Terbit online pada laman web jurnal : http://jurnal.iaii.or.id JURNAL RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi I nformasi) Vol. 2 No. 3 (2018) 736 – 745 ISSN : 2580-0760 (media online) Klasifikasi Citra X-Ray Diagnosis Tuberkulosis Berbasis Fitur Statistis Yudhi Agussationoa, Indah Soesantib, Warsun Najibc a Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Jambi, [email protected] Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, [email protected] c Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, warsun@ ugm.ac.id b Abstract Tuberculosis is one of the causes of human death. The results of the x-ray examination of tuberculosis diagnosis can be used as an object in the feature extraction process which is a stage in extracting the characteristics of the object contained in an image of a diagnosis of tuberculosis. In this study used first-order statistic (histogram), first-order Gray-Level Cooccurrence Matrix (GLCM) feature extraction methods, as well as the Principle Component Analysis (PCA). Data research digital x-ray tuberculosis patients from Dr. Sardjito Yogyakarta as 33 patients in 2012. Each 6 normal PA (Posteroanterior), 19 abnormal PA, 4 normal AP (Antero-Posterior), and 4 abnormal AP. This study aims to find the best characteristics contained in the x-ray image of tuberculosis diagnosis using statistical texture analysis obtained from features found in feature extraction methods. Identified features: variance, standard deviation, skewness, kurtosis, contrast and energy. Classification uses 33 test data are built using the Multi Layer Perceptron (MLP) method, while the output is a normal and abnormal image. The results showed that the accuracy classification used Histogram (81,81%), GLCM (96,96%), PCA (81,82%), and combination GLCM Histogram (100%). Keywords: Feature Extraction, Histogram Gray Level Co-occurrence Matrix, Principle Component Analysis Abstrak Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab kematian manusia. Hasil pemeriksaan x-ray diagnosis tuberkulosis dapat dijadikan objek pada proses ekstraksi ciri yang merupakan suatu tahapan dalam mengekstrak ciri/ informasi dari objek yang terdapat pada suatu citra diagnosis tuberkulosis. Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi ciri citra berbasis tekstur statistis orde satu (histogram), orde kedua berbasis Gray-Level Co-occurrence Matrix (GLCM), serta Principle Component Analysis (PCA). Data penelitian diperoleh dari RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 33 citra digital x-ray pasien diagnosis tuberkulosis Tahun 2012 masing-masing 6 citra PA (Postero-Anterior) normal, 19 citra abnormal, 4 citra AP (AnteroPosterior) normal, dan 4 citra AP abnormal. Penelitian ini bertujuan mencari ciri terbaik yang terkandung pada citra x-ray diagnosis tuberkulosis menggunakan analisis tekstur statistis yang diperoleh dari fitur ciri yang terdapat pada metode ekstraksi ciri berbasis tekstur. Fitur ciri yang teridentifikasi antara lain: varians, std deviasi, skewness, kurtosis, contrast dan energy. Klasifikasi menggunakan data input berupa 33 data uji yang dibangun dengan metode Multi Layer Perceptron (MLP), sedang output berupa citra normal dan citra abnormal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi klasifikasi menggunakan metode Histogram (81,81%), metode GLCM (96,96%), metode PCA (81,82%), dan metode kombinasi Histogram GLCM (100%). Kata kunci: Ekstraksi Ciri Tekstur, Histogram, Gray Level Co-occurrence Matrix, Principle Component Analysis © 2018 Jurnal RESTI 1. Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberkulosis complex yang dapat menyebar melalui droplet yang terinfeksi basil tuberkulosis [1]. Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab kematian utama penduduk dunia pada umumnya serta penduduk Indonesia khususnya. Tuberkulosis merupakan ancaman serius bagi penduduk dunia. Hal ini dapat dilihat dari gencarnya gerakan-gerakan seperti World Health Organization (WHO), Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes-RI), Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas-TB) serta organisasi-organisasi lain di seluruh dunia yang bergerak pada bidang kesehatan khususnya, menjadikan penyakit tuberkulosis sebagai salah satu dari beberapa penyakit yang masuk dalam target penuntasan. Diterima Redaksi : 11-08-2018 | Selesai Revisi : 26-10-2018 | Diterbitkan Online : 16-12-2018 736 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 Kasus tuberkulosis mengalami peningkatan pada tahun 2014, diperkirakan 2 juta orang meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tuberkulosis paru dengan total kasus 9.6 juta kasus. Tahun 2015, total jumlah kasus tuberkulosis 10,4 juta kasus, dimana tuberkulosis termasuk 1,2 juta (11%) diantara orang yang mengidap HIV positif sebanyak 90% dewasa dan 10% anak-anak dengan penjabaran 56% pria dan 34% wanita serta 10% anak-anak. World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa tuberkulosis masih menjadi topik permasalahan kesehatan dunia, yang mana tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular terbanyak di dunia [1]. Menurut WHO dalam Global Tuberculosis Report (GTR) sebaran kasus tuberkulosis pada tahun 2016 banyak terjadi di wilayah Asia Tenggara (45%), Afrika (25%), Timur Mediterania (7%), Eropa (3%), dan Amerika (3%). Terdapat 30 negara di dunia yang mempunyai status angka tuberkulosis tertinggi di dunia (87%) dari semua perkiraan kasus berdasarkan tingkat insidennya. 