BAB I PENDAHULUAN I. RANGKAIAN LISTRIK Pada dasarnya teknik elektro sangat berhubungan dengan gejala yang meliputi muatan listrik, khususnya gaya antar muatan dan pertukaran tenaga antar muatan. Beberapa hukum yang dipergunakan berasal dari hukum – hukum dasar fisika yang diperoleh dari percobaan – percobaan. Muatan listrik didefinisikan oleh gaya yang bekerja pada muatan itu sendiri; menurut percobaan, gaya dipengaruhi oleh besar muatan, kedudukan relatif dan kecepatan. Gaya yang timbul karena kedudukan muatan disebut “Gaya Listrik”, sedangkan gaya yang disebabkan oleh kecepatan muatan disebut “Gaya Magnit”. Gejala listrik dan magnit diartikan oleh aksi jarak jauh seperti gaya gravitasi antara dua benda seperti bumi dan bulan atau bumi dengan semua benda didekat permukaannya. Kekuatan medan gravitasi (Kuat Medan Gravitasi) didefinisikan sebagai gaya persatuan muatan, sedangkan kuat medan magnit didefinisikan sebagai gaya persatuan momentum muatan (muatan dikali kecepatan). Untuk mewakili suatu alat atau sistem secara keseluruhan dipergunakan suatu model rangkaian, misalkan sepotong kawat tembaga sepanjang 25 m digulung membentuk suatu kumparan dengan lilitan majemuk yang diberi tegangan dan frekwensi yang dapat Arus (Ampere) diubah – ubah, maka dari gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa : A B C Frekwensi (Hz) Gambar Karakteristik Kumparan Pada rentang A, kumparan diwakili oleh sebuah parameter terpusat tunggal (resistansi, R), sedangkan pada rentang B diwakili oleh parameter terpusat lainnya (induktansi, L), selanjutnya untuk mewakili kumparan dengan rentang frekwensi yang lebih luas dipergunakan parameter tambahan (kapasitansi, C). Jika suatu rangkaian listrik menerima masukan atau rangsangan dalam bentuk tegangan atau arus yang diberikan oleh sumber bebas, maka akan dihasilkan suatu keluaran (tanggapan). Dalam hal ini keluaran juga dapat berupa tegangan atau arus yang berhubungan dengan unsur (rangkaian) tersebut. Pada teori rangkaian terdapat dua cabang yang diturunkan dari tiga hal, yaitu : masukan, keluaran, dan rangkaian. Cabang pertama adalah analisis rangkaian, dimana rangkaian dan masukannya diketahui. Cabang kedua adalah sintesis rangkaian, dimana masukan dan keluarnya diketahui untuk mendapatkan rangkaian. Analisis rangkaian biasanya dipergunakan untuk mendapatkan satu atau lebih keluaran, misalnya tegangan dan arus yang terdapat disatu titik pada rangkaian atau menentukan tenaga / daya yang dikirimkan ke salah satu unsur. II. SATUAN DAN BESARAN LISTRIK. A. SISTEM SATUAN. Untuk mempelajari rangkaian listrik perlu mendefinisikan besaran yang akan ditinjau dan mengetahui variable listrik baik secara matematik maupun perasaan beserta satuan yang berhubungan dengan variabel tersebut. Dalam teknologi, setiap gejala fisis harus dapat diuraikan secara kuantitatif dengan satuan yang sama untuk setiap orang, untuk itu diperlukan suatu himpunan satuan baku yang seragam yaitu Sistem Satuan Internasional (SI). Sistem ini menetapkan 6 satuan dasar yaitu : 1. Satuan panjang (m). 2. Satuan massa (kg). 3. Satuan waktu (second – detik). 4. Satuan Arus Listrik (Ampere). 5. Satuan Suhu (kalvin). 