1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, dan ini merupakan suatu masalah kesehatan yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDG’S pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Menurut data Dinas Kesehatan Kota Ternate angka kematian ibu maternal di tahun 2014 sebanyak 3 orang, dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 4 orang maka terjadi penurunan kasus kematian ibu. Penyebab kematiannya adalah, perdarahan, infeksi, eklampsia dan faktor lain, karena adanya kematian ibu mencerminkan keadaan social ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obstetric yang rendah (Profil Dinkes Kota Ternate, 2014). Setiap ibu hamil menghadapi risiko terjadinya kematian, sehingga salah satu upaya menurunkan tingkat kematian ibu adalah meningkatkan status kesehatan ibu hamil sampai bersalin melalui pelayanan ibu hamil sampai masa nifas. Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh 1 2 semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 %. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 % dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4 %. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%) (Riskesdas, 2013). Beberapa Rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6 %, RS Hasan Sadikin Bandung 1,9 %, RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan, sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %. Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan haruslah mengetahui seluk beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat mendeteksi lebih dini jika terjadi kelainan letak lintang (Dwinita, 2013). Peran bidan dalam menangani kehamilan letak lintang ini adalah dengan pemeriksaan antenatal secara dini sedikitnya 4 kali. Pelayanan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Pada kasus hamil letak lintang, bidan menganjurkan untuk menungging dengan kedua kaki ditekuk 3 dari dada menempel pada kasur pada kehamilan sekitar 28 sampai 30 minggu dilakukan posisi knee chest 3-4 kali per hari selama 15 menit (Saifuddin, 2012) Dari data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Chasan Boesoerie Ternate angka kejadian ibu hamil dengan letak lintang selama tahun 2013 yaitu sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 3 kasus dan jumlah angka kejadian ibu hamil dengan letak lintang pada tahun 2015 pada bulan Januari sampai 30 April yaitu 1 kasus. Berdasarkan data diatas walaupun jumlah angka kejadian letak lintang sedikit hal tersebut juga ikut mempengaruhi presentase kematian ibu meningkat. Karena Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek dari pada persalinan dengan presentasi letak kepala, baik terhadap ibu maupun janinnya. Bahaya yang mengancam pada ibu apabila terjadi kelainan letak lintang kasep dan tidak segera ditangani akan menyebabkan ruptur uteri dan ketuban pecah dini. Akibat dari ruptur uteri dengan kelainan letak lintang yang tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya perdarahan (Dwinita, 2013). Perdarahan merupakan salah satu penyumbang faktor penyebab kematian ibu. Bahaya lain yang terjadi dari kelainan letak lintang kasep adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) juga menyebabkan terjadinya infeksi pada ibu. Padahal infeksi juga termasuk salah satu faktor yang menyebakan angka kematian ibu (Profil Dinkes Kota Ternate, 2014). 4 Berdasarkan uraian diatas mengenai angka kejadian letak lintang yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap angka kematian ibu, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan Tugas Akhir “Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny “H” dengan Janin Letak Lintang di ruang Polikklinik Obgyn RSUD dr. Chasan Boesoirie Ternate Tahun 2015” 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan Asuhan kebidanan Antenatal pada Ny. “H” dengan Janin Letak Lintang di Ruang Polikklinik Obgyn RSUD dr. H. Chasan Boesorie Ternate. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian data secara lengkap dan sistematis baik dalam bentuk data subjektif dan objektif pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang b. Merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang c. Merumuskan masalah potensial pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang d. Melakukan tindakan segera berupa tindakan mandiri, kolaborasi dan rujukan dengan pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang e. Menyusun rencana tindakan pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang 5 f. Mengimplementasikan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang g. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “H” dengan Kehamilan Janin Letak Lintang h. Mendokumentasikan semua temuan-temuan dari tindakan asuhan kebidanan pada klien Ny. “H” dengan Kehamilan Letak Lintang 1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan pada asuhan kebidanan ibu hamil dengan janin letak lintang. 1.3.2 Bagi Institusi Digunakan sebagai penambahan artikel perpustakaan yang akan menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang lain. 1.3.3 Bagi Penulis a. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam dan wawasan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak lintang. b. Menambah keterampilan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak lintang. 1.3.4 Bagi Klien Memperluas pengetahuan klien maupun keluarga dalam memahami dan mengenal masalah tentang kehamilan letak lintang yang timbul pada klien. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kehamilan 2.1.1 Pengertian Kehamilan Menurut federasi Obstetri Ginekologi Internasional kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuhan spermatozoa dan ovum di lanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo, 2011). Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (BKKBN, 2012). Kehamilan adalah hasil konsepsi pertemuan antara ovum matang dan sperma (Sulistyawati, 2012). Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kehamilan adalah sebuah proses penyatuan dari sel telur/ovum wanita dengan sel sperma dari pria yang kemudian menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh. 2.1.2 Klasifikasi Kehamilan (Romauli, 2013) Klasifikasi kehamilan dibagi menjadi triwulan yaitu : a. Kehamilan triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu b. Kehamilan triwulan kedua : 12 sampai 28 minggu c. Kehamilan trimester ketiga : 28 sampai 40 minggu 6 7 2.1.3 Tanda-tanda kehamilan (Romauli, 2013) Tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a. Tanda tidak pasti kehamilan, meliputi : 1. Amenorea (Terlambat datang bulan) Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorrhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan. Namun, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor-hipofise, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan mereka yang ingin sekali hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu). 2. Mual muntah Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering dikenal morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil. 8 3. Mastodinia Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar. Faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone. 4. Quickening Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama biasanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu. 5. Gangguan kencing Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat tersa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih 6. Konstipasi Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga karena perubahan pola makan. 7. Perubahan berat badan Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. 9 Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm. Normalnya penambahan berat badan tiap minggu adalah 0,50 kg dan penambahan berat badan badan ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah 6,50 sampai 16,50 kg. 8. Daerah Pigmentasi (Perubahan Warna Kulit) Perubahan ini antara lain cloasma yakni warna kulit yang kehitam-hitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah pipi, terutama pada wanita dengan warna kulit gelap. Biasanya muncul setelah umur kehamilan 16 minggu. Pada daerah aereola dan puting payudara, warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahan-perubahan ini disebabkan stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating Hormone). 9. Perubahan payudara Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, penggunan rutin obat penenang, dan hamil semu (pseudocyesis). Akibat stimulasi prolaktin dan HPL (Human Plasental Lactogen), payudara mengsekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu. 10 10. Mengidam (Pica) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan. 11. Pingsan (Syncope) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iksemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang stelah 16 minggu. 12. Lelah (Fatigue) Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktifitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar. 13. Varises (Pemekaran vena-vena) Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Terdapat pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada 11 kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. 14. Konstipasi atau obstipasi Karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid. 15. Epulis Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan pertama b. Tanda kemungkinan kehamilan, meliputi : 1. Perut membesar Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut. 2. Uterus membesar Terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar. 3. Tanda Hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. 12 4. Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. 5. Tanda Piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi didaerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran. 6. Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan. 7. Teraba Ballotemen Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus. 8. Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya Human Chorionic Gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin. 13 c. Tanda pasti kehamilan 1. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin 2. Denyut jantung janin a) Didengar dengan steteskop-monoral laennec b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler c) Dicatat dengan feto-elekto kardiogram d) Dilihat pada ultrasonograf 3. 2.1.4 Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen. Tanda Bahaya Selama Kehamilan (Prawirohardjo, 2011). 1. Keluar darah pada jalan lahir 2. Kejang 3. Keluar air ketuban sebelum waktunya 4. Gerakan janin berkurang atau tidak ada 5. Nyeri hebat di perut 6. Demam 7. Pusing dan kaki bengkak 14 2.1.5 Komplikasi kehamilan (Romauli, 2013) Komplikasi dalam kehamilan yaitu : a. Hiperemesis gravidarum Adalah mual atau muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil. b. Pre eklamsia Adalah kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg disertai dengan oedema, adanya proteinurine dan apabila komplikasi berlanjut bisa terjadi eklamsia. c. Abortus Kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. d. Kehamilan kembar e. Kelainan letak pada kehamilan, meliputi : a) Letak sungsang adalah letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri. b) Letak lintang 15 2.2 Konsep dasar kehamilan letak lintang 2.2.1 Pengertian letak lintang Letak Lintang ialah jika letak anak di dalam rahim sedemikian rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut 90o) jarang sekali terjadi (Rahmawati, 2011). Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu/ akromion (Sukarni, 2013). Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. 2.2.2 Etiologi letak Lintang (Sukarni, 2013) Relaksasi berlebih dinding abdomen akibat multiparitas, uterus abnormal (uterus arkuatus atau subseptus), panggul sempit, tumor daerah panggul, pendulum dari dinding abdomen, plasenta previa, insersi plasenta difundus, bayi prematur, hidramnion, kehamilan ganda. 