7 dari 30 negara tersebut antara lain Indonesia, India, China, Filiphina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan. GTR juga menyatakan bahwa kematian akibat tuberculosis terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah [1]. merupakan keharusan rutin, sehingga tanpa pemeriksaan x-ray dianggap kurang lengkap. Berdasarkan hasil pemeriksaan x-ray, dapat ditemukan ciri-ciri tuberkulosis. Ekstraksi ciri merupakan bagian yang sangat penting dalam menggali ciri suatu citra xray. Beberapa metode statistis yang digunakan dalam mencari ciri seperti histogram, Gray level Cooccurence Matrix (GLCM), dan Principle Component Analysis (PCA) belum menghasilkan akurasi klasifikasi terbaik. Memperbaiki akurasi klasifikasi dapat dilakukan dengan menentukan pemilihan fitur terbaik. Untuk mendapatkan fitur terbaik, dapat dilakukan dengan mengkombinasi beberapa fitur yang dihasilkan oleh beberapa metode ekstraksi ciri. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan penyakit tuberkulosis telah banyak dilakukan sebelumnya antara lain: Nani Sylviana pasi, 2018 meneliti tentang Identifikasi Penyakit Tuberkulosis Organ Paru Berdasarkan Citra X-ray menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Ekstraksi ciri menggunakan metode moment invariant. Data citra yang digunakan 105 data latih dan 50 data uji. Hasil penelitian menunjukkan metode yang Tuberkulosis di Indonesia mengalami peningkatan digunakan mampu melakukan identifikasi penyakit kasus mulai 2014 hingga 2016. Pada tahun 2014 tuberculosis dengan akurasi klasifikasi sebesar 96% jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 324.539 meningkat [2]. menjadi 330.729 pada tahun 2015. Merujuk pada tahun 2016 jumlah kasus kembali meningkat menjadi Santony, J, dkk, 2014 meneliti tentang Segmentasi 351.893 kasus. Berdasarkan angka keberhasilan Citra X-ray Thorax Penderita Tuberkulosis Berbasis Clustering dengan Metode Fuzzy C-Means. Hasil pengobatan kasus tuberkulosis di Indonesia, tahun 2013 penelitian metode segmentasi berbasis clustering dapat angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis yaitu 83% melakukan pengelompokan berdasarkan perbedaan dan mengalami penurunan pada tahun 2014 (81,3 %) nilai piksel dari suatu citra paru sehingga terdeteksi dari target 88%. Kemudian pada 2015 angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis yaitu 84% bagian paru yang terkena tuberkulosis dan yang tidak. dengan angka kesembuhan 78% yang belum mencapai Data penelitian berupa 30 citra x-ray paru dengan akurasi klasifikasi 85,83% [3]. target nasional yaitu 88%. Sedangkan pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan kasus Tuberkulosis di Moh. Irwan Sumartono, 2009 meneliti tentang Indonesia menurun yaitu 75,4% yang masih dibawah Implementasi Metode Kohonen SOM (Self Organizing target 85% [1]. Maps) untuk identifikasi penyakit paru-paru terhadap tuberculosis [4]. Hasil pengujian Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan awal penyakit menunjukkan bahwa program dapat melakukan dari berbagai jenis pemeriksaan yang dilakukan. identifikasi kelainan paru dengan prosentase Apabila pemeriksaan radiologis mendapat hasil negatif, keberhasilan 100% dari 10 citra yang diujikan. maka kemungkinan besar pasien dapat dikatakan Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi citra negatif mengidap tuberkulosis. Hasil pegujian radiologis dapat memberi gambaran apakah pasien roentgen adalah alfa = 0,001, error value = 0,0001, terdiagnosis tuberkulosis atau tidak. Dengan reduction = 0,99, retries = 30.000. Adapun data yang digunakan sebagai data latih sebanyak 16 data citra. mengetahui ciri-ciri khusus yang terkandung pada citra yang akan diuji, akan memudahkan dokter dalam Iwan Setia, 2009 meneliti tentang studi identifikasi membaca, menganalisis, dan memberi gambaran hasil penyakit tuberkulosis pada paru-paru dengan metode terhadap pengujian citra tersebut. Dokter juga dapat jaringan syaraf tiruan. Pada penelitian ini, dilakukan membedakan citra x-ray pasien positif tuberkulosis dan suatu simulasi yang dapat memvisualisasikan pasien negatif tuberkulosis. gelombang suara paru-paru dan identifikasi penyakit