6. Satuan Intensitas Cahaya (kandela). Untuk satuan – satuan lain akan diturunkan dari ke 6 satuan di atas, sedangkan sistem satuan lain yang dipergunakan adalah Sistem Satuan British. Pada pemakaian sistem satuan dipergunakan awalan satuan yang menunjukan kelipatan satuan, hal ini dikarenakan rentang cakupan suatu satuan dapat sangat luas, kelipatan ini merupakan sistem desimal, yaitu kelipatan 10. Awalan – awalan tersebut adalah : Atto - ( a - , 10-18 ) Deca - ( da - , 101 ) Femto - ( f - , 10-15 ) Hekto - ( h - , 102 ) Pico - ( p - , 10-12 ) kilo - ( k - , 103 ) Nano - ( n - , 10-9 ) Mega - ( M - , 106 ) Mikro - ( - , 10-6 ) Giga - ( G - , 109 ) Milli - ( m - , 10-3 ) Tera - ( T - , 1012 ) Centi - (c - , 10-2 ) Peta - ( P - , 1015 ) Deci - (d - , 10-1 ) Exa - ( E - , 103 ) Satuan British : 1 inchi = 0.254 meter 1 pound massa ( lb ) = 0.45359237 kg 1 newton = 0.22481 pound gaya ( lb ft ) Satuan–satuan yang dipakai untuk rangkaian listrik merupakan hasil penjabaran dari satuan – satuan dasar, seperti tegangan, arus, resistensi, induktansi, kapasitansi, daya, tenaga dan muatan ( coulomb, C = ampere / detik ). Sebagai contoh : Kecepatan v, didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh dibagi waktu perjalanan. Percepatan a, didefinisikan sebagai perbedaan kecepatan dibagi waktu tempuh. Muatan 1 buah elekron = 0,16 atto coulomb = 1,602 . 10-19 C. B. BESARAN LISTRIK. Dalam mempelajari perilaku benda pejal di alam, kita perlu mengamati bagaimana kecepatannya berubah, yaitu bagaimana benda tersebut mengalami kecepatan. Bila sebuah bola dijatuhkan percepatan dihitung dari persamaan yang mengandung massa bola dan massa bumi serta jarak antara kedua massa tersebut; demikian juga jika dua buah buah elektron yang diletakan berdekatan dalam ruang bebas akan mengalami percepatan saling menjauhi sebesar perubahan kecepatan yang diperoleh dari besar muatan dan letak pusat massa kedua electron tersebut. Percepatan ini merupakan akibat dari gaya yang bekerja pada suatu massa, berdasarkan rumusan kuatitatif didefinisikan sebagai: F = d(mv ) dt Dimana : m = massa dan v = kecepatan jika massanya konstan, maka gaya menurut persamaan Newton dapat didefinisikan sebagai f m. dv dt m.a jika gaya penyebab dari percepatan diketahui, misalnya dua massa yang saling tarik menarik, maka gaya tarik menarik yang bekerja pada dua massa adalah : f k. m1 .m2 r2 Dimana : r = jarak antara kedua massa tersebut. Persamaan diatas juga berlaku untuk mendapatkan gaya tolak menolak antara dua muatan sejenis sesuai dari Hukum Coulomb, yaitu : f k. q1 .q 2 r2 Dimana : q1 ,q2 = muatan k = 1 / 4.π.ε 0 = konstanta ε 0 = permetivitas hampa udara = 8,854. 10-9 C2 / Nm 2. Dalam SI, satuan gaya adalah kg.m / dt2 atau Newton (N), memakai dimensi gaya adalah MLT-2, memakai penurunan dari dimensi – dimensi yang ada maka akan diperoleh satuan – satuan yang lain, misalkan : Adanya gaya f pada suatu benda akan mengakibatkan benda bergerak sejauh d searah dengan gayanya, maka kerja pada benda tersebut adalah : w = f.d Nm (Joule) atau ML2 T-2. Banyaknya kerja yang dilakukan dalam satuan waktu disebut dengan Daya, yaitu : P = w / t Joule / detik (watt) atau ML2 T-3. Integral arus terhadap waktu adalah muatan listrik atau : ∫i.dt = q coulomb atau I = dq / dt Ampere ( C / dt ) T-1. Q Muatan dikatakan konservatif karena muatan tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Muatan dikatakan terkuantisarikan karena muatan merupakan benda terkecil dari electron di bumi