BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir yang didapat dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data dari proses transaksi yang dilakukan perusahaan. Sehingga, diperoleh informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk periode tertentu (Hery, 2015). 2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada pihak internal ataupun pihak eksternal perusahaan tentang keadaan keuangan yang meliputi aset, kewajiban, dan modal perusahaan secara yang nantinya akan digunakan untuk menyusun strategi dan pengambilan keputusan (Hery, 2015). 2.1.1.3 Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut: 2.1.1.3.1 Laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2.1.1.3.2 Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; 2.1.1.3.3 Laporan perubahan ekuitas selama periode; 2.1.1.3.4 Laporan arus kas selama periode; 2.1.1.3.5 Catatan atas laporan keuangan; 2.1.1.3.6 Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif (IAI, 2019). Berikut akan dijelaskan mengenai setiap komponen penyusun laporan keuangan diatur dalam PSAK 1: 2.1.1.3.1 Laporan Posisi Keuangan Ini adalah berisikan informasi mengenai keadaan aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan untuk periode tertentu. 2.1.1.3.2 Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain Ini adalah mengenai laporan kinerja yang menampilkan perusahaan yang informasi menimbulkan perubahan terhadap kondisi keuangan perusahaan yang bersumber dari transaksi dan yang bukan berasal dari transaksi dengan atau kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. 2.1.1.3.2.1 Laba Rugi Laba rugi akan berisikan informasi pendapatan, beban, dan laba rugi perusahaan untuk periode tertentu. Pada laporan ini juga disampaikan mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. 2.1.1.3.2.2 Penghasilan Komprehensif Lain Bagian ini berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laporan laba rugi. 2.1.1.3.3 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan ini berisi informasi ekuitas perusahaan serta dokumen dan catatan yang berkaitan dengan ekuitas yang meliputi keputusan pembayaran deviden, koreksi laba rugi tahun lalu, perubahan struktur modal, dan perbahan komponen ekuitas lainnya (penghasilan komprehensif lain). 2.1.1.3.4 Laporan Arus Kas Informasi tentang kas dan setara kas dan arus penerimaan dan penggunaan dana kas dan setara kas. Penyusunan laporan arus kas dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dibuat berdasarkan jumlah penerimaan kas dan bank, serta data pendukung lainnya. Dan metode tidak langsung dengan membandingkan neraca awal dan neraca akhir, laporan laba rugi, dan pendukung lainnya (IAI, 2019). Laporan arus kas disusun dengan tujuan menyajikan informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas selama satu periode yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Selain itu, penyusunan laporan ini juga berguna bagi pengguna diantaranya. 2.1.1.3.4.1 Mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. 2.1.1.3.4.2 Mengevaluasi struktur keuangan dan kemampuan dalam memenuhi kewajiban dan pembayaran deviden. 2.1.1.3.4.3 Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan dengan arus kas neto dari kegiatan operasi (akrual). 2.1.1.3.4.4 Membandingkan kinerja operasi anatar laporan untuk perusahaan yang berbeda. 2.1.1.3.4.5 Memudahkan pengguna mengebangkan model untuk meniali dan membandngkan nilai kini arus kas masa depan antar entitas yangberbeda. Untuk laporan arus kas secara lebih detail diatur dalam PSAK 2 (Revisi 2014). Berikut ini akan disampaikan mengenai komponen penyususn laporan arus kas. 2.1.1.3.4.6 Aktivitas Operasional Arus kas dari aktivitas operasi adalah arus kas yang paling penting dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam mengelola dan menghasilkan arus kas untuk pengeluaran operasi perusahaan, melunasi liabilitas secara tepat waktu, membayar deviden, dan melakukan investasi baru atau ekspantasi secara mandiri, tanpa mengandalkan pembayaran dari luar, yaitu melalui pinjaman dari pihak ketiga atau penyetor modal baru dari pemilik. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: 2.1.1.3.4.6.1 Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa; 2.1.1.3.4.6.2 Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; 2.1.1.3.4.6.3 Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; 2.1.1.3.4.6.4 Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; 2.1.1.3.4.6.5 Penerimaan dan pembayaran kasi oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi klaim, anuitas, dan manfaat polis; 2.1.1.3.4.6.6 Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; 2.1.1.3.4.6.7 Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjual belikan. 2.1.1.3.4.7 Aktivitas Investasi Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: 2.1.1.3.4.7.1 Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri; 2.1.1.3.4.7.2 Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset berwujud, dan aset jangka panjang lain; 2.1.1.3.4.7.3 Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrument ekuitas perusahaan lain dan kepemilikan dalam ventura bersama; 2.1.1.3.4.7.4 Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrument ekuitas perusahaan lain dan kepemilikan ventura bersama; 2.1.1.3.4.7.5 Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain; 2.1.1.3.4.7.6 Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain. 2.1.1.3.4.8 Aktivitas Pendanaan Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan: 2.1.1.3.4.8.1 Penerimaan kas penerbitan dari saham atau instrumen modal lain; 2.1.1.3.4.8.2 Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham perusahaan; 2.1.1.3.4.8.3 Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain; 2.1.1.3.4.8.4 Pelunasan pinjaman; 2.1.1.3.4.8.5 Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi liabilitas dengan yang sewa saldo berkaitan pembiayaan (IAI, 2019). 2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Berikut ini fungsi laporan keuangan, bila ditinjau dari sudut pandang pengguna laporan keuangan. Pengguna internal laporan keuangan meliputi: 2.1.1.3.1 Direktur dan Manager Keuangan Untuk mengetahui kondisi keuangan, khususnya kas yang tersedia dan hal lain yang mempengaruhi besaran kas. 2.1.1.3.2 Direktur Operasional dan Manager Pemasaran Untuk mengetahui efektifitas penjualan yang dilakukan dengan skala yang sudah ditentukan, dan jika belum maksimal akan dilakukan penyususnan strategi untuk perumbuhana perusahan yang lebih maksimal. 2.1.1.3.3 Manager dan Supervisor Produksi Untuk menentukan harga pokok dari barang atau jasa yang diproduksi, yang nantinya akan dijadikan acuan untuk penentuan harga satuan. Pengguna eksternal laporan keuangan meliputi: 2.1.1.3.4 Investor (penanam modal) Unutk menentukan keputusan akan dilakukan pembelian saham atau penjualan saham. Melalui laporan keuangan ini seorang investor dapat melakukan analisis agar informasi yang diperoleh sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh investor. 2.1.1.3.5 Kreditor Untuk kreditor informasi ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat risiko yang akan dihadapi jika diberikan kredit atau pinjaman. Melallui ini seorang kreditor dapat meminimalisir risiko yang mungkin ditimbulkan. 2.1.1.3.6 Pemerintah Untuk menghitung dan menetapkan pajak yang akan harus dibayarkan perusahaan kepada negara. 2.1.1.3.7 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) BAPEPAM sangat memerlukan laporan keuangan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dengan tujuan dapat memberikan perlindungan kepada investor. 2.1.1.3.8 Ekonom, Praktisi, dan Analis Pihak ini menggunakan laporan keuangan dengan tujuan untuk memprediksi situasi perekonomian, menentukan besarnya tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan nasional, dan lainnya (Hery, 2015). 2.1.2 Kinerja Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah informasi atau gambaran keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menjalankan aktivitas sesuai dengan peraturan dan keputusan yang telah disusun perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan perusahaan. Informasi kinerja perusahaan akan sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai bentuk evaluasi dan dasar pengambilan keputusan (Fahmi, 2017). 