tuberkulosis pada paru melalui foto rontgen dada, Pemeriksaan radiologis dan pengetahuan untuk menilai sehingga dengan adanya visualisasi tersebut dapat suatu x-ray menyebabkan pemeriksaan x-ray dibedakan antara grafik paru-paru normal dan paruJurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 737 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 paru yang tidak normal. Penelitian menggunakan parameter intensitas keabuan untuk foto rontgen dada berdasarkan amplitudo dan frekuensi untuk suara pernapasan, diperoleh parameter jaringan saraf tiruan dengan 8 node, alfa (α) 0,8 dan momentum 0,9 dengan iterasi maksimum 500. Diperoleh hasil identifikasi dengan tingkat keberhasilan 80% dari 20 data foto rontgen dan 40% dari data suara pernapasan [4]. M. Ya’qub Zain, 2010 meneliti tentang identifikasi bakteri tuberkulosis berdasarkan ciri morfologi dan warna [4]. Hasil penelitian antara lain: (1) berhasil dibuat perangkat lunak untuk identifikasi bakteri tuberkulosis berdasarkan ciri morfologi dan warna menggunakan image processing dengan metode pengenalan jaringan syaraf tiruan backpropagation, (2) diperoleh akurasi identifikasi bakteri sebesar 86,7% dengan metode color and shape processing. untuk membedakan tekstur citra tumor otak, stroke hemoragik, dan citra normal sehingga menghasilkan nilai gold standard berdasarkan ciri-ciri tekstur yang ada. Pelatihan dan pengujian fitur-fitur tekstur menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation (JST BP) dengan variasi nilai learning rate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian terbaik terdapat pada learning rate 0,3 dengan prosentase kesalahan sebesar 11%. Arif A, 2010 meneliti tentang pengenalan wajah menggunakan PCA dan jaringan syaraf tiruan [4]. Hasil uji coba program menunjukkan penggunaan metode PCA yang berbasis pada jaringan syaraf tiruan dapat memberikan tingkat akurasi yang tinggi pada proses pengenalan wajah. Semua gambar wajah yang digunakan dapat dikenali 100% benar. Dari beberapa pelatihan dengan variasi learning rate, diperoleh nilai pelatihan terbaik pada nilai learning rate 0,8 dengan Supatman, 2009 meneliti tentang deteksi pembesaran error maksimum sebesar 0,001 memiliki iterasi paling kelenjar getah bening pada paru dengan pengolahan sedikit dan dapat mengenali 100% data citra uji citra digital untuk mendiagnosa penyakit primer validasi. kompleks tuberkulosis (PKTB) [4]. Penelitian ini menerapkan teknik pengolahan citra digital pada data Keaslian penelitian yang dilakukan yakni menerapkan citra hasil pemindai dari foto x-ray penderita PKTB. metode berbasis statistis dalam melakukan ekstraksi Data citra hasil pemindai disimpan dalam format fitur citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis. Metode Tagged Image File (.TIF). Proses Pre-processing citra ekstraksi fitur menggunakan fitur statistis berdasar menggunakan YUV color space, modifikasi histogram, histogram, Gray Level Co-occurence Matrix (GLCM), gaussian filter image noise removal. Deteksi dilakukan dan Principle Component Analysis (PCA). Metode dengan segmentasi nilai threshold dan labeling serta tersebut dipilih karena terbukti dapat membedakan satu mapping citra berdasar data Region of Interest (ROI). ciri citra dengan citra lain, memberikan ciri yang tepat Hasil eksperimen menghasilkan deteksi pembesaran pada proses identifikasi, deteksi, maupun klasifikasi, kelenjar gentah bening pada citra paru sesuai dengan serta tingkat akurasi pengenalan ciri satu citra dengan analisis dokter, pembesaran kelenjar getah bening citra lain memberikan hasil akurasi yang baik. merupakan ciri khas penyakit PKTB. 2.2 Ekstaksi Ciri Citra X-ray Diagnosis Tuberkulosis Ratnasari Nur Rohmah, 2013 meneliti tentang Ekstraksi ciri merupakan suatu tahapan dalam identifikasi tuberkulosis paru berdasar fitur statistis xmengekstrak ciri/ informasi dari objek yang terdapat ray thorax [5]. Pada penelitian ini digunakan lima fitur pada suatu citra x-ray diagnosis tuberkulosis. Beberapa statistis berdasakan histogram citra. Fitur-fitur tersebut metode ekstraksi ciri citra antara lain: ekstraksi ciri antara lain: mean, standard deviasi, skewness, kurtosis, berdasar bentuk, tekstur, warna dan geometri. Pada dan entropy. Selanjutnya digunakan metode Principle penelitian ini digunakan metode ekstraksi ciri citra Component Analysis (PCA). Aplikasi untuk identifikasi berbasis tekstur statistis orde satu (histogram), orde tuberkulosis paru dibangun menggunakan metode kedua berbasis Gray-Level Co-occurrence Matrix klasifikasi jarak minimum dari citra yang diolah. Data (GLCM), dan Principle Component Analysis (PCA). yang digunakan sebanyak 70 data dengan pembagian 30 data citra pasien sehat tanpa penyakit, 10 data citra 2.3 Ekstaksi Ciri Berbasis Histogram pasien terinfeksi bronkitis, dan 30 data citra pasien