ini. Memakai konsep diatas, arus listrik dapat didefinisikan sebagai banyaknya muatan yang melewati suatu luas penampang tertentu persatuan waktu. Adanya arus listrik yang mengalir harus ada kerja, dimana untuk memperoleh sejumlah aliran electron pada suatu penghantar yang menghasilkan arus perlu diketahui banyaknya tenaga yang diberikan untuk menggerakkan muatan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Untuk mengetahui besarnya tenaga yang dibutuhkan, dipergunakan konsep tegangan / potensial ( v / e ) yang didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan satu satuan muatan untuk bergerak dari suatu titik ke titik lain karena pengaruh gaya listrik, maka: W = q.v → v = w / q joule / coulomb ( volt ) Dengan dimensi ML2 T-2 Q-1 Perbedaan tegangan yang berhubungan dengan sumber tenaga listrik disebut Gaya Gerak Listrik (GGL) atau Electro Motive Force ( EMF ). Arus listrik terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Arus Searah ; Bila untuk semua pengamatan, aliran muatan berada dalam satu arah. I I waktu Arus Searah Seimbang waktu Arus Searah berubah menurut Waktu 2. Arus Bolak Balik; Bila aliran muatan awal dalam satu arah, selanjutnya berubah arah pada selang waktu yang lain. T = perioda = Nilai satu putaran (detik) = 1/f = Hertz-1 (Hz-1) C. SUMBER DAN UNSUR RANGKAIAN Suatu rangkaian listrik dicirikan oleh adanya satu atau lebih sumber yang dihubungkan dengan satu atau lebih beban sebagai penerima tenaga listrik. Suatu sumber sempurna akan memberikan tegangan tetap atau arus tetap. Sumber ini disebut juga dengan sumber bebas karena tidak tergantung dengan beban yang terhubung atau sumber – sumber lain. Sumber tak bebas merupakan sumber yang timbul sebagai akibat adanya sumber lain, sebagai contoh : 1. Generator listrik, tegangan imbas pada salah satu lilitannya merupakan fungsi arus dari lilitan yang lain. 2. Transistor, arus yang keluar sebanding dengan arus yang masuk. Komponen – komponen yang menjadi beban (bagian jaring listrik) yang menerima tenaga dari sumber disebut unsur atau parameter rangkaian. Hubungan antara tegangan dan arus sesuai dengan jenis unsur – unsur rangkaian tersebut adalah : 1. Unsur rangkaian yang memerlukan tegangan sebanding dengan arus yang mengalir didalamnya, atau V I, maka dapat ditulis V = R.I Konstanta pembanding R ( resistansi ) dengan satuan Ohm (Ω) yang berhubungan erat dengan panas dalam rangkaian. Simbolnya 2. Unsur rangkaian yang memerlukan tegangan sebanding dengan turunan arus terhadap waktu atau kecepatan perubahan arus yang mengalir didalamnya, atau : V di / dt, maka V = L di/dt. Konstanta pembanding L disebut induktansi dengan satuan Henry, yang erat hubungannya dengan medan magnet. Simbolnya 3. Unsur rangkaian yang memerlukan arus sebanding dengan turunan tegangan terhadap waktu, atau : i dv/dt, maka I = C dv/dt, v = 1 C .i.dt . Konstanta pembanding C (Kapasitansi) dengan satuan Farad yang erat hubungannya dengan medan listrik. Simbolnya . Rangkaian listrik selalu mengandung gabungan ketiga jenis unsur ini, tetapi dalam pemakaian tidak semuanya dianggap berperan dalam setiap rangkaian. Untuk lebih jelasnya ketiga unsur diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Resistansi : Hukum Ohm Hubungan tegangan dan arus juga dikenal sebagai hukum Ohm. Secara kuantitatif tegangan diberikan