14 BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA PROFESI A. Keterlibatan dalam Perusahaan Kegiatan Praktek Kerja Profesi di Rumah Dokumenter terhitung berlangsung selama dua bulan sejak tanggal 13 Juli – 13 September 2019. Program kerja yang diterapkan oleh Rumah Dokumenter dibagi menjadi beberapa job description. Divisi Pra-produksi ditugaskan untuk melakukan riset secara mendalam terhadap objek yang sudah dipilih, Divisi Produksi ditugaskan mengatur teknis yang fleksibel sehingga proses pengambilan gambar bisa maksimal sesuai yang diinginkan sutradara, Divisi Pasca-produksi bertanggungjawab untuk mengolah semua data yang telah dikumpulkan dan berkoordinasi dengan sutradara mengenai alur dan jalan cerita film yang dikerjakan. Gambar 3.1 : Suasana diskusi di kantor Rumah Dokumenter (sumber : dok pribadi) 15 Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi di Rumah Dokumenter ini menggunakan sistem rolling, artinya setiap peserta magang akan mendapat ilmu dan pengalaman yang sama selama proses Kerja Profesi. Setiap peserta magang akan ditempatkan pada satu posisi dalam jangka waktu yang fleksibel hingga tercapai progress yang diinginkan. Penempatan kerja ketika magang ada pada divisi praproduksi dan produksi. Pada minggu pertama ditempatkan di divisi pra-produksi, minggu kedua ditempatkan di divisi pra-produksi untuk melakukan riset, minggu ketiga ditempatkan di divisi praproduksi juga untuk cek lokasi dan riset lapangan, minggu keempat untuk mematangkan ide cerita dari data riset lapangan, kemudian berlanjut ke minggu selanjutnya untuk mengerjakan proses selanjutnya dari proyek yang sedang dikerjakan. a) Film “Dibawah Sinar Bulan” dan Film Tentang Ketua “IWAYO” Sutradara Tony Trimarsanto Proses riset sebelum melakukan pengambilan gambar penting dilakukan, hal ini bertujuan untuk menggali informasi yang lebih detail dan dalam mengenai subjek. Pada tahap awal bersama sutradara melakukan pendekatan dengan cara berbaur dan mengikuti kegiatan para subjek. Pengalaman pertama kali riset mengenai waria memberikan kesan dan tantangan tersendiri. Mencari tokoh yang relevan dengan tema, bukan hal yang mudah. Imajinasi tanpa riset semuanya akan serba meraba dan perhitungannya bisa meleset. Satuhal yang harus difikirkan adalah, film dokumenter tidak bisa diciptakan dengan imajinasi saja. Film akan menjadi menarik ketika ada konflik. Film dokumenter jelas akan berbeda dengan film fiksi. Dalam dokumenter posisi riset menjadi satuhal yang tidak bisa dihilangkan. Upaya untuk bisa mengumpulkan bahan baku dalam cerita film adalah tuntutan dasarnya. Semua peristiw aitu harus nyata, 16 faktual dan tidak bisa sesukanya membuat atau meciptakan adegan yang memang tidak berangkat dari nilai faktual tadi. Melakukan pengumpulan data data yang sesuai dengan ide cerita, dengan mewawancarai orang orang yang relevan dengan ide film. Mencoba melakukan pertemuan dengan para waria. Waria akan menceritakan semua apa yang dialaminya. Apa yang pernah terjadi pada dirinya. Kisah kisah yang terkumpul tentu banyak dan sangat beragam. Menyeleksi menyaring kisah mana yang paling kaut konfliknya. Gambar 3.2 : Suasana riset dan pengambilan gambar salah satu waria (sumber : dok pribadi) Setelah selesai riset tahapan berikutnya adalah mebuat shooting script. Shooting atau produksi dilokasi merupakan kerja merekam peristiwa dalam bentuk vsual dan audio. Tahapan ini merupakan bentuk kongret dari bagaimana menterjemahkan ide yang kita punyai. Tantanagn dalam tahapan ini adalah bagaimana rencana awal yang sudah dibuat dapat dilaksanakn dengan tepat. 17 Gambar 3.3 : Riset kegiatan wari di malam hari (sumber : dok pribadi) Film ini bercerita tentang ikatan waria yogyakarta. Harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan waria masih cukup rendah. Terbatasnya akses mereka menjadi pegawai lembaga formal, baik negeri maupun swasta, mereka bekerja di sektor lain sperti menjadi pengamen hingga pekerja seks komersial. Di sisi lain, waria juga susah mendapatkan haknya sebagai warga negara. Dalam pengurusan kartu tanda penduduk. Dalam catatan, setidaknya ada 60 persen anggota Iwayo yang tak mengantungi KTP. Karena tak memiliki kartu identitas itu, sebagian besar waria pun kehilangan kesempatan mengakses banyak layanan. Bahkan, ketika pemilihan umum tiba, mereka pun kehilangan hak suaranya. b) Hizart Studio di Sleman Yogyakarta dan Profile FFPJ Foundation Pada project ini diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melakukan