Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI GULA DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL
Oleh :
LUJENG YUNIA MURTI
020112a018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI GULA DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEYANGAN
UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
Lujeng Yunia Murti*)
Auly Tarmali, SKM, M.Kes**) Sigit Ambar Widyawati, S.KM, M.Kes **)
*)MahasiswaPSKM STIKESNgudi Waluyo Ungaran
**) DosenPSKM STIKESNgudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus
mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara sedang
berkembang, sehingga dikatakan bahwa Diabetes Melitus sudah menjadi masalah
kesehatan atau penyakit global pada masyarakat. Diabetes Mellitus adalah peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian
Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
Desain penelitian ini analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan
sampel penelitian ini adalah pasien yang memeriksakan kadar gula darah di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang selama 1 bulan sebanyak 55 responden
yang diambil menggunakan teknikpurposive sampling.Alat pengambilan data ini
menggunakan kuesioner.Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi
square.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan konsumsi gula >4
sendok sebanyak 22 responden (69,7%), dan responden yang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi gula ≤4 sendok yaitu sebanyak 33 responden (60,0%).
Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi gula dengan kejadian diabetes mellitus di
wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan pvalue
sebesar 0,013 (< α = 0,05). Sebaiknya penderita Diabetes Mellitus mengurangi kebiasaan
konsumsi gula dengan mengatur pola makan yang sehat.
Kata Kunci : kebiasaan konsumsi gula, kejadian DM
Kepustakaan : 37 (1977-2013)
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a disease which prevalence is increasing in the world, both in
developed countries or developing countries, so it is said that diabetes mellitus has become
a global health problem or disease in the community. Diabetes Mellitus is an increase in
blood sugar (glucose) due to deficiency or insulin resistance. The aim of this study is to
determine the Correlation Between Sugar Consumption Habits and the Incidence of
Diabetes Mellitus at Puskesmas Leyangan Working Area East Ungaran Semarang
Regency.
This research was an analytical design with cross-sectional approach. The
Population and sample in this study were patient who checked blood sugar levels at
Puskesmas Leyangan East Ungaran Semarang Regency for one month as many as 55
respondents drawn using purposive sampling technique. This data obtained through
questionnaire. The data analysis used frequency distribution and chi square test.
The results show that respondents who have habit of sugar consumption > 4
spoons (69.7%), and respondents who have habit of sugar consumption ≤4 spoonsas many
as 33 respondents (60.0%).There is a Correlation Between Sugar Consumption Habits and
the Incidence of Diabetes Mellitus at Puskesmas Leyangan Working Area East Ungaran
Semarang Regency, p=0.013 (<α = 0.05). Diabetes Mellitus patients should reduce sugar
consumption habits by regulating a healthy diet.
Keywords
: sugar consumption habits, the incidence of DM
Bibliographies : 37 (1977-2013)
PENDAHULUAN
Diabetes
Mellitus
(DM)
merupakan gangguan kesehatan yang
berupa kumpulan gejala yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan ataupun
resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama
dikenal, terutama di kalangan keluarga,
khususnya keluarga 'berbadan besar'
(kegemukan) bersama dengan gaya hidup
(Bustan, 2007). Diabetes Mellitus
merupakan salah satu penyakit yang
prevalensinya
terus
mengalami
peningkatan di dunia, baik pada negara
maju ataupun negara sedang berkembang,
sehingga dikatakan bahwa Diabetes
Melitus
sudah
menjadi
masalah
kesehatan atau penyakit global pada
masyarakat (Suiraoka, 2012)
Diabetes Mellitus merupakan
penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan,
artinya sekali didiagnosa Diabetes
Mellitus
seumur
hidup
bergaul
dengannya. Penderita mampu
hidup
sehat bersama Diabetes Mellitus, asalkan
mau patuh dan kontrol teratur. Gejala
khas berupa polyuri (sering kencing),
polydipsi (sering haus), polyfagi (sering
lapar). Sedangkan gejala lain seperti
Lelah/lemah, berat badan menurun
drastis, mata kabur, luka tidak sembuhsembuh, dll. (Riskesdas,2012)
Laporan
World
Health
Organization
(WHO)
pada
2010
mengungkap,
Diabetes
Mellitus
menempati posisi ke 6 penyakit tidak
menular penyebab kematian. Sekitar 1,3
juta orang meninggal akibat Diabetes
Mellitus dan 4% meninggal sebelum usia
70 tahun. Jumlah penderita Diabetes
Mellitus diperkirakan akan meningkat
pada tahun 2030, yaitu India (79,4 juta),
Cina, Amerika Serikat (30,3 juta) dan
Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita
Diabetes Mellitus diperkirakan tahun
2020 menjadi 300 juta orang dan tahun
2030 menjadi366juta orang (WHO, 2008;
dalam Hasdianah, 2012).
