BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini, menuntut setiap
orang untuk terus melakukan perubahan dalam meningkatkan kemampuan diri.
Penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek yang terus berkembang seiring
perkembangan zaman. Penguasaan lebih dari satu bahasa merupakan salah satu
modal utama untuk dapat mengimbangi perkembangannya. Saat ini penggunaan
lebih dari satu bahasa sudah menjadi hal yang penting dalam kehidupan
masyarakat. Kemampuan bahasa asing menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat
saat ini. Fenomena ini dikaitkan dengan era globalisasi yang terjadi di setiap
negara di dunia. Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, dijadikan
prasyarat kesuksesan bagi seseorang di masa depan. Anggapan di masyarakat
menyatakan bahwa orang yang mahir berbahasa asing akan lebih diterima di dunia
kerja. Asumsi ini membuat berbagai institusi pendidikan menyediakan pendidikan
bahasa asing untuk meningkatkan
perkembangan bahasa anak, termasuk
menyediakan program bilingual. Program-program bilingual yang ditujukan untuk
anak-anak mulai dari kanak-kanak awal sudah semakin banyak bermunculan.
Menjamurnya kelas-kelas bilingual di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti yang
diungkapkan Gene Netto (2008), terjadi karena banyaknya peminat. Para orang
tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah yang memiliki program
bilingual dengan harapan anaknya dapat mengikuti perkembangan jaman.
Universitas Sumatera Utara
Bilingualism sendiri memiliki pengertian sebagai penggunaan dua bahasa
atau lebih oleh seseorang atau suatu masyarakat, sedangkan bilingual adalah orang
atau masyarakat yang mampu atau bisa memakai dua bahasa. Tingkat kemampuan
bilingual seseorang tidak harus sempurna, akan tetapi cukup pada tingkat minimal
atau paling tidak mampu memproduksi kalimat dalam dua bahasa (Kridalaksana,
1993). Penggunaan hanya satu bahasa atau hanya memahami satu bahasa saja
disebut dengan monolingualism. Sedangkan monolingual adalah seseorang yang
dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan satu bahasa.
Program bilingual memang sudah terbukti memiliki manfaat yang positif
bagi perkembangan seorang individu. Banyak penelitian yang telah membuktikan
manfaat dari program bilingual ini. Raguenaud (2009) menyatakan bahwa
bilingual memiliki beberapa manfaat seperti yang telah ditunjukkan oleh para ahli
dalam beberapa tahun terakhir bahwa menggunakan dua bahasa dapat
meningkatkan kesuksesan para pelajar dalam hal akademik. Raguenaud juga
menyebutkan bahwa individu bilingual memiliki peluang yang sangat besar untuk
memiliki pengetahuan yang lebih luas karena mereka memiliki latar belakang dari
dua literatur bahasa. Individu bilingual juga dikatakan memiliki self-esteem yang
lebih baik dibandingkan individu monolingual serta dapat memiliki peluang yang
lebih baik dalam persaingan di dunia kerja.
Manfaat lain dari bilingual juga dibuktikan oleh Peal dan Lambert (dalam
Saunders, 1988) yang menyatakan bahwa individu bilingual tidak hanya lebih
baik dari individu monolingual dalam hal tes IQ nonverbal, tetapi juga dalam tes
IQ verbal. Anak-anak bilingual secara umum memiliki nilai-nilai yang lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi di sekolah dibandingkan dengan anak monolingual yang berada pada usia
dan tingkatan kelas yang sama.
Baker (2001) juga menambahkan bahwa bilingual dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi seorang individu sehingga ia dapat berkomunikasi
dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari. Individu yang memiliki
kemampuan bilingual mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan
bervariasi dibanding anak yang monolingual. Penerapan bilingualism juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir individu. Dengan belajar bilingual,
individu dapat berpikir lebih tajam, fleksibel, kreatif dan memiliki dua atau lebih
kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuatnya lebih hati-hati dalam
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
Namun, disamping memiliki banyak manfaat positif, bilingual ternyata
juga memiliki dampak negatif, khususnya bagi perkembangan bahasa dan
komunikasi seorang individu. Penelitian yang dilakukan Renata F. I. Meuter and
Alan Allport (1999) menyatakan bahwa bilingual beresiko terhadap gangguan
perkembangan bahasa dan komunikasi. Seorang individu yang bilingual dapat
mengalami kesalahan dalam penggunaan bahasa untuk komunikasi, terutama pada
bahasa yang bukan menjadi dominan atau bahasa yang kemampuannya lebih
lemah dari bahasa lain. Penelitian eksperimental ini membuktikan bahwa, dalam
penggunaan dua bahasa dapat menyebabkan kesalahan terutama saat peralihan
antara menggunakan bahasa yang satu dengan yang lain. Hal ini akan
mengganggu proses komunikasi yang dilakukan seorang individu. Hal serupa juga
Universitas Sumatera Utara
diungkapkan oleh Sulivan, Ausubel, dan Ives (dalam Takuwa, 2000) bahwa
menjadi bilingual dapat memberi pengaruh negatif yang berbahaya bagi
perkembangan kognitif anak yang juga berhubungan dengan kemampuan
berbahasa dan komunikasi anak tersebut.
