Uploaded by Oky

Kebijakan Hutang indonesia Oky Patria S

advertisement
Oky Patria Sadewa/2020
Kebijakan Hutang Indonesia


Sejarah Hutang Indonesia
Cerita tentang hutang adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari bagian sejarah pemerintah
Indonesia sejak awal kemerdekaan. Bahkan perjuangan untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan
Indonesia tersebut harus dikompromikan dengan kebijakan pengakuan hutang yang cukup besar.
Hal tersebut dituangkan dalam bagian kesepakatan Indonesia dengan Belanda dalam Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Dalam kesepakatan tersebut pemerintah Belanda bersedia
mengakui kedaulatan Indonesia dengan syarat Indonesia menanggung hutang luar negeri
pemerintah kolonial Hindia Belanda sebesar US$1,13 Milyar sebagai dampak biaya dan kerugian
karena perang yang diterima oleh Belanda. Hal tersebut menjadikan pemerintaah baru Indonesia
saat itu berdiri tidak dengan balance sheet nol. Karena hal tersebut pula untuk menggerakan
pemerintahan awal pasca kemerdekaan, Indonesia memerlukan pembiayaan sebagai pemenuhan
kebutuhan saat itu. Hal tersebut diupayakan dalam pemerintahan Presiden Soekarno atau Orde
Lama dengan menjadi negara anggota International Monetary Funding (IMF) pada tahun 53 yang
disahkan melalui UU No 5 Tahun 1954. Pemerintah meminjam dana dari IMF sebesar US$55 Juta
pada Agustus 1956 karena inflasi meroket yang disebabkan defisit anggaran dan penurunan devisa
dengan cepat. Pada akhir era orde lama Indonesia mencetak hutang sebesar US$2,3 Miliar (di luar
hutang Hindia Belanda sebesar US$ 1,13 Miliar).
Pergantian era menjadi orde baru membuat pemerintahan awal Presiden Soeharto harus
menanggung warisan hutang cukup besar. Alih-alih melakukan pelunasan atas hutang-hutang
warisan tersebut, kebijakan pemerintah orde baru cenderung lebih rajin melakukan pinjaman dalam
rangka mensukseskan program pembangunan yang dicanangkan. Dalam kurun waktu menjabat
selama 32 tahun era kepemimpinan the Smiling General telah “berhasil” mencetak hutang sebesar
US$68,7 Miliar atau setara Rp551,4 Triliun dengan rasio 57,7% atas PDB akhir masa
kepemimpinan sebesar Rp955,63 Triliun.
Pasca Reformasi dalam kepemipinan Prof. BJ Habiebie yang hanya berkisar satu tahun, Indonesia
mengalami peningkatan tingkat hutang Indonesia cukup besar yaitu menjadi Rp938,8 Triliun atau
setara US$132,2 Miliar. Hal tersebut membuat rasio hutang menjadi sebesar 85,4% atas PDB yang
dibukukan sebesar Rp1.099,29 Triliun.
Catatan pada era kepemimpinan Presiden Gus dur dan Megawati meskipun jumlah hutang
meningkat namun peningkatan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi membuat rasio hutang menjadi
menurun dibandingkan era kepemimpinan Prof. BJ Habiebie. Adapun masing-masing besaran
hutang dan rasio pada masa akhir kepemimpinan masing masing adalah sebesar Rp1.273,18 Triliun
atau setara US$122,3 Miliar (77,2%) dan 1.299,5 Triliun atau setara US$139,7 Miliar (56,5%).
Selanjutnya Pemerintahan dua periode kepemimpinan Presiden SBY, Indonesia mengalami
kenaikan dua kali jumlah hutang yang ditanggung namun rasio yang dibukukan menurun karena
PDB yang meningkat jauh lebih besar. Pada akhir dua periode tersebut, pemerintah menanggung
hutang luar negeri sebesar Rp2.608,78 Triliun atau setara dengan US$209,7 Miliar dengan rasio
hutang 24,7% dari PDB yang tercapai sebesar Rp10.542 Triliun.
