konsensus

advertisement
PERKENI
PERKUMPULAN
ENDOKRINOLOGI
I N D O N E S I A
KONSENSUS
PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN
DIABETES MELITUS TIPE 2
DI INDONESIA
2015
KONSENSUS
PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN
DIABETES MELITUS TIPE 2
DI INDONESIA
2015
Penulis
Soebagijo Adi Soelistijo
Hermina Novida
Achmad Rudijanto
Pradana Soewondo
Ketut Suastika
Asman Manaf
Harsinen Sanusi
Dharma Lindarto
Alwi Shahab
Bowo Pramono
Yuanita Asri Langi
Dyah Purnamasari
Nanny Nathalia Soetedjo
Made Ratna Saraswati
Made Pande Dwipayana
Agus Yuwono
Laksmi Sasiarini
Sugiarto
Krishna W. Sucipto
Hendra Zufry
Penerbit
PB. PERKENI
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:
KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA 2015
Disusun oleh:
Achmad Rudijanto, Agus Yuwono, Alwi Shahab, Asman Manaf, Bowo Pramono, Dharma Lindarto,
Dyah Purnamasari, Harsinen Sanusi, Hendra Zufry, Hermina Novida, Ketut Suastika,
Krishna W. Sucipto, Laksmi Sasiarini, Made Pande Dwipayana, Made Ratna Saraswati,
Nanny Nathalia Soetedjo, Pradana Soewondo, Soebagijo Adi Soelistijo, Sugiarto, Yuanita Asri Langi
Penerbit: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI)
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara dan bentuk apapun juga tanpa seijin penulis dan penerbit
@ 2015 Program dilaksanakan tanpa ada ‘conflict of interests’ dan interfensi dari pihak manapun,
baik terhadap materi ilmiah maupun aktifitasnya
Cetakan Pertama: Juli 2015
ISBN: 978-979-19388-6-0
TIMPENYUSUNREVISIKONSENSUSPENGELOLAAN
DANPENCEGAHANDIABETESMELITUSTIPE2
DIINDONESIA2015
Ketua:
dr.SoebagijoAdiSoelistijo,SpPD-KEMD
Sekretaris:
dr.HerminaNovida,SpPD
AnggotaTim:
Prof.Dr.dr.AchmadRudijanto,SpPD-KEMD(PB)
Prof.Dr.dr.PradanaSoewondo,SpPD-KEMD(Jakarta)
Prof.Dr.dr.KetutSuastika,SpPD-KEMD(Bali)
Prof.Dr.dr.AsmanManaf,SpPD-KEMD(Padang)
Prof.Dr.dr.HarsinenSanusi,SpPD-KEMD(Makassar)
Dr.dr.DharmaLindarto,SpPD-KEMD(Medan)
dr.AlwiShahab,SpPD-KEMD(Palembang)
dr.BowoPramono,SpPD-KEMD(Jogjakarta)
Dr.dr.YuanitaAsriLangi,SpPD-KEMD(Manado)
dr.DyahPurnamasari,SpPD-KEMD(Jakarta)
dr.NannyNathaliaSoetedjo,SpPD-KEMD(Bandung)
dr.MadeRatnaSaraswati,SpPD-KEMD(Bali)
dr.MadePandeDwipayana,SpPD-KEMD(Bali)
Dr.dr.AgusYuwono,SpPD-KEMD(Banjarmasin)
dr.LaksmiSasiarini,SpPD-KEMD(Malang)
Dr.dr.Sugiarto,SpPD-KEMD(Solo)
dr.KrishnaW.Sucipto,SpPD-KEMD(Aceh)
dr.HendraZufry,SpPD-KEMD(Aceh)
iii
DaftarNamaPenandatangan
RevisiKonsensusPengelolaandanPencegahan
DiabetesMelitusTipe2DiIndonesia
Prof.DR.Dr.A.A.GBudhiarta,SpPD-KEMD
Dr.A.AGedeBudhitresna,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.AchmadRudijanto,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.AgungPranoto,SpPD-KEMD,M.Kes
Dr.AgusSambo,SpPD-KEMD
DR.Dr.AgusYuwono,SpPD-KEMD
Dr.AinalIkram,SpPD-KEMD
Dr.AlwiShahab,SpPD-KEMD
Dr.AndiMakbulAman,SpPD-KEMD
DR.Dr.AriSutjahjo,SpPD-KEMD
Dr.ArisWibudi,SpPD-KEMD,PhD
Prof.DR.Dr.AsdieH.A.H.,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.AskandarTjokroprawiro,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.AsmanManaf,SpPD-KEMD
Dr.AugustaY.L.Arifin,SpPD-KEMD
Dr.BastantaTarigan,SpPD-KEMD
Dr.Med.BennySantosa,SpPD-KEMD
Prof.DRDr.BoedisantosoRanakusuma,SpPD-KEMD
Dr.BowoPramono,SpPD-KEMD
DR.Dr.Budiman,SpPD-KEMD
Dr.DanteSaksonoHarbuwono,SpPD-KEMD,PhD
Prof.DR.Dr.Darmono,SpPD-KEMD
DR.Dr.DharmaLindarto,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.DjokoHardiman,SpPD-KEMD
Prof.Dr.DjokoWahonoSoetmadji,SpPD-KEMD
Dr.DyahPurnamasari,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.DwiSutanegara,SpPD-KEMD
Dr.EmYunir,SpPD-KEMD
Dr.EvaDecroli,SpPD-KEMD
DR.Dr.FatimahEliana,SpPD-KEMD
Dr.GatutSemiardji,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.HarsinenSanusi,SpPD-KEMD
Dr.HemiSinorita,SpPD-KEMD
Dr.HendraZufry,SpPD-KEMD
iv
Dr.HerryKongko,SpPD-KEMD
DR.Dr.HikmatPermana,SpPD-KEMD
Dr.HooYumilia,SpPD-KEMD
Dr.HusainiUmar,SpPD-KEMD
Dr.IdaAyuKshanti,SpPD-KEMD
Dr.IGNAdhiarta,SpPD-KEMD
Dr.IMadePandeDwipayana,SpPD-KEMD
DR.Dr.ImamSubekti,SpPD-KEMD
Dr.JazilKarimi,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.JohanS.Masjhur,SpPD-KEMD
Dr.JohannesPurwoto,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.JohnMFAdam,SpPD-KEMD
DR.Dr.K.HeriNugrohoH.S,SpPD-KEMD
Prof.Dr.Dr.KarelPandelaki,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.KetutSuastika,SpPD-KEMD
Dr.Khomimah,SpPD-KEMD
Dr.KhrisnaW.Sucipto,SpPD-KEMD
Dr.LaksmiSasiarini,SpPD-KEMD
Dr.LatiefChoibar,SpPD-KEMD
Dr.MadeRatnaSaraswati,SpPD-KEMD
DR.Dr.MardiSantoso,SpPD-KEMD
Dr.Mardianto,SpPD-KEMD
Dr.MaryantoroOemardi,SpPD-KEMD
Dr.M.RobikhulIkhsan,SpPD-KEMD,M.Kes
Dr.NanangSoebijanto,SpPD-KEMD
Dr.NannyNathaliaSoetedjo,SpPD-KEMD
Dr.NdaruMurtiPangesti,SpPD-KEMD
Dr.NurAisjah,SpPD-KEMD
Dr.OctoIndradjaja,SpPD-KEMD
Dr.OllyRenaldi,SpPD-KEMD
Dr.PandjiMuljono,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.PradanaSoewondo,SpPD-KEMD
Dr.PutuModaArsana,SpPD-KEMD
Dr.Rochsismandoko,SpPD-KEMD
Dr.RoyPanusunanSibarani,SpPD-KEMD
Dr.SantiSyafril,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.SarwonoWaspadji,SpPD-KEMD
Dr.SebastianusJobul,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.SidartawanSoegondo,SpPD-KEMD,
FACE
Prof.DR.Dr.SjafrilSjahbuddin,SpPD-KEMD
Prof.Dr.SlametSuyono,SpPD-KEMD
Dr.SoebagijoAdiSoelistijo,SpPD-KEMD
Dr.SoesilowatiSoerachmad,SpPD-KEMD
Dr.SonyWibisono,SpPD-KEMD
Prof.DR.Dr.SriHartiniKariadi,SpPD-KEMD
Dr.SriMurtiwi,SpPD-KEMD
DR.Dr.Sugiarto,SpPD-KEMD
Dr.SuharkoSoebardi,SpPD-KEMD
Dr.SupriyantoKaartodarsono,SpPD-KEMD
Dr.Surasmo,SpPD-KEMD
Dr.SusieSetyowati,SpPD-KEMD
Dr.TeddyErvano,SpPD-KEMD
DR.Dr.TjokordaGdeDalemPemayun,SpPD-
KEMD
Dr.TonySuhartono,SpPD-KEMD
Dr.TriJuliEdiTarigan,SpPD-KEMD
Dr.WismandariWisnu,SpPD-KEMD
Dr.WaluyoDwiCahyo,SpPD-KEMD
Dr.WiraGotera,SpPD-KEMD
DR.Dr.YuanitaLangi,SpPD-KEMD
Dr.YuliantoKusnadi,SpPD-KEMD
v
KataPengantar
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa dengan dapat diselesaikannya penyusunan buku
Konsensus Diabetes Tipe-2 ini. Saat ini prevalensi penyakit tidak
menularyangdidalamnyatermasukDibetesMellitus(DM)semakin
meningkat di indonesia. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru,
Indonesia telah memasuki epidemi DM tipe-2. Perubahan gaya
hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting
timbulnyamasalahini,danakanterusmeningkatpadatahun-tahun
mendatang.
Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penyandang
diabetesyangbelumterdiagnosisdiIndonesia.Selainituhanyadua
pertigasajadariyangterdiagnosisyangmenjalanipengobatan,baik
non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang menjalani
pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali
denganbaik.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat
dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal, namun demikian di
Indonesia sendiri target pencapaian kontrol glikemik masih belum
tercapai secara memuaskan, yang sebagian besar masih di atas
targetyangdiinginkansebesar7%.Olehkarenaitudiperlukansuatu
pedoman pengelolaan yang dapat menjadi acuan penatalaksanaan
diabetusmelitus.
Mengingat sebagian besar penyandang diabetes adalah
kelompok DM tipe-2, konsensus pengelolaan ini terutama disusun
untuk DM tipe-2, sedang untuk DM tipe 1 dan DM gestasional
dibicarakan pada buku panduan tersendiri. KONSENSUS
PENGELOLAANDANPENCEGAHANDIABETESMELITUSTIPE2diIndonesia
2015 yang disiapkan dan diterbitkan oleh PERKENI ini diharapkan
dapat memberikan informasi baru yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dalam
rangkapencapiantargetkontrolglikemikyangoptimal.
Dalam 4 tahun terakhir setelah diterbitkannya Konsensus
Diabetes Melitus Tipe-2 pada tahun 2011, banyak penelitian yang
vi
dilakukan terkait dengan usaha pencegahan dan pengelolaan, baik
untuk diabetes maupun komplikasinya. Dengan diketemukannya
obat-obat baru selama kurun waktu tersebut memberikan
kemungkinan pengendalian glukosa darah yang lebih baik. Namun
demikian dalam melakukan pemilihan regimen terapi harus selalu
memperhatikan faktor keamanan, efektifitas, ketersediaan obat,
hargadantoleransipenyandangDM.
Buku panduan ini berisikan Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe-2 yang merupakan revisi Konsensus
sebelumnya yang merupakan kesepakatan para pakar DM di
Indonesia. Penyusunan buku panduan sudah mulai dirintis oleh PB
Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) sejak pertemuan
tahun1993dijakarta.Revisibukukonsensus2015adalahrevisike5
kalinyasetelahrevisiterakhirtahun2011.
Konsensus ini disusun secara spesifik sesuai kebutuhan
kesehatan di bidang diabetes di Indonesia tanpa menginggalkan
kaidah-kaidah evidence-based. Penyusunan buku konsensus
dilakukan semata hanya untuk kepentingan penatalaksanaan DM
tipe-2diIndonesiadanbebasdarikepentingansiapapun.
Terima kasih kepada Tim penyusun yang diketuai oleh dr.
SoebagijoAdiSulistijo,SpPDKEMDdanjugasemuapihakyangtelah
membantupenyusunankonsensus.
Semoga buku ini menjadi acuan penatalaksanaan Diabetes
Melitus tipe-2 oleh para profesioanal kesehatan di seluruh
Indonesiadalampengelolaandiabetesmelitussecaramenyeluruh.
Prof.Dr.dr.AchmadRudijanto,SpPDKEMD
KetuaPBPERKENI
vii
DaftarSingkatan
A1C
ACE
ADA
Hemoglobin-glikosilat/HbA1C
AngiotensinConvertingEnzyme
AmericanDiabetesAssociation
ADI
AcceptedDailyIntake
ALT
AlanineAminotransferase
ARB
AngiotensinIIReceptorBlocker
BB
BeratBadan
BBI
BeratBadanIdeal
DE
DisfungsiEreksi
DIT
DHHS
DosisInsulinTotal
DepartmentofHealthandHumanServices
DM
DiabetesMelitus
DMG
DiabetesMelitusGestasional
DPP4-inh
DipeptidylPeptidaseIVinhibitor
EKG
Elektrokardiogram
GDP
GlukosaDarahPuasa
GDPP
GlukosaDarah2jamPostPrandial
GDPT
GDS GlukosaDarahPuasaTerganggu
GlukosaDarahSewaktu
GIP
Glucose-dependentInsulinotropicPolypeptide
GLP1
Glucagon-likePeptide-1
HCT
Hydrochlorthiazide
HDL
HighDensityLipoprotein
IDF
InternationalDiabetesFederation
IIEF
InternationalIndexofErectileFunction
IMA
IMT
InfarkMiokardAkut
IndeksMassaTubuh
ISK
KAD
LDL
InfeksiSaluranKemih
KetoAsidosisDiabetik
LowDensityLipoprotein
viii
LED
MUFA
LajuEndapDarah
MonoUnsaturatedFattyAcid
OAH
ObatAntiHipertensi
OHO
ObatHipoglikemikOral
PCOS
PolycysticOvarySyndrome
PERKENI
PerkumpulanEndokrinologiIndonesia
PERSADIA
PGDM
PersatuanDiabetesIndonesia
PemantauanGlukosaDarahMandiri
PJK
PenyakitJantungKoroner
PUFA
PolyUnsaturatedFattyAcid
TB
TinggiBadan
TD
TekananDarah
TGT
ToleransiGlukosaTerganggu
TTGO
TesToleransiGlukosaOral
WHO WorldHealthOrganization
ix
DaftarIsi
TimPenyusunRevisiKonsensusPengelolaandanPencegahan
DiabetesMelitusTipe2diIndonesia2015....................................
DaftarNamaPenandatanganRevisiKonsensusPengelolaandan
PencegahanDiabetesMelitusTipe2DiIndonesia........................
KataPengantar...............................................................................
DaftarSingkatan.............................................................................
DaftarIsi.........................................................................................
I
Pendahuluan..........................................................................
I.1
LatarBelakang............................................................
I.2
Permasalahan.............................................................
I.3
Tujuan.........................................................................
I.4
Sasaran.......................................................................
I.5
Metodologi.................................................................
II
Definisi,Patogenesis,Klasifikasi...........................................
II.1 Definisi........................................................................
II.2 PatogenesisDiabetesMelitustipe-2..........................
II.3 Klasifikasi....................................................................
III PengelolaanDiabetesMelitusTipe2....................................
III.1 Diagnosis...................................................................
III.2 PenatalaksanaanDiabetesMelitus...........................
III.3. KelainanKomorbid....................................................
III.4 PenyulitDiabetesMelitus..........................................
III.5 PencegahanDiabetesMelitusTipe2..........................
IV Masalah-MasalahKhusus......................................................
IV.1 DiabetesdenganInfeksi.............................................
IV.2. KakiDiabetes..............................................................
IV.3 DiabetesdenganNefropatiDiabetik..........................
IV.4 DiabetesdenganDisfungsiEreksi(DE)........................
IV.5 DiabetesdenganKehamilan.......................................
IV.6 DiabetesdenganIbadahPuasa...................................
IV.7 DiabetespadaPengelolaanPerioperatif....................
IV.8 DiabetesyangMenggunakanSteroid.........................
