BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art) Penelitian sebelumnya merupakan salah satu data pendukung pada penelitian ini. Penelitian sebelumnya ini yang dijadikan sebagai acuan yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian sebelumnya ini yang dijadikan acuan adalah terkait dengan variabel Pemanfaatan Media Internal dan Kinerja karyawan yang terdiri dari 3 jurnal internasional dan 2 jurnal nasional. Tabel 2.1 State of the Art Nama Pengarang Nekie Jocom Judul Peran Smartphone Dalam Menunjang Kinerja Karyawan Bank Prismadana (Studi Pada Karyawan Bank Prismadana Cabang Airmadidi) Tahun 2013 Hasil Penelitian Perkembangan komunikasi massa telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi hardware seperti halnya handphone. Perkembangan teknologi handphone sangat cepat, pasaran paling konsumtif untuk pemasaran handphone adalah pasaran asia, lebih khususnya indonesia. Saat ini juga sudah mulai ramai dengan teknologi smartphone, yaitu sejenis handphone yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari handphone biasa. Smartphone juga sudah menjadi sebuah barang dengan tingkatan kebutuhan tinggi yang penting bagi sebagian orang dalam upaya menunjang produktivitas kerja mereka. Pada zaman yang modern sekarang sebagian besar orang sudah banyak yang menggunakan smartphone(telepon cerdas), oleh karena kegunaan smartphone yang lebih canggih dari handphone biasa. Metode Kualitatif 7 8 Dalam jurnal ini menjelaskan adanya kesamaan yaitu terletak pada penggunaan media teknologi komunikasi internal yang digunakan pada perusahaan untuk kinerja karyawan. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah jurnal penelitian terdahulu ini menggunakan metode kualitatif, dan jurnal ini juga meneliti mengenai teknologi komunikasi yang menggunakan smartphone(telepon cerdas),karena kegunaan smartphone yang lebih canggih dari handphone biasa. Sedangkan media kominunikasi yang dibahas pada penelitian ini yang dibahas tentang penggunaan media internal website hr.kompasgramedia.com terhadap kinerja karyawan dan menggunakan metode kuantitatif. Nama Alicja Sewestianiuk, Oana Voitovici Pengarang Judul Managing strategic communication: An organizational case study on internal communication channels at Ericsson Göteborg Tahun 2013 Hasil Penelitian Komunikasi internal di perusahaan global dapat dilihat sebagai tantangan dalam lingkungan organisasi. Tujuan komunikasi yang seperti efisiensi pesan, menciptakan pembelajaran jaringan dan berbagi pengetahuan merupakan pedoman bagi setiap strategi yang terlihat untuk mengembangkan distribusi modern informasi. Dengan cara ini, saluran komunikasi yang internal yang harus dikembangkan sebagai alat kompeten untuk melaksanakan pesan kepada karyawan dan mencapai efisiensi di tempat kerja. Penelitian ini meneliti kekayaan saluran komunikasi internal yang berbeda dalam hubungan dengan pengolahan strategi komunikasi yang efisien di Ericsson Göteborg. Pendekatan teoritis mencoba untuk mendefinisikan konsep-konsep seperti: komunikasi internal, komunikasi strategis, saluran komunikasi internal dan penggunaan media sosial di lingkungan organisasi. Tesis ini mengikuti preferensi karyawan mengenai saluran komunikasi 9 internal dengan meneliti kebutuhan mereka dan menganalisis keyakinan mereka tentang proses komunikasi berlangsung dalam perusahaan. Temuan utama kami mendukung pilihan media komunikasi yang kaya memvalidasi teori kekayaan media dan hipotesis bahwa karyawan memiliki hubungan alamiah untuk tatap muka komunikasi. Aspek sosial komunikasi juga diperhitungkan dengan pengenalan media sosial sebagai saluran komunikasi internal mungkin. Metode penelitian melibatkan survei internal dan wawancara yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan saluran komunikasi yang digunakan dalam perusahaan (misalnya Intranet, email, newsletter, Lync, Ericoll, wiki). Oleh karena itu, tesis melihat menganalisis praktik komunikasi dan diakhiri dengan saran untuk meningkatkan strategi komunikasi di Ericsson Göteborg. Metode Kualitatif Persamaannya dengan penelitian sekarang adalah sama – sama meneliti penggunaan saluran komunikasi melalui media internal yang harus dikembangkan sebagai alat kompeten untuk melaksanakan komunikasi pesan kepada kinerja karyawan dan mencapai efisiensi di tempat kerja di suatu perusahaan. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu ini meneliti dengan metode penelitian kualitatif, sedangkan penelitian sekarang meneliti keseluruhan penggunaan media internal website hr.kompasgramedia.com dalam perusahaan dan menggunakan metode penelitian kuantitatif di mana hasil penelitian dapat diukur. 