BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis
Dalam penelusuran mengenai pergeseran bentuk dan makna simbol,
penulis menemukan beberapa penelitian skripsi yang sejenis dengan penelitian ini
dan dirasa cukup relevan untuk dijadikan dasar pijakan atau kerangka pemikiran.
Berikut pemaparan beberapa penelitian skripsi tersebut :
Sandi Muliawarman (2012) melakukan penelitian skripsi di fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA yang berjudul “Makna Tanda Cinta Pada Puisi “Aku Ingin”
Karya Sapardi Djoko Damono” melalui pendekatan semiotika Roland Barthes.
Cinta adalah suatu rasa sayang, identik hubungan antara lelaki dan perempuan.
Rasa cinta umumnya melahirkan tindakan-tindakan yang positif. Sedangkan puisi
adalah media ungkap seniman dalam menyampaikan sebuah gagasan.
Keistimewaan puisi “Aku Ingin” ini nampak bagaimana, ia sebagai lirik mampu
memberikan stimulus bagi kreator / seniman lagi untuk meresponnya sebagai
bentuk yang baru, contohnya; puisi “Aku Ingin” dimusikalisasikan menjadi
sebuah lagu oleh Reda dan Ali Maribu serta pemusik-pemusik yang lain.
Disamping itu, komunikasi dalam puisi, khususnya “Aku Ingin” Sapardi Djoko
Damono terbentuk karena strategi penyimbolan (simbolisasi) yang dilakukan
seniman dalam karyanya. Oleh karenanya karya tersebut bersifat simbolik. Dalam
konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa penyampaian simbol-simbol dan
15 repository.unisba.ac.id
metafor pada puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono tidak seperti
sebuah ucapan sesederhana yang tampak dari liriknya, ia sebagai lirik
menyiratkan sebuah makna yang sangat dalam. Sedangkan fokus pada penelitian
ini terhadap makna tanda cinta yang terdapat pada puisi tersebut. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan semiotika dari Roland Barthes. Sebagaimana konteks yang dipaparkan
oleh Roland Barthes penelitian ini menganalisis makna tanda cinta denotasi,
makna tanda cinta konotasi dan juga makna tanda cinta mitos yang terdapat pada
puisi tersebut. Setelah peneliti menganalisis puisi tersebut dengan menggunakan
semiotika Roland Barthes maka diperoleh hasil sebagai berikut, 1. Signifikasi
tahap pertama atau pemaknaan denotasi makna tanda pada karya puisi “Aku
Ingin” Sapardi Djoko Damono mempunyai beragam makna. Akan tetapi,
mempunyai satu fungsi yakni sebagai media ungkap, puisi yang menjadi
penuturan atas perasaannya secara tersirat. Dan ikon-ikon atau benda-benda yang
ada didalam lirik, adalah benda yang memiliki nilai guna atau pakai. 2. Signifikasi
tahap kedua atau pemaknaan konotasi makna tanda pada puisi “Aku Ingin”
Sapardi Djoko Damono, secara umum memang menjauh dari karakternya sebagai
karya yang bersifat absurd, “Aku Ingin’ dianggap menjadi bentuk ungkap yang
realis, yang dianggap memiliki makna yang sebenarnya dari kata. Aku Ingin
justru mengandung jejak-jejak pengembaraan imajinatif, dan rasa yang sangat
kompleks sehingga memerlukan penghayatan yang khusus, Maka puisi “Aku
Ingin” memiliki multi tafsir dua sisi makna. Di satu sisi makna tanda “Aku Ingin”
Sapardi Djoko Damono mewakili perasaan yang sedang jatuh cinta, namun juga
16 repository.unisba.ac.id
menjadi perwakilan kesakitan, kekecewaan dalam cinta itu sendiri, 3. Signifikasi
tahap kedua yang lain adalah pemaknaan mitos. Dalam karya puisi “Aku Ingin”,
menurut peneliti menampilkan mitos yakni : (1) Pengalaman pribadi dan
penafsiran pada sesuatu hal pada karya sastra tergantung bagaimana ia memaknai
akan sesuatu hal tersebut, disinilah posisi seni bisa menjadi sebuah media
perubahan. (2) Cinta identik dengan suatu perasaan yang cenderung untuk
memiliki, ia bisa menjadi sesuatu yang indah namun juga bisa menjadi sesuatu
yang menyakitkan. (3) Lima unsur atau elemen alam seperti angin, hujan, awan,
tanah, menjadi metafor, media ungkap/perasaan seniman dalam sebuah karya
sastra, khususnya puisi.