IV.9 DiabetesdenganPenyakitKritis.................................
V Penutup.................................................................................
VI DaftarPustaka.......................................................................
x
iii
iv
vi
viii
x
1
1
3
3
4
4
6
6
6
10
11
11
14
52
55
61
65
65
65
67
69
70
71
74
74
75
78
79
I.PENDAHULUAN
I.1LatarBelakang
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa
peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal.
Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes
mellitus (DM), meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa
keadaan yang lain. Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi
DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM
yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Pada buku
pedomanini,hiperglikemiayangdibahasadalahyangterkaitdengan
DM tipe-2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.
Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi
adanyakenaikanjumlahpenyandangDMdiIndonesia dari9,1 juta
padatahun2014menjadi14,1jutapadatahun2035.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun
2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20
tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan mengacu pada pola
pertambahanpenduduk,makadiperkirakanpadatahun2030nanti
akanada194jutapendudukyangberusiadiatas20tahun.
LaporanhasilRisetKesehatanDasar(Riskesdas)tahun2007
oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata
prevalensiDMdidaerahurbanuntukusiadiatas15tahunsebesar
5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%,
dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang
mencapai11,1%.Sedangkanprevalensitoleransiglukosaterganggu
(TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di
PropinsiPapuaBaratdenganreratasebesar10.2%
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|1
Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang
DM di Indonesia sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi
peningkatan jumlah penyandang DM di masa mendatang akan
menjadibebanyangsangatberatuntukdapatditanganisendirioleh
dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua tenaga
kesehatanyangada.
PenyakitDMsangatberpengaruhterhadapkualitassumber
daya manusia dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar. Oleh karenanya semua pihak, baik masyarakat
maupunpemerintah,seharusnyaikutsertasecaraaktifdalamusaha
penangglukosanganDM,khususnyadalamupayapencegahan.
Peran dokter umum sebagai ujung tombak di pelayanan
kesehatan primer menjadi sangat penting. Kasus DM sederhana
tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di
pelayanankesehatanprimer.PenyandangDMdengankadarglukosa
darah yang sulit dikendalikan atau yang berpotensi mengalami
penyulit DM perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter
spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam
konsultan endokrin metabolik dan diabetes di tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi di rumah sakit rujukan. Pasien dapat
dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer setelah
penanganandirumahsakitrujukanselesai.
DM merupakan penyakit menahun yang akan disandang
seumur hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta
dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan
keluarga juga mempunyai peran yang penting, sehingga perlu
mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai
perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan
DM. Pemahaman yang baik akan sangat membantu meningkatkan
keikutsertaan keluarga dalam upaya penatalaksanaan DM guna
mencapai hasil yang lebih baik. Keberadaan organisasi profesi
seperti PERKENI dan IDAI, serta perkumpulam pemerhati DM yang
lain seperti PERSADIA, PEDI, dan yang lain menjadi sangat
dibutuhkan. Organisasi profesi dapat meningkatkan kemampuan
tenaga profesi kesehatan dalam penatalaksanaan DM dan
perkumpulan yang lain dapat membantu meningkatkan
2|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
pengetahuan penyandang DM tentang penyakitnya dan
meningkatkan peran aktif mereka untuk ikut serta dalam
pengelolaandanpengendalianDM.
Saat ini diperlukan standar pelayanan untuk penanganan
hiperglikemia terutama bagi penyandang DM guna mendapatkan
hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna, serta dapat
menekan angka kejadian penyulit DM. Penyempurnaan dan revisi
standar pelayanan harus selalu dilakukan secara berkala dan
disesuaikan dengan kemajuan ilmu mutakhir yang berbasis bukti,
sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi
penyandangDM.
I.2Permasalahan
Jumlah penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai
240juta.MenurutdataRISKESDAS2007,prevalensinasionalDMdi
Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Berdasar data
IDF 2014, saat ini diperkiraan 9,1 juta orang penduduk didiagnosis
sebagai penyandang DM. Dengan angka tersebut Indonesia
menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat
dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7
diduniadengan7,6jutaorangpenyandangDM.
Masalah yang dihadapi Indonesia antara lain belum semua
penyandangDMmendapatkanakseskepusatpelayanankesehatan
secara memadai. Demikian juga ketersedian obat hipoglikemik oral
maupun injeksi pada layanan primer (Puskesmas) serta
keterbatasan sarana/prasarana di beberapa pusat pelayanan
kesehatan. Demikian juga kemampuan petugas kesehatan yang
belum optimal dalam penanganan kasus-kasus DM, baik dalam
aspekpreventif,promotif,kuratif,danrehabilitatif.
I.3Tujuan
Konsensus ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan
rekomendasiyangberbasisbuktitentangpengelolaanDMtipe-2.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|3
I.4Sasaran
Dokter yang memiliki kewenangan klinis sesuai dengan
tingkatkompetensinya.
I.5Metodologi
I.5.1 PenelusuranKepustakaan
Pedomaninimenggunakansumberpustakadariberbagai
jurnal, termasuk jurnal elektronik seperti MedScape,
PubMed, dll dengan menggunakan kata kunci penelusuran:
Diabetes Care, Treatment of Diabetes. Penyusunan buku
pedoman juga menggunakan konsensus dari ADA (American
Diabetes Association), IDF (International Diabetes
Federation), AACE (American Association of Clinical
Endocrinologist) dan NICE (National Institute for Health and
ClinicalExcellent)sebagairujukan.
I.5.2 Penilaian–TelaahKritisPustaka
Setiap bukti yang diperoleh telah dilakukan telaah kritis.
Pada kasus tertentu melibatkan berbagai disiplin ilmu yang
terkait, di antaranya spesialis anak, orthopedi, bedah
vaskular, rehabilitas medik, mata, urologi, kardiologi, ginjal,
farmasi, patologi klinik, radiologi, dan lain lain sehingga
dapatdilakukanpendekatanyangmultidisiplin
4|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
I.5.3 PeringkatBuktiuntukRekomendasiPraktikKlinis
Tabel2.Peringkatbuktiuntukrekomendasipraktikklinis
Peringkat
Bukti
A
B
C
E
Penjelasan
Bukti jelas yang didapatkan dari generalisasi percobaan klinis
terandomisasi yang cukup mendukung dan dilakukan dengan
baik,antaralain:
1. Bukti yang didapatkan dari percobaan multisenter yang
dilakukandenganbaik.
2. Bukti yang didapatkan dari meta-analisis yang
menggabungkanperingkatkualitaspadaanalisis.
Penarikan bukti noneksperimental, yaitu “All or None” dengan
aturan yang dikembangkan oleh pusat Evidence-Based Medicine
diUniversitasOxford.
Buktipendukungyangdidapatkandaripercobaanterandomisasi
yangcukupmendukungdandilakukandenganbaik,antaralain:
1. Buktiyangdidapatkandaripercobaanyangdilakukandengan
baikpadasatuataulebihinstitusi.
2. Bukti yang didapatkan dari meta-analisis yang
menggabungkanperingkatkualitaspadaanalisis.
Bukti pendukung yang didapatkan dari studi kohort yang
dilakukandenganbaik.
1. Bukti yang didapatkan dari studi kohort prospektif yang
dilakukandenganbaikatauregistri.
2. Bukti yang didapatkan dari meta-analisis yang dilakukan
denganbaikpadastudikohort.
Bukti pendukung yang didapatkan dari studi kasus kontrol yang
dilakukandenganbaik.
Bukti pendukung yang didapatkan dari kontrol yang buruk atau
studiyangtidakterkontrol.
1. Bukti yang didapatkan dari percobaan klinis terandomisasi
dengan satu atau lebih kesalahan major atau tiga atau lebih
kesalahanminorpadametodologiyangdapatmembuathasil
tidakberlaku.
2. Bukti yang didapatkan dari studi observasional dengan
potensial bias yang tinggi (seperti case series dengan
perbandinganhistoricalcontrols).
3. Buktiyangdidapatkandaricaseseriesataucasereports.
Bukti yang bertentangan dengan berat bukti yang mendukung
rekomendasi.
Konsensusahliataupengalamanklinis.
Indonesia sampai saat ini belum menetapkan derajat rekomendasi
berdasarkan bukti penelitian sendiri, oleh sebab itu, derajat
rekomendasiyangakandigunakanpadapedomaninimengacudari
ADA2015.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|5
II.Definisi,Patogenesis,Klasifikasi
II.1Definisi
DMmerupakansuatukelompokpenyakitmetabolikdengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin,kerjainsulinataukedua-duanya.
II.2PatogenesisDiabetesMelitusTipe2
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel
beta pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral
dari DM tipe-2 Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta
terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan
sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
incretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal
(peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin),
kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya
gangguantoleransiglukosapadaDMtipe-2.Delapanorganpenting
dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting
dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep
tentang:
1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan
patogenesis,bukanhanyauntukmenurunkanHbA1csaja
2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas
kinerja obat pada gangguan multipel dari patofisiologi DM
tipe2.
3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah
atau memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang
sudahterjadipadapenyandanggangguantoleransiglukosa.
6|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
DeFronzopadatahun2009menyampaikan,bahwatidakhanya
otot, liver dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam
patogenesis penderita DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang
berperanyangdisebutnyasebagaitheominousoctet(gambar-1)
Gambar-1. The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam
patogenesishiperglikemiapadaDMtipe2
(Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New
Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009;
58:773-795)
Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan
hal(omniousoctet)berikut:
1. Kegagalanselbetapancreas:
PadasaatdiagnosisDMtipe-2ditegakkan,fungsiselbetasudah
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur
ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4
inhibitor.
2. Liver:
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat
dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|7
keadaan basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production)
meningkat.Obatyangbekerjamelaluijaluriniadalahmetformin,
yangmenekanprosesgluconeogenesis.
3. Otot:
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin
yang multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi
tirosin sehingga timbul gangguan transport glukosa dalam sel
otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi
glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan
tiazolidindion.
4. Sellemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam
lemakbebas(FFA=FreeFattyAcid)dalamplasma.PenigkatanFFA
akan merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan
resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu
sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut
sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah
tiazolidindion.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal
sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1
(glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent
insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory
polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi
GLP-1danresistenterhadapGIP.Disampinghaltersebutincretin
segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya
bekerjadalambeberapamenit.Obatyangbekerjamenghambat
kinerjaDPP-4adalahkelompokDPP-4inhibitor.
Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan
karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang
memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah
8|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja
ensimalfa-glukosidaseadalahakarbosa.
6. SelAlphaPancreas:
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi
dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di
dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan
HGPdalamkeadaanbasalmeningkatsecarasignifikandibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon
ataumenghambatreseptorglukagonmeliputiGLP-1agonis,DPP4inhibitordanamylin.
7. Ginjal:
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram
glukosasehari.Sembilanpuluhpersendariglukosaterfiltrasiini
akandiserapkembalimelaluiperanSGLT-2(SodiumGlucosecoTransporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang
10%sisanyaakandiabsorbsimelaluiperanSGLT-1padatubulus
desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa
dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi
gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan
menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal
sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang
bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah
salahsatucontohobatnya.
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada
individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari
resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru
meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di
otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin
danbromokriptin.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|9
II.3Klasifikasi
KlasifikasiDMdapatdilihatpadatabel1.
Tabel1.KlasifikasietiologisDM
Tipe1
Tipe2
Tipelain
Diabetes
gestasional
Destruksiselbeta,umumnyamenjuruskedefisiensi
insulinabsolut
§ Autoimun
§ Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin
§ Defekgenetikfungsiselbeta
§ Defekgenetikkerjainsulin
§ Penyakiteksokrinpankreas
§ Endokrinopati
§ Karenaobatatauzatkimia
§ Infeksi
§ Sebabimunologiyangjarang
§ Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
DM
mellitus 10|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
III.PengelolaanDiabetesMelitusTipe2
III.1Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaanglukosasecaraenzimatikdenganbahanplasmadarah
vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
beratbadanyangtidakdapatdijelaskansebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsiereksipadapria,sertapruritusvulvapadawanita. Tabel3.KriteriaDiagnosisDM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
adaasupankaloriminimal8jam.(B)
Atau
Pemeriksaanglukosaplasma≥200mg/dl2-jamsetelahTesToleransiGlukosa
Oral(TTGO)denganbebanglukosa75gram.(B)
Atau
Pemeriksaanglukosaplasmasewaktu≥200mg/dldengankeluhanklasik.
Atau
PemeriksaanHbA1c≥6,5%denganmenggunakanmetodeyangterstandarisasi
olehNationalGlycohaemoglobinStandarizationProgram(NGSP).(B)
Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standard NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi
terhadaphasilpemeriksaanHbA1c.Padakondisitertentuseperti:anemia,
hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir, kondisikondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal
makaHbA1ctidakdapatdipakaisebagaialatdiagnosismaupunevaluasi.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|11
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal
ataukriteriaDMdigolongkankedalamkelompokprediabetesyang
meliputi:toleransiglukosaterganggu(TGT)danglukosadarahpuasa
terganggu(GDPT).
• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan
TTGOglukosaplasma2-jam<140mg/dl;
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa
plasmapuasa<100mg/dl
• Bersama-samadidapatkanGDPTdanTGT
• Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaanHbA1cyangmenunjukkanangka5,7-6,4%.
Tabel4.Kadarteslaboratoriumdarahuntukdiagnosisdaibetesdan
prediabetes.
HbA1c(%)
Glukosadarah
puasa(mg/dL)
Glukosaplasma2jam
setelahTTGO(mg/dL)
Diabetes
>6,5
>126mg/dL
>200mg/dL
Prediabetes
5,7-6,4
100-125
140-199
Normal
<5,7
<100
<140
Tabel5.CarapelaksanaanTTGO(WHO,1994):
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat
yangcukup)danmelakukankegiatanjasmanisepertikebiasaansehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minumairputihtanpaglukosatetapdiperbolehkan.
3. Dilakukanpemeriksaankadarglukosadarahpuasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anakanak),dilarutkandalamair250mLdandiminumdalamwaktu5menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jamsetelahminumlarutanglukosaselesai.
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa.
7. Selamaprosespemeriksaan,subjekyangdiperiksatetapistirahatdantidak
merokok.
12|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Pemeriksaan Penyaring dilakukan untuk menegakkan
diagnosis Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) dan prediabetes pada
kelompokrisikotinggiyangtidakmenunjukkangejalaklasikDM(B)
yaitu:
1. Kelompokdenganberatbadanlebih(IndeksMassaTubuh[IMT]
≥23 kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko
sebagaiberikut:
a. Aktivitasfisikyangkurang.
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM
dalamkeluarga).
c. Kelompokras/etnistertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan
BBL >4 kg atau mempunyai riwayat diabetes melitus
gestasional(DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi
untukhipertensi).
f. HDL<35mg/dLdanatautrigliserida>250mg/dL.
g. Wanitadengansindrompolikistikovarium.
h. Riwayatprediabetes.
i. Obesitasberat,akantosisnigrikans.
j. Riwayatpenyakitkardiovaskular.
2. Usia>45tahuntanpafaktorrisikodiatas.
Catatan:
Kelompokrisikotinggidenganhasilpemeriksaanglukosaplasma
normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun (E), kecuali pada
kelompokprediabetespemeriksaandiulangtiap1tahun(E).
Padakeadaanyangtidakmemungkinkandantidaktersedia
fasilitas pemeriksaan TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan
mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler, diperbolehkan
untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan
adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena
danglukosadarahkapilersepertipadatabel-6dibawahini.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|13
Tabel-6. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaringdandiagnosisDM(mg/dl)
Kadarglukosa
darahsewaktu
(mg/dl)
Kadarglukosa
darahpuasa
(mg/dl)
BukanDM
Plasmavena
Darahkapiler
<100
<90
Belum pasti DM
DM
100-199
≥200
90-199
≥200
Plasmavena
Darahkapiler
<100
<90
100-125
90-99
≥126
≥100
III.2PenatalaksanaanDiabetesMellitus
Tujuanpenatalaksanaansecaraumumadalahmeningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi:
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi
akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitaspenyulitmikroangiopatidanmakroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitasDM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalianglukosadarah,tekanandarah,beratbadan,danprofil
lipid,melaluipengelolaanpasiensecarakomprehensif.