Bernd Meyer (2005) dalam penelitiannya tentang resiko bilingual terhadap
komunikasi, mengatakan bahwa resiko yang paling besar dalam penggunaan
bilingual dalam komunikasi adalah kesalahan dalam interpretasi. Meyer yang
memusatkan penelitiannya di bidang kesehatan menyatakan, bahwa bilingual
dapat memiliki resiko yang besar jika terjadi kesalahan interpretasi akibat
perbedaan bahasa tersebut. Kesalahan interpretasi tersebut dapat menyebabkan
komunikasi yang tidak tepat sehingga dapat merugikan bagi individu yang
melakukan komunikasi.
Dalam kasus individu bilingual juga sering dijumpai kesulitan dalam
berkomunikasi dengan teman sebayanya dan orang lain dikarenakan penggunaan
bahasa yang berbeda. Penggunaan bahasa yang berbeda ini dapat menimbulkan
kecemasan yang dapat menghambat individu dalam berkomunikasi. Rakhmat
(2001) mengemukakan bahwa kecemasan yang timbul pada saat seseorang
berkomunikasi dapat menyebabkan individu menarik diri dari pergaulan serta
menghindari suasana komunikasi. Lain halnya dengan individu monolingual yang
hanya menggunakan satu bahasa, dimana tidak akan mengalami kesulitan
komunikasi yang disebabkan adanya kecemasan akan perbedaan bahasa. Hal ini
tentu saja dapat mempengaruhi kontak sosial dan kemampuan komunikasi
individu, baik yang bilingual maupun monolingual (Hurlock, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Berbicara mengenai bilingual tidak bisa terlepas dari aspek komunikasi.
Dalam berkomunikasi sendiri dibutuhkan suatu kemampuan atau kompetensi,
dimana kompetensi dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi
dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh
melalui pendidikan atau latihan (Herry, 1998). Sedangkan kompetensi komunikasi
didefinisikan sebagai sejumlah kemampuan yang dimiliki seorang komunikator
untuk digunakan dalam proses komunikasi (Jablin dan Sias dalam Payne, 2005).
Spitzberg (dalam Lane, 2000) mendefinisikan kompetensi komunikasi
sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan baik dengan orang lain dalam
berbagai situasi sosial. Pengertian yang lebih lengkap diungkapkan oleh Friedrich
(dalam Lane, 2000) yang mengatakan bahwa kompetensi komunikasi merupakan
suatu kemampuan situasional untuk menetapkan tujuan yang realistis dan tepat
untuk memaksimalkan kemampuan seseorang dengan menggunakan pengetahuan
akan dirinya, orang lain, isi pesan, dan teori komunikasi dalam mengembangkan
kemampuan komunikasinya.
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara efektif
merupakan hal terpenting bagi seseorang, terutama bagi remaja. Remaja
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Havighurst (dalam Monks, 2004) mengatakan bahwa salah satu tugas
perkembangan yang harus dipenuhi pada masa remaja adalah dapat memperluas
hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan orang lain.
Kemampuan untuk dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik
Universitas Sumatera Utara
dengan orang lain memang sangat diperlukan oleh remaja, terutama remaja yang
berada pada masa remaja awal dimana mereka harus mulai membiasakan diri
untuk berkomunikasi dengan lebih baik dibandingkan pada saat kanak-kanak
akhir. Pada masa kanak-kanak, seorang individu hanya menggunakan komunikasi
untuk menyampaikan keinginannya serta untuk memulai menjalin hubungan
dengan orang lain, sedangkan pada masa remaja awal kemampuan komunikasi
diperlukan untuk memperluas dan mempererat hubungan dengan orang lain. Oleh
karena itu, seorang remaja dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi
komunikasi yang baik agar dapat berhubungan dan bekerja sama dengan orang
lain secara efektif.
Kompetensi komunikasi para remaja bilingual dapat berbeda dengan
remaja yang monolingual. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, di
antaranya seperti kemampuan remaja bilingual yang rendah dalam memahami dan
menggunakan bahasa ibunya, dalam hal ini bahasa Indonesia. Remaja bilingual
lebih tertarik untuk menggunakan bahasa keduanya, yaitu bahasa Inggris, dalam
komunikasi sehari-hari sehingga dapat menyebabkan rendahnya kompetensi
komunikasi
remaja
tersebut
pada
bahasa
Indonesia.