10 Nama Jesica Novia Pengarang Judul Efektivitas Media Komunikasi Internal Smak Kolese Santo Yusup Tahun 2013 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang terdapat pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa media komunikasi internal yang digunakan oleh SMAK Kolese Santo Yusup dikatakan efektif pada media yang berupa Majalah Padma. Sebenarnya, kedua media tersebut dapat dikatakan efektif karena berdasarkan analisis pada grafik 4.3, efektivitas media Padma lebih tinggi daripada efektivitas media Cyber. Metode Kuantitatif Persamaannya dengan penelitian sekarang adalah sama – sama menggunakan saluran komunikasi melalui media internal dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu ini meneliti dengan menggunakan media internal majalah padma, sedangkan penelitian sekarang meneliti keseluruhan penggunaan media internal website hr.kompasgramedia.com terhadap kinerja karyawan di perusahaan Group of Magazine,Kompas Gramedia. Nama Angel L. Meroño-Cerdan, Pedro Soto-Acosta, Carolina López- Pengarang Nicolás. Judul Analyzing collaborative technologies' effect on performance through intranet use orientations Tahun 2011 Hasil Penelitian Teknologi kolaboratif berbeda yang terkait dengan penggunaan intranet orientasi yang berbeda dan menunjukkan ada hubungan positif antara e-informasi dan kinerja organisasi. Artinya, penggunaan teknologi kolaboratif dengan orientasi informasi memberikan kontribusi untuk peningkatan kinerja organisasi. Selain itu, adanya saling melengkapi antara e- 11 informasi dan e-komunikasi ditemukan. Dengan demikian, perusahaan menggunakan teknologi kolaboratif untuk einformasi dalam hubungannya dengan e-komunikasi mencapai kinerja yang lebih baik. Teknologi kolaboratif yang memiliki dampak terbesar pada kinerja perusahaan sebenarnya kurang dipekerjakan. Metode Kuantitatif Jurnal ini adanya kesamaan menggunakan media teknologi internal yang memiliki dampak terbesar pada kinerja dan memiliki kesamaan menggunakan metode kuantitatif yang memiliki variable – variable terkait. Objek penelitan terdahulu memiliki perbedaan untuk peningkatan kinerja organisasi sedangkan penelitian sekarang untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan media internal terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan Group of Magazine,Kompas Gramedia. Nama Pengarang Samah, Bahaman Abu; Shaffril, Hayrol Azril Mohamed; D' Silva, Jeffrey Lawrence; Hassan, Musa Abu. Judul Information Communication Technology, Village Development and Security Committee and Village. Tahun 2010 Hasil Penelitian Bertambahnya literatur yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam masyarakat pedesaan telah memeriksa berbagai faktor dan hubungan timbal balik dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik pada penggunaan komputer di kalangan masyarakat pedesaan. Administrator pedesaan memainkan peran penting untuk memastikan informasi dan teknologi komunikasi digunakan secara teratur oleh masyarakat pedesaan. Dengan demikian, adalah penting untuk menarik perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi administrator pedesaan dan implikasinya untuk administrator pedesaan strategi pembangunan profesional. 12 Artikel ini akan sangat membantu bagi para peneliti masa depan yang mencari jalan untuk lebih menjelaskan faktorfaktor penentu teknologi informasi dan komunikasi. Metode Kualitatif Persamaan penelitian terdahulu teknologi komunikasi yang menggunakan media internal seperti komputer sebagai teknologi informasi dan komunikasi. Perbedaan penelitian sekarang menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan yang membedakannya dengan penelitian terdahulu menggunakan metode kualitatif. 2.2 Landasan Teoritis 2.2.1 Teori Uses and Gratification Riset ini (riset uses and gratification) pertama kali diperkenalkan oleh Elihu Katz, Saverin dan Tankard. Metode uses and gratification (MUG) menonjolkan keunikan dalam teknik dan metodenya, yang “revoluioner” daripada metode- metode dan teknik-teknik “tradisional” dalam metode riset komunikasi kuantitatif. Studi-riset komunikasi kuantitatif selain metode. Uses and Gratification (MUG), cenderung lebih menitik beratkan pada riset-studi efektivitas komunikasi. Khususnya efek komunikasi massa menurut Aan (2013) Riset beredasarkan metode Uses and Gratification (MUG) adalah suatu penelitian, investigasi dan inkuiri tentang kegunaan atau pemanfaatan media massa oleh publik atau masyarakat pemakainya berdasarkan upaya-upaya media memberikan pelayanan informasi kepada publiknya, berdasarkan saling kepentingan kedua belah pihak tersebut. Saling transaksi kepentingan ini menimbulkan daya seleksi masing-masing untuk saling memanfaatkan daya efektivitas dan pempengaruhnya dua belah pihak. Pendekatan yang dilakukan oleh MUG memang tidak tertarik pada apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak, melainkan tertarik pada apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak terhadap media menurut Rakhmat menurut Aan (2013). 