III.2.1Langkah-langkahPenatalaksanaanUmum
Perludilakukanevaluasimedisyanglengkappadapertemuan
pertama,yangmeliputi:
1. RiwayatPenyakit
§
Usiadankarakteristiksaatonsetdiabetes.
§
Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan
riwayatperubahanberatbadan.
§
Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa
muda.
§
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya
secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan
14|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan
DMsecaramandiri.
§
Pengobatanyangsedangdijalani,termasukobatyang
digunakan, perencanaan makan dan program latihan
jasmani.
§
Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik,
hiperosmolarhiperglikemia,hipoglikemia).
§
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit,
gigi,dantraktusurogenital.
§
Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik
padaginjal,mata,jantungdanpembuluhdarah,kaki,
saluranpencernaan,dll.
§
Pengobatanlainyangmungkinberpengaruhterhadap
glukosadarah.
§
Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit
jantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakit
keluarga(termasukpenyakitDMdanendokrinlain).
§
RiwayatpenyakitdanpengobatandiluarDM.
§
Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan
statusekonomi.
2. PemeriksaanFisik
§
Pengukurantinggidanberatbadan.
§
Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran
tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari
kemungkinanadanyahipotensiortostatik.
§
Pemeriksaanfunduskopi.
§
Pemeriksaanronggamulutdankelenjartiroid.
§
Pemeriksaanjantung.
§
Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan
stetoskop.
§
Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi
kelainanvaskular,neuropati,danadanyadeformitas).
§
Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit
kering,danbekaslokasipenyuntikaninsulin).
§
Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
DMtipelain.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|15
3. EvaluasiLaboratorium
§
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2jam
setelahTTGO.
§
PemeriksaankadarHbA1c
4. PenapisanKomplikasi
Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap
penderita yang baru terdiagnosis DMT2 melalui
pemeriksaan:
§
Profillipidpadakeadaanpuasa:kolesteroltotal,High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein
(LDL),dantrigliserida.
§
Tesfungsihati
§
Tesfungsiginjal:Kreatininserumdanestimasi-GFR
§
Tesurinrutin
§
Albuminurinkuantitatif
§
Rasioalbumin-kreatininsewaktu.
§
Elektrokardiogram.
§
FotoRontgenthoraks(bilaadaindikasi:TBC,penyakit
jantungkongestif).
§
Pemeriksaankakisecarakomprehensif.
Penapisan komplikasi dilakukan di Pelayanan Kesehatan
Primer. Bila fasilitas belum tersedia, penderita dirujuk ke
PelayananKesehatanSekunderdan/atauTersier.
III.2.2Langkah-langkahPenatalaksanaanKhusus
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola
hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)
bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemiaoraldapatdiberikansebagaiterapitunggalatau
kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi
metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat
badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria,
harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau
Tersier.
16|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan
gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan
kepada pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri
tersebutdapatdilakukansetelahmendapatpelatihankhusus.
III.2.2.1 Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara holistik (B).
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat
awaldanmateriedukasitingkatlanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan
diPelayananKesehatanPrimeryangmeliputi:
o MateritentangperjalananpenyakitDM.
o Makna dan perlunya pengendalian dan
pemantauanDMsecaraberkelanjutan.
o PenyulitDMdanrisikonya.
o Intervensi
non-farmakologis
dan
farmakologissertatargetpengobatan.
o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas
fisik, dan obat antihiperglikemia oral atau
insulinsertaobat-obatanlain.
o Cara pemantauan glukosa darah dan
pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa
darahmandiritidaktersedia).
o Mengenal gejala dan penanganan awal
hipoglikemia.
o Pentingnyalatihanjasmaniyangteratur.
o Pentingnyaperawatankaki.
o Cara mempergunakan fasilitas perawatan
kesehatan(B).
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|17
b. Materiedukasipadatingkatlanjutdilaksanakan
diPelayananKesehatanSekunderdan/atau
Tersier,yangmeliputi:
o MengenaldanmencegahpenyulitakutDM.
o Pengetahuan mengenai penyulit menahun
DM.
o Penatalaksanaan DM selama menderita
penyakitlain.
o Rencana untuk kegiatan khusus (contoh:
olahragaprestasi).
o Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:
hamil,puasa,hari-harisakit).
o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini
danteknologimutakhirtentangDM.
o Pemeliharaan/perawatan
kaki. Elemen
perawatankakidapatdilihatpadatabel-7.
Tabel7.Elemenedukasiperawatankaki
Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan ulkus
maupunneuropatiperiferatauperipheralarterialdisease(PAD)
1.
2.
Tidakbolehberjalantanpaalaskaki,termasukdipasirdandiair.
Periksakakisetiaphari,dandilaporkanpadadokterapabilakulitterkelupas,
kemerahan,atauluka.
3. Periksaalaskakidaribendaasingsebelummemakainya.
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan
krimpelembabpadakulitkakiyangkering.
5. Potongkukusecarateratur.
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada
ujung-ujungjarikaki.
8. Kalauadakalusataumataikan,tipiskansecarateratur.
9. Jikasudahadakelainanbentukkaki,gunakanalaskakiyangdibuatkhusus.
10. Sepatutidakbolehterlalusempitataulonggar,jangangunakanhaktinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkankaki.
18|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus
adalahmemenuhianjuran:
§ Mengikutipolamakansehat.
§ Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang
teratur
§ Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan
khusussecaraamandanteratur.
§ Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
dan memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai
keberhasilanpengobatan.
§ Melakukanperawatankakisecaraberkala.
§ Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi
keadaansakitakutdengantepat.
§ Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang
sederhana, dan mau bergabung dengan kelompok
penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk
mengertipengelolaanpenyandangDM.
§ Mampumemanfaatkanfasilitaspelayanankesehatanyang
ada.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM
adalah:
§ Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta
hindariterjadinyakecemasan.
§ Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan
hal-hal yang sederhana dan dengan cara yang mudah
dimengerti.
§ Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan
melakukansimulasi.
§ Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka,
perhatikan keinginan pasien. Berikan penjelasan secara
sederhanadanlengkaptentangprogrampengobatanyang
diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan
laboratorium.
§ Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan
pengobatandapatditerima.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|19
§ Memberikanmotivasidenganmemberikanpenghargaan.
§ Melibatkankeluarga/pendampingdalamprosesedukasi.
§ Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat
pendidikanpasiendankeluarganya.
§ Gunakanalatbantuaudiovisual.
III.2.2.2 TerapiNutrisiMedis(TNM)
TNM
merupakan
bagian
penting
dari
penatalaksanaan DMT2 secara komprehensif(A).
Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,
petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM
sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan
setiappenyandangDM(A).
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM
hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Penyandang DM perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulinatauterapiinsulinitusendiri.
A. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri
dari:
§ Karbohidrat
o
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar
45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidratyangberserattinggi.
o
Pembatasan
karbohidrat
total
<130g/haritidakdianjurkan.
20|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
o
o
o
o
§
Glukosa dalam bumbu diperbolehkan
sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga
yanglain.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total
asupanenergi.
Pemanis alternatif dapat digunakan
sebagai pengganti glukosa, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian
(AcceptedDailyIntake/ADI).
Dianjurkan makan tiga kali sehari dan
bila perlu dapat diberikan makanan
selingansepertibuahataumakananlain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 2025% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total
asupanenergi.
o
Komposisiyangdianjurkan:
◊
lemak jenuh < 7 % kebutuhan
kalori.4
◊
lemaktidakjenuhganda<10%.
◊
selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
o
Bahan makanan yang perlu dibatasi
adalahyangbanyakmengandunglemak
jenuh dan lemak trans antara lain:
dagingberlemakdansusufullcream.
o
Konsumsi
kolesterol
dianjurkan
<200mg/hari.
o
§
Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20%
totalasupanenergi.
o
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|21
o
o
§
Sumber protein yang baik adalah ikan,
udang,cumi,dagingtanpalemak,ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan,tahudantempe.
Pada pasien dengan nefropati diabetik
perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10%
dari kebutuhan energi, dengan 65%
diantaranya bernilai biologik tinggi.
Kecuali pada penderita DM yang sudah
menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi1-1,2g/kgBBperhari.
Natrium
Anjuran asupan natrium untuk
penyandang DM sama dengan orang
sehatyaitu<2300mgperhari(B).
o
Penyandang DM yang juga menderita
hipertensiperludilakukanpengurangan
natriumsecaraindividual(B).
o
Sumber natrium antara lain adalah
garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan
natriumnitrit.
o
§
Serat
Penyandang
DM
dianjurkan
mengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah dan sayuran serta
sumberkarbohidratyangtinggiserat.
o
Anjuran konsumsi serat adalah 20-35
gram/hari yang berasal dari berbagai
sumberbahanmakanan.
o
§
PemanisAlternatif
Pemanis alternatif aman digunakan
sepanjang tidak melebihi batas aman
(AcceptedDailyIntake/ADI).
o
22|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
o
o
o
o
o
Pemanis alternatif dikelompokkan
menjadipemanisberkaloridanpemanis
takberkalori.
Pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian
dari kebutuhan kalori, seperti glukosa
alkoholdanfruktosa.
Glukosa alkohol antara lainisomalt,
lactitol,
maltitol,
mannitol,
sorbitoldanxylitol.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan
pada penyandang DM karena dapat
meningkatkan kadar LDL, namun tidak
ada alasan menghindari makanan
seperti buah dan sayuran yang
mengandungfruktosaalami.
Pemanis tak berkalori termasuk:
aspartam,
sakarin,
acesulfame
potassium,sukralose,neotame.
B. KebutuhanKalori
Adabeberapa cara untuk menentukan jumlah
kaloriyangdibutuhkanpenyandangDM,antara
laindenganmemperhitungkankebutuhankalori
basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal.
Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan,danlain-lain.Beberapacaraperhitungan
beratbadanidealadalahsebagaiberikut:
§ Perhitungan berat badan ideal (BBI)
menggunakanrumusBrocayangdimodifikasi:
o Beratbadanideal=
90%x(TBdalamcm-100)x1kg.
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah
160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumusdimodifikasimenjadi:
Beratbadanideal(BBI)=
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|23
(TBdalamcm-100)x1kg.
BBNormal:BBideal±10%
Kurus:kurangdariBBI-10%
Gemuk:lebihdariBBI+10%
§ Perhitungan berat badan ideal menurut
IndeksMassaTubuh(IMT).
Indeksmassatubuh dapat dihitung dengan
rumus:
IMT=BB(kg)/TB(m2)
KlasifikasiIMT*
o BBKurang<18,5
o BBNormal18,5-22,9
o BBLebih≥23,0
◊
Denganrisiko23,0-24,9
◊
ObesI25,0-29,9
◊
ObesII≥30
*) WHO WPR/IASO/IOTF dalamThe Asia-Pacific
Perspective:RedefiningObesityanditsTreatment.
Faktor-faktoryangmenentukankebutuhan
kaloriantaralain:
§
JenisKelamin
Kebutuhan
kalori
basal
perhari
untukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkanuntukpriasebesar30kal/kgBB.
§
Umur
o
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan
kaloridikurangi5%untuksetiapdekade
antara40dan59tahun.
o
Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun,
dikurangi10%.
o
Pasien usia diatas usia 70 tahun,
dikurangi20%.
§
AktivitasFisikatauPekerjaan
o
Kebutuhankaloridapatditambahsesuai
denganintensitasaktivitasfisik.
24|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
o
o
o
o
o
Penambahan sejumlah 10% dari
kebutuhan basal diberikan pada
keadaanistirahat.
Penambahansejumlah20%padapasien
dengan aktivitas ringan: pegawai
kantor,guru,iburumahtangga.
Penambahan sejumlah 30% pada
aktivitas sedang: pegawai industri
ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidakperang.
Penambahan sejumlah 40% pada
aktivitas berat: petani, buruh, atlet,
militerdalamkeadaanlatihan.
Penambahan sejumlah 50% pada
aktivitas sangat berat: tukang becak,
tukanggali.
§
StresMetabolik
o
Penambahan 10-30% tergantung dari
beratnya stress metabolik (sepsis,
operasi,trauma).
§
BeratBadan
o
Penyandang DM yang gemuk,
kebutuhan kalori dikurangi sekitar 2030% tergantung kepada tingkat
kegemukan.
o
Penyandang DM kurus, kebutuhan
kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai
dengankebutuhanuntukmeningkatkan
BB.
o
Jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kal perhari untuk
wanitadan1200-1600kalperhariuntuk
pria.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|25
Secaraumum,makanansiapsajidenganjumlah
kaloriyangterhitungdankomposisitersebutdi
atas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan
pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta
2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di
antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu
perubahan jadwal, jumlah dan jenis makanan
dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk
penyandang DM yang mengidap penyakit lain,
pola pengaturan makan disesuaikan dengan
penyakitpenyerta.
III.2.2.3Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai
adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan
latihan jasmani dilakukan secara secara teratur
sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda
antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
(A). Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila
kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsikarbohidratterlebihdahuludanbila
>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yangbersifataerobikdenganintensitassedang(5070% denyut jantung maksimal)(A) seperti: jalan
cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
26|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangiangka220denganusiapasien.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi
(contoh: osteoartritis, hipertensi yang tidak
terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga
melakukan resistance training (latihan beban) 2-3
kali/perminggu (A) sesuai dengan petunjuk dokter.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas
latihan jasmani pada penyandang DM yang relatif
sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada
penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas
latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan
masing-masingindividu.
III.2.2.4 TerapiFarmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturanmakandanlatihanjasmani(gayahidup
sehat).Terapifarmakologisterdiridariobatoraldan
bentuksuntikan.
1. ObatAntihiperglikemiaOral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemiaoraldibagimenjadi5golongan:
a. Pemacu
Sekresi
Insulin
(Insulin
Secretagogue)
§
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek
utamameningkatkansekresiinsulinoleh
sel beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan
berat badan. Hati-hati menggunakan
sulfonilurea pada pasien dengan risiko
tinggihipoglikemia(orangtua,gangguan
faalhati,danginjal).
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|27
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara
kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan
sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi
secaracepatmelaluihati.Obatinidapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.
Efek samping yang mungkin terjadi
adalahhipoglikemia.
§
b. PeningkatSensitivitasterhadapInsulin
§
Metformin
Metformin mempunyai efek utama
mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki
ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama
padasebagianbesarkasusDMT2.Dosis
Metformin diturunkan pada pasien
dengangangguanfungsiginjal(GFR3060ml/menit/1,73m2).Metformintidak
boleh diberikan pada beberapa
keadaansperti:GFR<30mL/menit/1,73
m2, adanya gangguan hati berat, serta
pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia(misalnyapenyakitserebrovaskular, sepsis, renjatan, PPOK,gagal
jantung [NYHA FC III-IV]). Efek samping
yangmungkinberupagangguansaluran
pencernaan seperti halnya gejala
dispepsia.
28|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§
Tiazolidindion(TZD).
Tiazolidindion merupakan agonis dari
Peroxisome Proliferator Activated
ReceptorGamma(PPAR-gamma),suatu
reseptor inti yang terdapat antara lain
di sel otot, lemak, dan hati. Golongan
ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga
meningkatkan
ambilan
glukosa
di
jaringan
perifer.
Tiazolidindion meningkatkan retensi
cairan
tubuh
sehingga
dikontraindikasikan
pada
pasien
dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV)
karena
dapat
memperberat
edema/retensi cairan. Hati-hati pada
gangguan faal hati, dan bila diberikan
perlu pemantauan faal hati secara
berkala. Obat yang masuk dalam
golonganiniadalahPioglitazone.
c. PenghambatAbsorpsiGlukosadisaluran
pencernaan:
PenghambatAlfaGlukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat
absorbsi glukosa dalam usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan
kadar glukosa darah sesudah makan.
Penghambat glukosidase alfa tidak
digunakan
pada
keadaan:
GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati
yang berat, irritable bowel syndrome. Efek
samping yang mungkin terjadi berupa
bloating (penumpukan gas dalam usus)
sehingga sering menimbulkan flatus. Guna
mengurangi efek samping pada awalnya
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|29
diberikan dengan dosis kecil. Contoh obat
golonganiniadalahAcarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl PeptidaseIV)
Obat golongan penghambat DPP-IV
menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga
GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam
konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif.
Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon
bergantung kadar glukosa darah (glucose
dependent). Contoh obat golongan ini
adalahSitagliptindanLinagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter2)
Obat golongan penghambat SGLT-2
merupakanobatantidiabetesoraljenisbaru
yang menghambat penyerapan kembali
glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara
menghambat kinerja transporter glukosa
SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini
antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin. Dapagliflozin
baru saja mendapat approvable letter dari
BadanPOMRIpadabulanMei2015.
30|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Tabel8.ProfilobatantihiperglikemiaoralyangtersediadiIndonesia
Golongan
Obat
Sulfonilurea
Glinid
Metformin
Penghambat
AlfaGlukosidase
Tiazolidindion
Penghambat
DPP-IV
Penghambat
SGLT-2
CaraKerjaUtama
Meningkatkansekresi
insulin
Meningkatkansekresi
insulin
Menekanproduksi
glukosahati&
menambah
sensitifitasterhadap
insulin
Menghambatabsorpsi
glukosa
Menambah
sensitifitasterhadap
insulin
Meningkatkansekresi
insulin,menghambat
sekresiglukagon
Menghambat
penyerapankembali
glukosaditubulidistal
ginjal
EfekSamping
Utama
BBnaik
hipoglikemia
BBnaik
hipoglikemia
1,0-2,0%
Dispepsia,
diare,asidosis
laktat
1,0-2,0%
Flatulen,tinja
lembek
0,5-0,8%
Edema
0,5-1,4%
Sebah,
muntah
0,5-0,8%
Dehidrasi,
infeksisaluran
kemih
0,8-1,0%
PenurunanHbA1c
0,5-1,5%
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|31
Tabel9.Obatantihiperglikemiaoral
Golongan
Generik
Glibenclamide
Glipizide
Gliclazide
Sulphonylrea
Gliquidone
Glimepiride
Glinide
Repaglinide
Nateglinide
Thiazolidinedi
one
Pioglitazone
Penghambat
AlfaGlukosidase
Acarbose
Biguanide
Metformin
Nama
Dagang
Condiabet
Glidanil
Harmida
Renabetic
Daonil
Gluconic
Padonil
Glucotrol-XL
Diamicron
MR
Diamicron
Glucored
Linodiab
Pedab
Glikamel
Glukolos
Meltika
Glicab
Glurenorm
Actaryl
Amaryl
Diaglime
Gluvas
Metrix
Pimaryl
Simryl
Versibet
Amadiab
Anpiride
Glimetic
Mapryl
Paride
Relide
Velacom2
/Velacom3
Dexanorm
Starlix
Actos
Gliabetes
Prabetic
Deculin
Pionix
Acrios
Glubose
Eclid
Glucobay
Adecco
Efomet
Formell
Gludepatic
Gradiab
Metphar
Zendiab
mg/tab
5
5
2,5-5
5
5
5
5
5-10
Fre
k/
ha
ri
Dosis
Harian
(mg)
Lama
Kerja
(jam)
2,5-20
12-24 1-2
Waktu
5-20
12-16 1
30-60
30-120
24
80
40-320
10-20 1-2
30
1-2-3-4
1-2-3-4
1-2-3-4
1-2-3-4
1-2-3-4
2-3
2-3
1-2-3
1-2-3-4
1-2-3-4
2
1-2
1-2
2-4
15-120
6-8
1-3
1-8
24
1
0,5-1-2
60-120
15-30
30
15-30
15-30
15-30
1-16
180-360
4
4
2-4
3
15-45
24
1
50-100
100-300
3
Bersama
suapan
pertama
500
500-850
500-850
500
500-850
500
500
500-3000
6-8
1-3
Bersama
/sesudah
makan
1
Sebelum
makan
2-3
Tidak
bergantung
jadwal
makan
32|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Diafac
Forbetes
Glucophage
Vildagliptin
Glucotika
Glufor
Glunor
Heskopaq
Nevox
Glumin
Glucophage
XR
GluminXR
GlunorXR
NevoxXR
Galvus
Sitagliptin
Januvia
Saxagliptin
Linagliptin
Onglyza
Trajenta
Dapagliflozin
Forxigra
5-10
Glucovance
1,25/250
2,5/500
5/500
12-24 1-2
AmarylM
1/250
2/500
Pionix-M
15/500
15/850
MetforminXR
Penghambat
DPP-IV
Penghambat
SGLT-2
Glibenclamide
+Metformin
Glimepiride+
Metformin
Pioglitazone+
Metformin
Obat
kombinasi
tetap
500
500-850
500-8501000
500-850
500-850
500-850
500-850
500
500
500-750
500-2000
24
1-2
50
25-50100
50-100
12-24 1-2
5
5
5-10
500
25-100
24
1
24
1
Tidak
bergantung
jadwal
makan
Tidak
bergantung
jadwal
makan
1-2
18-24 1-2
Mengatur
dosis
maksimum
masingmasing
komponen
Actosmet
15/850
1-2
Sitagliptin+
Metformin
Janumet
50/500
50/850
50/1000
2
Vildagliptin+
Metformin
Galvusmet
50/500
50/850
50/1000
Saxagliptin +
Metformin
Kombiglyze
XR
5/500
1
Linagliptin +
Metformin
Trajenta
Duo
2,5/500
2,5/850
2,5/1000
2
Bersama
/sesudah
makan
12-24 2
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|33
2.
ObatAntihiperglikemiaSuntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu
insulin,agonisGLP-1dankombinasiinsulindan
agonisGLP-1.
a.Insulin
Insulindiperlukanpadakeadaan:
§ HbA1c > 9% dengan kondisi
dekompensasimetabolik
§ Penurunanberatbadanyangcepat
§ Hiperglikemiaberatyangdisertaiketosis
§ KrisisHiperglikemia
§ Gagal dengan kombinasi OHO dosis
optimal
§ Stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar,infarkmiokardakut,stroke)
§ Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus
gestasionalyangtidakterkendalidengan
perencanaanmakan
§ Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
§ Kontraindikasi dan atau alergi terhadap
OHO
§ Kondisi perioperatif sesuai dengan
indikasi
JenisdanLamaKerjaInsulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi
menjadi5jenis,yakni:
§ Insulinkerjacepat(Rapid-actinginsulin)
§ Insulinkerjapendek(Short-actinginsulin)
§ Insulin kerja menengah (Intermediateactinginsulin)
§ Insulinkerjapanjang(Long-actinginsulin)
§ Insulin kerja ultra panjang (Ultra longactinginsulin)
34|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§
Insulin campuran tetap, kerja pendek
dengan menengah dan kerja cepat
denganmenengah(Premixedinsulin)
Jenis dan lama kerja masing-masing insulin
dapatdilihatpadatabel10.
Efeksampingterapiinsulin
§ Efeksampingutamaterapiinsulinadalah
terjadinyahipoglikemia
§ Penatalaksanaan hipoglikemia dapat
dilihatdalambagiankomplikasiakutDM
§ Efek samping yang lain berupa reaksi
alergiterhadapinsulin
Tabel10.FarmakokinetikInsulinEksogenBerdasarkanWaktuKerja
(TimeCourseofAction)
JenisInsulin
Awitan
(onset)
Puncak
Efek
Lama
Kerja
Kemasan
InsulinanalogKerjaCepat(Rapid-Acting)
InsulinLispro
(Humalog®)
InsulinAspart
(Novorapid®)
InsulinGlulisin
(Apidra®)
5-15
menit
1-2jam
4-6jam
Pen/cartridge
Pen,vial
Pen
Insulinmanusiakerjapendek=InsulinReguler(Short-Acting)
Humulin®R
Actrapid®
30-60
menit
2-4jam
6-8jam
Vial,pen/
cartridge
Insulinmanusiakerjamenengah=NPH(Intermediate-Acting)
HumulinN®
Insulatard®
InsumanBasal®
1,5–4jam
4-10jam
8-12jam
Vial,pen/
cartridge
12-24
jam
Pen
Insulinanalogkerjapanjang(Long-Acting)
InsulinGlargine
(Lantus®)
InsulinDetemir
(Levemir®)
Lantus300
1–3jam
Hampirtanpa
puncak
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|35
Insulinanalogkerjaultrapanjang(UltraLong-Acting)
Degludec
30-60
Hampirtanpa Sampai
(Tresiba®)*
menit
puncak
48jam
Insulinmanusiacampuran(HumanPremixed)
70/30Humulin®
(70%NPH,30%
reguler)
70/30Mixtard®
(70%NPH,30%
reguler)
30-60
menit
3–12jam
Insulinanalogcampuran(HumanPremixed)
75/25
Humalogmix®
(75%protamin
lispro,25%
lispro)
70/30Novomix®
(70%protamine
aspart,30%
aspart)
50/50Premix
12-30
menit
1-4jam
NPH:neutral protamine Hagedorn; NPL:neutral protamine lispro.
NamaobatdisesuaikandenganyangtersediadiIndonesia.
*BelumtersediadiIndonesia
Dasarpemikiranterapiinsulin:
§ Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi
basal dan sekresi prandial. Terapi insulin
diupayakanmampumenyerupaipolasekresi
insulinyangfisiologis
§ Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi
insulinbasal,insulinprandialataukeduanya.
Defisiensi insulin basal menyebabkan
timbulnya hiperglikemia pada keadaan
puasa, sedangkan defisiensi insulin prandial
akan menimbulkan hiperglikemia setelah
makan
36|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§ Terapi insulin untuk substitusi ditujukan
untukmelakukankoreksiterhadapdefisiensi
yangterjadi.
§ Sasaranpertamaterapihiperglikemiaadalah
mengendalikan glukosa darah basal (puasa,
sebelum makan). Hal ini dapat dicapai
dengan terapi oral maupun insulin. Insulin
yang dipergunakan untuk mencapai sasaran
glukosa darah basal adalah insulin basal
(insulinkerjasedangataupanjang)
§ Penyesuaiandosisinsulinbasaluntukpasien
rawat jalan dapat dilakukan dengan
menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila
sasaranterapibelumtercapai.
§ Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa)
telah tercapai, sedangkan HbA1c belum
mencapai
target,
maka
dilakukan
pengendalian glukosa darah prandial (mealrelated). Insulin yang dipergunakan untuk
mencapai sasaran glukosa darah prandial
adalahinsulinkerjacepat(rapidacting)yang
disuntikan 5-10 menit sebelum makan atau
insulin kerja pendek (short acting) yang
disuntikkan30menitsebelummakan.
§ Insulin basal juga dapat dikombinasikan
dengan obat antihiperglikemia oral untuk
menurunkan glukosa darah prandial seperti
golonganobatpeningkatsekresiinsulinkerja
pendek (golongan glinid), atau penghambat
penyerapan karbohidrat dari lumen usus
(acarbose), atau metformin (golongan
biguanid)
§ Terapi insulin tunggal atau kombinasi
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
respons individu, yang dinilai dari hasil
pemeriksaankadarglukosadarahharian.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|37
Carapenyuntikaninsulin:
§ Insulinumumnyadiberikandengansuntikan
di bawah kulit (subkutan), dengan arah alat
suntik tegak lurus terhadap cubitan
permukaankulit
§ Pada
keadaan
khusus
diberikan
intramuskularataudrip
§ Insulin campuran (mixed insulin)
merupakan kombinasi antara insulin kerja
pendekdaninsulinkerjamenengah,dengan
perbandingan dosis yang tertentu, namun
bilatidakterdapatsediaaninsulincampuran
tersebut atau diperlukan perbandingan
dosis yang lain, dapat dilakukan
pencampuran sendiri antara kedua jenis
insulintersebut.
§ Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan
maupuncarainsulinharusdilakukandengan
benar, demikian pula mengenai rotasi
tempatsuntik.
§ Penyuntikan insulin dengan menggunakan
semprit insulin dan jarumnya sebaiknya
hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat
dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes
yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan
terjamin. Penyuntikan insulin dengan
menggunakanpen,perlupenggantianjarum
suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat
dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes
yangsamaasalsterilitasdapatdijaga.
§ Kesesuaian konsentrasi insulin dalam
kemasan (jumlah unit/mL) dengan semprit
yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit)
harusdiperhatikan,dandianjurkanmemakai
konsentrasi yang tetap. Saat ini yang
tersediahanyaU100(artinya100unit/ml).
38|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§ Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut
sekitar pusat sampai kesamping, kedua
lengan atas bagian luar (bukan daerah
deltoid),keduapahabagianluar.
b. AgonisGLP-1/IncretinMimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan
GLP-1 merupakan pendekatan baru untuk
pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat
bekerja pada sel-beta sehingga terjadi
peningkatan pelepasan insulin, mempunyai
efek
menurunkan
berat
badan,
menghambat pelepasan glukagon, dan
menghambat nafsu makan. Efek penurunan
berat badan agonis GLP-1 juga digunakan
untuk indikasi menurunkan berat badan
pada pasien DM dengan obesitas. Pada
percobaan binatang, obat ini terbukti
memperbaiki cadangan sel beta pankreas.
Efek samping yang timbul pada pemberian
obatiniantaralainrasasebahdanmuntah.
Obat yang termasuk golongan ini adalah:
Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan
Lixisenatide.
Salah satu obat golongan agonis GLP-1
(Liraglutide)telahberedardiIndonesiasejak
April2015,tiappenberisi18mgdalam3ml.
Dosis awal 0.6 mg perhari yang dapat
dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu
untuk mendapatkan efek glikemik yang
diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai
dengan 1.8 mg. Dosis harian lebih dari 1.8
mg tidak direkomendasikan. Masa kerja
Liraglutide selama 24 jam dan diberikan
sekaliseharisecarasubkutan.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|39
3.
TerapiKombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani
merupakan
hal
yang
utama
dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian
obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi sejak dini. Pemberian obat
antihiperglikemia oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi
obatantihiperglikemiaoral,baiksecaraterpisah
ataupun fixed dose combination, harus
menggunakan dua macam obat dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan
tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai dengan kombinasi dua macam
obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien
yangdisertaidenganalasanklinisdimanainsulin
tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi
dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral. (lihat bagan 2 tentang
algoritmapengelolaanDMT2)
Kombinasi obat antihiperglikemia oral
dengan insulin dimulai dengan pemberian
insulin basal (insulin kerja menengah atau
insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah
harusdiberikanjam10malammenjelangtidur,
sedangkaninsulinkerjapanjangdapatdiberikan
sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan
terapitersebutpadaumumnyadapatmencapai
kendali glukosa darah yang baik dengan dosis
insulinyangcukupkecil.Dosisawalinsulinbasal
untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian
dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Dosis
insulin dinaikkan secara perlahan (pada
40|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
umumnya 2 unit) apabila kadar glukosa darah
puasa belum mencapai target. Pada keadaaan
dimana kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan
terapi kombinasi insulin basal dan prandial,
sedangkan pemberian obat antihiperglikemia
oraldihentikandenganhati-hati.
III.2.2.5 Algoritma
pengobatan
DMT2
tanpa
dekompensasi metabolik dapat dilihat pada
bagan1
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|41
Bagan1AlgoritmePengelolaanDMTipe2
42|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Tabel-11. Keuntungan, kerugian dan biaya obat anti hiperglikemik
(sumber:standardofmedicalcareindiabetes-ADA2015)
Kelas
Biguanide
Obat
Metformin
Keuntungan
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- Menurunkan
kejadianCVD
Sulfonilurea
-
Metiglinides
Repaglinide
- Efek
hipoglikemik
kuat
- Menurunkan
komplikasi
mikrovaskuler
- Menurunkan
glukosa
postprandial
TZD
Pioglitazone
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- ↑HDL
- ↓TG
- ↓CVDevent
Penghambat
α
glucosidase
Acarbose
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- ↓Glukosadarah
postprandial
- ↓CVDevent
Penghambat
DPP-4
-
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- Ditoleransi
denganbaik
Glibenclamide
Glipizide
Gliclazide
Glimepiride
Sitagliptin
Vildagliptin
Saxagliptin
Linagliptin
Kerugian
- Efeksamping
gastrointestinal
- Risikoasidosis
laktat
- Defisiensivitb12
- Kontraindikasi
padackd,
asidosis,
hipoksia,
dehidrasi
- Risiko
hipoglikemia
- Beratbadan↑
Biaya
Rendah
- Risiko
hipoglikemia
- Beratbadan↑
- Baratbadan
meningkatkan
- Edema,gagal
jantung
- Risikofraktur
meningkatpada
wanita
menopause
- Efektivitas
penurunanA1C
sedang
- Efeksamping
gastrointestinal
- Penyesuaian
dosisharus
seringdilakukan
- Angioedema,
urtica,atauefek
dermatologis
lainyang
dimediasirespon
imun
- Pancreatitis
akut?