16 2.2.3 Klasifikasi (Rahmawati, 2011) a. Menurut Letak Lintang kepala terbagi atas 1. Letak lintang I : Kepala di kiri 2. Letak lintang II : Kepala di kanan b. Menurut posisi punggung terbagi atas : 2.2.4 1. Dorso anterior (di depan) 2. Dorso posterior (di belakang) 3. Dorso superior (di atas) 4. Dorso Inferior (di bawah). Diagnosis (Sukarni, 2013) a. Pemeriksaan luar Uterus lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan umur kehamilan. Fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping. Diatas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus. b. Pemeriksaan dalam Teraba bahu dan tulang-tulang iga/ketiak/punggung (teraba skapula dan ruas tulang belakang)/dada (teraba klavikula). Kadang-kadang teraba tali pusat yang menumbung. 17 2.2.5 Komplikasi letak lintang (Dwinita, 2013) Komplikasi letak lintang bagi ibu dan janin adalah : 1. Bagi Ibu adalah : a. Rupture uteri b. Partus lama c. Ketuban Pecah Dini d. Infeksi Intrapartum 2. Bagi Janin adalah Angka kematian tinggi 25 – 40 %, disebabkan karena : a. Prolapsus funiculi b. Trauma Partus c. Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus 2.2.6 Prognosis (Sukarni, 2013) Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan ekstarksi yang buruk/terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis berhasil ditegakkan secara dini dan penanganannya tepat, prognosis baik. 2.2.7 Penatalaksanaan Letak Lintang (Fauziyah, 2012) 1. Sewaktu Hamil Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, 18 tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan untuk menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. 2. Sewaktu Partus Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. a. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan di awasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. b. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun dan meneran. c. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. d. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. 19 e. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. f. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi atau embriotomi. 2.2.8 Versi dan Ekstraksi (Rahmawati, 2011) Memutar letak anak (versi) dan melahirkan dengan menarik anak (ekstraksi) adalah dua tindakan yang lebih baik dilihat sebagai salah satu pengertian dan tidak dipisah-pisahkan. Hal ini berdasar atas pengalaman bahwa jika versi tidak diikuti oleh ekstraksi, maka apabila anak tidak lekas dilahirkan sesudah versi, anak itu mungkin meninggal dalam rahim karena asfiksia yang timbul sebagai akibat versi. Berhubung dengan itu mengingat kepentingan anak, tindakan versi dan ekstraksi haruslah dilakukan sebagai satu usaha. a. Syarat –syarat untuk melakukan versi dan ekstraksi : 1. Pembukaan harus sempurna atau hampir sempurna. Sekurang-kurangnya mulut rahim harus dapat dilalui oleh tinju. Jika tidak demikian, tentulah membahayakan bagi ibu dan anak, sebab biarpun versi mungkin berhasil dengan baik, akan tetapi ekstraksi tidak akan berlaku dengan sempurna. 20 2. Bagian bawah anak belum turun didalam rongga panggul atau bilamana sebagian sudah turun, masih mudah dapat didorong keatas. 3. Anak harus masih dapat digerakan dalam rahim. Ini perlu supaya anak itu masih dapat diputar oleh tangan yang dimasukan dalam rahim. 4. Persalinan haruslah dapat dilaksanakan melalui vagina, artinya pada jalan lahir haruslah tidak ada rintangan yang dapat menghalangi lahirnya anak, umpamanya panggul yang sempit dan sebagainya. Mengingat syarat-syarat tersebut ditegaskan disini, bahwa kemungkinan untuk melakukan versi dan ekstraksi adalah terbatas sekali waktunya, karena : a) Tindakan itu tidak boleh dijalankan sebelum pembukaan sempurna. b) Setelah pembukaan sempurna, kita tidak boleh pula menunggu terlalu lama, lebih-lebih jika his ada terus menerus, sebab dalam hal ini demikian mungkin waktu yang baik untuk melakukan versi dan ekstraksi jadi terlambat, misalnya karena bagian bahwa rahim sudah menjadi regang atau bagian bahwa anak sudah tak dapat didorong lagi keatas dari rongga panggul. 21 2.2.9 Mekanisme Persalinan (Rahmawati, 2011) Kemungkinan lahirnya sendiri anak dalam letak lintang adalah bermacam-macam: a. Evolutio Spontanea Kadang kala, ada bayi yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang berputar sendiri menjadi letak memanjang. 1. Menurut Douglas Karena his dan tenaga mengejan maka bahu anak turun dan masuk kedalam rongga panggul, sedangkan kepala tertekan dan tinggal diatas. Pada suatu waktu bahu tersebut lahir dibawah symphysis dan selanjutnya dengan bahu tersebut sebagai hypomochlion, lahirnya berturut-turut bagian atas badan, yaitu samping dada diikuti oleh perut, bokong kaki dan kepala. Gambar 2.1. Evolutio Spontanea (Douglas) Sumber : Rahmawati, Ilmu Kebidanan 2011 22 2. Menurut Denman Disini bahu dan kepala anak tertekan dan tinggal diatas pintu atas panggul. Yang bertekuk keras ialah bagan punggung dan pinggang. Dengan demikian maka pada suatu ketika bokong sama tingginya dengan bahu dan selanjutnya lahir lebih dulu bokong dan kaki kemudian setlah itu barulah bagian atas badan yaitu bahu dan kepala. Gambar 2.2 Evolutio Spontanea (Denman) Sumber : Rahmawati, Ilmu Kebidanan, 2011 b. Conduplicatio Corpore Hal ini terutama berlaku pada panggul luas dan anak yang kecil yaitu kepala anak tidak tertahan diatas, melainkan tertekan hingga kepala dan perut bersama-sama turun dalam rongga panggul dengan berlipat dan terus dilahirkan. Apabila letak lintang tersebut agak miring, artinya kepala atau bokong ada lebih rendah letaknya, maka karena kontraksi uterus, mungkin juga terjadi dengan sendirinya (versio spontanea) putaran badan anak, hingga menjadi 23 letak bujur. Ini lebih banyak terlihat pada letak lintang dengan bokong lebih rendah, karena bokong tidak mudah tersangkut pada pintu atas panggul seperti bahu. Gambar 2.3 Conduplicato corpore Sumber : Rahmawati, Ilmu Kebidanan, 2011 2.3 Konsep Manajemen Kebidanan (Suryani, 2011) 2.3.1 Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. 