BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan salah satu komponen penting dalam pengeluaran agregat. Dalam perekonomian pengeluaran investasi dapat mendorong naik turunnya tingkat perekonomian suatu negara, karena mampu meningkatkan produksi dan kesempatan kerja. Investasi merupakan pengeluaran perusahan secara keseluruhan untuk membeli barang-barang modal riil, baik untuk mendirikan perusahaan-perusahaan baru maupun untuk memperluas usaha yang telah ada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (Sukirno, 2001: 106). Investasi bersumber dari sebagian pendapatan nasional yang disisihkan untuk tabungan, yang kemudian disalurkan melalui kredit perbankan serta instrumen-instrumen finansial lainnya seperti saham dan surat-surat berharga, serta dana dari luar negeri yang bersifat pinjaman maupun yang bersifat investasi langsung dari luar negeri. Motif dilakukan investasi yaitu untuk memperoleh keuntungan dari investasi tersebut. Ada dua faktor penting yang menentukan dalam investasi yaitu tingkat keuntungan bersih yang diharapkan dapat diperoleh dari pengeluran investasi dan tingkat suku bunga. Bila tingkat keuntungan bersih yang diharapkan adalah lebih tinggi dari tingkat suku bunga, maka investasi tersebut dilaksanakan karena menguntungkan. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga lebih tinggi daripada 14 tingkat keuntungan bersih yang diharapkan, maka investasi tersebut tidak menguntungkan dan tidak akan dilaksanakan (Sobri, 1986: 76). Investasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain tingkat suku bunga yang berlaku, tingkat pengembalian dari investasi (rate of return) dan proyek dari investasi untuk waktu yang akan datang, sedangkan pengembalian keputusan yang dipilih untuk melakukan investasi (Soediyono, 2000:165) adalah : 1) Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach) meliputi dua hal yaitu GPV (Gross Present Value) yaitu bahwa proyek investasi dianggap menguntungkan dan oleh karenanya dapat diterima dalam arti dapat dilaksanakan apabila nilai sekarang proyek investasi tersebut lebih besar daripada besarnya modal yang ditanam, dan NPV (Net Present Value) yaitu bahwa proyek investasi dianggap menguntungkan dan karenanya dapat diterima apabila proyek investasi tersebut mempunyai nilai sekarang netto lebih besar dari nol. 2) Pendekatan Marginal Efficiency of Capital (MEC) MEC dapat didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari sebuah proyek investasi dengan besarnya modal yang diperlukan untuk ditanam dalam proyek investasi tersebut. Mengingat bahwa hasil pengurangan jumlah investasi yang diperlukan terhadap GPV proyek investasi merupakan NPV proyek investasi, maka dapat pula dikatakan bahwa MEC merupakan tingkat diskonto yang tingginya menghasilkan nilai NPV proyek investasi sebesar nol. 15 Sementara menurut Raharja dan Manurung (2004: 50) investasi fisik adalah semua barang modal yang dihasilkan dan yang dipergunakan dalam produksi untuk masa depan yang berupa pabrik dan peralatan, bangunan dan persediaan barang (inventory). Dalam kehidupan sehari-hari pembelian saham atau obligasi juga disebut investasi, akan tetapi yang dimaksud dengan investasi hanya dalam arti akumulasi modal artinya investasi berupa pengeluaran-pengeluaran yang dapat meningkatkan stok barang modal (capital stock). Sumber pembentukan modal dapat digolongkan menjadi sumber domestik dan sumber eksternal. Sumber domestik yang dapat dikerahkan untuk pembentukan modal adalah kenaikan pendapatan nasional, pengurangan konsumsi, penggalakan tabungan, pendirian lembaga keuangan, mengerahkan simpanan emas, meningkatkan keuntungan maupun dengan kebijakan fiskal dan moneter. Sedangkan sumber eksternal pembentukan modal adalah modal asing, pembatasan impor barang-barang konsumsi dan perdagangan luar negeri yang menguntungkan. Menurut Sabri (1986, 78) pelaku investasi dapat dibedakan atas : 1) Investasi Pemerintah ( Public Investment ). Investasi ini umumnya dilakukan tidak dengan maksud mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti : jalan raya, rumah sakit, pelabuhan, pasar, dan fasilitas-fasilitas lainnya, yang mana investasi ini baru terasa bila pertambahan permintaan efektif yang akan dapat meningkatkan pendapatan, berarti memberi keuntungan bagi investasi tersebut. 