2.1.2.2 Prosedur Analisis Kinerja Keuangan Proses penilaian kinerja pada suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti skala perusahaan, lokasi, dan kondisi ekonomi. Namun, adapun prosedur yang harus dilakukan dalam proses penilaian kinerja. Berikut akan dijelaskan untuk setiap tahapan yang harus dilakukan. 2.1.2.2.1 Riview Data Laporan Riview atau peninjauan merupakan langkah yang wajib dilakukan sebelum analisis dilakukan. Proses ini dilakukan dengan tujuan memastikan laporan keuangn sudah sesuai dengan sistematika dan kaidah yang berlaku secara umum dalam penyusunan laporan keuangan. 2.1.2.2.2 Menghitung Proses perhitungan ini akan dilakukan sesuai dengan teknik dan metode analisis yang akan dilakukan. Proses ini akan bergantung pada keadaan dan kondisi dari setiap perusahaan. 2.1.2.2.3 Membandingkan atau Mengukur Perbandingan merupakan langkah yang dilakukan dengan melihat dan melakukan evaluasi terhadap dua hal yang berbeda untuk memperoleh kesimpulan atau jawaban. Proses perbandingan ini terdiri dari 2 metode diantaranyan yaitu: 2.1.2.2.3.1 Cross sectional approach, perbandingan ini dilakukan dengan membandingkan keadaan perusahaan lain yang sejenis dengan perusahaan. 2.1.2.2.3.2 Time series analysis, perbandingan ini dilakukan dengan perusahaan yang sama namun, perbandingan dilakukan dengan periode lain. 2.1.2.2.4 Menginterpretasi Interpretasi atau penafsiran dilakukan untuk memberikan pandangan atas situasi yang terjadi. Melalui tahap ini akan diketahui permasalahan apa yang terjadi pada perusahaan. 2.1.2.2.5 Solusi Ini merupakan langkah terakhir dalam prores analisis kinerja, dalam proses ini dilakukan setelah semua permasalahan diketahui. Maka dilakukanlah proses pencarian dan pemberian solusi untuk perusahaan (Jumingan, 2014). Gambar 2.1 Alur Prosedur Analisis Laporan Keuangan Data Laporan Keuangan Neraca Laporan Laba Rugi Laporan Arus Kas Riview Cross Section Menghitung Membandingkan Time Series Menginterpretasi Solusi Sumber: (Jumingan, 2014). 2.1.3 Analisis Laporan Keuangan 2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah suatu proses pembedahan laporan keuangan, agar unsur penyusun laporan keuangan tersebut dapat ditelaah dengan baik dengan tujuan memperoleh informasi serta pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan yang tersaji, sehingga diperoleh informasi yang kompleks (Hery, 2015). 2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Berikut ini kan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari kegiatan analisis laporan keuangan adalah: 2.1.3.2.1 Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk periode tertentu dengan memperhatikan beberapa unsur diantaranya adalah aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode. 2.1.3.2.2 Untuk mengetahui kelemahan perusahaan untuk meminimalisir risiko yang mungkin ditimbulkan. 2.1.3.2.3 Untuk mengetahui kekuatan perusahaan agar dapat dikembangkan secara optimal dan menjadi keunggulan dari perusahaan. 2.1.3.2.4 Untuk menentukan strategi dalam proses pembenahan atau perbaikan yang akan dilakukan, yang berhubungan dengan posisi keuangan. 2.1.3.2.5 Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen. 2.1.3.2.6 Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah dicapai (Hery, 2015). 2.1.3.3 Prosedur Analisis Dalam proses analissi laporan keuangan ada beberapa tahap yang wajib diikuti agar diperoleh hasil analisis yang baik. Dan berikut terdapat enam langkah dalam analisis laporan keuangan, yaitu: 2.1.3.3.1 Menetapkan tujuan dan konteks analisis. 2.1.3.3.2 Mengumpulkan data. 2.1.3.3.3 Memproses data. 2.1.3.3.4 Menganalisis dan menginterpretasi data yang diproses. 2.1.3.3.5 Mengembangkan dan mengomunikasikan kesimpulan (dengan laporan). 2.1.3.3.6 Melakukan tindak lanjut (Prihadi, 2019). 2.1.3.4 Metode Analisis Laporan Keuangan Metode analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua cara diantaranya yaitu: 2.1.3.4.1 Analisis Vertikal (Statis) Ini merupakan analisis yang dilakukan hanya terhadap laporan keuangan datu periode. Cara analisis ini dapat dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan lain sejenis untuk periode yang sama. Dan pos yang dibandingkan haruslah sama. 2.1.3.4.2 Analisis Horisontal (Dinamis) Ini merupakan analisis yang dapat dilakukan terhadap laporan keuangan beberapa periode berbeda. Proses ini hanya dapat dilakukan pembandingan dengan perusahaan itu sendiri (Hery, 2015). 