13 Riset MUG berusaha menjelaskan tentang bagaimana khalayak menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya, berdasarkan seleksi kepentingannya, bukan atas dasar diction dan media massa oleh Infante menurut Aan (2013). Dominick A. Infante (Ibid), telah menganggap khalayak lebih layak dijadikan titik berat atau pusat perhatian daripada sebaliknya, sebagaimana anggapan kuat yang berlaku sebelum itu. 2.2.2 Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common) Mulyana (2007). Harold Lasswell dalam buku Deddy Mulyana yang berjudul “Ilmu Komunikasi”, dengan cara yang baik menggambarkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?). Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantungan satu sama yang lain, yaitu; sumber (source), pesan (message), saluran atau media (channel), penerima (receiver), dan efek (effect) Mulyana (2007). Berdasarkan paradigma Lasswell ini, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Romli (2011). Richard West dan Lynn H.Turner (2008) mengatakan bahwa komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid, sebagaimana dikutip oleh Widjaja (2006) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di maa dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidak jelasan (ambiguity) yang melekat dalam perusahaan. Komunikasi menurut perilaku dapat dibedakan menjadi tiga Romli (2011), yaitu: 1. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi, misalnya berupa cara 14 kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi seperti memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. 2. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. 3. Komunikasi nonformal adalah komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat mengenai ulang tahun perusahaan. 2.2.3 Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Menurut Pace & Faules (2010) Komunikasi dalam organisasi penting berfungsi sebagai adanya penciptaan dan pendistribusian pesan dari satu anggota kepada anggota organisasi yang lainnya. Pesan tersebut diciptakan, ditafsirkan, dan dicipta ulang dalam suatu proses berkelanjutan. Dicipta ulang fungsinya agar apa yang dikerjakan di dunia nyata dapat sesuai dengan pesan yang telah diterima. Dari beberapa definisi mengenai komunikasi organisasi para ahli, ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal; komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media; komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan / skilnya. Menurut Muhammad (2011) Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri 15 dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja didalam organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan didalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi. Sedangkan informasi informal merupakan komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Romli (2011). Menurut Romli (2011) Dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi dapat dibagi menjadi: 1. Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara sesama bawahan, dan lain sebagainya. Komunikasi internal lazim dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah (komunikasi dari pimpinan kepada bawahan) dan dari bawah ke atas (komunikasi dari bawahan kepada pimpinan). b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesame seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer, dan lain sebagainya. 2. Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak, komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi, press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konfrensi pers. b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan 16 juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi, mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Tujuan Komunikasi Organisasi adalah untuk memudahkan, melaksanakan, dan melancarkan jalannya organisasi. Sementara itu, Liliweri (2013) mengemukakan bahwa ada empat tujuan komunikasi organisasi, yakni : 1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat 2. Membagi informasi 3. Menyatakan perasaan dan emosi 4. Melakukan koordinasi Peran komunikasi dan perilaku organisasi Komunikasi organisasi dalam proses penyampainnya pesan atau informasi yang dilakukan oleh para pemimpin atau manajer, misalnya yang bertindak sebagai komunikator, memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku organisasi. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan peran yang sedang dia lakukan. Dalam kaitannya dengan hal ini, oleh Henry Mintzberg menurut Romli, (2011). 2.2.4 Communicating in Groups and Teams Goodall mendefinisikan tim sebagai kelompok yang upaya-upaya individunya menghasilkan suatu kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu tersebut. Di tempat kerja, sebuah tim didefinsikan sebagai kelompok yang terdiri dari indivdu-individu yang saling berbagi tujuan menurut H.L Goodall, Goodall, & Schiefelbein (2010). “Tim adalah kelompok kerja formal yang terdiri dari orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok. Sebuah tim berjumlah tiga atau lebih individu yang terikat bekerja sama untuk mencapai sasaran, seperti pengembangan produk jasa pengiriman, atau proses pengembangan” Menurut Janasz, Dowd, & Schneider (2009). 17 Dapat disimpulkan bahwa tim dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja yang terdiri dari orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan bersama. Proses choosing, creating, coordinating, and delivering (CCCD) – menawarkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk mensukseskan komunikasi di tempat kerja. Keseluruhan proses tersebut kemudian akan bergerak dari mindless group/teams ke mindful group/teams, atau dengan kata lain menghasilkan kesadaran komunikasi menurut H.L Goodall, Goodall, & Schiefelbein, (2010). Tahapan pada proses CCCD yang pertama yakni : 1. Choosing : Dilakukan kegiatan penyusunan startegi dalam mengelola sebuah tim mulai dari memilih anggota tim, memperjelas tujuan, memfasilitasi komunikasi,vmembangun konsensus, mencari dan menyediakan informasi, melakukanvpembagian tugas, mengadakan evaluasi, dan juga merayakan keberhasilan yang dicapai. 2. Creating : Creating dibagi menjadi tiga bagian yaitu bekerja dalam tim, visi, tujuan, dan sasaran untuk tim, dan membuat visi yang dapat dibagikan. Pada bagian pertama, fokus kepada kemampuan adaptasi anggota tim untuk berpartisi aktif dalam tim. Pada bagian kedua, fokus pada pembuatan agenda yang berperan sebagai dokumen fungsional yang berisi tanggal, waktu, tempat, dan peran partisipan yang bertanggungjawab. Pada tahap ketiga atau yang terakhir, tujuan dapat dibuat dengan pola S.M.A.R.T yakni specific, measurable, attainable, reliable, dan timeable. 3. Coordinating : Coordinating terbagi menjadi dua bagian yakni kordinasi dalam bekerja dengan orang lain untuk mengembangkan kreatifitas dalam melakukan sesuatu dan kordinasi dalam proses menyelesaikan masalah sebagai tahap penanggulangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Delivering : Delivering atau penyampaian sebagai satu tim. Hal yang disampaikan yaitu pesan baik secara internal maupun eksternal yang dapat menggunakan memo, briefing, pertemuan virtual, konferensi, workshop, dan seminar. 18 2.2.5 Pengertian Public Relations Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012) menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan Public Relations. John E. Marson mempunyai definisi Public Relations adalah seni untuk membuat perusahaan anda sukai dan dihormati oleh karyawan, konsumen dan penyalurnya. Public Relation adalah setiap usaha dalam menciptakan kehidupan yang harmonis Suatu organisasi, baik ke dalam lingkungannya maupun keluar pada masyarakat dalam arti luas tercapainya tujuan organisasi, dengan manciptakan pengertian umum, Antara lembaga dan karyawan maupun masyarakat luas. 2.2.6 Peranan Public Relations Peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Secara garis besar, peranan dari Corporate Public Relations adalah sebagai berikut: a. Memelihara hubungan yang harmonis antara publik dengan perusahaannya b. Melayani kepentingan publik dengan baik c. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik Kriyantono (2008) Menurut Dozier dan Broom, peranan PR mencangkup ; 1. Penasehat ahli Memberikan pemecahan masalah yang berhubungan dengan publiknya. Pihak Manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang disarankan atau diusulkan dari PR. 2. Fasilitator komunikasi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapkan publiknya. 3. Fasilitator proses pemecahan masalah membantu pemimpin organisasi baik sebagai pensehat hingga pengambilan tindakan dalam mengatasi persoalan secara rasional dan profesional. 