HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI GULA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : LUJENG YUNIA MURTI 020112a018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI GULA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Lujeng Yunia Murti*) Auly Tarmali, SKM, M.Kes**) Sigit Ambar Widyawati, S.KM, M.Kes **) *)MahasiswaPSKM STIKESNgudi Waluyo Ungaran **) DosenPSKM STIKESNgudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara sedang berkembang, sehingga dikatakan bahwa Diabetes Melitus sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit global pada masyarakat. Diabetes Mellitus adalah peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pasien yang memeriksakan kadar gula darah di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang selama 1 bulan sebanyak 55 responden yang diambil menggunakan teknikpurposive sampling.Alat pengambilan data ini menggunakan kuesioner.Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan konsumsi gula >4 sendok sebanyak 22 responden (69,7%), dan responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gula ≤4 sendok yaitu sebanyak 33 responden (60,0%). Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,013 (< α = 0,05). Sebaiknya penderita Diabetes Mellitus mengurangi kebiasaan konsumsi gula dengan mengatur pola makan yang sehat. Kata Kunci : kebiasaan konsumsi gula, kejadian DM Kepustakaan : 37 (1977-2013) Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang ABSTRACT Diabetes Mellitus is a disease which prevalence is increasing in the world, both in developed countries or developing countries, so it is said that diabetes mellitus has become a global health problem or disease in the community. Diabetes Mellitus is an increase in blood sugar (glucose) due to deficiency or insulin resistance. The aim of this study is to determine the Correlation Between Sugar Consumption Habits and the Incidence of Diabetes Mellitus at Puskesmas Leyangan Working Area East Ungaran Semarang Regency. This research was an analytical design with cross-sectional approach. The Population and sample in this study were patient who checked blood sugar levels at Puskesmas Leyangan East Ungaran Semarang Regency for one month as many as 55 respondents drawn using purposive sampling technique. This data obtained through questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test. The results show that respondents who have habit of sugar consumption > 4 spoons (69.7%), and respondents who have habit of sugar consumption ≤4 spoonsas many as 33 respondents (60.0%).There is a Correlation Between Sugar Consumption Habits and the Incidence of Diabetes Mellitus at Puskesmas Leyangan Working Area East Ungaran Semarang Regency, p=0.013 (<α = 0.05). Diabetes Mellitus patients should reduce sugar consumption habits by regulating a healthy diet. Keywords : sugar consumption habits, the incidence of DM Bibliographies : 37 (1977-2013) PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan keluarga, khususnya keluarga 'berbadan besar' (kegemukan) bersama dengan gaya hidup (Bustan, 2007). Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara sedang berkembang, sehingga dikatakan bahwa Diabetes Melitus sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012) Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa Diabetes Mellitus seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama Diabetes Mellitus, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa polyuri (sering kencing), polydipsi (sering haus), polyfagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis, mata kabur, luka tidak sembuhsembuh, dll. (Riskesdas,2012) Laporan World Health Organization (WHO) pada 2010 mengungkap, Diabetes Mellitus menempati posisi ke 6 penyakit tidak menular penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat Diabetes Mellitus dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Jumlah penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030, yaitu India (79,4 juta), Cina, Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus diperkirakan tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi366juta orang (WHO, 2008; dalam Hasdianah, 2012). Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2013 adalah 2,1%, angka tersebut lebih tinggi dibanding Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan tahun 2007 yaitu 1,1%. Kenaikan prevalensi Diabetes Mellitus dari 31 provinsi (93,9%) menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi tertinggi Diabetes Mellitus pada umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala adalah di Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%), disusul Sulawesi Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%), yang terendah ialah di Provinsi Lampung (0,8%), kemudian Bengkulu dan Kalimantan Barat (1,0%). Provinsi dengan kenaikan prevalensi Diabetes Mellitus terbesar adalah Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 0,8% pada tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2013, sedangkan provinsi dengan penurunan prevalensi terbanyak