Hutang Terkini
Bank Indonesia melalui laman resminya menyampaikan informasi bahwa pada Triwulan II Tahun
2020 Indonesia telah mencatat utang luar negeri (ULN) sebesar US$408,6 Miliar atau setara
Rp6.026,85 Triliun (kurs Rp14.750 per USD) yang terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan
Bank Sentral) sebesar US$199,3 Miliar dan sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$209,3
Miliar. Besaran ULN tersebut memiliki rasio 37,3% dari PDB yang dibukukan. Berdasarkan
Oky Patria Sadewa/2020
kilasan sejarah tersebut, berikut ini adalah gambaran perjalanan pertumbuhan hutang pemerintah
Indonesia yang telah divisualkan.
Pertumbuhan dan Rasio Hutang Indonesia
450
408,6
85,4%
400
80,0%
77,2%
350
70,0%
300
57,7%
60,0%
56,5%
250
50,0%
209,7
200
132,2
150
122,3
139,7
24,7%
68,7
100
50
90,0%
37,3%40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
3,43
0
0,0%
Orde Lama Orde Baru
Era BJ Era Gus Dur
Era
Habiebie
Megawati
Nilai (US$ Miliar)
Era SBY
Era Jokowi
(Agustus
2020)
Rasio thp PDB
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada pemerintahan Jokowi yang telah memasuki periode
kedua ini telah mengambil kebijakan hutang yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan jumlah hutang luar negeri hampir dua kali lipat daripada era sebelumnya dan juga
terdapat kenaikan rasio hutang sampai per Agustus 2020 sebesar 37,3% atas PDB. Hal tersebut
juga didukung dengan laporan APBN Kita yang diterbitkan bulan Juli yang menyatakan bahwa
hutang Pemerintah Pusat per akhir Juni 2020 adalah sebesar Rp5.264,07 Triliun. Secara rinci hal
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Besaran hutang pemerintah pusat tersebut memiliki rasio perbandingan dengan PDB sebesar
32,67%. Secara nominal, posisi utang tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Oky Patria Sadewa/2020

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya pemenuhan kebutuhan
pembiayaan kesehatan terkait dengan pandemi Covid-19.
Pemanfaatan hutang
Pertambahan jumlah hutang dari tahun ke tahun yang ditanggung negara tentunya menjadi
perhatian bagi beberapa akademisi dan politisi karena timbulnya kekuatiran akan risiko yang
dihadapi di masa yang akan datang. Kementerian keuangan selaku bendahara umum negara
menjawab kebijakan hutang tersebut perlu diambil dalam rangka mengejar ketertinggalan
infrastruktur dan masalah konektivitas menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang harus
ditanggung oleh masyarakat hingga rendahnya daya saing nasional. Inilah yang menjadi dasar
pemerintah mengakselerasi pembangunan infrastruktur demi mengejar ketertinggalan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kemenkeu menunjukkan data bahwa penyediaan
infrastruktur Indonesia masih di bawah rata-rata negara lain yang setara.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada tahun 2016, Indonesia memiliki posisi di bawah
indeks rata-rata dunia dengan negara-negara berpenghasilan yang setara. Realisasi fokus kebijakan
terkait dengan pembiayaan infrastruktur tersebut terlihat dengan jelas dari pertumbuhan anggaran
infrastruktur yang disusun dalam APBN selama lima tahun terakhir.
Pertumbuhan Anggaran
Infrastruktur
500
379,7
400
300
394
399,7
423,3
269,1
200
Triliun Rupiah
100
0
2016
2017
2018
Outlook
2019
APBN
2020
Oky Patria Sadewa/2020
Selain fokus fisik dalam bentuk infrastruktur, Indonesia memerlukan hutang untuk kebutuhan
pembangunan manusia yang masih tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dimiliki
oleh Indonesia pada tahun 2019 adalah senilai 0,7070. Hal tersebut mendudukan Indonesia pada
peringkat 111 dari 189 negara. Meskipun mengalami kenaikan sebesar 0,53 poin atau 0,745 %
dibanding tahun sebelumnya. Nilai IPM tersebut terdiri dari nilai Harapan Lama Sekolah (HLS)
sebesar 13,0, Purcahing Power Party (PPP) 11,3, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) 7,8 dan Usia
Harapan Hidup (UHH) 71,3. IPM Indonesia tersebut masih tertinggal dengan negara-negara
tetangganya seperti Malaysia, Filipina, Singapura,Thailand dan Brunei Darussalam. Hal tersebut
dapat dilihat secara detil melalui gambar berikut
Perbandingan IPM Indonesia dengan negara ASEAN (2019)
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,935
0,845
Filipina
0,765
0,707
0,581
Brunei

0,804
0,712
Indonesia Kamboja
0,604
Laos
0,693
0,584
Malaysia Myanmar Singapura Thailand
Vietnam
Menurut pemerintah saat ini, kebutuhan-kebutuhan atas ketertinggalan tersebut adalah hal yang
mendesak dan perlu dilakukan dengan segera meskipun pendapatan negara tidak mencukupi atas
belanja-belanja yang dikeluarkan. Alasan tersebut menjadi alasan rasional bagi pemerintah dalam
mengambil kebijakan hutang yang bahkan terus meningkat tahun-tahun ini.
