Uploaded by User107476

2618073 Rezal Abdul Basri UAS MSI Kelas B

advertisement
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Pahlawan Desa Rowolaku Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan
Website: ftik.iainpekalongan.ac.id, Email: [email protected]
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Nama
: Rezal Abdul Basri
NIM
: 2618073
Mata Kuliah
: Metodelogi Studi Islam
Progam Studi
: T. Matematika
Kelas/Semester
: B/Ganjil
Dosen Pengampu
: Bapak Nur Afani M.Pd.I
1. Uraikan gagasan makro saudara tentang dinamika Islam kontemporer dengan
menjelaskan hal-hal yang terkait dengan pluralism, Islam kultural serta pemahaman
dari benang merah antara jihad dan terorisme !
Jawaban:
 Pengertian Islam secara bahasa artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata
Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna
dasar “selamat” (Salama). Sedangkan Kontemporer artinya dari masa atau waktu
ke waktu.
Menurut istilah, islam kontemporer adalah gagasan untuk mengkaji islam sebagai
nilai alternatif baik dalam perspektif interprestasi, tekstual maupun kajian
kontekstual mengenai kemampuan islam memberikan solusi bari kepada temuantemuan disemua dimensi kehidupan dari masa lampau hingga sekarang.
 Hal itu berimplikasi pada kesadaran bahwa manusia hidup di tengah masyarakat
yang plural dari segi agama, budaya, etnis, dan berbagai keragaman sosial lainnya.
Karena dalam pluralisme mengandung konsep teologis dan konsep sosiologis.
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi bukan pluralisme. Pluralisme harus dipahami
sebagai pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Pluralisme
adalah keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok
kultural dalam suatu masyarakat atau negara, serta keragaman, kepercayaan atau
sikap dalam satu badan, kelembagaan dan sebagainya.
 Bila ditelisik lebih jauh, perkembangan Islam kultural di Indonesia merupakan
keniscayaan sejarah. Sejak awal perkembangannya, Islam Indonesia adalah Islam
pribumi yang disebarkan oleh Walisongo dan para pengikutnya dengan melakukan
transformasi kultural dalam masyarakat. Islam dan tradisi tidak ditempatkan dalam
posisi yang berhadap-hadapan, tapi didudukkan dalam kerangaka dialog kreatif, di
mana diharapkan terjadi transformasi di dalamnya. Proses tranformasi kultural
tersebut pada gilirannya menghasilkan perpaduan antara dua entitas: Islam dan
Budaya lokal. Perpaduan inilah yang melahirkan tradisi-tradisi Islami yang hingga
saat ini masih dipraktekkan dalam berbagai komunitas Islam kultural yang ada di
Indonesia.
 Jihad
Secara bahasa, kata “Jihad” tidak dapat diartikan sebagai perang sudi maupun
terorisme. Jihad menurut ahli bahasa adalah perjuangan dan usaha yang sungguhsungguh. Jihad bukanlah semata-mata perang dengan mengerahkan kekuatan
bersenjata militer, sebab perang dalam Islam lebih tepat disebut qital. Sedangkan
perjuangan yang dinilai paling besar adalah perjuangan spiritual dan internal yang
fokus pada pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela dan perwujudan keadilan sosial
serta hak asasi manusia. Namun dalam banyak kasus, konsep jihad telah dipelintir
untuk membenarkan tindakan kekerasan yang bermotif politik.
 Terorisme
Terorisme sangat berbeda dengan Jihad. Terorisme dalam pemikiran Islam sering
disebut dengan istilah “irhabiyyah” atau “takhwif” yang artinya menakut-nakuti
dan membuat orang-orang lari terbirit-birit. Dalam kamus al-Mu’jam al Wasith
dijelaskan bahwa para teroris tidak disebut dengan istilah mujahidun (orang-orang
yang berjihad), tetapi dengan istilah “irhabiyyun” (para teroris). Para teroris adalah
orang-orang yang melakukan tindakan kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan
politik.
2. Gambarkan secara holistis terkait Islam dan gagasan universal yang menunjukkan
letak universal Islam dalam arus globalisasi serta meminimalisir merebaknya
fundamentalisme Islam dan keberadaan Islam eklusif maupun inklusif !
Jawaban:
 Islam sebagai ajaran global (Universal) disebut juga globalisme atau
universalisme Islam merupakan sebuah pemahaman yang berangkat dari fakta
tekstual historis bahwa risalah Islam ditujukan untuk semua umat, segenap ras
dan bangsa, serta untuk semua lapisan masyarakat. Ia bukan risalah untuk bangsa
tertentu yang beranggapan bahwa dialah bangsa yang terpilih dan karenanya
semua manusia harus tunduk kepadanya. Meskipun pada awalnya berada di
dalam tubuh suatu bangsa, sekelompok bangsa atau hanya sekelompok individu,
ia adalah satu dalam arti, bahwa ia meliputi seluruh manusia.