Dasep Ardiansyah (2013) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu
Komunikasi mengenai “Makna Simbolik Pada Lukisan Suka-Benci Sepatu”
dengan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotika Roland Barthes karya Besti
Rahulasmoro. Lukisan adalah suatu pikiran yang menuangkan ide-ide kreatif
berupa gambar bermedium dua dimensi bahkan sampai tiga dimensi yang bermain
dengan warna dan dituangkan diatas kanvas. Lukisan pun dapat menjadi sebuah
simbol yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan bahkan menjadi
media kritik sosial. Pesan dalam lukisan biasanya berupa simbol-simbol serta
tanda-tanda yang di representasikan dibalik sebuah gambar yang ada dalam
lukisan tersebut. Maka dari itulah tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna
apa yang terdapat pada lukisan “suka-benci sepatu” serta pesan apa yang ada
didalam lukisan karya Besti Rahulasmoro. Peneliti memilih Lukisan Besti
Rahulasmoro karena peneliti menilai bahwa lukisan Besti merupakan lukisan
17 repository.unisba.ac.id
yang memiliki pesan moral dan kritik terhadap suatu fenomena. Sedangkan untuk
objeknya sendiri, mengapa peneliti lebih memilih kepada lukisan Besti yang
berjudul “suka-benci sepatu”. Karena lukisan tersebut sangatlah unik, dimana
yang menjadi objek utama dari lukisan tersebut adalah sepatu-sepatu yang setiap
hari akan bersinggungan dengan manusia. Peneliti menduga apakah lukisan
tersebut mempertontonkan serta mencerminkan sebuah kehidupan yang
Hedonisme dan glamor yang biasanya identik bahwa seorang wanita itu gemar
berbelanja. Karena didalam lukisan itu terdapat banyak sekali sepatu dan sandal
yang beraneka macam bentuk serta warna. Karena apabila kebiasaan hidup yang
mengandung unsur Hedonisme diterapkan dalam kehidupan akan berdampak tidak
baik bagi kelangsungan hidup kita. Selain itu, peneliti juga melihat banyak tanda
yang ada dibalik berserakannya sepatu-sepatu dan sandal yang ada dalam lukisan
tersebut. Sebagai mana penelitian komunikasi telaah ini berfokus pada makna
simbolik yang terdapat pada lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti
Rahulasmoro. Dengan pendekatan semiotika Roland Barthes maka penelitian ini
lebih menelaah makna simbolik pada tataran realitas tanda dan juga makna
simbolik pada tataran budaya dalam lukisan “Suka-Benci Sepatu” karya Besti
Rahulasmoro. Secara realitas hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa lukisan
“Suka-Benci Sepatu” merupakan penggambaran ekspresi perasaan seorang Besti
atas kejadian yang pernah dialaminya. Mengenai kesukaannya terhadap sepatu
namun akibat kejadian memalukan yang menimpanya terjatuh di got yang
diakibatkan oleh sepatu tersebut membuatnya menjadi kesal terhadap sepatu yang
membuatnya jatuh tersebut. Maka dari itu dalam lukisannya terlihat sesosok
18 repository.unisba.ac.id
wanita yang marah dan seperti akan memakan sepatu tersebut. Sedangkan secara
kultur hasil penelitian tersebut menunjukan sebuah kritik sosial mengenai sebuah
hubungan (antara pria dan wanita). Serta mengenai kekerasan seperti kekerasan
terhadap wanita yang digambarkan oleh sebuah sepatu boot laki-laki yang sedang
menginjak sepatu wanita. Serta sebuah perlawanan, yang digambarkan
kebalikannya sepatu wanita yang sedang menginjak sepatu laki-laki. Dan setelah
menempuh perjalanan dalam penelitan mulai dari pemaknaan tatanan realitas dan
tatanan kultur, maka peneliti menampilkan tiga mitos yang terdapat pada lukisan
“Suka-Benci sepatu”, karya Besti Rahulasmoro sebagai berikut: (1) Objek
menjadi sebuah simbol yang menunjukan suatu hal. (2) Lukisan “suka-benci
sepatu” menjadi media dalam bentuk kritikan dan perubahan. (3) Seniman
menjadi kelompok kritis yang mengkritisi sebuah fenomena.
Rifany Hermansyah (2011) melakukan penelitian skripsi di Fakultas Ilmu
Komunikasi dengan judul “Makna Pesan Dalam Lirik Lagu ‘Siti Jenar Cypher
Drive’”. Lagu termasuk ke dalam karya seni yang bisa mewakili perasaan dan
pemikiran si pencipta. Musik juga sangat efektif dalam mengangkat propaganda
penokohan. Lazimnya tokoh yang menjadi metafor dalam lagu adalah tokoh
terkenal, pahlawan ataupun seseorang yang inspiratif. Berbeda dengan Homicide,
yang membuat metafor tentang Siti Jenar. Homicide lebih memilih mengangkat
Siti Jenar, tokoh yang hanya segelintir kalangan saja mengetahui sepak
terjangnya. Siti Jenar adalah sosok legenda yang tak ubahnya sama dengan
Sangkuriang atau sosok Semar, yang merupakan penggambaran kearifan dan
kebijaksanaan dalam bentuk prosa. Siti Jenar menjadi kontroversial karena tidak
19 repository.unisba.ac.id
meninggalkan tulisan yang mewakili dirinya, semua cerita tentang Siti Jenar
berasal dari sumber yang berbeda dan beragam penafsiran. Kitab Serat Siti Jenar
yang ditulis Raden Panji Natarata pada abad ke-19 adalah satu-satunya referensi
yang banyak diyakini masyarakat Jawa dalam menginterpretasikan Siti Jenar.