Atas hal-hal tersebut pemerintah telah mengalokasikan hutang-hutang terebut ke dalam berbagai
sektor yaitu sektor kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 19,06%, sektor konstruksi sebesar 16,6%,
sektor pendidikan sebesar 16,1%, sektor administrasi, pertahanan dan jaminan sosial sebesar 15,4%
dan sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 13,2%.
Kesehatan hutang Indonesia
Debt-to-GDP Ratio
Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan
ketentuan bahwa besaran hutang yang diperbolehkan ditanggung oleh negara adalah sebesar 60%
dari PDB. Berdasarkan hal tersebut sejak akhir kepemimpinan presiden Megawati sampai saat ini
angka rasio hutang tidak pernah menyentuh batas yang ditetapkan oleh Undang-Undang tersebut.
Rasio hutang terhadap PDB atau Debt-to-GDP Ratio menurut investopedia adalah suatu ukuran
perbandingan hutang publik suatu negara dengan PDBnya. Dengan membandingkan hutang yang
dibuat dengan apa yang dihasilkannya, rasio tersebut menunjukkan kemampuan suatu negara yang
menerima hutang untuk membayar kembali hutangnya diwaktu yang akan datang. Semakin tinggi
rasio yang ada semakin tinggi risiko negara tersebut gagal bayar dan ketika suatu negara gagal
bayar maka hal tersebut menimbulkan kepanikan yang luar biasa dari pasar domestik maupun
internasional.
Oky Patria Sadewa/2020
Rasio hutang atas PDB Indonesa sendiri cenderung memiliki nilai yang masih rendah dibanding
dengan negara-negara lainnya. Berikut adalah data perbandingan Rasio Utang Terhadap PDB
Negara-Negara G20 pada tahun 2017 yang disajikan oleh Kata Data.
Meskipun rasio hutang yang bahkan Agustus 2020 ini masih tergolong rendah, hal tersebut bukan
berarti bahwa utang yang ditanggung oleh negara tidak memiliki risiko lain. Brian Sturges (20170
dalam artikelnya Debt to GDP Ratio: Use with Care menyatakan bahwa rasio ini menjelaskan
bilamana rasio suatu negara mencapai di atas 90% maka pertumbuhan ekonomi akan turun satu
poin setiap tahunnya namun hal menjadi suatu paradoks ketika melihat kondisi Jepang, Italia,
Singapura dan Amerika Serikat yang bahkan memiliki rasio hutang di atas 100% tidak
menunjukkan suatu potensi kegagalan bayar. Dalam kasus tersebut Brian Sturges berpendapat
bahwa negara-negara tersebut memiliki cadangan mata uang dunia dan tingkat kepemilikan utang
yang dikuasai oleh dalam negeri. Bagi Sturges hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengelompokan data yang kurang bertanggungjawab dari pencetus rasio hutang terhadap PDB.
Debt to Service Ratio (DSR)
DSR adalah suatu rasio yang mengukur arus kas entitas yang tersedia guna membayar kewajiban
hutangnya.. DSR bagi pemerintah diukur melalui jumlah pendapatan ekspor yang dibutuhkan suatu
negara untuk memenuhi pembayaran bunga dan pokok tahunan utang luar negerinya. BI
menerbitkan informasi bahwa untuk Triwulan II 2020 Hutang publik pemerintah Indonesia
memiliki besaran DSR sebesar 29,5% atau mengalami kenaikan dari DSR Triwulan sebelumnya
Oky Patria Sadewa/2020
yaitu sebesar 27,65%. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan hutang luar negeri
belum dibarengi dengan peningkatan kinerja ekspor dan komponen penambah devisa lainnya. Hal
tersebut tentunya menjad suatu kewaspadaan karean batas ideal yang ditetapkan IMF terkait DSR
adalah sebesar 25 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia harus menggenjot kinerja
ekspornya dan menggunakan pembiayaan hutang tersebut untuk hal yang lebih produktif.
