. Khususnya semiotika Roland Barthes. Simbol sebagai tanda komunikasi visual yang disampaikan dari pengirim pesan (desainer) kepada peneriman tanda (pembaca) sesuai atau berdasarkan aturannya. Sesuai dengan fungsi komunikasi visual, penelitian ini akan menjadi mediasi antara pengirim dan penerima pesan melalui sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar. 2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual Secara umum fungsi komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif (entertainment). Maksudnya secara singkat ialah komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia, disamping itu komunikasi juga berfungsi untuk mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Secara persuasif maksudnya 37 repository.unisba.ac.id adalah bahwa komunikasi sanggup ‘membujuk’ orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Sedangkan yang terakhir adalah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan, contohnya membaca bacaan ringan, mononton televisi atau surfing internet. (Pawit, 2010:3) Seperti yang kita ketahui untuk mencapai fungsi-fungsi komunikasi diatas diperlukan beberapa bentuk media yang dapat berupa media visual, audio, dan audio-visual. Masing-masing media tersebut memiliki ciri khas dan bentuknya tersendiri. Maka dari itu, fungsi utama dari komuniikasi visual adalah untuk mendukung fungsi komunikasi agar pesan yang ingin disampaikan bisa sampai dengan jelas kepada komunikan. Sementara itu menurut Bangsa (2014), ada beberapa fungsi dari komunikasi visual, yaitu: 1.visual dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata, teks, naskah dan bisa juga sebagai pendukung teks, 2.visual sebagai representasi, 3.visual menggambarkan kenyataan yang sebenarnya (realitas), 4.visual dapat menggambarkan kesan tertentu dan menimbulkan citra tertentu, 5.visual sebagai daya tarik, 6.visual sebagai pemberi instruksional, 7.visual sebagai daya tarik tertentu. 38 repository.unisba.ac.id 2.2.2.3 Elemen-Elemen Visual Adapun unsur-unsur visual (illustrasi gambar) yang harus diperhatikan dan perlu dipertimbangkan dalam gambar adalah bentuk, garis, tekstur, warna, dan ruang. (Arsyad, 1997:105-111). 1. Bentuk, yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk sehingga unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu dan harus diperhatikan. 2. Garis, merupakan perpanjangan dari titik yang memiliki ukuran panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari jenisnya garis dapat dibedakan menjadi: garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus dan garis spiral. Sedangkan fungsi dari garis yaitu untuk menghubungkan unsur-unsur. Garis adalah suatu tanda yang memanjang penghubung antara dua titik atau efek yang ditimbulkan oleh tepi suatu objek, dimana sesungguhnya tidak terdapat garis pada objek tersebut. Garis bisa dan mampu menyatakan suatu bentuk dan mengandung dan membangun suatu suasana dan karakter. 3. Tekstur, merupakan unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna. Tekstur adalah kualitas dari suatu permukaan : lembut, kasar, licin, berbutir, lunak, atau keras. tekstur merupakan nilai raba yang bersifat nyata atau semu, baik kasar, halus, lunak, keras, kasar, atau licin. Secara fisik kekasaran tekstur semu tidak nyata, karena tidak bisa dirasakan dengan diraba seperti tekstur nyata. Tekstur mempunyai nilai karakter yang berbeda-beda sesuai dengan nilai rasa. Misalnya : wool dengan goni, batu dengan pasir, kulit wanita dengan kulit pria, kulit bayi dengan kulit orang tua tekstur kasar mempunyai karakter kuat dan kokoh, sedangkan tekstur halus mempunyai karakter halus dan lemah lembut. Tekstur mempunyai nilai artistic. Tekstur mempunyai nilai kekuatan. Sedangkan jenis-jenis tekstur jika dilihat dari cara beradaya tekstur digolongkan sebagai berikut : (1) Tekstur alam, yaitu tekstur yang ada secara alami: – kulit kayu, mempunyai tekstur dengan nilai artistik tinggi – loreng-loreng pada tubuh zebra, dll. (2) Tekstur buatan, janis ini dibagi menjadi 2; yaitu : – tekstur buatan manusia, ex. sutera, wool, goni, dll – tekstur buatan hewan, ex. sarang lebah. 39 repository.unisba.ac.id 4. Warna, merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik, warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan. 5. Ruang, Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti. 2.2.3 Tinjauan Tentang Simbol dan Makna Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super sophisticated system of communication), sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia mampu menciptakan simbol - simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam yang ada disekitarnya, berbeda dengan hewan yang hanya dapat mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas. Dalam “bahasa” komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. 40 repository.unisba.ac.id Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92). Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani. Symballo artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan bersama-sama dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.6 6 http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol 41 repository.unisba.ac.id Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi, yakni makna untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya dan metafora, yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan. Semua simbol melibatkan tiga unsur: simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna simbolik (Sobur, 2003). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran dari sesuatu hal. Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah sebuah instrument pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang sesuatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu. 42 repository.unisba.ac.id Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan menghubungkan sebuah konsep ide umum, pola, dan bentuk. Menurut Langer, konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama diantara pelaku komunikasi. Bersama makna yang disetujui adalah makna denotatif, sebaliknya gambaran atau makna pribadi adalah makna konotatif. Langer juga memandang makna sebagai sebuah hubungan yang kompleks diantara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna pribadi). Walaupun denotasi biasanya lebih mendetail, namun konotasi dapat memasukan banyak detail menyangkut makna simbol bagi individu. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Menurut Mulyana (2010:93) lambang atau simbol mempunyai beberapa sifat, yaitu : (1) Lambang bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-wenang. (2) Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang. (3) Lambang itu bervariasi. 43 repository.unisba.ac.id 2.2.4 Teori Konstruktivisme Menurut Miller (dalam Ardianto, 2007: 157), Teori Konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya. Yang dimaksud pada teori ini konstruktivisme adalah sebuah teori yang memiliki pengaruh yang kuat pada bidang komunikasi. Teori tersebut mengatakan bahwa individu menafsir dan bertindak menurut kategori konseptual yang ada dalam pikiran. Realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus disaring melalui cara seseorang melihat seuatu. Menurut Robyn Penmann, kaitan konstruktivisme dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi, yaitu: 1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan komunikatif dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya. 2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang objektif sebagaimana diyakini positivisme, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realita tercipta. 3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu. 4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang ikut memengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang ada” melainkan “Segala sesuatu yang menjadi lingkungan 44 repository.unisba.ac.id hidup dan penghayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan diluar dirinya. 5. Pengetahuan bersifat sarat nilai. (Ardianto, 2007:158) Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubunganhubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami diatur dan dihidupkan oleh pertanyaan pertanyaan yang bertujuan. Setiap pertanyaan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi. Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Sesuai deng objek penelitian ini yaitu sebuah simbol, bahwa simbol terbentuk dari hasil konstruksi sosial atau budaya yang tercipta didalam sekelompok orang tertentu. 45 repository.unisba.ac.id 2.2.5 Semiotika Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tandatanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. (Tinarbuko, 2003) Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.7 Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. 7 http://ndahindah.wordpress.com/2012/05/17/semiotika-­‐makna-­‐dalam-­‐komunikasi/ 46 repository.unisba.ac.id Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi. Salah satu konsep dari tradisi semiotik adalah simbol, yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memeliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa. (Tinarbuko, 2003) Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal. Semiotik telah menjadi hal 47 repository.unisba.ac.id penting yang membantu kita dalam memahami apa yang terjadi dalam pesan dan bagaimana semua bagian itu disusun. Tokoh dalam Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Merujuk teori Pierce, maka tandatanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. 48 repository.unisba.ac.id Sementara itu, Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda. Sedangkan Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. 49 repository.unisba.ac.id