Homicide, band hip hop dari Bandung yang dipelopori oleh Ucok atau Heri
Sutresna membuat metafor semangat perlawanan Siti Jenar terhadap tirani dalam
lagu nya yang berjudul “Siti Jenar Chyper Drive”. Lagu tersebut berbicara tentang
konsep perlawanan lokal yang dilakukan Siti Jenar. Homicide berbicara terhadap
puritanisme yang memanfaatkan kekuasaan untuk mempengaruhi jemaah untuk
patut hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan kaum mereka. Homicide
mengkampanyekan perdamaian dunia dengan gerakan sipil non-profit, termasuk
didalamnya gerakan puritanisme. Alasan penelitian ini didasarkan atas
kemudahan sebuah pesan yang terdapat dalam lirik, menjadi komunikasi yang
efektif bagi para pendengar (komunikan). Hal ini dikarenakan pesan dalam bahasa
lirik yang termasuk kedalam komunikasi verbal ada hubungannya dengan struktur
verbal, jika diiringi dengan komposisi nada, maka lirik dalam sebuah lagu akan
dengan mudah didengarkan dan menjadi media yang paling efektif dalam
penyebaran ide/gagasan. Alasan lainnya yaitu, musik indie yang belum
terkontaminasi kepentingan-kepentingan indutri, tentunya masih memiliki ide atau
gagasan yang murni dalam mengkritik suatu pemahaman. Sehingga kita bisa
dengan mudah membuktikan keilmiahan makna lirik “Siti Jenar Chyper Drive”
dari grup musik Homicide. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Fungsi
referensial pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide
20 repository.unisba.ac.id
memberikan gambaran mengenai realitas yang melatar belakangi penciptaan lirik
tersebut adalah peristiwa masif-nya pembakaran buku kiri pada rezim Orde Baru.
Fungsi emotif pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide
merupakan pengungkap keadaan emotif pembicara yang
mencerminkan
kemarahan, kegelisahan, antipati, dan lain-lain Homicide terhadap penasbihan
kaum puritan yang menganggap pewaris kebenaran dan semena-mena
mengganggap manusia lain adalah hamba mereka yang harus tunduk terhadap
keyakinan mereka. Fungsi konatif dalam hal ini merupakan ajakan penulis untuk
menampilkan metafor lokal yang melakukan perlawanan terhadap kaum puritan.
Fungsi metalingual pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik
Homicide merupakan penerang terhadap kode-kode yang berkaitan dengan unsurunsur metafor khas Siti Jenar yang mengajarkan untuk tidak membuat batas
terhadap sesama, karena dengan bersikat egaliter, maka penyimak tanpa sengaja
melawan bentuk puritanisme. Fungsi fatis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher
Drive” dari grup musik Homicide merupakan pembuka kontak dengan pembaca.
Fungsi puitis pada lirik lagu “Siti Jenar Cypher Drive” dari grup musik Homicide
menggambarkan amanat yang merupakan seruan kepada para penyimak untuk
dapat mengamati puritanisme sebagai pemikiran, bukan sebagai institusi semata.
21 repository.unisba.ac.id
22 repository.unisba.ac.id
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, maka state of the arts dari
penelitian ini adalah simbol-simbol yang terdapat pada sebuah cover buku yang
menjadi media komunikasi visual antara penulis atau designernya kepada
pembaca. Lonergan (dalam Dillistone, 2002) menandaskan bahwa simbol sendiri
mendahului setiap penafsiran atau penjelasan. Dalam sebuah simbol penafsiran
atau penjelasan tersebut adalah sebuah pemaknaan. Berdasarkan penelitian
terdahulu, pemaknaan tidak hanya terjadi pada sebuah simbol atau gambar.
Namun pemaknaan bisa terjadi pada teks lainnya seperti pada media puisi atau
lirik lagu. Berbeda halnya dengan posisi penelitian ini, dimana objek yang akan
diteliti adalah sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar.
Pada tahun 2002 cover buku Supernova:Akar pada cetakan pertama ini
mendatangkan sebuah kontroversi dengan diprotesnya sebuah simbol yang
terdapat pada cover buku tersebut hingga cover buku tersebut mengalami
peremajaan sampai dua kali berturut-turut. Maka dari itu, perlulah kita mencari
tahu makna atau isi pesan dari simbol yang ada pada cover buku Supernova: Akar,
terutama bentuk dan makna pada pergeseran simbol-simbol tersebut.
2.2 Tinjauan Teoritis
Penelitian merupakan penyelidikan sistematis dari pengalaman yang
merujuk pada pemahaman, pengetahuan, dan teori. Orang terlibat dalam
penelitian ketika mereka mencoba untuk mengetahui sesuatu dengan cara yang
sistematis. Proses penelitian yang sistematis menggunakan tiga tahapan, yaitu
1.Menanyakan pertanyaan, 2.Pengamatan, dan 3.Menyusun jawaban. Sesuatu
23 repository.unisba.ac.id
dengan proses penelitian yang pertama yaitu menanyakan penelitian , bahwa
pertanyaan-pertanyaan
tentang
definisi
membutuhkan
pengertian
sebagai
jawabannya, mencoba untuk menjelaskan apa yang diamati atau disimpulkan.
Maka dari itu, pada subbab ini penulis mencoba menjelaskan beberapa definisi
atau tijauan teoritis tentang pengertian teori-teori yang mendukung terhadap
penelitian ini.
