EK302-032083-825-4 226KB Jul 18 2011 03:06:03 PM

advertisement
Pendapatan Nasional,
Pertumbuhan dan
Struktur Ekonomi
PERTEMUAN 4
Konsep Pendapatan Nasional (PN)
Ada dua pengertian PN:
• Dalam arti sempit, PN adalah PN (Net Income)
• Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB (Produk Domestik
Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto), atau PNN (Produk
Nasional Netto).
Persamaan sederhana dalam perhitungan pendapatan nasional :
PNB = PDB + F
PNN = PNB – D
PN = PNN – Ttl
Dimana : F = pendapatan netto atas faktor luar negeri atau
pendapatan yang diterima dari pendapatan yang dibayarkan ke luar
negeri atas faktor produksi. Misal, gaji TKI yang bekerja di luar
negeri dan dividen dari investasi asing atau gaji konsultan asing di
Indonesia.
D = depresiasi atau penyusutan
Ttl = pajak tidak langsung netto (selisih antara pajak tak
langsung dan subsidi).
Sehingga,
PDB = PN + Ttl + D – F Atau, PN = PDB + F – D – Ttl
Pendekatan Perhitungan PDB:
1. Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDB
adalah jumlah nilai output (NO) dari semua sektor
ekonomi atau lapangan usaha. Sektor perekonomian
Indonesia berdasarkan klasifikasi BPS ada 9 sektor.
Sehingga, PDB = Σ Noi dimana, i = 1,2,…9.
2. Pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi di masingmasing sektor. Pendapatan faktor produski berupa :
upah/gaji untuk tenaga kerja, bunga hasil investasi untuk
pemilik modal, hasil jual atau sewa tanah untuk pemilik
tanah, dan keuntungan bisnis atau perusahan bagi
pengusaha.
Atau dalam pendekatan ini PDB merupakan
penjumlahan dari nilai tambah bruto (NTB) dari sembilan
sektor tersebut. PDB = NTB1 + NTB2 + …NTB9
3. Pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari
semua komponen dari permintaan akhir (C, I, G, dan XM) Sehingga, PDB = C + I + G + (X - M)
Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi
• Pertumbuhan sisi permintaan agregat (AD).
Jika terjadi pertumbuhan, maka kurva AD bergeser ke
kanan. Sisi AD terdiri dari : C, I, G dan ekspor netto (X M). Atau Y = C + I + G + X-M
jika Y meningkat maka permintaan agregat akan
semakin besar.
• Pertumbuhan dari sisi penawaran agregat (AS).
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan volume
dari faktor-faktor produksi yang digunakan.
Pertumbuhan juga didorong oleh peningkatan
produktivitas dari faktor-faktor tersebut.
b). Agg Demand
Y=C+I+G+(X–M)
C=a+by
I=Ia–ir
G=Ga
X=Xa
M = Ma + my
Y = PDB (GDP)
P
Agg S 1
P
Agg S
Agg S 2
P1
P2
P2
P1
Agg D 2
Agg D
Agg D 1
Q
Q1
Q2
Agg Demand naik -> Q naik
Q
Q1
Q2
Agg Supply naik -> Q naik
Pertumbuhan dari sisi penawaran agregat (AS).
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan volume
dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Pertumbuhan
juga didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktorfaktor tersebut.
Jadi, hubungan antara output dengan faktor produksi
adalah : Q = f (X1, X2, X3, ….Xn)
dimana, Q = volume output, dan X1, X2,…Xn = volume
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan output.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
1. Faktor internal:
• Faktor Internal ekonomi : kondisi fundamental ekonomi
seperti perkembangan inflasi, jumlah cadangan devisa,
kondisi sektor perbankan, realisasi RAPBN, kebijakan
ekonomi pemerintah di bidang fiskal dan moneter serta
perkembangan ekspor nasional.
• Faktor internal nonekonomi : kondisi politik dan sosial,
keamanan, dan hukum (berkaitan dengan kepastian
hukum di bidang kegiatan bisnis dan pelaksanaan
otonomi daerah)
2. Faktor eksternal : Prospek perekonomian dan
perdagangan dunia Kondisi politik global Pertumbuhan
Ekonomi
Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB
atau PN akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi:
• ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke
ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer,
khususnya industri manufaktur dengan increasing return to scale
(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan
produktivitas ) yang dinamis sebagai motor utama penggerak
pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988).
• Ada kecendrungan (dapat dilihat sebagai suatu hipotesis) bahwa
semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin
tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat
perubahan struktur ekonomi dengan asumsi faktor-faktor penentu
lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan
baku, dan teknologi tersedia.
Menurut Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya
disebut transformasi struktural. Didefinisikan sebagai
suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam komposisi
• Aggregate Demand (AD), perdagangan luar negeri
(ekspor impor),
• Aggregate Supply (AS) atau produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan
guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery,
1979).
• Transformasi struktural dapat dilihat pada perubahan
pangsa Nilai Output (NO) atau Nilai Tambah Bruto (NTB)
dari setiap sektor di dalam pembentukan PDB atau PNB
atau PN.
