Uploaded by User111184

2

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir yang didapat dari
serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data dari proses
transaksi
yang
dilakukan
perusahaan.
Sehingga,
diperoleh
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk periode
tertentu (Hery, 2015).
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan informasi kepada pihak internal ataupun pihak
eksternal perusahaan tentang keadaan keuangan yang meliputi aset,
kewajiban, dan modal perusahaan secara yang nantinya akan
digunakan untuk menyusun strategi dan pengambilan keputusan
(Hery, 2015).
2.1.1.3 Komponen Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri atas
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
2.1.1.3.1 Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2.1.1.3.2 Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
selama periode;
2.1.1.3.3 Laporan perubahan ekuitas selama periode;
2.1.1.3.4 Laporan arus kas selama periode;
2.1.1.3.5 Catatan atas laporan keuangan;
2.1.1.3.6 Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
(IAI, 2019).
Berikut akan dijelaskan mengenai setiap komponen penyusun
laporan keuangan diatur dalam PSAK 1:
2.1.1.3.1 Laporan Posisi Keuangan
Ini adalah berisikan informasi mengenai keadaan aset,
liabilitas, dan ekuitas perusahaan untuk periode tertentu.
2.1.1.3.2 Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain
Ini
adalah
mengenai
laporan
kinerja
yang
menampilkan
perusahaan
yang
informasi
menimbulkan
perubahan terhadap kondisi keuangan perusahaan yang
bersumber dari transaksi dan yang bukan berasal dari
transaksi
dengan
atau
kepada
pemilik
dalam
kapasitasnya sebagai pemilik.
2.1.1.3.2.1 Laba Rugi
Laba
rugi
akan
berisikan
informasi
pendapatan, beban, dan laba rugi perusahaan
untuk periode tertentu. Pada laporan ini juga
disampaikan
mengenai
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba.
2.1.1.3.2.2 Penghasilan Komprehensif Lain
Bagian ini berisi pos-pos pendapatan dan
beban yang tidak diakui dalam laporan laba
rugi.
2.1.1.3.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini berisi informasi ekuitas perusahaan serta
dokumen dan catatan yang berkaitan dengan ekuitas
yang meliputi keputusan pembayaran deviden, koreksi
laba rugi tahun lalu, perubahan struktur modal, dan
perbahan
komponen
ekuitas
lainnya
(penghasilan
komprehensif lain).
2.1.1.3.4 Laporan Arus Kas
Informasi tentang kas dan setara kas dan arus
penerimaan dan penggunaan dana kas dan setara kas.
Penyusunan laporan arus kas dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung dibuat berdasarkan jumlah
penerimaan kas dan bank, serta data pendukung lainnya.
Dan metode tidak langsung dengan membandingkan
neraca awal dan neraca akhir, laporan laba rugi, dan
pendukung lainnya (IAI, 2019).
Laporan arus kas disusun dengan tujuan menyajikan
informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas
selama satu periode yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Selain itu,
penyusunan laporan ini juga berguna bagi pengguna
diantaranya.
2.1.1.3.4.1 Mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas.
2.1.1.3.4.2 Mengevaluasi
struktur
keuangan
dan
kemampuan dalam memenuhi kewajiban dan
pembayaran deviden.
2.1.1.3.4.3 Memahami pos yang menjadi selisih antara
laba rugi periode berjalan dengan arus kas
neto dari kegiatan operasi (akrual).
2.1.1.3.4.4 Membandingkan
kinerja
operasi
anatar
laporan
untuk
perusahaan yang berbeda.
2.1.1.3.4.5 Memudahkan
pengguna
mengebangkan model untuk meniali dan
membandngkan nilai kini arus kas masa
depan antar entitas yangberbeda.
Untuk laporan arus kas secara lebih detail diatur dalam
PSAK 2 (Revisi 2014). Berikut ini akan disampaikan
mengenai komponen penyususn laporan arus kas.