riset dan pengambilan gambar. Langkah yang dilaksanakan tidak berbeda jauh dengan project sebelumnya yaitu melakukan riset 18 mengenai subjek dan malakukan perencanaan pengbilan gambar dengan subjek. Tantangan terberat adalah paling tidak sutradara mempunyai kemampuan berfikir secara editorial thinking. Setiap peristiwa yang terekam dengan kamera baik itu visual ataupun audio sudah merangsang proses kreatifnya. Ditempakna dimana adagan yang terekam itu, atau akan dijadikan apa adegan tersebut. Sebagai transisi atau opening dan penutup film. Pada saat mengawali pengambilan gambar masih terbuka kemungkinan untuk bisa mencari celah, peluang atau potensi – potensi baru dari sebuah adegan yang terekam. Hizart Studio adalah studio animasi yang digagas oleh Hizkia Subiyantoro (Hizaro) beralamatkan di Jalan Raya Baransari, Ngalalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada awalnya Hizaro membentuk sebuah komunitas animasi berbasis FOSS melalui Blender Army Indonesia, ia juga tekun mengadakan workshop dan seminar di berbagai kota di Indonesia. Gambar 3.4 : Suasana riset dan pengambilan gambar di Hizart Studio (sumber : dok pribadi) 19 FFPJ merupak salah satu ajang festifal film pelajar yang ada di Yogyakarta yang sudah berjalan 10 tahun Gagasan yang dieksplorasi partisipan festival tidak lepas dari dorongan Yayasan FFPJ selaku penyelenggara. Tahun ini, penyelenggara menyoroti dinamika yang terjadi di Indonesia dan global. Praktik intoleransi, intimidasi dan kekerasan dalam berbagai bentuknya, serta kegagapan dalam berdemokrasi masih mendominasi. Di saat yang bersamaan, kasuskasus perempuan, anak, dan kelompok sipil lainnya, terus terjadi. Gambar 3.5 : Suasana riset dengan ketua dan para relawan FFPJ (sumber : dok pribadi) 20 B. Pelaksanaan Kerja Profesi Kerja Profesi di Rumah Dokumenter menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa untuk menggali, mengenali, serta mendalami kemampuan akademis yang sudah didapatkan. Menyesuaikan keterampilan dan keahlian di dunia kerja yang menjadi tujuan dari Praktek Kerja Profesi. Selama hampir 2 bulan bekerja dan menjalankan Praktek Kerja, penulis memperdalam kemampuan dibagian praproduksi hingga pasca-produksi. Pada saat proses kerja profesi sistem kerja dibagi dalam empat fase. Tahap pertama adalah pembagian jobdesk sebelum itu ada pengenalan terlebih dahulu dari perusahaan. Perusahaan memberikan materi dan pengarahan tentang apa saja yang dilakukan oleh tim produksi dokumenter, selanjutnya dijelaskan apa saja yang dikerjakan tim ketika melakukan kegiatan di lapangan maupun pekerjaan dikantor. Pembagian posisi selanjutnya didasarkan pada kemapuan awal dan minat yang ingin di capai pada saat kerja prosfesi. Menjadi tim riset dan produksi menjadi pilihan yang akan dijalankan selama magang. Lingkup kerja mencakup melakukan riset, mencari subjek, mebuat treatment dan melakukan perekaman audio dan visual. Tahap pertama ini dilakukan pada separuh minggu pertama magang. Seluruh divisi tim di Rumah Dokumenter terkait satu sama lain untuk mengerjakan beberapa project sekaligus. Jika ada project baru yang kemudian tidak dapat diselesaikan sendiri maka solusi yang biasa di ambil adalah mengambil tenaga outsourcing yang nantinya menangani pekerjaan tersebut. Fase kedua adalah pelaksanaan pra produksi yaitu meliputi riset, penggalian ide cerita, dan tretament. Adapun pelaksanaan di minggu pertama pertemuan dengan bersama-sama tim lain melakukan brainstorming ide tentang hal-hal menarik yang sedang terjadi atau isu yang menarik perhatian masing-masing dari tim. Dari beberapa ide yang ada ditentukanlah dua objek menarik yang akan 21 dikembangkan. Setelah menentukan ide yang akan di kerjakan, pembagian tim dilakukan untuk pelaksanaan riset data awal sebelum memulai proses produksi. Riset data awal yang dimaksud meliputi pencarian materi melalui jurnal, media massa, hingga tulisan-tulisan dari beberapa sumber yang dapat di percaya. Materi yang telah didapatkan dari riset data awal di olah untuk selanjutnyadituliskan dalam bentuk ide, synopsis, dan treatment untuk menjadi guide atau panduan selama melakukan riset lapangan. Tahap ke tiga adalah melaksanakan produksi yaitu cek lokasi dan riset lapangan. Tim yang sebelumnya telah terbentuk, kembali bertugas untuk melakukan riset lapangan ke dua objek yang diawal telah ditentukan, Di minggu ke lima, hasil riset data awal dan di lapangan melalui proses diskusi hingga pembedahan mengenai kecocokan data awal yang dimiliki