DEFINISI HEPATITIS • Semua virus hepatitis diidentifikasi berdasarkan pada hasil pemeriksaan serologi. • Semua jenis hepatitis virus yang menyerang manusia merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B, yang merupakan virus DNA. • Walaupun virus-virus tersebut berbeda dalam sifat molecular dan antigen, akan tetapi semua jenis virus tersebut memperlihatkan kesamaan dalam gejala klinis dan perjalanan penyakitnya. • Selain itu, gejala juga bisa bervariasi dari infeksi persisten subklinis sampai penyakit hati kronik progresif cepat dengan sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus yang ditransmisi melalui darah (HBV, HCV, dan Hepatitis delta). HEPATITIS C • Infeksi akut HCV adalah terdeteksinya anti-HCV dan HCV RNA yang kurang dari 6 bulan pasca paparan HCV. • Sebagian besar penderita akan menyebabkan infeksi kronik, yaitu bila anti-HCV dan HCV RNA terdeteksi didalam darah selama ≥ 6 bulan. • Hepatitis C kronik dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati primer (hepatocellular carcinoma). Hepatitis D Hepatitis D yang terjadi sebagai koinfeksi berarti penyakit ini merupakan kelanjutan dari penyakit hepatitis B. Hepatitis D yang terjadi sebagai superinfeksi memiliki artian bahwa penyakit ini terjadi pada individu yang telah atau pernah terinfeksi virus hepatitis B sebelumnya. ETIOLOGI HEPATITIS A - HAV adalah salah satu penyebab paling umum dari infeksi hepatitis akut di seluruh dunia. WHO memperkirakan sekitar 1,5 juta orang terinfeksi HAV setiap tahun. (lorio & John, 2020) - - Virus hepatitis A adalah partikel berbentuk kubus yang simetris dengan diameter 27 nanometer yang tergolong virus hepatitis terkecil, termasuk golongan picornavirus. Dapat dilihat melalui mikroskop elektron bahwa virus tidak memiliki kulit terluar dan hanya nukleokapsid, yang merupakan ciri antigen virus hepatitis A. Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini disebut viral protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom sitoplasma sel hati. Replikasi dalam tubuh manusia dapat terjadi di sel epitel usus dan epitel hati. Virus hepatitis A yang terdapat pada tinja berasal dari empedu, yang dikeluarkan dari sel hati, sel saluran empedu dan sel epitel usus setelah replikasi. Virus hepatitis A sangat stabil, dan dapat bertahan pada suhu tinggi ± 1 jam pada suhu 60ºC. Stabil pada suhu dan pH udara rendah. Resistensi terhadap pH asam dan asam empedu memungkinkan virus hepatitis A melewati lambung dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu. ETIOLOGI HEPATITIS B - Virus hepatitis B adalah virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm memiliki lapisan permukaan dan bagian inti dengan masa inkubasi sekitar 60 sampai 90 hari. Protein yang dibuat oleh virus ini bersifat antigenik serta memberi gambaran tentang keadaan penyakit adalah: (1) Surface antigen atau HBsAg yang berasal dari selubung, yang positif kira-kira 2 minggu sebelum terjadinya gejala klinis. (2) Core antigen atau HBcAg yang merupakan nukleokapsid virus hepatitis B. (3) E antigen atau HBeAg yang berhubungan erat dengan jumlah partikel virus yang merupakan antigen spesifik untuk hepatitis B. ETIOLOGI HEPATITIS C Hepatitis C adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C menyebar melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi. Saat ini, kebanyakan orang terinfeksi virus hepatitis C dengan berbagi jarum suntik atau peralatan lain yang digunakan untuk menyiapkan dan menyuntikkan narkoba - Genom HCV terdiri atas 9400 nukleotida, mengkode protein besar sekitar residu 3000 asam amino. Sepertiga bagian dari poliprotein terdiiri atas protein struktural. Protein selubung dapat menimbulkan antibodi netralisasi dan sisa dua pertiga dari poliprotein terdiri atas protein nonstruktural yang terlibat dalam replikasi HCV. Replikasi HCV sangat melimpah dan diperkirakan seorang penderita dapat menghasilkan 10 trilion virion perhari. - Bagi sebagian orang, hepatitis C adalah penyakit jangka pendek, tetapi bagi lebih dari separuh orang yang terinfeksi virus hepatitis C, menjadi infeksi kronis jangka panjang. Hepatitis C kronis dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, bahkan mengancam jiwa seperti sirosis dan kanker hati. Orang dengan hepatitis C kronis seringkali tidak memiliki gejala dan tidak merasa sakit. Gejala yang muncul sering kali merupakan tanda penyakit hati lanjut. A. Gejala Klinis Hepatitis A ➢ Hepatitis A merupakan penyakit yang terutama menyerang anak dan dewasa muda. ➢ Pada fase akut hepatitis A umumnya 90% asimtomatik atau bentuk yang ringan dan hanya sekitar 1% yang timbul ikterus. ➢ Pada anak manifestasinya sering kali asimtomatk dan anikterik. Gejala dan perjalanan klinis hepatitis virus akut secara umum dapat dibedakan dalam 4 stadium : 1. Masa Tunas. Lamanya viremia pada hepatitis A 2-4 Minggu. 2. Fase pra-ikterik/prodromal. Keluhan umumnya tidak spesifik, dapat berlangsung 2-7 hari, gambaran sangat bervariasi secara individual seperti ikterik, urin berwarna gelap, lelah/lemas, hilang nafsu makan, nyeri & rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual dan muntah, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi, pegal-pegal pada otot, diare dan rasa tidak enak di tenggorokan. Dengan keluhan yang beraneka ragam ini sering menimbulkan kekeliruan pada waktu mendiagnosis, sering diduga sebagai penderita influenza, gastritis maupun arthritis. 3. Fase Ikterik. Fase ini pada awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah demam turun penderita menyadari bahwa urinnya berwarna kuning pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari, orang lain yang melihat sclera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan. Pada fase ini kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara perlahan-lahan, hal ini bisa berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada stadium ini gejala klinis sudah mulai berkurang dan pasien merasa lebih baik. Pada usia lebih tua dapat terjadi gejala kolestasis dengan kuning yang nyata dan bisa berlangsung lama dan 4. Fase penyembuhan. Fase penyembuhan dimulai dengan menghilangkan sisa gejala tersebut diatas, ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walau mungkin masih terasa cepat capai. B. Gejala Klinis Hepatitis B ➢ Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. ➢ Pada hepatitis akut gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu seperti gejala influenza. ➢ Gejala itu berupa demam ringan, mual, lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning, kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot. ➢ Pada sebagian kecil gejala dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang mengakibatkan kematian. ➢ Infeksi kronik ditandai oleh persistensi HBsAg dan anti HBc dan serum HBV DNA dapat terdeteksi lebih dari 6 bulan dengan menggunakan pemeriksaan non PCR. ➢ Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih lanjut biasanya gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit tidak berat C. Gejala klinis Hepatitis C ➢ Sama seperti virus hepatitis yang lain, HCV dapat menyebabkan suatu penyakit hepatitis akut yang kemungkinannya, sulit dibedakan dengan hepatitis virus akut lain. ➢ Akan tetapi gejala-gejalanya hanya dilaporkan terjadi pada 15% kasus sehingga, diagnosisnya harus tergantung pada positifnya hasil pemeriksaan anti-HCV atau pemeriksaan HCV RNA yang biasanya terdeteksi lebih awal sebelum munculnya antibody anti-HCV (serokonversi) ➢ Masa inkubasi hepatitis C umumnya sekitar 6-8 minggu (berkisar antara 2- 26 minggu) pada beberapa pasien yang menunjukkan gejala malaise dan jaundice dialami oleh sekitar 20-40% pasien. ➢ Peningkatan kadar enzim hati (SGPT > 5-15 kali rentang normal) terjadi pada hampir semua pasien. Selama masa inkubasi ini, HCV RNA pasien bisa positif dan meningkat hingga munculnya jaundice. ➢ Selain itu juga bisa muncul gejala-gejala fatique, tidak napsu makan, mual dan nyeri abdomen kuadran kanan atas. ➢ Dari semua individu dengan hepatitis C akut, 75- 80% akan berkembangmenjadi infeksi kronis. Infeksi HCV sangat jarang terdiagnosis pada saat infeksi fase akut. ➢ Manifestasi klinis bisa saja muncul dalam waktu 7-8 minggu (dengan kisaran 2-26 minggu) setelah terpapar dengan HCV, namun sebagian besar penderita umumnya tidak menunjukkan gejala atau kalaupun ada hanya menunjukkan gejala yang ringan. ➢ Pada kasus-kasus infeksi akut HCV yang ditemukan, gejala-gejala yang dialami biasanya jaundice, malaise, dan nausea. ➢ Infeksi berkembang menjadi kronik pada sebagian besar penderita dan infeksi kronik biasanya tidak menunjukkan gejala. Hal ini menyebabkan sangat sulitnya menilai perjalanan alamiah infeksi HCV. Diagnosis - Hepatitis A - 1. HAV-ab/IgM; dideteksi 4 – 6 minggu setelah terinfeksi dan menunjukkan tahap hepatitis A akut. - 2. HAV-ab/IgG; dideteksi setelah 8 -12 minggu setelah terinfeksi dan menunjukkan pasien sebelumnya pernah terpapar hepatitis A - Hepatitis B - 1. Manifestasi Gejala Infeksi - a. Infeksi VHB Akut - Sekitar 70% pasien dengan infeksi akut VHB menunjukkan gejala subklinis atau hepatitis nonikterus. Masa inkubasi virus terjadi selama 1-4 bulan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hepatomegali, ikterus, dan demam dengan suhu yang rendah. - b. Infeksi VHB Kronik - Sebagian besar pasien dengan infeksi kronik VHB tidak merasakan gejala. Sebagian pasien merasakan kelemahan maupun rasa tidak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus eksaserbasi infeksi kronik VHB, pasien dapat bersifat asimtomatik maupun menunjukkan gejala yang menyerupai infeksi akut. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan hasil yang normal maupun adanya stigmata dari penyakit hati kronik dan hepatomegali yang ringan. - 2. Pemeriksaan Penunjang - a. Pemeriksaan Serologi Infeksi VHB - 1) HBsAg dan anti-HBs Merupakan antigen permukaan virus yang berasal dari protein pembungkus virus. HBsAg yang positif merupakan ciri khas infeksi VHB. HBsAg dapat terdeteksi 1-10 minggu setelah paparan akut VHB atau 2-6 minggu sebelum onset gejala muncul maupun peningkatan ALT. - 2) HBcAg dan anti-HBc HbcAg merupakan protein inti dari virus dan diselimuti oleh HBsAg sehingga tidak terdeteksi di serum. Anti-HBc terhadap protein inti dan dapat terdeteksi pada serum. Pada infeksi akut, anti-HBc didominasi oleh kelompok IgM dan merupakan marker infeksi akut VHB. IgM anti-HBc akan menurun kadarnya pada saat fase penyembuhan dan IgG anti-HBc akan meningkat. - 3) HBeAg dan anti-Hbe HBeAg yang positif menandakan bahwa virus sedang aktif dalam replikasi. - b. Pemeriksaan DNA VHB - Terdeteksinya DNA VHB merupakan tanda viremia dan status infeksi virus hepatitis B. DNA VHB dideteksi menggunakan teknik real-time PCR assays. DNA VHB dapat terdeteksi 2-3 minggu sebelum munculnya HBsAg. - c. Pemeriksaan Derajat Kerusakan Hati - Pemeriksaan biokimia yang dilakukan antara lain: SGOT/SGPT, GGT, alkali fosfatase, bilirubin, albumin, globulin serum, pemeriksaan darah lengkap, dan PT/APTT. Pemeriksaan yang umumnya digunakan adalah USG. Pada hati yang mengalami fibrosis, penetrasi gelombang USG pada parenkim berkurang, meningkatkan echogenicity pada parenkim, dan penurunan gambaran vascular. Sedangkan pada sirosis, USG akan menunjukkan gambaran perubahan distribusi volume hati, nodularitas pada permukaan hati, dan perubahan karakteristik struktur hati dimana gambaran fisura hepatic menjadi lebih tegas, gambaran lebih bersifat heterogen, dan cenderung kasar. - Hepatitis C - 1. Uji serologi yang berdasarkan pada deteksi antibody telah membantu mengurangi resiko infeksi terkait transfuse. - 2. Pemeriksaan anti-HCV - Antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi dengan metode enzyme immunoassay yang sangat sensitive dan spesifik. Enzyme immunoassay generasi ke-3 yang banyak dipergunakan saat ini mengandung protein core dan protein-protein struktural yang dapat mendeteksi keberadaan antibody dalam waktu 4-10 minggu infeksi.. - 3. Uji immunoblot rekombinan - Dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil uji enzyme immunoassay yang positif. Penggunaan RIBA untuk mengkonfirmasi hasil hanya direkomendasikan untuk setting populasi low-risk seperti pada bank darah. - PEMERIKSAAN FISIK - 1. Kelainan pada pemeriksaan fisik baru terlihat saat fase ikterik. Tampak ikterus pada kulit maupun di selaput lendir. Selaput lendir yang mudah dilihat ialah di sklera mata, palatum molle, dan frenulum lingua. - 2. Pada umumnya tidak ada mulut yang berbau (foeter hepatikum) kecuali pada penderita hepatitis yang berat misalnya padahepatitis fulminan. - 3. Sangat jarang ditemukan spider nevi, eritema palmaris, dan kelainan pada kuku (liver nail), jika ditemukan pada fase ikterik tanda tersebut akan menghilang pada fase konvalesen. - 4. Hati teraba sedikit membesar (sekitar 2-3 cm dibawah arkus koste dan dibawah tulang rawan iga) dengan konsistensi lembek, tepi yang tajam dan sedikit nyeri tekan terdapat pada+70% penderita. - 5. Ditemukan fist percussionpositif (dengan memukulkan kepala tangan kanan pelan-pelan pada telapak tangan kiri yang diletakkan pada arkus kostarum kanan penderita dan penderita merasakan nyeri). - 6. Kadang-kadang ditemukan adenopati servikal pada 10-20 % penderita dan teraba limpa yang lembek sekitar +20% atau terisinya ruang Traube pada +30% penderita. - 7. Tidak ditemukan ascites. - 8. Tidak banyak ditemukan kelainan pada kulit, kecuali pada pasien yang mengalami urtikaria yang umumnya bersifat sementara. - PEMERIKSAAN LABORATORIUM - 1. Urin - Kelainan pertama yang terlihat yaitu adanya bilirubin dalam urin bahkan dapat terlihat sebelum ikterus timbul. Juga bilirubinuria timbul sebelum kenaikan bilirubin dalam serum dan kemudian menghilang dalam urin, walaupun bilirubin serum masih positif. Urobilinogen dalam urin dapat timbul pada akhir fase preikterus. Pada waktu ikterus sedang menaik, terdapat sangat sedikit bilirubin dalam intestin, sehingga urobilinogen menghilang dalam urin. - 2. Tinja - Pada waktu permulaan timbulnya ikterus, warna tinja sangat pucat. Analisis tinja menunjukkan kembali normal, berarti ada proses ke arah penyembuhan - 3. Darah - Yang penting ialah perlu diamati serum bilirubin, SGOT, SGPT, dan asam empedu, seminggu sekali selama diawat di RS. Pada masa preikterik hanya ditemukan kenaikan dari bilirubin terkonjugasi, walaupun bilirubin total masih dalam batas normal. - 4. Serum transaminase - Yang perlu diamati adalah SGOT dan SGPT. Pada fase akut yaitu pada permulaan fase ikterik terdapat kenaikan yang menyolok dari SGOT dan SGPT, kenaikannya sampai sepuluh kali nilai normal, dan pada keadaan berat dapat seratus kalinya. Pemeriksaan enzim menggunakan rasio dari De Ritis amat bermanfaat untuk membedakan jenis kerusakan hati. Pada hepatitis akut rasio SGOT/SGPT adalah 0,4-0,8, sedangkan pada hepatitis kronis rasio SGOT/SGPT adalah sekitar 1 atau lebih. - 5. Kenaikan kadar serum protein - Kadar laboratoris lainnya yaitu terdapatsedikit kenaikan fosfatase alkali, yang bersifat sementara yaitu pada fase akut, untuk selanjutnya kembali pada batas normal. Bila ditemukan tetap meninggi, maka perlu dipikirkan adanya kolestasis. Hepatitis A Jadi pada hepatitis A ini asal mula disebabkan oleh virus hepatitis A atau HAV masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus tersebut. Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta),lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Awal mula HAV masuk ke lisosom untuk dideteksi anatara seluung membrane virusdanpengkode.PengkodeakanterdeteksiRNAuntaitunggalpositifyangselanjutnyaakanterbacadandidalam Internal Ribosom Entri Situsiniuntaitunggalnyaakan memulaiterjemahanolehmekanismecap-independent yang terbaca adalah yang mengkodekan poliprotein: struktural P1 (protein virus (VP) 4, VP2, VP3, dan VP1) dan protein nonstruktural P2 (2A, 2B, dan 2C) dan P3 (3A, 3B, 3C, dan 3D) dan Poliprotein HAV tunggal diproses secara proteolitik oleh protease HAV 3C dan protease seluler menjadi protein dewasa untuk selanjutnya untai tunggal ini direplikasi di sel parenkim hati dan diperbanyak terutama pada HAV 3D yaitu polimerase yang bergantung pada RNA yang penting untuk replikasi virus dan akan diperbanyak lg baik yang HAV maupun eHAV yang berselubung-selubung membrane pada membrane plasma. Di selparenkimhativirusmengalamireplikasiyangmenyebabkanselparenkimhatimenjadirusak. Setelah ituvirus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag,pembesaran sel kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehinnga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunaneksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidak seimbangan antara uptake danekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi(direk)akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux(aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklerakadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubindirek yang kurang dalamususmengakibatkangangguandalamproduksiasamempedu(produksisedikit) sehinggaprosespencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalamlambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung sehinggamerangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntahyang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah danmenurun nya nafsu makann Hepatitis B Hepatitis C HCV yang masuk kedalam darah akan mencari hepatosit (HCV hanya bisa berkembang biak di dalam sel hati) dan kemungkinan sel limfosit B. Virus masuk kedalam hepatosit dengan mengikat suatu reseptor permukaan sel yang spesifik. protein permukaan sel CD81 adalah suatu HCV binding protein yang memainkan peranan khusus yang dikenal sebagai protein E2 menempel pada reseptor site dibagian luar hepatosit. Protein inti virus ini menembus dinding sel dimana selaput lemak bergabung dengan dinding sel dan selanjutnya akan melingkupi dan menelan virus serta membawanya kedalam hepatosit. Di dalam hepatosit, selaput virus (nukleokapsid) melarut