2.1.1.3.4.6 Aktivitas Operasional
Arus kas dari aktivitas operasi adalah arus
kas yang paling penting dan dapat dijadikan
sebagai
bahan
untuk
mengevaluasi
kemampuan entitas dalam mengelola dan
menghasilkan arus kas untuk pengeluaran
operasi perusahaan, melunasi liabilitas secara
tepat
waktu,
membayar
deviden,
dan
melakukan investasi baru atau ekspantasi
secara
mandiri,
tanpa
mengandalkan
pembayaran dari luar, yaitu melalui pinjaman
dari pihak ketiga atau penyetor modal baru
dari pemilik.
Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
2.1.1.3.4.6.1 Penerimaan kas dari penjualan
barang atau jasa;
2.1.1.3.4.6.2 Penerimaan kas dari royalty,
fees, komisi, dan pendapatan
lain;
2.1.1.3.4.6.3 Pembayaran
kas
kepada
pemasok barang dan jasa;
2.1.1.3.4.6.4 Pembayaran kas kepada dan
untuk kepentingan karyawan;
2.1.1.3.4.6.5 Penerimaan dan pembayaran
kasi oleh perusahaan asuransi
sehubungan
dengan
premi
klaim, anuitas, dan manfaat
polis;
2.1.1.3.4.6.6 Pembayaran
kas
atau
penerimaan kembali (restitusi)
pajak penghasilan kecuali jika
dapat
diidentifikasi
secara
khusus sebagai bagian dari
aktivitas
pendanaan
dan
investasi;
2.1.1.3.4.6.7 Penerimaan dan pembayaran
kas dari kontrak yang dimiiliki
untuk tujuan diperdagangkan
atau diperjual belikan.
2.1.1.3.4.7 Aktivitas Investasi
Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah:
2.1.1.3.4.7.1 Pembayaran
kas
untuk
membeli aset tetap, aset tak
berwujud, dan aset jangka
panjang lain, termasuk biaya
pengembangan
yang
dikapitalisasi dan aset tetap
yang dibangun sendiri;
2.1.1.3.4.7.2 Penerimaan kas dari penjualan
aset tetap, aset berwujud, dan
aset jangka panjang lain;
2.1.1.3.4.7.3 Pembayaran
kas
untuk
membeli instrumen utang atau
instrument ekuitas perusahaan
lain dan kepemilikan dalam
ventura bersama;
2.1.1.3.4.7.4 Pembayaran
kas
untuk
membeli instrumen utang atau
instrument ekuitas perusahaan
lain dan kepemilikan ventura
bersama;
2.1.1.3.4.7.5 Uang muka dan pinjaman
yang diberikan kepada pihak
lain;
2.1.1.3.4.7.6 Penerimaan kas dari pelunasan
uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain.
2.1.1.3.4.8 Aktivitas Pendanaan
Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
pendanaan:
2.1.1.3.4.8.1 Penerimaan
kas
penerbitan
dari
saham
atau
instrumen modal lain;
2.1.1.3.4.8.2 Pembayaran
kas
kepada
pemilik untuk menarik atau
menebus saham perusahaan;
2.1.1.3.4.8.3 Penerimaan
kas
dari
penerbitan obligasi, pinjaman,
wesel, hipotik, dan pinjaman
jangka pendek dan jangka
panjang lain;
2.1.1.3.4.8.4 Pelunasan pinjaman;
2.1.1.3.4.8.5 Pembayaran kas oleh lessee
untuk
mengurangi
liabilitas
dengan
yang
sewa
saldo
berkaitan
pembiayaan
(IAI, 2019).
2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan
Berikut ini fungsi laporan keuangan, bila ditinjau dari sudut
pandang pengguna laporan keuangan. Pengguna internal laporan
keuangan meliputi:
2.1.1.3.1 Direktur dan Manager Keuangan
Untuk mengetahui kondisi keuangan, khususnya kas
yang tersedia dan hal lain yang mempengaruhi besaran
kas.
2.1.1.3.2 Direktur Operasional dan Manager Pemasaran
Untuk mengetahui efektifitas penjualan yang dilakukan
dengan skala yang sudah ditentukan, dan jika belum
maksimal akan dilakukan penyususnan strategi untuk
perumbuhana perusahan yang lebih maksimal.