- Hospitalisasi
akibatgagal
jantung
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|43
Penghambat
SGLT2
- Dapagliflozin
- Canagliflozin*
- Empagliflozin*
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- ↓beratbadan
- ↓tekanandarah
- Efektifuntuk
semuafaseDM
Agonis
reseptor
GLP-1
-
- Tidak
menyebabkan
hipoglikemia
- ↓glukosadarah
postprandial
- ↓beberapa
faktorrisikoCV
Insulin
- Rapid-acting
analogs
§ Lispro
§ Aspart
§ Glulisine
- Short-acting
§ Human
Insulin
- Intermediate
acting
§ HumanNPH
- Basalinsulin
analogs
§ Glargine
§ Detemir
§ Degludec*
- Premixed
(beberapa
tipe)
Liraglutide
Exenatide*
Albiglutide*
Lixisenatide*
Dulaglutide*
- Responnya
universal
- Efektif
menurunkan
glukosadarah
- ↓komplikasi
mikrovaskuler
(UKPDS)
- Infeksi
urogenital
- Poliuria
- Hipovolemia/
hipotensi/
pusing
- ↑ldl
- ↑creatinin
(transient)
- Efeksamping
gastrointestinal
(mual/muntah/
diare)
- ↑denyut
jantung
- Hyperplasiaccellatautumor
medullatiroid
padahewan
coba
- Pankreatitis
akut?
- Bentuknya
injeksi
- Butuhlatihan
khusus
- Hipoglikemia
- Beratbadan↑
- Efekmitogenik?
- Dalamsediaan
injeksi
- Tidaknyaman
- Perlupelatihan
pasien
Tinggi
Tinggi
Bervariasi
*saatiniobatbelumtersediadiIndonesia
44|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
PenjelasanuntukalgoritmePengelolaanDMTipe-2
1. Daftar obat dalam algoritme bukan menunjukkan
urutan pilihan. Pilihan obat tetap harus
mempertimbangkan tentang keamanan, efektifitas,
penerimaanpasien,ketersediaandanharga(tabel-11).
Dengan demikian pemilihan harus didasarkan pada
kebutuhan/kepentingan penyandang DM secara
perseorangan(individualisasi).
2. Untuk penderita DM Tipe -2 dengan HbA1C <7.5%
makapengobatannonfarmakologisdenganmodifikasi
gayahidupsehatdenganevaluasiHbA1C3bulan,bila
HbA1C tidak mencapa target < 7% maka dilanjutkan
denganmonoterapioral.
3. UntukpenderitaDMTipe-2denganHbA1C7.5%-<9.0%
diberikan modifikasi gaya hidup sehat ditambah
monoterapi oral. Dalam memilih obat perlu
dipertimbangkan keamanan (hipoglikemi, pengaruh
terhadapjantung),efektivitas,,ketersediaan,toleransi
pasien dan harga. Dalam algoritme disebutkan obat
monoterapidikelompokkanmenjadi
a. Obat dengan efek samping minimal atau
keuntunganlebihbanyak:
§ Metformin
§ Alfaglukosidaseinhibitor
§ DipeptidilPeptidase4-inhibitor
§ AgonisGlucagonLikePeptide-1
b. Obatyangharusdigunakandenganhati-hati
§ Sulfonilurea
§ Glinid
§ Tiazolidinedione
§ Sodium Glucose coTransporter 2 inhibitors
(SGLT-2i)
4. Bila obat monoterapi tidak bisa mencapai target
HbA1C<7% dalam waktu 3 bulan maka terapi
ditingkatkan menjadi kombinasi 2 macam obat, yang
terdiri dari obat yang diberikan pada lini pertama di
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|45
tambahdenganobatlainyangmempunyaimekanisme
kerjayangberbeda.
5. Bila HbA1C sejak awal ≥ 9% maka bisa langsung
diberikan kombinasi 2 macam obat seperti tersebut
diatas.
6. Bila dengan kombinasi 2 macam obat tidak mencapai
target kendali, maka diberikan kombinasi 3 macam
obatdenganpilihansebagaiberikut:
a. Metformin+SU+TZDatau
+DPP-4iatau
+SGLT-2iatau
+GLP-1RAatau
+Insulinbasal
b.
Metformin+TZD+SUatau
+DPP-4iatau
+SGLT-2iatau
+GLP-1RAatau
+Insulinbasal
c. Metformin+DPP-4i+SUatau
+TZDatau
+SGLT-2iatau
+Insulinbasal
d. Metformin+SGLT-2i+SUatau
+TZDatau
+DPP-4iatau
+Insulinbasal
e. Metformin+GLP-1RA+SUatau
+TZDatau
+Insulinbasal
f. Metformin+Insulinbasal+TZDatau
+DPP-4iatau
+SGLT-2iatau
+GLP-1RA
46|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
7. Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum
mencapai target maka langkah berikutnya adalah
pengobatanInsulinbasalplus/bolusataupremix
8. Bila penderita datang dalam keadaan awal HbA1C
≥10.0% atau Glukosa darah sewaktu ≥ 300 mg/dl
dengan gejala metabolik, maka pengobatan langsung
dengan
a. metformin+insulinbasal±insulinprandialatau
b. metformin+insulinbasal+GLP-1RA
Keteranganmengenaiobat:
1. SGLT-2danKolesevalambelumtersediadiIndonesia.
2. BromokriptinQRumumnyadigunakanpadaterapitumor
hipofisis.DatadiIndonesiamasihsangatterbatasterkait
penggunaanbromokriptinsebagaiantidiabetes
3. Pilihan obat tetap harus memperhatikan individualisasi
serta efektivitas obat, risiko hipoglikemia, efek
peningkatanberatbadan,efeksampingobat,hargadan
ketersediaan obat sesuai dengan kebijakan dan kearifan
lokal
4. IndividualisasiTerapi
ManajemenDMharusbersifatperorangan.Pelayananyang
diberikan berbasis pada perorangan dimana kebutuhan
obat,kemampuandankeinginanpasienmenjadikomponen
pentingdanutamadalammenentukanpilihandalamupaya
mencapaitargetterapi.Pertimbangantersebutdipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain : usia penderita dan harapan
hidupnya, lama menderita DM, riwayat hipoglikemia,
penyakit penyerta, adanya komplikasi kardiovaskular, serta
komponen penunjang lain (ketersediaan obat dan
kemampuan daya beli). Untuk pasien usia lanjut, target
terapiHbA1cantara7,5-8,5%(B).
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|47
5. Monitoring
Pada praktek sehari-hari, hasil pengobatan DMT2 harus
dipantau secara terencana dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaanyangdapatdilakukanadalah:
a. PemeriksaanKadarGlukosaDarah
Tujuanpemeriksaanglukosadarah:
§ Mengetahuiapakahsasaranterapitelahtercapai
§ Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum
tercapaisasaranterapi
Waktupelaksanaanpemeriksaanglukosadarah:
§ Pemeriksaankadarglukosadarahpuasa
§ Glukosa2jamsetelahmakan,atau
§ Glukosa darah pada waktu yang lain secara berkala
sesuaidengankebutuhan.
b. PemeriksaanHbA1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai
glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat
sebagai HbA1C), merupakan cara yang digunakan untuk
menilaiefekperubahanterapi8-12minggusebelumnya.
Untukmelihathasilterapidanrencanaperubahanterapi,
HbA1cdiperiksasetiap3bulan(E),atautiapbulanpada
keadaanHbA1cyangsangattinggi(>10%).Padapasien
yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali
glikemikyangstabilHbA1Cdiperiksapalingsedikit2kali
dalam 1 tahun (E). HbA1C tidak dapat dipergunakan
sebagaialatuntukevaluasipadakondisitertentuseperti:
anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3
bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur
eritrositdangangguanfungsiginjal
c. PemantauanGlukosaDarahMandiri(PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak
didapatkan alat pengukur kadar glukosa darah dengan
menggunakanreagenkeringyangsederhanadanmudah
48|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
dipakai.Hasilpemeriksaankadarglukosadarahmemakai
alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi
dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Hasil
pemantauan dengan cara reagen kering perlu
dibandingkan dengan cara konvensional secara berkala.
PGDMdianjurkanbagipasiendenganpengobatansuntik
insulin beberapa kali perhari (B) atau pada pengguna
obat pemacu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan PGDM
bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang
pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan.
Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum
makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi
glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai risiko
hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai
adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa
gejala), atau ketika mengalami gejala seperti
hypoglycemic spells (B). Prosedur PGDM dapat dilihat
padatabel11.
PGDMterutamadianjurkanpada:
§ Penyandang DM yang direncanakan mendapat terapi
insulin
§ Penyandang DM dengan terapi insulin dengan
keadaansebagaiberikut:
o Pasien dengan A1C yang tidak mencapai target
setelahterapi
o Wanitayangmerencanakanhamil
o Wanitahamildenganhiperglikemia
o Kejadianhipoglikemiaberulang(E)
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|49
Tabel12.ProsedurPemantauan
1. Tergantungdaritujuanpemeriksaantesdilakukanpadawaktu(B):
§ Sebelummakan
§ 2jamsesudahmakan
§ Sebelumtidurmalam
2. Pasiendengankendaliburuk/tidakstabildilakukantessetiaphari
3. Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan
secara rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai
bulan)apabilapasienterkontrolbaiksecarakonsisten
4. Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi
insulin, ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan
memantautimbulnyahipoglikemia(E)
5. Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang melakukan aktivitas
tinggi, pada keadaan krisis, atau pada pasien yang sulit mencapai
target terapi (selalu tinggi, atau sering mengalami hipoglikemia),
jugapadasaatperubahandosisterapi
*ADA menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa darah malam
hari(bed-time)dilakukanpadajam22.00.
d. GlycatedAlbumin(GA)
Berdasarkan rekomendasi yang telah ada,
monitor hasil strategi terapi dan perkiraan
prognostik diabetes saat ini sangat didasarkan
kepadahasilduariwayatpemeriksaanyaituglukosa
plasma(kapiler)danHbA1C.Keduapemeriksaanini
memiliki kekurangan dan keterbatasan. HbA1C
mempunyai keterbatasan pada berbagai keadaan
yangmempengaruhiumurseldarahmerah.Saatini
terdapat cara lain seperti pemeriksaan (GA) yang
dapatdipergunakandalammonitoring.
GAdapatdigunakanuntukmenilaiindekskontrol
glikemik yang tidak dipengaruhi oleh gangguan
metabolisme hemoglobin dan masa hidup eritrosit
seperti HbA1c. HbA1c merupakan indeks kontrol
glikemik jangka panjang (2-3 bulan). Sedangkan
proses metabolik albumin terjadi lebih cepat
daripadahemoglobindenganperkiraan15–20hari
sehingga GA merupakan indeks kontrol glikemik
jangkapendek.Beberapagangguansepertisindrom
50|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
nefrotik, pengobatan steroid, severe obesitas dan
gangguan fungsi tiroid dapat mempengaruhi
albumin yang berpotensi mempengaruhi nilai
pengukuranGA.
StudikonversiyangdilakukanolehTaharaantara
kadar HbA1c dan GA dengan menggunakan analisa
regresi linear MEM didapatkan nilai konversi HbA1c
terhadapglycatedalbuminsebagaiberikut:
HbA1C=0.245xGA+1.73
III.2.2.6KriteriaPengendalianDM
Kriteria pengendalian diasarkan pada hasil
pemeriksaankadarglukosa,kadarHbA1C,danprofil
lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah
apabilakadarglukosadarah,kadarlipid,danHbA1c
mencapai kadar yang diharapkan, serta status gizi
maupun tekanan darah sesuai target yang
ditentukan. Kriteria keberhasilan pengendalian DM
dapatdilihatpadaTabel13.
Tabel13.SasaranPengendalianDM
Parameter
2
Sasaran
IMT(kg/m )
18,5-<23*
Tekanandarahsistolik(mmHg)
<140(B)
Tekanandarahdiastolik(mmHg)
<90(B)
Glukosa darah
kapiler(mg/dl)
preprandial 80-130**
Glukosadarah1-2jamPPkapiler <180**
(mg/dl)
HbA1c(%)
<7(atauindividual)(B)
KolesterolLDL(mg/dl)
<100 (<70 bila risiko KV sangat
tinggi)(B)
KolesterolHDL(mg/dl)
Laki-laki: >40; Perempuan: >50
(C)
Trigliserida(mg/dl)
<150(C)
Keterangan:KV=Kardiovaskular,PP=Postprandial
*TheAsia-PacificPerspective:RedefiningObesityandItsTreatment,2000
**StandardsofMedicalCareinDiabetes,ADA2015
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|51
III.3.KelainanKomorbid
III.3.1DislipidemiapadaDiabetesMelitus
1. Dislipidemia pada penyandang DM lebih meningkatkan
risikotimbulnyapenyakitkardiovaskular
2. Pemeriksaan profil lipid perlu dilakukan pada saat
diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien dewasa
pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun
sekali (B) dan bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih
sering. Pada pasien yang pemeriksaan profil lipidnya
menunjukkan hasil yang baik (LDL <100mg/dL; HDL >50
mg/dL; trigliserid <150mg/dL), maka pemeriksaan profil
lipid dapat dilakukan 2 tahun sekali (B). Gambaran
dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang
diabetes adalah peningkatan kadar trigliserida, dan
penurunan kadar kolestrol HDL, sedangkan kadar
kolestrolLDLnormalatausedikitmeningkat.
3. Perubahan perilaku yang yang ditujukan untuk
pengurangan asupan kolestrol dan lemak jenuh serta
peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki
profillemakdalamdarah(A).
4. Terapi farmakologis perlu dilakukan sedini mungkin bagi
penyandangdiabetesyangdisertaidislipidemia
Sasaranterapi:
§ PadapenyandangDM,targetutamanyaadalahpenurunan
LDL.
§ Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit
kardiovaskular,targetLDL<100mg/dl(B).
§ Pasien DM dengan usia lebih dari 40 tahun dan memiliki
satu atau lebih faktor risiko penyakit kardiovaskular
(riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular,
hipertensi, merokok, dislipidemia, atau albuminuria)
dianjurkandiberiterapistatin(A).
§ Pasien dengan usia kurang dari 40 tahun dengan risiko
penyakit kardiovaskular, yang gagal dengan perubahan
gayahidupdapatdiberikanterapifarmakologis.
52|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§ Pada penyandang DM dengan penyakit Acute Coronary
Syndrome (ACS) atau telah diketahui dengan penyakit
pembuluh darah lainnya atau mempunyai banyak faktor
risikoyanglainmaka:
o TargetLDL<70mg/dL(B)
o Jika tidak mencapai target pada terapi statin dengan
toleransi maksimum maka penurunan LDL sebesar 3040%merupakansasaranterapeutikalternatif(B).
o Targettrigliserida<150mg/dl(1,7mmol/L)(C)
o TargetHDL>50mg/dl
o Bila kadar trigliserida mencapai ≥500 mg/dl (4,51
mmol/L) perlu segera diturunkan dengan terapi fibrat
untukmencegahtimbulnyapankreatitis
§ Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak
yang lain mungkin diperlukan untuk mencapai target
terapi, dengan memperhatikan peningkatan risiko
timbulnyaefeksamping.
§ Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra
indikasi(B).
III.3.2.HipertensipadaDiabetesMelitus
1. Indikasipengobatan:
Bila TD sistolik > 140 mmHg dan/atau TD diastolik >90
mmHg.
2. Sasarantekanandarah:
Tekanan darah sistolik <140 mmHg dan (B) dan tekanan
darahdiastolik<90mmHg(B).
3. Pengelolaan:
§ Non-farmakologis:
Modifikasi gaya hidup: menurunkan berat badan,
meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok
danalkoholsertamengurangikonsumsigaram(B).
§ Farmakologis:
Obatantihipertensiyangdapatdipergunakan:
o PenyekatreseptorangiotensinII
o PenghambatACE
o Penyekatreseptorbetaselektifdosisrendah
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|53
Diuretikdosisrendah
Penghambatreseptoralfa
o Antagoniskalsium
Pada pasien dengan tekanan darah >120/80 mmHg
diharuskanmelakukanperubahangayahidup(B).