oleh : V = R. I Dimana : I = Arus dalam Ampere R = Resistansi dalam Ohm dengan dimensi Dari percobaan dapat dibuktikan bahwa resistansi dari semua penghantar berubah menurut suhu. Jika resistansi suatu penghantar pada suhu t1 adalah R1, maka untuk resistansi pada suhu t2 diberikan oleh : R2 = R1 [1 + α (t2 – t1)] Dimana : α = koefisien suhu resistor dalam °C resistansi linier akan terjadi pada rangkaian suhu - 50°C s/d 200°C, sehingga rumus dapat disederhanakan menjadi : = T = konstanta yang ditentukan dari grafik. Nilai T untuk tembaga adalah 234,5 dan aluminium 228. Daya yang dipergunakan dalam rangkaian listrik diperoleh dari tegangan dan arusnya. Jika V = P= = dan i = x , maka daya adalah = V . I watt = (R . i) . i = = v. = Hubungan kebalikan yang memberikan arus dinyatakan dalam tegangan adalah : i = G v Ampere dimana : G= = Konduktansi [mho/siemens] dengan dimensi Daya konduktansi adalah : P = v . i = v (Gv) = = Dalam analogi dengan persamaan penghantar panas Fourier, Ohm menunjukkan bahwa resistansi suatu penghantar dengan dimensi yang seragam berbanding lurus dengan panjangnya, berbanding terbalik dengan luas penampangnya dan bergantung pada sifat fisis bahan penghantarnya. Maka : R=ρ Dimana : ρ = resistivitas bahan (ohm – m) ℓ = panjang penghantar (m) A = luas penampang penghantar ( ) Logam – logam yang mempunyai konduktansi besar disebut konduktor, sebaliknya yang mempunyai resistansi besar biasanya orde ribuan mega ohm disebut Isolator. Sebagai contoh : gelas, mika & udara. Isolator digunakan untuk membatasi agar arus listrik tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan (rangkaian listrik). 2. Induktansi Dari definisi unsur diatas, maka secara kuantitatif persamaan tegangan dapat diberikan sebagai berikut : volt atau i = ∫V dt V=L Dimana : L : induktansi sendiri (Henry) dengan dimensi Persamaan diatas menunjukan bahwa arus dalam induktor tidak bergantung pada nilai sesaat tegangannya, melainkan pada nilai sejak awal hingga saat tegangan diamati, yaitu : integral atau jumlah hasil kali volt - detik untuk seluruh waktu hingga saat diamati. Untuk peristiwa peralihan (switsching) yang terjadi pada sebarang waktu atau t = 0, maka i = ∫V dt + I (0) dimana : i (0) = arus awal sebelum saat peralihan Induktor merupakan suatu unsur yang dapat menyimpan tenaga dalam bentuk medan fluks magnet. Daya yang berhubungan dengan Induktansi, adalah : P = v . I = Li watt w = ∫p dt = ∫Li . dt = ∫Li .di = Joule Tegangan jatuh dapat diturunkan menurut Hukum Faraday melalui Fluks yang dihasilkan arus dan banyaknya lilitan N pada kumparan konduktor, yaitu : v=L =N . dimana : L=N Henry N = Jumlah lilitan Ø = fluksi Jika Ø berbanding lurus dengan Arus, maka L= Persamaan fluksi dapat disetarakan sebagai : Ø= = Dimana : GGM = gaya gerak magnit yang menghasilkan fluksi dalam rangkaian magnit yang mempunyai reluktansi . Jika inti besi mempunyai panjang ℓ (m) dan luas penampang A ( ), maka reluktansi adalah : . = → μ = sifat fisis bahan magnet (permeabilitas) Untuk induktansi dapat ditulis sebagai berikut : Ø1 = Ø11 + Ø12 N =N +N Persamaan tegangan dapat ditulis : V1 = L1 +M V2 = L2 +M Persamaan tegangan imbas : v = M volt 3. Kapasitansi Secara kuantitatif arus dapat dinyatakan sebagai : i=C Amp atau v = ∫ i dt volt Konstanta pembanding C menyatakan sifat penyimpanan muatan