Enterpreunership dalam islam MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Oleh : Mila Kurnia (19232017) Viola Elza Billa (19232029) KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS KOMPUTER UNIVERSITAS MA’SOEM JATINANGOR 1443 H / 2020 M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan oleh manusia karena keberadaannya sebagai khalifah filardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah agent of change yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa entrepreneur bagi peserta didiknya. Disamping itu jiwa entrepreneur juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri. Kata wirausaha atau entrepreneurship sebenarnya tidak ada dalam teks suci Agama Islam. Kendati demikian, bukan berarti entrepreneurship tidak diperbolehkan dalam Islam. Justru sebaliknya entrepreneur sangat dianjurkan. Entrepreneurship kini memang menjadi fenomena menarik. Banyak orang berbondong ingin menjadi entrepreneur. Baik tua maupun muda. Baik yang belum pernah berprofesi, maupun yang sebelumnya sudah menjadi karyawan. Iming-iming keberlimpahan materi dan ketenaran menjadi salah satu pendorong mereka. Diakui atau tidak, usahawan memang sangat dibutuhkan. Mereka membuka lapangan pekerjaan, tidak mencari pekerjaan. Hal inilah yang dianggap dapat membawa kemanfaatan kepada masyarakat. Apalagi, di jaman yang penuh persaingan seperti ini. Seseorang harus mampu menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif. Oleh karena itu, menjadi seorang pengusaha dinilai menjadi salah satu instrumen efektif untuk mengurangi kemiskinan dan ketertinggalan sebuah bangsa. Awalnya Islam adalah agama kaum pedagang. Islam lahir di kota dagang dan disebarkan oleh pedagang. Sampai abad ke-13, penyebaran Islam dilakukan oleh para pedagang muslim ke berbagai penjuru dunia. Bahkan, Rasulullah SAW tak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk menjalankan entrepreneurship dalam rangka mencari kesuksesan. Sebuah hadist menyebutkan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari berdagang. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 : ض اَ ِذاَف ت َي ِق ن ََّ َفاف َْقِ َ ف َ َ َر ِ ق ِْ َق ا اِف اَذ َُِ َ َِْ َاف ف و ِ ِ ة لَّٰصق ت ِق ض َِ َاف َاكْاف هق ف ومَٰول َقع َكرِي ََْف هق َ َن ِٰح ََّ َق َ َِِ ا jugaقditegaskan,“قApabilaقtelahقditunaikanقsembahقyang,قmakaقbertebaranlahقkamuقdiقmukaقbumiق dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknyaقagarقkamuقberuntung.”قDalam surat tersebut terdapat dua kata kunci, yaitu bertebaranlah dan carilah. Artinya, kita tidak hanya dituntut untuk bekerja dan berusaha. Tetapi juga menggunakan seluruh potensi dan kemampuan bisnis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pengertian Entrepreneur itu sendiri ? 2. Bagaimana ciri-ciri seorang Entrepreneur ? 3. Apa pengertian dari Etos dan Kerja ? 4. Bagaimana cara etika berbisnis dalam Islam yang baik ? 5. Bagaimana manajemen Islam itu di terapkan oleh seorang Entrepreneurship ? 6. Apa saja pilar-pilar manajemen Islam dalan Entrepreneur ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun Tujuan yang ingin dicapai, adalah : 1. Untuk mengetahui peran seorang entrepreneur dalam dunia bisnis 2. Untuk mengetahui kinerja atau etos kerja yang baik dalam islam 3. Untuk mengetahui etika dan tata cara berbisnis yang sesuai dengan ajaran Rasulullah 4. Untuk menambah wawasan tentang peranan seorang Entrepreneurship Adapun Manfaat yang ingin diperoleh : Mengurangi Kemiskinan dan ketertinggalan suatu bangsa dalam suatu negara Membuka Lapangan Pekerjaan Menciptakan suatu kreasi baru dalam dunia entrepreneur Menyajikan sebuah konsep cara berbisnis yang sesuai dengan ajaran Islam BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Entrepreneur Kata Entrepreneur diartikan sebagai seseorang yang selalu membawa perubahan, inovasi, ide-ide baru dan aturan baru. Entrepreneur yaitu seeorang yang mempunyai dan membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, serta asset yang lainnya pada suatu kombinasi yang mampu melakukan suatu perubahan/ menambahkan nilai yang lebih besar daripada nilai yang sebelumnya. Sedangkan Entrepreneurial yaitu aktifitas/ kegiatan dalam menjalankan suatu usaha atau berwirausaha. QS. Al-Insyiqaaq/84: 6 َ ۡذفق َاذُّققف ا فُِو َق ل ٌَذ ِِ َق ن ٰۤفِ لق قق ِِسققياَق لِٰقم ٌ سَح َدذ َر ِِّْ َق َ ُن ف س ِ س لٰۤق Terjemahnya ق:“ ق قHai قmanusia, قSesungguhnya قkamu قTelah قbekerja dengan sungguhsungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya”.