Pasien dengan tekanan darah sistolik >140/80mmHg
dapatdiberikanterapifarmakologissecaralangsung(B).
Terapi kombinasi diberikan apabila target terapi tidak
dapatdicapaidenganmonoterapi(B).
Catatan:
o
Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II
(ARB=angiotensinIIreceptorblocker),danantagonis
kalsium
golongan
non-dihidropiridin
dapat
memperbaikialbuminuria
o
Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja
kardiovaskular
o
Kombinasi penghambat ACE (ACEi) dengan penyekat
reseptorangiotensinII(ARB)tidakdianjurkan
o
Pemberian diuretik (HCT) dosis rendah jangka
panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi
glukosa
o
Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun
sasaransudahtercapai
o
Tekanan darah yang terkendali setelah satu tahun
pengobatan, dapat dicoba menurunkan dosis secara
bertahap
o
Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara
bertahap.
o
o
4.
5.
6.
7.
III.3.3.ObesitaspadaDiabetesMelitus
1. PrevalansiobesitaspadaDMcukuptinggi,demikianpula
sebaliknya kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa
padaobesitasseringdijumpai.
2. Obesitas, terutama obesitas sentral berhubungan secara
bermakna dengan sindrom dismetabolik (dislipidemia,
hiperglikemia, hipertensi) yang didasari oleh resistensi
insulin.
54|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
3. Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas
membutuhkanpendekatankhusus.
4. Penurunan berat badan 5-10% sudah memberikan hasil
yangbaik.
III.3.4GangguanKoaglukosasipadaDiabetesMelitus
1. Terapiaspirin75-162mg/haridigunakansebagaistrategi
pencegahan primer pada penyandang DM dengan faktor
risiko kardiovaskular (risiko kardiovaskular dalam 10
tahunmendatang>10%).Termasukpadalaki-lakiusia>50
tahun atau perempuan usia >60 tahun yang memiliki
tambahanpalingsedikitsatufaktorrisikomayor(riwayat
penyakit kardiovaskular dalam keluarga, hipertensi,
merokok,dyslipidemia,ataualbuminuria)(C).
2. Terapi aspirin 75-162 mg/hari perlu diberikan sebagai
strategi pencegahan sekunder bagi penyandang DM
dengan riwayat pernah mengalami penyakit
kardiovaskular(A).
3. Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan
usia dibawah 21 tahun, seiring dengan peningkatan
kejadiansindromReye.
4. Terapi kombinasi antiplatelet dapat dipertimbangkan
pemberiannya sampai satu tahun setelah sindrom
koronerakut(B).
5. Clopidogrel 75 mg/hari dapat digunakan sebagai
penggantiaspirinpadapasienyangmempunyaialergidan
ataukontraindikasiterhadappenggunaanaspirin(B).
III.4PenyulitDiabetesMelitus
III.4.1.PenyulitAkut
1. KrisisHiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut
diabetesyangditandaidenganpeningkatankadarglukosa
darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|55
plasma meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi
peningkatananiongap.
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) adalah suatu
keadaandimanaterjadipeningkatanglukosadarahsangat
tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,
osmolaritasplasmasangatmeningkat(330-380mOs/ml),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit
meningkat.
Catatan:
Kedua keadaan (KAD dan SHH) tersebut mempunyai
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga
memerlukan perawatan di rumah sakit guna
mendapatkanpenatalaksanaanyangmemadai.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa
darah < 70 mg/dl. Hipoglikemia adalah penurunan
konsentrasi glukosa serum dengan atau tanpa adanya
gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s
triad:
§ Terdapatgejala-gejalahipoglikemia
§ Kadarglukosadarahyangrendah
§ Gejalaberkurangdenganpengobatan.
Sebagian pasien dengan diabetes dapat
menunjukkan gejala glukosa darah rendah tetapi
menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain pihak,
tidak semua pasien diabetes mengalami gejala
hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa
darahnyarendah.Penurunankesadaranyangterjadipada
penyandang diabetes harus selalu dipikirkan
kemungkinandisebabkanolehhipoglikemia.Hipoglikemia
paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea
dan insulin. Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat
berlangsunglama,sehinggaharusdiawasisampaiseluruh
obat diekskresi dan waktu kerja obat telah habis.
Pengawasanglukosadarahpasienharusdilakukanselama
56|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
24-72 jam, terutama pada pasien dengan gagal ginjal
kronik atau yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja
panjang. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu
hal yang harus dihindari, mengingat dampaknya yang
fatalatauterjadinyakemunduranmentalbermaknapada
pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering
lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih
lama.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa
mengenai kemungkinan hipoglikemia simtomatik
ataupunasimtomatikpadasetiapkesempatan(C).
Tabel14.TandadanGejalaHipoglikemiapadaOrangDewasa
Autonomik
Tanda
Rasalapar,berkeringat,
gelisah,paresthesia,
palpitasi,Tremulousness
Neuroglikopenik Lemah,lesu,dizziness,
pusing,confusion,perubahan
sikap,gangguankognitif,
pandangankabur,diplopia
Gejala
Pucat,takikardia,
widenedpulsepressure
Cortical-blindness,
hipotermia,
kejang,koma
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
bagianterakitdenganderajatkeparahannya,yaitu:
§ Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan
orang lain untuk pemberian karbohidrat, glukagon,
atauresusitasilainnya.
§ Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL
disertaigejalahipoglikemia.
§ Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS <70mg/dL
tanpagejalahipoglikemia.
§ Hipoglikemia relatif apabila GDS > 70mg/dL dengan
gejalahipoglikemia.
§ Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia
tanpapemeriksaanGDS.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|57
Hipoglikemia berat dapat ditemui pada berbagai
keadaan,antaralain:
§ Kendaliglikemikterlaluketat
§ Hipoglikemiaberulang
§ Hilangnya respon glukagon terhadap hipoglikemia
setelah5tahunterdiagnosisDMT1
§ Attenuation of epinephrine, norepinephrine, growth
hormone,cortisolresponses
§ Neuropatiotonom
§ Tidakmenyadarihipoglikemia
§ EndStageRenalDisease(ESRD)
§ Penyakit/gangguanfungsihati
§ Malnutrisi
§ Konsumsialkoholtanpamakananyangtepat
Rekomendasipengobatanhipoglikemia:
HipoglikemiaRingan:
1. Pemberian konsumsi makanan tinggi glukosa
(karbohidratsederhana)
2. Glukosamurnimerupakanpilihanutama,namunbentuk
karbohidrat lain yang berisi glukosa juga efektif untuk
menaikkanglukosadarah.(E)
3. Makanan
yang
mengandung
lemak
dapat
memperlambatresponkenaikkanglukosadarah.
4. Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan
dalam air adalah terapi pilihan pada pasien dengan
hipoglikemiayangmasihsadar(E)
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus
dilakukansetelah15menitpemberianupayaterapi.Jika
pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah
pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan
dapatdiulangkembali.(E)
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah
mencapai normal, pasien diminta untuk makan atau
mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya
hipoglikemia.(E).
58|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Pengobatanpadahipoglikemiaberat:
1. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral
diperlukan berupa pemberian dekstrose 20% sebanyak
50 cc (bila terpaksa bisa diberikan dextore 40%
sebanyak25cc),diikutidenganinfusD5%atauD10%.
2. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian i.v
tersebut. Bila kadar glukosa darah belum mencapai
target,dapatdiberikanulangpemberiandextrose20%.
3. Selanjutnyalakukanmonitoringglukosadarahsetiap12 jam kalau masih terjadi hipoglikemia berulang
pemberianDekstrose20%dapatdiulang
4. Lakukanevaluasiterhadappemicuhipoglikemia(E)
Pencegahanhipoglikemia:
1. Lakukan edukasi tentang tanda dan gejala hipoglikemi,
penanganansementara,danhallainharusdilakukan
2. Anjurkan melakukan Pemantauan Glukosa Darah
Mandiri(PGDM),khususnyabagipenggunainsulinatau
obatoralgolonganinsulinsekretagog.
3. Lakukanedukasitentangobat-obatanatauinsulinyang
dikonsumsi, tentang: dosis, waktu megkonsumsi, efek
samping
4. Bagi dokter yang menghadapi penyandang DM dengan
kejadianhipoglikemiperlumelalukan:
§ Evaluasi secara menyeluruh tentang status
kesehatanpasien
§ Evaluasi program pengobatan yang diberikan dan
bila diperlukan melalukan program ulang dengan
memperhatikan berbagai aspek seperti: jadwal
makan, kegiatan oleh raga, atau adanya penyakit
penyerta yang memerlukan obat lain yang mungkin
berpengaruhterhadapglukosadarah
§ Bila diperlukan mengganti obat-obatan yang lebih
kecilkemungkinanmenimbulkanhipoglikemi.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|59
III.4.2.PenyulitMenahun
1. Makroangiopati
§ Pembuluhdarahjantung:penyakitjantungkoroner
§ Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang
sering terjadi pada penyandang DM. Gejala tipikal
yang biasa muncul pertama kali adalah nyeri pada
saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
(claudicatio intermittent), namun sering juga tanpa
disertai gejala. Ulkus iskemik pada kaki merupakan
kelainanyangdapatditemukanpadapenderita.
§ Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke
hemoragik
2. Mikroangiopati
§ Retinopatidiabetik
§ Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan
mengurangi risiko atau memperlambat progresi
retinopati(A). Terapi aspirin tidak mencegah
timbulnyaretinopati
§ Nefropatidiabetik
o Kendaliglukosadantekanandarahyangbaikakan
mengurangi risiko atau memperlambat progres
inefropati(A).
o Untuk penderita penyakit ginjal diabetik,
menurunkan asupan protein sampai di bawah
0.8gram/kgBB/hari tidak direkomendasikan
karena tidak memperbaiki risiko kardiovaskuler
danmenurunkanGFR.ginjal(A).
§ Neuropati
o Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal
merupakan faktor penting yang berisiko tinggi
untuk terjadinya ulkus kaki yang meningkatkan
risikoamputasi.
o Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, dan terasa lebih
sakitdimalamhari
60|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Setelah diagnosis DMT2 ditegakkan, pada setiap
pasien perlu dilakukan skrinning untuk
mendeteksi adanya polineuropati distal yang
simetris dengan melakukan pemeriksaan
neurologisederhana(menggunakanmonofilamen
10 gram). Pemeriksaan ini kemudian diulang
palingsedikitsetiaptahun(B).
o Padakeadaanpolineuropatidistalperludilakukan
perawatan kaki yang memadai untuk
menurunkanrisikoterjadinyaulkusdanamputasi
o Pemberian
terapi antidepresan trisiklik,
gabapentin atau pregabalin dapat mengurangi
rasasakit.
o Semua penyandang DM yang disertai neuropati
perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki
untukmengurangirisikoulkuskaki.
o Untuk pelaksanaan penyulit ini seringkali
diperlukan kerja sama dengan bidang/disiplin
ilmulain.
o
III.5.PencegahanDiabetesMelitusTipe2 III.5.1.PencegahanPrimerTerhadapDiabetesMelitusTipe2
1.Sasaranpencegahanprimer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada
kelompokyangmemilikifaktorrisiko,yaknimerekayang
belum terkena, tetapi berpotensi untuk mendapat DM
dankelompokintoleransiglukosa.
FaktorRisikoDiabetesMelitus
Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk
intoleransiglukosayaitu:
A. FaktorRisikoyangTidakBisaDimodifikasi
§ Rasdanetnik
§ RiwayatkeluargadenganDM
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|61
§ Umur: Risiko untuk menderita intolerasi glukosa
meningkatseiringdenganmeningkatnyausia.Usia
>45tahunharusdilakukanpemeriksaanDM.
§ Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional(DMG).
§ Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang
dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah
mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
denganbayiyanglahirdenganBBnormal.
B. FaktorRisikoyangBisaDimodifikasi
§ Beratbadanlebih(IMT≥23kg/m2).
§ Kurangnyaaktivitasfisik
§ Hipertensi(>140/90mmHg)
§ Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida
>250mg/dl)
§ Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi
glukosa dan rendah serat akan meningkatkan
risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa
danDMT2.
C. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes
Melitus
§ Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau
keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi
insulin
§ Penderita sindrom metabolik yang memiliki
riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya.
§ Penderita yang memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD
(PeripheralArterialDiseases)
2.MateriPencegahanPrimerDiabetesMelitusTipe2
Pencegahan primer dilakukan dengan tindakan
penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk
62|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
kelompokmasyarakatyangmempunyairisikotinggidan
intoleransiglukosa.
Materipenyuluhanmeliputiantaralain
A. Programpenurunanberatbadan.
§ Dietsehat.
§ Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai
beratbadanideal
§ Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan
diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga
tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah
yangtinggisetelahmakan
§ Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak
jenuhdantinggiseratlarut.
B. Latihanjasmani
§ Latihanjasmaniyangdianjurkan:
o Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150
menit/minggu dengan latihan aerobik sedang
(mencapai 50-70% denyut jantung maksimal)
(A), atau 90 menit/minggu dengan latihan
aerobik berat (mencapai denyut jantung >70%
maksimal).
o Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali
aktivitas/minggu
C. Menghentikankebiasaanmerokok(A)
D. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan
intervensifarmakologis.
III.5.2. Pencegahan Sekunder Terhadap Komplikasi Diabetes
Melitus
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah
terdiagnosis DM. Tindakan pencegahan sekunder
dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai
targetterapisertapengendalianfaktorrisikopenyulityang
lain dengan pemberian pengobatan yang optimal.
Melakukandeteksidiniadanyapenyulitmerupakanbagian
dari pencegahan sekunder. Tindakan ini dilakukan sejak
awal pengelolaan penyakit DM. Program penyuluhan
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|63
memegangperanpentinguntukmeningkatkankepatuhan
pasien dalam menjalani program pengobatan sehingga
mencapaitargetterapiyangdiharapkan.
Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan
perluselaludiulangpadapertemuanberikutnya.
III.5.3.PencegahanTersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok
penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit
dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
sertameningkatkankualitashidup.Upayarehabilitasipada
pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan
penyuluhanpadapasiendankeluarga.Materipenyuluhan
termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk
mencapaikualitashidupyangoptimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik
antara para ahli diberbagai disiplin (jantung, ginjal, mata,
saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi,
rehabilitasi medis, gizi, podiatris, dan lain-lain.) sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan
tersier.
64|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
IV.Masalah-MasalahKhusus
IV.1.DiabetesdenganInfeksi
Infeksi pada pasien diabetes sangat berpengaruh terhadap
pengendalian glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali
glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan
kerentanan atau memperburuk infeksi. Kadar glukosa yang tidak
terkendali perlu segera diturunkan, antara lain dengan
menggunakan insulin, dan setelah infeksi teratasi dapat diberikan
kembalipengobatansepertisemula.
Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan
diabetes akibat munculnya lingkungan hiperglikemik yang
meningkatkan virulensi patogen, menurunkan produksi interleukin,
menyebabkanterjadinyadisfungsikemotaksisdanaktifitasfagositik,
serta kerusakan fungsi neutrofil, glikosuria, dan dismotitilitas
gastrointestinal dan saluran kemih. Sarana untuk pemeriksaan
penunjang harus lengkap seperti pemeriksaan kultur dan tes
resistensiantibiotik.
InfeksiyangseringterjadipadaDM:
§ TuberkulosispadaDiabetesMelitus
§ Infeksisalurankemih(ISK) § Infeksisalurannafas
§ InfeksiSaluranCerna
§ Infeksijaringanlunakdankulit
§ Infeksironggamulut
§ Infeksitelinga
§ InfeksiHumanImmunodeficiencyVirus(HIV) IV.2.KakiDiabetes 1. Setiappasiendengandiabetesperludilakukanpemeriksaankaki
secara lengkap, minimal sekali setiap satu tahun meliputi:
inspeksi, perabaan pulsasi arteri dorsalis pedis dan tibialis
posterior,danpemeriksaanneuropatisensorik.(B)
2. Deteksi Dini Kelainan Kaki dengan Risiko Tinggi dapat dilakukan
melaluipemeriksaankarakteristikkelainankaki:
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|65
Kulitkakuyangkering,bersisik,danretak-retaksertakaku.
