Uploaded by User114832

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN

advertisement
PROPOSAL TUGAS AKHIR
“ANALISIS KEBISINGAN PADA RUAS JALAN DI DAERAH
DENPASAR BARAT”
OLEH :
I DEWA MADE AGUNG PRAMANA SETYA BINTARA
(4.18.1.0721)
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS)
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas
segala karunia-Nya sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2021 ini ialah menganalisis
kebisingan pada ruas jalan di daerah Denpasar Barat. Penelitian ini dilaksanakan
untuk menyelesaikan tugas akhir dalam perkuliahan pada Program Studi Teknik
Sipil/Elektro Teknik dan Informatika Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas)
Denpasar. Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., selaku Rektor
Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar
2. Bapak Ir.I Wayan Sutama,M.T, IPM selaku Head of Institute for Research and
Community Services Universitas Pendidikan Nasional
3. Bapak Made Widya Jayantari, ST., M.T, sebagai dosen pembimbing.
4. Bapak Ir. Putu Ariawan, M.T. sebagai Kepala Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar
5. Bapak dan Ibu atas segala doa, dorongan dan kasih sayangnya demi
keberhasilan penulis. Dan kepada kakak kandungku Agung Prabawa dan Adhel
yang selalu memberi semangat kepada penulis
6. Kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat dan bantuannya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Denpasar, Mei 2021
Penulis
ii
ABSTRAK
Nama
: I Dewa Md Agung Praman Setya Bintara
Program Studi : Teknik Sipil
Judul
: Analisis Kebisingan Pada Ruas Jalan Di Daerah Denpasar Barat
Perkembangan volume lalu lintas di Indonesia sekarang semakin tinggi
sehingga dampaknya dapat menimbulkan kemacetan dan kebisingan kendaraan
bermotor serta peningkatan volume kecelakaan. Menurut data pengukuran yang
telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dibeberapa lokasi di kota
besar telah melampaui baku mutu tingkat kebisingan yang telah diperuntukan. Jika
masalah kepadatan lalu lintas ini tidak teratasi dengam baik, maka dapat
menimbulkan masalah yang lebih serius salah satunya adalah kebisingan lalu lintas.
Kebisingan lalu lintas merupakan pencemaran suara diakibatkan suara-suara
bervolume tinggi yang membuat daerah disekitarnya menjadi bising. Oleh karena
itu, diperlukan untuk usaha-usaha pengendalian terhadap kebisingan ini.
Pengendalian ini bertujuan mengurangi dampak negatif dari kebisingan tersebut
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup manusia dan lingkungannya.
Kata Kunci: Lalu lintas, Volume lalu lintas, Kebisingan, Dampak negatif
iii
ABSTRACT
Nama
: I Dewa Md Agung Praman Setya Bintara
Program Studi : Teknik Sipil
Judul
: Analisis Kebisingan Pada Ruas Jalan Di Daerah Denpasar Barat
The development of traffic volume in Indonesia is now getting higher so that the
impact can cause congestion and motor vehicle noise as well as an increase in the
volume of accidents. According to measurement data that has been carried out by
the Ministry of Environment in several locations in big cities, the noise level quality
standards have exceeded the intended quality standards. If the problem of traffic
congestion is not resolved properly, it can cause more serious problems, one of
which is traffic noise. Traffic noise is sound pollution caused by high-volume
sounds that make the surrounding area noisy. Therefore, it is necessary for efforts
to control this noise. This control aims to reduce the negative impact of the noise
so that it does not interfere with the quality of human life and the environment.
Keywords: Traffic, traffic volume, noise, negative impact
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4
Manfaat ..................................................................................................... 3
1.5
Batasan ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1
Jalan .......................................................................................................... 5
2.2
Lalu Lintas ................................................................................................ 5
2.3
Bunyi ........................................................................................................ 8
2.4
Pengertian Kebisingan .............................................................................. 9
2.5
Sumber-Sumber Kebising ...................................................................... 10
2.6
Jenis – jenis Kebisingan ......................................................................... 10
2.7
Kebisingan Akibat Lalu Lintas ............................................................... 12
2.8
Baku Mutu Kebisingan ........................................................................... 13
2.9
Teknik Pengukuran ................................................................................. 13
2.10
Penelitian Terkait ................................................................................... 14
BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 16
3.1
Kerangka Penelitian ............................................................................... 16
3.2
Rencana Penelitian ................................................................................. 17
3.3
Lokasi Penelitian .................................................................................... 17
3.4
Alat Pengukuran ..................................................................................... 18
3.5
Teknik Analisis Kebisingan ................................................................... 18
3.6
Alur pikir penelitian ............................................................................... 22
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan volume lalu lintas di Indonesia sekarang semakin tinggi
sehingga dampaknya dapat menimbulkan kemacetan dan kebisingan kendaraan
bermotor serta peningkatan volume kecelakaan. Jumlah kendaraan di Bali baik itu
roda 2 maupun roda 4 setiap tahunnya terjadi peningkatan. Penyebab terjadinya
kemacetan ini dikarenakan meningkatnya perkembangan volume lalu lintas.