Remaja
bilingual
menganggap penggunaan bahasa Indonesia resmi merupakan hal yang kurang
bergengsi dan kurang nyaman. Remaja bilingual akan merasa senang dan bangga
menunjukkan kepada orang lain tentang identitasnya yang bilingual. Remaja
bilingual sering merasa bangga jika orang lain mengetahui bahwa mereka mampu
menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi dan suka mengabaikan orang
yang tidak mampu melakukannya(Lumintaintang, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Remaja bilingual, khususnya yang berada di kota-kota besar di Indonesia,
sering menganggap penggunaan bahasa Indonesia resmi merupakan hal yang
kurang bergengsi (kurang prestise), kurang nyaman (comfort), kurang canggih,
bahkan dirasakan kurang aksi atau kurang bergaya (prestige motive). Remaja
bilingual juga suka mencampur-campur unsur bahasa Inggris saat menggunakan
bahasa Indonesia dan juga suka beralih-alih ke bahasa tersebut, padahal konteks
dan situasi komunikasi tidak menuntutnya. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
kompetensi komunikasi yang dimiliki remaja tersebut dan juga dapat
menyebabkan tumpang-tindih dalam penggunan bahasa. Berbeda halnya dengan
remaja bilingual, remaja monolingual tidak akan mengalami gangguan dalam
kompetensi komunikasinya karena mereka hanya menggunakan satu bahasa saja
dalam kesehariannya yaitu bahasa Indonesia, sehingga perkembangan kompetensi
komunikasinya tidak akan terganggu (Lumintaintang, 2009).
Kompetensi komunikasi tidak diragukan lagi merupakan hal yang sangat
penting dalam perkembangan remaja. Kompetensi komunikasi yang baik dapat
mendukung remaja
dalam segala aktivitas yang dilakukannya. Kompetensi
komunikasi ini akan dipengaruhi oleh bagaimana para remaja menggunakan
bahasanya dalam berkomunikasi sehingga penggunaan dua bahasa atau hanya satu
bahasa sehari-hari akan berpengaruh terhadap perkembangan kompetensi
komunikasi remaja. Namun para ahli sendiri masih belum sependapat tentang
bagaimana
pengaruh
penggunaan
dua
bahasa
atau
bilingual
terhadap
perkembangan komunikasi seseorang (Itta, 2007). Bilingual memang telah
terbukti memiliki banyak manfaat yang di antaranya dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan komunikasi individu. Tetapi di samping manfaat-manfaat yang
dimilikinya, bilingual ternyata dapat menimbulkan efek negatif bagi remaja,
seperti dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahasa dan komunikasi
remaja. Selain itu para remaja bilingual juga dapat mengalami gangguangangguan dalam menerapkan penggunaan dua bahasanya sehari-hari, dimana hal
ini tidak akan dialami remaja monolingual.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, melalui penelitian ini peneliti
ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kompetensi komunikasi antara
remaja awal bilingual dengan remaja monolingual.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada perbedaan kompetensi komunikasi antara remaja awal bilingual
dengan monolingual?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kompetensi komunikasi antara remaja awal bilingual dengan monolingual.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan akan membawa dua manfaat, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
Universitas Sumatera Utara
1. Manfaat Teoritis
a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep dan
teori
perkembangan
ilmu
psikologi,
khususnya
ilmu
Psikologi
Perkembangan yang terkait dengan perbedaan kompetensi komunikasi
antara remaja awal bilingual dengan monolingual.
b) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti
lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan kompetensi
komunikasi antara remaja awal bilingual dan monolingual, sehingga dapat
menambah bahan referensi bagi orang tua yang menerapkan bilingual
maupun monolingual pada anak-anaknya.
c) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada remaja bilingual
maupun monolingual sehingga dapat memahani dengan baik tentang
kompetensi
komunikasi
dan
lebih
mengembangkan
kompetensi
komunikasi yang dimilikinya.
d) Penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan bagi pihak sekolah, baik
yang menerapkan program bilingual maupun monolingual, sehingga dapat
membantu para remaja untuk mengembangkan kompetensi komunikasinya
menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
permasalahan penelitian,
tujuan dan
manfaat
penelitian,
serta
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai
kompetensi komunikasi, bilingual, serta perkembangan remaja.
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini terdiri dari identifikasi variabel, defenisi operasional variabel
penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang
digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.
BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian singkat hasil penelitian,interpretasi data serta
pembahasannya.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
Download