Rambutkakiyangmenipis.
§ Kelainanbentukdanwarnakuku(kukuyangmenebal,rapuh,
ingrowingnail).
§ Kalus(mataikan)terutamadibagiantelapakkaki.
§ Perubahanbentukjari-jaridantelapakkakidantulang-tulang
kakiyangmenonjol.
§ Bekaslukaatauriwayatamputasijari-jari.
§ Kakibaal,kesemutan,atautidakterasanyeri.
§ Kakiyangterasadingin.
§ Perubahan warna kulit kaki (kemerahan, kebiruan, atau
kehitaman).
Kakidiabetikdenganulkusmerupakankomplikasidiabetesyang
seringterjadi.Ulkuskakidiabetikadalahlukakronikpadadaerah
di bawah pergelangan kaki, yang meningkatkan morbiditas,
mortalitas,danmengurangikualitashiduppasien.
Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh proses neuropati perifer,
penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease), ataupun
kombinasikeduanya.
Pemeriksaan neuropati sensorik dapat dilakukan dengan
menggunakan monofilamen Semmes-Weinstein 10g, serta
ditambah dengan salah satu dari pemeriksaan : garpu tala
frekuensi 128 Hz, tes refleks tumit dengan palu refleks, tes
pinprick dengan jarum, atau tes ambang batas persepsi getaran
denganbiotensiometer.(B)
Penatalaksanaan kaki diabetik dengan ulkus harus dilakukan
sesegera mungkin. Komponen penting dalam manajemen kaki
diabetikdenganulkusadalah:
§ Kendali metabolik (metabolic control): pengendalian
keadaan metabolik sebaik mungkin seperti pengendalian
kadar glukosa darah, lipid, albumin, hemoglobin dan
sebagainya.
§ Kendali vaskular (vascular control): perbaikan asupan
vaskular (dengan operasi atau angioplasti), biasanya
dibutuhkanpadakeadaanulkusiskemik.
§
§
3.
4.
5.
6.
66|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§ Kendali infeksi (infection control): jika terlihat tanda-tanda
klinisinfeksiharusdiberikanpengobataninfeksisecaraagresif
(adanya kolonisasi pertumbuhan organisme pada hasil usap
namuntidakterdapattandaklinis,bukanmerupakaninfeksi).
§ Kendali luka (wound control): pembuangan jaringan
terinfeksi dan nekrosis secara teratur. Perawatan lokal pada
luka,termasukkontrolinfeksi,dengankonsepTIME:
o Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan
mati)
o Inflammation and Infection Control (kontrol inflamasi dan
infeksi)
o MoistureBalance(menjagakelembaban)
o Epithelialedgeadvancement(mendekatkantepiepitel)
§ Kendali tekanan (pressure control): mengurangi tekanan
padakaki,karenatekananyangberulangdapatmenyebabkan
ulkus, sehingga harus dihindari. Mengurangi tekanan
merupakan hal sangat penting dilakukan pada ulkus
neuropatik. Pembuangan kalus dan memakai sepatu dengan
ukuranyangsesuaidiperlukanuntukmengurangitekanan.
§ Penyuluhan (education control): penyuluhan yang baik.
Seluruh pasien dengan diabetes perlu diberikan edukasi
mengenaiperawatankakisecaramandiri.(B)
IV.3.DiabetesdenganNefropatiDiabetik
1.
2.
3.
4.
Nefropati diabetik merupakan penyebab paling utama dari
GagalGinjalStadiumAkhir.
Sekitar20-40%penyandangdiabetesakanmengalaminefropati
diabetik.
Didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299
mg/24 jam merupakan tanda dini nefropati diabetik pada DM
tipe2
Pasien yang disertai dengan albuminuria persisten pada kadar
30-299mg/24jamdanberubahmenjadialbuminuriapersisten
pada kadar ≥300 mg/24 jam sering berlanjut menjadi gagal
ginjalkronikstadiumakhir.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|67
5.
Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar
albumin >30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6 bulan, tanpa penyebab
albuminurialainnya.
6. Klasifikasi nefropati diabetik tidak lagi menggunakan istilah
‘mikroalbuminuria’ dan ‘makroalbuminuria’ tetapi albuminuria
saja.Nefropatidiabetikdibagiatasalbuminuriapersistenpada
level 30-299mg/24 jam dan albuminuria persisten pada level
≥300mg/24jam.
7. Pemeriksaan lainnya adalah rasio albumin kreatinin. Nilai
diagnosisadalah:
§ Normal:<30mg/g
§ Rasioalbuminkreatinin30-299mg/g
§ Rasioalbuminkreatinin≥300mg/g
8. Penapisandilakukan:
§ SegerasetelahdiagnosisDMtipe2ditegakkan.
§ Jika albuminuria <30 mg/24 jam dilakukan evaluasi ulang
setiaptahun.(B)
9. MetodePemeriksaan
§ Rasioalbumin/kreatinindenganurinsewaktu
§ Kadaralbumindalamurin24jam:Monitoringalbuminurin
secara kontinu untuk menilai respon terapi dan
progresivitaspenyakitmasihdapatditerima.(E).
10. Penatalaksanaan
§ Optimalisasi kontrol glukosa untuk mengurangi resiko
ataupunmenurunkanprogresinefropati.(A)
§ Optimalisasi kontrol hipertensi untuk mengurangi resiko
ataupunmenurunkanprogresinefropati.(A)
§ Pengurangandietproteinpadadietpasiendiabetesdengan
penyakit ginjal kronik tidak direkomendasikan karena tidak
mengubah kadar glikemik, resiko kejadian kardiovaskuler,
ataupenurunanGFR.(A)
§ Terapi dengan penghambat ACE atau obat penyekat
reseptor angiotensin II tidak diperlukan untuk pencegahan
primer.(B).
68|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§ TerapiPenghambatACEatauPenyekatReseptorAngiotensi
II diberikan pada pasien tanpa kehamilan dengan
albuminuriasedang(30-299mg/24jam)(C)danalbuminuria
berat(>300mg/24jam)(A).
11. Perludilakukanmonitoringterhadapkadarserumkreatinindan
kalium serum pada pemberian penghambat ACE, penyekat
reseptorangiotensinII,ataudiuretiklain.(E)
§ Diuretik, Penyekat Kanal Kalsium, dan Penghambat Beta
dapatdiberikansebagaiterapitambahanataupunpengganti
pada pasien yang tidak dapat mentoleransi penghambat
ACEdanPenyekatReseptorAngiotensinII.
§ Apabilaserumkreatinin≥2,0mg/dLsebaiknyaahlinefrologi
ikutdilibatkan.
§ Pertimbangkankonsultasikeahlinefrologiapabilakesulitan
dalam menentukan etiologi, manajemen penyakit, ataupun
gagalginjalstadiumlanjut.(B)
IV.4.DiabetesdenganDisfungsiEreksi(DE)
1.
2.
3.
4.
5.
Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10
tahun cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati
autonom,angiopatidanproblempsikis.
DE perlu ditanyakan pada saat konsultasi pasien diabetes
dikarenakan kondisi ini sering menjadi sumber kecemasan
penyandangdiabetes,tetapijarangdisampaikanolehpasien.
DEdapatdidiagnosisdenganmenilai5halyaitu:fungsiereksi,
fungsi orgasme, nafsu seksual, kepuasan hubungan seksual,
dankepuasanumum,menggunakaninstrumensederhanayaitu
kuesionerIIEF-5(InternationalIndexofErectileFunction5).
ApabiladiagnosisDEtelahditegakkan,perludipastikanapakah
penyebabDEmerupakanmasalahorganikataumasalahpsikis.
Upayapengobatanutamaadalahmemperbaikikontrolglukosa
darahsenormalmungkindanmemperbaikifaktorrisikoDElain
sepertidislipidemia,merokok,obesitasdanhipertensi.
§ Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien
yang berpengaruh terhadap timbulnya atau memberatnya
DE.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|69
§ Pengobatan lini pertama adalah terapi psikoseksual dan
medikamentosa
berupa
obat
penghambat
phosphodiesterase tipe 5 (sildenafil, taldanafil, dan
vardenafil). Apabila belum memperoleh hasil memuaskan,
dapat diberikan injeksi prostaglandin intrakorporal, aplikasi
prostaglandin intrauretral, dan penggunaan alat vakum,
maupunprostesispenispadakasusdimanaterapilaintidak
berhasil.
IV.5.DiabetesdenganKehamilan
Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan harus
ditentukan klasifikasinya sebagai salah satu di bawah ini: ( WHO
2013,NICEupdate2014)
A. Diabetesmellitusdengankehamilan
atau
B. Diabetesmellitusgestasional
A. DiabetesMelitustipe2denganKehamilan
§ Pengelolaansebelumkonsepsi
Semuaperempuandiabetesmellitustipe2yangberencana
hamildianjurkanuntuk:
o KonselingmengenaikehamilanpadaDMtipe2
o Targetglukosadarah(Joslin,2011):
◊
GDPdansebelummakan:80-110mg/dl
◊
GD1jamsetelahmakan:100-155mg/dl
◊
HbA1C:<7%;senormalmungkintanparisikosering
hipoglikemiaberulang.
◊
Hindarihipoglikemiaberat.
o Suplemen asam folat 800 mcg – 1 mg / hari ( riwayat
neuraltubedefect:4mg/hari)
o Hentikanrokokdanalcohol
o Hentikanobat-obatdenganpotensiteratogenik
o Mengganti terapi anti diabetes oral ke insulin, kecuali
metformin pada kasus PCOS (polycystic ovarium
syndrome).
o Evaluasiretinaolehoptalmologis,koreksibilaperlu
o Evaluasikardiovaskular
70|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
§
Pengelolaandalamkehamilan
o Target optimal kendali glukosa darah (tanpa sering
hipoglikemia):(ADA2015)
◊ Glukosadarahsebelummakan,saattidurmalamhari:
60–99mg/dL.
◊ GDsetelahmakantertinggi:100–129mg/dL.
o Target tekanan darah pada ibu yang disertai hipertensi
kronis:(ADA2015)
◊ Sistolik :110–129mmHg
◊ Diastolik :65–79mmHg
o Kendaliglukosadarahmenggunakaninsulindengandosis
titrasiyangkompleks,sebaiknyadirujukpadadokterahli
yangberkompeten.
B. DiabetesMelitusGestasional
DiabetesMelitusGestasionalakandibahassecaraterpisahpada
konsensuspengelolaanDiabetesMelitusGestasional.
IV.6.DiabetesdenganIbadahPuasa
BagipenderitaDM,kegiatanberpuasa(dalamhalinipuasa
Ramadhan) akan mempengaruhi kendali glukosa darah akibat
perubahan pola dan jadual makan serta aktifitas fisik. Berpuasa
dalamjangkawaktuyanglamaakanmeningkatkanrisikoterjadinya
komplikasi akut seperti hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis
diabetikum, dan dehidrasi atau thrombosis. Risiko tersebut terbagi
menjadi risiko sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Risiko
komplikasi tersebut terutama muncul pada pasien DM dengan
resikosedangsampaisangattinggi(lihattabel15).
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|71
Tabel15.KategoriRisikoTerkaitPuasaRamadanpadaPasienDM
Tipe2
Risikosangattinggipadapasiendengan:
§ Hipoglikemiberatdalam3bulanterakhirmenjelangRamadan.
§ Riwayathipoglikemiyangberulang.
§ Hipoglikemiyangtidakdisadari(unawarenesshypoglycemia).
§ Kendaliglikemiburukyangberlanjut.
§ DMtipe1.
§ Kondisisakitakut.
§ Komahiperglikemihiperosmolerdalam3bulanterakhirmenjelang
Ramadan.
§ Menjalankanpekerjaanfisikyangberat.
§ Hamil.
§ Dialisiskronik.
Risikotinggipadapasiendengan:
§ Hiperglikemi sedang (rerata glukosa darah 150–300 mg/dL atau
HbA1c7,5–9%).
§ Insufisiensiginjal.
§ Komplikasimakrovaskuleryanglanjut.
§ Hidup“sendiri”danmendapatterapiinsulinatausulfonilurea.
§ Adanyapenyakitpenyertayangdapatmeningkatkanrisiko.
§ Usialanjutdenganpenyakittertentu.
§ Pengobatanyangdapatmenggangguprosesberpikir
Risikosedangpadapasiendengan: § Diabetesterkendalidenganglinid(short-actinginsulinsecretagogue).
Risikorendahpadapasiendengan:
§ Diabetes“sehat”denganglikemiyangterkendalimelalui;
o terapigayahidup,
o metformin,
o acarbose,
o thiazolidinedione,
o penghambatensimDPP-4.
Sumber:Al-AroujM,etal.DiabetesCare.2010.33:1895–1902.
72|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Pertimbangan medis terkait resiko serta tatalaksana DM secara
menyeluruh harus dikomunikasikan oleh dokter kepada pasien DM
dan atau keluarganya melalui kegiatan edukasi. Jika pasien tetap
berkeinginan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan, maka
adabeberapahalyangharusdiperhatikan:
1. Satu-dua bulan sebelum menjalankan ibadah puasa, pasien
diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh meliputi kadar glukosa darah, tekanan darah, dan
kadar lemak darah, sekaligus menentukan resiko yang akan
terjadibilapasientetapinginberpuasa.
2. Pasien diminta untuk memantau kadar glukosa darah secara
teratur, terutama pertengahan hari dan menjelang berbuka
puasa.
3. Janganmenjalankanibadahpuasabilamerasatidaksehat.
4. Harusdilakukanpenyesuaiandosissertajadwalpemberianobat
hipoglikemik oral dan atau insulin oleh dokter selama pasien
menjalankanibadahpuasa
5. Hindari melewatkan waktu makan atau mengkonsumsi
karbohidrat atau minuman manis secara berlebihan untuk
menghindari terjadinya hiperglikemia post prandial yang tidak
terkontrol. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat
komplekssaatsahurdankarbohidratsimplesaatberbukapuasa,
serta menjaga asupan buah, sayuran dan cairan yang cukup.
Usahakan untuk makan sahur menjelang waktu imsak (saat
puasaakandimulai).
6. Hindari aktifitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat
menjelangwaktuberbukapuasa.
7. Puasa harus segera dibatalkan bila kadar glukosa darah kurang
dari60mg/dL(3.3mmol/L).Pertimbangkanuntukmembatalkan
puasa bila kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dL (4.4
mmol/L) atau glukosa darah meningkat sampai lebih dari 300
mg/dLuntukmenghindariterjadiketoasidosisdiabetikum.
8. Selalu berhubungan dengan dokter selama menjalankan ibadah
puasa.
(Penjelasan lengkap dapat dibaca di Buku Panduan
Penatalaksanaan DM tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan
Ramadan)
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|73
IV.7.DiabetespadaPengelolaanPerioperatif
Diabetes menyebabkan peningkatan morbiditas, mortalitas dan
masarawatpadapasienoperasi.Tingkatkematianperioperatifpada
pasien diabetes 50% lebih tinggi dibandingkan pada pasien tanpa
diabetes.Penyebabdarikondisiiniadalah:
§ Resikohipo/hiperglikemia
§ Faktor-faktor komorbid, di antaranya komplikasi makro dan
mikrovaskular.
§ Pemberianobat-obatanyangkompleks,termasukinsulin.
§ Kesalahan dalam proses peralihan terapi insulin intravena ke
subkutan.
§ Resikoinfeksiperioperatif.
§ Perhatianyangkurangdalampemantauanpasiendiabetes.
§ Kelalaiandalammengidentifikasipasiendiabetes.
§ Tidakadanyapedomaninstitusiterhadapmanajemendiabetes.
§ Kurangnya pengetahuan manajemen diabetes pada staf tenaga
kesehatan.
Persiapan operasi elektif maupun non-elektif dapat dilihat pada
pedomanterapiinsulindirumahsakit.
IV.8.Diabetesyangmenggunakansteroid
1. Glukokortikoid sering memberikan efek samping metabolik
karena pengaruhnya dalam beberapa proseshomeostasis
glukosa, sensitivitas insulin, metabolisme lemak dan
adipogenesis.
