NAMA : NOVA RIZKI EDITYASWATI NPM : 20207370110 KELAS : S-II IPS, 2n EKSTENSI B (MINGGU PAGI) MATA KULIAH : TEORI DAN PRINSIP PENDIDIKAN DOSEN : Dr. Sudjarwo S., M.Sc. Jawaban: Dalam mata kuliah Teori dan Prinsip Pendidikan yang sudah ditempuh selama kurang lebih tiga belas kali pertemuan maka saya memilih materi ke sepuluh yaitu mengenai “Teori Pendidikan Karakter”, maka dari itu saya akan mencoba menganalisis topic tersebut: Dalam pertemuan topik ke sepuluh mengenai “Teori Pendidikan Karakter” saya begitu tertarik dengan topic kali ini, terlebih materi ini disampaikan secara terstruktur oleh bapak Dr. Sudjarwo S., M.Sc. maka dari itu saya mencoba menganalisis menganai topic ini. Dalam pendidikan karakter guru merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembentukan karakter anak di sekolah, selain disekolah peran utama pendidikan karakter dilakukan oleh lingkup terkecil yaitu lingkup keluarga. Dengan adanya guru sebagai salah satu unsur terpenting dalam pembentukan karakter maka seorang guru atau pendidik harus mampu memiliki sikap yang mencerminkan hal yang baik, mampu menerapkan nilai-nilai norma dalam kehidupan. Sikap merupakan hal utama dalam pendidikan karakter, sikap itu sendiri merupakan Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999). Pembentukan sikap akan terjadi melalui pengalaman langsung yang dapat dilihat atau dirasakan oleh seseorang, misalnya seorang guru mencerminkan nilai-nilai tanggungjawab bilamana peraturan masuk sekolah jam 06.30 pagi maka guru tersebut pun harus mengikuti peraturan yang ada agar peserta didik mampu mencontoh gurunya. Selain itu sikap pun akan terwujud atau terbentuk oleh tiga unsur yaitu afektif/emosi, perilaku yang ditampilkan, dan pengetahuan yang didapatkan. Dengan adanya ketiga unsur tersebut maka sikap akan muncul dalam diri peserta didik. Untuk memiliki suatu sikap harus mempunyai bagian penting sebagai pengaruh terhadap diri, yang dimana ditentukan dengan emosi bukan dengan rasionalnya. Oleh karena itu terjadinya suatu proses yang nantinya akan menjadi sebuah sikap. Sikap-sikap yang didapatkan bisa melalui dari rasa kepercayaan yang ditimbulkan, nilai atau standar budaya untuk menentukan apa yang baik dan yang buruk dalam masyarakat, dan biasanya sikap dapat diperolah dari dua macam hal yaitu nilai-nilai agama dan nilai moral yang dipercayai dan dilakukan dalam lingkungan hidup peserta didik tersebut. Selain itu menurut (Sudjarwo,2020) adanya suatu model terbentuknya sikap dan respon seseorang yang apabila dilakukan secara berulang-ulang maka akan membentuk karakter. Dengan anggapan demikian saya setuju akan hal tersebut, yang dimana sikap dan respon seseorang akan suatu hal yang dilakukan secara berulang-ulang maka akan membentuk karakter bagi orang tersebut. Karakter akan terbentuk apabila seseoran menyikapi dan merespon suatu hal yang berulang- ulang. Karakter erat kaitannya dengan akhlak, etika, norma dan nilai-nilai yang dikaitkan dengan kekuatan moral yang bersifat negative bahkan positif. Karakter akan dapat membedakan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang akan menjadikan mereka mempunyai karakter yang unik antara satu dengan yang lainnya. Karakter pun merupakan suatu nilai-nilai yang unik yang dimiliki, dihayati serta dijadikan perilaku keseharian dalam kehidupan seseorang. Dalam mengembangakn karakter yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak factor-faktor seperti factor yang ada dalam diri, lingkungan, orang lain, dan lain-lain. Maka dari itu dalam pendidikan karakter apabila memiliki kompetensi seperti kognitif, afektif dan psikomotor yan baik maka akan mempunyai karakter yang baik pula. Dalam topic ini Bapak Sudjarwo menjelaskan mengutip dari Kemendiknas, bahwasanya koherensi karakter dalam konteks totalitas proses psikosial yang dimana