2.1.1.3.3 Manager dan Supervisor Produksi
Untuk menentukan harga pokok dari barang atau jasa
yang diproduksi, yang nantinya akan dijadikan acuan
untuk penentuan harga satuan.
Pengguna eksternal laporan keuangan meliputi:
2.1.1.3.4 Investor (penanam modal)
Unutk menentukan keputusan akan dilakukan pembelian
saham atau penjualan saham. Melalui laporan keuangan
ini seorang investor dapat melakukan analisis agar
informasi yang diperoleh sesuai dengan kriteria yang
diinginkan oleh investor.
2.1.1.3.5 Kreditor
Untuk kreditor informasi ini akan digunakan untuk
mengetahui tingkat risiko yang akan dihadapi jika
diberikan kredit atau pinjaman. Melallui ini seorang
kreditor dapat meminimalisir risiko yang mungkin
ditimbulkan.
2.1.1.3.6 Pemerintah
Untuk menghitung dan menetapkan pajak yang akan
harus dibayarkan perusahaan kepada negara.
2.1.1.3.7 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
BAPEPAM sangat memerlukan laporan keuangan
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan
dengan
tujuan
dapat
memberikan
perlindungan kepada investor.
2.1.1.3.8 Ekonom, Praktisi, dan Analis
Pihak ini menggunakan laporan keuangan dengan tujuan
untuk memprediksi situasi perekonomian, menentukan
besarnya
tingkat
inflasi,
pertumbuhan
pendapatan
nasional, dan lainnya (Hery, 2015).
2.1.2
Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja
keuangan
adalah
informasi
atau
gambaran
keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menjalankan
aktivitas sesuai dengan peraturan dan keputusan yang telah disusun
perusahaan
untuk
meningkatkan
keberhasilan
perusahaan.
Informasi kinerja perusahaan akan sangat diperlukan oleh
perusahaan sebagai bentuk evaluasi dan dasar pengambilan
keputusan (Fahmi, 2017).
2.1.2.2 Prosedur Analisis Kinerja Keuangan
Proses penilaian kinerja pada suatu perusahaan akan berbeda
dengan perusahaan lainnya, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
seperti skala perusahaan, lokasi, dan kondisi ekonomi. Namun,
adapun prosedur yang harus dilakukan dalam proses penilaian
kinerja. Berikut akan dijelaskan untuk setiap tahapan yang harus
dilakukan.
2.1.2.2.1 Riview Data Laporan
Riview atau peninjauan merupakan langkah yang wajib
dilakukan sebelum analisis dilakukan. Proses ini
dilakukan dengan tujuan memastikan laporan keuangn
sudah sesuai dengan sistematika dan kaidah yang berlaku
secara umum dalam penyusunan laporan keuangan.
2.1.2.2.2 Menghitung
Proses perhitungan ini akan dilakukan sesuai dengan
teknik dan metode analisis yang akan dilakukan. Proses
ini akan bergantung pada keadaan dan kondisi dari setiap
perusahaan.
2.1.2.2.3 Membandingkan atau Mengukur
Perbandingan
merupakan
langkah
yang dilakukan
dengan melihat dan melakukan evaluasi terhadap dua hal
yang berbeda untuk memperoleh kesimpulan atau
jawaban. Proses perbandingan ini terdiri dari 2 metode
diantaranyan yaitu:
2.1.2.2.3.1 Cross sectional approach, perbandingan ini
dilakukan dengan membandingkan keadaan
perusahaan
lain
yang
sejenis
dengan
perusahaan.
2.1.2.2.3.2 Time series analysis, perbandingan ini
dilakukan dengan perusahaan yang sama
namun,
perbandingan
dilakukan
dengan
periode lain.
2.1.2.2.4 Menginterpretasi
Interpretasi atau penafsiran dilakukan untuk memberikan
pandangan atas situasi yang terjadi. Melalui tahap ini
akan diketahui permasalahan apa yang terjadi pada
perusahaan.