Prevalensi Diabetes Mellitus di
Indonesia tahun 2013 adalah 2,1%,
angka tersebut lebih tinggi dibanding
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
dengan tahun 2007 yaitu 1,1%. Kenaikan
prevalensi Diabetes Mellitus dari 31
provinsi
(93,9%)
menunjukkan
peningkatan
yang
cukup
berarti.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi tertinggi Diabetes Mellitus
pada umur ≥ 15 tahun menurut diagnosis
dokter/gejala adalah di Provinsi Sulawesi
Tengah (3,7%), disusul Sulawesi Utara
(3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%),
yang terendah ialah di Provinsi Lampung
(0,8%),
kemudian
Bengkulu
dan
Kalimantan Barat (1,0%). Provinsi
dengan kenaikan prevalensi Diabetes
Mellitus terbesar adalah Provinsi
Sulawesi Selatan, yaitu 0,8% pada tahun
2007 menjadi 3,4% pada tahun 2013,
sedangkan provinsi dengan penurunan
prevalensi terbanyak adalah Provinsi
Papua Barat, yakni 1,4% pada tahun 2007
menjadi 1,2% pada tahun 2013 (Dinkes
RI, 2013).
Prevalensi Diabetes Mellitus
tergantung insulin di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06
lebih rendah dibanding tahun 2011
(0,09%).
Prevalensi tertinggi adalah
Kabupaten Semarang sebesar 0,66%.
Sedangkan prevalensi kasus Diabetes
Mellitus tidak tergantung insulin lebih
dikenal dengan Diabetes Mellitus tipe 2,
mengalami penurunan dari 0,63%
menjadi 0,55% pada tahun 2012.
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan
data
yang
dihasilkan ada tahun 2015 di Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur, Diabetes
Mellitus masuk dalam 10 besar kasus
penyakit dengan jumlah 443 kasus. Desa
Leyangan memiliki jumlah kasus
Diabetes Mellitus tertinggi sebanyak 120
kasus, di Desa Beji sebanyak 98 kasus,
Gedanganak sebanyak 95 kasus, Kalirejo
sebanyak 88 kasus, dan Sidomulyo
sebanyak 42 kasus. Pada bulan juli 2016
didapatkan hasil kunjungan pasien yang
memeriksakan kadar gula darah di
Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur,
Kab Semarang sebanyak 55 pasien.
(Puskesmas Leyangan, 2015)
Pola makan yang tidak sehat,
dalam artian mengkonsumsi makanan
berlemak dan mengandung kadar gula
tinggi dalam jumlah besar akan
mengakibatkan obesitas atau kegemukan.
Setelah pasien didiagnosis menderita
obesitas, besar kemungkinannya pasien
terkena Diabetes Mellitus karena faktor
utama penyebab Diabetes Mellitus adalah
terdapatnya kadar gula yang tinggi dalam
darah melebihi batasan wajar. Penderita
Diabetes
Mellitus
seharusnya
menerapkan pola makan seimbang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah
Diabetes Mellitus. (Suyono, 2007).