2.1.3.5 Teknik Analisis Laporan Keuangan 2.1.3.5.1 Analisis perbandingan adalah teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif). 2.1.3.5.2 Analisis trend, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. 2.1.3.5.3 Analisis presentase per komponen (Common Size), merupakan teknik untuk mengetahui persentase masingmasing komponen aset terhadap total aser; persentase masing-masing komponen utang dan modal terhadap total passiva (total aset); persentase masing-masing komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih. 2.1.3.5.4 Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja selama dua peiode waktu yang dibandingkan. 2.1.3.5.5 Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. 2.1.3.5.6 Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi. 2.1.3.5.7 Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari satu period eke periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor tersebut. 2.1.3.5.8 Analisis titik impas, adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2.1.3.5.9 Analisis kredit, adalah teknik analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada kreditor, seperti bank (Hery, 2015). 2.1.3.6 Rasio Arus Kas Adapun yang termasuk rasio laporan arus kas, yaitu sebagai berikut: 2.1.3.6.1 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar Rasio ini menunjukkan kemampuan arus kas operasi perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi dengan total kewajiban lancar. Rumus 2.1 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar Perusahaan yang memiliki arus kas operasi terhadap kewajiban lancar dibawah 1 berarti bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melunasi kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas. 2.1.3.6.2 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga Karena pembayaran bunga harus dilakukan dengan menggunakan kas, maka diperlukan suatu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman kepada kreditor, yang dimana dananya bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Rasio yang dimaksud adalah rasio arus kas operasi terhadap bunga. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi ditambah kas yang dibayarkan untuk bunga dan pajak dengan kas yang dibayarkan untuk bunga. Rumus 2.2 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga Arus kas operasi sebelum bunga dan pajak (Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak) digunakan sebagai unsur pembilang dalam rumus di atas karena bunga dibayar dari arus kas operasi sebelum pengurangan pajak dilakukan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa arus kas operasi perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan untuk tidak mampu membayar bunga menjadi sangat kecil. 2.1.3.6.3 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal Rasio ini digunakan untuk mengukur arus kas operasi yang tersedia untuk pengeluaran investasi. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi dengan kas yang dibayarkan untuk pengeluaran modal, seperti pembelian aset tetap, akuisisi bisnis, dan aktivitas investasi lainnya. Rumus 2.3 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan yang tinggi pula dari arus kas operasi perusahaan dalam membiayai pengeluaran modal (pembelian tambahan aset tetap, melakukan investasi, ataupun akuisisi). Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan harus mencari pendanaan eksternal (seperti melalui pinjaman dari kreditor atau pun tambahan dana dari investor) untuk membiayai ekspsnsi atau perluasan usahanya. 2.1.3.6.4 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Utang Rasio arus kas operasi terhadap total utang menunjukkan kemampuan arus kas operasi perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban, baik kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi dengan total utang. Rumus 2.4 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Utang Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dengan menggunakan arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi perusahaan. 