Indonesia Debitur Murni
Jepang yang dicatat sebagai negara penghutang terbesar juga ternyata ditercatat sebagai negara
pemberi hutang terbesar di Dunia. Pada tahun 2020, Jepang memberikan pinjaman kepada sejumlah
negara di dunia dengan nilai besaran pinjaman yang mencapai sekitar US$ 3,4 Triliun nilai tersebut.
Berbeda dengan Indonesia yang berperan sebagai peminjam (debitur) murni. Bahkan Jepang pada
tahun 2020 menjadi peminjam asing terbesar bagi Indonesia dengan nilai pinjaman sebesar
US$12,08 Miliar. Peran tunggal Indonesia tersebut tentunya membuat posisi Indonesia dengan
rasio hutang relatif kecil tidak benar-benar lebih aman daripada Jepang.
Struktur Hutang Indonesia
Dalam Statistik Utang Sektor Publik Indonesia Triwulan II-2020 yang dirilis BI diketahui bahwa
hutang kotor sektor publik Indonesia adalah sebesar USS$770,3 Miliar. Hutang tersebut terdiri dari
hutang pemerintah, hutang perusahaan publik non keuangan dan perusahaan publik keuangan.
Pembagian hutang tersebut dapat dilihat menurut lembaganya melalui gambar berikut.
Hutang Publik Bruto berdasarkan Lembaga (US$ Miliar)
Pemerintah
318,91 371,54
Perus. Publik Non
Keuangan
79,84
Perus. Publik
Keuangan
Berdasarkan umur hutang, nilai tersebut terdiri dari hutang jangka pendek sebesar US$307,6 Miliar
dan jangka panjang sebesar US$462,7 Miliar. Besaran tersebut menunjukkan bahwa 60,07% dari
hutang kotor publik Indonesia adalah hutang yang bersifat jangka panjang. Hutang berjangka
panjang tersebut yang memiliki jatuh tempo dalam satu tahun ataupun kurang adalah sebesar
US$39,67 Miliar dan lebih dari satu tahun sebesar US$423,4 Miliar. Atas data di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam setahun ke depan hutang kotor yang akan jatuh tempo adalah sebesar
US$346,73 Miliar.
Oky Patria Sadewa/2020
Hutang Kotor Publik Indonesia berdasarkan Umur (US$ Miliar)
307,6
Hutang Jangka Pendek
462,7
Hutang Jangka Panjang

Berdasarkan kepemilikan hutang tersebut, besaran hutang kotor tersebut dimiliki oleh pelaku
domestik sebesar US$512,4 Miliar dan pelaku asing sebesar US$257,9 Miliar. Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar atau 66,51% dimiliki pelaku lokal dan sisanya 33,49% dimiliki
pelaku asing. Meskipun sebagaian besar hutang tersebut dipegang oleh pelaku domestik, 33,49%
yang dimiliki oleh pelaku asing tergolong angka yang cukup tinggi dibanding negara-negara
emerging market yang hanya berkisar 25%.
Biaya Hutang Tinggi
Strategi perolehan hutang Indonesia saat ini marak dilakukan dengan penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dan demi lakukanya penerbitan SUN tersebut pemerintah cenderung menetapkan
bunga yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain. Alhasil meskipun hutang tersebut laku
dipasaran namun akan menjadi beban yang cukup tinggi di masa yang akan datang. Jepang sendiri
meskipun Debt to PDB Rationya tertinggi di dunia menerbitkan surat hutang namun bunganya
bahkan mencapai 0% dan sebagian besar dikuasi oleh pelaku domestik.