16 2) Investasi Swasta ( Private Investment ). Jenis investasi ini dilakukan oleh pihak swasta baik swasta domestik atau dalam negeri maupun swasta asing dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Secara umum investasi menurut Sukirno (2001: 107) dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a) Autonomous Investment, yaitu macam investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya pada rehabilitasi prasarana jalan, irigasi, dan sebagainya. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. b) Induced Investment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi. c) Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya tingkat bunga uang atau modal yang berlaku di masyarakat. 2.1.2 Pengertian Penduduk Yang dimaksud dengan penduduk dalam Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1992 adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di 17 suatu tempat dalam batas wilayah negara/daerah pada waktu tertentu (Mantra, 2004: 3). Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan yang penting karena ia menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Sebagai akibat dari beberapa fungsinya ini maka penduduk bukan saja merupakan salah satu faktor produksi, akan tetapi akan lebih penting lagi penduduk merupakan unsur yag menciptakan dan mengembangkan teknologi dan yang mengorganisasi penggunaan berbagai faktor produksi. Penduduk sebagai sumber daya manusia memiliki peran ganda yaitu sebagai subyek yang sekaligus juga sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan, penduduk sebagai penyedia faktor produksi tenaga kerja berperan positif terhadap pembangunan atau perekonomian. Sedangkan sebagai obyek pembangunan perkembangan jumah penduduk secara potensial akan memperluas pasar di dalam negeri. 2.1.2.1 Hubungan Jumlah Penduduk dengan Investasi Perkembangan jumlah penduduk yang dilengkapi dengan pertumbuhan angkatan kerja dan keahlian atau ketrampilannya serta sikap mental terhadap pekerjaan dan kemampuan untuk berusaha sendiri merupakan modal utama bagi terciptanya investasi. Disamping itu perkembangan jumlah penduduk akan 18 cenderung terjadinya peningkatan kebutuhan akan konsumsi barang-barang dan jasa sehingga akan merangsang terjadinya pertumbuhan investasi. 2.1.3 Pengertian Suku Bunga Pengertian dasar tingkat suku bunga yaitu sebagai harga dari uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga “harga” ini biasa dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti, misalnya setahun (Boediono, 1985: 75), sedangkan suku bunga adalah harga atau balas jasa yang dibayarkan oleh masyarakat pada bank atas pinjaman yang telah dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu (Bank Indonesia, 2001: 7). Menurut Kasmir (1999: 121), terdapat dua macam bunga dalam kegiatan bank sehari-hari, yaitu : 1. Bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya contoh, jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. 2. Bunga pinjaman, yaitu bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank sebagai contoh bunga kredit. Mashab klasik menekankan bahwa tingkat suku bunga muncul karena masyarakat adalah produktif, dalam arti bahwa dengan uang di tangan seseorang pengusaha atau masyarakat bisa menambah poduksinya yang bisa menambah 19 keuntungan. Menurut Keynes tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Permintaan uang tinggi apabila tingkat bunga rendah. Jika tingkat suku bunga tinggi maka masyarakat cendrung berfikir kembali untuk mengambil kredit yang bisa melebihi keuntungan usaha yang akan dibiayai dengan pinjaman kredit itu (Nasution, 1998: 106). 2.1.3.1 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Investasi dan tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang sangat erat, besar kecilnya investasi akan tergantung pada tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga turun maka investasi akan bertambah dan jika tingkat suku bunga naik investasi akan menurun. Hubungan tingkat suku bunga dengan investasi adalah negatif. Hubungan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1 Hubungan Suku Bunga dengan Investasi Tingkat Bunga (r) r0 r1 I=f(r) 0 I0 Investasi (I) I1 Sumber : Sukirno (2001 : 69) 20 Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa hubungan antara tingkat suku bunga dengan investasi adalah berbalik. Pada saat tingkat suku bunga turun dari r0 ke r1, investasi bertambah dari I0 ke I1. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga naik dari r1 ke r0 maka investasi akan trun dari I1 ke I0. 2.1.4 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai lapangan usaha/sektor yang melakukan kegiatan usahanya di daerah/wilayah tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan dari faktor produksi atau semua barang dan jasa sebagai hasi dari kegiatankegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan adanya faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut (BPS Provinsi Bali, 2002). Ada tiga metode yang biasanya digunakan untuk menghitung PDRB adalah sebagai berikut. 1) Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit tersebut secara garis besar dibagi menjadi sembilan lapangan usaha yaitu : (1) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; (2) Pertambangan dan penggalian; (3) Industri pengolahan; (4) Listrik, gas, dan air bersih; (5) Bangunan; (6) Perdagangan, hotel, dan restoran; (7) Pengangkutan dan komunikasi; (8) 21 Lembaga keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; (9) Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2) Dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Selain itu penyusutan, pajak tidak langsung dan subsidi merupakan bagian yang harus diperhitungkan dalam PDRB melalui pendekatan ini. 3) Dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yng dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosial swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto yang merupakan ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga metode perhitungan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan faktor-faktor produksinya. Secara matematis, PDRB menurut pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Y = Ch + Cg + I + (X - M) Dimana : Ch : Konsumsi rumah tangga Cg : Konsumsi pemerintah I : Investasi 22 X : Ekspor M : Impor Y : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS Provinsi Bali, 2002) Dalam penyajiannya PDRB dibedakan menjadi : 1) PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB ini menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dihitung menurut harga tahun dasar. Perhitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi, dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Produk domestik ini jika dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran mengenai tingkat produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha tersebut. 2) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB ini menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut harga tahun berjalan. Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. 3) PDRB Atas Dasar Harga Pasar PDRB atas dasar harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah itu. 23 4) Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Perbedaan konsep neto dan konsep bruto adalah karena pada konsep bruto masih terdapat komponen penyusutan, sedang pada konsep neto penyusutan itu telah dikeluarkan. Penyusutan yang dmaksud adalah nilai susut barangbarang yang terjadi selama barang modal tersebut digunakan dalam proses produksi. 5) PDRB Atas Dasar Biaya Faktor Perbedaan antara konsep biaya faktor dan biaya pasar adalah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. 6) Pendapatan Regional Produk domestik regionl neto atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar maka hasilnya merupakan produk domestik regional neto yaitu merupakan pendapatan yang benar-benar diterima (Income Receipt) oleh penduduk. 7) Pendapatan Per Kapita Bila pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di region tersebut maka akan diperoleh pendapatan per kapita, yaitu pendapatan yang diterima oleh tiap penduduk. Data PDRB dapat dipergunakan untuk mengetahui berbagai kebutuhan, antara lain : 1) Pertumbuhan ekonomi, baik regional maupun sektoral. 2) Mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. 24 3) Perubahan harga barang secara keseluruhan. 4) Struktur perekonomian dan perubahannya. 5) Elastisitas kesempatan kerja. 