MAKALAH PENYEHATAN AIR “Penyakit yang ditularkan Melalui Air’’ Dosen Pembimbing : Aris Budianto, S.T., M.KM Endang Uji Wahyuni, S.KM., MKM Disusun oleh : KELOMPOK 7 1. Dewi Purnamasari P21335118017 2. Jeremie Ethelbert P21335118026 3. Rogate Jenyfer Prisqilla P21335118055 4. Salma Fitria P21335118057 5. Wiwik Purwasih P21335118077 Kelas : 2DIVB POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN F3, Jl. Hang Jebat III No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120 1 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah Penyehetan Air ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta memberikan ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam pada mata kuliah Penyehatan Air Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya. Jakarta, Februari 2020 Penyusun 2 I. Siklus Hidrologi Ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Lebih dari 97% air di permukaan bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah. Jika ditinjau dai segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada. Total air di bumi (100%) Air tawar (3%) Air tawar yang tersedia (0,5%) Air tawar dengan kualitas yang memadai bagi konsumsi manusia (0,003%) Gambar 3.2 Persentase ketersediaan air tawar di bumi dengan kualitas yang memadai bagi konsumsi manusia (modifikasi Miller.1992). Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di Bumi. Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi kemudian menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke Bumi yang berlangsung secara terus menerus. Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara terus- menerus inilah yang menyebabkan air seperti tidak pernah habis. Siklus ini mempunyai peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk di Bumi. Karena adanya siklus inilah ketersediaan air di Bumi bisa selalu terjaga. Untuk lebih jelasnya mengenai siklus hidrologi dapat digambarkan sebagai berikut: 3 Proses siklus hidrologi secara garis besar yaitu : pertama seluruh air yang ada di bagian bumi mana pun akan menguap. Seluruh air akan menguap ke atmosfer atau lebih tepatnya ke angkasa lalu air ini akan berubah menjadi awan di langit. Setelah itu, air yang telah berubah menjadi awan akan berubah lagi menjadi bintik air. Bintik air tersebut selanjutnya akan turun ke bumi dalam bentuk hujan dapat pula dalam bentuk es dan dapat pula salju. Setelah hujan turun, air akan masuk ke dalam celah atau pori tanah dengan arah gerak vertikal atau pun arah horizontal. Air tersebut selanjutnya akan kembali ke aliran permukaan air yang mana akan terus mengalir hingga kembali ke danau atau sungai. Siklus hidrologi mempunyai sembilan tahapan atau komponen yaitu evaporasi sebagai tahap pertama lalu diikuti oleh transpirasi, evapotranspirasi dan sublimasi serta kondensasi. Tahap selanjutnya ialah tahap adveksi, tahap presipitasi dan tahap run off serta yang terakhir tahap infiltrasi. 1.1 Manfaat Siklus Hidrologi a. Water Suply Air yang ikut sirkulasi siklus hidrologi hanya 521.000 km3/th, yang berarti 1,427.1015 liter/hari. Bila penduduk bumi 6 milyar dan kebutuhan air 200 liter/hari, maka akan membutuhkan air 1,2.1012liter/hari, sedangkan air yang ikut sirkulasi sebesar 1,427.1015 liter/hari. Jadi masih ada kelebihan air yang dimanfaatkan oleh tumbuhan 4 dan hewan lainnya yang tidak akan mengganggu kondisi air yang sedang mengalir di sungai, air bawah tanah, danau, dan keberadaan laut. Dalam sirkulasi hidrologi, air melalui berbagai tempat. Terutama di daratan baik yang melalui permukaan atau bawah tanah. Berdasarkan hitungan di atas jumlah air sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia, hewan ataupun tumbuhan. Namun memang tiap daerah berbedabeda kualitas dan kauntitasnya, ada kekurangan, kecukupan dan kelebihan, tetapi secara total masih sangat mencukupi. Penduduk pegunungan tidak perlu menuju laut untuk memenuhi kebutuhan airnya, cukup menanti hujan atau aliran permukaan atau mengambil di pancuran atau di telaga. Pendudukan perkotaan yang datar, cukup mengambil air dari air bawah tanah atau menjernihkan dari air permukaan. Semua kebutuhan air tercukupi baik dari segi jumlah maupun tempatnya. b. Resource Life Air merupakan kebutuhan mutlak setiap makluk hidup. Tanpa ada air mustahil ada kehidupan. Setelah bumi terbentuk, kemudian mendingin mengkerut, mulai terbentuk air yang mengisi keriput-keriput bumi. Titik air baru terbentuk sebagai aktifitas gunung berapi. Air saat itu masih tawar dan belum ada kehidupan. Kemudian karena adanya panas matahari, panas bumi dan sifat air mulailah terbentuk penguapan, awan, hujan, air tanah, sungai danau, dan laut, sehingga sempurnalah siklus hidrologi. Kehidupan pertama kali terbentuk dari adanya petir dari pertemuan dua awan, yang mengenai permukaan air tawar, sinar ultra violet, panas dan sinar radiasi (Hendro Darmodjo, 1984/1985, 4). Saat itu mulailah terbentuk unsur-unsur kehidupan dan akhirnya terbentuk mahkluk