4. Teknisi komunikasi menjadikan PR sebagai journalist in resident yang menyediakan layanan teknis komunikasi. Rosady Ruslan (2010). 19 2.2.7 Perkembangan Teknologi Teknologi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Menurut Rogers dalam Lubis (2005), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai “alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain”. Perkembangan teknologi komunikasi berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, tapi sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun di bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi selalu memiliki dua aspek, yakni hardware (yang terdiri dari obyek material atau fisik) dan software (terdiri dari informasi untuk mengoperasikan hardware). Rogers, sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu. Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia atau “a window to the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa kita hadir langsung di lokasi kejadian menurut Agoeng Nugroho (2010). Teknologi komunikasi berubah dengan begitu cepat sehingga banyak orang berbicara tentang “revolusi teknologi” atau “ledakan informasi”. Beberapa teknologi baru yang sedang dalam proses pengembangan atau yang ada sekarang adalah video tape recorder, video casette, televisi kabel, surat kabar online, akses pelayanan informasi komputer dengan komputer pribadi di rumah, internet, World Wide Web, serta CD-ROM. Banyak teknologi yang mempunyai dampak dramatis yaitu memberikan pengguna kontrol yang jauh lebih banyak pada proses telekomunikasi dan informasi yang diterima menurut Severin dan Tankard (2007) Dalam Everett M. Rogers menurut Bungin (2006), mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir, yakni era media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Berdasarkan 20 penjelasan Rogers itulah, maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media dimulai dari era media tulis dan cetak. 2.2.8 New Media New Media adalah peringkat teratas dari gabungangan antara komunikasi, media dan kebudayaan, dan juga merupakan gabungan antara aspek dari sosiologi, geografi, antropolgi, dan ilmu – ilmu lainnya yang saling berhubungan satu sama lain menurut Thomson (2012). Ada banyak bermacam – macam definisi mengenai new media. Pertama, new media diperkirakan sebagai sesuatu yang penting yang dijadikan sebagai penyebab atau dampak dari suatu hal. Kedua adalah sesuatu impian yang sangat kuat dan positif ideology yang merubah sesuatu yang biasa menjadi sesuatu yang baru. Ketiga adalah alat yang berguna membawa orang kemanapun dengan spesialis keadaan tertentu menurut Lister (2009). Pergeseran ke new media ditandai dengan ,antara lain : 1. New textual experience . Bentuk baru dari media-media massa dan cetak , mulai munculnya efek-efek seperti simulasi, games online, dan spesial effect online. 2. New relationship between subjects ( users and consumers) and media technologies. Komunikasi media di setiap harinya akan berubah yang tadinya secara tatap muka ini menjadi komunikasi melalui media teknologi. 3. New experience of the relationship between embodiment, identity, and community. Situasi dimana jarak bukan menjadi halangan. Waktu , jarak dan tempat bukan lagi masalah karena dapat dijangkau melalui teknologi. 4. Computer Mediated Communication (CMC). Berhubungan dengan email, blog, sosial network dan mobile technology yang mulai menjalar dimana-mana. 5. Virtual ‘realities’. Manusia mulai menciptakan dunia yang sesuai dengan kemauannya sendiri menurut Lister (2009). 21 2.2.9 Media Internal Media internal harus merefleksikan rasa kedekatan dan kepentingan yang sama yang disampaikan kepada pembaca, “Kita semua dalam kebersamaan” menurut Lattimore, et al (2010). Dalam mengontrol media internal setiap media harus mengevaluasi kemajuannya secara berkala terkait pencapaian sasarannya. Semua tujuan, isi dan frekuensi publikasi harus diuji dalam hubungannya dengan kebutuhan audiensi target. Survey dan kuesioner dapat pula menjadi alat yang bermanfaat dalam mencari tahu informasi tentang seberapa efektif media memenuhi harapan. Majalah nasional telah menemukan bahwa survei kecil pun dapat memberikan pengetahuan yang baik tentang minat pembaca. Dengan cara ini, editor dapat memperoleh timbalbalik tentang kemungkinan keberhasilan dari berita tertentu menurut Lattimore, et al, (2010). Tujuan dari media internal adalah peningkatan hubungan antara karyawan dengan pihak manajemen. Media internal harus memenuhi kebutuhan organisasi dan para karyawan. Audiensi karyawan harus dapat