dalam sitoplasma dan keluarlah RNA virus (virus uncoating) yang selanjutnya mengambil alih peran bagian dari ribosom hepatosit dalam membuat bahanbahan untuk proses reproduksi. Virus menyebabkan sel hati memperlakukan RNA virus seperti miliknya sendiri, lalu menutup fungsi normal hepatosit atau menginfeksi hepatosit yang lain. Virus kemudian membajak mekanisme sintesis protein hepatosit dalam memproduksi protein yang dibutuhkannya untuk berfungsi dan berkembang biak. RNA virus dipergunakan sebagai cetakan (template) untuk produksi masal poliprotein (proses translasi). Poliprotein dipecah menjadi unit-unit protein yaitu (NS1, NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A, dan NS5B) diretikulum endoplasma selanjutnya RNA diurai dan genom HCV yaitu C, E1 dan E2 kembali merangkai diri untuk selanjutnya RNA virus mengopi dirinya sendiri dalam jumlah besar (miliaran) untuk menghasilkan virus baru dan menuju permukaan dengan bantuan penghantar apparatus golgi ke permukaan sehingga di rilis. Proses ini berlangsung terus dan dapat membuat terjadinya mutasi genetik yang menghasilkan RNA untuk strain baru virus dan subtipe virus hepatitis C. Virus dewasa kemudian dikeluarkan dari dalam hepatosit menuju pembuluh darah menembus membran sel. Dalam sehari replikasi HCV sangat banyak. Seorang penderita dapat menghasilkan hingga 10 triliun virion per hari TERAPI FARMAKOLOGI 1. Hepatitis A - Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A. Obat-obatan yangdiberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, yaitu bila diperlukan diberikan obat- obatan yang bersifat melindungi hati, antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin K pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan terutama untuk mengurangi keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk demam, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi (Sanityoso, 2009). - Tujuan pengobatan yaitu menghindari komplikasi, normalisasi fungsi hati, dan pengurangan infektivitas dan penularan (Dipiro, 2012). - Mayoritas orang yang diperkirakan terinfeksi VHA pulih sepenuhnya tanpa sisa gejala klinis dengan tingkat kematian yang rendah, dan memberikan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini menunjukkan tiga fase yaitu inkubasi (rata-rata 28 hari, kisaran 15-50 hari), hepatitis akut (umumnya berlangsung 2 bulan), dan pemulihan. Kebanyakan pasien sudah mengalami pemulihan dalam waktu 12 minggu (Dipiro, 2012). - Hepatitis A mudah dicegah dengan vaksinasi. Tiga vaksin virus yang tidak aktif saat ini dilisensikan di Amerika Serikat yaitu Havrix,Vaqta, dan Twinrix (Dipiro, 2012). Vaksin havrix • Vaksin Havrix menggunakan 2-fenoksifenol sebagai pengawet dan kandungan antigen diekspresikan sebagai enzyme-linked immunosorbent Assay (ELISA) (Dipiro, 2008). • Dosis (Dipiro, 2012). Usia (tahun) Dosis Interval dosis Waktu(bulan) 1-18 720 ELISA units 2 0,6-12 ≥ 19 1.440 ELISA units 2 0,6-12 • Efek samping vaksin ini: termasuk rasa sakit dan hangat di tempat suntikan, sakit kepala, malaise, dan nyeri (Dipiro, 2012). Vaksin Vaqta • Vaksin Vaqta tersedia di Amerika Serikat yang diformulasikan tanpa bahan pengawet dan menggunakan unit antigen HAV untuk mengekspresikan potensi • • kerjanya. Disuntikkan Intramuskular ke otot deltoid dengan dosis booster (penguat) diberikan 6 sampai 18 bulan kemudian (Dipiro, 2008). Dosis : Efek samping vaksin : rasa sakit dan hangat di tempat suntikan, sakit kepala, malaise, dan nyeri (Dipiro, 2008). Vaksin Twinrix • Twinrix merupakan vaksin hepatitis A dan B yang digunakan untuk membantu mencegah infeksi dari virus hepatitis A dan B. • Diberikan melalui injeksi intramuscular di otot area bahu biasanya dilakukan untuk orang dewasa. Jika pada bayi melalui otot di paha. • Dosis: a. Dosis primer Dewasa dan remaja ≥16 tahun: 3 dosis diberikan pada bulan ke 0, 1, dan ke 6 atau 4 dosis diberikan pada hari ke 0, 7, 21 dan 12 bulan setelah dosis pertama. b. Anak usia 2-15 tahun: diberikan 2 dosis, dosis kedua diberikan 6-12 bulan setelah dosis pertama. • Efek Samping: Sakit kepala, diare, mula, muntah, kemerahan pada tempat injeksi - Yang direkomendasi untuk melakukan vaksinasi Hepatitis A: (Dipiro, 2012). a. Semua anak usia 1 tahun b. Anak-anak dan remaja usia 2–18 tahun yang tinggal di negara bagian atau komunitas yang memiliki rutinitas vaksinasi hepatitis A dilaksanakan karena kejadian penyakit yang tinggi c. Orang yang bepergian atau bekerja di negara yang memiliki endemisitas infeksi tinggi atau sedang d. Pengguna obat-obatan terlarang e. Orang yang memiliki risiko pekerjaan untuk infeksi (misalnya, orang yang bekerja dengan terinfeksi VHA primata atau VHA dalam pengaturan laboratorium penelitian) f. Orang yang memiliki gangguan faktor pembekuan g. Semua orang yang sebelumnya tidak divaksinasi mengantisipasi kontak pribadi yang dekat (mis.,bijaksana atau pengasuh bayi biasa) dengan anak angkat internasional dari negara tinggi atau menengahmati endemisitas dalam 60 hari pertama setelah kedatangan orang yang diadopsi 2. Hepatitis B - Virus hepatitis B tidak dapat disembuhkan, sehingga tujuan terapinya yaitu untuk mencegah perkembangan penyakit sirosis dan kanker hati serta untuk meminimalkan cedera lebih lanjut pada pasien dengan kerusakan hati yang sedang berlangsung. - - Karena kerusakan hati disebabkan oleh replikasi virus yang berkelanjutan, terapi obat bertujuan untuk menekan replikasi virus oleh salah satu sistem imun agen perantara atau antivirus (Dipiro, 2008). Beberapa pasien dengan infeksi VHB kronis harus diobati. Rekomendasi untuk pengobatan mempertimbangkan usia pasien, kadar serum HBV DNA dan ALT, dan perkembangan klinis penyakit (Dipiro, 2012). Pilihan lini pertama analog nukleos(t)ida untuk terapi hepatitis B kronik adalah tenofovir 300 mg/hari atau entecavir 0,5 mg/hari. Jika kedua obat tidak tersedia, maka dapat diberikan terapi lini kedua, yaitu lamivudine 100 mg/hari, adefovir 10 mg/hari, atau telbivudine 600 mg/hari (Kemenkes, 2019). a. Interferon • Interferon (IFN) adalah mediator inflamasi fisiologis dari tubuh berfungsi dalam pertahanan terhadap virus. Senyawa ini memiliki efek antiviral, immunomodulator, dan antiproliferative. interferon juga akan merangsang produksi protein kinase spesifik yang berfungsi mencegah sintesis protein sehingga menghambat replikasi virus. Protein kinase ini juga akan merangsang apoptosis sel yang terinfeksi virus (Kemenker,2019) • Dosis 180 µg/minggu melalui injeksi subkutan dengan waktu paruh 3-8 jam (Kemenkes,2019) • Dapat diberikan pada pasien tanpa penyakit penyerta, terinfeksi VHB genotip A atau B (Kemenkes,2019) • Dihindari dengan pasien yang sirosis dekomensata, pasien dengan gangguan psikiartri, pasien sedang hamil, dan pasien dengan autoimun aktif. (Kemenkes, 2019) Peg-IFN dapat dipertimbangkan pada pasien yang menginginkan terapi jangka waktu tertentu. Peg-IFN diberikan sekurang-kurangnya selama 1 tahun – gak usah di baca. b. Lamivudine • Lamivudine adalah analog nukleosida yang memiliki aktivitas antivirus melawan baik • • HIV dan VHB (Dipiro, 2008). Lamivudine bekerja dengan menghambat tempat berikatan polimerase virus, berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida, dan menterminasi pemanjangan rantai DNA. Obat ini berkompetisi dengan dCTP untuk berikatan dengan rantai DNA virus yang akan menterminasi pemanjangan rantai tersebut (Kemenkes, 2019). Dosis: Lamivudine diminum secara oral dengan dosis optimal 100 mg/hari. Pemberian satu kali sehari dimungkinkan mengingat waktu paruhnya yang mencapai 17-19 jam di dalam sel yang terinfeksi (Kemenkes, 2019). Lamivudin dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada: (Kemenkes, 2019). a) Pasien naif dengan DNA VHB <2 x 10 IU/mL, status HBeAg positif, ALT >2x batas atas normal. b) Lamivudin dapat diteruskan bila pada minggu ke-4 pasien mencapai DNA VHB < 2 x 10 IU/mL, serta pada minggu ke-24 mencapai DNA VHB <2 x 10 IU/mL. • Lamivudine tidak boleh diberikan pada : pasien yang sudah resisten terhadap lamivudin, telbivudin, atau entecavir (Kemenkes, 2019). c. Adefovir • Adefovir dipivoxil adalah analog nukleosida asiklik dari adenosin monofosfat. Obat ini bekerja dengan menghambat DNA polymerase VHB (Dipiro, 2008). Adefovir bekerja dengan berkompetisi dengan nukleotida cAMP untuk berikatan dengan DNA virus dan menghambat polymerase dan reverse transcriptase sehingga memutus rantai DNA VHB (Kemenkes, 2019). • Dosis: diminum secara oral 10 mg/hari. Pengobatan selama 48 minggu efektif dalam meningkatkan temuan histologis, mengurangi serum VHB dan level ALT, dan meningkatkan serokonversi pada pasien HBeAg positif dan negatif (Dipiro, 2008). • Efek samping: gangguan fungsi ginjal (azotemia, hipofosfatemia, asidosis, glicosuria, dan proteinuria) (Kemenkes, 2019). • Monitoring: Pasien dalam pengobatan adefovir yang tidak menunjukkan respon pada minggu ke-24, bila hal ini terjadi, ganti strategi terapi dengan menambahkan atau mengganti ke analog