perilaku berkarakter merupakan suatu: 1. Olah pikir dengan cara berpikir cerdas dan kreatif 2. Olah hati dengan cara jujur serta bertanggungjawab 3. Olahraga dengan cara sehat, kuat serta bersih 4. Olah rasa dan karsa dengan cara peduli serta gotong royong Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berarakter akan muncul apabila kita menerapkan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai norma, moral serta nilai-nilai kebaikan maka nantinya kita akan membentuk karakter yang baik pula. Dalam kurikulum nasional yaitu kurikulum 2013 yang disempurkana nilai-nilai karakter siswa lebih diapresiasi dalam pembelajaran yang ada, maka dari itu cakupan nilai karakter yang ada dalam kurikulum nasional mencakup: 1. Kejujuran 2. Kesantunan 3. Kerjasama 4. Asertivitas 5. Bermoral 6. Kreatif 7. Disiplin 8. Produktif bukan konsumtif 9. Terampil 10. Mandiri 11. Punya rasa empati dengan sesama manusia 12. Tahu diri serta mawas diri 13. Berfikir analitis dan antisipatif 14. Berfikir cerdas 15. Positif thingking 16. Suka menolong sesame 17. Perilaku inovatif 18. Beriman dan bertaqwa Dengan adanya penilaian karakter dalam kurikulum nasional serta diterapkan pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah diupayakan guru mampu mentransfer nilai-nilai karakter yang baik sesuai acuan yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan Nasional agar terciptanya bangsa yang berkarakter serta ungul. Dengan adanya acuan tersebut peserta didik diharapkan mampu mengasah kecerdasan komprehensif sehingga dapat menimbulkan atau menciptakan 18 karakter yang diberikan oleh KEMENDIKNAS yang dimana karakter tersebut dituangkan dalam pembelajaran yang diberikan sehari-hari agar peserta didik lebih terbiasa untuk membiasakan hal tersebut, dan apabila peserta didik mampu menerapkan karakter tersebut maka sekolah akan mampu menghasilkan output lulusan yang berkarakter. Yang dimana lulusan berkarakter akan lebih mampu menghadapi dunia nyata, karena dimanapun berada nilai-nilai karakter yang dijunjung utama sehingga peserta didik dapat menghadapi kehidupan nyata. Dengan adanya pendidikan karakter maka adanya suatu pembentukan karakter peserta didik yang dimana apabila karakter siswa belum terbentuk maka peserta didik dipacu untuk mengunakan kecerdasan komprehensif yang dimana dapat dilakukan pembentukan karakter dar kurikulum 2013 yang mempunyai landasan pendidikan karakter di dalamnya yang dituangkan dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah oleh peserta didik, dan diupayakan pembentukan karakter dari kurikulum yang ada akan membentuk jati diri siswa yang seutuhnya. Namun menurut Mahatma Gandi, ada dosa yang mematikan pembentukan karakter, yaitu: 1. Memperoleh kekayaan tanpa kerja 2. Kesenangan tanpa hati nurani 3. Pengetahuan tanpa karakter 4. Bisnis tanpa moralitas 5. Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan 6. Agama tanpa pengorbanan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan karakter dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama di sekolah, namun karakter yang ada pun bisa hilang begitu saja apabila manusia memiliki egoisme yang tinggi yang dimana tidak memerdulikan diri orang lain namun hanya mementingkan dirinya sendiri, maka dari itu karakter yang baik akan hilang dan tergantikan akan karakter yang buruk yang ada pada dalam dirinya akibat dari keegoisan dirinya. Selain itu adanya berbagai macam factor yang memengaruhi pendidikan karakter itu sendiri seperti adanya budaya dalam masyarakat luas yang dimana setiap orang akan bersosialisai dengan masyarakat luas, lembaga pendidikan non forman pun termasuk dalam menumbuhkan karakter anak karena dalam lembaga pendidikan non formal peserta didik lebih luas lagi bergaulnya yang dipastikan akan menambah karakter yang ada dalam dirinya, pun dalam pendidikan