2.2.1 Tinjauan Komunikasi
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal
dari
kata
Latin
communis
yang
berarti
“sama,”
communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal
kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata–kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi–definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal–hal
tersebut,
seperti
dalam
kalimat
“Kita
berbagi
pikiran,”
“Kita
mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.” (Mulyana,
2010:46).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok
24 repository.unisba.ac.id
yaitu
komunikasi
adalah
suatu
proses
mengenai
pembentukan,
penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan. Komunikasi dikatakan
berhasil jika pesan yang disampaikan oleh seorang pengirim pesan
(komunikator) sampai kepada seorang penerima pesan (komunikan),
dalam artian lain makna dari pesan dalam proses komunikasi ini sudah
sama antara seorang komunikator dengan komunikannya.
Hal
tersebut
sesuai
dengan
pengertian
komunikasi
yang
diungkapkan oleh Tubbs dan Moss, bahwa komunikasi sebagai proses
penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2)
atau lebih. Sedangkan Gudykunst dan Kim dalam buku yang sama,
mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang
melibatkan pemberian makna antara orang-orang
(dari budaya yang
berbeda). (Mulyana, 2010:65)
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi
menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku
seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan
(Effendy, 2000 : 13). Hal ini menunjukan bahwa dalam kehidupan seharihari manusia tidak luput dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi
merupakan senjata utama bagi manusia sebagai makhluk sosial. Sesuai
dengan fungsi komunikasi yaitu, untuk memperngaruhi perilaku atau sikap
25 repository.unisba.ac.id
orang lain. Selain itu juga, komunikasi berfungsi untuk menunjukan ikatan
dengan orang lain atau membangun dan memelihara hubungan.
Berkomunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata, namun dengan
menggunakan sebuah gambar kita juga bisa berkomunikasi melalui
simbol-simbol atau tanda yang terlibat dalam gambar tersebut.
Komunikasi seperti ini merupakan suatu proses simbolik, salah satu
kebutuhan pokok manusia. Seperti yang dikatakan oleh Susanne K.
Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia
memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang
membedakan
manusia
dengan
makhluk
lainnya.
Ernst
Cassirer
mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. (Mulyana, 2010:92).
Biasanya komunikasi melalui sebuah gambar atau simbol sifatnya adalah
komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, atau yang sering kita
sebut adalah komunikasi nonverbal.
2.2.1.2 Pengertian Komunikasi Non Verbal
Sesuai dengan sifatnya, komunikasi dibedakan menjadi dua
macam, yaitu : 1.Komunikasi lisan (verbal) 2.Komunikasi isyarat
(nonverbal). Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan
sebagai berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words),
sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa katakata.
26 repository.unisba.ac.id
Menurut Agus M. Hardjana menyatakan bahwa: “Komunikasi non
verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal,
tanpa kata-kata”. (Hidayat, 2010). Pesan non verbal disini yaitu semua
isyarat yang bukan kata-kata. Sesuatu yang bisa terlihat tanpa bahasa dan
tanpa
kata-kata.
Komunikasi
nonverbal
berbeda
halnya
dengan
komunikasi verbal, jika komunikasi verbal lebih menggunakan bahasa
atau kata-kata, sedangkan nonverbal nyaris tidak menggunakan bahasa
atau kata-kata sedikitpun. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan
nonverbal. Seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni
sebagai:
1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yag memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dengan mengatakan,
“Saya tidak sungguh-sungguh.”
2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau
kesedihan.
3. Regulator.
Kontak
mata
berarti
saluran
percakapan
terbuka.
Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukkan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,
terkejut, atau senang. (Mulyana: 2005: 314)
27 repository.unisba.ac.id
Sedangkan menurut Atep Adya Barata (dalam Hidayat, 2010)
mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang
diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object
language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign
language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action
language). Seperti pengertian tersebut, beberapa studi mengenai
komunikasi nonverbal difokuskan pada interaksi langsung (face to face) di
mana bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di
mana komunikasi dijalankan, karakter fisik dari penyampai pesan dan
perilaku penyampai pesan selama berinteraksi. Namun, Pidato atau
pembicaraan pun juga mengandung unsur komunikasi nonverbal yang
dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara, emosi dan gaya
bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme, intonasi dan
tekanan. Teks tertulispun juga memiliki elemen nonverbal seperti gambar,
tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian emoticon.
(Bangsa, 2014).
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (dalam Mulyana,
2010: 343), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan nonverbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan
oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini
mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari
peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan
28 repository.unisba.ac.id
nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi
orang lain.
Komunikasi nonverbal secara umum dipahami sebagai proses
komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata
dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat
disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur,
ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa
dipakai sebagai sarana komunikasi nonverbal seperti pakaian, gaya rambut
dan hingga arsitektur, simbol dan infografis.
Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting.
Periset nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama komunikasi non
verbal (Ekman, 1965; Knapp, 1978) yaitu:
1.
Untuk Menekankan, Manusia menggunakan komunikasi
nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa
bagian dari pesan verbal, misalnya tersenyum untuk
menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau memukulkan
tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.
2.
Untuk Melengkapi (Complement), Manusia menggunakan
komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap
umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal, misalnya
tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggelenggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran
seseorang.