Kemacetan lalu lintas menimbulkan kebisingan akibat suara kendaraan bermotor
yang sedang berhenti. Hal tersebut dapat mengganggu pendengaran manusia di
berbagai kawasan seperti perkantoran, rumah sakit, dan juga sekolah. Volume lalu
lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan dan dalam waktu
tertentu, maka dari itu volume lalu lintas akan berkaitan dengan lebar jalan yang
dilewati oleh kendaraan tersebut. Jika volume kendaraan itu cukup tinggi maka
lebar jalan juga harus di perbesar atau lebar jalan dengan volume kendaraan
seimbang. Menurut (Ansusanto & Sebayang, 2017) dampak fisik yang timbul dari
penggunaan kendaraan bermotor antara lain polusi gas buang, kebisingan, getaran,
debu dan kotoran. Hal yang sering terjadi pada masyarakat akibat dampak
kebisingan antara lain gangguan komunikasi pada pembicaraan sehingga pembicara
harus mengeluarkan suara yang keras bahkan sampai berteriak, gangguan pada
konsentrasi dan daya kerja seseorang, serta gangguan ketenangan hidup pada
masyarakat.
Pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Bali setiap tahunnya
mengalami peningkatan sekitar 1,68% yang berdasarkan Badan Pusat Statistik
wilayah Bali. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan motor yang beroperasi
maka dapat menimbulkan berbagai permasalahan salah satunya yaitu timbulnya
masalah kebisingan akibat lalu lintas. Kota Denpasar merupakan salah satu kota
yang berada di daerah bali dan termasuk kota yang cukup besar. Kota Denpasar
dibagi menjadi 4 wilayah yaitu Denpasar Utara, Denpasar Selatan, Denpasar Barat
dan Denpasar Timur. Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali sehingga
Kota Denpasar menjadi salah satu pusat ekonomi karena terdapat banyak kantor
dan daerah wisata yang membantu menunjang perekonomian di Bali. Akibat dari
1
banyaknya jumlah kantor, sekolah, tempat rekreasi, café, dan mall menyebabkan
terjadi pembangunan yang meningkat dan membuat volume ruas jalan dengan
volume lalu lintas tidak seimbang akan terjadinya tingkat kebisingan yang
bersumber dari kendaraan bermotor namun tingkat kebisingan di tiap-tiap daerah
kota Denpasar berbeda-beda.
Salah satunya yaitu tingkat kepadatan di wilayah Denpasar Barat khusunya
Jalan Gunung Sanghyang, kepadatan lalu lintas pada hari efektif sebesar 18823,125
SMP (satuan mobil penumpang) dengan volume kendaraan sebesar 15058,5 SMP
dan panjang jalan 0,8 Km. Jumlah kepadatan lalu lintas pada hari non efektif di ruas
jalan gunung sanghyang yaitu sebesar 13233,75 SMP dengan jumlah volume
kendaraan yaitu sebesar 10587 SMP dan panjang jalan yaitu 0,8 Km. Terjadinya
kepadatan lalu lintas pada ruas jalan Gunung Sanghyang dipengaruhi oleh faktor
tidak langsung yaitu status jalan, bangkitan lalu lintas, simpangan tak bersinyal dan
waktu. Jalan Gunung Sanghyang termasuk jalan primer dan sekaligus jalan antar
provinsi. Jalan Gunung Sanghyang terdapat simpangan yang tak bersinyal yaitu
pada jalan yang mengarah ke Kabupaten Badung dan sekaligus ke Kabupaten
Tabanan. Waktu kepadatan tertinggi Jalan Gunung Sanghyang pada hari efektif
yaitu pada siang hari dimana jumlah volume kendaraan mencapai 5056,5 SMP, dan
pada sore hari volume kendaraan di jalan gunung sanghyang mencapai 5006 SMP,
serta pada pagi hari volume kendaraan mencapai 4996 SMP. Hari non efektif adalah
pada sore hari dengan volume kendaraan 3799,5 SMP, siang hari dengan volume
kendaraan 3722 SMP, dan pagi hari dengan volume kendaraan 3065,5 SMP (Julia
Vironika Ida Bagus Made Astawa, 2013).
Jika masalah kepadatan lalu lintas ini tidak teratasi dengam baik, maka dapat
menimbulkan masalah yang lebih serius salah satunya adalah kebisingan lalu lintas.
Kebisingan lalu lintas merupakan pencemaran suara ini diakibatkan oleh suarasuara yang bervolume tinggi dan dapat membuat daerah disekitarnya menjadi
bising. Pencemaran suara yang bersifat terus menerus cukup berbahaya jika tingkat
kebisingannya di atas 80 dBA (desibel) hal ini dapat mengakibatkan efek yang
merugikan bagi kesehatan manusia. Kebisingan pada ruas jalan ini dapat
mempengaruhi manusia dari segi fisik maupun psikologis dimana hal ini nantinya
dapat menyebabkan timbulnya penyakit fisik, stress maupun penyakit mental
2
lainnya. Salah satu pengaruh yang diakibat oleh kebisingan ini adalah gangguan,
terhadap kenyamanan, dan juga gangguan yang dapat menurunkan kesehatan.