dengan data yang ada di lapangan. Beberapa perbedaan yang ada tidak mejadi kendala, justru menjadi tambahan modal dan perkembangan dalam pembangunan ide cerita yang akan di produksi. Mencapai minggu ke enam dan ke tujuh tim mulai difokuskan turun kelapangan secara bergantian Hal ini dilakukan untuk menciptakan kedekatan antara tim riset dengan calon narasumber yang akan dipilih selain itu juga untuk membiasakan diri para tim dengan objek yang akan diteliti. Tahap ketiga ini mejadi bagian yang cukup berkesan karena beberapa metode yang diterapkan beum pernah di lakukan dikampus, bagaimana memperlakukan subjek dan melakukan pendekan menjadi kunci pada fase ini. Menjalin komunikasi pada setiap subjek yang berbeda memiliki tantangan tersendiri. Data riset awal juga sangat diperlukan, untuk menyusun pertanyaan dan mengarahkan kemana pembicaraan subjek yang akan di filmkan. 22 Tahap terakhir adalah Mematangkan ide cerita dari data riset yang didapat untuk kemudian melakukan pengambilan gambar. Hasil data yang telah ada dan mengalami banyak perkembangan kembali di diskusikan dengan semua tim baik pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi untuk menyamakan pemahaman serta sudut pandang menganai cerita yang akan dihadirkan. Treatment mentah yang sebelumnya telah disediakan kembali dijadikan patokan untuk pembuatan naskah berdasarkan data final final yang telah melewati pengumpulan, pemilahan, hingga pengelompokan data. C. Jadwal Mingguan/Pekerjaan Mingguan No. Hari & Tanggal Kegiatan 1. • Perkenalan dengan anggota dan pengurus Senin, 15 Juli 2019 Rumah Dokumenter • Sharing ilmu dan pengalaman seputar dokumenter • Brainstorming ide 2. Senin, 22 Juli 2019 • Membagi tim untuk riset data awal sebelum memulai proses produksi. • Membuat treatment mentah untuk menjadi guide selama riset data maupun riset lapangan. 3. Senin, 29 Juli 2019 Membagi tim untuk riset lapangan dan pengambilan gambar di Hizart Studio di Sleman Yogyakarta 4. Senin, 5 Agustus 2098 Riset lapangan pertama di Ponpes Waria dan di rumah ketua IWAYO 5. Senin, 12 Agustus 2019 Mendiskusikan hasil data dengan semua tim produksi. 23 6. Senin, 19 Agustus 2019 Riset lapangan di Ponpes Waria lokasi Yogyakarta 7. Rabu, 28 Agustus 2019 Riset lapangan di rumah ketua IWAYO sekaligus mengambil data visual-audio selama mengikuti keseharian subjek. 8. Kamis, 5 September Mengumpulkan, Memilah, Mengelompokan 2019 data sesuai dengan treatment mentah yang sudah dibuat. 9. Jumat, 6 September Membuat naskah berdasarkan data final. 9 September Mengambil video di lapangan untuk dijadikan 2019 10. Senin, 2019 guide awal dan bahan untuk produser. Tabel 3.1 : Jadwal Mingguan/Pekerjaan Praktik Kerja Profesi (KP) di Rumah Dokumenter D. Hambatan & Tantangan Selama menjalani program kerja profesi (KP) di Rumah Dokumenter adanya beberapa hambatan ditemukan dalam pelsanaannya seperti pembimbing yang dibeberapa kesempatan tidak berada ditempat karena masih adanya keperluan di luar kantor sehingga menghambat keluar masuknya surat perizinan untuk ke lapangan, pembagian tim untuk turun ke lapangan, pendekatan dengan objek untuk mendapatkan narasumber yang dirasa tepat untuk menjadi penjembatan yang bersifat koperatif dan komunikatif, dan keterbatasan waktu yang tersedia antara jangka waktu pelaksanaan pra-produksi dengan kenyataannya di lapangan sehingga menimbulkan miss-communication perihal timeline yang telah di tentukan. Hambatan dan tantangan yang ada ini tidak serta merta menjadi maslaah besar dalam pelaksanaannya karena dapat segera ditangani bersama-sama dengan menemukan solusinya. Solusi yang dilakukan salah satunya dengan terus saling 24 mengabarkan perkembangan yang didapat dari masing-masing lokasi penelitian melalui surat elektronik atau e-mail maupun platform media sosial lainnya seperti Line dan WhatsApp. Hal ini dilakukan untuk mengurangi timbulnya misscomunicastion antara pembimbing dan tim baik yang berada di lapangan maupun yang sudah mulai melakukan pengelolaan data yang telah dimiliki. Keahlian yang didapat dari kampus maupun pengalaman dilapangan kedalam pekerjaan dapat diterpakan dan diaplikasikan dengan baik, namun perlu adanya penyesuaian dengan kebutuhan di lingkungan kerja. Contohnya seperti mengurangi waktu pengerjaan dari yang biasa dikerjakan di kampus. Di lingkungan pekerjaan terutama dokumenter semuanya harus serba cepat, kesempurnaan tidaklah diperlukan selalu, hanya kecepatan dan ketelitian yang harus selalu dijaga dan dijadikan kebiasaan.