SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MAHASISWA D-III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM Pokok Bahasan : Sex Education Hari/Tanggal : senin ,18 April 2021 Waktu/jam : 30 menit/ 09.00-09.30 Sasaran : Siswa SMP Tempat :Aula SMP Pelita Harapan Pelaksanaan : I. Tujuan Intruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta lebih memahami dan lebih mengerti tentang pentingnya pemahaman sex sejak dini II. Tujuan Intruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian dari sex dan pelecehan seksual 2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam pelecehan seksual 3. Menyebutkan 3 dari 5 contoh pelecehan seksual 4. Mengetahui cara untuk menghindar dari pelecehan seksual III. Metode dan teknik penyuluhan 1. Ceramah 2. Tanya jawab IV. Materi (Terlampir) V. Kegiatan penyuluhan Pendahuluan : 3 menit No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu 1. a. Menjawab salam 5 menit Pembuka a. Membuka kegiatan dengan an mengucap salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan b.Mendengarkan dari c.Memperhatikan penyuluhan d. Kontrak waktu d.Memperhatikan e. Menyebutkan materi yang e. Memperhatikan akan diberikan f. Melakukan apersepsi 1) Pertanyaan f.Menjawab pertanyaan 2) Gambar g.Memperhatikan . 2. Isi g.Memberi penjelasan tentang : 1) Menjelaskan pengertian remaja 2) 3) 4) 5) 6) 3. Evaluasi g. peserta 10 -mendengarkan menit h. Peserta bertanya 10 dan hubungnan seksual dini Menjelaskan ciri-ciri remaja Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini Menjelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini Menjelaskan akibat hubungan seksual dini Menjelaskan macam penyalahgunaan seks h. Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya i. Penyuluh bertanya pada peserta menit i. Peserta menjawab 4. Termina- j. Pembagian leaflet j. Menerima leaflet si k. Kesimpulan k. Memperhatikan l. Mengucap terima kasih atas l. 5menit Mendengarkan perhatian peserta m. Mengucap salam penutup VII. m. Menjawab salam Evaluasi Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang di tetapkan. Kriteria evaluasi sebagai berikut : 1. Evaluasi struktur Semua peserta hadir/ikut dalam kegiatan penyuluhan Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Aula SD Pelita Harapan Pengorganisasian penyuluhan dilakukan hari sebelumnya 2. Evaluasi proses Peserta antusias terhadap materi penyuluhan Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan 3. Evaluasi hasil Peserta mengerti tentang penyakit hepatoma Dapat menyebutkan pengertian,penyebab pencegahan dan komplikasi ,tanda dan gejala,pengobatan, Lampiran 1 1. Pengertian remaja dan hubungan seksual dini Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21 tahun. Remaja, yang bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan orangorang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali dan Asrori, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009) Hubungan seksual dini adalah hubungan seksual yang di lakukan di usia dini untuk menyalurkan dorongan seksual. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya. 2. Ciri-ciri remaja Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009),antara lain : a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun) 1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2) Tampak dan merasa ingin bebas. 3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) 1) Tampak dan ingin mencari identitas diri. 2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam. c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) 1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta. 5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009) 3. Faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini Kolodny, Master dan Johnson (1979) menyatakan bahwa keinginan seksual beragam diantaranya individu, sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap hari. Sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut. Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata menginginkan untuk melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik. a. Faktor Fisik Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama jika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual. b. Faktor Hubungan Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa yang diterima atau menyenangkan. c. Faktor Gaya Hidup Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol dapat mempengaruhi keinginan seksual. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif alkohol terhadap seksual jauh melebihi euphoria (perasaan yang berlebihan) yang mungkin dihasilnya. Pada awalanya menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, berfikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks. d. Faktor Harga Diri Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah diperlihatkan dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan, inses dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam (Herdiana, 2007). 4. Cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini a) Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja c) Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian, dan berorganisasi. d) Pengawasan dari orang tua Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut: 1) Mampu menerima keadaan fisiknya. 2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 4) Mencapai kemandirian emosional. 5) Mencapai kemandirian ekonomi. 6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. 7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. 8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 10)Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2009). 5. Akibat hubungan seksual dini Berhubungan sex di usia remaja ( di bawah 18 tahun ) lebih rentan terkena berbagai macam penyakit fisik maupun psikologis. Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum “matur” atau matang sehingga akan mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa terjadi pada saat coitus (berhubungan badan). Perlukaan tersebut akan menjadikannya tempat yang akan memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan virus penyebab cancer cervix dan virus HIV penyebab AIDS. Dengan kata lain semakin muda usia pada saat kamu berhubungan sexsual, maka resiko terkena cancer cervix dan AIDS juga akan lebih tinggi. Cancer cervix dan AIDS adalah jenis penyakit yang sulit dideteksi gejalanya. Gejala klinis baru akan muncul setelah bertahun tahun virus HPV menginfeksi, itupun biasanya cancer sudah berada pada stadium lanjut. Karenanya penting bagi setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan sex berapapun usianya, untuk secara rutin melakukan pap smear test, yaitu suatu test yang dilakukan untuk mengetahui perubahan sel-sel antara vagina dengan cervix. Begitu pula dengan infeksi HIV, setelah pertahun –tahun virus tersebut menginfeksi, barulah gejala klinis AIDS akan muncul. Virus HIV ini hanya bisa dideteksi dengan melakukan pemeriksaan HIV di dalam darah. Infeksi virus HIV akan menurunkan tingkat imunitas seseorang, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan cancer lebih cepat Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion). Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas. Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. 6. Penyalahgunaan Seks Selain terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan seks yang dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Seks sebagai alat pencari kepuasan Sebagian besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan, kesukaan dan ketakutan dalam pengalaman seksual awalnya yang menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan pengalaman seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti pedhofilia, atau antar anggota keluarga yang merusak kepercayaan serta nilai-nilai moral dalam keluarga. Bila seks terlepas dari kontrol sosial konvensional, seks menjadi pemuas, yang bagi beberapa orang menimbulkan kesenangan sedang bagi orang lain menimbulkan ketakutan. b. Seks digunakan sebagai ekspresi kemarahan Sering kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak kekerasan dan mencerminkan tindak kemarahan terhadap wanita. Wanita juga dapat mengekspresikan kemarahannya dalam tingkah laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih tersamar. Mereka dapat menolak pasangannya dengan cara yang lebih tersamar, tidak memberiakn respon, ataupun mencela gaya hubungan seksual yang dilakukan. c. Seks sebagai kekuatan Seks dapat dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan yang tidak sehat. Beberapa orang dapat mengeksploitasi pasangannya dalam cara yang manipulatif seperti pada wanita yang cacat, wanita lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk tingkah laku pasangan ynag menyenangkan. d. Eksploitasi komersial Masyarakat masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah pemahaman biologi tentang seks dan daya tarik seksual dalam berbagai media massa. Daftar Pustaka Greenwood, Judy. 1991. Seks dan Permasalahannya. Jakarta: Arcan Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC https://wijioktanasari.blogspot.com/2015/10/sap-sex-education-pada-remaja.html