dalam unsur yang disebut kapasitansi [farad / F] dan mempunyai dimensi Daya yang berhubungan dengan pengaruh kapasitansi adalah : p = vi = Cv watt . Tenaga w = ∫ p dt = ∫ Cv dt = ∫ Cv dv = C Joule. Muatan dapat diperoleh dari : i= → q = Cv Coloumb sehingga v= → q = Cv Coloumb ………. (1) Menurut teorema fluks Gauss, muatan yang terkumpul dapat dinyatakan dalam besaran medan listrik, yaitu : q = ε AE Coloumb dimana : E = kuat medan listrik ε = permitivitas (konstanta dielektrik spesifik) bahan antara keping-keping kapasitor A = luas penampang keping Sebagai contoh jika kapasitor berbentuk dua keping sejajar dengan jarak pemisah sebesar d meter, maka kuat medan listrik adalah : E= volt / meter Dari persamaan sebelumnya diperoleh : q=εA substitusi ke persamaan 1, maka : Cv = ε A → C= Farad Maka dapat disimpulkan bahwa parameter kapasitansi sebanding dengan konstanta dielektrik bahan, berbanding terbalik dengan jarak antara keping - kepingnya dan berbanding lurus dengan luas penampang kepingnya. BAB II HUKUM – HUKUM RANGKAIAN LISTRIK I. HUKUM DASAR RANGKAIAN Disini akan dijumpai dua Hukum dasar, yaitu : 1. Menguraikan tentang bagaimana hubungan arus bila beberapa unsur rangkaian bertemu di satu titik. 2. Bagaimana beberapa tegangan bergabung bila semua unsur rangkaian dihubungkan secara berurutan. Mengikuti sifat dari besaran - besaran listrik, hukum dasar rangkaian secara langsung akan menuntun ke cara - cara yang dipakai untuk membahas rangkaian listrik secara sistematis. Hukum ini dikenal sebagai hukum Kirchoff. 1. Hukum Kirchoff I (Hukum Arus) : Jumlah aljabar semua arus yang menuju suatu titik hubung rangkaian adalah sama dengan nol atau jumlah aljabar arus yang menuju titik hubung sama dengan jumlah aljabar yang meninggalkan titik hubung (simpul). Secara matematis ditulis : i1 i1 + i2 + i3 + ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ + in = 0 atau ∑i = 0 in i2 i5 i3 i4 Note : Tanda positif dan negatif dipengaruhi oleh tanda dari arah arus yang mengalir. Contoh : Diketahui : i1 i2 i4 Arus – arusnya adalah : v3 + i3 i1 = 10 Amp; i2 = 4 sin t Amp Tegangannya : V3 = (2 – 4 sin t) Volt Ditanya : Arus i4 ? Penyelesaian : Dari hukum Ohm didapat : V=i.R→i=V/R i3 = = – 4 sin t =2 Dari hukum Kirchoff I : i1 + i2 + i3 + i4 = 0 → i4 = - i1 - i2 - i3 = - 10 - 4 sin t - = - 12 Ampere Arus i4 bertanda negatif, berarti arus tersebut meninggalkan titik simpul. 2. Hukum Kirchoff II (Hukum Tegangan) : Jumlah aljabar semua tegangan yang diambil pada arah tertentu sepanjang jalan yang tertutup adalah sama dengan nol. Secara matematis ditulis : V1 + V2 + V3 + ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ + Vn = 0 Atau ∑V = 0 Hukum kedua ini merupakan akibat dari hukum kekalan tenaga dimana tenaga yang diberikan sama dengan tenaga yang diserap rangkaian (arah tegangan positif mempunyai perubahan potensial dari + ke – dalam rangkaiannya). Contoh : Diketahui : + v1 v2 + + 10O i3 10O + v4 i4 V1 = 4 Volt i3 = 2 Tentukan : - Arus i4 ? V2 = 3 cos 2t Ampere Jawab : Untuk rangkaian tertutup : V2 + V3 – V1 – V4 = 0 V4 = V2 + V3 – V1 Hukum Ohm : V3 = i3 . R = 2 . 