Gula
merupakan
komoditi
penting bagi masyarakat Indonesia
bahkan bagi masyarakat dunia.Gula
merupakan salah satu bahan makanan
pokok.Selain sebagai salah satu bahan
makanan pokok, gula juga merupakan
sumber
kalori
bagi
masyarakat.
Kebiasaan konsumsi gula menjadi
permulaan terjadinnya resistensi insulin,
kebiasaan konsumsi gula terjadi secara
alami disebabkan oleh rendahnya kadar
dopamine reseptor D2 (DRD2) yang
bekerja oleh otak. Dopamine adalah
hormone kepuasan yang dihasilkan oleh
hipotalamus otak. Kadar hormon
kepuasan yang tidak memadai membuat
individu yang bersangkutan cenderung
mencari makanan manis,selanjutnya
kejadian ini lebih akrab disebut dengan
kecanduan gula (sugar addict), sehingga
kebiasaan konsumsi gula perlu dibatasi
agar tidak semakin menambak lonjakan
kadar gula darah.(Sugiyanto, 2007)
Kebiasaan konsumsi gula yang
berlebihan merupakan faktor resiko yang
diketahui
menyebabkan
Diabetes
Mellitus. Semakin berlebihan konsumsi
gula besar kemungkinan terjangkitnya
Diabetes Mellitus Mekanisme hubungan
kebiasaan konsumsi gula dengan kadar
gula darah dimana gula akan dipecah
dan diserap dalam bentuk glukosa.
Penyerapan
gula
menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
meningkatkan sekresi insulin (Linder,
2006).
Konsumsi gula yang melebihi
kebutuhan tubuh menyebabkan lebih
banyak gula yang ada dalam tubuh,
jaringan tubuh tidak mampu untuk
menyimpan
dan menggunakan gula,
sehingga kadar gula darah akan naik.
Tingginya kadar gula darah dipengaruhi
oleh tingginya asupan energi dari gula
(Rimbawan,2007).
WHO menganjurkan asupan
gula sebaiknya tidak melebihi 10% dari
asupan energi total.untuk asupan energi
2000 kkal perhari maka batas maksimal
konsumsi gula sederhana adalah 200 kkal
atau sebanyak 50 gram (setara dengan 4
sendok makan gula pasir/12 sendok teh
gula). Gula memang diperlukan oleh
tubuh sebagai sumber energi tapi jika kita
berlebihan dalam mengkonsumsinya
maka akan mengganggu kesehatan
seperti menyebabkan Diabetes Mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh
Pirgayanti di klinik pratama analisa
pekalongan pada bulan januari-maret
2011, kadar gula darah buruk (≥ 140
mg/dl). Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan
yang signifikan antara
kebiasaan konsumsi gula dengan kadar
gula darah. (Pirgayanti, 2011).
Almatsier
(2005)
mengemukakan dalam konsumsi gula
murni dalam minuman penderita
Diabetes Mellitus tidak diperbolehkan,
kecuali dalam jumlah sedikit. Bila kadar
glukosa
darah
sudah
terkendali,
diperbolehkan mengonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.
Agar gula darah tetap terkendali, pasien
Diabetes Mellitus (DM) sebaiknya
menghindari konsumsi gula murni dan
makanan yang diolah dengan gula murni,
seperti gula pasir, (Almatsier, 2005).
Puskesmas
Leyangan
merupakan salah satu puskesmas yang
berada di wilayah Kabupaten Semarang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
rekam medis Puskesmas Leyangan
jumlah pasien yang memeriksakan kadar
gula selama 1 bulan sebanyak 55 pasien.