Ekstraksi ciri statistis orde pertama merupakan metode tuberkulosis. Berdasarkan sistem yang dibangun diperoleh 95,7% tingkat akurasi keberhasilan pengambilan ciri (Ekstraksi ciri) yang didasarkan pada klasifikasi, 3,33% tingkat akurasi kesalahan klasifikasi histogram citra x-ray diagnosis tuberkulosis. Beberapa parameter statistis yang digunakan pada antara lain: yang diterima, 6,67% tingkat akurasi kesalahan variance, std deviasi, skewness, kurtosis. klasifikasi yang ditolak. ∑ ( ) ( ) (1) Salmawaty Tansa, 2010 meneliti tentang deteksi tumor otak dan stroke hemoragik pada citra CT scan dengan analisis tekstur gray level co-occurence matriks (GLCM) [4]. Analisis tekstur menggunakan metode GLCM pada 4 arah (0⁰, 45⁰, 90⁰, 135⁰) dengan parameter contrast, correlation, energy, homogeinity Variance menunjukkan variasi elemen pada histogram dari suatu citra. Dimana fn merupakan suatu nilai intensitas keabuan, sementara p(fn) menunjukkan nilai histogram-nya (probabilitas kemunculan intensitas tersebut pada citra). Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 738 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 √∑ ( ) ( ) (2) Std deviasi menunjukkan akar dari suatu variasi elemen pada histogram dari suatu citra. ∑ ( ) ( ) (3) Skewness menunjukkan tingkat kemiringan relative kurva histogram dari suatu citra. ∑ ( ) ( ) (4) Kurtosis menunjukkan tingkat keruncingan relative kurva histogram dari suatu citra. 2.4 Ekstraksi Ciri Berbasis GLCM dalam set data tersebut. PCA mentransformasikan data ke dalam koordinat baru, dimana koordinat pertama merupakan principal component (PC) pertama yang diperoleh dari nilai eigenvalue terbesar pertama, koordinat kedua merupakan PC kedua yang diperoleh dari eigenvalue terbesar kedua, dan seterusnya. PC satu dengan yang lain tidak saling berkorelasi dan diurutkan sedemikian rupa sehingga PC yang pertama memuat paling banyak variasi dari himpunan data, sedangkan PC kedua memuat variasi yang tidak dimiliki oleh PC pertama. Tujuan dari penggunaan PCA adalah untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan/ mereduksi dimensinya. Reduksi dari dimensi tidak menghilangkan banyak informasi dan tetap menjaga karakteristik data karena PCA bertujuan untuk memperoleh PC yang memiliki nilai eigenvalue terbesar. Ekstraksi ciri PCA berdasar euclidian distance terdekat antara basis data dengan data pengujian yang memiliki nilai eigenvalue. Pada beberapa kasus metode ekstraksi ciri orde pertama terkadang tidak dapat digunakan dalam mengenali perbedaan antar satu citra dengan lainya. Dalam kasus seperti ini, metode ekstraksi ciri orde dua akan menjadi pertimbangan. Teknik yang digunakan pada metode ini, 3. Metodologi Penelitian yakni dengan menghitung probabilitas hubungan 3.1 Alat dan Bahan ketetanggaan antara dua piksel pada jarak (d) dan Alat yang digunakan: software untuk pra-pengolahan orientasi sudut tertentu pada suatu citra. dan ekstraksi ciri. Pra pengolahan menggunakan system Ekstraksi ciri statistis orde kedua dilakukan dengan requirement OS windows 7, processor Intel (R) matrik kookurensi atau biasa dikenal dengan Gray Atom(TM) CPU N2600, RAM 2.00 GB. Pre-processing Level Co-occurence Matrix (GLCM). Kookurensi menggunakan MATLAB tools (version R2010a) dengan berarti kejadian bersama, yakni jumlah kejadian satu system requirement OS windows 7, any intel or AMD level nilai piksel bertetangga dengan nilai piksel lain x86 processor supporting SSE2, 1.00 GB for MATLAB dalam jarak (d) dan orientasi tertentu. Orientasi only, 3-4 GB for typical installation, RAM 1.00 GB dibentuk dalam empat arah dengan interval sudut 00, (direkomendasikan minimal 2.00 GB). Classifier 450, 900, dan 1350, sedangkan jarak antar piksel aplikasi Weka 3.7 digunakan sebagai tools untuk biasanya ditetapkan pada jarak (d) = 1 piksel. klasifikasi fitur citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis. Parameter fitur yang terdapat pada metode GLCM Microsoft Excel digunakan untuk mensortir dan antara lain: contrast, correlation, energy, homogeneity, mengevaluasi data hasil ekstraksi ciri. dan entropy. Dalam penelitian ini menggunaka dua Bahan penelitian berupa data citra x-ray paru pasien fitur yaitu contrast dan energy pada jarak dan interval diagnosis tuberkulosis. Data citra x-ray paru diperoleh sudut 00, 450, 900, dan 1350. dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Data citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis yang diperoleh merupakan ∑ | | ( ) (5) data pasien radiologi RSUP Dr.Sardjito Tahun 2012 Contrast menyatakan kandungan variasi lokal pada berjumlah 33 data dengan ukuran file yang berbeda. citra. Semakin tinggi nilai contrast suatu citra maka Dari 33 data citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis, 6 semakin tinggi tingkat kekontrasan citra tersebut. citra PA normal, 