Dampak hutang
Dampak Kesejahteraan
Dari gambar sebelumnya terkait pertumbuhan dan rasio hutang Indonesia dapat diketahui bahwa
peningkatan hutang yang diambil oleh pemerintah telah membuat PDB Indonesia naik juga. Namun
hal tersebut juga perlu diperhatikan dari tingkat inflasi yang terjadi pada sepanjang kebijakan
hutang yang dilakukan. PDB menjadi salah satu indikator tercapainya suatu kesejahteraan bagi
suatu negara. PDB Indonesia sendiri realisasi hingga Agutus 2020 melalui pendekatan ADHK
adalah baru mencapi Rp2.589,6 Triliun atau bila dihitung per kapita yang mana perkiraan jumlah
penduduk per Agustus adalah sebesar 268.583.016 jiwa adalah terealisasi sebesar Rp9.641.712.
Nilai tersebut bahkan membuat Indonesia per akhir Triwulan II 2020 naik golongan menjadi negara
berpendapatan menengah ke atas yaitu dengan pendapatan perkapita dengan rentang US$ 4.046
sampai dengan US$12.535. Namun hal tersebut bukan satu-satunya indikator bahwa Indonesia bisa
disebut telah mencapai kesejahteraan. Masih terdapat Pekerjaan rumah yang membuat Indonesia
perlu memperbaiki diri untuk mencapai kesejahteraan hal tersebut antara lain adalah Indeks
Pembangunan Manusia yang perlu ditingkatkan, Pengangguran yang masih tergolong tinggi karena
berada di atas 4%, Pemerataan yang diwakili GINI rasio yang tergolong masih cukup tinggi dan
faktor-faktor lainnya yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah bagaimana perkembangan PDB
setiap tahunnya dengan hutang yang dimiliki Indonesia.
Oky Patria Sadewa/2020
Hutang Indonesia dan Peningkatan PDB
Era Jokowi (2019)
Era SBY
Era Megawati
Era Gus Dur
Era BJ Habiebie
Orde Baru
0,00
5000,00
10000,00
Hutang (Rp triliun)

15000,00
20000,00
25000,00
PDB (Rp Triliun)
Pasar Bebas sebagai arena yang tak terhindarkan
Dalam buku Pengantar Ilmu Ekonomi dalam Kebijakan Publik (Nunuk Dwi Retnandari:2014)
diinyatakan bahwa kebijakan hutang menjadi pintu utama bagi negara-negara besar pemilik modal
menginvansi kebijakan dalam negeri negara-negara berkembang guna memuluskan kapital asing
ke negara tersebut. Dalam topeng globalisasi yang ada tentunya hal tersebut membuat Indonesia
masuk ke dalam pasar bebas dunia yang tidak adil. Ketidakadilan tersebut karena tidak
terpenuhinya dua syarat utama yaitu kesetaraan modal awal dan informasi yang sempurna tentang
pasar. Hal tersebut dianalogikan sebagai perlombaan lari yang diikuti oleh lima orang pelari dengan
kondisi yang berbeda atau tidak menguntungkan bagi pihak laiinya karena pelari (negara kapital
besar) dengan kondisi prima mampu dengan mudah meninggalkan pelari dengan kondisi terbatas
(negara-negara berkembang). Analogi tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang sulit
bersaing dengan beban berupa ketergantungan impor dan himpitan hutang yang ada. Dalam
persaingan bebas dan intervensi asing dalam kebijakan yang diambil dalam negeri maka
sebenarnya kita telah masuk pada imperialisme model baru.
Debt Trap?
Sepanjang tahun 2019, Indonesia telah membayar bunga hutang sebesar Rp275,5 Trilun nilai
tersebut mencapai hampir sepertiga belanja total lembaga non kementerian untuk realisai tahun
2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia perlu menganggarkan alokasi yang cukup besar
“hanya” untuk membayar bunga hutangnya saja. Selanjutnya untuk hutang luar negeri yang
dipinjam dengan mata uang asing tentunya hal tersebut harus dipengarui dengan fluktuasi nilai
tukar yang sangat cepat berubah. Menurut salah seorang Dosen UI, Indonesia secara teknikal telah
masuk ke dalam Jebakan hutang yang mana didefinisikan sebagai suatu situasi ketika peminjam
membayar hutangnya dengan melakukan pinjaman baru. Oleh karena hal tersebut Indonesia akan
sulit keluar dari siklus menghutang yang ada. Namun bilamana tersebut merupakan definisi jebakan
hutang maka tentunya hal tersebut telah dimulai sejak jaman kepemimpinan Presiden Soeharto.