melihat informasi dalam medium sebagai sesuatu yang bermanfaat dan bermakna bagi mereka menurut Lattimore, et.al (2010). Informasi perusahaan harus memuaskan kebutuhan karyawannya tidak sekadar memuaskan pihak manajemen, ada peningkatan perhatian karyawan terhadap isu yang terkait keamanan, yang terbukti berada pada bagian atas dari hal yang dianggap penting “organisasi merencanakan masa depan”. Harapan dari pekerja ini sangat jelas. Mereka ingin tahu kearah mana organisasi akan bergerak, apa rencana untuk dapat sampai kesana, dan apa maknanya untuk mereka (Lattimore, et al, 2010). Ada beberapa bentuk media yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi internal menurut Frank Jeffkins (Hardiman & Bewinda, 2008): 1. Buletin Biasanya terbit bulanan minimal 16 halaman, sebagai media penghubung antara top management dengan seluruh anggota dikantor pusat maupun daerah. Ukurannya A4 atau A3 dengan kertas HVS berwarna untuk sampul dan hitam putih untuk isi agar ekonomis. 2. Newsletter Bentuknya sederhana, baik dari ukuran maupun tebalnya sekitar 4 hingga 8 halaman. Ukuran paling kecil sebesar buku tulis hingga ukuran tabloid. 22 Dengan penggunaan warna minimal (hanya sampul muka atau logo saja yang berwarna). 3. Majalah Merupakan bentuk yang paling populer dan paling sering dipakai oleh organisasi, perusahaan atau komunitas. Berukuran standar A4, sampul dan seluruh halaman isi berwarna atau sebagian hitam putih. Kertas yang biasa digunakan untuk sampul adalah art cartoon. Sedangkan kertas halaman isi art paper, matte paper, atau HVS. 4. Tabloid Berukuran dua kali atau lebih besar dari majalah, dicetak dengan kertas HVS agar ekonomis. Format tabloid memungkinkan perwajahan lebih jelas dan menarik karena space yang tersedia. Artikel dan berita di tabloid biasanya singkat dengan gaya bahasa populer dan lebih banyak memuat visual atau ilustrasi. 5. Majalah dinding Organisasi yang anggotanya berkegiatan dalam satu lokasi yang sama, publikasi yang cukup efektif menggunakan dinding ruangan sebagai media informasi dan ajang berkomunikasi. Majalah dinding sangat ekonomis dari segi biaya, mudah dikoreksi, dan diperbarui setiap saat. Kelemahannya tidak seluruh anggota mempunyai kesempatan membaca apalagi mereka yang bermobilitas tinggi. 6. Intranet Intranet adalah media internal yang menggunakan teknologi komputer dan jaringan internet, kelebihan intranet adalah kecepatan distribusi, informasi, akurasi, dan efisien biaya karena tidak menggunakan kertas. Kelemahannya tidak semua karyawan/anggota organisasi dapat mengakses intranet, seperti staff umum, supir, satpam, office boy, dan petugas dilapangan. Padahal jumlah karyawan kategori tersebut presentase nya paling banyak dalam perusahaan. 2.2.10 Pemanfaatan Media Internal Dalam pemanfaatan media peneliti menggunakan salah satu dimensi dari konsep Uses&Gratifications untuk mengetahui pemanfaatan media informasi didalam perusahaan. Dimensi yang digunakan peneliti adalah tentang: 23 1. Kepuasan informasi, pengguna dikatakan mendapatkan kepuasan informasi apabila mereka menurut Kriyantono (2010): a) Dapat mengetahui berbagai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat terdekat. b) Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan keadaan dunia. c) Dapat mencari bimbingan menyangut berbagai masalah. d) Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai pendapat. e) Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Kepuasan identitas pribadi: pengguna dikatakan mendapatkan kepuasan identitas pribadi apabila mereka menurut Kriyantono (2010): a) Dapat menentukan penunjang nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi mahasiswa itu sendiri. b) Dapat mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media. c) Memperoleh nilai lebih sebagai mahasiswa. 3. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial: pengguna dikatakan mendapatkan kepuasan integrasi dan interaksi sosial apabila mereka menurut Kriyantono (2010): a) Memperoleh pengetahuan yang berkenan dengan empati sosial. b) Dapat menemukan bahwa percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain disekitarnya. c) Dapat menjalankan peran sosial sebagai mahasiswa. d) Keinginan untuk dekat dengan orang lain. e) Keinginan untuk dihargai orang lain. 2.2.11 Website Website perusahaan adalah sarana komunikasi yang pertama kali dan paling populer dilihat ketika membutuhkan informasi tentang suaru perusahaan atau organisasi. Karena itu pada abad ini setiap perusahaan mesti melengkapi sarana komunikasinya dengan membuat website menurut Kriyantono (2012). Website adalah salah satu produk hasil kecanggihan era media masaa baru internet. Website memfasilitasi perusahaan online yang menjual tetapi juga bertujuan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan menurut Hsien, Nayalyn, & Hung (2009). 