adalah Provinsi Papua Barat, yakni 1,4% pada tahun 2007 menjadi 1,2% pada tahun 2013 (Dinkes RI, 2013). Prevalensi Diabetes Mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Semarang sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan Diabetes Mellitus tipe 2, mengalami penurunan dari 0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. (Riskesdas,2013). Berdasarkan data yang dihasilkan ada tahun 2015 di Puskesmas Leyangan Ungaran Timur, Diabetes Mellitus masuk dalam 10 besar kasus penyakit dengan jumlah 443 kasus. Desa Leyangan memiliki jumlah kasus Diabetes Mellitus tertinggi sebanyak 120 kasus, di Desa Beji sebanyak 98 kasus, Gedanganak sebanyak 95 kasus, Kalirejo sebanyak 88 kasus, dan Sidomulyo sebanyak 42 kasus. Pada bulan juli 2016 didapatkan hasil kunjungan pasien yang memeriksakan kadar gula darah di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur, Kab Semarang sebanyak 55 pasien. (Puskesmas Leyangan, 2015) Pola makan yang tidak sehat, dalam artian mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung kadar gula tinggi dalam jumlah besar akan mengakibatkan obesitas atau kegemukan. Setelah pasien didiagnosis menderita obesitas, besar kemungkinannya pasien terkena Diabetes Mellitus karena faktor utama penyebab Diabetes Mellitus adalah terdapatnya kadar gula yang tinggi dalam darah melebihi batasan wajar. Penderita Diabetes Mellitus seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk mengendalikan kadar glukosa darah Diabetes Mellitus. (Suyono, 2007). Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi masyarakat dunia.Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok.Selain sebagai salah satu bahan makanan pokok, gula juga merupakan sumber kalori bagi masyarakat. Kebiasaan konsumsi gula menjadi permulaan terjadinnya resistensi insulin, kebiasaan konsumsi gula terjadi secara alami disebabkan oleh rendahnya kadar dopamine reseptor D2 (DRD2) yang bekerja oleh otak. Dopamine adalah hormone kepuasan yang dihasilkan oleh hipotalamus otak. Kadar hormon kepuasan yang tidak memadai membuat individu yang bersangkutan cenderung mencari makanan manis,selanjutnya kejadian ini lebih akrab disebut dengan kecanduan gula (sugar addict), sehingga kebiasaan konsumsi gula perlu dibatasi agar tidak semakin menambak lonjakan kadar gula darah.(Sugiyanto, 2007) Kebiasaan konsumsi gula yang berlebihan merupakan faktor resiko yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus. Semakin berlebihan konsumsi gula besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes Mellitus Mekanisme hubungan kebiasaan konsumsi gula dengan kadar gula darah dimana gula akan dipecah dan diserap dalam bentuk glukosa. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang meningkatkan sekresi insulin (Linder, 2006). Konsumsi gula yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan lebih banyak gula yang ada dalam tubuh, jaringan tubuh tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan gula, sehingga kadar gula darah akan naik. Tingginya kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan energi dari gula (Rimbawan,2007). WHO menganjurkan asupan gula sebaiknya tidak melebihi 10% dari asupan energi total.untuk asupan energi 2000 kkal perhari maka batas maksimal konsumsi gula sederhana adalah 200 kkal atau sebanyak 50 gram (setara dengan 4 sendok makan gula pasir/12 sendok teh gula). Gula memang diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi tapi jika kita berlebihan dalam mengkonsumsinya maka akan mengganggu kesehatan seperti menyebabkan Diabetes Mellitus. Penelitian yang dilakukan oleh Pirgayanti di klinik pratama analisa pekalongan pada bulan januari-maret 2011, kadar gula darah buruk (≥ 140 mg/dl). Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kadar gula darah. (Pirgayanti, 2011). Almatsier (2005) mengemukakan dalam konsumsi gula murni dalam minuman penderita Diabetes Mellitus tidak diperbolehkan, kecuali dalam jumlah sedikit. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Agar gula darah tetap terkendali, pasien Diabetes Mellitus (DM) sebaiknya menghindari konsumsi gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, (Almatsier, 2005). Puskesmas Leyangan merupakan salah satu puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Puskesmas Leyangan jumlah pasien yang memeriksakan kadar gula selama 1 bulan sebanyak 55 pasien. Hal ini menjadikan ketertarikan peneliti bahwa tingkat konsumsi gula pasien selama menjalani rawat jalan yang dikendalikan oleh pihak puskesmas sehingga kadar gula menjadi baik, namun masih mengalami peningkatan bahkan penurunan kadar gula darah setelah pasien tidak disiplin melakukan rawat jalan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4 Maret 2016 pada 10 orang yang berkunjung di Puskesmas Leyangan didapatkan 6 orang mengalami Diabetes Mellitus dan 4 orang tidak mengalami Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 orang yang menderita Diabetes Mellitus 3 orang (30%) memiliki kadar gula darah diatas normal yaitu 210 mg/dl – 250 mg/dl dengan tingkat konsumsi gula