24 2.3.2 Langkah-langkah manajemen kebidanan Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney adalah sebagai berikut : a. Step I : Identifikasi dan analisa data dasar. Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien seperti: hasil anamnesa dengan klien, suami/keluarga, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan dokumentasi / rekam medis klien. Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada langkah berikutnya, sehingga pengkajian harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan / menilai kondisi klien yang sebenarnya. b. Step I: Identifikasi diagnosa dan masalah aktual Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan. Diagnosa ini dirumuskan dengan menggunakan nomenklatur kebidanan (diagnosa yang sudah disepakati bersama oleh profesi ). Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, 25 persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan / intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. (masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai diagnosa). c. Step III : Identifikasi Masalah Potensial Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, bidan harus dapat merumuskan tindakan yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah / diagnosa potensial yang akan terjadi. d. Step IV : Intervensi Tindakan Segera Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunnya tindakan segera, baik tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter, atau rujukan berdasarkan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi, 26 berdasarkan hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya. e. Step V : Perencanaan tindakan asuhan kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-lagkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, yang sifatnya segera ataupun rutin. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap maslah yang berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi ( penyuluhan, konseling). f. Step VI : Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman, pelaksanaan ini bisa dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. g. Step VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan Pada langkah terakhir ini dilakukan evalusai keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam maslah 27 dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai proses penatalaksanaan efektif atau tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. 2.3.3 Metode Pendokumentasian SOAP (Salmiati, 2011) Metode empat langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis meliputi: S : Data Subjektif Menggambarkan pendokumentasikan hasil pengumpulan data dari apa yang dikatakan klien tersebut. O : Data Objektif Menggambarkan pendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung pemberian asuhan pada ibu. A : Assessment Menggambarkan pendokumentasikan hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah antisipasi diagnosa, 28 perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain. P : Planning Menggambarkan pendokumentasikan hasil perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assesment. 29 B A B III STUDI KASUS 3.1 LAPORAN KASUS No. Register : 332232 Tgl. Masuk : 04-05-2015 Jam : 09.25 WIT Tgl. Pengkajian : 04-05-2015 jam : 10.45 WIT STEP I. IDENTIFIKASI DATA DAN ANALISA DATA DASAR A. Identitas Istri Atau Suami 1. Nama : Ny. H. / Tn. I. 2. Umur : 36 Thn / 39 Thn 3. Pendidikan : SMA / SMA 4. Pekerjaan : PNS/PNS 5. Suku : Ternate/Ternate 6. Lamanya Menikah : 9 Thn 7. Suami Sekarang : Pertama 8. Agama : Islam 9. Alamat : Kel. Kalumpang B. Data Biologis/Fisiologis 1. Keluhan utama : Ibu mengatakan ingin mengetahui posisi janinnya karena pemeriksaan sebelumnya 29 30 posisi janin dalam keaadaan sungsang. 2. Keluhan yang menyertai : a. Ibu mengatakan hamil anak ketiga b. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 26 Agustus 2014 c. Ibu mengatakan ada keputihan d. Ibu mengatakan merasa khawatir atas keadaannya dan janinnya. 3. Riwayat Menstruasi a. Menarche : 13 Tahun b. Siklus haid : 28 – 30 hari c. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut dalam sehari d. Teratur / Tidak teratur : Teratur e. Lamanya : 4-5 hari f. Dismenorhoe : Tidak ada 4. Riwayat perkawinan a. Status Perkawinan : Kawin, Kawin : Pertama kali b. Kawin I : Umur 27 tahun, dengan suami umur: 30 tahun, lamanya : 9 tahun 31 5. Riwayat Obstetri Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu N o Kehamilan Tahun 1. 2. 2007 2010 3. 2015 Persalinan Umur (mgg) Aterm Aterm Jenis Persalinan Normal Normal Penolong Bidan Bidan 35 minggu 6 hari BB Bayi Baik Baik Nifas JK P P Keadaan Bayi Normal Normal Perlangs ungan Baik Baik Lamanya menyusui 2 tahun 2 tahun Kehamilan Sekarang 6. Kehamilan Sekarang a. HPHT : 26 – 08 -2014 b. TP : 02 – 06 -2015 c. Usia kehamilan : 35 minggu 6 hari d. ANC : 2 kali di dokter SpOG dan 9 kali di puskesmas e. Pergerakan janin : Dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu 7. Riwayat Keluarga Berencana a. Pernah / mulai ber KB : Pernah / Tahun 2010 b. Jenis kontrasepsi : Suntikan c. Keluhan selama ber KB : Tidak ada 8. Riwayat penyakit sistemik : Tidak ada 9. Riwayat penyakit yang lalu/ Riwayat Operasi 10. Riwayat Penyakit keluarga : Tidak ada : Di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular 32 11. Riwayat keturunan : Dikeluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan 12. Kembar : Tidak ada 13. Kebiasaan Sehari – hari a. Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari, menggosok gigi setiap kali mandi, keramas 3 kali dalam seminggu, ganti pakaian setiap kali habis mandi atau kotor. Selama hamil tidak ada perubahan b. Gizi : Makan 3 kali sehari, jenis makanan nasi, ikan, sayur dan buah. Minum ± 8 gelas sehari, jenis minuman air putih dan susu. c. Eliminasi : BAB sekali dalam sehari, konsistensi lembek. BAK ± 3 kali sehari. d. Istirahat : Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 8 jam. e. Perokok : Ibu bukan perokok aktif f. Pemakai obat – obatan : Ibu tidak mengkonsumsi obat kecuali dari bidan dan dokter. 