2.1.2.2.5 Solusi
Ini merupakan langkah terakhir dalam prores analisis
kinerja, dalam proses ini dilakukan setelah semua
permasalahan diketahui. Maka dilakukanlah proses
pencarian dan pemberian solusi untuk perusahaan
(Jumingan, 2014).
Gambar 2.1
Alur Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Data Laporan Keuangan
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Arus Kas
Riview
Cross Section
Menghitung
Membandingkan
Time Series
Menginterpretasi
Solusi
Sumber: (Jumingan, 2014).
2.1.3
Analisis Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses pembedahan
laporan keuangan, agar unsur penyusun laporan keuangan tersebut
dapat ditelaah dengan baik dengan tujuan memperoleh informasi
serta pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan yang
tersaji, sehingga diperoleh informasi yang kompleks (Hery, 2015).
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Berikut ini kan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari
kegiatan analisis laporan keuangan adalah:
2.1.3.2.1 Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk
periode tertentu dengan memperhatikan beberapa unsur
diantaranya adalah aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil
usaha yang telah dicapai selama beberapa periode.
2.1.3.2.2 Untuk
mengetahui
kelemahan
perusahaan
untuk
meminimalisir risiko yang mungkin ditimbulkan.
2.1.3.2.3 Untuk mengetahui kekuatan perusahaan agar dapat
dikembangkan secara optimal dan menjadi keunggulan
dari perusahaan.
2.1.3.2.4 Untuk menentukan strategi dalam proses pembenahan
atau perbaikan yang akan dilakukan, yang berhubungan
dengan posisi keuangan.
2.1.3.2.5 Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.
2.1.3.2.6 Sebagai
pembanding
dengan
perusahaan
sejenis,
terutama mengenai hasil yang telah dicapai (Hery, 2015).
2.1.3.3 Prosedur Analisis
Dalam proses analissi laporan keuangan ada beberapa tahap
yang wajib diikuti agar diperoleh hasil analisis yang baik. Dan
berikut terdapat enam langkah dalam analisis laporan keuangan,
yaitu:
2.1.3.3.1 Menetapkan tujuan dan konteks analisis.
2.1.3.3.2 Mengumpulkan data.
2.1.3.3.3 Memproses data.
2.1.3.3.4 Menganalisis dan menginterpretasi data yang diproses.
2.1.3.3.5 Mengembangkan dan mengomunikasikan kesimpulan
(dengan laporan).
2.1.3.3.6 Melakukan tindak lanjut (Prihadi, 2019).
2.1.3.4 Metode Analisis Laporan Keuangan
Metode analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan
dua cara diantaranya yaitu:
2.1.3.4.1 Analisis Vertikal (Statis)
Ini merupakan analisis yang dilakukan hanya terhadap
laporan keuangan datu periode. Cara analisis ini dapat
dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan
perusahaan lain sejenis untuk periode yang sama. Dan
pos yang dibandingkan haruslah sama.
2.1.3.4.2 Analisis Horisontal (Dinamis)
Ini merupakan analisis yang dapat dilakukan terhadap
laporan keuangan beberapa periode berbeda. Proses ini
hanya dapat dilakukan pembandingan dengan perusahaan
itu sendiri (Hery, 2015).
2.1.3.5 Teknik Analisis Laporan Keuangan
2.1.3.5.1 Analisis perbandingan adalah teknik analisis dengan cara
membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau
lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah
(absolut) maupun dalam persentase (relatif).
2.1.3.5.2 Analisis
trend,
merupakan
teknik
analisis
yang
digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan
dan kinerja perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan.
2.1.3.5.3 Analisis presentase per komponen (Common Size),
merupakan teknik untuk mengetahui persentase masingmasing komponen aset terhadap total aser; persentase
masing-masing komponen utang
dan modal terhadap
total passiva (total aset); persentase masing-masing
komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih.
2.1.3.5.4 Analisis
sumber
dan
penggunaan
modal
kerja,
merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja selama dua peiode waktu yang dibandingkan.
2.1.3.5.5 Analisis sumber dan penggunaan kas, merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi kas
dan perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
2.1.3.5.6 Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui hubungan di antara pos
tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi.