nukleos(t)ida lain (Kemenkes, 2019). • Adefovir dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada pasien naif dengan HBeAg negatif, DNA VHB rendah, dan ALT tinggi (Kemenkes, 2019). • Adefovir dapat diberikan pada: (Kemenkes, 2019). a) Pasien hepatitis B kronik HBeAg negatif, dengan DNA VHB rendah, dan ALT tinggi. b) Pasien dengan riwayat gagal terapi dengan pemberian analog nukleosida. • Adefovir tidak disarankan pada pasien: (Kemenkes, 2019). a) Hepatitis B kronik dengan gangguan ginjal. b) Pasien hepatitis B yang resisten terhadap adefovir d. Entecavir • Entecavir adalah (ETV) adalah analog 2-deoxyguanosine yang bekerja dengan menghambat priming DNA polimerase virus, reverse transcription dari rantai negatif DNA, dan sintesis rantai positif DNA (Kemenkes, 2019). • Dosis : diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/hari untuk pasien naif dan 1 mg/hari untuk pasien yang mengalami resistensi lamivudine (Kemenkes, 2019). • Entecavir pada Pasien dengan HBeAg Positif : Terapi dengan entecavir pasien hepatitis B kronik dengan HBeAg positif memberikan hasil DNA VHB tak terdeteksi dan kadar ALT normal. Efek jangka panjang entecavir juga telah diketahui baik (Kemenkes, 2019). • Entecavir pada Pasien dengan HBeAg Negatif : Penghentian terapi setelah target terapi dicapai ternyata sering menimbulkan relaps (kekambuhan) (Kemenkes, 2019). • Monitoring : untuk pemberian terapi entecavir seumur hidup mungkin harus dipertimbangkan pada pasien dengan HBeAg negatif (Kemenkes, 2019). • Entecavir bisa diberikan pada : pasien hepatitis B naif, Pasien dengan hepatitis B kronik dan sirosis. Terapi ini bisa menjadi pilihan pada pasien dengan resistensi lamivudine (Kemenkes, 2019). • Entecavir tidak disarankan pada : Pasien hepatitis B yang resisten terhadap entecavir dan Pasien hepatitis B dengan gangguan ginjal (Kemenkes, 2019). e. Telbivudine • Telbivudin (LdT) adalah analog nukleosida spesifik HBV. Telbivudine bertindak sebagai kompetisi penghambat reverse transcriptase virus dan DNA polimerase. Menghambat sintesis DNA HBV tanpa aktivitas melawan virus lain atau polimerase manusia (Dipiro, 2008). • Dosis : diberikan secara oral dengan dosis optimal 600 mg/hari (Kemenkes, 2019). • Telbivudin pada Pasien dengan HBeAg Positif dan Negatif : Terapi dengan telbivudin hepatitis B kronik dengan HBeAg positif dan negative sama-sama memberikan hasil DNA VHB tak terdeteksi dan ALT normal, serokonversi HBeAg, serokonversi HBsAg. Kekurangan telbivudin adalah profil resistensinya yang kurang baik dan memiliki efek samping ringan (Kemenkes, 2019). • Telbivudine bisa diberikan pada : Pasien dengan DNA VHB 2x batas atas normal, dapat diteruskan bila pada minggu ke-24 mencapai DNA VHB tak terdeteksi (Kemenkes, 2019). • Telbivudin tidak boleh diberikan pada : pasien yang sudah resisten terhadap lamivudin, telbivudin, atau entecavir. Dan penggunaan bersama lamivudine atau adefovir (Kemenkes, 2019). f. Tenofovir • Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) adalah prekursor tenofovir, sebuah analog nukleotida yang efektif untuk hepadanavirus dan retrovirus. (Kemenkes) • Dosis: Diminum secara oral pada dosis 300 mg/hari. (Kemenkes, 2019) dapat diminum mulai dari usia 12 tahun dengan berat badan 35 kg (WHO,2015) • Dapat diberikan pada pasien hepatitis B naif; dan hepatitis kronik dan sirosis. (Kemenkes,2019) • Dihindari dengan pasien hepatitis B yang resisten terhadap encavir, dan Hepatitis B dengan gangguan ginjal. (Kemenkes,2019) Pemeriksaan DNA VHB, HBeAg, anti HBe, dan ALT dilakukan untuk pemantauan selama terapi Kriteria penghentian terapi analog nukleosida: • HBeAg positif, tanpa sirosis : minimal 1 tahun DNA VHB tidak terdeteksi (lebih baik 3 tahun) • HBeAg positif, sirosis: seumur hidup • HBeAg negatif, tanpa sirosis maupun dengan sirosis sebaiknya seumur hidup (Kemenkes,2019) – Gak usah dibaca 3. Hepatitis C - Tujuan pengobatannya yaitu untuk memberantas infeksi VHC, yang mencegah infeksi HCV kronis dan gejala sisa (Dipiro, 2012). a. Interferon • Hampir sama dengan pengguanan untuk pengobatan hepatitis B • Dengan dosis untuk PegIFN alfa-2a 180 mg/minggu selama 48 minggu. • Efek samping penggunaan interferon adalah demam dan gejala-gejala menyerupai flu (nyeri otot, malaise, tidak nafsu makan dan sejenisnya), depresi dan gangguan emosi, kerontokan rambut lebih dari normal, depresi sumsum tulang, hiperuresemia, kadangkadang timbul tiroiditis (Sanityoso, 2009). b. Ribavirin • Ribavirin adalah analog nukleosida purin dengan basa termodifikasi dan gula D - ribosa. Ribavirin menghambat replikasi berbagai virus RNA dan DNA, termasuk orthomyxo-, paramyxo-, arena-, bunya-, dan flaviviruses. Konsentrasi terapeutik menghambat sintesis makromolekul secara reversible dan proliferasi sel yang tidak terinfeksi, menekan respons limfosit, dan mengubah sitokin (Brunton, 2008). • Ribavirin adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk pengobatan Hepatitis C kronis. Ribavirin jika dipakai tunggal tidak efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan kombinasi interferon alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa sendiri (Sanityoso, 2009). • Hepatitis C Akut: keberhasilan terapi dengan interferon lebih baik dari pada pasien Hepatitis C kronik. Interferon dapat digunakan secara monoterepi tanpa ribavirin dan lama terapi hanya 3 bulan (Sanityoso, 2009). • Dosis: (Dipiro, 2012). Hepatitis C Kronik: menggunakan interferon alfa dan ribavirin. Umumnya disepakati bila genotif I maka terapi diberikan 24 - 48 minggu dan bila genotip II, III, dan IV terapi cukup diberikan 24 minggu. • Kombinasi ribavirin oral dengan pegifn parenteral alfa-2a atau -2b adalah pengobatan standar untuk infeksi HCV kronis. Monoterapi ribavirin selama 6-12 bulan secara reversibel menurunkan amino-transferase ke normal pada ~ 30% pasien tetapi tidak mempengaruhi tingkat viral load HCV. Kombinasi terapi • dengan pegIFN alfa-2a dan ribavirin oral (500 mg, atau 600 mg jika berat badan> 75 kg, dua kali sehari selama 24-48 minggu) meningkatkan kemungkinan respons berkelanjutan hingga ~ 60%. Kombinasi kedua obat ini lebih unggul daripada monoterapi IFN atau peg IFN dan kombinasi pegIFN alfa-2 dan ribavirin pada keduanya.pasien yang naif pengobatan dan mereka yang tidak menanggapi, atau kambuh setelah, monoterapi IFN. Kombinasi ribavirin dan pegIFN alfa-2a atau -2b efektif dalam mencapai tanggapan virus pada pasien koinfeksi HCV / HIV. Terapi kombinasi telah digunakan dalam pengelolaan infeksi HCV, setelah transplantasi hati (Brunton, 2008). Monitoring: ribavirin dapat menyebabkan penurunan Hb. Untuk mengatasi efek samping ini pemantauan pasien mutlak perlu dilakukan (Sanityoso, 2009). Keterangan: ALT: transaminase alanin Anti-HAV: antibodi terhadap virus hepatitis A. CDC: Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ESLD: penyakit hati stadium akhir ETR: respons akhir pengobatan EVR: tanggapan virologi dini FDA: Administrasi Makanan dan Obat GI: saluran cerna HAV: virus hepatitis A. HB c Ag: antigen inti hepatitis B. HB e Ag: antigen hepatitis B e HB s Ag: antigen permukaan hepatitis B. HBV: virus hepatitis B. HCC: karsinoma hepatoseluler HCV: virus hepatitis C Hepatitis Kelas B Definisi Hepapatik • Penyakit hepatitis adalah peradangan pada hati berupa peradangan (sel) hati. • Peradangan ini ditandai dengan meningkatnya kadar enzim hati. • Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membran hati. • Ada 2 faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. • Faktor penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. • Selain karena virus Hepatitis A, B, C, D, E dan G masih banyak virus lain yang berpotensi menyebabkan hepatitis misalnya adenoviruses, CMV, Herpes simplex, HIV, rubella, varicella dan lain-lain. • Sedangkan bakteri yang menyebabkan hepatitis antara lain misalnya bakteri Salmonella thypi, Salmonella parathypi, tuberkulosis, leptosvera. • Faktor non infeksi misalnya karena obat karena obat tertentu dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan hepatitis Etiologii Hepatitis A • Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA dari familyenterovirus. • Masa inkubasi virus Hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan ratarata 30 hari. • Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 minggu hingga 8 minggu. • Hepatitis A merupakan penyakit hati serius yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV). • HAV ditemukan di tiap tubuh manusia pengidap Hepatitis A. • Terkadang penyakit ini menular melalui kontak personal. • Terkadang pula melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi HAV. Etiologi Hepatitis B Hepatitis B virus merupakan jenis virus DNA untai ganda, dengan ukuran sekitar 42 nm yang terdiri dari 7 nm lapisan luar yang tipis dan 27 nm inti di dalamnya. VHB dapat tetap in aktif ketika disimpan pada suhu 30-32°C selama paling sedikit 6 bulan dan ketika dibekukan pada suhu -15°C dalam 15 tahun. Etiologi Hepaitis C HCV adalah virus