Kesimpulan
Melihat sejarah panjang tentang hutang di Indonesia, maka adalah perlunya menyadari bahwa
hutang yang ditanggung oleh Indonesia saat ini adalah sebuah harga yang dibayar dari sebuah
kemerdekaan yang kita awali. Hal tersebut membuktikan bahwa hutang tidak selalu bersifat negatif
bahkan menunjukkan perubahan PDB yang naik dari era ke era kepemimpinan yang dapat diartikan
bahwa roda perekonomian di Indonesia bergerak semakin cepat. Namun hutang adalah hutang yang
Oky Patria Sadewa/2020

harus dibayar beserta segala kompensasinya baik bunga baik intervensi yang telah disepakati di
awal. Oleh karena itu,diperlukan pengelolaan yang super hati-hati atas kebijakan hutang yang telah
diambil atau akan diambil. Kebutuhan pembangunan dan beban yang akan ditanggung di masa
yang akan datang harus selalu menjadi pegangan utama supaya negara tersebut bisa tetap maju.
Dan tentunya akan sangat rugi kalau hutang negara tersebut harus pula dikorupsi oleh oknumoknum pengambil keputusan sehingga hutang yang biayanya mahal tesebut tidak akan mencapai
sasarannya. Oleh karena itu keuangan negara harus diawasi penggunaannya baik dari sisi value for
money dan kepatuhannya agar tidak menyimpang untuk menguntungkan salah satu pihak.
Rekomendasi
1. Pemanfaatan Pasar Modal
Sumber pembiayaan murni yang digunakan oleh Indonesia dalam membayar hutang adalah
pendapatan pajak dan pendapatan ekspor. Oleh karena itu pemerintah dengan menciptakan
pasar modal yang kredibel dan produktif mampu mendorong tingkat produksi dalam negeri
dalam melakukan ekspor. Dengan mempunyai pasar modal yang kuat dan baik akan
menjadi modal utama dalam memperoleh pendapatan devisa asing yang juga sangat
bermanfaat dalam proses pembayaran hutang dalam mata uang asing. Dalam
memanfaatkan hal tersebut tentunya pemerintah dan lembaga otoritas terkait perlu
bersinergi dalam upaya membangun iklim investasi pasar modal yang baik melalui
serangkaian kebijakan yang mendukung. Namun hal tersebut juga perlu pengawasan dan
limitasi yang ketat untuk menjaga pasar modal tetap fair dan sehat.
2. Peningkatan Penerimaan Pajak
Melanjutkan hal di atas selain penguatan pendapatan ekspor dengan maksimalisasi fungsi
pasar modal, maka pemerintah perlu menggenjot peneriman pajak yang ada. Rasio pajak
yang dicapai pada tahun 2019 atas PDB adalah sebesar 9,76 %. Hal tersebut tentunya masih
jauh di bawah rasio pajak yang ideal yaitu 20%. Oleh karena itu pemerintah perlu
memikirkan agar tingkat kesadaran pajak masyrakat lebih tinggi dan serius mencari
alternatif potensi pengenaan pajak yang belum tergali. Hal tersebut tentunya dibarengi
dengan peningkatan pengelolaan pemerintahaan yang baik secara umum dalam upaya
peningkatan kepercayaan publik pada pemerintah. Kinerja pemerintahan secara umum
adalah dinilai atas tingkat kerelaan masyarakat membayar pajak. Oleh karena itu
pemerintah harus memperbaiki dan meningkatkan kepercayaan publik tentunya salah satu
dengan komitmen pemberantasan korupsi dan komunikasi yang baik dan humanis. Berikut
adalah gambaran rasio pajak 5 tahun terakhir dan outlook untuk tahun 2021 yang disajikan
oleh Kata Data.
Oky Patria Sadewa/2020
3. Pemberantasan Korupsi
Pemerintah perlu serius dalam melakukan pemberantasan korupsi dan bukan hanya dengan
melakukan tindakan represif saja tetapi pemerintah perlu membangun suatu sistem
pengendalian yang baik dan akuntable tanpa mengurangi produktivitasnya. Biaya korupsi
yang muncul selain menimbulkan biaya ekonomi tinggi juga menimbulkan kerugian
berlipat atas tidak tercapainya tujuan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman. Pinjaman
tersebut yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kemampuan negara membayar
hutang tersebut harus tereduksi oleh biaya korupsi yang timbul. Oleh karena itu komitmen
pemerintahan baik birokrasi atau politik harus dibuktikan dengan pengambilan kebijakan
yang mendukung pemberantasan korupsi.