2.1.3.5.7 Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari
satu period eke periode berikutnya, serta sebab-sebab
terjadinya perubahan laba kotor tersebut.
2.1.3.5.8 Analisis titik impas, adalah teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.1.3.5.9 Analisis kredit, adalah teknik analisis yang digunakan
untuk menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit
debitor kepada kreditor, seperti bank (Hery, 2015).
2.1.3.6 Rasio Arus Kas
Adapun yang termasuk rasio laporan arus kas, yaitu sebagai
berikut:
2.1.3.6.1 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar
Rasio ini menunjukkan kemampuan arus kas operasi
perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio
ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi
dengan total kewajiban lancar.
Rumus 2.1
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar
Perusahaan yang memiliki arus kas operasi terhadap
kewajiban lancar dibawah 1 berarti bahwa perusahaan
tersebut tidak mampu melunasi kewajiban lancarnya
hanya dengan menggunakan arus kas.
2.1.3.6.2 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga
Karena pembayaran bunga harus dilakukan dengan
menggunakan kas, maka diperlukan suatu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar
bunga pinjaman kepada kreditor, yang dimana dananya
bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Rasio yang
dimaksud adalah rasio arus kas operasi terhadap bunga.
Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas
operasi ditambah kas yang dibayarkan untuk bunga dan
pajak dengan kas yang dibayarkan untuk bunga.
Rumus 2.2
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga
Arus kas operasi sebelum bunga dan pajak (Arus Kas
Operasi + Bunga + Pajak) digunakan
sebagai unsur
pembilang dalam rumus di atas karena bunga dibayar
dari arus kas operasi sebelum pengurangan pajak
dilakukan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa arus
kas operasi perusahaan memiliki kemampuan yang baik
untuk menutup biaya bunga sehingga kemungkinan
perusahaan untuk tidak mampu membayar bunga
menjadi sangat kecil.
2.1.3.6.3 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal
Rasio ini digunakan untuk mengukur arus kas operasi
yang tersedia untuk pengeluaran investasi. Rasio ini
dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi
dengan kas yang dibayarkan untuk pengeluaran modal,
seperti pembelian aset tetap, akuisisi bisnis, dan aktivitas
investasi lainnya.
Rumus 2.3
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal
Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan yang tinggi
pula dari arus kas operasi perusahaan dalam membiayai
pengeluaran modal (pembelian tambahan aset tetap,
melakukan investasi, ataupun akuisisi). Rasio yang
rendah menunjukkan bahwa perusahaan harus mencari
pendanaan eksternal (seperti melalui pinjaman dari
kreditor atau pun tambahan dana dari investor) untuk
membiayai ekspsnsi atau perluasan usahanya.
2.1.3.6.4 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Utang
Rasio arus kas operasi terhadap total utang menunjukkan
kemampuan arus kas operasi perusahaan dalam melunasi
seluruh kewajiban, baik kewajiban lancar maupun
kewajiban jangka panjang. Rasio ini dihitung sebagai
hasil bagi antara arus kas operasi dengan total utang.
Rumus 2.4
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Utang
Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki
kemampuan
yang
kurang
baik
dalam
membayar semua kewajibannya dengan menggunakan
arus kas yang berasal
dari aktivitas normal operasi
perusahaan.
2.1.3.6.5 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih
Rasio arus kas operasi terhadap laba bersih menujukkan
seberapa jauh penyesuaian dan asumsi akuntansi akrual
mempengaruhi perhitungan laba bersih. Rasio ini
dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi
dengan laba bersih.
Rumus 2.5
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih
Pada umumnya, rasio arus kas operasi terhadap laba
bersih memiliki nilai di atas 1 karena adanya non cash
expenses
(beban-beban
yang
tidak
memerlukan
pengeluaran kas), seperti beban penyusutan, beban
amortisasi, dan beban piutang tak tertagih yang sifatnya
mengurangi laba bersih namun tidak berdampak terhadap
arus kas operasi. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin baik,
meskipun degan jumlah laba bersih yang kecil sebagai
akibat besarnya beban non cash (Hery, 2015).