3.
Untuk Menunjukkan Kontradiksi, Manusia juga dapat secara
sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan gerakan
nonverbal. Sebagai contoh, menyilangkan jari atau
mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang dikatakan
adalah tidak benar.
4.
Untuk Mengatur, Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan
atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur pesan verbal.
29 repository.unisba.ac.id
Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan,
atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan keinginan
mengatakan sesuatu. Bisa juga mengangkat tangan atau
menyuarakan
jenak
(pause)
(misalnya,
dengan
menggumamkan “umm”) untuk memperhatikan bahwa anda
belum selesai bicara.
5.
Untuk Mengulangi, Melalui kode nonverbal dapat mengulangi
atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal. Misalnya,
menyertai pernyataan verbal “apa benar?” dengan mengangkat
alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau
tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi”.
6.
Untuk Menggantikan, Komunikasi nonverbal juga dapat
menggantikan pesan verbal, misalnya, mengatakan “oke”
dengan tangan tanpa berkata apa-apa. Menganggukkan kepala
untuk mengatakan “ya” atau menggelengkan kepala untuk
mengatakan “tidak”. (Khusnia, 2013)
Sedangkan Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh
macam yaitu:
1. Komunikasi visual, Komunikasi visual merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambanglambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambargambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta
bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian
pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata
saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam
pemrosesan informasi kepada para pendengar.
2. Komunikasi sentuhan, Ilmu yang mempelajari tentang
sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik.
Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus,
sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah
satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu
maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.
3. Komunikasi gerakan tubuh, Kinesik atau gerakan tubuh
merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan
tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang
diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat
mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus
30 repository.unisba.ac.id
4.
5.
6.
7.
mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti
setuju.
Komunikasi lingkungan, Lingkungan dapat memiliki pesan
tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh:
jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang
menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini
kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang
tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan
dan perasaan kepada lingkungan tersebut.
Komunikasi penciuman, Komunikasi penciuman merupakan
salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera
penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak
akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum
bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
Komunikasi penampilan, Seseorang yang memakai pakaian
yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik,
sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan
bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang
yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa
tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian
tidak rapih, kotor dan lain-lain).
Komunikasi citrasa, Komunikasi citrasa merupakan salah satu
bentuk
komunikasi,
dimana
penyampaian
suatu
pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau
minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu
makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lainlain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya.
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
citrasa
dari
makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau
makna.(Hidayat, 2010).
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut
terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau
diungkapkan karena spontan. Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa
31 repository.unisba.ac.id
tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan (action) atau objek (object).
Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya,
bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam
olahraga.
Begitupun dengan gambar atau komunikasi visual yang merupakan
salah satu tanda dari sifat komunikasi nonverbal. Komunikasi visual
termasuk salah satu bentuk penyampaian pesan nonverbal artifactual yang
memanfaatkan unsur-unsur rupa (contoh: bentuk, warna, komposisi,
lambang dan lain sebagainya). Bahkan bentuk komunikasi ini telah dikenal
jauh sebelum manusia mengenal aksara, seperti Hieroglyph di Mesir,
keping tanah liat dari Sumeria, lukisan di dinding gua Altamira Spanyol
dan gua Leang-Leang Sulawesi.
2.2.1.3 Komunikasi Suatu Proses Simbolik
Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi
juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Deddy
Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi suatu pengantar membuat
ramuan baru mengenai prinsip-prinsip komunikasi. Prinsip-prinsip
komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari
definisi atau hakikat komunikasi. Dalam sub bab ini, penulis mengambil
satu prinsip komunikasi dari Deddy Mulyana (2010) yang bisa mendukung
penelitian ini, yaitu komunikasi adalah proses simbolik. Sesuai dengan
judul penelitian ini yaitu pergeseran bentuk dan makna simbol pada cover
32 repository.unisba.ac.id
buku supernova, bahwa pada dasarnya objek dari penelitian ini adalah
sebuah simbol (lambang). Bentuk komunikasi yang terdapat pada cover
buku Supernova ini adalah sebuah simbol.
Seperti yang dikatakan Susanne K. Langer (dalam Mulyana, 2010:
92) Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolis atau
penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang
menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan
hewan lainnya. Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia
atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum.5
Mencoba mengenal sesuatu dan alam sekitarnya adalah salah satu
karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada Manusia. Lewat seluruh
panca inderanya, manusia mencoba memberi makna dari setiap derap,
langkah bahkan nafasnya sendiri. Dalam seluruh hidupnya, manusia selalu
mengejar makna-makna yang ada di sekitarnya, menginterpretasikan fakta,
mengurai ada apa di balik kata-kata atau peristiwa yang dialaminya.