Universalisme Islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting, dan
yang terbaik dalam ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran Islam yang mencakup aspek
akidah, syariah, dan akhlak (yang sering sekali disempitkan oleh sebagian
masyarakat menjadi hanya kesusilaan dan sikap hidup), menampakkan
perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utama kemanusiaan. Hal ini
dapat dilihat dari enam tujuan umum syariah, yaitu menjamin keselamatan
agama, badan, akal, keturunan, harta, dan kehormatan. Selain itu, risalah Islam
juga menampilkan nilai-nilai kemasyarakatan (social value) yang luhur, yang bisa
dikatakan sebagai tujuan dasar syariah, yaitu keadilan, ukhuwah, tafakkul,
kebebasan, dan kehormatan.
 Adapun Islam sudah mempunyai gagasan universalisme yg fleksibel dg
perubahan tatanan yg ada, namun tetap kokoh dalam prinsip Islam sebagai
perdamaian, kemaslahatan dan kedinamisan. Sementara itu pula satu sisi bagi
yang belum atau gagal dalam pemahaman nilai universal Islam terjebak dalam
fundamentalis yg terjerak pada pemikiran sempit (suhu pendek) akan nilai
kebenaran utlak yang tidak mau ditawar yg melahirkan rasa ego atau kebekuan
penalaran terhadap Islam (Islam phobia) sehingga menganggap kepercayaan atau
agama selain Islam adalah salah yg harus dilenyapkan (radikalisme).disini letak
perlunya pemahaman akan gagasan Islam universal dg maksud Islam sebagai
rahmat (kasih sayang) kepada siapa saja, bahkan kepada musuh atau pembenci
Islam. Pemahaman yang dangkal (berhenti pada takaran syariat benar/salah,
pahala/dosa dan surga/neraka) terhadap Islam juga memunculkan Islam
eksklusif yg seolah dirinya paling benar shg menutup diri pada pemikiranpemikiran lainnya. Namun juga muncul Islam inklusif yg lebih terbuka dg
menerima berbagai pemikiran-pemikiran di luar Islam sehingg ada kecondongan
pada liberalisme Islam, maka memahami Islam dengan gagasan universal
ditelaah dengan berusaha mempelajari Islam secara kaffa (menyeluruh) dari
segmen syariat sampai pada segmen hakikat (tasawuf) sehingga memahami akan
posisi hidupnya dalam bingkai agama Islam yg melahirkan sikap tawasuth
(ditengah) dg nalar yg seimbang dlm menyikapi berbagai dinamika pemikiran.
Inilah konsep ahlussunah wal jamaah dg pilar tawasuth, ta'awun dan tasamuh
yang selaras dengan gagasan universal dlm nilai-nilai Islam.
3. Jelaskan Pandangan saudara terhadap perbandingan agama dalam studi Islam dengan
mengungkap problem dan proyek dari adanya perbandingan agama itu sendiri bagi
kajian metodelogi studi islam !
Jawaban:
 Menurut Pak Nur Afani (pisau analisis dalam diskusi bab PERBANDINGAN
DALAM STUDI ISLAM) bahwa perbandingan dalam studi Islam merupakan
bentuk pengembangan nalar kritis manusia yang diberikan akal sebagai pembeda
dengan makhluk lainnya.. Addinu aqlu: agama adalah akal (menggunakan
akalnya). maka didalam menemukan ketinggian agama Islam dibandingkan
dengan agama lainnya juga harus diperkuat akal dan bisa diterima dengan akal
sehat, secara nalar, misalnya Konsep Islam tentang Allah sebagai Tuhan yg Esa
sebagai sumber segala sesuatunya, tentu bisa diterima oleh akal dg menunjukkan
kebesaran dari ciptaan2-Nya dg kemustahilan sama dengan apa yang
diciptakanNya. hal ini mematahkan pada agama yang mempercayai kalau Tuhan
itu berbilang dst. Karenanya perbandingan merupakan tolak ukur utk
memantapkan kebenaran agama Islam melalui studi telaah terhadap agama2
lainnya. Problem dan prospek dari adanya perbandingan agama diciptakanNya.
Hal ini mematahkan pada agama yg mempercayai kalau Tuhan itu berbilang dst.