19 citra PA abnormal, 4 citra AP normal, 4 citra AP abnormal. Citra PA (Postero∑ ( ) (6) Anterior), diperoleh melalui penyinaran sumber cahaya yang berada di belakang pasien, sedang pelat film Energy menyatakan tingkat keseragaman piksel-piksel ditempatkan di bagian depan pasien, sedangkan citra suatu citra. Semakin tinggi nilai energy suatu citra, AP (Antero-Posterior), diperoleh melalui penyinaran maka semakin seragam nilai tekstur citra tersebut. sumber cahaya yang ditempatkan didepan pasien, sedang pelat film ditempatkan dibagian belakang 2.5 Ekstraksi Ciri Berbasis PCA pasien. Subyek penelitian dengan rentang umur PCA merupakan suatu cara mengidentifikasi pola-pola berkisar antara 5-60 Tahun. Tabel 1. pada data kemudian mengekspresikan data tersebut kedalam bentuk lain untuk menunjukkan perbedaan dan 3.2 Jalan Penelitian persamaan antar pola tersebut. Prinsip dasar dari algoritma PCA adalah mengurangi satu set data namun Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari tetap mempertahankan sebanyak mungkin variasi tinjauan pustaka dan studi literatur, identifikasi Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 739 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 masalah, perancangan sistem, analisis hasil rancangan dan penyusunan laporan seperti yang ditujunkkan pada Gambar 1. No 1. 2. 3. 4. Tabel 1. Kelompok Citra Diagnosis Tuberkulosis Jenis Citra Jumlah Ukuran Citra (Piksel) PA Normal.PNG 6 256 x 256 PA Abnormal.PNG 19 256 x 256 AP.PNG 4 256 x 256 AP Abnormal.PNG 4 256 x 256 Mulai Tinjauan Pustaka dan Studi Literatur Identifikasi Masalah Perancangan Sistem Gambar 3. Tahap Pre-Processing Pertama, membaca data citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis (.PNG). Kedua, cropping citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis berdasar pada region of interest yakni di bagian dada. Ketiga, penyeragaman ukuran Penyusunan Laporan citra dan penambahan pencerahan citra yang dianggap masih belum seragam. Keempat, pengubahan citra berwarna menjadi citra dengan aras keabuan. Apabila Selesai citra hasil keseluruhan sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian berlanjut ketahap Gambar 1. Jalan Penelitian berikutnya. Kelima, ekstraksi ciri citra menggunakan metode statistis. Namun, Apabila belum sesuai dengan 3.3 Sistem Keseluruhan yang diharapkan maka perlu di ulang kelangkah awal Sistem dibangun melalui beberapa tahap yakni akuisisi pada cropping citra. data, pre-processing, ekstraksi fitur dan analisis hasil. 3.4 Ekstraksi Ciri Alur sistem keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 2. Ekstraksi ciri yang digunakan pada penelitian ini berupa pencarian ciri citra menggunakan metode Akuisisi Pre Ekstraksi Analisis ekstraksi ciri statistis orde satu dan orde dua. Ekstraksi Data Processing Ciri Hasil ciri orde satu berbasis histogram, dilakukan Gambar 2. Sistem Keseluruhan perhitungan parameter statistis histogram seperti Data citra yang digunakan yaitu 33 data citra x-ray paru variance, std deviasi, skewness dan kurtosis. diagnosis tuberkulosis. Seluruh data citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis yang diperoleh dari bagian Metode ekstraksi ciri orde dua berbasis GLCM dengan radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, menggunakan fitur parameter antara lain: Contrast, dan energy pada format .DCM. interval sudut 00, 450, 900, dan 1350. Parameter PCA Proses akuisisi data citra yakni merubah data citra dari antara lain fitur eigen vector dan eigen value. Analisis Hasil Perancangan bentuk DICOM (.DCM) menjadi citra dengan format (.PNG). Proses pre-procesing antara lain: cropping citra, resizing citra, brightness citra, dan konversi citra RGB menjadi grayscale, pengambangan (Thresholding). Tahapan pre-processing citra x-ray diagnosis tuberkulosis ditunjukkan pada Gambar 3. Pembentukan ekstraksi ciri berbasis histogram dan GLCM serta PCA ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5. Pertama, membaca data citra hasil pre-processing yang berformat (.PNG). Kedua proses normalisasi matrix GLCM. Ketiga, menghitung nilai-nilai fitur-fitur tekstur citra berdasar histogram dan GLCM. Perhitungan fitur tekstur citra antara lain meliputi: variance, std deviasi, skewness, kurtosis, contrast, dan energy. Keempat, seluruh data ciri citra ditampilkan dan dilakukan analisis evaluasi hasil apakah sudah sesuai atau belum. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 740 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 Contoh ketidaksesuaian bisa disebabkan kesalahan program atau ciri statistis yang dikeluarkan tidak berupa angka (NaN/ Not a Number). Apabila belum sesuai, ulangi langkah melalui perhitungan metode statistis. Gambar 5. Ekstraksi Ciri Berbasis PCA Gambar 4. Ekstraksi Ciri Berbasis Histogram dan GLCM Ekstraksi ciri berbasis PCA, pertama, akuisisi data citra. Kedua pre-processing. Normalisasi citra dengan histogram menggunakan operasi pengambangan (thresholding) pada citra agar diperoleh citra dengan dua nilai 0 (hitam) dan 1 (putih). Ketiga, ekstraksi ciri menggunakan PCA untuk menemukan pola di dalam sejumlah variabel data dan mengekspresikan data dari variabel-variabel tersebut dengan menonjolkan kemiripan maupun perbedaannya. Keempat, klasifikasi dan pengenalan menggunakan data pembelajaran dan data tanpa pembelajaran yang sudah tersimpan pada database. Mencari eigenvector jarak paling dekat dengan eigenvalue. Kelima, analisis hasil. Mencocokan hasil dari pengenalan pola dengan data yang di simpan sehingga didapat hasil identifikasi sesuai dengan keakuratan data. Ekstraksi ciri berbasis PCA ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 6. Fitur Ciri Variance Untuk fitur std deviasi, average citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur std deviasi citra PA normal 2,9414, sedangkan citra PA abnormal 2,2782. Range fitur std deviasi citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,3468, sedangkan citra PA abnormal 0,4798. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Ekstraksi Ciri Berbasis Histogram Untuk fitur variance, nilai rata-rata (average) citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur variance untuk citra PA normal 8,6644, sedangkan untuk citra PA abnormal 5,2094. Rentang data (range) fitur variance citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 2,0788, sedangkan citra PA abnormal 2,1081. Gambar 7. Fitur Ciri Std Deviasi Untuk fitur skewness, citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur skewness citra PA normal 0,6937, sedangkan citra PA abnormal 0,1069. Range fitur skewness citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,4103, sedangkan citra PA abnormal 0,4878. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 741 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 Untuk fitur contrast 45)0(Gambar 11, average citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Average fitur contrast 450 citra PA normal 0,0522, sedangkan citra PA abnormal 0,0913. Range fitur contrast 450 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0177, sedangkan citra PA abnormal 0,0454. Gambar 8. Fitur Ciri Skewness Untuk fitur kurtosis citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur kurtosis citra PA normal 2,1072, sedangkan citra PA abnormal 1,4637. Range fitur kurtosis citra PA normal lebih besar dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,9280, sedangkan citra PA abnormal 0,3763. Gambar 11. Fitur Ciri Contrast 450 Gambar 9. Fitur Ciri Kurtosis Untuk fitur contrast 900(Gambar 12), citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Average fitur contrast 900 citra PA normal 0,0374, sedangkan citra PA abnormal 0,0672. Range fitur contrast 900 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0103, sedangkan citra PA abnormal 0,0359. Secara keseluruhan, average citra PA normal lebih besar dibanding dengan citra PA abnormal pada semua fitur (variance, std deviasi, skewness, dan kurtosis). Range citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal pada fitur variance, std deviasi, dan skewness, sedangkan untuk fitur kurtosis citra PA normal lebih besar dibanding citra PA abnormal. 4.2 Ekstraksi Berbasis GLCM Untuk fitur contrast 00(Gambar 10), nilai rata-rata (average) citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Average fitur contrast 00 untuk citra PA normal 0,0374, sedangkan untuk citra PA abnormal 0,0659. Rentang data (range) fitur contrast 00 citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0114, sedangkan citra PA abnormal 0,0332. Gambar 10. Fitur Ciri Contrast 00 Gambar 12. Fitur Ciri Contrast 900 Untuk fitur contrast 1350 (Gambar 13) citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Average fitur contrast 1350 citra PA normal 0,0535, sedangkan citra PA abnormal 0,0923. Range fitur contrast 1350 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0122, sedangkan citra PA abnormal 0,0451. Gambar 13. Fitur Ciri Contrast 1350 Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 742 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 Secara keseluruhan, average citra PA normal lebih kecil dibanding dengan citra PA abnormal pada semua fitur (contrast 00, contrast 450, contrast 900, dan contrast 1350). Range citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal pada semua fitur contrast 00, contrast 450, contrast 900, dan contrast 1350. Untuk fitur energy 00 (Gambar 14), nilai rata-rata (average) citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur energy 00 untuk citra PA normal 0,2769, sedangkan untuk citra PA abnormal 0,2062. Rentang data (range) fitur contrast 00 citra PA normal bernilai lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0402, sedangkan citra PA abnormal 0,0476. Gambar 14. Fitur Ciri Energy 00 Untuk fitur energy 450 (Gambar 15), average citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur energy 450 citra PA normal 0,2704, sedangkan citra PA abnormal 0,1963. Range fitur energy 450 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0214, sedangkan citra PA abnormal 0,0449. sedangkan citra PA abnormal 0,1960. Range fitur energy 1350 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0238, sedangkan citra PA abnormal 0,0459. Gambar 16. Fitur Ciri Energy 900 Gambar 17. Fitur Ciri Energy 1350 Secara keseluruhan, average citra PA normal lebih besar dibanding dengan citra PA abnormal pada semua fitur (energy 00, energy 450, energy 900, dan energy 1350). Range citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal pada semua fitur energy 00, energy 450, energy 900, dan energy 1350. 4.3 Ekstraksi Ciri PCA Gambar 15. Fitur Ciri Energy 450 Untuk fitur energy 900 (Gambar 16), citra PA normal bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. Average fitur energy 900 citra PA normal 0,2780, sedangkan citra PA abnormal 0,2062. Range fitur energy 900 citra PA normal lebih kecil dibanding citra PA abnormal. Range citra PA normal 0,0078, sedangkan citra PA abnormal 0,0440. Data uji yang digunakan sebanyak data latih yakni 33 citra diagnosis tuberkulosis. Data uji yang digunakan merupakan data latih. Hal ini dikarena keterbatasan data penelitian yang diperoleh peneliti. Proses identifikasi dan klasifikasi citra uji dengan cara membandingkan fitur citra uji dengan citra latih yang memiliki nilai euclidian distance sama atau mendekati citra latih. Sementara untuk identifikasi 33 citra uji dengan 16 fitur PC berdasar euclidian distance diperoleh 27 citra teridentifikasi benar dan 81,82% akurasi klasifikasi (Tabel 2). 4.3 Klasifikasi Fitur Citra Diagnosis Tuberkulosis Klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis menggunakan tools classifier dari aplikasi Weka 3.7.7. Klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis berdasar fitur-fitur dari metode statistis histogram, GLCM, PCA, dan kombinasi histogram GLCM. 0 Untuk fitur energy 135 (Gambar 17), citra PA normal Terdapat empat kelompok citra yang diklasifikasikan, bernilai lebih besar dibanding citra PA abnormal. antara lain: PA normal, PA Abnormal, AP normal, dan Average fitur energy 1350 citra PA normal 0,2702, AP abnormal. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 743 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 No Citra 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Tabel 2. Klasifikasi Berbasis PCA PC PC Jenis Citra Citra Terdeteksi Uji PA Normal 3.4331 PC4 PA Normal 5.6821 PC4 PA Normal 5.3693 PC14 PA Normal 7.6212 PC4 PA Normal 6.1627 PC14 PA Normal 4.6237 PC4 PA Abnormal 4.0690 PC14 PA Abnormal 2.7978 PC4 PA Abnormal 4.8194 PC14 PA Abnormal 4.4447 PC14 PA Abnormal 5.9004 PC16 PA Abnormal 6.4723 PC14 PA Abnormal 6.5934 PC4 PA Abnormal 4.8015 PC4 PA Abnormal 5.1207 PC14 PA Abnormal 8.0130 PC4 PA Abnormal 7.8400 PC14 PA Abnormal 4.0775 PC14 PA Abnormal 8.9985 PC16 PA Abnormal 4.8249 PC14 PA Abnormal 7.5681 PC14 PA Abnormal 6.2775 PC14 PA Abnormal 6.0095 PC14 PA Abnormal 6.3108 PC14 PA Abnormal 4.4666 PC14 AP Normal 4.1096 PC14 AP Normal 7.7582 PC16 AP Normal 6.5496 PC4 AP Normal 6.2190 PC14 AP Abnormal 6.7666 PC16 AP Abnormal 4.5345 PC16 AP Abnormal 4.6752 PC4 AP Abnormal 6.6146 PC16 Tabel 4. Klasifikasi Fitur Ciri GLCM Klasifikasi Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Salah Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Salah Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Salah Benar Benar Salah Salah Benar Salah Input berupa 33 data uji yang dibangun dengan metode Multi Layer Perceptron (MLP), sedang output berupa citra normal dan citra abnormal. Fitur histogram yang digunakan antara lain: variance, std deviasi, skewness, dan kurtosis. Fitur GLCM yang digunakan antara lain: contrast dan energy masing-masing pada sudut 00, 450, 900, 1350. Fitu PCA yang digunakan antara lain: PC1, PC2, PC3, ..., PC16. Hasil klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis berdasar histogram diperlihatkan pada Tabel 2. No Jenis Citra 8 Fitur 1. 2. 3. PA Normal PA Abnormal AP Normal 6 19 3 4. AP Abnormal 4 Jumlah Akurasi Klasifikasi Keterangan Energy 00 Energy 450 Energy 900 Energy 1350 Contrast 00 Contrast 450 Contrast 900 Contrast 1350 32 96,96% Berdasarkan Tabel 4 terlihat hasil akurasi klasifikasi citra x-ray paru tuberkulosis menggunakan metode GLCM sebesar 96,96%. Dari total 33 citra yang diuji, 32 citra teridentifikasi dengan tepat, sedangkan sisanya sebanyak 1 citra uji (3,03%) tidak teridentifikasi. Tabel 5. Klasifikasi Fitur Ciri Kombinasi Histogram GLCM No Jenis Citra 8 Fitur 1. 2. 