hepatitis yang mengandung RNA rantai tunggal berselubung glikoprotein dengan partikel sferis, inti nukleokapsid 33 nm, yang dapat diproduksi secara langsung untuk memproduksi protein-protein virus (hal ini dikarenakan HCV merupakan virus dengan RNA rantai positif). Etiologi Hepatitis D Virus Delta bila dilihat dari pandangan virology binatang memang merupakan virus unik. Virus ini termasuk virus RNA yang sangat kecil. Virion VHD hanya berukuran kira-kira 36 nm tersusun atas genom RNA single stranded dan kira-kira 60 kopi antigen delta yang merupakan satu-satunya jenis protein dikode oleh VHD. Antigen Delta terdiri dari 2 jenis yakni large (L) dan small (S) Virion VHD mempunyai kapsul terdiri atas protein yang dihasilkan oleh VHB. Dinding luar tersebut terdiri atas lipid dan seluruh komponen HBsAg. Etiologi Hepatitis E HEV merupakan virus RNA dengan diameter 27-34 mm. Pada manusia hanya terdiri atas satu serotipe dengan empatsampai lima genotipe utama. Genome RNA dengan tiga overlap ORF (open reading frame) mengkode protein struktural dan protein non-struktural yang terlibat pada replikasi HEV. Virus dapat menyebar pada sel embrio diploid paru akan tetapi replikasi hanya terjadi pada hepatosit. Patofisiologi Hepatitis A • VHA memiliki masa inkubasi ± 4 minggu. • Replikasi virus dominasi terjadi pada hepatosit, meski VHA juga ditemukan pada empedu, feses, dan darah. • Antigen VHA dapat ditemukan pada feses pada 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan penyakit. • Fase akut penyakit ditandai dengan peningkatan kadar aminotransferase serum, ditemukan antibodi terhadap VAH (IgM anti-VAH), dan munculnya gejala klinis. • Selama fase akut, hepatosit yang terinfeksi umumnya hanya mengalami perubahan morfologi yang minimal Patofisiologi Hepatitis B • Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada resptor spesifik di membram sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. • Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid. • Selajutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintergrasi pada DNA tersebut. • Proses selanjutnya adalah DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. • Virus Hepatitis B dilepaskan ke peradangan darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Patofisiologi Hepatitis C • HCV adalah patogen yang ditularkan melalui darah paling umum dan paling sering didapat melalui penggunaan narkoba suntikan. • Skrining untuk infeksi HCV direkomendasikan pada kelompok yang sedang terinfeksi berisiko tinggi terkena infeksi. • Penularan dapat terjadi melalui kontak seksual; hemodialisis; atau paparan rumah tangga, pekerjaan, atau perinatal. • Pada 85% pasien, infeksi HCV akut menyebabkan infeksi kronis yang didefinisikan oleh RNA HCV yang terus-menerus terdeteksi selama 6 bulan atau lebih. Patofosiologi Hepatitis D ● Hepatitis D hanya terjadi pada individu yang positif menggunakan antigen permukaan HBV (HBsAg) karena HDV adalah viroid RNA yang rusak yang membutuhkan HBsAg untuk penularannya. ● Tranmisi virus ini mirip dengan HBV yaitu melalui darah, permukosal, perkutan parenteral, seksual dan perinatal walaupun jarang. ● Pada saat terjadi superinfeksi, titer VHD serum akan mencapai puncak, sekitar 2-5 minggu setelah inokulasi, dan akan menurun setelah 1-2 minggu kemudian. Patofisiologi Hepatitis E • Virus hepatitis masuk ke dalam hepatosit dan melakukan replikasi maka terjadi pengaktifan imun seluler terutama sel limfosit T yang bersifat sitotoksik. • Sifat dari sel limfosit T tersebut akan merusak sel hepatosit sehingga makin banyak sel yang rusak secara bersamaan. • Virus hepatitis A akan keluar dari tubuh penderita melalui feses setelah 14 sampai 30 hari penderita terinfeksi virus. • Setelah keluar dari tubuh maka penularan dapat terjadi bila buruknya kualitas hygiene dan sanitasi penderita. • Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus yang berlainan. • Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit edema, membesar dan berwarna seperti empedu. • Secara histologik, terjadi susunan hepatoselular menjadi kacau, cedera dan nekrosis sel hati dan peradangan perifer Marker Hepatitis A Antigen VH A IgM A n t i V H A IgG A n t i V H A Interpretasi + - - Fase Akut - + - - Fase Akut + Pernah Terinfeksi • Penyebab : Virus Hepatitis A (VHA) • Penularan : Fekal – Oral • Laboratorium : • Imunologiserologi : Identifikasi antibody (IgM dan IgG A VHA) • PCR (Mendeteksi Antigen/virus dalam darah Marker Hepatitis B • Penyebab : VHB • Virus DNA termasuk Hepatitis DNA virus Antigen : ✓ Ag permukaan (HBsAg) ✓ HBcAg (Inti) ✓ HBeAg • Antibodi : Anti HBc,Anti HBs,Anti HBe HBsA g Ig M A n t i Anti H B c An t i H B s T o t a l H B c Interpreta si + - - - Infeksi VHB dini sebelu m respon anti HBc + + + - Infeksi VHB dini, karena anti HBc positif, onset 6 bulan. IgG muncu l segera setelah IgM,m aka dari itu keduan ya positif - + + -/+ Baru terinfe ksi VHB akut (4-6 bulan) dengan perbai kan, misaln ya HBsA g mengh ilang. Anti HBs biasan ya muncu l dalam bebera pa mingg u atau bulan setelah HbsAg mengh ilang + - + - Infeksi VHB,paling sedikit sudah 6 bulan karena IgM anti HBc hilang. Menuju infeksi kronik - - - + Respon terhadap vaksin Hepatitis B - - + + Post infeksi VHB lalu mengalami perbaikan Hasil Lab : - Pemeriksaan Antigen dan Antibodi - Metode Pemeriksaan : RIA, ELISA, Hemaglutinasi, Imunodifusi - VHB DNA: PCR Marker Hepatitis C • RNA VHC positif merupakan bukti pertama infeksi VHC. • Terdeteksi dalam darah beberapa hari sampai 8 minggu setelah terpapar • Anti HCV ditemukan pada awal minggu ke delapan setelah paparan, tetapi anti HCV yang positif tidak dapat membedakan infeksi yang teratasi dengan infeksi kronik • Infeksi VHC kronik ditandai dengan RNA VHC yang positif lebih dari 6 bulan disertai anti VHC Marker Hepatitis D • Virus ini tidak mampu bereplikasi sendiri, tetapi dapat menginfeksi bila diaktivasi oleh adanya virus hepatitis B. • Koinfeksi Virus Hepatitis D Akut dan Hepatitis B Akut • HDAg pada awal infeksi akan cepat menghilang,HBsAg yang positif serta ditemukan kadar IgM anti-HBc yang tinggi Superinfeksi Virus Hepatitis D Akut pada Karier Virus Hepatitis B Kronik • HDAg atau RNA VHD yang persisten dalam serum serta peningkatan yang cepat kadar IgM dan anti-VHD total. • Tanda replikasi VHB biasanya tidak ada dan ditandai dengan HBeAg yang negatif dan antiHBe yang positif. Juga ditemukan RNA VHD dan antibodi total anti VHD. Marker Hepatitis E Diagnosis hepatitis E pada pemeriksaan serologis dengan metode ELISA seperti anti HEV, IgG dan IgM anti-HEV dan PCR serum dan kotoran untuk mendeteksi HEV-RNA serta immunofluorescent terhadap antigen HEV di serum dan sel hati Target Terapi Hepatitis 1. Mencegah penyebaran penyakit 2. Mencegah dan mengobati gejala 3. Menekan replikasi virus 4. Menormalkan hati aminotransferase 5. Memperbaiki histologi biopsi hati 6. Menurunkan morbiditas dengan mencegah sirosis HCC dan ESD Target terapi tambahan untuk Hepatitis B • Penurunan atau menormalkan level ALT • Menurunkan nilai biopsi hati • Menormalkan kadar DNA HBV Target terapi tambahan untuk Hepatitis C kronis • Tercapainya RNA HCV tidak terdeteksi 6 bulan setelah terapi hepatitic C. • Menormalkan aminotransferase hati dan memperbaiki histologi hati Farmakologi Hepatitis A • Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A • Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, yaitu bila diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati, antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin K pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan • Pemberian obat-obatan diutamakan untuk mengurangi keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi Farmakologi Hepatitis B 1. Interferon alfa-2b (Intron-A) • Interferon tidak memiliki khasiat antivirus langsung, tetapi merangsang terbentuknya berbagai macam protein efektor yang mempunyai khasiat antivirus • Dosis interferon 5-10 juta MU, 3 kali/minggu selama 16 minggu 2. Lamivudin ● Lamivudin merupakan antivirus melalui efek penghambatan transkripsi selama siklus replikasi ● Pesawat lamivudin 100 mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg, dapat mengurangi progresi fibrosis 3. Adefovir dipivoxil (Hepsera) ● Adefovir merupakan analog asiklik dari dAMP, yang telah disetujui FDA untuk digunakan sebagai antivirus terhadap hepatitis kronik ● Cara kerjanya adalah menghambat amplifikasi dari ccDNA virus ● Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 10 mg/hari oral paling tidak selama 1 tahun 4. Penginterferon alfa-2a (Pegasys) • Diberikan dalam bentuk injeksi • Untuk terapi tunggal dosisnya 180 mcg 1 kali seminggu, sedangkan untuk terapi kombinasi dosisnya 180 mcg 1 kali seminggu dalam kombinasi dengan ribavirin • Terapi biasanya dilakukan untuk 6 bulan hingga setahun 5. Entecavir • Pengobatan infeksi virus hepatitis B kronik untuk dewasa dan remaja di atas 16 tahun 0,5 mg sekali sehari • Dipertimbangkan sebagai obat antivirus oral yang paling