33 14. Riwayat psikososial dan Fisiologi a. Reaksi emosional terhadap kehamilan : Baik b. Respon ibu dan suami : Baik c. Pengambilan keputusan : Suami istri d. Konsultasi keputusan : Dokter 15. Data Spiritual a. Selama sakit klien tidak dapat melaksanakan ibadah b. Usaha klien terhadap kesehatannya dengan berdoa 16. Pemeriksaan fisik ( Data Objektif) a. Status Generalis 1) Keadaan umum ibu : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) Tekanan darah : 120 / 80 mm Hg 4) Nadi : 82 x / m 5) Suhu : 36,6 OC 6) Pernapasan : 24 x/m 7) Tinggi badan : 158 cm 8) Berat badan sebelum hamil : Tidak ditimbang 9) Berat badan sekarang : 72 kg 10) Lingkar lengan atas : 30 cm 34 b. Pemeriksaan Sistematis 1) Kepala a. Rambut : Bersih, hitam dan lurus b. Muka : Tidak ada oedema, ekspresi wajah cemas. c. Mata 1. Conjungtiva : Merah muda 2. Sklera : Tidak kuning d. Hidung : Bersih, tidak ada polip e. Telinga : Simetris kiri dan kanan, bersih f. Mulut Gigi/Gusi : Tidak ada caries, tidak ada stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak berdarah. 2) Leher a. Kel Godok (Thyroid) : Tidak ada pembesaran b. Pembesaran kelenjar getah : Tidak ada bening c. Pembesaran vena jugularis : Tidak ada d. Tumor : Tidak ada 35 3) Dada dan Axilla(Ketiak) 1. Dada : Gerakan dada sesuai dengan irama pernapasan 2. 3. Mamae a. Membesar : Membesar normal b. Tumor : Tidak ada c. Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan. d. Aereola : Hiperpigmentasi e. Puting susu : Menonjol dan bersih f. Kolostrum : Belum ada g. Nyeri : Tidak ada Axilla a. Tumor : Tidak ada b. Nyeri : Tidak ada 4) Abdomen : Status lokalis / status obstetricus 5) Anogenital : Status lokalis 6) Ekstremitas a. Tungkai : Simetris kiri dan kanan b. Varices : Tidak ada c. Edema : Tidak ada d. Refleks patella : + /+ 36 c. Pemeriksaan Khusus Obstetrik 1) Abdomen 1. Inspeksi a) Membesar : Tidak sesuai dengan umur kehamilan b) Pelebaran vena : Tidak ada c) Linea : Nigra d) Striae : Albican e) Kelainan : Tidak ada f) Pergerakan anak : Ada g) Luka bekas operasi : Tidak ada 2. Palpasi a) Kontraksi : Tidak ada b) Leopold I : TFU ½ pusat Px (25 cm) TFU kosong c) Leopold II : Bagian kanan perut ibu (kepala) bagian kiri (bokong janin) d) Leopold III : Bagian terendah punggung e) Leoplod IV : Tidak dilakukan 3. Auskultasi DJJ Punctum maximum (PM) : Setinggi pusat sebelah kanan Tempat : Setinggi pusat sebelah kanan 37 Frekuensi : teratur 140x/m 2) Ano Genital 1. Kelainan : Tidak ada 2. Pengeluaran : Tampak ada cairan keputihan 3. Inspekulo : Tidak dilakukan. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG oleh Dokter SpOG tanggal 04 – 05 – 2015 a. Punggung : Bawah b. DJJ : 140x/m c. Perkiraan usia : 35 minggu 3 hari d. TBJ : 2603 gram e. Presentasi lintang 38 KLASIFIKASI DATA A. Data Subjektif 1. Ibu mengatakan hamil anak ketiga 2. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 26 agustus 2014 3. Ibu mengatakan ingin mengetahui posisi janinnya karena pemeriksaan sebelumnya posisi janin dalam keaadaan sungsang. 4. Ibu mengatakan ada keputihan 5. Klien mengatakan merasa khawatir atas keadaannya dan janinnya B. Data Objektif 1. GIII, PII, A0 2. HPHT : 26 – 08 -2014 TP : 02-06- 2015 Usia kehamilan : 35 minggu 6 hari 3. Tampak ada cairan keputihan 4. Ekspresi wajah tampak cemas 5. Palpasi : 1) Leopold I : TFU ½ pusat Px (25 cm) TFU kosong 2) Leopold II : Bagian kanan perut ibu (kepala) bagian kiri (bokong janin) 3) Leopold III : Bagian terendah punggung 4) Leoplod IV : Tidak dilakukan 39 6. Tanda-tanda vital 1. Tekanan darah : 120 / 80 mmHg 2. Nadi : 82 x/m 3. Suhu : 36,6 0C 4. Pernapasan : 24 x / m 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG oleh Dokter SpOG tanggal 04 – 05 – 2015 a. Punggung : Bawah b. DJJ : 140x/m c. Perkiraan usia : 35 minggu 3 hari d. TBJ : 2603 gram e. Presentasi lintang 40 STEP II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL N DATA DASAR O 1. DS : 1. Ibu mengatakan hamil anak ketiga 2. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 26 agustus 2014 3. Ibu mengatakan ingin mengetahui posisi janinnya karena pemeriksaan sebelumnya posisi janin dalam keaadaan sungsang. DIAGNOSA ANALISA DAN MASALAH INTERPRETASI DATA AKTUAL Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala disisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus sumbu DO : 1. GIII, PII, A0 2. HPHT : 26 – 08 -2014 TP : 02-06- 2015 3. UK : 35 minggu 6 hari 4. Palpasi : a) Leopold I : TFU ½ pusat Px (25cm), TFU kosong b) Leopold II : Bagian kanan perut ibu (kepala) bagian kiri (bokong janin) c) Leopold III : Bagian terendah punggung d) Leoplod IV : Tidak dilakukan 5. Tanda-tanda vital a. TD : 120 / 80 mmHg b. Nadi : 82 x/m c. Suhu : 36,6 0C d. RR : 24 x / m 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG oleh Dokter SpOG tanggal 04 – 05 – 2015 : a. Punggung : Bawah b. DJJ : 140x/m c. d. Perkiraan usia : 35 mgg 3 hr TBJ e. Presentasi lintang : 2603 gram DX. Masalah panjang ibu, hingga pada palpasi teraba fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong sedangkan bagian-bagian besar teraba di samping atas fiossa iliola yaitu bagian kepala janin teraba di samping kiri ibu yang disebut lintang II. G3 P2 A0 Masa Gestasi 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterin dengan Letak lintang 41 2. DS : Adanya pengaruh psikologis saat Masalah Aktual 1. Klien mengatakan meras khawatir hamil sehubungan dengan Kecemasan atas keadaannya dan janinnya kurangnya pengetahuan ibu tentang DO : keadaanya tersebut. Bila tidak 1. Ekspresi wajah tampak cemas tertangani dapat berdampak pada 2. Tanda-tanda vital : keadaan mental ibu. TD : 120 / 80 mmHg N : 82 x/m S : 36,6 0C RR : 24 x / m 3. DS : a. Ibu mengatakan ada keputihan Pada saat hamil terjadi perubahan Masalah Aktual: hormonal yang Flour albus DO : 1. Tampak ada cairan keputihan 2. Tanda-tanda vital : TD : 120 / 80 mmHg N : 82 x/m S : 36,6 0C RR : 24 x / m dampaknya adalah jumlah produksi salah satu peningkatan cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan keputihan, risiko khususnya yang disebabkan oleh infeksi jamur. 