10 = 20 Volt Maka : V4 = (3 cos 2t + 20 i4 = - 4 ) Volt = Ampere Note : Hukum – hukum ini tidak berlaku untuk frekuensi yang sangat tinggi, yang mengakibatkan rangkaian tertutup mempunyai ukuran dalam orde panjang gelombang II. PENGGUNAAN HUKUM DASAR SECARA LANGSUNG Biasanya suatu rangkaian listrik terdiri dari beberapa rangkaian tertutup yang mempunyai banyak simpul dengan satu atau lebih sumber. Besaran yang diketahui biasanya berupa tegangan pada sumber tegangan atau arus dari sumber arus, sedangkan besaran yang tidak diketahui meliputi arus yang mengalir dalam sumber tegangan, tegangan pada sumber arus dan tegangan serta arus yang melalui unsur unsur rangkaiannya. Besaran yang tidak diketahui diperoleh dari persamaan – persamaan yang terdiri dari tiga kategori yaitu : a. Hukum Ohm (Hubungan tegangan & arus dalam unsur rangkaian) b. Hukum Kirchoff untuk tegangan c. Hukum Kirchoff untuk arus Jumlah persamaan bebas harus sama dengan banyaknya besaran yang tidak diketahui, sehingga persamaan – persamaan bebas yang tersedia adalah : 1. Banyaknya persamaan bebas dalam hubungan Volt – Ampere sama dengan banyaknya unsur – unsur rangkaian. 2. Banyaknya persamaan bebas menurut Hukum Kirchoff I sama dengan banyaknya titik hubung dikurangi satu. 3. Banyaknya persamaan bebas menurut Hukum Kirchoff II sama dengan banyaknya rangkaian tertutup bebas (rangkaian dimana paling sedikit mengandung 1 tegangan yang tidak termasuk dalam rangkaian lainnya). Dua macam bentuk rangkaian yang dapat membantu penentuan variabel, yaitu : 1. Rangkaian Seri Cirinya : a. Arus yang melalui semua unsur elemen yang dihubungkan adalah sama, sehingga hanya mempunyai arus tunggal I. b. Unsur – unsur elemen mempunyai tegangan yang berbeda sesuai dengan Hukum Kirchoff II. c. Daya total, energi total serta resistansi totalnya merupakan jumlah dari elemennya. 2. Rangkaian Paralel Cirinya : a. Mempunyai variabel tegangan tunggal yang dipasang untuk semua unsur dan sumber. b. Setiap unsur mempunyai arus yang berbeda. c. Berlaku hukum Kirchoff I d. Daya total, energi total dan konduktansi total adalah jumlah dari elemennya. Penerapan hukum dasar untuk kedua hal di atas dapat diberikan sebagai berikut : 1. Untuk rangkaian seri dipergunakan hukum Kirchoff II, yaitu : V - i R1 – i R2 = 0 V = i (R1 + R2) Sehingga resistansi setara dapat ditulis sebagai : RT = R 1 + R2 Atau Rseri = R1 + R2 + ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ + Rn = ∑ R Jika elemen resistansi diganti dengan induktansi atau kapasitansi, maka : VL = L dan Vc = ∫ i dt dan V = L1 + L2 = (L1 + L2) ∫ i dt + V= ∫ i dt = ( ) ∫ i dt Sehingga : Lseri = L1 + L2 + ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ + Ln = ∑ L = + +∙∙∙∙∙+ =∑ 2. Untuk rangkaian paralel menggunakan hukum Kirchoff I, yaitu : is = i1 + i2 Dari hukum Ohm : V=iR i= Sehingga dapat ditulis : is = + =V[ + ] resistansi setara untuk paralel adalah : = + Atau = +∙∙∙∙∙+ + =∑ Karena konduktansi G = , maka : GT = ∑Gn Dengan cara yang sama dapat dipergunakan untuk induktansi dan kapasitansi yaitu : =∑ =∑ dan III. ANALISA RANGKAIAN LOOP TUNGGAL Untuk menentukan arus dan tegangan yang melalui setiap elemen atau daya yang diberikan maupun diserap oleh setiap elemen dapat dipakai rangkaian loop tunggal. Langkah – langkah yang dilakukan adalah : 1. Referensi dari arah arus yang tidak diketahui diasumsikan dengan arah sebarang. 2. Referensi tegangan elemen diasumsikan sesuai dengan arah arus, misalnya : arus yang masuk terminal diberi tanda positif. 