sederhana di dasar air tawar. Kemudian secara evolusi terjadilah makhluk seperti sekarang ini.Sampai sekarang air merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suatu makhluk hidup atau kehidupan. Suatu mikroorganisme, bijian kurang dapat berkembang atau tidak aktif dalam kondisi kering tidak ada air, ketika air ada bijian mulai tumbuh, mikroorganisme mulai aktif. Bahkan pada litosfer yang kering kerontang, hampir dapat dipastikan kehidupan di sana berjalan lamban, kurang beraktifitas, lambat berkembang, namun begitu ada air semua kehidupan menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk hidup. c. Resource Energy Siklus hidrologi memungkin air hujan jatuh di pegunungan atau dataran tinggi. Oleh karena gravitasi air mengalir menuju tempat yang rendah. Perbedaan ketinggian daratan yang dilalui air akan mengakibatkan kekuatan air untuk mengalir lebih kuat, 5 semakin tinggi menuju ke rendah semakin kuat kekuatan air. Kekuatan air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada kekuatan yang cukup oleh penduduk dimanfaatkan untuk memutar kincir, menumbuk, sedangkan pada kekuatan yang besar dapat digunakan untuk memutar turbin penghasil listrik yang dapat dinikmati di rumah kita saat ini. d. Obyek Wisata Kabut di pegunungan, air terjun, awan yang tebal, hujan gerimis, danau, aliran sungai, sungai bawah tanah, stalaktit, stalakmit, mata air, sumur artesis, gelombang laut, semuanya merupakan bagian dari siklus hidrologi. Keadaan itu semua terbentuk oleh adanya siklus hidrologi ribuan tahun, dan sekarang keindahannya dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Dapat dibayangkan bila air tidak mengalir mengikuti siklus hidrologi, semua keadaan tersebut di atas tidak akan ada. Manfaat lain adanya siklus hidrologi diantaranya : Sebagai sarana transportasi aliran sungai, lautan, danau Untuk menjadi kelembaban atmosfer maupun litosfer Membentuk musim Mempengaruhi iklim, pergerakan udara/angina Menyebarkan berbagai mikroorganisme, biji-bijian, dsb. 1.2 Dampak Kegiatan Manusia terhadap Siklus Hidrologi a. Penebangan hutan Penebangan hutan secara berlebihan yang mengakibatkan pengaruh terhadap resapan air ke dalam tanah. Hutan yang gundul tidak akan dapat menyerap air sehingga ketika hujan turun air akan mengalir langsung ke laut. Karena tidak ada resapan yang terjadi karena hutan gundul, akibatnya lapisan atas tanah dan humus terkikis oleh air yang mengalir. Terbukanya permukaan tanah menyebabkan kapasitas intersepsi hujan menurun drastis, hujan yang jatuh langsung memukul permukaan tanah dan memecahkan matriks tanah menjadi partikel tanah yang kecil‐kecil. Sebagian dari partikel tanah menutup pori tanah dan memadatkan permukaan tanah, sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi. Dengan menurunnya kapasitas infiltrasi maka jumlah aliran permukaan meningkat dan jumlah aliran air 6 yang menuju ke bawah permukaan untuk mengisi air tanah berkurang. Aliran permukaan menjadi energi yang dapat menggerus partikel tanah di permukaan dan mengangkutnya ke tempat lain sebagai bagian dari proses erosi. b. Pembangunan pemukiman Pembangunan pemukiman yang tidak memperhatikan aspek lahan serapan air, akibatnya lahan yang seharusnya menjadi tempat serapan air menjadi tertutupi pemukiman, dimana dipastikan sebagian besar halaman pemukiman di tutup oleh jalanan, semen/beton. c. Pembukaan lahan Untuk keuntungan dalam hal bisnis, ekonomi, dan sosialisasi masyarakat hutan-hutan banyak di tebangi dan lahan-lahan baru yang telah terbuka di alih fungsikan menjadi lahan industri, perumahan, atau lahan pertanian. Akibatnya daerah resapan air menjadi berkurang. d. Pemakaian Berbagaai Zat Kimia Berbagai zat kimia yang dilepaskan ke udara maupun lingkungan sebagai akibat aktivitas manusia juga mempengaruhi kandungan air hujan yang turun ke bumi. Berbagai kandungan zat kimia tersebut akan terakumulasi dengan air hujan yang membahayakan bagi manusia yang terjadi saat ini contohnya hujan asam II. Komponen Siklus Hidrologi 1) Evaporasi Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut serta tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar matahari dan penguapannya disebut evaporasi. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi menimbulkan efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar matahari ialah pendukung utama dalam tahap evaporasi 7 sehingga semakin terik sinarnya, maka semakin besar molekul air yang terangkat. 2) Transpirasi atau penguapan air di jaringan makhluk hidup Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang terjadi bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah penguapan yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan hewan dan prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas. Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau ke atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun dari tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses transpirasi, molekul cair yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi. 3) Evapotranspirasi Evotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evotranspirasi ialah suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah seluruh air dan jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling mempengaruhi siklus hidrologi atau jumlah air yang terangkut. 4) Sublimasi Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses penguapan yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang sama ialah perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang ada di kutub dan di gunung yang tidak melewati proses cair. Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak sebanyak hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap sublimasi tetap berpengaruh terhadap berjalannya siklus hidrologi sehingga tak dapat dilewatkan atau bahkan dihilangkan. Hal yang membedakan tahap sublimasi dari tahap evaporasi, tahap ini memerlukan waktu yang lebih lama atau lambat. 8 5) Kondensasi Setelah melalui empat tahap di atas, selanjutnya yaitu tahap kondensasi yang mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan dan semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam. 6) Adveksi Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang terjadi ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan awan di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi karena adanya angin dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu pula sebaliknya. 7) Presipitasi Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat celcius, kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es. 8) Run off Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap ini air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah melalui berbagai saluran. Saluran yag dimaksud sebagai contoh saluran got, sungai dan danau atau laut bahkan samudera. 9) Infiltrasi Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang terjadi, tahap ini merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air hujan yang turun ke bumi tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap limpasan, namun akan mengalir pula ke tanah. Merembesnya air hujan ke pori tanah inilah yang disebut dengan infiltrasi lalu seluruhnya akan kembali ke laut. 9 III. Macam Macam Siklus Hidrologi 1) Siklus hidrologi pendek Pada siklus pendek tidak akan terjadi tahap adveksi atau perpindahan awan. Molekul cair yang telah berubah menjadi uap akan turun sebagai hujan di daerah sekitar laut. Secara singkat siklus hidrologi pendek yaitu terjadi penguapan air laut atau evaporasi karena paparan sinar matahari yang menyinari lautan. Selanjutnya air laut akan berubah menjadi molekul uap yang kemudian akan terjadi tahap kondensasi atau pembentukan partikel es di awan. Tahap terakhir dari siklus hidrologi pendek yaitu turunnya awan menjadi hujan di atas permukaan laut. Setelah hujan turun ke laut, dengan kata lain air laut yang awalnya menguap telah kembali lagi ke laut. 2) Siklus hidrologi sedang Siklus ini merupakan siklus yang paling umum di Indonesia. Pada siklus hidrologi sedang, tahap atau proses adveksi tetap ada dan berjalan, berbeda dengan siklus pendek. Siklus hidrologi sedang menghasilkan hujan yang akan turun di daerah daratan yang kemudian air hujan akan kembali ke badan air. Siklus hidrologi sedang tahapan yang pertama yaitu tahap evaporasi atau penguapan dari berbagai air yang ada di badan air. Lalu air akan berubah menjadi molekul gas atau uap dan terangkat ke atmosfer bagian atas karena pengaruh sinar matahari. Kemudian uap tersebut bergerak karena pengaruh tahap adveksi sehingga uap berjalan ke arah daratan. Setelah sampai pada atmosfer daratan, uap air akan berubah menjadi awan yang mana setelah itu hujan akan turun ke bumi. Tahap selanjutnya yaitu air hujan yang telah turun atau sampai ke daratan akan mengalami tahap 10 limpasan atau run off. Air hujan akan mengalami pergerakan melalui berbagai saluran hingga pada akhirnya kembali ke laut. 3) Siklus hidrologi panjang Siklus ini biasa terjadi di daerah seperti pegunungan. Tak hanya terjadi di daerah pegunungan, siklus hidrologi panjang juga terjadi di suatu daerah yang beriklim subtropis. Perbedaan yang ada dalam siklus panjang dibanding siklus lainnya yaitu awan tak langsung turun menjadi hujan. Tahap pertama dari siklus ini yaitu air laut mengalami penguapan atau evaporasi lalu berubah menjadi molekul gas atau uap. Perubahan yang terjadi akibat adanya panas dari sinar matahari, kemudian uap akan mengalami tahap sublimasi. Selanjutnya akan terbentuk awan yang berisi kristal es lalu terjadilah tahap adveksi atau perpindahan awan ke titik yang lain. Pada tahap adveksi, awan yang di dalamnya mengandung kristal akan berubah arah menuju daratan dan mengalami presipitasi. Setelah presipitasi terjadi, hujan akan turun, namun hujan yang turun berbentuk salju tidak berbentuk air yang terakumulasi menjadi