42 STEP III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL NO DS1.: ANALISA DAN INTERPRETASI DATA DATA DASAR DS : 1. Ibu mengatakan hamil anak ketiga 2. Ibu Ketuban pecah dini disebabkan DX. Masalah oleh potensial: karena kekuatan mengatakan haid berkurangnya membran atau tekanan intra meningkatnya terakhir tanggal 26 agustus uterin. Berkurangnya kekuatan 2014 membran 3. Ibu mengatakan ada keputihan disebabkan karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks seperti DO : bakterial 1. GIII, PII, A0 kehamilan dengan letak lintang 2. HPHT : 26 – 08 -2014 karena vaginosis. bagian terendah Pada tidak TP : 02-06- 2015 menutup PAP, ketuban cenderung UK : 35 minggu 6 hari pecah dini dan dapat disertai 3. Tampak ada cairan keputihan. menumbungnya tangan janin atau tali pusat. 4. Tanda-tanda vital a. TD : 120 / 80 mmHg b. Nadi : 82 x/m c. Suhu : 36,6 0C d. RR : 24 x / m STEP IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI Tindakan segera tidak dilakukan. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL Ketuban Pecah Dini 43 STEP V. RENCANA TINDAKAN MANAJEMEN KEBIDANAN No 1. DX MASALAH AKTUAL/ POTENSIAL DX. Masalah G3 P2 A0 Masa Gestasi 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterin dengan Letak lintang RENCANA TINDAKAN TUJUAN TINDAKAN RASIONAL Kehamilan berlangsung normal dengan kriteria : 1. Observasi tanda- 1) Tanda vital merupakan tanda vital satu indikator dalam melakukan tindakan. 1. Keadaan umum baik 2. DJJ normal 3. Tanda-tanda vital normal: a. TD : 120 / 80 mmHg b. Nadi : 82 x/m c. Suhu : 36,6 0C d. RR : 24 x / m 2. Lakukan pemeriksaan palpasi dan auskultasi 2) Dengan melakukan pemeriksaan palpasi dan auskultasi kita dapat mengetahui keadaan janin yang dikandungnya. 3. Jelaskan pada ibu tentang kondisi kehamilannya dan letak janinnya abnormal. 3) Dengan penjelasan yang diberikan ibu dapat mempersiapkan diri dan menerima keadaannya. 4. Berikan HE 4) Agar ibu dapat tentang Tanda dan mengetahui dan bahaya kehamilan memahami sehingga trimester III ibu dapat segera ke tempat pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi sesuatu. 5. Diskusi tentang persiapan kelahiran dan persalinan 5) Agar ibu dan keluarga mempunyai persiapan yang matang dalam menghadapi proses persalinan baik Fisik, psikis, ekonomi serta tempat yang tepat untuk melahirkan. 6. Kolaborasi dengan Dokter Sp.OG untuk pemeriksaan USG 6) Dengan melakukan pemeriksaan USG dapat mengetahui posis janin di dalam uterus juga dapat menegakan diagnosa. 7. Anjurkan ibu untuk persalinannya nanti dirumah sakit. 7) Bersalin dirumah sakit dapat mengurangi resiko yang akan terjadi pada klien. 44 2. Masalah Aktual: Kecemasan 1) Berikan 1. Dengan memberikan penjelasan pada penjelasan pada klien klien dan keluarga dan keluarga dapat 1. Ekspresi wajah ceia tentang hasil mengurangi rasa cemas 2. Ibu tidak pemeriksaan. pada klien dan memikirkan terus keluarga. keadaannya dan janinnya dalam 2) Anjurkan klien 2. Dengan berdoa dapat kandungan. dan keluarga menenangkan hati untuk selalu klien. berdoa. 3. Masalah Aktual: Flour Albus Agar flour albus dapat teratasi dengan kriteria: 1. Pengeluaran cairan dalam batas normal dan tidak disertai rasa gatal dan bau. 4. Masalah Potensial: Ketuban pecah dini Kecemasan teratasi dengan kriteria : Agar tidak terjadi KPD dengan kriteria: 1. Kehamilan ibu berlangsung normal 2. Keadaan umum ibu baik 3. Tanda-tanda vital normal 1. Kaji sifat flour albus (warna, jumlah dan bau) 1) Dengan mengkaji sifat flour albus dapat mengetahui pengobatan yang diberikan 2. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah genetalia 2) Dengan menjaga kebersihan genetalia diharapkan dapat mengurangi bertambahnya bakteri penyebab keputihan. 3. Anjurkan ibu untuk memakai pakaian dalam berbahan katun. 3) Dengan memakai pakaian dalam berbahan katun dapat menyerap cairan yang keluar sehingga genetalia tidak lembab. 4. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 4) Dengan adanya kunjungn ulang ibu dapat mengetahui kondisi/keadaan ibu. 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Tanda vital merupakan satu indikator dalam melakukan tindakan. 2. Berikan 2. Dengan penjelasan penjelasan tentang yang diberikan ibu keadaan ibu dapat mempersiapkan sekarang diri dan menerima keadaannya. 3. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3. Dengan adanya kunjungn ulang ibu dapat mengetahui kondisi/keadaan ibu. 4. Anjurkan ibu untuk 4. Bersalin dirumah sakit dapat mengurangi 45 persalinannya nanti dirumah sakit. resiko yang akan terjadi pada klien. 46 STEP VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN STEP VII. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN N O 1. TUJUAN Kehamilan berlangsung normal dengan kriteria : Keadaan umum baik 2. DJJ normal 3. Tanda-tanda vital normal: a. TD : 120 /80 mmHg b. Nadi : 80 x/m c. Suhu : 36,5 0C d. RR : 20 x /m IMPLEMENTASI EVALUASI Tanggal : 04 – 05 -2015 Jam : 11.00 WIT Tanggal : 04 – 05 -2015 Jam : 15.00 WIT 1. Kehamilan berlangsung normal ditandai dengan: 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. Hasil : TD : 120 / 80 mmHg Nadi : 82 x/m Suhu : 36,6 0C RR : 24 x / m 1. 2. 2. Lakukan pemeriksaan palpasi dan 3. auskultasi. Hasil : a. Leopold I : TFU ½ pusat Px (25cm), TFU kosong b. Leopold II : Bagian kanan perut ibu (kepala) bagian kiri (bokong janin) c. Leopold III : Bagian terendah punggung d. Auskultasi DJJ : 140x/m 3. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi kehamilannya dan letak janinnya abnormal, yaitu janin dengan letak lintang dimana posisi yang normal seharusnya kepala berada di bawah. Hasil : Ibu mengerti dan menerima keadaannya. 