2.1.3.7 Sufficiency Ratio
Sufficiency ratio adalah suatu proses yang dilakukan dengan
membandingkan dengan pos yang berasal dari neraca dan laba rugi
yang ada pada periode yang sama. Sufficiency ratio terdiri dari:
2.1.3.7.1 Cash Flow to Sales Ratio
Penjualan sangat penting
bagi perusahaan. Bahkan,
aktivitas di arus kas operasi yang mendatangkan arus kas
relative hanyalah kas dari peanggan, yang berarti dari
penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar setiap kegiatan penjualan dapat menghasilkan arus
kas operasional. Rasio ini dihitung dari hasil bagi arus
kas operasi dibagi dengan penjualan (tunai dan kredit).
Rumus 2.6
Cash Flow to Sales Ratio
Untuk menjadi arus kas operasi, penjualan masih harus
dikurangi dengn beban pokok dan biaya operasi yang
kemudian disesaikan dengan penyusutan dan perubahan
modal.
Semakin besar angka ini maka semakin banyak kas yang
dihasilkan dari penjualan. Sehingga, rasio ini sangat erat
kaitannya dengan profit margin dan manajemen modal
kerja.
2.1.3.7.2 Operations Index Ratio
Laba adalah ukuran akrual, sementara arus kas operasi
adalah ukuran kas. Kedua ukuran tersebut dipertemukan
pada rasio operations index. Operation index adalah
perbandingan antara arus kas operasi dengan income
from continuing operation. Faktor yang membedakan
cash flow from operation dengan laba adalah koreksi
modal kerja dan koreksi penyusutan.
Rumus 2.7
Operations Index Ratio
Net income dan net income from continuing operation
akan sama, kecuali jika terdapat pos luar biasa,
discontinued
operation,
pengaruh
komulatif
atas
perubahan akuntansi.
Dengan demikian, pada laporan keuangan yang terdapat
pos-pos tersebut, yang muncul di neraca hanya net
income saja.
2.1.3.7.3 Cash Flow Return on Assets Ratio
Cash flow return on assets (CFROA) mirip dengan
ROA. Hanya saja basis nya adalah kas. Return yang
diukur dalam satuan arus kas. Mestinya rasio ini lebih
tingggi dari ROA biasa karena perusahaan pada
umumnya menghasilkan arus kas operasi lebih tinggi
dibanding laba. Jadi, secara normal, mestinya CFROA
lebih tinggi dari ROA apabila perusahaan tidak
mempunyai masalah modal kerja (Prihadi, 2019).
Rumus 2.7
Cash Flow Return On Assets Ratio
2.2
Penelitian Terdahulu
2.2.1
Penelitian sebelumnya, yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tri Murtianingsih dan Hastuti
(2020) dengan judul Analisis Laporan Arus Kas untuk Menilai
Kinerja Keuangan pada Industri Tekstil Garmen dan Daftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018. Metode analisis
data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, perusahaan tekstil dan garmen yang diteliti
memiliki kinerja yang baik jika diteliti dari rasio arus kas terhadap
bunga dan rasio arus kas terhadap laba bersih. Berdasarkan dari
rasio arus kas terhadap kewajiban lancar, pengeluaran modal, dan
total hutang, perusahaan tekstil dan garmen memiliki kinerja yang
kurang baik. Dengan menggunakan arus kas dapat diketahui
realisasi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan, sehingga
rasio arus kas ini dapat membantu investor untuk mengetahui
bagaimana keberhasilan dan kegagalan perusahaan dan bagaimana
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas dimasa
depan untuk membayar deviden (Murtianingsih & Hastuti, 2020).
2.2.2
Menurut hasil penelitian Trisilia Kaloh, Ventje Ilat, dan Sonny
Pangerapan (2018) dengan judul Analisis Laporan Arus Kas Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian Suatu
keharusan bagi perusahaan untuk memasukkan laporan arus kas
dalam laporan keuangan. Satu analisis kinerja keuangan dengan
menggunakan laporan arus kas yaitu rasio arus kas pernyataan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan
enam makanan dan perusahaan minuman selama 2014-2017.