Keunikan
manusia
dibanding
ciptaan
Tuhan
yang
lain
adalah
kemampuannya dalam merangkai kata dan berbahasa mengurai makna
melalui sebuah lambang.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok
5
makhluk atau ciptaan Tuhan yang mempergunakan simbol secara generik. 33 repository.unisba.ac.id
orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal,
dan objek yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92)
Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan
perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek
(baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan
dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk
simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses
komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang
digunakan dalam berkomunikasi.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda
dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun
ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda
fisik yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini
ditandai dengan kemiripan. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks
adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah
lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal yang dalam bahasa
sehari-hari disebut juga gejala. Indeks muncul berdasarkan hubungan
antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan
gelap adalah indeks hujan akan turun, sedangkan asap merupakan indeks
api. Namun bila asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk
berkumpul misalnya, seperti dalam kasus suku primitif, maka asap
menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama.
34 repository.unisba.ac.id
Menurut Mulyana (2010:93), Lambang juga mempunyai beberapa
sifat sebagai berikut; 1.Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau
sewenang-wenang. 2.Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna;
kitalah yang memberi makna pada lambang. 3.Lambang itu bervariasi.
2.2.2 Tinjauan Komunikasi Visual
2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Visual
Komunikasi visual (visual communication) adalah komunikasi
yang menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual yang
menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan komunikasi adalah segala
sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti,
makna, atau pesan. (Tinarbuko, 2008).
Komunikasi Visual, secara harfiah berarti proses transformasi ide
dan informasi dalam bentuk yang dapat dibaca dan ditanggapi (berupa
bentuk visual). Komunikasi visual, biasanya diasosiasikan dengan seni
rupa, simbol-simbol, fotografi, tipografi, lukisan, desain grafis, ilustrasi
dan lain-lain. Konsep komunikasi visual adalah memadukan unsur-unsur
desain grafis, seperti kreativitas, estetika, efisiensi, komunikatif dan lainlain, untuk menciptakan suatu media yang dapat menarik perhatian, juga
menciptakan media komunikasi yang efektif agar diapresiasi oleh
komunikan atau audiens. Perancangan komunikasi visual ini dapat
35 repository.unisba.ac.id
dipadukan dengan strategi komunikasi, psikologi dan sosial atau
antropologi budaya.
Sesuai dengan namanya komunikasi visual adalah komunikasi
melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian
proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain
dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera
penglihatan. Secara prinsipnya selama bentuk komunikasi itu terlihat.
Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar,
desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.
Dalam bidang ini komunikasi visual merupakan payung dari
berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada
berbagai media: percetakan, luar ruang (marka grafis, papan reklame),
televisi, film atau video, internet dan lain-lain, dua dimensi maupun tiga
dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based). Komunikasi
visual itu sendiri, sebenarnya, merupakan proses penyampaian pesan, yang
menggunakan daya tarik bentuk, komposisi, baik komposisi dalam hal
penggunaan warna, atau pun pemilihan tipe huruf, yang biasanya
disesuaikan dengan momen, atau situasi, atau pun konteks untuk siapa
pesan tersebut ditujukan.
Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan
manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata,
dewasa ini mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala
36 repository.unisba.ac.id
sektor kegiatan, lambang-lambang, atau simbol-simbol visual hadir dalam
bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display
produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.
Jika dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual
adalah sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda dan
sintaks yang khas, yang berbeda misalnya dari sistem semiotika
seni. Di dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi
komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari
sebuah pengirim pesan kepada penerima tanda berdasarkan aturan
atau kode-kode tertentu. fungsi komunikasi mengharuskan ada
relasi (satu atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan,
yang dimediasi oleh media tertentu. (Piliang, 2010: 339)
Pada penelitian ini komunikasi visual akan dianalisis dari sudut
pandang pendekatan semiotika. Khususnya semiotika Roland Barthes.
Simbol sebagai tanda komunikasi visual yang disampaikan dari pengirim
pesan (desainer) kepada peneriman tanda (pembaca) sesuai atau
berdasarkan aturannya. Sesuai dengan fungsi komunikasi visual, penelitian
ini akan menjadi mediasi antara pengirim dan penerima pesan melalui
sebuah simbol yang terdapat pada cover buku Supernova: Akar.
2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual
Secara umum fungsi komunikasi ialah informatif, edukatif,
persuasif, dan rekreatif (entertainment). Maksudnya secara singkat ialah
komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang
berguna bagi segala aspek kehidupan manusia, disamping itu komunikasi
juga berfungsi untuk mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam
menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Secara persuasif maksudnya
37 repository.unisba.ac.id
adalah bahwa komunikasi sanggup ‘membujuk’ orang untuk berperilaku
sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Sedangkan
yang terakhir adalah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat
yang memungkinkan, contohnya membaca bacaan ringan, mononton
televisi atau surfing internet. (Pawit, 2010:3) Seperti yang kita ketahui
untuk mencapai fungsi-fungsi komunikasi diatas diperlukan beberapa
bentuk media yang dapat berupa media visual, audio, dan audio-visual.
Masing-masing media tersebut memiliki ciri khas dan bentuknya
tersendiri. Maka dari itu, fungsi utama dari komuniikasi visual adalah
untuk mendukung fungsi komunikasi agar pesan yang ingin disampaikan
bisa sampai dengan jelas kepada komunikan.