Oleh sebab itu, diperlukannya usaha-usaha dalam pengendalian terhadap
kebisingan lalu lintas ini. Dimana pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi
dampak negatif dari kebisingan lalu lintas tersebut sehingga tidak terganggunya
aktifitas hidup manusia dan lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
A. Apakah penyebab terjadinya kebisingan pada ruas jalan gunung
sanghyang?
B. Bagaimanakah tingkat kebisingan di kawasan jalan gunung sanghyang
daerah Denpasar Barat?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut penulis memiliki beberapa tujuan. Tujuan
dilaksanakannya penelitian tersebut yaitu:
A. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kebisingan pada ruas jalan gunung
sanghyang daerah Denpasar Barat.
B. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di kawasan jalan gunung sanghyang
daerah Denpasar Barat.
1.4 Manfaat
Secara teoritis dalam kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang bagaimana pengaruh tingkat kebisingan yang terjadi di
kawasan fasilitas umum.
1.5 Batasan
Pembatasan suatu masalah dilakukan agar tidak terjadinya penyimpangan
terhadap pokok permasalahan dan juga mempermudah peneliti dalam melakukan
pembahasan sehingga tujuan penelitian bisa tercapai. Beberapa batasan masalah
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah ada
digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.
2. Penelitian hanya dilakukan pada satu kawasan.
3
3. Penelitian ini hanya membahas bagaimana tingkat kebisingan yang terjadi
di salah satu kawasan daerah Denpasar Barat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan bahwa
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang
Jalan bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan
penting terutama dalam mendukung bidangekonomi, sosial dan budaya serta
lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar
tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah, membentuk dan
memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan
nasional, serta membentuk struktur ruangdalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan nasional.
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
(Mahmud, 2017 dalam Agung, 2017).
2.2 Lalu Lintas
Lalu lintas atau traffic adalah kegiatan lalu-lalang atau gerak kendaraan, orang,
atau hewan di jalanan. Angkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang
dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan saran (Warpani, 2002).
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan system yang terdiri atas
lalu lintas, angkutan jalan, jaringan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya. Berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 pengertian lalu lintas itu
sendiri adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.
5
2.2.1 Rekayasa Lalu Lintas
Upaya pengendalian lalu lintas tidak cukup hanya diatur melalui peraturan
perundang-undangan, tetapi perlu dibarengi dengan upaya di bidang kerekayasaan
guna mendukung upaya hukum. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lalu lintas
di jalan, dilakukan rekayasa lalu lintas yang meliputi (PP No.43 Tahun 1993).
a. Perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan jalan
b. Perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan rambu-rambu
marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan
pengaman pemakai jalan.
Perbaikan geometrik diperlukan dalam merekayasa lalu lintas dengan
melakukan pelebaran jalan, perubahan radius tikung, mengurangi tanjakan,
memberikan prioritas bagi angkutan umum seperti busway dan angkutan kota
(Agung, 2017).
2.2.2 Arus Lalu Lintas
Karakteristik lalu-lintas terjadi karena adanya interaksi antara pengendara dan
kendaraan dengan jalan dan lingkungannya. Pada saat ini pembahasan tentang arus
lalu lintas dikonsentrasikan pada variabel-variabel arus (flow, volume), kecepatan
(speed), dan kerapatan (density). Ketiga komponen itu termasuk pembahasan arus
lalu-lintas dalam skala makroskopik. Pembahasan tersebut telah mengalami
perkembangan dari konsep awalnya yakni bahwa elemen utama dari arus lalu-lintas
adalah komposisi atau karakteristik volume, asal tujuan, kualitas, dan biaya.
Pergeseran tersebut terjadi karena saat ini arus lalu-lintas pada dasarnya hanya
menggambarkan berapa banyak jenis kendaraan yang bergerak (Julianto, 2010).

Arus dan Volume
Arus lalu-lintas (flow) adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu
titik pada penggal jalan tertentu, pada periode waktu tertentu, diukur
dalam satuan kendaraan per satuan waktu tertentu. Sedangkan volume
adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu arus jalan pada periode
waktu tertentu diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu.
6

Kecepatan
Kecepatan merupakan parameter utama kedua yang menjelaskan
keadaan arus lalu lintas di jalan. Kecepatan dapat didefinisikan sebagai
gerak dari kendaraan dalam jarak per satuan waktu.

Kerapatan
Kerapatan dapat didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang
menempati suatu panjang jalan atau lajur, secara umum dapat
diekspresikan dalam kendaraan per mil (vpm) atau kendaraan per mil per
lane (vpmpl) (Julianto, 2010).