Hal ini menjadikan ketertarikan peneliti
bahwa tingkat konsumsi gula pasien
selama menjalani rawat jalan yang
dikendalikan oleh pihak puskesmas
sehingga kadar gula menjadi baik, namun
masih mengalami peningkatan bahkan
penurunan kadar gula darah setelah
pasien tidak disiplin melakukan rawat
jalan.
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4
Maret 2016 pada 10 orang yang
berkunjung di Puskesmas Leyangan
didapatkan 6 orang mengalami Diabetes
Mellitus dan 4 orang tidak mengalami
Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil
wawancara dari 6 orang yang menderita
Diabetes Mellitus 3 orang (30%)
memiliki kadar gula darah diatas normal
yaitu 210 mg/dl – 250 mg/dl dengan
tingkat konsumsi gula kurang dari 4
sendok makan, dan penderita Diabetes
Mellitus dengan kadar gula darah normal
yaitu 80 mg/dl – 144 mg/dl sebanyak 3
orang (30%) dengan tingkat konsumsi
gula normal sebanyak 4 sendok makan.
Sedangkan
yang tidak menderita
Diabetes Mellitus sebanyak 3 orang
(30%) dengan kadar gula darah normal
80 mg/dl – 144 mg/dl dengan tingkat
konsumsi gula lebih dari 4 sendok
makan/hari, dan 1 orang (10%)
responden dengan kadar gula darah diatas
normal yaitu >180 mg/dl tetapi tidak
menderita Diabetes Mellitus dengan
tingkat konsumsi gula normal 4 sendok
makan/hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan desain
penelitian Analitik yaitu mencoba
menggalibagaimana
dan
mengapa
fenomena itu terjadi dengan pendekatan
cross sectional. Pada pendekatan ini,
pengukuran dan pengumpulan data
dilakukan pada saat yang sama.
Populasi dalam penenlitian ini
adalah seluruh pasien yang berkunjung di
Puskesmas Leyangan, Ungaran Timur
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang selama 1 bulan
sebanyak 55 responden.Penelitian ini
dilakukan dengan cara purposive
sampling yaitu pengambilan sampel
dengan
berdasarkan
atas
suatu
pertimbangan tertentu.
Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu lembar
kuesioner yang terdiri dari kuesioner
untuk pertanyaan tentang berapa banyak
konsumsi
gula.
Analisis
data
menggunakan uji chi square melalui
program SPSS 16.0 for windows
dikarenakan berupa data kategorik.
HASIL PENELITIAN
1. Kebiasaan Konsumsi Gula
Tabel1
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Gula pada Pasien yang Periksa
Kadar Gula Darah di Puskesmas
Leyangan, Ungaran Timur
Kebiasaan
Persentase
Frekuensi
Konsumsi Gula
(%)
> 4 sendok (lebih)
33
60,0
≤ 4 Sendok
(normal)
22
40,0
Jumlah
55
100,0
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa pasien yang periksa
kadar gula darah di Puskesmas
Leyangan, Ungaran Timur, sebagian
besar
memiliki
kebiasaan
mengkonsumsi gula > 4 sendok per
hari, yaitu sejumlah 33 orang
(60,0%).
2. Kejadian Diabetes Mellitus
Tabel 2 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Kejadian Diabetes
Mellitus pada Pasien yang Periksa
Kadar Gula Darah di Puskesmas
Leyangan, Ungaran Timur
Kejadian Diabetes
Mellitus
DM
Tidak DM
Jumlah
Frekuensi
30
25
55
Persentase
(%)
54,5
45,5
100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa pasien yang periksa
kadar gula darah di Puskesmas
Leyangan, Ungaran Timur, sebagian
besar mengalami kejadian diabetes
mellitus, yaitu sejumlah 30 orang
(54,5%).