6) Produktivitas persektoral PDRB menurut lapangan usaha dapat dibagi menjadi sembilan lapangan usaha yaitu : 1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kegiatan ekonomi yang termasuk sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam, pemeliharaan dan unggas, pemotongan hewan, penebangan kayu pengambilan hasil hutan, perburuan serta usaha pemeliharaan dan penangkapan berbagai jenis ikan. Termasuk pula dalam sektor-sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang dilakukan secara sedarhana. 2) Penggalian. Lapangan usaha yang termasuk dalam sektor penggalian mencakup seluruh usaha penggalian rakyat. Pada dasarnya usaha sektor ini dimaksudkan untuk meperoleh barang-barang galian, seperti batu, pasir, kapur, tanag liat dan garam. 3) Industri pengolahan. Sektor industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkat mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan 25 mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan atau oleh perusahaan lainnya. 4) Listrik, gas dan air bersih. Lapangan usaha yang termasuk dalam sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik yang diselenggarakan oleh PLN maupun non-PLN. Tenaga listrik yang dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor lain. Yang dimaksud dengan produksi listrik adalah jumlah kwh tanaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik yang terjual, susut dalam transmisi dan distribusi. Sektor air minum mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dalam proses kimiawi lainnya untuk untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyaluran melalui pipa baik ke rumah maupun perusahaan sebagai pemakai. 5) Bangunan. Sektor bangunan mencakup kegiatan kontruksi yang dilakukan baik oleh kontrksi umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain maupun oleh konstruksi khusus yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 6) Perdagangan, hotel dan restoran. Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan impor, kemudian menyalurkannya kepada konsumen tanpa merubah bentuk barang tersebut. Kegiatan perdagangan dibedakan menjadi 26 perdagangan besar dan eceran. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung ditempat penjualan, meliputi usaha restoran, bar, warung makan, usaha-usaha jasa boga dan sejenisnya. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan untuk jangka waktu relatif singkat. 7) Pengangkutan dan komunikasi Lapangan usaha ini meliputi kegiatan angkutan, baik angutan barang maupun penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Sektor-sektor ini terdiri dari angkutan jalan raya bus, taksi dan dokar maupun truk dan pedati serta angkutan laut untuk barang dan penumpang seperti angkutan samudera. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro seperti kegiatan pengiriman surat, paket, wesel, telegram dan sebagainya. 8) Bank dan lembaga keuangan lainnya. Kegiatan bank dan lembaga keuangan lainnya meliputi : a) Usaha jasa perbankan dan moneter seperti bank sentral, bank umum, bank pembangunan, bank devisa dan bank tabungan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini mencakup antara lain penerimaan dan pemberian pinjaman dan lainnya. b) Usaha jasa keuangan lainnya seperti lumbung desa, koperasi simpan pinjam, pedagang valuta asing, jasa pasar modal. c) Usaha jasa asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi bukan jiwa termasuk asuransi sosial yang dikelola oleh perum TASPEN. 27 d) Usaha persewaan bangunan dan tanah baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah. 9) Jasa-jasa Yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pemerintah dan jasa-jasa. Sektor jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan : a) Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan, arsiktektur dan lainnya. b) Jasa pemerintah umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. c) Jasa kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, palang merah, panti asuhan dan lainnya. d) Jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan poduksi dan distribusi film, jasa bioskop dan panggung hiburan, gedung olah raga, kolam renang, klub malam dan lainnya. e) Jasa perbengkelan, yang meliputi bengkel kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor, reparasi TV, radio, lemari es dan sebagainya. f) Jasa perorangan dan rumah tangga ialah jasa yang berkaitan erat dengan perorangan dan rumah tangga seperti tunkang cukur, tukang jahit, salon, pembantu rumah tangga dan sebagainya. 