Sementara itu menurut Bangsa (2014), ada beberapa fungsi dari
komunikasi visual, yaitu: 1.visual dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal
yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata, teks, naskah dan bisa juga
sebagai
pendukung
teks,
2.visual
sebagai
representasi,
3.visual
menggambarkan kenyataan yang sebenarnya (realitas), 4.visual dapat
menggambarkan kesan tertentu dan menimbulkan citra tertentu, 5.visual
sebagai daya tarik,
6.visual sebagai pemberi instruksional, 7.visual
sebagai daya tarik tertentu.
38 repository.unisba.ac.id
2.2.2.3 Elemen-Elemen Visual
Adapun unsur-unsur visual (illustrasi gambar) yang harus
diperhatikan dan perlu dipertimbangkan dalam gambar adalah bentuk,
garis, tekstur, warna, dan ruang. (Arsyad, 1997:105-111).
1. Bentuk, yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan
minat dan perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk sehingga
unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran
perlu dan harus diperhatikan.
2. Garis, merupakan perpanjangan dari titik yang memiliki ukuran
panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari
jenisnya garis dapat dibedakan menjadi: garis lurus, garis
lengkung, garis putus-putus dan garis spiral. Sedangkan fungsi
dari garis yaitu untuk menghubungkan unsur-unsur. Garis
adalah suatu tanda yang memanjang penghubung antara dua titik
atau efek yang ditimbulkan oleh tepi suatu objek, dimana
sesungguhnya tidak terdapat garis pada objek tersebut. Garis
bisa dan mampu menyatakan suatu bentuk dan mengandung dan
membangun suatu suasana dan karakter.
3. Tekstur, merupakan unsur visual yang dapat menimbulkan
kesan kasar atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk
penekanan suatu unsur seperti halnya warna. Tekstur adalah
kualitas dari suatu permukaan : lembut, kasar, licin, berbutir,
lunak, atau keras. tekstur merupakan nilai raba yang bersifat
nyata atau semu, baik kasar, halus, lunak, keras, kasar, atau
licin. Secara fisik kekasaran tekstur semu tidak nyata, karena
tidak bisa dirasakan dengan diraba seperti tekstur nyata. Tekstur
mempunyai nilai karakter yang berbeda-beda sesuai dengan nilai
rasa. Misalnya : wool dengan goni, batu dengan pasir, kulit
wanita dengan kulit pria, kulit bayi dengan kulit orang tua
tekstur kasar mempunyai karakter kuat dan kokoh, sedangkan
tekstur halus mempunyai karakter halus dan lemah lembut.
Tekstur mempunyai nilai artistic. Tekstur mempunyai nilai
kekuatan. Sedangkan jenis-jenis tekstur jika dilihat dari cara
beradaya tekstur digolongkan sebagai berikut : (1) Tekstur alam,
yaitu tekstur yang ada secara alami: – kulit kayu, mempunyai
tekstur dengan nilai artistik tinggi – loreng-loreng pada tubuh
zebra, dll. (2) Tekstur buatan, janis ini dibagi menjadi 2; yaitu :
– tekstur buatan manusia, ex. sutera, wool, goni, dll – tekstur
buatan hewan, ex. sarang lebah.
39 repository.unisba.ac.id
4. Warna, merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus
digunakan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang
baik, warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau
penekanan, atau untuk membangun keterpaduan.
5. Ruang, Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang.
Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis,
bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga
dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan
semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual
sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.
2.2.3 Tinjauan Tentang Simbol dan Makna
Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi,
manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang
diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia dalam keberadaannya
memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya.
Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki
keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super
sophisticated system of communication), sehingga dalam berkomunikasi
mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia mampu
menciptakan simbol - simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam
yang ada disekitarnya, berbeda dengan hewan yang hanya dapat
mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas.
Dalam “bahasa” komunikasi, simbol seringkali diistilahkan sebagai
lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk
menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang.
40 repository.unisba.ac.id
Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek
yang maknanya disepakati bersama. (Mulyana, 2010: 92). Simbol dapat
dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun
melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan
dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol
yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan
suatu persoalan yang cukup rumit.
Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani.
Symballo artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan
bersama-sama dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga
objek tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang
ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Simbol
adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda,
ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri,
namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan
nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa
saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan.
Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui
gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur
bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.6
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol 41 repository.unisba.ac.id
Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein”
yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan
dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti
tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.
Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi, yakni makna untuk benda
lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya dan metafora, yaitu
pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain
berdasarkan kias atau persamaan. Semua simbol melibatkan tiga unsur:
simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol
dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna
simbolik (Sobur, 2003).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, simbol atau
lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan
sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud
tertentu. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar
perwujudan bentuk simbolik itu sendiri.
Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran
dari sesuatu hal. Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih
kompleks dengan membuat seseorang berpikir tentang sesuatu yang
terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah sebuah instrument
pemikiran. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang sesuatu hal;
sebuah simbol ada untuk sesuatu.
42 repository.unisba.ac.id
Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan
menghubungkan sebuah konsep ide umum, pola, dan bentuk. Menurut
Langer, konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama diantara
pelaku komunikasi. Bersama makna yang disetujui adalah makna
denotatif, sebaliknya gambaran atau makna pribadi adalah makna
konotatif.