poten untuk hepatitis B kronik hingga kini Farmakologi Hepatitis C Direct Acting Antivirus bekerja menghambat replikasi virus hepatitis C melalui penghambatan enzim yang berperan pada perkembangbiakan virus Farmakologi Hepatitis D Interferon alfa-2a (Roferon) • Interferon alfa-2a telah digunakan untuk mengobati infeksi virus hepatitis D (HDV). • Dosis bervariasi dari 3-10 mU 3 kali per minggu selama 12 bulan telah digunakan. Farmakologi Hepatitis E ● Tidak ada pengobatan khusus yang mampu mengubah perjalanan hepatitis E akut dikarenakan penyakit ini biasanya sembuh sendiri, rawat inap umumnya tidak diperlukan. ● Menghindari pengobatan yang tidak perlu seperti Acetaminophen / Paracetamol dan obat anti muntah Non Farmakologi Hepatitis A Perawatan yang bisa dilakukan dirumah yaitu : • Tetap tenang, kurangi aktivitas dan banyak istirahat di rumah • Hindari minum obat yang dapat melukai hati seperti asetaminofen dan obat yang mengandung asetaminofen • Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi • Hindari minum minuman beralkohol • Hindari olahraga yang berat sampai gejala-gejala membaik Dietetik : • Makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien yang dengan anoreksia dan nausea. • Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena. • Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol, makan-makanan yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang berlemak Upaya pencegahan Hepatitis A Upaya Preventif Umum : a. Perbaikan hygiene makanan-minuman. Upaya ini mencakup memasak air dan makanan sampai mendidih selama minimal 10 menit, mencuci dan mengupas kulit makanan terutama yang tidak dimasak, serta meminum air dalam kemasan (kaleng / botol) bila kualitas air minum non kemasan tidak meyakinkan. b. Perbaikan hygiene-sanitasi lingkungan-pribadi. Berlandaskan pada peran transmisi fekal-oral HAV. Faktor hygiene-sanitasi lingkungan yang berperan adalah perumahan, kepadatan, kualitas air minum, sistem limbah tinja, dan semua aspek higien lingkungan secara keseluruhan. Mencuci tangan dengan bersih (sesudah defekasi, sebelum makan, sesudah memegang popok-celana), ini semua sangat berperan dalam mencegah transmisi VHA. c. Isolasi pasien. Mengacu pada peran transmisi kontak antar individu. Pasien diisolasi segera setelah dinyatakan terinfeksi HAV. Anak dilarang datang ke sekolah atau ke tempat penitipan anak, sampai dengan dua minggu sesudah timbul gejala. Namun demikian, upaya ini sering tidak banyak menolong karena virus sudah menyebar jauh sebelum yang bersangkutan jatuh sakit. Upaya Preventif Khusus • Vaksin hepatitis A yang tersedia saat ini adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated). • Perkembangan pembuatan vaksin tergantung kepada strain virus yang diisolasi yang harus tumbuh dengan baik dan dapat memberikan antigen yang cukup. • Jadwal yang dianjurkan adalah sebanyak 3 kali pemberian yaitu 0,1,6 bulan. Non farmakologi Hepatitis B • Memelihara status gizi yang baik dengan memberi nutrisi yang adekuat. • Pada hepar status non replikasi tidak ada pantangan. Bila sudah ada sirosis hati pada status hepatitis B kompensata tetap tidak ada pantangan makan tetapi pada status dekompensata perlu : - asupan garam dibatasi - protein sebaiknya dalam bentukbranch chain amino acids (BCAA) Upaya pencegahan hepatitis B • Imunisasi untuk HVB dapat aktif dan pasif. • Untuk imunisasi pasif digunakan hepatitis B immuneglobulin (HBIg), dapat memberikan proteksi secara cepat untuk jangka waktu terbatas yaitu 3-6 bulan. • Pada orang dewasa HBIg diberikan dalam waktu 48 jam setelah terpapar VHB. • Imunisasi aktif diberikan terutama kepada bayi baru lahir dalam waktu 12 jam pertama. • Untuk mencapai tingkat serokonversi yang tinggi dan konsentrasi anti-HBs protektif (10 mIU/ml), imunisasi diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan. Non farmakologi hepatitis C • Berolahraga secara teratur • Berhenti merokok • Tidak minum alkohol lagi • Makan makanan dengan gizi seimbang • Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti sikat gigi dan alat cukur • Menghindari konsumsi obat tanpa anjuran dokter Upaya pencegahan hepatitis C Usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi yaitu melakukan skriningdan pemeriksaan terhadap darah dan organ donor, mengiaktivasi virus dari plasma dan produk-produk plasma, mengimplementasikan tindakan-tindakan untuk mengontrol infeksi dalam setting pekerja kesehatan, termasuk prosedur sterilisasi yang benar terhada alat medis dan dentis, dan mempromosikan perubahan tingkah laku pada masyarakat umum dan pekerja kesehatan unutk mengurangi penggunaan berlebihan obat-obat suntik dan penggunan cara penyuntikan yang aman, serta konseling untuk menurunkan risiko pada IDU dan praktek seksual. Non farmakologi Hepatitis D • Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat • Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang paling baik ditoleransi • Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut • Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari • Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise Non farmakologi Hepatitis E ● Lebih banyak beristirahat di rumah ● Tidak terburu-buru kembali menjalani aktivitas harian yang berat ● Memenuhi kebutuhan cairan untuk menghindari dehidrasi ● Menjalani diet sehat dan pengidap hepatitis harus menghindari makanan tertentu, seperti produk hewani ● Menghentikan konsumsi alkohol yang dapat merusak kesehatan hati. Vaksin hepatitis A Vaksin Hepatitis B Vaksin Hepatitis C • Belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C Vaksin Hepatitis D • Belum ada vaksin hepatitis D yang spesifik, tetapi bisa dilakukan vaksin hepatitis B untuk mencegahnya Vaksin Hepatits E Vaksin untuk mencegah infeksi virus hepatitis E telah dikembangkan dan dilisensikan di Cina, tetapi belum tersedia di tempat lain. Monitoring Hepatitis A • Aktivitas aminotransferase cenderung meningkat sebelum dan mencapai puncaknya menjelang timbulnya penyakit kuning pada virus hepatitis, turun secara bertahap sejak saat itu dan seterusnya. • Aktivitas cenderung menurun perlahan pada hepatitis virus dan hepatitis alkoholik: AST dan ALT menurun, rata-rata 11,7% dan 10,5% per hari, masing-masing, dan tetap meningkat masing-masing 22 ± 16 dan 27 ± 16 hari. • Pada hepatitis A peningkatan enzim sekunder terjadi pada 5-10% kasus sebelum aktivitas kembali ke awal, terkait dengan sirkulasi HAV RNA dan partikel virus dalam tinja, menunjukkan potensi penularan infeksi. • Seperti dibahas di atas, AST dan ALT turun dengan cepat setelah mencapai aktivitas puncak pada cedera hati iskemik dan toksik. Setelah aminotransferase menunjukkan pola penurunan yang konsisten, aminotransferase tidak perlu diperiksa lagi sampai pasien pulih secara klinis. • Bilirubin memuncak lebih lambat dari aminotransferase, seringkali dalam seminggu atau lebih, dan kemudian menurun secara bertahap. • Puncak bilirubin lebih dari 257-342 mol / L (15-20 mg / dL) tidak biasa pada hepatitis virus. Hanya 10-12% pasien dengan virus hepatitis yang memiliki nilai puncak di atas 257 mol / L (15 mg / dL) dan hanya 4% yang memiliki nilai puncak di atas 342 mol / L (20 mg / dL); bilirubin yang lebih tinggi lebih sering terjadi pada infeksi HBV. • Pada orang dewasa dengan virus hepatitis, bilirubin tetap tinggi 30,3 ± 19,7 hari setelah tingkat puncak tercapai , tetapi menghilang lebih cepat pada anak-anak; penyakit kuning menetap lebih dari 6 minggu pada 34% kasus HBV dewasa tetapi hanya 15% dari bentuk lain dari virus hepatitis. Peningkatan bilirubin terkonjugasi yang berkepanjangan kadang-kadang terjadi dengan hepatitis virus, terutama dengan HAV, tetapi tidak menandakan prognosis yang buruk jika fungsi sintetis tetap utuh. Tes koagulasi • Peningkatan waktu protrombin adalah temuan umum pada cedera hati iskemik dan toksik, seringkali dengan hasil> 15 detik atau 4 detik di atas batas referensi sebelum segera kembali normal. Tidak ada data tentang derajat elevasi yang mempengaruhi prognosis pada cedera hati iskemik. Peningkatan waktu protrombin> 15 detik atau lebih dari 4 detik di atas batas referensi pada hepatitis virus atau alkohol merupakan penanda penyakit yang lebih parah Penanda Serologis • Pada individu dengan hepatitis B akut, HBsAg adalah indikator terbaik dari pemberantasan virus. Pasien yang kehilangan HBsAg dan mengembangkan anti-HBs hampir tidak pernah mengalami kekambuhan cedera hati, dan dapat dianggap telah pulih dari infeksi HBV. Pada infeksi HCV akut, kebanyakan orang tidak pernah mengembangkan gambaran klinis dari cedera hati akut. Satu-satunya penanda yang dapat diandalkan untuk pembukaan HCV adalah berulang kali (pada setidaknya dua kesempatan) RNA HCV negatif, menggunakan tes kualitatif yang sensitif. Monitoring Hepatitis B dan C Section 1. Core indicators: essential indicators to monitor and report progress at global and national levels Indicator num ber Indicator name Programmatic area C.1 C.2 C.3 C.4 a. Prevalensi