28 2.1.4.1 Hubungan PDRB dengan Investasi Pendapatan (Produk Domestik Regional Bruto) mempunyai kaitan yang erat dengan investasi, Meningkatnya tingkat pendapatan (PDRB) mempunyai tendensi meningkatnya perlintaan akan barang-barang dan jasa-jasa konsumsi. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan (PDRB) mengakibatkan meningkatnya jumlah proyek-proyek investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Hubungan PDRB dengan Investasi PDRB (Y) I = f(Y) Y2 Y1 0 I1 I2 Sumber : Sukirno (2001 : 116) Berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa pendapatan (PDRB) dan investasi mempunyai hubungan positif. Besar kecilnya investasi aka tergantung pada pendapatan. Adanya kenaikan investasi dari I1 ke I2 akibat adanya pertumbuhan pendapatan dari Y1 ke Y2. 29 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai investasi sudah pernah dilakukan. Berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian yang tekait dengan investasi. Apriliani (2005) mengadakan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Krisis Ekonomi terhadap Investasi Swasta yang Berorientasi Ekspor di Bali tahun 1991-2003”. Adapun independen variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah suku bunga kredit, PDRB, dan krisis ekonomi sebagai variabel dummy. Dependen variabelnya dalam hal ini adalah investasi swasta yang berorientasi ekspor di Bali. Pengolahan data terhadap variabel tersebut menunjukkan analisis regresi berganda sebagai berikut. = -46.000.000 + 1.443.933X1 + 0,003713X2 – 3.919.096D R2 = 0,726 F = 7,940 Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga berpengaruh nyata dan positif terhadap investasi swasta di Bali begitu pula untuk PDRB dengan koefisien regresi masingmasing +1.443.933 dan +0,003713, sedangkan krisis ekonomi sebagai variabel dummy menunjukkan bahwa investasi swasta yang berorientasi ekspor saat krisis ekonomi lebih rendah daripada sebelum krisis ekonomi terjadi. Berdasarkan hasil uji F, diperoleh bahwa secara serempak variabel suku bunga, PDRB, dan krisis ekonomi berpengaruh terhadap nilai investasi swasta di Bali pada tahun perhitungan tersebut (Nilai F hitung = 7,940). Selanjutnya dari 30 hasil analisis koefisien determinasi berganda dapat diketahui bahwa 72,60 persen variasi (naik turunnya) nilai investasi swasta yang berorientasi ekspor di Bali tahun 1991-2003 dipengaruhi secara bersama-sama oleh suku bunga kredit, PDRB, dan krisis ekonomi sedangkan sisanya sebesar 27,40 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah : Persamaannya yaitu kedua penelitian ini sama-sama menggunakan suku bunga sebagai variabel independen dan investasi sebagai variabel dependen. Keduanya menggunakan alat analisis yang sama yaitu regresi, uji multikolinearitas, dan autokorelasi dengan menggunakan software SPSS. Dan sama-sama memakai Provinsi Bali sebagai wilayah penelitian. Perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan time series 14 tahun dimulai dari tahun 1993 sampai dengan 2006, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan 13 tahun dimulai dari tahun 1991 sampai dengan 2003. Penelitian ini membahas tentang investasi di Provinsi Bali sedangkan penelitian sebelumnya mengkhususkan pembahasan pada investasi swasta yang berorientasi ekspor. Laba (2007) dengan judul tesis “Strategi Pengembangan Investasi di Provinsi Bali”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan peluang serta ancaman yang dihadapi pemerintah daerah Bali di dalam mengembangkan investasi di Provinsi Bali serta merumuskan strategi yang tepat di dalam mengembangkan investasi di Provinsi Bali. Adapun teknik analisis yang digunakan oleh penelitian sebelumnya, meliputi : 31 a. Metode deskriptip dan kuantitatif, dengan alat analisis SWOT. b. Method Judgement Sampling dan metode “Quota Sampling” dalam menentukan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan investasi di Provinsi Bali adalah strategi diversifikasi konsentris sesuai dengan posisi strategi pada kuadran II (dua), yaitu dengan meningkatkan kekuatan yang dimiliki dalam rangka mengatasi ancaman yang muncul. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada alat analisisnya dan kesamaannya terletak pada investasi sebagai variabel dependen dan lokasi penelitiannya di Provinsi Bali. 32