4. Memberikan HE tentang Tanda dan bahaya kehamilan trimester III, yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala hebat yang menetap, tidak hilang dengan istirahat, bengkak pada muka dan ekstremitas (tangan dan kaki), nyeri abdomen yang hebat, pergerakan janin kurang dari 10 kali dalam 24 jam. Jika ibu mendapati salah satu diantara tanda bahaya tersebut dianjurkan untuk segera mendatangi tenaga kesehatan terdekat. Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya. 5. Mendiskusikan tentang persiapan kelahiran dan persalinan, yaitu dengan Mengingat “SURGA” (Serahkan urusan rumah tangga pada keluarga) serta Keadaan umum ibu baik Tanda-tanda vital dalam batas normal. Semua hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi di temukan janin dalam keadaan normal dan posisi janin melintang. 47 “Berdoa” (Bersama Donor, Ongkos, Dan Angkutan). Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya. 2. 3. 6. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Sp.OG untuk pemeriksaan USG. Hasil : a. Letak lintang b. Punggung : Bawah c. DJJ : 140x/m d. Perkiraan usia : 35 minggu 3 hari e. TBJ : 2603 gram 7. Menganjurkan ibu untuk persalinannya nanti dirumah sakit. Hasil : Ibu mengerti dan mau bersalin di rumah sakit. Kecemasan teratasi dengan kriteria : 1. Ekspresi wajah ceria 2. Ibu tidak memikirkan terus keadaannya dan janinnya dalam kandungan. 1) Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. Hasil : Ibu mengerti dan menerima keadaannya Agar flour albus dapat teratasi dengan kriteria: 1. Pengeluaran cairan dalam batas normal dan tidak disertai rasa gatal dan bau. 1. Mengkaji sifat flour albus (warna, jumlah dan bau) Hasil : Cairan berwarna putih, tidak banyak dan tidak bau. 2. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah genetalia. Hasil : Ibu mengikuti anjuran yang diberikan. 3. Menganjurkan ibu untuk memakai pakaian dalam berbahan katun. Hasil :Ibu mengikuti anjuran yang diberikan. 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Hasil : ibu mau melakukannya 2) Anjurkan klien dan keluarga untuk selalu berdoa. Hasil : ibu dan keluarga mengerti dan mau melakukannya. Tanggal : 04 – 05 -2015 Jam : 15.00 wit Kecemasan teratasi ditandai dengan : 1. Ekspresi wajah ceria 2. Ibu tampak tenang setelah di beri HE. Tanggal : 04 – 05 -2015 Jam : 15.00 wit Masalah belum teratasi di tandai dengan : 1. masih ada pengeluaran cairan. 48 CATATAN NO 1. HARI / TANGGAL Selasa, 05 – 05 2015 PERKEMBANGAN I S O A P PELAKSANA Jam : 11.00 wit S: 1. Ibu mengatakan masih keputihan Ibu mengatakan merasa pergerakan janin banyak disebelah kiri perut ibu. 2. O: 1. 2. Tampak ada cairan keputihan didaerah genetalia Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg S : 36.5oC N :82x/m P : 22x/m A: P: 1. 2. 3. 4. 5. 6. G3 P2 A0 Masa Gestasi 36 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin dengan Letak lintang Flour Albus Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil : TD : 120/80 mmHg S : 36.5oC N : 82x/m P : 22x/m Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah genetalia. Hasil : Ibu mengikuti anjuran yang diberikan Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup. Hasil : ibu melaksanakan anjuran yang diberikan Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hasil : ibu melaksanakan anjuran yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk memakai pakaian dalam berbahan katun. Hasil : Ibu mengikuti anjuran yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk persalinannya nanti di tolong oleh dokter. Hasil : Ibu mau mengikuti anjuran yang di berikan. Jainun S. Ali 49 CATATAN NO 1. HARI / TANGGAL Rabu, 06 - 052015 P E R K E M B A N G A N II SOAP PELAKSANA Jam : 11.00 wit S: 1. Ibu mengatakan sudah melakukan apa yang dianjurkan dan keputihan mulai berkurang. O : 1. Tanda – tanda vital TD : 120/80 mmHg S : 36.5oC N : 82x/m P : 22x/m A: - G3 P2 A0 Masa Gestasi 36 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin dengan Letak lintang - Flour Albus P: 1. 2. 3. 4. 5. Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil : TD : 120/80 mmHg S : 36.5oC N : 82x/m P : 22x/m Menganjurkan ibu untuk tetap selalu menjaga kebersihan daerah genetalia. Hasil : Ibu mengikuti anjuran yang diberikan Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup. Hasil : ibu melaksanakan anjuran yang diberikan Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hasil : ibu melaksanakan anjuran yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk persalinannya nanti di tolong oleh dokter. Hasil : Ibu mau mengikuti anjuran yang di berikan. Jainun S. Ali 50 4.2 PEMBAHASAN Setelah diuraikan tentang tinjauan kepustakaan dan tinjauan kasus mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak lintang di RS dr. Chasan Boesoerie, pada kesempatan ini akan dibahas kesenjangan antara tinjauan kasus mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak lintang dengan tinjauan kepustakaan yang ada. Selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan pemecahan masalah dari kesenjangan tersebut sehingga dapat digunakan sebagai tindakan lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat dan efisien khususnya pada ibu hamil dengan letak lintang. Dalam pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak lintang. Penulis membahas sesuai dengan tahapan kebidanan menurut Varney. 