2.2.3 Hubungan Volume, Kecepatan dan Kepadatan
 Hubungan volume – Kecepatan
Hubungan mendasar antara volume dan kecepatan adalah dengan
bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata ruangnya akan
berkurang sampai kepadatan kritis (volume maksimum) tercapai.
gambar 1 Hubungan volume – kecepatan
 Hubungan Kecepatan - Kepadatan
Kecepatan akan menurun apabila kepadatan bertambah kecepatan arus
bebas akan terjadi apabila kepadatan sama dengan nol, dan pada saat
kecepatan sama dengan nol maka akan terjadi kemacetan (jam density).
7
gambar 2 Hubungan kecepatan –
 Hubungan Volume - Kepadatan
Volume maksimum terjadi (Vm) terjadi pada saat kepadatan mencapai
titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini
volume akan menurun walaupun kepadatan bertambah sampai terjadi
kemacetan di titik Dj. Hubungan keduanya ditunjukkan pada gambar
berikut ini (Julianto, 2010).
gambar 3 Hubungan volume - kepadatan
2.3 Bunyi
Bunyi adalah gelombang mekanis elastik longitudinal yang berjalan. Berarti
untuk perambatannya dibutuhkan medium. Adapun dari sumber lain, bunyi atau
suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat
8
melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas
(Alimuddin, 2016 dalam Agung, 2017).
Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang bergetar maju
mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga
menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah
secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Gelombang
bunyi ini menghantarkan bunyi ke telinga manusia. Gelombang bunyi adalah
gelombang longitudinal (Alimuddin, 2016 dalam Agung, 2017).
tabel 1 Tingkat Intensitas Bunyi Berdasarkan Sumber Bunyi
2.4 Pengertian Kebisingan
Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men
48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa,
dan sistem alam. Tingkat intensitas bunyi dinyatakan dalam satuan bel atau decible
(dB). Sumber bising adalah sumber yang kehadirannya dianggap mengganggu
9
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak (Badan Litbang PU
Departemen Pekerjaan Umum, 2006).
Kebisingan (noise) telah menjadi aspek yang berpengaruh di lingkungan kerja
dan komunitas kehidupan yang sering kita sebut sebagai polusi suara dan sering
kali dapat menjadi bahaya bagi kesehatan. Kebisingan biasanya didefinisikan
sebagai suara atau suara pada amplitudo tertentu yang dapat menyebabkan
kejengkelan atau mengganggu komunikasi. Suara dapat diukur secara objektid
sedangkan kebisingan merupakan fenomena yang subjektif (Mahmud, 2017 dalam
Agung, 2017).
2.5 Sumber-Sumber Kebising
Sumber-sumber kebising pada dasarnya dibagi menjadi tiga macam yaitu :
sumber titik, sumber bidang, dan sumber garis. Kebisingan lalu lintas termasuk
dalam kriteria sumber garis. Kebisingan ini ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan
bermotor yang semakin meluas, hal ini bisa ditunjukkan oleh semakin padatnya lalu
lintas kendaraan di jalan raya penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor,
ditentukan oleh sebagai berikut: mesin kendaraan jenis motor bahan bakar, jenis
kipas angin pendingin, sistem pembuangan gas sisa, jenis ban, dan bentuk
kendaraan (Suroto, 2010).
Sumber bising dapat dibedakan berdasarkan aktivitas proses pembangunan,
sifat, dan berdasarkan bentuk sumber suara. (Mahmud, 2017 dalam Agung, 2017).
Tingkat intensitas kebisingan diukur dan dinyatakan dalam satuan Desibel (dBA).
Satuan tingkat kebisingan decibel dalam bobot A, yaitu bobot yang disesuaikan
dengan respon telinga manusia normal.
2.6 Jenis – jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi (Buchari, 2007 dalam Agung,
2017) menjelaskan bahwa kebisingan dapat dibagi atas:
a. Kebisingan dengan spektrum frekuensi yang luas dan terjadi secara terus
menerus. Kebisingan ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk
periode 0,5 detik berturut-turut. Contohnya adalah suara kipas angin.
b. Kebisingan dengan spektrum frekuensi yang sempit dan terjadi secara
terus menerus. Kebisingan ini mempunyai frekuensi tertentu dan relatif
10
tetap. Kebisingan ini berada pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz.
Contoh kebisingan seperti ini adalah gergaji serkuler dan katup gas.
c. Bising yang kontinyu dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari
6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Wide Spectrum adalah bising dengan spectrum frekuensi yang luas.
Bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0,5
detik berturut-turut, seperti suara kipas angin.
2) Norrow Spectrum adalah bising yang juga relatif tetap, akan tetapi
hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000)
misalnya gergaji sirkuler.
d. Kebisingan terputus - putus merupakan kebisingan yang tidak terjadi
secara terus menerus, melainkan ada waktu yang relative tenang.
Contohnya adalah suara lalu lintas kendaraan dan kebisingan di lapangan
terbang.
e. Kebisingan impulsive merupakan kebisingan yang memiliki perubahan
tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya. Contohnya adalah suara tembakan, suara
ledakan mercon, dan meriam.
f. Kebisingan Impulsif berulang sama dengan kebisingan impulsive hanya
saja disini terjadi berulang-ulang misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap aktivitas dan kesehatan manusia,
kebisingan dapat dibagi atas:
a. Kebisingan yang mengganggu, yaitu kebisingan yang intensitasnya tidak
terlalu keras tetapi terasa cukup mengganggu kenyamanan manusia.