(قQS.قAl-insyiqaaq: 6)16 Seorang Entrepreneur melakukan aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru , memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia entrepreneur didefinisikan :"Sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." Jadi seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif serta imajinatif ketika ada sebuah peluang usaha dan bisnis baru.namun disamping itu seorang entrepreneur harus dapat memberdayakan dirinya untuk kebaikan sekitarnya, bukan orang yang memanfaatkan sekitarnya untuk kepentingan dirinya. 2.2. Ciri-ciri seorang Entrepreneur 1. Memiliki mimpi besar .Seorang entrepreneur selalu memiliki mimpi besar, mereka mulai menjalankan bisnisnya karena adanya motivasi untuk mencapai mimpi besar mereka. Mimpi yang mereka miliki, menjadi tujuan dari semua usaha yang dilakukannya. Sehingga dalam mengambil keputusan, seorang entrepreneur akan menyesuaikannya dengan mimpi yang dimilikinya. Jadi segala peluang usaha yang dijalankannya akan lebih terarah, dan berhasil mencapai kesuksesan. Mimpi seorang entrepreneur bukan sekedar menjadi seorang pegawai, namun ia memiliki cita – cita besar untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dapat memberdayakan masyarakat. 2. Pandai mengatasi ketakutannya .Banyak orang yang masih takut untuk mengambil resiko, namun hal ini tidak berlaku bagi seorang entrepreneur. Mereka pandai dalam mengelola ketakutannya dan menumbuhkan keberanian untuk meninggalkan segala kenyamanan yang ada, serta memilih menghadapi sebuah resiko. Namun keberanian untuk menghadapi resiko tetap disertai dengan perhitungan yang matang. Sehingga seorang entrepreneur bukan hanya berani nekat saja, tetapi juga berani bertanggungjawab atas keputusan yang telah diperhitungkannya. 3. Mempunyai cara pandang yang berbeda . Seorang entrepreneur selalu memandang masalah, kesulitan, keadaan lingkungan sekitar, perubahan trend dan kejadian yang sedang dihadapinya saat ini, untuk memunculkan kreativitas guna menciptakan ide – ide bisnis dan konsep bisnis yang memiliki prospek cukup cerah. Selain itu segala kejadian yang ada di sekitarnya menjadi ide bagi mereka, yang selanjutnya dijadikan sebagai peluang usaha baru yang menjadi impiannya. 4. Pemasar sejati atau penjual ulung. Seorang entrepreneur juga memiliki kemampuan dalam menyusun strategi pemasaran bisnis, sehingga dalam membangun sebuah bisnis pertumbuhannya bisa semakin cepat. Tanpa adanya skill ini, orang yang memulai usaha akan memperoeh beban lebih berat dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai impiannya. 5. Menyukai tantangan. Banyak orang yang memilih untuk bertahan di zona aman, namun seorang entrepreneur tidak suka berlama – lama dengan kegiatan yang monoton. Dia lebih suka menggunakan kreativitasnya untuk menjadikan tantangan yang dihadapinya menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Bahkan banyak entrepreneur yang menganggap tantangan adalah peluang bagi mereka. 6. Mempunyai keyakinan yang kuat .Ciri yang keenam ini yang sering dilupakan oleh orang lain. Entrepreneur memiliki keyakinan bahwa sebenarnya kegagalan itu tidak ada. Bagi mereka yang ada hanya rintangan besar, sangat besar dan rintangan kecil. Kegagalan hanya muncul pada orang yang tidak berusaha mencari jalan keluar dari masalahnya. Namun dengan menganggap bahwa semuanya hanya rintangan, entrepreneur selalu optimis bahwa semua rintangan bukan akhir dari segalanya dan pasti ada jalan keluar untuk menghancurkan rintangan tersebut. 7. Selalu mencari yang terbaik . Selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik guna memberikan hasil yang terbaik pula bagi para konsumennya. Itu yang selalu ada dalam diri seorang entrepreneur, mereka cenderung perfectionist. Karena mereka memiliki tujuan untuk mencari cara yang terbaik agar konsumennya tidak merasa kecewa dengan pelayanan yang telah diberikannya. 