Uploaded by User108943

19518244006 Bonifasius Pandu Rintang T

advertisement
Bonifasius Pandu Rintang Tirani
19518244006
RINGKASAN PENGANTAR FPTV DAN STUDY LITERATURE
Terdapat istilah VE/VET dalam dunia pendidikan formal, yaitu Vocational Education and
Training yang memiliki tujuan untuk menyiapkan pelajar untuk pekerjaan dalam level yang
bermacam-macam. Disisi lain, ada istilah CTE, yaitu Career & Technical Education yang
bertujuan untuk menyiapkan pelajar untuk karir dalam kegiatan secara manual maupun praktis,
secara tradisional, non-akademis, dan berdasarkan kemodernan. Dalam FPTV ini, terdapat dua
pendidikan formal, yaitu:
1. Pendidikan kejuruan pada jenjang menengah, yaitu SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).
SMK merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan menyiapkan peserta
didik agar produktif, ulet, gigih, kompeten, dengan ilmu pengetahuan dan seni untuk
membekasi peserta didik dengan kompetensi sesuai program keahlian yang dipilih (Fajar,
2012). SMK ini memiliki tantangan, seperti:
a. Keusangan alat/sarana dan prasarana, dapat diakibatkan oleh alat yang tidak terurus
oleh anggota sekolah atau petugas, atau dapat diakibatkan karena alat yang telah
ketertinggalan alat sehingga menjadi usang
b. Jumlah dan Mutu Guru. Biasanya ada beberapa sekolah yang kekurangan guru dan
kualitasnya sebagai guru. Misalnya, ada beberapa guru yang kurang menguasai
keterampilannya
c. Perkembangan teknologi, dapat diakibatkan kurangnya informasi atau pengetahuan
tentang modernisasi dalam suatu sekolah, entah alat maupun penguasaan teknologi dari
guru
d. Konsep keunggulan lokal
e. Perubahan pola kerja yang tidak selalu sama mengakibatkan adanya penyesuaian
kembali
f. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk harus diiringi dengan bertambahnya
sekolah, guru, dan siswa yang seimbang
g. Perubahan struktur ekonomi
h. Konsep globalisasi ekonomi
2. Pendidikan vokasi pada jenjang yang lebih tinggi (Vokasi). Pada dasarnya, vokasi memiliki
konsep seperti SMK, tetapi vokasi berada pada jenjang yang lebih tinggi dan disiapkan
untuk menjadi ahli.
Adapun landasan PTV seperti: ekonomi, teknologi, budaya, sumber kekayaan alam, dan
sumber daya manusia. Selain landasan PTV, ada juga peran tenaga kerja dalam PTV,
diantaranya:
1. Tenaga kerja diperlukan untuk memenuhi pasar kerja untuk meningkatkan kekuatan
ekonomi negara
2. Meningkatkan skill untuk memasuki pekerjaan pertama
3. Produksi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada industri
Di Indonesia terdapat standar nasional pendidikan menurut PP No. 19 Tahun 2005, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Content
Competency
Assessment
Financing
Management
Infrastructure
Teachers
Process
Charles A mengungkapkan 16 dalil pendidikan vokasional yang intinya adalah tentang
keefektifan dan keefisienan pendidikan kejuruan untuk mencapai keberhasilan peserta didik dan
lembaga vokasional itu sendiri.
Perkembangan pendidikan teknologi kejuruan dan vokasional di Indonesia sebelum
kemerdekaan hingga sekarang makin meningkat. Sebelum kemerdekaan, baru ada 3 lembaga
pendidikan teknik yang berdiri di Indonesia. Setelah kemerdekaan (1964-1968), terdapat STM dan
SMEA, saat itu sekolah kejuruan dianggap dapat langsung bekerja, tetapi saat itu juga fasilitas
masih minim karena teknologi yang kurang maju. Pendidikan kejuruan saat itu hanya mampu
mengisi 50% kebutuhan, sehingga belum memenuhi kebutuhan industri dan terbentuklah
pembangunan SMEA pembina. Pada tahun 1976 Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk
sekolah yang belum memperoleh peralatan praktik). Berusaha menghasilkan teknisi industri
(STMP,SMEA Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA,SMKK).
Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk sekolah yang belum direhabilitasi):
SMEA, SMKK,SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Pada periode inipun keterlibatan industri belum
nampak secara formal. Pada akhirnya, tahun 1994diberlakukan pendekatan kurikulum berbasis
kompetensi (Competency Based Curriculum) , meskipun pada saat itu belum secara eksplisit
disebut KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula konsep Broad Based
Curriculum dimana pendidikan memiliki prinsip luas, kuat, dan mendasar. Pada periode ini, mulai
dikenal konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan
industri semakin kuat dan melembaga. Pada tahun 1999, perubahan orientasi dari supply-driven
ke demand/market driven, dari mata pelajaran / topik pembelajaran ke kompetensi, dari
pengukuran tingkat hasil belajar ke pengukuran kompetensi, dari belajar ”hanya” SMK menjadi
belajar di SMK dan di industri, dari SMK yang ”berdiri sendiri” ke SMK sebagai bagian tak
terpisahkan dari politeknik, BLK, kursus-kursus, dan lembaga Diklat lainnya, dan pada tahun
2000-an pendidikan kejuruan dan tekonologinya meningkat, ditandai dengan hubungan industri
yang semakin baik. Hal ini diakibatkan oleh teknologi yang sudah meningkat di sekolah dan
kualitas guru, sehingga mencitakan siswa yang dibutuhkan industri. Hingga sekarang, teknologi
semakin meningkat seiring perkembangan jaman dan Revolusi Industri 4.0, sehingga SMK sudah
terdiri dari 146 muatan peminatan kejuruan yang sudah sangat memanfaatkan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
FAJAR, KUNY B. (2012) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PRAKTEK MENJAHIT BUSANA PRIA DI SMK N 6
PURWOREJO. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.
Sejarah
Pendidikan
Teknologi
dan
Kejuruan.
Retrieved
from
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197203
071999032-ANA/Presentasi_Sejarah_PTK.pdf. Di akses 14-09-2020
Download