Tabel 3 Hubungan
antara
Kebiasaan Konsumsi Gula dengan
Kejadian Diabetes Melitus di
wilayah
kerja
Puskesmas
Leyangan,
Ungaran
Timur
Kabupaten Semarang
Kebiasaan
Konsumsi
Gula
> 4 Sendok
≤ 4 Sendok
Total
Kejadian Diabetes Mellitus
DM
f
23
7
30
%
Tidak DM
f
69,7 10
31,8 15
54,5 25
Total
%
f
%
30,3
68,2
45,5
33
22
55
100
100
100
pvalue
OR
0,013
3,9
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa kejadian diabetes
mellitus lebih tinggi pada responden
yang memiliki kebiasaan konsumsi
gula
>4
sendok
(69,7%)
dibandingkan dengan responden
yang memiliki kebiasaan konsumsi
gula ≤ 4 sendok (31,8%).
PEMBAHASAN
1. Kebiasaan konsums gula
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih banyak responden yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
gula dengan presentase (60,0%) atau
sebanyak 33 responden. Berdasarkan
hasil wawancara pada responden di
wilayah kerja Pusekesmas Leyangan
sebagian besar responden mempunyai
kebiasaan
mengkonsumsi
gula
melebihi batas yang semestinya, hal
ini terlihat dari hasil kuesioner
dimana responden banyak yang
menjawab kebiasaan mengkonsumsi
gula >4 sendok/hari. Kebiasaan
mengkonsumsi gula dengan frekuensi
sering tersebut adalah responden
beranggapan bahwa apabila badan
lemas berarti membutuhkan asupan
energi terutama makanan manis
seperti gula.
Gula diperlukan oleh tubuh
sebagai sumber energi tapi jika kita
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
berlebihan dalam mengkonsumsinya
maka akan mengganggu kesehatan
seperti menyebabkan obesitas dan
Diabetes Mellitus. Hal ini kemudian
menyebabkan
adanya
resistensi
insulin
Gula merupakan komoditi
penting bagi masyarakat Indonesia
bahkan bagi masyarakat dunia.Gula
merupakan salah satu bahan makanan
pokok.Selain sebagai salah satu bahan
makanan pokok, gula juga merupakan
sumber kalori bagi masyarakat.
Kebiasaan konsumsi gula menjadi
permulaan terjadinnya resistensi
insulin, kebiasaan konsumsi gula
terjadi secara alami disebabkan oleh
rendahnya kadar dopamine reseptor
D2 (DRD2) yang bekerja oleh otak.
Dopamine adalah hormone kepuasan
yang dihasilkan oleh hipotalamus
otak. Kadar hormon kepuasan yang
tidak memadai membuat individu
yang
bersangkutan
cenderung
mencari makanan manis, selanjutnya
kejadian ini lebih akrab disebut
dengan kecanduan gula (sugar
addict), sehingga kebiasaan konsumsi
gula perlu dibatasi agar tidak semakin
menambak lonjakan kadar gula
darah.(Sugiyanto, 2007).
Kebiasaan konsumsi gula
yang berlebihan merupakan faktor
resiko yang diketahui menyebabkan
Diabetes
Mellitus.
Semakin
berlebihan konsumsi gula besar
kemungkinan terjangkitnya Diabetes
Mellitus
Mekanisme
hubungan
kebiasaan konsumsi gula dengan
kadar gula darah dimana gula akan
dipecah dan diserap dalam bentuk
glukosa.
Penyerapan
gula
menyebabkan peningkatan kadar
gula darah dan meningkatkan sekresi
insulin (Linder, 2006).
Konsumsi gula yang melebihi
kebutuhan tubuh menyebabkan lebih
banyak gula yang ada dalam tubuh,
jaringan tubuh tidak mampu untuk
menyimpan dan menggunakan gula,
sehingga kadar gula darah akan naik.
Tingginya
kadar
gula
darah
dipengaruhi oleh tingginya asupan
energi dari gula (Rimbawan,2007).
2. Kejadian Diabetes Mellitus
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih banyak responden yang
periksa kadar gula darah di
Puskesmas Leyangan mengalami
kejadian Diabetes Mellitus yaitu
dengan presentase (54,5%) atau
sebanyak 30 responden.