2. Glukokortikoid dapat memicu diabetes dengan mengurangi
sensitivitasinsulin,yaitudenganmenurunkanikataninsulinpada
reseptornya, mengubah interaksi protein-protein pada insulin
cascade, meningkatkan lipolisis, dan mengganggu GLUT-4 dan
pendistribusiansubselular
3. Manajemen pasien DM yang diobati dengan glukokortikoid
umumnya sama dengan pengobatan dengan DM pada
umumnya. Akan tetapi perlu dipikirkan kemungkinan DM
dipengaruhiolehpemberiankortikosteroid.
4. Hiperglikemiapadapemberiansteroidmemerlukanpemahaman
danpenatalaksanaankhusus.
74|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
IV.9.DiabetesdenganPenyakitKritis
Glukosa darah yang direkomendasikan untuk pasien DM
denganpenyakitkritisharusdikontrolpadakisaran140-180mg/dL
dantidakbolehmelebihi180mg/dl(A).
Target yang lebih ketat seperti 110-140 mg/dL, mungkin
dapat diterapkan pada pasien-pasien tertentu, namun harus
diperhatikanresikoterjadinyahipoglikemia(C).
Pada hampir seluruh kondisi klinis di rawat inap, terapi
insulin merupakan pilihan utama dalam kontrol glikemik. Pada
pasienICU,pemberianinsulinsecaradripintravenaumumnyalebih
dipilih.DiluarICU,terapiinsulinsubkutanlebihdirekomendasikan.
Perlu diperhatikan resiko hiperglikemia pada perubahan terapi
insulindripintravenamenjadisubkutan.
Pemberian insulin secara sliding scale sangat tidak
disarankan. Pemberian insulin subkutan dengan memperhatikan
pola sekresi insulin endogen yang fisiologis berupa insulin basal,
prandial, lebih direkomendasikan, yang bila diperlukan dapat
ditambahkandosisinsulinkoreksi.
1. KrisisHiperglikemia
Sudahdibahaspadababkomplikasi.
2. SindromKoronerAkut(SKA).
SKA merupakan suatu kegawatan medis yang diakibatkan
penurunan perfusi jaringan jantung akibat penyempitan hingga
penyumbatan arteri koroner. Pasien dengan SKA memberikan
gambaran klinis nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke area
sekitar. SKA diklasifikasikan berdasarkan gambaran EKG dan
pemeriksaan laboratorium, yaitu SKA dengan elevasi segmen ST
(STEMI) hingga SKA tanpa peningkatansegmen ST (Non-STEMI
atauanginapektoristidakstabil).
Faktor-faktor pada pasien DM yang dapat meningkatkan resiko
SKA, di antaranya: terjadinya akselerasi atherosklerosis, prothrombic state, dan disfungsi autonomik. Pasien DM yang
mengalami sindrom koroner akut beresiko sering mengalami
silent infarct, dimana keluhan klasik nyeri dada tidak muncul
padapasien.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|75
RekomendasipengobatanpasiendenganDMdanSKA:
a. Aggressiveanti-thrombotictherapy
§ Terapiantiplatelet:
o
AspirinadalahterapidasarpadaSKA
o
Clopidogrel masih kurang didokumentasikan pada
pasienDM,tapitermasukpilihanpenting.
o
Terapi kombinasi aspirin dan klopidogrel dapat
digunakansampaisetahunsetelahSKA(B).
o
Terapi antiplatelet yang baru, sebagai contoh
prasugrel, menunjukan keuntungan yang potensial
padapasienDM
§ Terapi antikoagulan menggunakan unfractionated
heparindanenoxaparindisarankan
b. Earlyinvasiveangiography
§ Pada MI dengan STEMI, segera dilakukanpercutaneous
coronary intervention (PCI), konsultasikan dengan
spesialisjantung.
3. Stroke
Hiperglikemia mempengaruhi tingkat mortalitas begitu juga
dengan penyembuhan paska-stroke. Hiperglikemia yang
berkelanjutandapatmemperluasukuraninfark.
Manajemen stroke untuk pasien dengan stroke iskemik nonkardioembolik atau TIA, telah direkomendasikan penggunaan
antiplatelet
agen
daripada
antikoaglukosan
oral
direkomendasikanuntukmenurunkanrisikostrokeberulangdan
kejadian kardiovaskular yang lain. Untuk pilihan dapat
menggunakanaspirindenganatautanpaterapiantiplatelet.
Rekomendasiuntukpasienstrokeakutdenganhiperglikemia:
§ Targetglukosadarah:110-140mg/dl
§ LanjutkanterapiIVinsulinuntukmenurunkanvariabilitas
§ Metode kontrol glikemik yang lain (perubahan gaya hidup)
dapatdiimplementasikanpadasaatfasepenyembuhan.
76|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
4. Sepsis
Respon imun mengalami perubahan dan kerentanan terhadap
infeksi yang meningkat pada pasien DM. Orang dengan DM
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena infeksi, tetapi
masih belum jelas apakah prognosis akan lebih buruk dari nondiabetik.
Langkah-langkahkontrolglukosadarahpadapasiensepsis:
1. Stabilisasi
2. PasiendengansepsisberatdanhiperglikemiadiICU:terapi
insulinIV
3. Pasien yang menerima insulin IV juga menerima sumber
glukosakalori
4. Menggunakan validasi protokol untuk penyesuaian dosis
insulindantargetglukosadarahhinggaberkisar<150mg/dl
5. Memantaunilaiglukosadarahsetiap1-2jamsampaikadar
nilaiglukosadaninfusinsulinstabil;dimonitorsetiap4jam
setelahitu.
Pertimbangan dalam mengontrol glukosa darah pada sepsis,
antaralain:
1. Kadar glukosa darah yang rendah pada tes point-of-care
darah kapiler harus diintepretasikan dengan hati-hati,
karenapengukurantersebutmelebihidaraharteriataunilai
plasmaglukosa
2. Akurasidanproduksipadatespoint-of-caredarahkapiler.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|77
V.Penutup
Diabetesmelitusmerupakanpenyakitmetabolikyangdapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Keadaan ini sangat
memengaruhi kualitas hidup penyandang DM sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini
memang belum ditemukan cara atau pengobatan yang dapat
menyembuhkannya diabetes secara menyeluruh. Akan tetapi DM
dapat dikendalikan dengan baik, dengan cara : diet, olahraga dan
dengan menggunakan obat antidiabetik. Pada setiap penanganan
penyandang DM, harus selalu ditetapkan target yang akan dicapai
sebelummemulaipengobatan.Halinibertujuanuntukmengetahui
keberhasilanprogrampengobatandanpenyesuaianregimenterapi
sesuai kebutuhan serta menghindari hasil pengobatan yang tidak
diinginkan. Pengobatan DM sangat spesifik dan individual untuk
masing-masing pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk
dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol kadar glukosa darah
namun bila diterapkan secara umum, diharapkan dapat mencegah
danmenurunkanprevalensiDM,baikdiIndonesiamaupundidunia
dimasayangakandatang.
Akhirnya,denganmengucapsyukurkepadaTuhanYMEatas
tersusunnya buku revisi konsensus diabetes. Diharapkan buku ini
dapat benar-benar bermanfaat bagi para praktisi yang memiliki
kewenangan dalam penatalaksanaan DM dan bertugas menangani
parapenyandangdiabetes.
78|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
VI.DaftarPustaka
1.
International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Sixth
Edition,InternationalDiabetesFederation(IDF).2013.
2.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI.
Jakarta.2011.
3.
RisetKesehatanDasar(RISKESDAS).2013.
4.
Executive summary: Standards of medical care in diabetes--2013,
DiabetesCare.2013,36Suppl1,S4-10.
5.
Soewondo,P.CurrentPracticeintheManagementofType2Diabetes
in Indonesia: Results from the International Diabetes Management
PracticesStudy(IDMPS),JIndonesiaMedAssoc.2011,61.
6.
Widyahening,I.S.;vanderGraaf,Y.;Soewondo,P.;Glasziou,P.;van
derHeijden,G.J.Awareness,agreement,adoptionandadherenceto
type 2 diabetes mellitus guidelines: a survey of Indonesian primary
carephysicians.Seehttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24755412
forfurtherdetails.
7.
AmericanDiabetesAssociation,Standardsofmedicalcareindiabetes
2014,DiabetesCare.2014,37(Suppl1),S14-80.
8.
Little, R. R.; Roberts, W. L. A Review of Variant Hemoglobins
Interfering with Hemoglobin A1c Measurement, Journal of Diabetes
ScieneceandTechnology.2009,3,446-451.
9.
AmericanDiabetes,A.Executivesummary:Standardsofmedicalcare
indiabetes--2014,DiabetesCare.2014,37Suppl1,S5-13.
10. Lipska,K.J.;Bailey,C.J.;Inzucchi,S.E.Useofmetformininthesetting
of mild-to-moderate renal insufficiency, Diabetes Care. 2011, 34,
1431-1437.
11. Ovalle,F.Thiazolidinediones:AReviewofTheirBenefitsandRisksSee
http://www.medscape.com/viewarticle/444913forfurtherdetails.
12. Garber, A. J.; Abrahamson, M. J.; Barzilay, J. I., et al. AACE
Comprehensive Diabetes Management Algorithm 2013, Endocrine
Practice.2013,19,327-336.
13. Defining and reporting hypoglycemia in diabetes: a report from the
American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia,
DiabetesCare.2005,28,1245–1249.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|79
14. Geerlings, S.; Hoepelman, A. Immune dysfunction in patients with
diabetesmellitus(DM),FEMSImmunolMedMicrobiol.1999,26,256–
265.
15. Muller, L.; Gorter, K.; Hak, E.; Goudzwaard, W.; Schellevis, F.;
Hoepelman, A. Increased risk of common infections in patients with
type1andtype2diabetesmellitus,ClinInfectDis.2005,41,281–288.
16. Casqueiro, J.; Casqueiro, J.; Alves, C. Infection in Patients with
Diabetes Mellitus : a Review of Pathogenesis, Indian Journal of
EndocrinologyandMetabolism.2012,16(Suppl1,S27-S36.
17. Jeon, C.; Murray, M. Diabetes mellitus increases the risk of active
tuberculosis: a systematic review of 13 observational studies, PLoS
Medicine.2008,e152.
18. Richard Brostrom, Ib Christian Bygbjerg, Martin Castellanos, Saidi
Egwaga, Susan Fisher-Hoch, Christie Y. Jeon, Megan B. Murray, Toru
Mori, Salah-Eddine Ottmani, Kaushik Ramaiya, Gojka Roglic, Nigel
Unwin, Vijay Viswanathan, David Whiting, Lixia Wang and Wenhua
Zhao Collaborative Framework for Care and Control of Tuberculosis
andDiabetes.2011.
19. Organization,W.H.CollaborativeFrameworkforCareandControlof
TuberculosisandDiabetes.2011.
20. Geerlings, S. Urinary tract infections in patients with diabetes
mellitus:Epidemiology,pathogenesisandtreatment,IntJAntimicrob
Agents.2008,31S,54–57.81
21. Ludwig, E. Urinary tract infections in diabetes mellitus, Orv Hetil.
2008,149,597–600
22. Petit,J.;Bour,J.;Galland-Jos,C.;Minello,A.;Verges,B.;Guiguet,M.
Risk factors for diabetes mellitus and insulin resistance in chronic
hepatitisC,JHepatology.2001,35,279-283
23. Calvet, H.; Yoshikawa, T. Infections in diabetes, Infect Dis Clin North
Am.2001,15,407-420.
24. Peleg,A.;Weerarathna,T.;McCarthy,J.;Davis,T.Commoninfections
indiabetes:Pathogenesis,managementandrelationshiptoglycaemic
control,DiabetesMetabResRev.2007,23,3–13.
25. Carfrae, M.; Kesser, B. Malignant otitis externa, Otolaryngol Clin
NorthAm.2008,41,537–549.
80|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
26. Kalra, S.; Kalra, B.; Agrawal, N.; Unnikrishnan, A. Understanding
diabetesinpatientswithHIV/AIDS,DiabetolMetabSyndr.2011,3,2.
27. Jr,F.W.Thediabeticfoot,Orthopedics.1987,10,163-172.
28. Lipsky, B.; Berendt, A.; Cornia, P. Infectious Diseases Society of
Americaclinicalpracticeguidelineforthediagnosisandtreatmentof
diabetic foot infections. IDSA guidelines., Clin Infect Dis. 2012, 54,
132-173.
29. (EWMA), E. W. M. A. Wound bed preparation in practice.). London:
MEPLtd,2004.
30. Johnson, K. Peripheral Artery Disease of the Legs See
http://www.webmd.com/heart-disease/peripheral-artery-disease-ofthe-legsforfurtherdetails.
31. UC Davis Health System, Description Critical limb ischemia (CLI) See
www.ucdmc.ucdavis.edu/vascular/diseases/cli.html for further
details.
32. UCDavisHealth,S.y.s.t.e.m.SymptomsCriticallimbischemia(CLI)
See www.ucdmc.ucdavis.edu/vascular/diseases/cli.html for further
details.
33. Boulton, A.; Vinik, A.; Arezzo, J. American Diabetes Association.
Diabetic neuropathies: a statement by the American Diabetes
Association,DiabetesCare2005,28,956-962.
34. Frisch, A.; Chandra, P.; Smiley, D.; Peng, L.; M, M. R.; Gatcliffe, C.
Prevalence and clinical outcome of hyperglycemia in the
perioperative period in noncardiac surgery, Diabetes Care. 2010, 33,
`1783-1788.
35. Management of Diabetic Patients Treated with Glucocorticoids. In
PartnershipDiabeticControlinIndonesia(PDCI)).2013,11,18.
36. Clement,S.,DiabetesCare.2004,27,553.
37. Aiello, L. M.; Cavallerano, J. D.; Aiello, L. P.; Bursell, S. E. Diabetic
retinopathy. In: Guyer DR, Yannuzzi LA, Chang S, et al, eds. Retina
VitreousMacula..1999,Vol2,316-344.
38. Benson, W. E.; Tasman, W.; Duane, T. D. Diabetes mellitus and the
eye.In:Duane'sClinicalOphthalmology1994,Vol3.
39. Bhavsar, A. R.; Atebara, N. H.; Drouilhet, J. H. Diabetic Retinopathy:
Presentation See http://emedicine.medscape.com/article/1225122overviewforfurtherdetails.
KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015|81
40. American Diabetes Association, Diabetes Care in Specific Settings,
DiabetesCare.2012,35(suppl1),S44.
41. Moghissi, E.; Korytkowski, M.; DiNardo, M. American Association of
Clinical Endocrinologists and American Diabetes Association
consensus statement on inpatient glycemic control, Diabetes Care.
2009,32,1119-1131.
42. PerkumpulanEndokrinologiIndonesia,PetunjukPraktis:TerapiInsulin
PadaPasienDiabetesMelitus,PB.PERKENI.Jakarta.2011.82
43. Coven, D. L.; Kalyanasundaram, A.; Shirani, J. Overview Acute
Coronary
Syndrome
See
http://emedicine.medscape.com/article/1910735-overview
for
furtherdetails.
44. AmericanDiabetesAssociation2009textbook.2009.
45. Furie, K. L., et al. Guidelines for the prevention of stroke in patients
with stroke or transient ischemic attack: A guideline for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association.Stroke2011,42,227-276.
46. Lee, L. T. Glycemic control in the diabetic patients after stroke., Crit
CareNursClinNAm.2009,21,507-515.
47. Clement, S., et al. Management of diabetes and hyperglycemia in
hospitals,DiabCare.2004,27(2).
48. Schuetz,P.,etal,DiabetesCare2011,34(3),771-778.
49. Dellinger,R.P.,CritCareMed.2008,36,296-327.
50. Hamdy, O.; Srinivasan, V. A. R.; Snow, K. J. Overview Hypoglycemia
See http://emedicine.medscape.com/article/122122-overview for
furtherdetails.
51. AmericanDiabetesAssociation.StandardsofMedicalCareinDiabetes
–2015.DiabetesCare.2015;38(Sppl1):S1-S87.
52. American Association of Clinical Endocrinologists and American
CollegeofEndocrinology–ClinicalPracticeGuidelinesforDeveloping
a Diabetes Mellitus Comperehensive Care Plan – 2015. Endocrinbe
Practice,2015;21(sppl1):1-87
53. Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A
New Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus.
Diabetes.2009;58:773-795
82|KonsensusPengelolaandanPencegahanDiabetesMelitusTipe2–2015
Download