Kebisingan ini biasa terjadi di dalam ruangan seperti mendengkur.
b. Kebisingan yang menutupi, yaitu bunyi yang menutupi pendengaran yang
jelas. Kebisingan ini biasanya terjadi di pabrik yang mana kebisingan
berasal dari suara mesin yang ada di pabrik. Secara tidak langsung bunyi
ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya tidak terdengar karena tenggelam dalam
kebisingan dari sumber lain.
11
c. Kebisingan yang merusak, yaitu bunyi yang intensitasnya telah melalui
ambang batas normal dan menurunkan fungsi pendengaran serta merusak
pendengaran.
2.7 Kebisingan Akibat Lalu Lintas
Kebisingan lalu lintas berdasarkan sifat dan spectrum bunyinya termasuk
dalam jenis kebisingan yang terputus-putus. Kebisingan yang ada di lalu lintas
umumnya berasal dari kendaraan bermotor yang dihasilkan dari mesin kendaraan
pada saat pembakaran, knalpot, klakson, pengereman dan interaksi roda dengan
jalan yang berupa gesekan. Kebanyakan kendaraan bermotor pada gigi perseneling
2 atau 3 menghasilkan kebisingan sebesar 75 dbA dengan frekuensi 100-7000 Hz
(Arlan,2011 dalam Agung, 2017).
Kendaraan berat merupakan sumber bising utama di jalan raya. Untuk jenis
kendaraan berat yang bermesin diesel menghasilkan tingkat kebisingan lebih besar
15 dBA dari kendaraan pribadi (Arlan,2011 dalam Agung, 2017). Kontribusi besar
dari kebisingan kendaraan berat berasal dari bunyi pembakaran yang terjadi pada
mesin. Kendaraan ringan seperti mobil pribadi cenderung tidak menimbulkan
tingkat kebisingan yang tinggi, akan tetapi karena jumlahnya yang banyak maka
akumulasi kebisingan menjadi besar.
Tingkat kebisingan yang tinggi dari mesin terjadi apabila mesin dinyalakan dan
akan melalukan percepatan maksimum. Namun apabila kendaraan telah melaju
dengan kecepatan tinggi maka sumber utama kebisingan berasal dari bunyi gesekan
roda dan perkerasan jalan (Agung, 2017).
Adapun peraturan tentang tingkat kebisingan yang dianjurkan di dalam sutu
kawasan
terdapat
pada
peraturan
keputusan
MENKES
No.
718/Men.Kes/Per/XI/1987 yang dibagi kedalam empat zona dengan tingkat
kebisingan yang dianjurkan:
a. Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB), zona yang
diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan
atau sosial dan sejenisnya.
b. Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB), zona yang diperuntukkan
bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.
12
c. Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB), zona yang diperuntukkan
bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya.
d. Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB), Zona yang
diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bus dan
sejenisnya.
2.8 Baku Mutu Kebisingan
Baku mutu kebisingan adalah batas maksimal tingkat Baku mutu kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep.Men
LH No.48 Tahun 1996). Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 Nopember 1996 tentang baku
tingkat kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kegiatan.
tabel 2 Baku Mutu Kebisingan
2.9 Teknik Pengukuran
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pengukuran, tahapan
tersebut diawali dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan pengukuran.
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
13
a. Menetapkan ruas jalan berdasarkan peta jaringan jalan dan hasil survey
pendahuluan
b. Mempersiapkan peralatan-peralatan yang nantinya akan digunakan untuk
pengukuran.
c. Mencatat kondisi lingkungan dari ruas jalan dan mengidentifikasi jenis
perkerasan jalan melalui pengamatan langsung serta mencatat karakteristik
jalan.
d. Mengukur tingkat kebisingan dengan menghitung volume dan komposisi
lalu lintas, mengukur kecepatan rata-rata kendaraan menghitung kebisingan
akibat klakson perjenis kendaraan.
e. Lama pengukuran disesuaikan dengan tingkat kebisingan prediksi yang
diinginkan. Pengukuran tingkat kebisingan, volume lalu lintas, kecepatan.
2.10
Penelitian Terkait
Menurut Wardika dengan penelitiannya yaitu Analisis Kebisingan Lalu
Lintas Pada Ruas Jalan Arteri (Studi Kasus Jalan Prof. Dr. Ib. Mantra Pada Km 15
S/D Km 16). Pada penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis tingkat
kebisingan kendaraan akibat lalu lintas pada jalan Prof. DR Ida Bagus Mantra,
membuat suatu model matematis yang menyatakan hubungan antara tingkat
kebisingan dengan volume kendaraan dan menganalisis ekivalensi kebisingan
kendaraan akibat lalu lintas (Wardika et al., 2012).