24 Website adalah sarana komunikasi yang pertama kali dan paling popular dilihat dari individu ketika membutuhkan informasi tentang suatu perusahaan atau organisasi. Karena itu, pada abad ini setiap perusahaan atau lembaga harus melengkapi sarana komunikasinya dengan membuat website. Alamat website menjadi lebih dari sekedar homepage perusahaan. Website menjadi rumah “virtual” perusahaan atau lembaga. Bagi konsumen, website adalah tempat menemukan perusahaan atau lembaga senyata alamat fisiknya. Bagi sejumlah besar perusahaan dan lembaga, website adalah poin kontrak primer, tempat orang tahu dimana menemukan alamat perusahaan atau lembaga. Website adalah tempat perusahaan mengadakan open house dan tempat konsumen tahu bahwa karpet selamat datang selalu diletakkan di luar menurut Kriyantono (2012). 2.2.12 Kinerja Karyawan Kinerja berasal dari pengertian performance. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjan menurut Wibowo (2013). Menurut Mangkunegara (2013) Kinerja adalah hasil yanyg dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Armstong dan baron dalam Wibowo (2010) Faktor yang mempengaruhi kinerja adalah : 1. Personal factor, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. 2. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan oleh manajer dan team leader. 3. Team factor, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4. System factor, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. 5. Contextual/situational factor, ditunjukan oleh tingginya tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. 25 Tujuan dan sasaran kinerja disusun berdasarkan pada visi, misi dan rencana strategi suatu organisasi menurut Wibowo (2013) tujuan dan sasaran kinerja dapat berlangsung seperti yang diharapkan dan tercapainya kinerja tinggi. Kinerja merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan adalah tentang arah secara umum, sifatnya luas, tanpa batasan waktu dan tidak berkaitan dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tujuan merupakan sebuah aspirasi. Perencanaan kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan klarifikasi tujuan yang hendak dicapai organisasi menurut Wibowo (2013). Kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu terhadap pekerjaan, membantu mendefinisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja bagi supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan kinerja yang baik menurut Wibowo (2013). Sasaran kinerja merupakan suatu pertanyaan secara spesifik yang menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin dicapai tersebut diselesaikan. Sasaran merupakan harapan menurut Wibowo (2013). 2.2.13 Pengaruh Penggunaan Media Internal Terhadap Kinerja Karyawan Media internal dibuat dan diterbitkan sebagai salah satu alat komunikasi internal, sehingga kinerja karyawan dapat menyalurkan perasaannya dan dapat pula mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Dengan demikian, hubungan antar karyawan maupun dengan pimpinan atau atasan akan berlangsung baik. Secara umum, ada empat fungsi media internal menurut Hardiman & Bewinda (2008) yaitu: 1. Sebagai media komunikasi internal 2. Ajang komunikasi khusus bagi karyawan 3. Media pelatihan dan pendidikan 4. Nilai tambah bagi tim pengelola 26 2.3 Kerangka Pemikiran Pada penelitian Pengaruh Pemanfaatan Media Internal Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Survey: Website hr.kompasgramedia.com, Group of Magazine,Kompas Gramedia, Periode Maret 2015 – Juni 2015) mempunyai dua variable, satu variable X (variable bebas) pada penelitian ini yaitu pemanfaatan media internal. Satu variable Y (variable terikat) pada penelitian ini yaitu kinerja karyawan. Pengaruh Pemanfaatan Media Internal Terhadap Kinerja Karyawan Teori Uses and Gratification adalah penggunaan dan pemenuhan kebutuhan keinginan yang berbeda–beda didalam mengkonsumsi media, pendekatan ini berfokus terhadap audiens member. (Edie Santoso;Mite Setiansah, 2010) VARIABLE X VARIABLE Y PEMANFAATAN KINERJA MEDIA INTERNAL KARYAWAN 1. Kepuasan informasi 1. Personal factor 2. Kepuasan identitas 2. Leadership factor pribadi 3. Team factor 3. Kepuasan integrasi 4. System factor dan interaksi sosial 5.Contextual/situatio (Kriyantono, 2010) nal factor Armstong dan baron (Wibowo, 2010) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Peneliti