kurang dari 4 sendok makan, dan penderita Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah normal yaitu 80 mg/dl – 144 mg/dl sebanyak 3 orang (30%) dengan tingkat konsumsi gula normal sebanyak 4 sendok makan. Sedangkan yang tidak menderita Diabetes Mellitus sebanyak 3 orang (30%) dengan kadar gula darah normal 80 mg/dl – 144 mg/dl dengan tingkat konsumsi gula lebih dari 4 sendok makan/hari, dan 1 orang (10%) responden dengan kadar gula darah diatas normal yaitu >180 mg/dl tetapi tidak menderita Diabetes Mellitus dengan tingkat konsumsi gula normal 4 sendok makan/hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan desain penelitian Analitik yaitu mencoba menggalibagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi dengan pendekatan cross sectional. Pada pendekatan ini, pengukuran dan pengumpulan data dilakukan pada saat yang sama. Populasi dalam penenlitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang selama 1 bulan sebanyak 55 responden.Penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar kuesioner yang terdiri dari kuesioner untuk pertanyaan tentang berapa banyak konsumsi gula. Analisis data menggunakan uji chi square melalui program SPSS 16.0 for windows dikarenakan berupa data kategorik. HASIL PENELITIAN 1. Kebiasaan Konsumsi Gula Tabel1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Gula pada Pasien yang Periksa Kadar Gula Darah di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur Kebiasaan Persentase Frekuensi Konsumsi Gula (%) > 4 sendok (lebih) 33 60,0 ≤ 4 Sendok (normal) 22 40,0 Jumlah 55 100,0 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa pasien yang periksa kadar gula darah di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur, sebagian besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi gula > 4 sendok per hari, yaitu sejumlah 33 orang (60,0%). 2. Kejadian Diabetes Mellitus Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Diabetes Mellitus pada Pasien yang Periksa Kadar Gula Darah di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur Kejadian Diabetes Mellitus DM Tidak DM Jumlah Frekuensi 30 25 55 Persentase (%) 54,5 45,5 100,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pasien yang periksa kadar gula darah di Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur, sebagian besar mengalami kejadian diabetes mellitus, yaitu sejumlah 30 orang (54,5%). Tabel 3 Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi Gula dengan Kejadian Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur Kabupaten Semarang Kebiasaan Konsumsi Gula > 4 Sendok ≤ 4 Sendok Total Kejadian Diabetes Mellitus DM f 23 7 30 % Tidak DM f 69,7 10 31,8 15 54,5 25 Total % f % 30,3 68,2 45,5 33 22 55 100 100 100 pvalue OR 0,013 3,9 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa kejadian diabetes mellitus lebih tinggi pada responden yang memiliki kebiasaan konsumsi gula >4 sendok (69,7%) dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan konsumsi gula ≤ 4 sendok (31,8%). PEMBAHASAN 1. Kebiasaan konsums gula Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gula dengan presentase (60,0%) atau sebanyak 33 responden. Berdasarkan hasil wawancara pada responden di wilayah kerja Pusekesmas Leyangan sebagian besar responden mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gula melebihi batas yang semestinya, hal ini terlihat dari hasil kuesioner dimana responden banyak yang menjawab kebiasaan mengkonsumsi gula >4 sendok/hari. Kebiasaan mengkonsumsi gula dengan frekuensi sering tersebut adalah responden beranggapan bahwa apabila badan lemas berarti membutuhkan asupan energi terutama makanan manis seperti gula. Gula diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi tapi jika kita Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang berlebihan dalam mengkonsumsinya maka akan mengganggu kesehatan seperti menyebabkan obesitas dan Diabetes Mellitus. Hal ini kemudian menyebabkan adanya resistensi insulin Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi masyarakat dunia.Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok.Selain sebagai salah satu bahan makanan pokok, gula juga merupakan sumber kalori bagi masyarakat. Kebiasaan konsumsi gula menjadi permulaan terjadinnya resistensi insulin, kebiasaan konsumsi gula terjadi secara alami disebabkan oleh rendahnya kadar dopamine reseptor D2 (DRD2) yang bekerja oleh otak. Dopamine adalah hormone kepuasan yang dihasilkan oleh hipotalamus otak. Kadar hormon kepuasan yang tidak memadai membuat individu yang bersangkutan cenderung mencari makanan manis, selanjutnya kejadian ini lebih akrab disebut dengan kecanduan gula (sugar addict), sehingga kebiasaan konsumsi gula perlu dibatasi agar tidak semakin menambak lonjakan kadar gula darah.(Sugiyanto, 2007). Kebiasaan konsumsi gula yang berlebihan merupakan faktor resiko yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus. Semakin berlebihan konsumsi gula besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes Mellitus Mekanisme hubungan kebiasaan konsumsi gula dengan kadar gula darah dimana gula akan dipecah dan diserap dalam bentuk glukosa. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin (Linder, 2006). Konsumsi gula yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan lebih banyak gula yang ada dalam tubuh, jaringan tubuh tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan gula, sehingga kadar gula darah akan naik. Tingginya kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan energi dari gula (Rimbawan,2007). 2. Kejadian Diabetes Mellitus Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang periksa kadar gula darah di Puskesmas Leyangan mengalami kejadian Diabetes Mellitus yaitu dengan presentase (54,5%) atau sebanyak 30 responden. Penelitian ini sebagian besar respondennya mengalami Diabetes Mellitus dimana gaya hidup masyarakat dengan masukan energi berlebihan meningkatkan resiko terkena Diabetes Mellitus. Orang yang memiliki lemak berlebih pada batang tubuh terutama jika berada pada bagian perut pada wanita >80 dan pria >90 memiliki faktor resiko lebih besar terkena Diabetes Mellitus tipe 2 karena lemak pada bagian perut akan menyebabkan kegemukan yang akan menjadi salah satu faktor terjadinya resistensi insulin dalam tubuh. Resistensi insulin merupakan kondisi saat insulin tidak bekerja dengan baik untuk mengontrol level gula darah. Pintu sel semakin resisten sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh dan menumpuk dalam aliran darah. Karena tubuh tidak dapat mengolah glukosa menjadi sumber energi, akibatnya penderita akan sering merasa lemas, kadar asam lemak dalam darah akan meningkatkan resistensi terhadap insulin melalui aktifitas terhadap hati dan otot-otot tubuh (Ramaiah,2006). Bagi penderita Diabetes Mellitus yang memiliki kebiasaan konsumsi gula, makanan yang dianjurkan adalah makanan yang kaya serat seperti sayur mayur dan buah-buahan segar. Yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia), dan jangan terlalu banyak makanmakanan yang memperparah penyakit Diabetes Mellitus seperti makanan yang mengandung banyak gula, karena gula mudah diserap ke dalam aliran darah sehingga dapat langsung menaikkan kadar gula darah. (Susanto, 2013). 3. Hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan dengan mengunjungi respoden ini menunjukan 55 responden yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gula > dari 4 sendok/hari sebagian besar mengalami Diabetes Mellitus sejumlah 23 responden (69,7%). Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi gula ≤4 sendok/hari sebagian besara tidak mengalami Diabetes Mellitus sejumlah 15 orang (68,2%). Konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan lebih banyak gula yang ada dalam tubuh.Pada Diabetes Mellitus jaringan tubuh tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan gula secara berlebih, sehingga kadar gula darah akan naik. Tingginya kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan energi dari gula (Rimbawan,2004). Peranan karbohidrat sederhana didalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang diubah menjadi energi.Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat sederhana.Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat sederhana seperti sel darah merah, sel otak dan sistem syaraf.Karbohidrat sederhana dapat berfungsi secara optimal, tubuh harus dapat mempertahankan konsentrasi glukosa dalam batas-batas tertentu yaitu 70-120 mg/ml, dalam keadaan puasa.bila gula darah naik diatas 170 mg/ml, gula akan dikeluarkan lewat urine. Apabila gula darah turun sampai 40-50 mg/100 ml terjadi gugup, lemas, pusing.Pengaturan kegagalan gula darah terjadi karena terganggunya sistim pengaturan gula darah dalam tubuh. Gula pasir adalah penyebab masalah besar bagi penderita Diabetes Mellitus.Berbeda dengan karbohidrat kompleks, gula murni langsung diserap ke pembuluh darah.Insulin tidak sempat lagi menahannya atau harus bekerja lembur mengaturnya. Namun jika harus makan makanan yang manis, pastikan bahannya tidak seluruhnya terdiri dari gula pasir. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai makanan tambahan. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Gula, permen, coklat, bolu manis, biscuit manis, pudding dan minuman soda. Makanan dan minuman tersebut harus dihindari karenan kadar gula akan masuk ke aliran darah dengan cepat sehinnga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu dapat digantikan dengan pemanis buatan seperti sakarin, aspartame, dan acelsulfame kedalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula.Boleh saja memakai sedikit gula, tetapi jangan dalam makanan utama.(Almarsier, 2009). KESIMPULAN 1. Sebagian besar mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gula yaitu sebanyak Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang 33 dari 55 responden (60,0%). 2. Sebagian besar yang mengalami Diabetes Mellitus 30 responden (54,5%), 3. Ada hubungan kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan pvalue 0,013<α = 0,05). SARAN 1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus Sebaiknya penderita Diabetes Mellitus mengurangi kebiasaan konsumsi gula dengan mengatur pola makan yang sehat. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebaiknya tenaga kesehatan lebih aktif mengadakan penyuluhan bagi penderita Diabetes Mellitus secara berkesinambungan khususnya materi yang berkaitan dengan masalah kebiasaan konsumsi gula yang berlebih yang mereka alami sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. 3. Peneliti Selanjutnya Sebaiknya peneliti selanjutnya meningkatan hasil penelitian dengan mengendalikan variabel lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya dukungan keluarga dengan menambahkan variabel tersebut sebagai variabel independen sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2007).Penuntun Diet. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Almatsier, S. (2009).Penuntun Diet. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian – Suatu Pendekatan Praktik,Edisi Revisi IV, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Atun,( 2010). DiabetesMellitus.Bantul : Kasihan. Bustan, (2007).Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2.Jakarta : Rineka Cipta. Campbell, Reece, et, al. (2008). Biologi.Edisi kedelapan Jilid 1.Jakarta : Penerbit Erlangga. Dinkes RI, (2013). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Semarang Em Yunir. (2006). Dukungan Nutrisi Pada Kasus Penyakit Dalam, Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Esha, (2010).Diabetes Mellitus (DM). http//eshablog.com/diabetesmellitus-dm.htm diakses 12 januari 2016 FKUI, Jakarta. Gibney, M.J. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Linder, MC. (2006). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta ; 265-278 Maulana, Mizta. (2008). Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: kata hati. Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcar, Infeksi: mengenal gejala, menanggulangi, dan mencegah komplikasi. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Moore, Mary Courtney. (1977). Terapi Diet dan Nutrisi.Jakarta; Hipoktares. Nabil. (2009). Mengenal Diabetes Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Notoatmojo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. PERKENI, (2006).Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Surabaya. Puskesmas Leyangan. (2014). Profil Kesehatan Puskesmas Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Leyangan.Semarang: Puskesmas Leyangan Ramaiah, S. (2006).Cara Mengetahui Gejala Diabetes Mellitus dan Mendeteksinya Sejak Dini, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Kelompok Gramedia Rimbawan dan Siagian, A. (2004).Indeks Glikemik Pangan. Penebar Swadaya Jakarta;hal 16 Riskesdes, (2012).Badan Penelitian dan Kesehatan,http:www.riskesdas. depkes.go.id/2012. Shahab, A. (2006). Diagnosis Dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Subbagian Endokrinologi Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri/ RSMH Palembang Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Kedokteran : Dari sel ke system, 2 ed. EGC : Jakarta Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Brunner & Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC Soegondo, et.,al. (2013). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk mencegah Komplikasi Kerusakan Organ-Organ Tubuh. Diakses tanggal 9 Maret 2015. Soegondo, S, (2006). Diabetes The Sillence Killer, http:www.medicalstone.com diakses pada tanggal 15 januari 2016. Sugiono, (2007). Statistika Untuk Penelitian, cetakan keduabelas. CV Alfa Beta. Jawa Barat. Suiraoka, (2012).Penyakit Degeneratif Menenal, Mencegah dan mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit,Yogyakarta : Nuha Medika. Sukardji, (2005) dalam soegondo.Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Mellitus.FKUI. Jakarta Susanto,T. (2013). Diabetes, Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Buku Pintar ISBN.Jakarta Suyono, S. (2007).Diabetes Mellitus di Indonesia.Dalam : Aru W Sudoyo dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima. Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit Dalam Tjokroprawiro A, (2002). Hidup sehat dan bahagia bersama Diabetes. Jakarta: PT Gramedia. Tjokroprawiro A, 2006. Hidup Sehat Bersama Diabetes Mellitus, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Waspandji, (2009).Buku Ajar Penyakit Dalam : Komplikasi Kronik Diabetes, Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan, Jilid III, Edisi 4, Jakarta : FK UI pp. 1923-1924. WHO, (2008); Hasdianah, (2012).Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan.Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO, (2009). Diabetes, Diakses pada tanggal 25 april 2016. Available from: http://www.who.int/topict/diab etes_mellitus /en. WHO, (2010).Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus.Diakses pada tanggal 17 April 2016.Available from:http://www.who.int/topic s/diabetes_mellitus /en. WHO.Adherence to long term therapies – evidence for action. [serial online] (2003). Available from: URL :http://www.who.int/chp/knowl edge/publications/adherence. Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang