PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENUKAR SEKSUAL (PMS) DI SMK MUHAMMADIYAH 2 Imam Zainuri, Sri Rahayu ABSTRACT A sexually transmitted disease (STDs) is diseases that arise or be transmitted by sexual relations with the onset of clinical manifestations of abnormalities, especially in the genitals. A purposes of research is to know the effect of knowledge of teenagers about sexually transmitted diseases (STDs) before and after given counseling about sexually transmitted diseases (STDs) in SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. Research design used in this research is a comparative analytical approach with one group pretest - posttest design. The population is all students SMK Muhammadiyah Kutorejo Mojokerto totaling 240 students in this research, researchers used a way of sampling is probability sampling with a random sampling, with the number of sampling as many (20%) 48 students. The independent variable is education about sexually transmitted diseases (STDs), the dependent variable is the knowledge teenagers about sexually transmitted diseases (STDs) before and after given counseling about sexually transmitted diseases (STDs). Data obtained by distributing questionnaires and counseling. The results in the Wilcoxon statistical can be of value Z = 4264, where ℓ = 0.000 and ℓ value <.05 so H0 is rejected and H1 is accepted which means there is the influence of counseling about sexually transmitted diseases (STDs) to the knowledge of students SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto, and can apply the results of counseling about sexually transmitted diseases (STDs). Keywords: Knowledge, sexually transmitted diseases (STDs), of teenagers SMK Muhammadiyah 2 PENDAHULUAN Nama lain dari Penyakit menular seksual (PMS) adalah Infeksi menular seksual (IMS). Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. (Widoyono, 2008. Erlangga), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, jamur) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Beberapa diantaranya yakni HIV dan Syphilis, dapat juga ditularkan dari Ibu keanaknya selama kehamilan dan kalahiran, dan melalui darah serta jaringan tubuh. Kegagalan deteksi dini Penyakit menular seksual (PMS) dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya kehamilan di luar kandungan, PMS kanker anogenital, infeksi pada bayi yang baru lahir atau infeksi pada kehamilan. Pada prakteknya, banyak penyakit menular seksual (PMS) yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), sehingga mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini.(Widoyono, 2008. Erlangga) Pada kenyataan dan teori ada ketidaksamaan. Secara teori penyakit menular seksual (PMS) itu seharusnya, mulai dari remaja sampai perguruan tinggi sudah diketahui dan dimengerti tetapi masih banyak anak remaja maupun remaja sekolah sampai orang yang sudah berkeluarga ada yang tidak mengetahui tentangbagaimana pencegahan maupun cara penularan penyakit menular seksual (PMS) dan penyakit menular seksual (PMS) yang lain (Widoyono, 2008). Dari hasil wawancara di SMK Muhamadiyah 2 Kutorejo Mojokerto pada bulan Oktober 2010, pada 20 siswa dengan wawancara 15 siswa yang mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS) dan 5 siswa yang tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS). Hal ini bisa dijadikan sebagai bukti bahwa tidak semua orang mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS). WHO pada tahun 2001 memperkirakan penderita penyakit menular seksual (PMS) di seluruh dunia sebanyak 340 juta orang. Sebagain besar penderita berada di Asia Selatan dan Asia tenggara yaitu sebanyak 151 juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta, dan yang terendah adalah Australia dan Selandia Baru sebanyak 1 juta. Semakin lama jumlah penderita penyakit menular seksual (PMS) semakin meningkat dan penyebarannya semakin merata di seluruh dunia. WHO memperkirakan dan morbiditas penyakit menular seksual (PMS) di dunia sebesar +_250 juta orang setiap tahunnya. Peningkatan insidensi infeksi menular seksual (PMS) ini terkait juga dengan perilaku beresiko tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini. Di Indonesia, angka prevalensi menerut daerah. Hasil survei infeksi saluran reproduksi (ISR) tahun 2005 pelaporkan angka infeksi menular (PMS) di kalangan WTS di bitung 35%, Jakarta 40%, dan Bandung 50%. Hasil laporan periodik presumptive treatment (PPT) periode 1 bulan Januari 2007 menunjukkan hasil yang hampir sama, yaitu angka penyakit menular seksual (PMS) di Banyuwangi 74,5%, Denpasar 36%, Surabaya 61,21%, dan Semarang 79,7%. (Dr. Widoyono Mph 2008) Tingginya kasus penyakit menular seksual (PMS), khususnya pada kelompok usia remaja, salah satu penyebabnya adalah akibat pergaulan bebas (Widoyono, 2008), yang akhirnya para remaja sekolah maupun perguruan tinggi banyak yang mengcopy video-video purno dari satu media ke media yang lainnya, dan juga dari internet. Dan akhirnya sering melihat vidio-vidio purno tersebut, maka dari itu sering mencari tempat yang sudah tersedia, bertujuan untuk melakukan hubungan seksual. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi anak remaja maupun remaja sekolah terhadap penyakit menular seksual (PMS). Kelompok remaja yang masuk kedalam penelitian tersebut umumnya masih sekolah menengah keatas (SMA), dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di sekolah menengah pertama (SMP). Konsep solusi yang diberikan adalah peneliti bekerja sama dengan pihak sekolah SMK muhammadiyah 2Kutorejo Mojokerto, dengan diberikan penyuluhan serta pendidikan kesehatan reproduksi dikalangan remaja, bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual (PMS) yang artinya penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. METODELOGI PENELITIAN Peneliti menggunakan desain penelitian analitik dengan metode pendekatan one grup pretest – posttest design. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruhsiswakelas I. II, III terdapat 240 siswadi SMKMuhammadiyah2 Kutorejo Mojokerto. Tipe probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe simple random sampling. Analisa statistik hasil jawaban atas pertanyaan kuesioner diskoring menggunakan uji statistik wilcoxon. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden sebelum diberi penyuluhan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Diberi Penyuluhan Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi 9 24 15 48 Prosentase (%) 18,8 50,0 31,3 100,0 2. Karakteristik responden sesudah diberi penyuluhan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sesudah Diberi Penyuluhan Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Frekuensi 32 13 3 48 Prosentase (%) 67,7 27,1 6,3 100,0 3. Pengaruh karakteristik responden sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengaruh Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. No Pengetahuan Pre Post F % F % 1 Baik 9 18,8 32 66,7 2 Cukup 24 50,0 13 27,1 3 Kurang 15 31,3 3 6,3 Jumlah 48 100,0 48 100,0 Uji Statistik Wilcoxon 0,000 < 0,05 Berdasarkan uji statistik Wilcoxon di dapat nilai z = -4.264, dimana ℓ = 0,000 dan nilai ℓ< 0,05 maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh penyuluhan tentang penyakit menular seksual (PMS) terhadap pengetahuan siswa SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto tentang penyakit menular seksual (PMS). Perhitungan uji statistic Wilcoxon dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16,0. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan kriteria cukup yaitu 24 dengan prosentase (50,0%). Dari kriteria tersebut disebabkan kurang mendapat informasi atau tidak pernah mendapat informasi tentang penyakit menular seksual (PMS). Menurut Burch dan Strater (tersedia di http//Informasi.com) menyatakan informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Jadi secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengalaman atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang. Dari pernyataan diatas dapat menunjukkan bahwa informasi dapat mempengaruhi perkembangan pribadi suatu individu. Semakin banyak mempunyai teman dan semakin aktif menggunakan media elektronik maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin mudah siswa tersebut menerima informasi, sehingga lebih mudah untuk mengerti tentang penyakit menular seksual (PMS). 2. Pengetahuan remaja sesudah diberi penyuluhan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan kriteria cukup yaitu 24 dengan prosentase (50,0%). Meskipun penyuluhan sudah diberikan tetapi penyuluhan tidak sepenuhnya membuat siswa SMK Muhammadiyah 2 mengerti sepenuhnya tentang penyakit menular seksual (PMS), hal tersebut bisa disebabkan dari sumber informasi. (Suwanto, 2000) sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi. Informasi dapat tersimpan dalam dokumen dan non dokumen. Sumber informasi dalam yang berupa dokumen dapat berbentuk buku, majalah, laporan penelitian, jurnal, sedangkan sumber informasi non dokumen adalah manusia yakni teman, puatakawan, pakar, atau spesialis informasi. Sumber informasi menurut (Murtonen, 2001) adalah pembawa informasi yang dipercaya dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Pemilihan sumber informasi juga didasarkan pola kebiasaan. Pola kebiasaan diartikan bila dimasa lalu sebuah sumber informasi dapat memenuhi kebutuhan seseorang maka ia akan cenderung menggunakan sumber informasi tersebut untuk waktu-waktu selanjutnya. Semakin paham siswa terhadap sumber-sumber informasi yang ada, maka akan menyebabkan siswa tersebut paham terhadap cara menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan media informasi yang ada.dalam kondisi lingkungan yang penuh informasi akan mendorong siswa untuk berusaha menemukan informasi secara positif. Sebaliknya kondisi lingkungan disekitar siswa yang kurang informasi akan menjadi siswa mengambil langkah tertentu guna mendapatkan informasi ditempat lain. Dengan demikian perlu peran dari pustakawan sebagai spesialis informasi yang memiliki keahlian tentang isi sumber-sumber informasi, termasuk kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis dan menyaringnya, yakni dengan memantau perkembangan informasi global, amemilih, menyaring dan mampu menyeleksi yang relevan bagi kepentingan pengguna. 3. Pengaruh penyuluhan tentang penyakit menular seksual (PMS) terhadap pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar jumlah responden sebelum diberi penyuluhan yang mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan kriteria cukup yaitu 24 siswa (67%), sedangkan sebagian besar jumlah responden sesudah diberi penyuluhan yang mengetahui tentang penyakit menukar seksual (PMS) dengan kriteria baik yaitu 32 siswa (66,7%). Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon di dapat nilai Z = -4.264, dimana ℓ= 0,000 dan nilai ℓ< 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada pengaruh penyuluhan tentang penyakit mennular seksual (PMS) terhadap pengetahuan remaja SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan sebagian besar jumlah responden mengetahui tentang penyakit menuklar seksual (PMS) dengan kriteria cukup yaitu 24 responden dengan prosentase (50%). 2. Pengetahuan remaja sesudah diberi penyuluhan sebagian besar jumlah responden mengetahui tentang penyakit menukar seksual (PMS) dengan kriteria baik yaitu 32 responden dengan prosentase (67,7%). 3. Ada pengaruh penyuluhan tentang penyakit menukar seksual (PMS) terhadap pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual (PMS) di SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto.dari hasil uji statistik Wilcoxon menunjukkan sebagian besar responden sebelum diberi penyuluhan tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan kriteria cukup yaitu 24 siswa (67%), sedangkan sebagian besar jumlah responden sesudah diberi penyuluhan tentang penyakit menukar seksual (PMS) dengan kriteria baik yaitu 32 siswa (66,7%). Saran 1. Bagi Peneliti Berikutnya Bagi peneliti berikutnya yang tertarik dengan masalah ini, diharapkan tidak hanya melaukan penelitian dengan mengetahui pengetahuan saja tetapi benar-benar melakukan penelitian dengan mengetahui pengetahuannya dengan memberikan intervensi. 2.Bagi Responden Diharapkan responden dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai informasi mengenai pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS). Dan responden lebih aktif mencari informasi tentang penyakit menular seksual (PMS) dari media cetak atau elektronik. 3. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat memberikan penyuluhan kesehatan dengan ilmu pengetahuan dengan teori yang ada terutama tentang penyakit menular seksual (PMS) sehingga pengetahuan siswa lebih banyak dan lebih dimengerti. 4. Bagi Institusi Sebagai tambahan koleksi wacana bagi yang ingin mengetahui pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual (PMS). DAFTAR PUSTAKA Aziz. Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Selemba Medika Badudu zam, 1996.Konsep Pengetahuan.(Tersedia di http://Ilmu pengetahuan. Com) Burch dan Strater. 2002. Konsep Informasi. (Tersedia di http//Informasi.com) Hidayat, A.A.2007. Metode Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Handsfield. 2001. Penatalaksanaan http://Penatalaksanaan pms. com) Penyakit Menular Seksual. (Tersedia di Lestari. 2008. Penyakit menular seksual. (Tersedia di http://Manifestasi klinis pms. com) Lestari. 2008. Penyakit Menular Seksual. (Tersedia di http://Tanda dan gejala pms.com) Mohammad Ali. 2009. Psikologi Remaja Perkembanagn Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Ns. Ratna Aryani, S.Kep. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Selemba Medika Notoadmodjo.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : EGC Notoadmodjo.2007.Tingkat Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. (Tersedia di http://Ilmupengetahuan. Com) (Diakses Pada Tanggal 15 Desember 2010) Notoadmodjo. 2003. Tingkat pengetahuan. Jakarta: EGC Notoadmojo, S. 2005. Metedologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Rineka Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Medika Nursalam Dan Pariani. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Nursalam. 2003. Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika Riduwan, Drs, M.B.A. 2007. Metode dan Tehnik Menyunsun Tesis Edisi 5. Bandung: Alfabeta Riduwan, Drs, M.B.A. 2003. Dasar – Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikel Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Setiadi.2007. Keperawatan Konsep Dan Penulisan RisetEdisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Sjaiful Fahmmmadi Daili.2006. Infeksi Menular seksualEdisi 3. Jakarta : FKUI Widoyono.2008. Penyakit Tropis Epidemiolog Penularan Pencegahan Dan Pemberantasannya. Jakarta: EGC Winkel. 1996. Konsep Pengetahuan. (Tersedia di http://Ilmu pengetahuan. Com)