Penelitian ini sebagian besar
respondennya mengalami Diabetes
Mellitus
dimana
gaya
hidup
masyarakat dengan masukan energi
berlebihan meningkatkan resiko
terkena Diabetes Mellitus. Orang
yang memiliki lemak berlebih pada
batang tubuh terutama jika berada
pada bagian perut pada wanita >80
dan pria >90 memiliki faktor resiko
lebih besar terkena Diabetes Mellitus
tipe 2 karena lemak pada bagian perut
akan menyebabkan kegemukan yang
akan menjadi salah satu faktor
terjadinya resistensi insulin dalam
tubuh.
Resistensi insulin merupakan
kondisi saat insulin tidak bekerja
dengan baik untuk mengontrol level
gula darah. Pintu sel semakin resisten
sehingga glukosa tidak bisa masuk ke
dalam sel tubuh dan menumpuk
dalam aliran darah. Karena tubuh
tidak dapat mengolah glukosa
menjadi sumber energi, akibatnya
penderita akan sering merasa lemas,
kadar asam lemak dalam darah akan
meningkatkan resistensi terhadap
insulin melalui aktifitas terhadap hati
dan otot-otot tubuh (Ramaiah,2006).
Bagi
penderita
Diabetes
Mellitus yang memiliki kebiasaan
konsumsi gula, makanan yang
dianjurkan adalah makanan yang
kaya serat seperti sayur mayur dan
buah-buahan segar. Yang terpenting
adalah jangan terlalu mengurangi
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang
sangat rendah (hipoglikemia), dan
jangan terlalu banyak makanmakanan yang memperparah penyakit
Diabetes Mellitus seperti makanan
yang mengandung banyak
gula,
karena gula mudah diserap ke dalam
aliran darah sehingga dapat langsung
menaikkan kadar
gula darah.
(Susanto, 2013).
3. Hubungan
antara
kebiasaan
konsumsi gula dengan kejadian
Diabetes Melitus di wilayah kerja
Puskesmas Leyangan, Ungaran
Timur Kabupaten Semarang.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
dengan
mengunjungi
respoden
ini
menunjukan
55
responden
yang
mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi gula > dari
4
sendok/hari
sebagian
besar
mengalami
Diabetes
Mellitus
sejumlah 23 responden (69,7%).
Responden yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi gula ≤4 sendok/hari
sebagian besara tidak mengalami
Diabetes Mellitus sejumlah 15 orang
(68,2%).
Konsumsi
energi
yang
melebihi
kebutuhan
tubuh
menyebabkan lebih banyak gula yang
ada dalam tubuh.Pada
Diabetes
Mellitus jaringan tubuh tidak mampu
untuk menyimpan dan menggunakan
gula secara berlebih, sehingga kadar
gula darah akan naik. Tingginya
kadar gula darah dipengaruhi oleh
tingginya asupan energi dari gula
(Rimbawan,2004).
Peranan
karbohidrat
sederhana didalam tubuh adalah
menyediakan glukosa bagi sel-sel
tubuh
yang
diubah
menjadi
energi.Glukosa memegang peranan
sentral
dalam
metabolisme
karbohidrat
sederhana.Jaringan
tertentu hanya memperoleh energi
dari karbohidrat sederhana seperti sel
darah merah, sel otak dan sistem
syaraf.Karbohidrat sederhana dapat
berfungsi secara optimal, tubuh harus
dapat mempertahankan konsentrasi
glukosa dalam batas-batas tertentu
yaitu 70-120 mg/ml, dalam keadaan
puasa.bila gula darah naik diatas 170
mg/ml, gula akan dikeluarkan lewat
urine. Apabila gula darah turun
sampai 40-50 mg/100 ml terjadi
gugup, lemas, pusing.Pengaturan
kegagalan gula darah terjadi karena
terganggunya sistim pengaturan gula
darah dalam tubuh.