1. Step I : Pengumpulan dan Analisa data Setelah dilakukan pengkajian diperoleh data bahwa ibu hamil datang dengan keluhan ingin mengetahui posisi janinnya karena pada pemeriksaan sebelumnya posisi janin dalam keadaan sungsang. Pada pemeriksaan fisik (data objektif) didapatkan data sebagai berikut : keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, TD 120/80 mmHg, Respirasi 24 x/menit, Nadi 82 x/menit, suhu 36,6 oC, TB 158 cm, BB sekarang 72 kg, LiLA 30 cm. Palpasi Leopold I TFU ½ pusat Px (25 cm) dan teraba kosong, leopold II teraba kepala disisi kanan perut ibu dan teraba bokong di sisi kiri perut ibu, leopold III teraba punggung janin. Auskultasi DJJ/punctum maximum terdengar setinggi pusat sebelah 51 kanan, frekuensi 140x/menit, teratur. Pemeriksaan penunjang (USG) tampak janin, tunggal, intrauterine, hidup, letak melintang, kepala kanan, DJJ (+), perkiraan usia 35 minggu 3 hari dan perkiraan berat janin 2603 gram. Menurut teori yang dikemukakan oleh Sukarni (2013) mengatakan pada kasus ibu hamil dengan letak lintang pada pemeriksaan palpasi di temukan kepala pada salah satu sisi perut ibu dan punctum maximum biasa ditemukan setinggi pusat. Dalam langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori maupun dalam kasus. 2. Step II. Merumuskan Diagnosa dan Masalah Aktual Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Ny H. G3 P2 A0 Masa Gestasi 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterin dengan Letak lintang. Dalam studi kasus masalah yang timbul pada kehamilan letak lintang adalah adanya gangguan psikologi (cemas). Teori menurut Winkjosastro (2012) menyebutkan adanya tingkat kecemasan yang tinggi dialami oleh ibu hamil dengan letak lintang, dikarenakan perut melebar dan juga terasa penuh dibagian kedua sisi perut ibu. Dalam langkah ini penulis tidak menemukan suatu kesenjangan antara yang ada dalam teori maupun dalam kasus. 52 3. Step III. Merumuskan Masalah potensial Langkah selanjutnya setelah interpretasi data adalah menentukan adanya masalah potensial untuk dilakukan tindakan segera oleh bidan atau dokter. Masalah potensial yang diangkat pada kasus ini adalah akan terjadi ketuban pecah dini. Pada studi kasus diagnosa potensial tidak terjadi. Menurut teori yang dikemukan oleh Dwinita (2013) dijelaskan bahwa potensial yang mungkin terjadi adalah rupture uteri, partus lama, ketuban pecah dini, dan infeksi intrapartum. Pada kasus kehamilan dengan letak lintang karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban cenderung pecah dini dan dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat. 4. Step IV. Melaksanakan tindakan emergency dan Kolaborasi Dalam tahap ini penulis tidak melaksanakan tindakan emergency. 5. Step V. Perencanaan Asuhan Kebidanan Sesuai dengan masalah aktual dan potensial disusun rencana tindakan asuhan kebidanan sebagai berikut : a. Letak lintang, rencana tindakan : 1) Observasi tanda-tanda vital 2) Lakukan pemeriksaan palpasi dan auskultasi 3) Jelaskan pada ibu tentang kondisi kehamilannya dan letak janinnya abnormal. 4) Berikan HE tentang Tanda dan bahaya kehamilan trimester III 53 5) Diskusi tentang persiapan kelahiran dan persalinan 6) Kolaborasi dengan Dokter Sp.OG untuk pemeriksaan USG 7) Anjurkan ibu untuk persalinannya nanti dirumah sakit. b. Kecemasan, rencana tindakan: 1) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. 2) Anjurkan klien dan keluarga untuk selalu berdoa. c. Flour Albus, rencana tindakan: 1) Kaji sifat flour albus (warna, jumlah dan bau) 2) Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah genetalia 3) Anjurkan ibu untuk memakai pakaian dalam berbahan katun. 4) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 6. Step VI. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pelaksaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat. Jadi, langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Step VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan Pada tahap ini yaitu langkah akhir dari proses asuhan kebidanan, penulis menemukan bahwa pada evaluasi masalah aktual belum teratasi seluruhnya dan masalah potensial tidak terjadi. 54 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. H G3 P2 A0 Masa gestasi 35 minggu 6 hari dengan letak lintang di RSUD dr. Chasan Boesoerie Ternate, yaitu : 1. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 04 – 05 – 2015 dan ditemukan klien Ny. H dengan letak lintang. 2. Interpretasi data didapatkan hasil diagnosa Ny. H G3 P2 A0 Masa gestasi 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intrauterine, dengan letak lintang. Maslah aktual kecemasan dan flour albus. 3. Masalah potensial dalam kasus letak lintang adalah ketuban pecah dini. Pada studi kasus masalah potensial tidak terjadi. 4. Tindakan segera untuk mencegah terjadi masalah potensial tidak dilakukan. 5. Perencanaan asuhan kebidanan yang diberikan adalah sesuai dengan masalah aktual dan potensial. 6. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada kasus letak lintang ini disesuaikan dengan rencana asuhan yang dibuat. 7. Evaluasi yang dihasilkan setelah pelaksanaan asuhan selama 3 hari pada Ny. H dengan janin letak lintang adalah masih didapatkan janin dengan 55 letak lintang, ibu tidak cemas dengan kehamilannya, flour albus belum teratasi dan tidak terjadi masalah potensial. 8. Dalam penanganan kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 4.2 Saran 4.2.1 Bagi ibu hamil. Disarankan agar ibu hamil senantiasa mematuhi setiap anjuran dan nasehat yang diberikan setiap kali memeriksakan kehamilannya, mengetahui tanda-tanda bahaya pada saat hamil salah satunya adalah letak lintang, dan menganjurkan pada ibu agar persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan, atau persalinannya di lakukan di rumah sakit. 4.2.2 Bagi bidan atau petugas kesehatan lainnya. Skrining awal dan deteksi dini dengan pengontrolan sangat diperlukan bagi setiap ibu hamil. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang optimal dan berkualitas pada pasien sehingga pasien mampu memahami tanda bahaya dalam kehamilan. 4.2.3 Bagi Institusi a. Bagi Rumah Sakit Diharapkan meningkatkan pemberian asuahan kebidanan melalui pendekatan manajemen kebidanan kebidanan secara komprehensif khususnya pada ibu dengan kehamilan letak lintang, tepat dan 56 profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman. b. Bagi institusi Pendidikan Diharapkan menambah buku atau referensi di perpustakaan seperti buku kehamilan patologi, buku tentang kehamilan letak lintang dan penanganannya.