Langer juga memandang makna sebagai sebuah hubungan yang
kompleks diantara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan denotasi
(makna bersama) dan konotasi (makna pribadi). Walaupun denotasi
biasanya lebih mendetail, namun konotasi dapat memasukan banyak detail
menyangkut makna simbol bagi individu.
Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol digunakan dalam
berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis,
terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang
disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata
individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan
kerangka pengalaman. Menurut Mulyana (2010:93) lambang atau simbol
mempunyai beberapa sifat, yaitu :
(1) Lambang bersifat sembarang,
manasuka atau sewenang-wenang. (2) Lambang pada dasarnya tidak
mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang. (3)
Lambang itu bervariasi.
43 repository.unisba.ac.id
2.2.4 Teori Konstruktivisme
Menurut Miller (dalam Ardianto, 2007: 157), Teori Konstruktivis
atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi
yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan
sejawatnya. Yang dimaksud pada teori ini konstruktivisme adalah sebuah
teori yang memiliki pengaruh yang kuat pada bidang komunikasi. Teori
tersebut mengatakan bahwa individu menafsir dan bertindak menurut
kategori konseptual yang ada dalam pikiran. Realitas tidak menghadirkan
dirinya dalam bentuk kasar, tetapi harus disaring melalui cara seseorang
melihat seuatu.
Menurut
Robyn
Penmann,
kaitan
konstruktivisme
dalam
hubungannya dengan ilmu komunikasi, yaitu:
1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi
adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun
lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah
dilakukan. Jadi tindakan komunikatif dianggap sebagai
tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya.
2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan
sesuatu yang objektif sebagaimana diyakini positivisme,
melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial.
Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa
itulah konstruksi realita tercipta.
3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan
merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan
dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu.
4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan
suatu cara pandang yang ikut memengaruhi pada cara pandang
kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori
menciptakan dunia. Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang
ada” melainkan “Segala sesuatu yang menjadi lingkungan
44 repository.unisba.ac.id
hidup dan penghayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat
dikatakan sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan
diluar dirinya.
5. Pengetahuan bersifat sarat nilai. (Ardianto, 2007:158)
Teori
konstruktivisme
menyatakan
bahwa
individu
menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dan pikiran.
Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui
cara pandang orang terhadap realitas tersebut.
Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat
sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari
subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap
subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubunganhubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol
terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi
dipahami diatur dan dihidupkan oleh pertanyaan pertanyaan yang
bertujuan. Setiap pertanyaan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan
makna. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar
maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi.
Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi
merupakan hasil konstruksi sosial. Sesuai deng objek penelitian ini yaitu
sebuah simbol, bahwa simbol terbentuk dari hasil konstruksi sosial atau
budaya yang tercipta didalam sekelompok orang tertentu.
45 repository.unisba.ac.id
2.2.5 Semiotika
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tandatanda
tersebut
menyampaikan
suatu
informasi
sehingga
bersifat
komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain,
dapat dipikirkan, atau dibayangkan. (Tinarbuko, 2003)
Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion”
yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang
dapat mewakili sesuatu yang lain. Secara Terminologis, semiotik dapat
diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi
di seluruh dunia sebagai tanda.7
Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda.
Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha
memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya
sebagai tanda. Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi
sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama,
walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya
menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan
Peirce menggunakan kata semiotika dan mereka yang bergabung dengan
Saussure menggunakan kata semiologi.
7
http://ndahindah.wordpress.com/2012/05/17/semiotika-­‐makna-­‐dalam-­‐komunikasi/ 46 repository.unisba.ac.id
Semiotik atau penyelidikan simbol-simbol, membentuk tradisi
pemikiran yang penting dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri
atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan
benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi diluar tanda-tanda itu
sendiri. Penyelidikan tanda-tanda tidak hanya memberikan cara untuk
melihat komunikasi, melainkan memiliki pengaruh yang kuat pada hampir
semua perspektif yang sekarang diterapkan pada teori komunikasi.
Salah satu konsep dari tradisi semiotik adalah simbol, yang
biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk
arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat
antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memeliki referensi yang
jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak.
Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau
perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika
seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya.
Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang
memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki
latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila
hanya dipandang sebagai burung elang biasa. (Tinarbuko, 2003)
Dengan perhatian pada tanda dan simbol, semiotik menyatukan
kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa,
wacana, dan tindakan-tindakan nonverbal. Semiotik telah menjadi hal
47 repository.unisba.ac.id
penting yang membantu kita dalam memahami apa yang terjadi dalam
pesan dan bagaimana semua bagian itu disusun.
Tokoh
dalam
Semiotika
antara
lain
yaitu
C.S
Pierce
mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri
dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi)
yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam
teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan
pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.
Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat
berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat
sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau
isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan
kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit,
terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di
antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu
lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Merujuk teori Pierce, maka tandatanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam
semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang
mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang
memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.
48 repository.unisba.ac.id
Sementara itu, Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai
kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya
selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang
petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida
pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori
semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang
makna satu tanda.
Sedangkan Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure.
Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara
bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada
kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang
berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan
pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi
dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya.
Gagasan
Barthes
ini
dikenal
dengan
“order
of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap
mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
49 repository.unisba.ac.id
Download