Gula pasir adalah penyebab
masalah besar bagi
penderita
Diabetes Mellitus.Berbeda dengan
karbohidrat kompleks, gula murni
langsung diserap ke pembuluh
darah.Insulin tidak sempat lagi
menahannya atau harus bekerja
lembur mengaturnya. Namun jika
harus makan makanan yang manis,
pastikan bahannya tidak seluruhnya
terdiri dari gula pasir. Penggunaan
gula murni dalam minuman dan
makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai makanan
tambahan. Bila kadar glukosa darah
sudah terkendali, diperbolehkan
mengkonsumsi gula murni sampai
5% dari kebutuhan energi total. Gula,
permen, coklat, bolu manis, biscuit
manis, pudding dan minuman soda.
Makanan dan minuman tersebut harus
dihindari karenan kadar gula akan
masuk ke aliran darah dengan cepat
sehinnga
dapat
menyebabkan
kenaikan gula darah secara tiba-tiba.
Untuk itu dapat digantikan dengan
pemanis buatan seperti sakarin,
aspartame, dan acelsulfame kedalam
makanan dan minuman sebagai
pengganti gula.Boleh saja memakai
sedikit gula, tetapi jangan dalam
makanan utama.(Almarsier, 2009).
KESIMPULAN
1. Sebagian besar mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi gula yaitu sebanyak
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
33 dari 55 responden (60,0%).
2. Sebagian besar yang mengalami
Diabetes Mellitus 30 responden
(54,5%),
3. Ada hubungan kebiasaan konsumsi
gula dengan kejadian Diabetes
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Leyangan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang, dengan pvalue
0,013<α = 0,05).
SARAN
1. Bagi Penderita Diabetes Mellitus
Sebaiknya penderita Diabetes
Mellitus
mengurangi
kebiasaan
konsumsi gula dengan mengatur pola
makan yang sehat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebaiknya tenaga kesehatan
lebih aktif mengadakan penyuluhan
bagi penderita Diabetes Mellitus
secara berkesinambungan khususnya
materi yang berkaitan dengan
masalah kebiasaan konsumsi gula
yang berlebih yang mereka alami
sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita.
3. Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya peneliti selanjutnya
meningkatan hasil penelitian dengan
mengendalikan variabel lain yang
mempengaruhi
penelitian
ini
misalnya dukungan keluarga dengan
menambahkan
variabel
tersebut
sebagai variabel independen sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2007).Penuntun Diet.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta.
Almatsier, S. (2009).Penuntun Diet.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta.
Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian
–
Suatu
Pendekatan
Praktik,Edisi Revisi
IV,
Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Atun,( 2010). DiabetesMellitus.Bantul :
Kasihan.
Bustan, (2007).Epidemiologi Penyakit
Tidak
Menular.
Cetakan
2.Jakarta : Rineka Cipta.
Campbell, Reece, et, al. (2008).
Biologi.Edisi kedelapan Jilid
1.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Dinkes RI, (2013). Profil Kesehatan
Indonesia
tahun
2013.
Semarang
Em Yunir. (2006). Dukungan Nutrisi
Pada Kasus Penyakit Dalam,
Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Esha, (2010).Diabetes Mellitus (DM).
http//eshablog.com/diabetesmellitus-dm.htm diakses 12
januari 2016 FKUI, Jakarta.
Gibney, M.J. (2009). Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC
Linder, MC. (2006). Biokimia Nutrisi dan
Metabolisme. UI Press. Jakarta
; 265-278
Maulana, Mizta. (2008). Mengenal
Diabetes Mellitus Panduan
Praktis Menangani Penyakit
Kencing Manis. Yogyakarta:
kata hati.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus:
Gangren,
Ulcar,
Infeksi:
mengenal
gejala,
menanggulangi, dan mencegah
komplikasi. Jakarta : Pustaka
Populer Obor.