Penelitian ini menggunakan metode analisis rasio. Itu rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio arus kas operasi, rasio
arus kas operasi bunga, rasio belanja modal, rasio total utang, dan
rasio
arus kas
batas
pemasukan. Dari hasil
perhitungan
menggunakan analisis rasio laporan arus kas diperoleh bahwa dari
enam perusahaan makanan dan minuman yaitu PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Mayora Indah
Tbk, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT. UltraJaya Milk
Industry & Trading Company Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk mengalami peningkatan yang sangat baik meskipun tidak
terlalu tinggi (Kaloh et al., 2018).
2.2.3
Menurut hasil penelitian Muslimin (2019) dengan judul Analisis
Laporan Arus Kas untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Hasil penelitian
menunjukkan jumlah arus kas perusahaan selama periode 20132017 berada dalam kondisi tidak likuid jika dinilai dari segi
aktivitas operasionalnya. Dengan analisis rasio yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan arus kas
khususnya pada aktivitas operasi setiap tahunnya dan kemampuan
perusahaan dalam mengatasi kewajiban lancarnya masih belum
bisa teratasi. Hal ini menunjukkan PT Perusahaan Gas Negara
(persero) Tbk. berada dalam kondisi yang kurang baik selama
periode 2013-2017 (Muslimin, 2019).
2.2.4
Menurut hasil penelitian Nurlia Ramadhani (2017) dengan judul
penelitian Analisis Laporan Arus Kas untuk Menilai Kinerja
Keuangan Pada PT. Handjaya Mandala Sampoerna, TBK. yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan
metode secara deskriptif baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan arus kas periode tahun 2011-2015,
dengan menggunakan rasio arus kas operasi menunjukkan rasio
yang rendah karena mulai tahun 2012-2015 nilai rasio berada di
bawah 1 dan cenderung mengalami penurunan. Hanya pada tahun
2011 rasio berada di atas 1 sehingga disimpulkan kemungkinan PT
HM Sampoerna, Tbk tidak mampu membayar kewajiban lancarnya
melalui arus kas dari aktivitas operasi saja. Hasil penelitian juga
menunjukkan kemampuan arus kas operasi dalam membayar
hutang lancar perusahaan periode tahun 2011-2015 mengalami
penurunan tiap tahunnya, namun pada tahun 2011 nilai rasio
cakupan kas terhadap hutang lancar perusahaan lebih tinggi dan
kemungkinan perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam
menutupi hutang lancarnya. Dan kemampuan laba sebelum pajak
dalam menutup komitmen-komitmen perusahaan yang akan jatuh
tempo periode tahun 2011-2015 mengalami peningkatan setiap
tahunnya, hal ini menunjukkan kemampuan kinerja keuangan yang
baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen yang akan
jatuh tempo (Ramadhani et al., 2017).
2.3
Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka berpikir adalah skema yang menyajikan sistematika
penelitian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pada penelitian dibuatnya kerangka berpikir untuk menggambarkan
penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan PT
HM Sampoerna Tbk. Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian
ini:
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Investasi
Laporan Keuangan
PT HM Sampoerna Tbk.
Penilaian Kinerja Keuangan
Analisis Laporan Arus Kas
Instrumen yang diperlukan
Laporan Posisi
Keuangan (Neraca)
Laporan Laba Rugi
Laporan Arus Kas
Rasio yang akan digunakan
Sufficiency Ratio
Rasio Arus Kas





Arus Kas Operasi Terhadap
Kewajiban Lancar
Rasio Arus Kas Operasi
Terhadap Bunga
Arus Kas Operasi Terhadap
Pengeluaran Modal
Arus Kas Operasi Terhadap
Total Utang Lancar
Rasio Arus Kas Operasi
Terhadap Laba Bersih


Cash Flow to Sales
Cash Flow Return on Assets
Hasil Penelitian
Analisis Hasil Penelitian
Kesimpulan
Download