3. Memakai hukum Kirchoff untuk rangkaian tertutup, yang dimulai dari sudut kiri. Setiap tegangan yang ditemui diberi tanda negatif (searah jarum jam). Contoh : R1 R2 +i - + Vs1 - Vs2 Hukum Kirchoff II -VS1 + VR1 + VR2 + VS2 = 0 Dimana : VR1 = i R1 dan VR2 = i R2 Sehingga : -VS1 + i R1 + i R2 + VS2 = 0 i(R1 + R2) = VS1 – VS2 i= Jika diketahui R1 = 30 ohm ; R2 = 25 ohm VS1 = 240 Volt VS2 = 50 volt Tentukan : a. Besar arus i ? b. Tegangan setiap tahanan ? c. Daya masing – masing tegangan sumber dan daya yang diserap masing – masing tahanan? Jawab : a. i = = = = 3,46 Amper b. Tegangan setiap tahanan : VR1 = i R1 = 3,46 . 30 = 103,8 volt VR2 = i R2 = 3,46 . 25 = 86,5 volt c. Daya masing – masing tegangan sumber : PVS1 = VS1 . i = 240 (-3,46) = - 830,4 watt PVS2 = VS2 . i = 240 . 3,46 = 173 watt Daya yang diserap masing – masing tahanan PR1 = R1 = . 30 = 359,15 watt PR2 = R2 = . 25 = 299,29 watt Daya total adalah nol, karena daya yang diberikan oleh sumber VS1 dan VS2 diserap oleh tahanan, sehingga : PT = PVS1 + PVS2 + PR1 + PR2 = 0 = -830,4 + 173 + 359,1 + 299,29 ≈ 0 IV. RANGKAIAN PASANG SIMPUL TUNGGAL Metode Analisa : 1. Menganggap adanya tegangan yang melalui setiap elemen (memakai hukum Kirchoff II) 2. Arus yang mengalir melalui elemen dipilih sesuai dengan referensi tegangan (hukum Ohm) 3. Referensi arus memakai hukum Kirchoff I Contoh : 1. Tentukan tegangan dan arus yang tidak diketahui dalam rangkaian yang mengandung sebuah sumber tegangan sebesar 140 volt pada rangkaian tertutup sebelah kiri dan sumber arus sebesar 18 A di sebelah kanan. Jelaskan kesetimbangan daya yang menunjukan bahwa daya yang diberikan sumber pada rangkaian sama dengan daya yang diserap oleh resistansi . + i +1 - V1 - a A i2 20O 140 Volt b i3 + V2 c + 6O B - 5O 18 A d Jawab : Analisa Rangkaian : a. Tentukan referensi arah untuk tegangan dan arus yang belum diketahui. b. Sumber tegangan 140 volt terhubung seri dengan tahanan 20 ohm, sehingga arus yang melalui keduanya adalah sama (I), Dengan arah (+) → (-) c. Resistansi 6 Ω dan 5 Ω serta sumber arus membentuk hubungan paralel, sehingga mempunyai tegangan sama (V2), arus I2 dan I3. Arahnya (+) → (-) d. Persamaan rangkaian menggunakan hukum Ohm (hubungan volt – ampere) e. Adanya 3 resistansi dalam rangkaian mengakibatkan ada 3 persamaan yaitu : V1 = 20 I1 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ a, V2 = 6 I2 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ b, V3 = 5 I3 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ c, f. Memakai hukum Kirchoff I g. Dari gambar dapat dilihat bahwa garis ab merupakan simpul A dan garis cd adalah simpul B, sehingga dapat dilukis menjadi h. Disini terdapat 2 simpul, maka persamaan ada (2 – 1) = 1, ditinjau dari titik A. A i1 I1 – I2 – I3 + 18 = 0 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ d 18 A i2 i3 B i. Memakai hukum Kirchoff II j. Dari gambar terlihat bahwa hanya memiliki satu rangkaian tertutup bebas, sehingga hanya terdapat 1 persamaan, sedangkan dua unsur lainnya memiliki tegangan implisit = V2. k. 140 – V1 – V2 = 0 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ e Dari analisa rangkaian diperoleh persamaan – persamaan sebagai berikut : a. V1 = 20 I1 → I1 = b. V2 = 5 I2 → I2 = c. V3 = 5 I3 → V3 = V2 → I3 = d. I1 – I2 – I3 + 18 = 0 e. 140 – V1 – V2 = 0 Substitusi persamaan persamaan diatas ke persamaan d - - + 18 = 0 = V2 [ V2 – 18 V2 – 20 . 