4. Manajemen Hutang yang sehat
Pemerintah perlu melihat kebijakan hutang tidak hanya melalui indikator-indikator
ekonomi saja namun perlu juga melihat dari pendekatan sosial kultur politik dan keamanan.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang berdampak multidimensional sehingga adalah
perlu bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan hutang dan mengelola hutang yang
sudah ada dengan sangat hati-hati. Pemerintah perlu meminimalkan short cut yang diambil
dalam kebutuhannya pembiayaannya dengan mekanisme pembiayaan yang lebih aman.
5. Belanja negara yang efektif, efisien dan ekonomis
Pemerintah perlu untuk tidak boros dalam membelanjakan keuangan negara supaya
pemanfaatan keuangan negara yang salah satunya melalui mekanimse hutang mampu
digunakan secara efektif, efisien dan ekonomis. Dengan tercapainya ketiga hal tersebut
tentunya laju pengejaran atas ketertinggalan yang dilakukan Indonesia mampu lebih
maksimal. Dalam hal ini alasan Indonesia berhutang dalam laman Kemenkeu “menjawab
utang” tidak hanya menjadi rasionalitas belaka tetapi diimplementasikan secara holistik.
Oky Patria Sadewa/2020

Referensi
1. Dwi Retnandari, Nunuk. (2013). Pengantar Ilmu Ekonomi dalam Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Sukirno Sadono. (1994). Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada.
3. Brian Sturges. (2017) Debt to GDP Ratio: Use With Care. World Economics. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2020 dari https://www.worldeconomics.com/Blogs/Debt
%20to%20GDP%20Ratio%20Use%20with%20Care_840ac1d7-fd30-4a91-b806-ee1183
212215.blog
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
5. Bank Indonesia (2020, 14 Agustus). Utang Luar Negeri Indonesia Triwulan II 2020
Meningkat diakses pada tanggal 13 Oktober 2020 dari https://www.bi.go.id/id/ruangmedia/info-terbaru/Pages/Utang-Luar-Negeri-Indonesia-Triwulan-II-2020Meningkat.aspx
6. CNN Indonesia. (2020, 12 Oktober 2020). Sri Mulyani Cerita Sejarah Utang dari Zaman
Merdeka. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020 dari https://www.cnnindonesia.com
/ekonomi/20201012114429-532-557303/sri-mulyani-cerita-sejarah-utang-dari-zamanmerdeka
7. CNN Indonesia (2019, 4 Januari) Membandingkan Manfaat Utang Era Soeharto Hingga
Jokowi.
Diakses
pada
tanggal
13
Oktober
2020
dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190104132206-532-358516/membandingkanmanfaat-utang-era-soeharto-hingga-jokowi
8. CNN Indonesia (2020, 13 Agustus). Faisal Basri Kritik Utang Boros Pemerintahan Jokowi.
Diakses
pada
tanggal
19
Oktober
2020
dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200813211622-532-535519/faisal-basrikritik-utang-boros-pemerintahan-jokowi
9. Historia. (2015, 28 April).Awal Mula Indonesia Mengutang Pada IMF. Diakses pada
tanggal 13 Oktober 2020 dari https://historia.id/politik/articles/awal-mula-indonesiamengutang-pada-imf-vQXVZ/page/1
10. Merdeka.com (2013, 9 Juli) Kebiasaan mewariskan utang sejak Soekarno hingga SBY.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020 dari https://www.merdeka.com/uang/kebiasaanmewariskan-utang-sejak-soekarno-hingga-sby.html
11. Portonews. (2017, 4 Desember) Mari Bicara Hutang Luar Negeri. Diakses pada tanggal 13
Oktober 2020 dari https://www.portonews.com/2017/laporan-utama/mari-bicara-utangluar-negeri/
12. Kementerian Keuangan. Menjawab Utang. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 dari
https://www.kemenkeu.go.id/menjawabutang
13. Kementerian keuangan. APBN 2020. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 dari
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020
14. Anadolu Agency. (2019, Desember 10) Indeks Pembangunan Manusia Indonesia masuk
kategori tinggi untuk pertama kali. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 dari
https://www.aa.com.tr/id/ekonomi/indeks-pembangunan-manusia-indonesia-masukkategori-tinggi-untuk-pertama-kali/1669127
15. CNBC Indonesia. (2020, 17 Februari) IPM RI Naik, Tapi Masih Kalah Sama Tetangga.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 dari https://www.cnbcindonesia.