8. Disiplin waktu untuk pemenuhan target . Kedisiplinan menjadi hal penting bagi seorang entrepreneur, bagi mereka waktu yang terbuang sama halnya melewatkan sebuah peluang besar untuk mendapatkan keuntungan. Maka benar adanya jika ada pepatah yang mengatakan ق“ قtime قis قmoney ق” قkarena قdengan قmembuang waktu sama halnya dengan melewatkan begitu saja peluang untuk mendapatkan penghasilan. Oleh sebab itu seorang entrepreneur selalu disiplin dalam segala hal, untuk mencapai target yang mereka tentukan. 9. Memiliki kemampuan untuk memimpin .Seorang entrepreneur merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan pemimpin bagi para karyawannya. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, Anda dapat memotivasi diri sendiri dalam hal pengambilan keputusan.Selain itu ketika menjadi seorang entrepreneur, maka secara tidak langsung Anda juga harus siap menjadi pemimpin yang baik bagi para karyawan Anda, karena mereka berkaca pada diri Anda. Jadilah teladan yang baik bagi karyawan Anda, dan dorong mereka agar dapat memberikan yang terbaik bagi para para konsumen. 10. Pantang menyerah . Yang kesepuluh yaitu pantang menyerah, seorang entrepreneur memiliki visi dan semangat juang yang besar. Mereka pantang menyerah pada hambatan, tidak pernah putus ada untuk selalu mencoba memberikan yang terbaik bagi para konsumennya. Jika menemui jalan buntu, seorang entrepreneur tidak akan diam begitu saja menerima kegagalan. Mereka akan mencari jalan alternatif, agar bisa meraih impiannya. 2.3 Sifat-sifat seorang wirausaha adalah: Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras. 2.4 Etika Berbisnis dalam Islam Kegiatan bisnis (usaha) dalam kacamata Islam, bukanlah kegiatan yang boleh dilakukan dengan serampangan dan sesuka hati. Islam memberikan rambu-rambu pedoman dalam melakukan kegiatan usaha, mengingat pentingnya masalah ini juga mengingat banyaknya manusia yang tergelincir dalam perkara bisnis ini. Faktanya terdapat ancaman keras bagi pelaku bisnis yang tidak mempedulikan etika, tetapi juga janji berupa keutamaan yang besar bagi mereka yang benar-benar menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan. Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tetntang etika bisnis, maka landasan filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya, yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah wa hablumminannas). Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap muslim yang berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran "pihak ketiga" (Tuhan) di setiap aspek hidupnya. Keyakinan ini harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena Bisnis dalam Islam tisak semata mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akherat. Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang "dibisniskan" (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat. Pembahasaan mengenai prinsip Islam dalam dunia enterpreunership tentunya sangatlah panjang, tetapi dalam bahasan singkat ini kita bisa mendapat gambaran tentang garis besar tentang prinsip-prinsip moral yang harus dipegang teguh oleh seorang pebisnis Muslim. 1. Niat yang Ikhlas. Keikhlasan adalah perkara yang amat menentukan. Dengan niat yang ikhlas, semua bentuk pekerjaan yang berbentuk kebiasaan bisa bernilai ibadah. Dengan kita lain aktivitas usaha yang kita lakukan bukan semata-mata urusan harta an perut tapi berkaitan erat dengan urusan akhirat. Contoh niat yang ikhlas dalam usaha bisa berlaku dlam lingkup pribadi maupun sosial. Dalam lingkup pribadi misalnya meniatkan usaha yang halal untuk menjaga diri dari memakan harta dengan cara haram, memelihara diri dari sikap meminta-minta, untuk mendukung kesempurnaan ibadah kepada Allah I, menjaga silaturrahim dan hubungan kerabat dan motivasi positif lainya Dalam lingkup sosial, misalnya meniatkan diri mencari harta untuk ikut andil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat muslim, memberi kesempatan bekerja yang halal bagi orangقlain,قmembebaskanقummatقdariقketergantunganقterhadapقproduk“قorangقlain”,قdanق motif sosial lainnya. Niat seperti diaktakan sebagian orang-adalah bisnisnya para ulama. Karena pahala dari suatu perbuatan bisa bertambah berkali-kali lipat jika didasari dengan niat yang ikhlas. 