formal seperti disekolahm lingkungan terdekat siswa dan kehidupan anak dalam keluarga. Hal tersebutlah yang mempengaruhi karakter anak karena kehidupan anak dapat berkaca, menilai, serta meniru apa pun yang ada dalam lingkungan kehidupannya. Selain itu menurut Soemarno Soedarsono,2009) terdapat empat factor dalam pembentukan karakter yaitu tata nilai atau internalis, menyadari boleh dan yang tidak boleh, membentuk pembiasaan sehingga nantinya akan terbentuk suatu karakter teladan. Karakter pun banyak macamnya disini saya akan menjelaskan mengenai belajar disiplin mengutip dari PPT bapak Sudjarwo, yang dimana contoh belajar disiplin dapat diartikan sebagai sikap penuh tanggung jawab serta kepatuhan untuk menjalankan seluruh ketentuan maupun aturan. Adapun menurut James Drever (psikologis) disiplin merupakan suatu kemampuan mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seorang sesuai dengan hal-hal yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Sedangkan menurut Pratt fairshild (sosiologi) disiplin terbagi menjadi beberapa bagian yaitu disiplin dari dalam diri dan disiplin social. Lain halnya menurut John Macquarrie (segi etika) disiplin adalah suatu kemauan dan perbuatan seseorang dalam mematuhi seluruh peraturan. Dari beberapa uraian mengenai disiplin oleh beberapa tokoh penulis dapat menyipulkan bahwa disiplin merupakan kemampuan mengendalikan diri untuk mengikuti tata aturan yang ada dalam kehidupan. Disiplin pun merupakan sikap yang wajib ada dalam diri semua individu, karena karakter disiplin sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup seseorang. Dan untuk meningkatkan kedisiplinan harus diperlukannya suatu latihan dengan kesadaran dan rasa tanggungjawab yang tinggi dalam berprilaku di kehidupan sehari-hari. Mengutip dari PPT Bapak Sudjarwo untuk melatih disiplin, ialah sebagai berikut: 1. Mempelajari pengetahuan 2. Belajar mengendalikan emosi 3. Belajar sikap social 4. Mengasah keterampilan 5. Mengembangkan syaraf 6. Belajar seni disiplin Dari uraian diatas kita dapat melihat bahwasanya kedisiplinan itu tidak terbentuk dengan sendirinya, namun harus dilatih dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari agar bisa mengembangkan serta meningkatkan kedisiplinan dalam hidup, yan nantinya akan berguna untuk dirinya sendiri. Selain pendidikan karakter yang diterapkan disekolah, adapun pendidikan karakter dalam keluarga yang merupakan salah satu hal yang penting juga karena apeserta didik paling pertama mendapatkan pendidikan dari lingkup yang terkecil yaitu lingkup keluarga. Dalam keluarga dapat membentu karakter peserta didik, kurang lebihnya pun sama dengan yang ada disekolah namun intensitas waktunya lebih banyak karena peserta didik lebih lama waktunya dirumah disbanding disekolah. Nilai-nilai karakter dapat dikembangkan dan dimunculkan dalam keluarga apabila dalam keluarga tersebut dapat memberikan pembiasaan hal-hal yang baik, mengapresiasi anak, mengenal lima kecerdasan emosi dan diterapkan dalm rumah tangga, adanya suatu keterbukaan dan demokrasi dan tentunya harus bersifat objektif. Apabila hal tersebut dilaksanakan secara baik dan betul maka akan melahirkan atau menciptakan karakter anak yang baik serta unggul. Dalam kehidupan berkeluarga pun terdapat factor lain untuk membentuk karakter anak, seperti: 1. Physiological process and development 2. Mental/psychological process and development 3. Social environment process and development 4. Economical influences factors 5. Spiritual values, norms and believe 6. Family climate life (warm, friendship, emotional,etc) Sedangkan terdapat juga pendekatan komprehensif dalam pendidikan karakter seperti keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, pemguatan, penilaian, perbaikan sikap. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan karakter mempunyai berbagai factor sampai terbentuknya karakter yang ada dalam diri peserta didik. Lingkungan lah yang paling berperan penting dalam menumbuhkan atau mencetak karakter yang baik. Menurut Alan yip: Fantastic Parenting,2008. Self esteem merupakan reputasi yang kita pertahankan dalam diri kita sendiri. Adapun ciri-ciri dari self esteem yaitu seberapa besar menhargai diri sendiri dan seberapa nyaman sewaktu kita berbicara di depan umum. Sefl esteem memiliki segi positif agar kita mampu mengetahui diri kita sendiri, dan dalam hal ini orangtua sangat pentin membuat anaknya merasa penting dan dihargai. Selain itu Michael Davis membedakan pendidikan karakter menjadi tiga macam yaitu sebagai moral edukasi, pendidikan di masyarakat secara demokratis, dan sebagai pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah dan diluar sekolah yang ditekankan pada segala perilaku yang positif. Lain halnya menurut Endang Mulyatiningsih yang dimana karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari, sejak lahir manusia telah memiliki potensi karakter, karakter bawaan akan berkembang apabila mendapat pengalaman belajar dari lingkungannya, dan keluarga sebagai lingkungan belajar pertama yang diperoleh peserta didik yang akan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Dari uraian beberapa ahli bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan hal paling mendasar yang didapatkan peserta didik di dalam lingkungan terkecil dahulu yaitu lingkungan keluarga, lingkungan keluarga berperan penting dalam menumbuhkan karakter positif bagi anak dan nantinya anak pun mendapatkan pendidikan karakter dari sekolah dan lingkungan ia hidup akan memberikan contoh atau pengamalah mengenai karakter yang nantinya akan dipilah atau dicerna yang nantinya akan menjadi karakter anak. Dalam hal ini menurut Sudjarwo penerapan pendidikan karakter yang baik ialah: 1. Dilakukan secara terintegrasi antara pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal 2. Adanya mekanisme control antara ketiga jalur pendidikan tersebut 3. Penilaian hasil belajar pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan aama, moral, ahlaq, dan budi pekerti bukan bersifat kognitif tetapi bersifat afektif 4. Para orangtua, pendidik, tokoh masyarakatm tokoh politik, dan sebagainya wajib memberi teladan perilaku / karakter yang baik bagi peserta didiknya 5. Siapapun yang melanggar nilai dan norma yang terkait dengan pendidikan karakter harus disanksi, atau dengan kesadarannye mengundurkan diri Dalam pandangan tersebut saya sangat setuju akan hal tersebut demi tercapainya karakter manusia yang unggul. Dari pemaparan mengenai pendidikan karakter yang saya angkat kali ini, saya akan menyimpulkan bahwasanya pendidikan karakter merupakan hal yang bisa dilakukan dan didapatkan sedari masih dalam kandungan. Pendidikan karakter paling pertama dilakukan dalam ruang lingkup terkecil peserta didik yaitu keluarganya sendiri, dalam keluarga diupayakan memberikan contoh mengenai karakter-karakter yang baik, dilanjutkannya lagi ke dalam lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Lingkungan lah yang paling penting dalam menumbuhkan serta menciptakan karakter peserta didik, karena peserta didik dapat mampu melihat serta dan nantinya akan mengaplikasikan apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari –hari. Maka dari itulan diperlukan peranan lingkungan sekitar dan arahan dari orang tua dan guru untuk menciptakan karakter yang baik pula. Tanpa adanya suatu penerapan, arahan dan pencontohan yang baik maka peserta didik tidak akan mampu menumbuhkan atau menciptakan karakternya yang baik. Mungkin hanya seperti ini yang bisa saya analisis mengenai “Pendidikan Karakter”, mohon maaf masih banyak kekurangan dalam penulisan analisis ini. Terimakasih Bapak Dr. Sudjarwo S., M.Sc.