com/news/20200217142358-4-138395/ipm-ri-naik-tapi-masih-kalah-sama-tetangga
Oky Patria Sadewa/2020
16. Inevstopedia (2020,31 Mei). Debt-to-GDP Ratio Definition. Diakses pada tanggal 14
Oktober
2020
dari
https://www.investopedia.com/terms/d/debtgdpratio.asp#:~
:text=The%20debt%2Dto%2DGDP%20ratio%20is%20the%20metric%20comparing%20
a,to%20pay%20back%20its%20debts.
17. Investopedia (2020,27 Juli). Debt-Service Coverage Ratio (DSCR). Diakses pada tanggal
19 Oktober 2020 dari https://www.investopedia.com/terms/d/dscr.asp
18. Okezone. (2020, 29 Mei) Negara Ini Jadi Pemberi Utang Terbesar di Dunia . Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2020 dari https://economy.okezone.com/read/2020/05/28/
320/2221175/negara-ini-jadi-pemberi-utang-terbesar-di-dunia
19. Warta Ekonomi (2020, 4 Maret). Siapa Negara Pemberi Utang ke Indonesia No 1? Bukan
China. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020 dari https://www.wartaekonomi.co.id
/read274972/siapa-negara-pemberi-utang-ke-indonesia-no-1-bukan-china
20. Bank Indonesia (2020) Statistik Utang Sektor Publik Indonesia Triwulan II-2020.
www.bi.go.id
21. Kata Data (2019, 1 Februari) Menakar Bahaya Utang Indonesia. Diakses pada tanggal 19
Oktober 2020 dari https://katadata.co.id/safrezifitra/indepth/5e9a5550b99bb/menakarbahaya-utang-indonesia
22. Kontan (2020, 21 Agustus) Debt service ratio meningkat, ekonom Indef ingatkan sudah di
level
waspada.
Diakses
pada
tanggal
19
Oktober
2020
dari
https://nasional.kontan.co.id/news/debt-service-ratio-meningkat-ekonom-indef-ingatkansudah-di-level-waspada#:~:text=Rasio%20pembayaran%20utang%20Indonesia%20at
au,meningkat%20menjadi%2029%2C50%25.&text=KONTAN.CO.ID%20%2D%20JAK
ARTA,tumbuh%205%2C0%25%20yoy.
23. Bisnis.com (2014, 29 November) Apa Itu Debt Service Ratio?. Diakses pada tanggal 19
Oktober 2020 dari https://finansial.bisnis.com/read/20141129/11/276443/apa-itu-debtservice-ratio
24. Kompas (2020, 12 Agustus) Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia 268.583.016
Jiwa. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 dari https://nasional.kompas.com
/read/2020/08/12/15261351/data-kependudukan-2020-penduduk-indonesia-268583016jiwa?page=all
25. Kata Data (2020, 2 Juli) Indonesia Resmi Naik Kelas jadi Negara Berpendapatan
Menengah ke Atas. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 dari
https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/5efd443e37e94/indonesia-resmi-naik-kelasjadi-negara-berpendapatan-menengah-ke-atas
26. Akurat (2019,11 Februari) Dosen UI: Indonesia Masuk 'Debt Trap', Utang Dibayar dengan
Mengutang. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 dari https://akurat.co/id-520912-readdosen-ui-indonesia-masuk-debt-trap-utang-dibayar-dengan-mengutang
27. Investor.id (2019, 2 Juli) Solusi Melunasi Utang Negara dan Swasta. Diakses pada tanggal
20 Oktober 2020 dari https://investor.id/opinion/solusi-melunasi-utang-negara-dan-swasta
28. Kementerian Keuangan (2019) Mengenal Rasio Pajak Indonesia. Diakses pada tanggal 20
Oktober
dari
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/mengenal-rasio-pajakindonesia/#:~:text=Terkait%20besaran%20ideal%20rasio%20pajak,yaitu%20ke%20arah
%2015%25%20keatas.&text=%22Kalau%20di%20Indonesia%20sekarang%20ini,11%2
C5%25%20ratio%20kita.
Download