Adapun penelitian terkait lainya yaitu Lyna Hidayatul yang meneliti Hubungan
Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Dan Volume Kendaraan Terhadap Kenyamanan
Layanan Fasilitas Umum Di Sepanjang Jalan Cik Di Tiro Kota Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui tingkat kebisingan lalu lintas dan
sebarannya di sepanjang Jalan Cik Di Tiro;2) Mengetahui hubungan antara jumlah
kendaraan dengan tingkat kebisingan terhadap kenyamanan layanan fasilitas umum
yang ada di sepanjang Jalan Cik Di Tiro;3) Mengetahui pengaruh arus lalu lintas
kendaraan terhadap kebisingan di sepanjang Jalan Cik Di Tiro;4) Mengetahui
pengaruh kebisingan lalu lintas di sepanjang Jalan Cik Di Tiro terhadap
kenyamanan aktivitas di rumah sakit, perkantoran dan pendidikan (Lyna Hidayatul
Khasanah, 2017).
14
Penelitian lainya menurut Vironika dengan sebuah penelitiannya yaitu Analisis
Tingkat Kepadatan Lalu Lintas Di Kecamatan Denpasar Barat. Dimana penelitian
ini dilaksanakan di Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Barat dengan tujuan
untuk: (1) mengidentifikasi kondisi jalan di Kecamatan Denpasar Barat, (2)
mengidentifikasi karakteristik pengguna jalan di Kecamatan Denpasar Barat dan,
(3) menganalisis tingkat kepadatan lalu lintas di Kecamatan Denpasar Barat (Julia
Vironika Ida Bagus Made Astawa, 2013).
Menurut Ansusanto yang meneliti Pengaruh Volume Lalu lintas Di Jalan Raya
Terhadap Tingkat Kebisingan Pada Gedung Sekolah. Berisikan dimana seiring
dengan berjalannya waktu, pertumbuhan jumlah penduduk diiringi dengan
pertambahan jumlah kendaraan semakin pesat. Hal tersebut menjadikan volume
lalulintas semakin padat, yang pada akhirnya menimbulkan kemacetan. Salah satu
dampak yang timbul akibat pertumbuhan kendaraan adalah tingkat kebisingan yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP BOPKRI 3 Jl.Terban Yogyakarta.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan meneliti tingkat kebisingan akibat
lalulintas dengan menggunakan bantuan alat pengukur tingkat kebisingan yaitu
sound level meter, dan melakukan pencacahan jumlah kendaraan yang lewat serta
kecepatan arus lalulintas di lokasi tersebut (Ansusanto & Sebayang, 2017).
15
BAB III
METODOLOGI
3.1 Kerangka Penelitian
Berikut bagan alir penelitian guna mengetahui teingkat kebisingan pada ruas
jalan gunung sanghyang.
Tahap 1
Pendahuluan
Tahap 2
Tinjauan pustaka
Tahap 3
Metode
Tahap 4
Analisis data
Pesatnya
perkembangan
jumlah kendaraan
bermotor di Bali
berdasarkan Badan
Pusat Statistik Bali
setiap
tahun
mengalami
peningkatan
sebesar
1,68%
(BPS,
2010).
Semakin
bertambahnya
jumlah kendaraan
motor
yang
beroperasi
akan
menimbulkan
berbagai
permasalahan
contohnya
yaitu
timbulnya masalah
kebisingan akibat
lalu lintas.
Mencari
reverensi
mengenai penelitian
terkait
untuk
mendukung penelitian
ini. Penelitian terkait :
1)
(Lyna
Hidayatul Khasanah,
2017),
Hubungan
Tingkat Kebisingan
Lalu
Lintas
Dan
Volume
Kendaraan
Terhadap
Kenyamanan Layanan
Fasilitas Umum Di
Sepanjang Jalan Cik
Di
Tiro
Kota
Yogyakarta.
2)
(Wardika et
al., 2012), Analisis
Kebisingan
Lalu
Lintas Pada Ruas Jalan
Arteri (Studi Kasus
Jalan Prof. Dr. Ib.
Mantra Pada Km 15
S/D Km 16).
3)
(Julia
Vironika Ida Bagus
Made Astawa, 2013),
Analisis
Tingkat
Kepadatan Lalu Lintas
Di
Kecamatan
Denpasar Barat.
4)
(Ansusanto
& Sebayang, 2017),
Pengaruh
Volume
Lalu lintas Di Jalan
Raya
Terhadap
Tingkat Kebisingan
Pada Gedung Sekolah.
Kerangka kerja:
1) Menghitung
volume
dan
kecepatan lalu
lintas pada ruas
jalan gunung
sanghyang.
2) Menghitung
tingkat
kebisingan
yang
terjadi
pada ruas jalan
gunung
sanghyan.
Karakteristik data:
Karakteristik lalu
lintas
berupa
volume lalu lintas,
kecepatan
kendaraan
dan
tingkat kebisingan
yang terjadi
Hasil analisis data :
Mendapatkan nilai
tingkat kebisingan
rata-rata
dari
keseluruhan titik
pengukuran pada
ruas jalan gunung
sanghyang.
Data penelitian:
Data
sekunder
yaitu menggunakan
data perhitungan
yang sudah ada
pada
penelitian
sebelumnya.