gletser. Kemudian gletser yang telah ada di daratan akan mencair akibat dari pengaruh suhu dan tekanan. Akibat mencairnya gletser, akan terbentuk air yang mana berjalan menuju aliran air sungai dan membentuk aliran air sungai. Selanjutnya air yang berawal dari salju kemudian berubah menjadi gletser dan terbentuk air akan melakukan pergerakan ke arah laut. Saat itulah, seluruh air yang telah melewati beberapa tahap siklus hidrologi akan kembali lagi ke laut. IV. Sumber Air dan Karakteristiknya Dalam sistem penyediaan air bersih, sumber air merupakan satu komponen yang mutlak harus ada, karena tanpa sumber air sistem penyedian air tidak akan berfungsi. Dengan mengetahui karakteristik masing-masing sumber air serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, diharapkan dapat membantu di dalam pemilihan air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih, serta mempermudah tahapan selanjutnya di dalam pemilihan tipe dari pengolahan untuk menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas secara fisik, kimiawi dan bakteriologis. Secara umum sumber air sebagai berikut : 11 1) Air Permukaan Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Pada perinsipnya air permukaan terbagi menjadi: a. Air sungai Air sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidak meresap kedalam tanah akan mengalir secara grafitasi searah dengan kemiringan permukaan tanah dan mengalir melewati aliran sungai. Sebagai salah satu sumber air minum, air sungai harus mengalami pengolahan secara sempurna karena pada umumnya memiliki derajat pengotoran yang tinggi. b. Air Danau Air danau adalah air permukaan ( berasal dari hujan atu air tanah yang keluar ke permukaan tanah ), terkumpul pada suatu tempat yang relative rendah/ cekung. Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku air bersih adalah : Air waduk (berasal dari air hujan) Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air) Air danau (berasal dari air hujan, air sungai, atau mata air Di daerah hulu pemenuhan kebutuhan air secara kuantitas dan kualitas dapat disuplai oleh air sungai, tetapi di daerah hilir pemenuhan kebutuhan air sudah tidak dapat disuplai secara kualitas lagi karena pengaruh lingkungan seperti sedimentasi serta kontaminasi oleh zat-zat pencemar seperti Total Suspended Oil (TSS) yang berpengaruh pada kekeruhan,serta limbah industri. 2) Air Tanah (Ground Water) Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan tanah dan juga air yang berasal dari air hujan yang jatuh di permukaan tanah/bumi dan meresap kedalam tanah dan mengisi rongga-rongga atau pori didalam tanah. Air tanah biasanya mempunyai kualitas yang baik karena zat-zat pencemar air tertahan oleh lapisan tanah. Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih rendah 12 dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih mudah terkontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih sedikit. Air tanah terbagi atas: a. Air Tanah Dangkal Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah lebih banyak mengandung zat kimia berupa garam-garam terlarut meskipun kelihatan jernih karna sudah melewati lapisan tanah yang masing-masing mempunyai unsur-unsur kimia tertentu. Meskipun lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan namun pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah. Air tanah dangkal umumnya mempunyai kedalaman kurang dari 50 meter. b. Mata Air Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan 16 tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut terus- menerus di ambil maka semakin lama akan habis. 3) Air Laut Air laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori yang biasa dipilih sebagai sumber air baku untuk untuk air bersih atau air minum, karena memiliki kandungan garam (NaCl) yang cukup besar. 4) Air Hujan Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. Sifat-sifat air hujan: Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral. Air hujan umumnya bersifat bersih 13 Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain) Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan. Sehingga hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat diambil secara terus menerus, karena tergantung pada musim. 14 Daftar Pustaka Wikipedia.2014.Hujan.(Online).Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan Kodoatie,Robert J. 1996.Pengantar Hidrogeologi Yogyakarta:Andi Yogyakarta Effendi Hefni 2003.Telaah Kualitas Air Yogyakarta:kanisius http://eprints.polsri.ac.id/1340/3/BAB%20II.pdf Sutrisno, Totok C. dkk.2010.Teknologi Penyediaan Air Bersih.Jakarta:Rineka Cipta https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/komponen-siklus-hidrologi diakses pada tanggal 21 Februari 2020 pukul 11.58 https://ekosistem.co.id/siklus-hidrologi/ diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pukul 12.05 https://www.yuksinau.id/daur-air/ https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/jenis-siklus-air 15