infeksi HBV kronis b. Prevalensi infeksi HCV kronis Virus hepatitis Kerangka test untuk HBV dan HCV Virus hepatitis a. Cakupan dosis vaksin hepatitis B tepat waktu (dalam 24 jam) dan intervensi lain untuk mencegah penularan HBV dari ibu ke anak b. Cakupan vaksin hepatitis B dosis ketiga di antara bayi Distribusi penyuntikkan Imunisasi HIV, harm reduction C.5 Facility-level injection safety Injection safety C.6 Orang yang hidup dengan HCV dan / atau HBV didiagnosis Virus hepatitis C.7 a. Cakupan pengobatan hepatitis B. b. Memulai pengobatan hepatitis C. untuk pasien untuk pasien Virus hepatitis C.8 a. Penekanan virus untuk pasien hepatitis B kronis yang diobati b. Pengobatan untuk penderita hepatitis C kronis yang dirawat Virus hepatitis C.9 a. Insiden kumulatif infeksi HBV pada anak usia 5 tahun b. Insiden infeksi HCV Virus hepatitis C.10 Kematian akibat karsinoma hepatoseluler (HCC), sirosis dan penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi HBV dan HCV Metadata tables for each of the 10 core indicators for viral hepatitis B and C Indikator C.1A Prevalensi infeksi HBV kronis Kategori indikator core M&E domain Konteks dan kebutuhan Health Domain( subdomain) Morbiditas (prevalensi) Penyakit tidak menular, kanker Definisi Jumlah dan proporsi orang yang hidup dengan infeksi HBV kronis (antigen permukaan hepatitis B [HBsAg] positif) Numerator Jumlah orang dengan infeksi HBV kronis ditentukan oleh status serologis HBsAg-positif Denominator Jumlah orang dari total populasi Disagregasi Jenis kelamin / jenis kelamin, kelompok usia, status kehamilan, populasi risiko tinggi / beban untuk hepatitis B virus Jika memungkinkan, pisahkan: - infeksi saat ini (HbsAg) versus bukti infeksi masa lalu atau sekarang (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B [anti-HBc]) - orang koinfeksi dengan virus hepatitis D (HDV), dan - orang koinfeksi HIV Metode pengukuran, sumber data Informasi untuk indikator ini idealnya diperoleh dari survei, tetapi dapat berasal dari data program, studi khusus, dan pemodelan Relevansi dan interpretasi program Indikator ini mencerminkan epidemi dan kebutuhan layanan, karena berfungsi sebagai pembilang atau penyebut untuk beberapa indikator lain di sepanjang rantai hasil dan cascade (indikator cakupan dan dampak). Biomarker infeksi HBV adalah HBsAg. Mengingat insiden infeksi HBV yang rendah, setiap orang dengan HBsAg positif Indikator C.1B Prevalensi infeksi HBV kronis Kategori indikator core M&E domain Konteks dan kebutuhan Health Domain(subdomain) Morbiditas (prevalensi) Definisi Jumlah dan proporsi orang yang hidup dengan infeksi HCV kronis (viral load HCV positif atau antigen HCV [Ag] positif) Numerator Jumlah orang dengan infeksi HCV kronis yang ditetapkan sebagai RNA HCV positif atau positif atau HCV Ag Denominator Jumlah orang dari total populasi Disagregasi Jenis kelamin, usia, status kehamilan, populasi berisiko tinggi / beban untuk hepatitis C virus Metode pengukuran, sumber data Informasi untuk indikator ini idealnya diperoleh dari survei, tetapi dapat berasal dari data program, studi khusus, dan pemodelan. Pemodelan dapat digunakan pada awalnya, jika data hanya tersedia untuk anti-HCV. Relevansi dan interpretasi program IAdanya antibodi anti-HCV memberikan bukti adanya infeksi HCV di masa lalu atau sekarang, tanpa perbedaan antara infeksi yang pernah atau yang sudah sembuh atau yang sekarang / aktif. Biomarker infeksi HCV kronis yang direkomendasikan termasuk HCV RNA dan antigen inti HCV (HCV Ag). Indikator C.2 Infrastruktur untuk pengujian HBV dan HCV Kategori indikator core M&E domain input Health Domain(subdomain) Diagnosis in vitro Definisi Rasio fasilitas dengan kapasitas untuk menguji individu terhadap hepatitis HBV kronis dan / atau HCV per 100.000 populasi menurut metode pengujian berikut: - metode molekuler (HCV RNA, DNA HBV) - metode serologis (HBsAg, anti-HBc, anti-HCV) Numerator Jumlah fasilitas dengan kapasitas untuk menguji hepatitis kronis - Tes yang akan digunakan tergantung pada rekomendasi nasional berdasarkan pedoman WHO. - Fasilitas meliputi petugas kesehatan yang menggunakan pengujian point-of-care (POC), fasilitas kesehatan, laboratorium Denominator Jumlah orang dari total populasi Disagregasi - Kapasitas pengujian infeksi HBV kronis dan HCV kronis - Fasilitas pengujian (misalnya laboratorium klinis, dll.) - Partisipasi dalam program jaminan kualitas eksternal Metode pengukuran, sumber data Informasi untuk indikator ini diperoleh dari data program. Tes yang akan digunakan tergantung pada rekomendasi nasional berdasarkan pedoman WHO Relevansi dan interpretasi program Mengukur ketersediaan layanan laboratorium untuk pengujian virus hepatitis B dan C. Indikator C.3.a Cakupan dosis vaksin hepatitis B tepat waktu (dalam 24 jam) dan intervensi lain untuk mencegah penularan HBV dari ibu ke anak Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) vaksinasi Definisi Proporsi bayi baru lahir yang mendapat manfaat dari dosis vaksin hepatitis tepat waktu (dalam 24 jam) atau dari intervensi lain untuk mencegah penularan HBV dari ibu ke anak (persentase) Numerator Jumlah bayi baru lahir yang menerima dosis vaksin hepatitis tepat waktu dalam waktu 24 jam (HepB_BD) atau yang mendapat manfaat dari intervensi lain untuk mencegah penularan HBV dari ibu ke anak (misalnya pengujian pada ibu diikuti dengan imunoprofilaksis, 1 atau di masa mendatang, pengobatan) Denominator Jumlah kelahiran hidup Disagregasi Umur, tempat tinggal, jenis kelamin, status sosial ekonomi Metode pengukuran, sumber data Dikumpulkan secara rutin dari data program (data cakupan administrasi vaksin, sistem informasi fasilitas) atau melalui survei validasi imunisasi berkala Relevansi dan interpretasi program Indikator ini memantau dan memandu program imunisasi dan kegiatan lain untuk mencegah penularan HBV dari ibu ke anak Indikator C.3.b Cakupan vaksin hepatitis B dosis ketiga di antara bayi Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) vaksinasi Definisi Proporsi bayi (<12 bulan) yang menerima dosis ketiga vaksin hepatitis B (HepB3) Numerator Jumlah bayi (usia <12 bulan) yang menerima dosis ketiga vaksin hepatitis B (HepB3) Denominator Jumlah bayi (<12 bulan dalam satu tahun) yang bertahan sampai usia 1 tahun Disagregasi Umur, tempat tinggal, jenis kelamin, status sosial ekonomi Metode pengukuran, sumber data Dikumpulkan secara rutin dari data program (data cakupan administrasi vaksin, sistem informasi fasilitas) atau melalui survei validasi imunisasi berkala Relevansi dan interpretasi program Indikator ini memantau dan memandu program imunisasi seperti yang diusulkan oleh WHO dan UNICEF Indikator C.4 Distribusi jarum suntik Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) preventif Definisi Jumlah jarum suntik yang dibagikan per orang Numerator Jumlah jarum suntik steril yang didistribusikan dalam 12 bulan terakhir melalui program jarum suntik (NSP) Denominator Jumlah orang yang menyuntikkan disuntikkan obat Disagregasi Jenis kelamin, usia, jenis pengaturan (komunitas,) Metode pengukuran, sumber data Numerator: catatan program, mis. Buku catatan NSP Denominator : latihan estimasi ukuran populasi Relevansi dan interpretasi program Indikator ini dikutip sebagai “KPOP.2” dalam pedoman informasi strategis terkonsolidasi WHO untuk HIV Indikator C.5 Facility-level injection safety Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) preventif Definisi Proporsi fasilitas perawatan kesehatan di mana semua suntikan terapeutik diberikan dengan peralatan injeksi sekali pakai yang baru Numerator Jumlah sampel fasilitas perawatan kesehatan di mana semua suntikan terapeutik diberikan dengan peralatan injeksi sekali pakai yang baru Denominator Jumlah fasilitas yang dijadikan sampel Metode pengukuran, sumber data - Indikator ini diukur melalui survei fasilitas kesehatan (data fasilitas). - Pendekatan alternatif adalah dengan menggunakan survei populasi. DHS memperkirakan proporsi suntikan terakhir yang diterima yang telah diberikan dari paket baru yang belum dibuka berdasarkan data individu. Meskipun sumber data dan pengukuran berbeda, perkiraan frekuensi penggunaan kembali alat suntik dari survei populasi seringkali sebanding dengan data dari survei fasilitas kesehatan. Relevansi dan interpretasi program Menilai penerapan kebijakan untuk memastikan bahwa semua fasilitas kesehatan menerapkan keselamatan untuk injeksi Indikator C.6 Orang yang hidup dengan HCV dan / atau HBV didiagnosis Kategori indikator core M&E domain output Health Domain(subdomain) testing Definisi Proporsi orang yang hidup dengan infeksi HBV dan / atau HCV kronis yang telah didiagnosis dengan HBV dan / atau HCV Numerator Jumlah orang dengan infeksi HBV dan / atau HCV kronis yang telah didiagnosis Denominator Perkiraan jumlah orang dengan infeksi HBV dan / atau HCV kronis Disagregasi Jenis kelamin, usia (dewasa / anak-anak, lebih dari 15 dan kurang dari 15 tahun), populasi berisiko tinggi / beban untuk virus hepatitis B dan C, wanita hamil, infeksi HIV Metode pengukuran, sumber data Dua metode pengukuran dimungkinkan: 1) Menghitung orang yang dilaporkan menderita infeksi kronis dan membaginya dengan perkiraan ukuran populasi yang terinfeksi. 