2.1.3.6.5 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih Rasio arus kas operasi terhadap laba bersih menujukkan seberapa jauh penyesuaian dan asumsi akuntansi akrual mempengaruhi perhitungan laba bersih. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi dengan laba bersih. Rumus 2.5 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih Pada umumnya, rasio arus kas operasi terhadap laba bersih memiliki nilai di atas 1 karena adanya non cash expenses (beban-beban yang tidak memerlukan pengeluaran kas), seperti beban penyusutan, beban amortisasi, dan beban piutang tak tertagih yang sifatnya mengurangi laba bersih namun tidak berdampak terhadap arus kas operasi. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin baik, meskipun degan jumlah laba bersih yang kecil sebagai akibat besarnya beban non cash (Hery, 2015). 2.1.3.7 Sufficiency Ratio Sufficiency ratio adalah suatu proses yang dilakukan dengan membandingkan dengan pos yang berasal dari neraca dan laba rugi yang ada pada periode yang sama. Sufficiency ratio terdiri dari: 2.1.3.7.1 Cash Flow to Sales Ratio Penjualan sangat penting bagi perusahaan. Bahkan, aktivitas di arus kas operasi yang mendatangkan arus kas relative hanyalah kas dari peanggan, yang berarti dari penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar setiap kegiatan penjualan dapat menghasilkan arus kas operasional. Rasio ini dihitung dari hasil bagi arus kas operasi dibagi dengan penjualan (tunai dan kredit). Rumus 2.6 Cash Flow to Sales Ratio Untuk menjadi arus kas operasi, penjualan masih harus dikurangi dengn beban pokok dan biaya operasi yang kemudian disesaikan dengan penyusutan dan perubahan modal. Semakin besar angka ini maka semakin banyak kas yang dihasilkan dari penjualan. Sehingga, rasio ini sangat erat kaitannya dengan profit margin dan manajemen modal kerja. 2.1.3.7.2 Operations Index Ratio Laba adalah ukuran akrual, sementara arus kas operasi adalah ukuran kas. Kedua ukuran tersebut dipertemukan pada rasio operations index. Operation index adalah perbandingan antara arus kas operasi dengan income from continuing operation. Faktor yang membedakan cash flow from operation dengan laba adalah koreksi modal kerja dan koreksi penyusutan. Rumus 2.7 Operations Index Ratio Net income dan net income from continuing operation akan sama, kecuali jika terdapat pos luar biasa, discontinued operation, pengaruh komulatif atas perubahan akuntansi. Dengan demikian, pada laporan keuangan yang terdapat pos-pos tersebut, yang muncul di neraca hanya net income saja. 2.1.3.7.3 Cash Flow Return on Assets Ratio Cash flow return on assets (CFROA) mirip dengan ROA. Hanya saja basis nya adalah kas. Return yang diukur dalam satuan arus kas. Mestinya rasio ini lebih tingggi dari ROA biasa karena perusahaan pada umumnya menghasilkan arus kas operasi lebih tinggi dibanding laba. Jadi, secara normal, mestinya CFROA lebih tinggi dari ROA apabila perusahaan tidak mempunyai masalah modal kerja (Prihadi, 2019). Rumus 2.7 Cash Flow Return On Assets Ratio 2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian sebelumnya, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Murtianingsih dan Hastuti (2020) dengan judul Analisis Laporan Arus Kas untuk Menilai Kinerja Keuangan pada Industri Tekstil Garmen dan Daftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perusahaan tekstil dan garmen yang diteliti memiliki kinerja yang baik jika diteliti dari rasio arus kas terhadap bunga dan rasio arus kas terhadap laba bersih. Berdasarkan dari rasio arus kas terhadap kewajiban lancar, pengeluaran modal, dan total hutang, perusahaan tekstil dan garmen memiliki kinerja yang kurang baik. Dengan menggunakan arus kas dapat diketahui realisasi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan, sehingga rasio arus kas ini dapat membantu investor untuk mengetahui bagaimana keberhasilan dan kegagalan perusahaan dan bagaimana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas dimasa depan untuk membayar deviden (Murtianingsih & Hastuti, 2020). 