Moore, Mary Courtney. (1977). Terapi
Diet
dan
Nutrisi.Jakarta;
Hipoktares.
Nabil. (2009). Mengenal Diabetes
Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Notoatmojo,S. (2010).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
PERKENI,
(2006).Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia, Surabaya.
Puskesmas Leyangan. (2014). Profil
Kesehatan
Puskesmas
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Leyangan.Semarang:
Puskesmas Leyangan
Ramaiah, S. (2006).Cara Mengetahui
Gejala Diabetes Mellitus dan
Mendeteksinya Sejak Dini,
Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Kelompok Gramedia
Rimbawan dan Siagian, A. (2004).Indeks
Glikemik Pangan. Penebar
Swadaya Jakarta;hal 16
Riskesdes, (2012).Badan Penelitian dan
Kesehatan,http:www.riskesdas.
depkes.go.id/2012.
Shahab, A. (2006). Diagnosis Dan
Penatalaksanaan
Diabetes
Melitus.
Subbagian
Endokrinologi
Metabolik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK Unsri/ RSMH Palembang
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi
Kedokteran : Dari sel ke
system, 2 ed. EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. Dan Bare, Brenda.
(2002).
Buku
Ajar
Keperawatan
Medical
Bedah.Brunner
&
Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta
: EGC
Soegondo, et.,al. (2013). Pengaturan
Pola Hidup Penderita Diabetes
Untuk mencegah Komplikasi
Kerusakan
Organ-Organ
Tubuh. Diakses tanggal 9
Maret 2015.
Soegondo, S, (2006). Diabetes The
Sillence
Killer,
http:www.medicalstone.com
diakses pada tanggal 15 januari
2016.
Sugiono, (2007). Statistika Untuk
Penelitian, cetakan keduabelas.
CV Alfa Beta. Jawa Barat.
Suiraoka, (2012).Penyakit Degeneratif
Menenal,
Mencegah
dan
mengurangi Faktor Risiko 9
Penyakit,Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sukardji,
(2005)
dalam
soegondo.Penatalaksanaan
Gizi
Pada
Diabetes
Mellitus.FKUI. Jakarta
Susanto,T. (2013). Diabetes, Deteksi,
Pencegahan,
Pengobatan.
Buku Pintar ISBN.Jakarta
Suyono, S. (2007).Diabetes Mellitus di
Indonesia.Dalam : Aru W
Sudoyo dkk. (editor) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Kelima.
Pusat
Penerbitan
Departmen Ilmu Penyakit
Dalam
Tjokroprawiro A, (2002). Hidup sehat
dan
bahagia
bersama
Diabetes.
Jakarta:
PT
Gramedia.
Tjokroprawiro A, 2006. Hidup Sehat
Bersama Diabetes Mellitus,
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Waspandji, (2009).Buku Ajar Penyakit
Dalam : Komplikasi Kronik
Diabetes,
Mekanisme
Terjadinya, Diagnosis dan
Strategi Pengelolaan, Jilid III,
Edisi 4, Jakarta : FK UI pp.
1923-1924.
WHO,
(2008);
Hasdianah,
(2012).Mengenal
Diabetes
Melitus pada Orang Dewasa
dan.Anak-Anak dengan Solusi
Herbal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
WHO, (2009). Diabetes, Diakses pada
tanggal
25
april
2016.
Available
from:
http://www.who.int/topict/diab
etes_mellitus /en.
WHO,
(2010).Diagnosis
and
Clasification
of
Diabetes
Mellitus.Diakses pada tanggal
17
April
2016.Available
from:http://www.who.int/topic
s/diabetes_mellitus /en.
WHO.Adherence to long term therapies –
evidence for action. [serial
online] (2003). Available from:
URL
:http://www.who.int/chp/knowl
edge/publications/adherence.
Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Gula Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Download