3. PA Normal PA Abnormal AP Normal 6 19 4 4. AP Abnormal 4 Jumlah Akurasi Klasifikasi Keterangan Variance Std Dev Skewness Kurtosis Energy 00 Energy 450 Energy 900 Energy 1350 Contrast 00 Contrast 450 Contrast 900 Contrast 1350 33 100% Berdasarkan Tabel 5 terlihat hasil akurasi klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis berdasar metode kombinasi histogram GLCM dengan 12 fitur sebesar 100%. Dari total 33 citra yang diuji, 33 citra atau keseluruhan citra teridentifikasi dan terklasifikasi dengan tepat. Tabel 6. Klasifikasi Fitur Ciri PCA Tabel 3. Klasifikasi Fitur Ciri Berbasis Histogram No Jenis Citra 4 Fitur 1. PA Normal 4 Keterangan 1.Variance 2.Std Dev 3.Skewness 4.Kurtosis No Jenis Citra 4 Fitur 1. PA Normal 6 2. PA Abnormal 17 3. AP Normal 3 2. PA Abnormal 19 3. AP Normal 2 AP Abnormal 1 4. AP Abnormal 2 Jumlah 27 Jumlah 27 Akurasi Klasifikasi (%) 81,81 Akurasi Klasifikasi (%) 81,81 Berdasarkan Tabel 3 terlihat hasil akurasi klasifikasi citra x-ray paru tuberkulosis menggunakan metode histogram diperoleh akurasi klasifikasi sebesar 81,81%. Dari total 33 citra yang diuji, 27 citra teridentifikasi, sisanya sebanyak 6 citra uji (18,18%) tidak teridentifikasi. 4. Keterangan 1.Variance 2.Std Dev 3.Skewness 4.Kurtosis Berdasarkan Tabel 6 terlihat hasil akurasi klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis berdasar metode kombinasi histogram GLCM dengan 12 fitur sebesar 100%. Dari total 33 citra yang diuji, 33 citra atau keseluruhan citra teridentifikasi dan terklasifikasi dengan tepat. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 744 Yudhi Agussationo, Indah Soesanti, Warsun Najib Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 Tabel 7. Perbandingan Akurasi Klasifkasi Fitur Ciri Metode Akurasi (%) Histogram 81,81 GLCM 96,96 PCA 81,82 Histogram + GLCM 100 Berdasarkan Tabel 7 terlihat perbandingan hasil akurasi klasifikasi citra x-ray paru tuberkulosis. Sebanyak 33 citra uji dilakukan pada masing-masing metode. Metode berdasar histogram mempunyai akurasi klasifikasi sebesar 81,81%. Metode berdasar GLCM mempunyai akurasi klasifikasi citra sebesar 96,96%. Metode berdasar PCA mempunyai akurasi klasifikasi citra sebesar 81,82%. Metode Kombinasi histogram GLCM mempunyai akurasi klasifikasi citra sebesar 100%. Metode kombinasi histogram GLCM merupakan metode ekstraksi ciri tekstur gabungan orde satu dan dua (menggabungkan fitur-fitur dari metode histogram dan GLCM). Semakin banyak fitur yang digabungkan, semakin tinggi pula akurasi klasifikasi citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis. Oleh karena itu, metode kombinasi histogram GLCM merupakan metode yang tepat dalam menentukan ciri citra x-ray diagnosis tuberkulosis menggunakan metode ekstraksi ciri berdasar tekstur statistis. 5. Kesimpulan 5.1 Simpulan mencapai 81,82% melalui 16 fitur. Klasifikasi metode kombinasi berdasar histogram GLCM mencapai 100% melalui 12 fitur. Metode kombinasi histogram GLCM merupakan metode ekstraksi ciri berbasis tekstur statistis yang memiliki akurasi tertinggi dalam menenemuka ciri citra x-ray diagnosis tuberkulosis. 5.2 Saran Perlu penelitian lanjutan terkait ekstraksi ciri citra x-ray paru diagnosis tuberkulosis menggunakan data yang lebih banyak dan bervariasi. Data ekstraksi ciri x-ray paru diagnosis tuberkulosis dapat dicobakan untuk tahap yang lebih jauh seperti klasifikasi maupun identifikasi secara real time/ otomatis. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Departemen layanan dan informasi kesehatan Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta yang telah berkenan memberikan data citra medis diagnosis tuberkulosis tahun 2011-2012, dan seluruh pihak yang telah membantu memberikan sumbangsih atas penelitian ini. Daftar Rujukan [1] [2] Metode kombinasi histogram GLCM, lebih baik dari metode histogram, metode GLCM, dan metode PCA [3] dalam mengekstraksi ciri dan mengklasifikasi citra xray paru diagnosis tuberkulosis berbasis tekstur [4] statistis. Kinerja sistem klasifikasi 33 data uji dalam 4 kelompok berdasar histogram mencapai 81,81% [5] melalui 4 fitur. Klasifikasi berdasar GLCM mencapai 96,96% melalui 8 fitur. Klasifikasi berdasar PCA Irma Widia Sari, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan Provider Dalam Pengobatan Tuberkulosis Kota Padang Tahun 2018,” 2018. Soekirman, “Identifikasi Penyakit Tuberkulosis (TB) Organ Paru Berdasarkan Citra X-Ray Menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN),” 2014. J. Santony, “Metode Fuzzy C-Means,” vol. 1, no. 2, pp. 40–43, 2014. Y. Agussationo, “Ekstraksi Ciri Citra X-Ray Paru Berbasis Ciri Statistis,” Universitas Gadjah Mada, 2016. R. N. Rohmah, “Computer Aided Diagnosis for Lung Tuberculosis Identification Based on Thoracic X-ray,” 2013. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol . 2 No. 3 (2018) 736 – 745 745