2.2.2 Menurut hasil penelitian Trisilia Kaloh, Ventje Ilat, dan Sonny Pangerapan (2018) dengan judul Analisis Laporan Arus Kas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian Suatu keharusan bagi perusahaan untuk memasukkan laporan arus kas dalam laporan keuangan. Satu analisis kinerja keuangan dengan menggunakan laporan arus kas yaitu rasio arus kas pernyataan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan enam makanan dan perusahaan minuman selama 2014-2017. Penelitian ini menggunakan metode analisis rasio. Itu rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio arus kas operasi, rasio arus kas operasi bunga, rasio belanja modal, rasio total utang, dan rasio arus kas batas pemasukan. Dari hasil perhitungan menggunakan analisis rasio laporan arus kas diperoleh bahwa dari enam perusahaan makanan dan minuman yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT. UltraJaya Milk Industry & Trading Company Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami peningkatan yang sangat baik meskipun tidak terlalu tinggi (Kaloh et al., 2018). 2.2.3 Menurut hasil penelitian Muslimin (2019) dengan judul Analisis Laporan Arus Kas untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Hasil penelitian menunjukkan jumlah arus kas perusahaan selama periode 20132017 berada dalam kondisi tidak likuid jika dinilai dari segi aktivitas operasionalnya. Dengan analisis rasio yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan arus kas khususnya pada aktivitas operasi setiap tahunnya dan kemampuan perusahaan dalam mengatasi kewajiban lancarnya masih belum bisa teratasi. Hal ini menunjukkan PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk. berada dalam kondisi yang kurang baik selama periode 2013-2017 (Muslimin, 2019). 2.2.4 Menurut hasil penelitian Nurlia Ramadhani (2017) dengan judul penelitian Analisis Laporan Arus Kas untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Handjaya Mandala Sampoerna, TBK. yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode secara deskriptif baik bersifat kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan arus kas periode tahun 2011-2015, dengan menggunakan rasio arus kas operasi menunjukkan rasio yang rendah karena mulai tahun 2012-2015 nilai rasio berada di bawah 1 dan cenderung mengalami penurunan. Hanya pada tahun 2011 rasio berada di atas 1 sehingga disimpulkan kemungkinan PT HM Sampoerna, Tbk tidak mampu membayar kewajiban lancarnya melalui arus kas dari aktivitas operasi saja. Hasil penelitian juga menunjukkan kemampuan arus kas operasi dalam membayar hutang lancar perusahaan periode tahun 2011-2015 mengalami penurunan tiap tahunnya, namun pada tahun 2011 nilai rasio cakupan kas terhadap hutang lancar perusahaan lebih tinggi dan kemungkinan perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam menutupi hutang lancarnya. Dan kemampuan laba sebelum pajak dalam menutup komitmen-komitmen perusahaan yang akan jatuh tempo periode tahun 2011-2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini menunjukkan kemampuan kinerja keuangan yang baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen yang akan jatuh tempo (Ramadhani et al., 2017). 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka berpikir adalah skema yang menyajikan sistematika penelitian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pada penelitian dibuatnya kerangka berpikir untuk menggambarkan penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan PT HM Sampoerna Tbk. Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini: Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Penelitian Investasi Laporan Keuangan PT HM Sampoerna Tbk. Penilaian Kinerja Keuangan Analisis Laporan Arus Kas Instrumen yang diperlukan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Laporan Laba Rugi Laporan Arus Kas Rasio yang akan digunakan Sufficiency Ratio Rasio Arus Kas Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal Arus Kas Operasi Terhadap Total Utang Lancar Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih Cash Flow to Sales Cash Flow Return on Assets Hasil Penelitian Analisis Hasil Penelitian Kesimpulan