• Berdasarkan hasil studi Chenery dan Syrquin,
perubahan pangsa dalam periode jangka panjang
menunjukkan suatu pola dimana kontribusi sektor primer
semakin turun dan sektor sekunder dan tersier semakin
meningkat.
Kontribusi output dari pertanian (sektor primer) terhadap
pembentukan PDB mengecil, sedangkan pangsa PDB
dari industri manufaktur dan jasa (sektor sekunder dan
tersier) mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan PDB atau PN per kapita. Pangsa output
sektoral thd PDB Tersier Sekunder Primer Waktu
Perubahan Struktur Ekonomi
• Indikator lain yang digunakan dalam studi-studi empiris
untuk mengukur pola perubahan struktur ekonomi
adalah :
• distribusi kesempatan kerja menurut sektor. Pada tingkat
pendapatan rendah (tahap awal pembangunan
ekonomi), sektor-sektor primer merupakan kontributor
terbesar dalam penyerapan tenaga kerja.
• Pada tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (tahap
akhir) sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi
sangat penting dalam penyediaan kesempatan kerja. Di
dalam kelompok negara-negara sedang berkembang
(Low Developing Countries (LDC’s), banyak negara
yang juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam
30 tahun terakhir, meskipun pola dan prosesnya
berbeda antar negara.
• Variasi tersebut disebabkan oleh :
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis
ekonomi). Jika suatu negara awalnya sudah memiliki
basis industri dasar (mesin, baja) yang relatif kuat,
maka akan mengalami proses indutrialisasi yang lebih
pesat/cepat dibandingkan negara yang hanya memiliki
industri ringan (tekstil, pakaian, alas kaki)
• Besarnya pangsa dalam negeri (kombinasi jumlah
populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita).
• Pola distribusi pendapatan. Jika pendapatan per
kapita meningkat pesat namun tidak diiringi dengan
distribusi yang relatif merata, maka kenaikan
pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi
pertumbuhan industri-industri.
• Karakteristik dari industrialisasi.
• Misalnya cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri
yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola
pembangunan industri, dan insentif yang diberikan bagi pelaku di
bidang industri.
• Keberadaan SDA. Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya
SDA justru mengalami pertumbuhan ekonomi lebih rendah atau
terlambat melakukan industrlalisasi atau tidak berhasil melakukan
diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) dari pada negara
miskin SDA.
• Kebijakan perdagangan luar negeri. Negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), memiliki pola dan
hasil industrilaisasi yang berbeda dibandingkan negara yang
menerapkan kebijakan terbuka (outward looking). Banyak negara
berkembang seperti Indonesia yang menerapakn kebijakan
protektif terhadap sektor industrinya (kebijakan industri substitusi
impor/ISI).
• Namun, hasilnya adalah sektor industrinya berkembang
tidak efisien dan memiliki tingkat diversifikasi rendah,
khususnya lemah dalam kelompok industri tengah
(hollow midle industry). Sehingga lebih tepat dikatakan
menerapkan sistem produksi assembling.
• Kasus Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia. Orde
Baru hingga sekarang dapat dikatakan terjadi perubahan
struktur ekonomi cukup pesat.
Data BPS : 1970 : NTB sektor pertanian : 45% thd PDB,
tahun 1990 tinggal 16 – 20% thd PDB. Ini menunjukkan
penurunan pangsa pertanian dalam pembentukan PDB.
Tabel 4.6 PDB Indonesia Menurut Persentase Kontribusi Sektoral,
pada Tahun 1969-1993
Sektor Ekonomi
1969
1974
1979
1984
1989
1993
Pertanian
49,3
32,7
28,1
22,7
23,4
18,5
Pertambangan
4,7
22,2
21,8
18,8
13,1
10,2
Industri Pengolahan
9,2
8,3
10,3
14,6
18,4
22,3
Listrik, Gas, Air Minum
0,5
0,5
0,5
0,4
0,6
0,9
Bangunan
2,8
3,8
5,6
5,3
5,3
6,0
Transportasi dan Komunikasi
2,8
4,1
4,4
5,6
5,5
6,9
Perdagangan
30,7
28,4
29,3
14,9
17,0
16,5
Keuangan dan Perbankan
3,4
3,9
5,0
Sewa Rumah
2,9
2,5
2,5
Pemerintahan dan Pertahanan
7,2
6,7
7,4
Jasa-jasa
4,1
3,5
3,8
Menurut Harga Berlaku
Produk Domestik Bruto
100
100
100
100
100
100
Tabel 4.7 Kontribusi Sektoral dalam Penyerapan Tenaga Kerja,
pada Tahun 1992
(Berdasarkan Data Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Bekerja)
Sektor
Jumlah
Persentase
42.153.205
53,69
524.924
0,67
8.255.496
10,51
162.367
0,21
Bangunan
2.514.744
3,20
Transportasi dan Komunikasi
2.573.809
3,28
Perdagangan
11.746.813
14,96
Lain-lain
10.567.014
13,48
Jumlah
78.518.372
100
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Minum
Download