Lokasi penelitian
dilakukan di daerah
ruas jalan gunung
sanghyang,
Denpasar barat
Metode survei yang
di gunakan:
Volume direkam
dengan kamera dan
dihitung
dengan
counter.
Kecepatan diukur
dengan speed gun.
Tingkat kebisingan
direkam dengan alat
SLM (Sound level
meter).
16
Tahap 5
kesimpulan
Kesimpulan :
1)
Tingkat
kebisingan
di
lingkungan ruas
jalan
gunung
sanghyang
di
daerah Denpasar
Barat
berdasarkan
batasan maksimal
baku
mutu
(Kep.Men
LH
No.48
Tahun
1996).
2)
Penyebab
terjadinya
kebisingan pada
ruas jalan gunung
sanghyang
daerah Denpasar
Barat.
3.2 Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh yaitu
data sekunder yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Data yang didapat
yaitu data velome lalu lintas dan kecepatan lalu lintas. Data tersebut akan
menghasilkan data kebisingan lalu lintas di lingkungan ruas jalan gunung
sanghyang Denpasar Barat.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ruas jalan Gunung Sanghyang daerah Denpasar
Barat. Status Jalan Gunung Sanghyang yakni jalan primer sekaligus jalan provinsi.
Dimana kepadatan lalu lintas Jalan Gunung Sanghyang dipengaruhi faktor tidak
langsung oleh status jalan, bangkitan lalu lintas, simpangan tak bersinyal dan
waktu.
17
3.4 Alat Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut:
a) Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu pengukuran.
b) Kamera berfungsi untuk mengambil gambar atau video.
c) Tripod berfungsi untuk menjaga alat agar tetap stabil
d) Buku catatan berfungsi untuk mencatat data data yang telah diketahui
e) Pulpen berfungsi untuk menuliskan data data pada buku catatan
3.5 Teknik Analisis Kebisingan
Tahapan perhitungan untuk mendapatkan nilai tingkat kebisingan ekivalen
harian (Leq,day) adalah sebagai berikut:
Data tingkat bising 10 menit
Urutkan data dari nilai terkecil
Tampilkan bentuk histogram
Hitung luas area histogram
Hitung luas area 1%, 10%, 50%, dan 90%
Persamaan luas area 1%, 10%, 50%, dan 90%
Hitung L1, L10, L50, dan L90
Hitung nilai Leq
Hitung nilai Leq, day
3.5.1 Tingkat Kebisingan Equivalent
Perhitungan angka penunjuk secara manual diawali dengan menghitung
L90, L50, L10, L1. L90 adalah persentase kebisingan yang mewakili tingkat
kebisingan mayoritas atau kebisingan yang muncul 90% dari keseluruhan data.
L10 adalah persentase kebisingan yang mewakili tingkat kebisingan minoritas
18
atau kebisingan yang muncul 10% dari keseluruhan data. Sedangkan L50
merupakan kebisingan rata-rata selama pengukuran. Tahap selanjutnya adalah
perhitungan angka penunjuk ekivalen (Leq) yang mana Leq ini merupakan
angka penunjuk tingkat kebisingan yang paling banyak digunakan. Pada
pengukuran kebisingan lalu lintas di jalan raya, L90 menunjukkan kebisingan
latar belakang yaitu kebisingan yang banyak terjadi sedangkan L10 merupakan
perkiraan tingkat kebisingan maksimum. Persamaan 2.5 hingga 2.17 berikut
ini (Fadilah, 2016 dalam Agung, 2017).
Untuk L90: Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data
pengukuran (L90) dengan persamaan:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = 100% × 𝐼 ………………….....……………………….…..(2.5)
Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari
dimana: 10% : Hasil pengukuran dari 100%
N : Jumlah data keseluruhan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿90 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐼 (𝐵0) + (𝐵1) 𝑋 = 0,1 × 𝐼 × 100…………….….(2.6)
Dimana:
I : Interval data
X : Jumlah data yang tidak diketahui
B0 : Jumlah % sebelum 90
B1 : % setelah 90
𝐿90 = 𝐼0 + 𝑋…………...……………………………………….….….(2.7)
Dimana:
I0 : Interval akhir
Untuk L50: Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data
pengukuran(L90)
dengan persamaan:
19
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = 50% × 𝑁…………………………………………………..(2.8)
Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari
dimana: 50% : Hasil pengukuran dari 100%
N : Jumlah data keseluruhan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿50 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐼 (𝐵0) + (𝐵1) 𝑋 = 0,5 × 𝐼 × 100………..……....(2.9)
Dimana:
I : Interval data
X : Jumlah data yang tidak diketahui
B0 : Jumlah % sebelum 50
B1 : % setelah 50
𝐿50 = 𝐼0 + 𝑋 ………………………………………………………..(2.10)
Dimana:
I0 : Interval akhir
Untuk L10: Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data
pengukuran (L10)
dengan persamaan:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = 90% × 𝑁…………………………………………......…..(2.11)
Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari
dimana: 90% : Hasil 90 % pengukuran dari 100%
N : Jumlah data keseluruhan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿10 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐼 (𝐵0) + (𝐵1) 𝑋 = 0,9 × 𝐼 × 100…...............….(2.12)
Dimana:
I : Interval data
X : Jumlah data yang tidak diketahui
20
B0 : Jumlah % sebelum 10
B1 : % setelah 10
𝐿10 = 𝐼0 + 𝑋…………………………………………………...…….(2.13)
Dimana:
I0 : Interval akhir
Untuk L1: Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data
pengukuran(L1)
dengan persamaan:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = 99% × 𝑁 ………………………………………..….…..(2.14)
Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari
dimana: 99% : Hasil 99% pengukuran dari 100%
N : Jumlah data keseluruhan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿1𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐼 (𝐵0) + (𝐵1) 𝑋 = 0,99 × 𝐼 × 100……………...(2.15)
Dimana:
I : Interval data
X : Jumlah data yang tidak diketahui
B0 : Jumlah % sebelum 1
B1 : % setelah 1
𝐿1 = 𝐼0 + 𝑋 ………………………………….……………………...(2.16)
Dimana:
I0 : Interval akhir
Untuk nilai Leq dapat dihitung seperti pada persamaan 2.17 dibawah ini
Leq = L50 + 0,43 (L1 – L50) …………………………………………..(2.17)
21
Tahap selanjutnya setelah nilai L1, L10, L50, L90 dan Leq diperoleh adalah
menghitung Leq,day adalah tingkat kebisingan selama 1 hari pengukuran yang
dihitung menggunakan persamaan 2.18.
Rumus Leq,day = 10 x log (10) x
1
jam/hari
1
2
x 10(leq 10) + 10𝑙𝑒𝑞10 ..............(2.18)
3.6 Alur pikir penelitian
Alur pikir ini adalah metode logika berpikir penulis dalam memecahkan
masalah. Dalam hal ini peneliti menggunakan flowchart agar mudah untuk
dipahami.
Mulai
Menentukan topik
Menentukan rumusan masalah, tujuan, dan ruang lingkup
Studi literatur
1) Jurnal
2) Studi kasus
3) Buku
Pengumpulan data
Analisis hasil pengumpulan data
Kesimpulan dan saran
Selesai
22
Pada alur pikir pertama-tama penulis melakukan penentuan topik yang akan
di teliti kemudian menentukan rumusan masalah yang cocok dalam penelitian ini
dimana berisi pertanyaan mengapa dan bagaimana terkait penelitian atau topik yang
dibahas. Pertanyaan tersebut memuat masalah-masalah yang hendak dipecahkan
oleh penulis. Rumusan masalah juga menjadi penentu bab atau subab dalam
pembahasan. Kemudian menentukan tujuan dimana tujuan ini di peruntukan kepada
masyarakat sekitar yang terkena dampak dari penelitian ini. Dan juga menentukan
ruang lingkup dari penelitian tersebut. Setelah menentukan tiga komponen tersebut
kemudian penulis melakukan studi literatur mengenai penelitian terkait baik dari
penelitian sebelumnya, studi kasus, ataupun buku. Setelah itu mengumpulkan data
data yang telah dikumpulkan dan kemudian data tersebut di analisi agar
mendapatkan hasil yang efektif. Setelah itu membuat kesimpulan dan saran terkait
penelitian yang dilakukan oleh penulis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Agung, S. (2017). PREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS
HETEROGEN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Diajukan.
Occupational Medicine, 53(4), 130.
Ansusanto, J. D., & Sebayang, E. A. (2017). Pengaruh Volume Lalulintas Di
Jalan Raya Terhadap Tingkat Kebisingan Pada Gedung Sekolah.
L(October).
Julia Vironika Ida Bagus Made Astawa, I. P. A. C. (2013). ANALISIS TINGKAT
KEPADATAN LALU LINTAS DI KECAMATAN DENPASAR BARAT.
Jurnal Pendidikan Georgrafi Undiksha, 53(9), 1689–1699.
Julianto, E. N. (2010). Hubungan Antara Kecepatan, Volume Dan Kepadatan Lalu
Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang. Jurnal Teknik Sipil Dan
Perencanaan, 12(2), 151–160. https://doi.org/10.15294/jtsp.v12i2.1348
Lyna Hidayatul Khasanah. (2017). HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN
LALU LINTAS DAN VOLUME KENDARAAN TERHADAP
KENYAMANAN LAYANAN FASILITAS UMUM DI SEPANJANG
JALAN CIK DI TIRO KOTA YOGYAKARTA. Geo Educasia-S1, 1–13.
Suroto, W. (2010). Terhadap Permukiman Kota ( Kasus Kota Surakarta ). Journal
of Rural and Development, 1(1), 55–62.
Wardika, K., Suparsa, I. G. P., & Priyantha, D. M. (2012). Analisis Kebisingan
Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Arteri (Studi Kasus Jalan Prof. Dr. IB. Mantra
Pada KM 15 s/d KM 16). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil,
15, 1–8.
24
Download