2. Akhlaq yang Mulia Menjaga sikap dan perilaku dalam berbisnis adalh prinsip penting bagi seorang pebisnis muslim. Ini karena Islam sangat menekankan perilaku (aklhaq) yang baik dalam setiap kesempatan, termasuk dala berbisnis. Akhlaq قmulia قdalam قberbisnis قditekankan قoleh قRasulullah قe قdalam قsabdanya“ قSeorangق pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan dikumpulkan bersama para nabi para shiddiq dan oarang-orang yang mati syahid. Dalam kesempatan lain Rasulullah e bersabda “SemogaقAllahقmemberiقrahmatNyaقkepadaقorangقyangقsukaقmemberiقkelonggaranقkepadaق orang lain ketika menjual,قmembeliقatauقmenagihقhutang”(قShahihقBukhari). 3. Usaha yang halal Seorang pebisnis muslim tentunya tidak ingin jika darah dagingnya tumbuh dari barang haram, ia pun tak ingin memberi makan kelauraganya dari sumber yang haram karena kan sungguh berat konsekuensinya di akhirat nanti. Dengan begitu, ia akan selalu berhati-hati dan berusaha melakuan usaha sebatas yang dibolehkan oleh Allah I dan RasulNya. Rasulullahقeقbersabdaق:“قSetiapقdagingقyangقtumbuhقdariقbarangقharamقmakaقnerakaقlebihق berhak baginya”(قShahihulقJami’) 4. Menunaikan Hak Seorang pebisnis muslim selayaknya bersegera dalam menunaikan haknya, seprti hak aryawannya mendapat gaji, tidak menunda pembayaran tanggungan atau hutang, dan yang terpenting adalah hak Allah I dalam soal harta seperti membayar zakat yang wajib. Juga, hak-hak orang lain dalam perjanjian yang telah disepakati. Dalil yang menunjukkan hal ini adalh peringatan Rasulullah e kepada oarang mampu yang menunda قpembayaran قhutangnya“ قOrang قkaya قyang قmemperlambat قpembayaran قhutang adalahقkezaliman”(قHRقBukhari,قMuslimقdanقMalik) 5. Menghindari riba dan segala sarananya Seorang muslim tentu meyakini bahwa riba termasuk dosa besar, yang sangat keras ancamannya. Maka pebisnis muslim akan berusaha keras untuk tidak terlibat sedikitpun dalam kegiatan usaha yang mengandung unsur riba. Ini mengingat ancaman terhadap riba bukan hanya kepada pemakannya tetapi juga pemberi, pencatat, atau saksi sekalipun disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah e melaknat mereka semuanya dan menegaskan bahwa mereka semua sama saja (Shahih Muslim No. 1598) 2.5 Manajemen Islam Manajemen modern yang berasal dari Barat cenderung mengasingkan manusia dari manusia di sekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai manusia sosial. Manajemen modern menghasilkan manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam tanpa ada lagi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan kehidupan sosial dengan masyarakat di sekitarnya. Melihat perkembangan tersebut, para pakar manajemen mencoba menggali dan mencari referensi-referensi konsep dan ide manajemen berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber-sumber Islam. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen. Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. 2.6 Pilar Manajemen Islam Ada empat pilar etika enterpreunership menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW : Pilar pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya. Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju. Pilar ketiga, kehendak bebas artinya manajemen Islam mempersilahkan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal. Dan keempat , adalah pertanggungjawaban artinya Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan. BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Ada beberapa karakteristik entrepreneurship dalam rumah makan padang Putri Minang, yaitu : pandai memanfaatkan sesuatu, Tidak boros dan kikir, sabar menjalani tantangan berwirausaha, berani mengambil resiko, pantang putus asa, menghargai proses, amanah dan bertanggung jawab. 2. Pengusaha yang baik mnurut islam harus menerapkan kejujuran, memberikan pelayanan dan kualitas serta tampilan produk terbaik. Saran-saran Setelah ksmi meneliti dan membahas entrepreneurship dalam islam, kami ingin memberikan saran yaitu : 1. Berwirausaha adalah amal sholeh, dengan berwirausaha maka akan menciptakan kesempatan kerja kepada masyarakat, sehingga dapat mengurangi kemiskinan.