2) Menggunakan data survei di mana orang-orang ditanyai apakah mereka mengetahui status infeksi virus hepatitis Relevansi dan interpretasi program Memperkirakan proporsi orang dengan infeksi HBV kronis dan / atau HCV yang mengetahui status infeksinya Indikator C.7.a Cakupan pengobatan untuk hepatitis B. Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) Perawatan dan pengobatan Definisi Proporsi orang terinfeksi HBV yang sedang dalam pengobatan Numerator Jumlah orang dengan infeksi HBV kronis (ditentukan oleh status serologis HBsAg-positif) yang saat ini menerima pengobatan Denominator Jumlah orang dengan infeksi HBV kronis Indikator C.7.b Cakupan pengobatan untuk hepatitis C Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) Perawatan dan pengobatan Definisi Proporsi orang yang didiagnosis dengan infeksi HCV kronis memulai pengobatan selama jangka waktu tertentu (misalnya 12 bulan) Numerator JJumlah orang yang sudah didiagnosis dengan infeksi HCV kronis (didefinisikan sebagai RNA HCV positif atau positif untuk HCV Ag) yang memulai pengobatan selama jangka waktu tertentu (misalnya 12 bulan) Denominator Jumlah orang yang sudah didiagnosis dengan infeksi HCV kronis (didefinisikan sebagai RNA HCV positif atau positif HCV Ag) untuk jangka waktu tertentu (12 bulan) Disagregasi Jenis kelamin, usia, populasi berisiko tinggi / beban, jenis obat (interferon atau berdasarkan antivirus yang bertindak langsung [DAA]), status HIV Metode pengukuran, sumber data Pembilang: catatan program (catatan klinis fasilitas perawatan kesehatan yang menyediakan pengobatan dan perawatan hepatitis) Penyebut: catatan program dan / atau perkiraan pemodelan Relevansi dan interpretasi program Indikator C.7 ini mengukur jumlah orang yang hidup dengan infeksi HBV / HCV yang dievaluasi untuk pengembangan penyakit hepatitis, ditemukan memenuhi syarat untuk dan ditempatkan pada pengobatan. Indikator C.8.a Penekanan virus untuk pasien hepatitis B kronis yang diobati Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) Perawatan dan pengobatan Definisi Proporsi pasien dengan infeksi HBV kronis pada pengobatan dengan penekanan viral load (VL) HBV Numerator Jumlah pasien dengan infeksi HBV kronis pada pengobatan yang memiliki penekanan VL (DNA HBV tidak terdeteksi), berdasarkan pengukuran VL dalam 12 bulan terakhir Denominator Jumlah pasien dengan infeksi HBV kronis dalam pengobatan dan dinilai untuk VL dalam 12 bulan terakhir Indikator C.8.b Pengobatan untuk penderita hepatitis C kronis yang dirawat Kategori indikator core M&E domain outcome Health Domain(subdomain) Perawatan dan pengobatan Definisi Proporsi pasien dengan hepatitis C kronis yang sembuh di antara mereka yang menyelesaikan pengobatan Numerator Jumlah pasien yang menyelesaikan pengobatan hepatitis C dan memiliki tanggapan virologi berkelanjutan (SVR) berdasarkan pengukuran VL 12-24 minggu setelah pengobatan berakhir (dalam 12 bulan terakhir) Denominator Jumlah pasien yang menyelesaikan pengobatan hepatitis C dan dinilai SVR 12-24 minggu setelah akhir pengobatan (dalam 12 bulan terakhir) Disagregasi Jenis kelamin, usia, jenis obat (berbasis interferon atau DAA) Metode pengukuran, sumber data Catatan program, studi kohort, catatan pasien, digabungkan dengan perkiraan untuk populasi tanpa data VL Relevansi dan interpretasi program Mengukur berapa banyak yang sembuh di antara semua yang menyelesaikan pengobatan. Indikator ini tidak memberikan cakupan penilaian untuk SVR. Direkomendasikan bahwa indikator ini harus mencakup informasi tentang apakah SVR dinilai pada semua atau hanya beberapa pasien, dan memberikan proporsi cakupan penilaian SVR (Indikator A.10.b). Indikator C.9.a Insiden kumulatif infeksi HBV pada anak usia 5 tahun Kategori indikator core M&E domain impact Health Domain(subdomain) Morbiditas (kejadian) Definisi Proporsi anak usia 5 tahun dengan bukti serologis adanya infeksi HBV di masa lalu atau sekarang (anti-HBc positif) dan / atau infeksi kronis (HbsAg positif) Numerator Jumlah survei anak usia 5 tahun yang hidup dengan biomarker infeksi masa lalu atau sekarang dan / atau infeksi kronis Denominator Jumlah anak usia 5 tahun dalam survei Disagregasi Jenis kelamin, tempat tinggal, paparan HepB_BD (catatan imunisasi), paparan HepB3 Metode pengukuran, sumber data Survei prevalensi biomarker HBsAg pada anak usia 5 tahun (survei cakupan imunisasi dan data cakupan vaksinasi administratif) Relevansi dan interpretasi program Indikator ini dirujuk dalam daftar referensi global WHO dari 100 indikator kesehatan intisebagai "Prevalensi antigen permukaan hepatitis B Indikator C.9.b Insiden infeksi HCV Kategori indikator core M&E domain impact Health Domain(subdomain) Morbiditas (kejadian) Definisi Jumlah dan tingkat infeksi baru HCV (anti-HCV positif) Numerator Jumlah total infeksi baru dengan HCV yang ditetapkan sebagai anti-HCV positif per tahun Denominator Jumlah penduduk dikurangi orang yang hidup dengan hepatitis C Disagregasi Jenis kelamin, usia, populasi tertentu Metode pengukuran, sumber data Dimodelkan dengan masukan dari survei berulang infeksi HCV: - populasi umum (di negara tertentu dengan prevalensi tinggi) setidaknya setiap 10 tahun - antenatal care (ANC), minimal setiap 3 tahun - kelompok lain yang relevan sesuai dengan konteks nasional Relevansi dan interpretasi program prevalensi dalam populasi sasaran. Disagregasi Jenis kelamin, usia, populasi tertentu Metode pengukuran, sumber data Dimodelkan dengan masukan dari survei berulang infeksi HCV: - populasi umum (di negara tertentu dengan prevalensi tinggi) setidaknya setiap 10 tahun - antenatal care (ANC), minimal setiap 3 tahun - kelompok lain yang relevan sesuai dengan konteks nasional Relevansi dan interpretasi program prevalensi dalam populasi sasaran. Indikator C.10 Kematian akibat infeksi HBV dan HCV Kategori indikator core M&E domain impact Health Domain(subdomain) mortalitas Definisi Kematian akibat karsinoma hepatoseluler (HCC), sirosis dan penyakit hati kronis yang disebabkan oleh infeksi HBV dan HCV Numerator Tak dapat diterapkan Denominator Jumlah penduduk dikurangi orang yang hidup dengan hepatitis C Disagregasi Jenis kelamin, usia (dewasa / anak-anak) Metode pengukuran, sumber data File registri kanker negara Relevansi dan interpretasi program Indikator ini menunjukkan kecenderungan kematian akibat penyakit hati kronis pada orang yang terinfeksi dengan hepatitis B atau C. kronis Efek samping pengobatan yang perlu dimonitoring ● Vitamin K : Mudah berkeringat, Gangguan indera pengecap, Bibir membiru, Pusing seperti hendak pingsan, Sesak napas, Kulit dan putih mata menguning. ● Adefovir : mual, muntah, dispepsia, nyeri abdomen, flatulen, diare; astenia, sakit kepala; gagal ginjal, hipofosfatemia; kulit kemerahan dan pruritus. ● Entecavir : Trombositopenia, Nyeri perut, Mual, Diare, Muntah, Sakit Kepala, Pusing, Insomnia, Terbentuk ruam, Alopesia (kebotakan). ● Simeprevir : mual, ruam, gatal, dyspnea, peningkatan bilirubin darah, fotosensitif. Penjelasan Bu Sabrina: Hepatitis adalah adanya peradangan dari liver. Dilihat dulu sifatnya viral atau nonviral. Kalo dari autoimun atau induksi obat obat tertentu yang sifatnya nonviral, tidak akan menular. Jika yang sifatnya viral diperhatikan lagi trasnmisinya. Misalnya Hepatitis A sangat beresiko kontak makanan yang terpapar. Hepatitis B berkaitan dengan cairan atau darah. Dilihat lagi inangnya. Maka penting menjaga imun. Hepatitis B fokusnya pada pencegaha.seperti bayi yang wajib dapat vaksin hepatitis B. hepatitis yang sudah mengalami Riwayat tidak perlu divaksin lagi. Pada Bayi yang sudah kemungkinan terinfeksi hepatitis maka tidak peril di H0 hanya perlu dijadwalkan kapan bayi perlu diberikan boster. Masa inkubasi Hepatitis B dan C memiliki waktu yang Panjang. Hepatitis A tatalaksananya simpoatis tidak ada terapi khusus. Lebih ke kondisi pasiennya supaya dapat mencover virusnya. Sehingga progresititasnya lebih kecil. Jika pada hepatitis B dan C butuh terapi yang lebih ketat, dikondisi tertentu perlu di kombinasi dengan interferon. Fungsi interferon adalah protein yang di produksi secara alami dalam tubuh yang berperan meningkatkan system imun dan menekan virus. Interferon di berikan setiap minggu sampai batas 1 tahun harapannya meminimalisir kerusakan hepar. Ditabahakan agen hepatoprotektor bisa sifatnya herbal atau sintesis untuk meminimalisir dari kerusakan. Gejala yang muncul tanda-tanda kuning karena proses pemecahan bilirubin terganggu. Tapi tidak semua mengalami ini. Yang mengalami ini karena adanya penurunan hati atau sudah sampai dengan sirosis. Non farmakologi penting untuk orang sekitarnya. Pasien dengan masa viral masih aktif harus dilakukan isolasi tergantung dari jenis hepatitsnya.