18 V1 = 20 . = ] – 18 = + V2 – 360 ∙ ∙ ∙ ∙ ∙ f Substitusi persamaan f ke e 140 - V2 + 360 - V2 = 0 V2 = 500 V2 = V1 = = 60 volt . 60 – 360 = 440 – 360 = 80 volt Maka I1 = = = 4 Amp I2 = = = 10 Amp I3 = = = 12 Amp Keseimbangan daya didapat dari persamaan P = PV1 = – 20 = . 20 = 320 watt PV1 = – 6= . 6 = 600 watt PV1 = – 5= . 5 = 720 watt R, maka : Daya yang diberikan rangkaian : Sumber 140 volt : P = V . I1 = 140 . 4 = 560 watt Sumber 18 Amp : P = V2 . 18 = 60 . 18 = 1080 watt + P total = 1640 watt 2. Tentukan Tegangan diantara resistansi 2 Ω dan nyatakan semua arus dalam variabel tegangan jika diketahui : Variabel tegangan V1, V2, dan V3. Jawab : a. Variabel tegangan yang tidak diketahui diperoleh dari hukum Kirchoff II, yaitu : V15Ω – V2 + V3 + 25 = 0 V15Ω = V2 – V3 – 25 V1Ω – V2 + V1 = 0 V1Ω = V2 – V1 V3Ω – 15 – V1 + V3 + 25 = 0 V3Ω = V1 – V3 – 10 b. Rangkaian memiliki 4 titik simpul, sehingga terdapat 3 persamaan, yaitu Simpul A 30 + + + = 0 30 . 15 + 15 (V2 – V1) + 3 V2 + V2 – V3 – 25 = 0 450 + 15 V2 – 15 V1 + 4 V2 – V3 – 25 = 0 - 15 V1 + 19 V2 – V3 = - 425 Simpul B - – – =0 5V1 + 2V2 + 2V3 = 0 Simpul C - – =0 3V3 – (V2 – V3 – 25) – 5 (V1 – V3 – 10) = 0 3V3 – V2 + V3 + 25 – 5V1 + 5V3 + 50 = 0 -5V1 – V2 + 9V3 + 75 = 0 -5V1 – V2 + 9V3 = - 75 Sehingga persamaan – persamaan diatas adalah : -15V1 + 19 V2 – V3 = -425 5V1 + 2V2 + 2V3 = 0 -5V1 – V2 + 9V3 = -75 Peyelesaian diatas dapat dilakukan dengan Determinan atau Matriks. Matriks Persamaan Umum : A= Dimana : m = baris n = kolom atau dapat ditulis Am x n. Beberapa operasi matrik untuk A = [amn] dan B = [bmn] 1. Pertambahan dan pengurangan A ± B = [amn] ± [bmn] 2. Perkalian A . B dari A = [a1m] dan B = [bm1] A . B = [a11 a12 ∙∙ ∙∙ a1m] = a11 . b11 + a12 . b12 + ∙∙∙∙ a1m . bm1 = Contoh untuk 3 persamaan : a11 X1 + a12 X2 + a13 X3 = C1 a21 X1 + a22 X2 + a23 X3 = C2 a31 X1 + a32 X2 + a33 X3 = C3 Harga – harga X1, X2, X3 didapat dari hasil bagi 2 determinan. Determinan 1 : Determinan variabel dari x yang akan dicari Determinan 2 : Determinan konstan dari x Sehingga : Determinan konstan x dengan cara Cramer : X= = a11 a22 a33 + a12 a23 a31 + a13 a21 a32 – a31 a22 a13 – a32 a23 a11 – a33 a21 a12 Determinan variabel X X1 = X2 = X3 = Penyelesaian persamaan tegangan dari soal sebelumnya : = Harga – harga V1, V2, dan V3 adalah : DV = = (-15)(2)(9)+(19)(2)(-5)+(-1)(5)(-1)-(-5)(2)(-1)-(-1)(2)(-15)-(9)(5)(19) = -270 – 190 + 5 - 10 - 30 – 855 = -1350 DV1 = = (-425)(2)(9)+ (19)(2)(-75) + (-1)(0)(-1) - (-75)(2)(-1) – (-1)(2)(-425) - (9)(0)(19) = -7650 – 2850 + 0 -150 - 850 – 0 = -11500 DV2 = = (-15)(0)(9)+(-425)(2)(-5)+(-1)(5)(-75) - (-5)(0)(-1) – (-75)(2)(-15) - (9)(5)(-425) = 0 – 4250 + 375 - 0 - 2250 – 19125 = 21500 DV3 = = (-15)(2)(-75)+(19)(0)(-5)+(-425)(5)(-1)-(-5)(2)(-425)–(-1)(0)(-15)-(-75)(5)(19) = 2250 – 0 + 2125 - 4250 - 0 – 7125 = 7250 V1 DV1 11500 8,5185 Volt DV 1350 V2 DV2 21500 - 15,926 Volt DV 1350 V3 DV3 7250 - 5,37 Volt DV 1350 V15Ω = V2 – V3 – 25 = - 15,926 + 5,37 – 25 = - 35,556 Volt V1Ω = V2 – V1 = - 15,926 – 8,5185 = - 24,4445 Volt V3Ω = V1 – V3 – 10 = 8,5185 + 5,37 – 10 = 3,8885 Volt Harga arus diperoleh dari hukum Ohm : Iv1 V1 8,5185 4,25925 A 2 2 Iv 2 V2 15,926 3,1852 A 5 5 Iv3 V3 5,37 1,074 A 5 5 I15 V15 35,556 2,3704 A 15 15 I1 V1 24,4445 24,4445 A 1 1 I 3 V3 3,8885 1,2962 A 3 3