Karenanya perbandingan merupakan tolak ukur utk memantapkan kebenaran
agama Islam melalui studi telaah terhadap agama2 lainnya. Problem dan prospek
dari adanya perbandingan agama.
a) Problem : pertama kendala perbandingan agama, Menurut Gierke Gaard (18131855), filsuf agamawan asal Denmark, yang pendapatnya banyak disetujui
banyak orang, “netral terhadap studi agama-agama hampir tidak mungkin”. Salah
satu sebabnya, seorang peneliti tidak akan dapat memahami, apalagi mendalami
agama tanpa yang bersangkutan terlibat secara emosional dan spiritual dengan
agama tersebut. Kedua tantangan yang dihadapi setiap agama. Menurut Bambang
Sugiarto, tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini sekurang-kurangnya
ada tiga. Pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer yang ditandai
disorentasi nilai dan degradasi moralitas agama ditantang dengan tampil sebagai
suara moral yang otentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan
pluralisme mengolahnya dalam rangka “teologi” baru dan mewujudkannya dalam
aksi-aksi kerja sama plural. Ketiga, agama tampil sebagai pelopor perlawanan
terhadap segala bentuk penindasan dan ketidak adilan.
b) Prospek: Upaya Mengatasi Kendala dan Tantangan Perbandingan Agama. Untuk
mengatasi kerancuan diatas, pakar-pakar studi agama lalu membagi pendekatan
studi agama yang mencakup studi perbandingan agama dalam dua kategori, yaitu:
 Pendekatan Diskriptif. Cara ini dikembangkan oleh pakar-pakar dialog antar
agama dengan menggunakan istilah intelektual conversion (beralih) agama
pada tingkat pemikiran, bukan pada tingkat iman yang hakiki.
 Pendekatan Normatif. Pendekatan ini menjelaskan, sebuah agama yang
menitik beratkan kebenaran doktrial, keunggulan sistem nilai otentitas teks,
serta fleksibilitas ajarannya sepanjang masa. Pendekatan normatif untuk
memperkukuh iman, pendekatan deskriptif tidak kurang pentingnya untuk
menghindari konflik agama.
4. Bagaimana kupasan analisa saudara mengenai aliran pemikiran Islam, baik dalam sisi
teologi, fiqih dan tasawuf serta kaitannya dengan penelitian agama dengan
mengungkapkan konstruksi penelitian agama dan keagamaan yang berlangsung
selama ini !
Jawaban:
 Teologi
Secara bahasa teologi terdiri dari kata “theos” yang berarti Allah dan “logos”
artinya ilmu. Sehingga, teologi merupakan ilmu tentang Allah atau ilmu ke-Allahan. Teologi yang membahas terhadap Allah Yang Esa merupakan teologi Islam
atau lebih dikenal dengan tauhid. Pada dasarnya, makna tauhid itu meyakini
sesungguhnya Allah itu tunggal, tidak ada sekutu bagiNya baik zat maupun
perbuatanNya, dan sesungguhnya Dialah tempat kembali bagi setiap yang ada
dan terminal untuk segala maksud.
 Fiqih
Fiqih berasal dari kata al-fiqh yang menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu
dan memahaminya. Kemudian, menurut istilah fiqih ialah mengetahui hukumhukum shara’ yang bersifat amaliyah dari dalil-dalil yang terperinci. Berdasarkan
pemaknaan fiqih secara terminology tersebut dapat ditarik garis besar bahwa
objek ilmu fiqih berupa perbuatan lahir manusia yang ditinjau dari perlu atau
tidaknya beberapa dalil melakukan penilaan sebagai landasan teologis perbuatan
seorang muslim.
 Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlah
mulia. Melalui studi tasawuf, seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara
melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari
pemahaman ini diharapkan ia akan tampil sebagai seorang yang mahir
mengendalikan dirinya saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada melakukan
aktivitas yang menuntuk sikap jujur, ikhlas, tanggungjawab, kepercayaan diri,
dan lain-lain.
Dari kutipan diatas, dapat dianalisis bahwa aliran pemikiran islam dari sisi
teologi, fiqih, dan tasawuf dapat dikaitkan dengan penelitian agama dalam
mengungkapkan konstruksi penelitian agama dan keagamaan di Indonesia. Dari sisi
teologi, dapat diterapkan pada dasar pertimbangan untuk meningkatkan keyakinan diri
seseorang terhadap Tuhan, dari segi keimanan, keakhlakan, dan lain-lain berupa hasil
pengembangan peneliti agamaan keagamaan sesuai perkembangan zaman. Dari sisi
fiqih, dapat diterapkan pada penetapan hukum-hukum islam, karena dimungkinkan
setiap perkembangan zaman hukum islam ada pengembangan yang disesuaikan
dengan zaman yang dilalui. Dari segi Tasawuf, dapat diterapkan pada pemahaman
akan sifat seorang sufi dengan penelitian pengembangan-pengembangan sifat tersebut
untuk pemahaman bagi masyarakat akan pentingnya mendekatkan diri kepada Tuhan
dan untuk pembelajaran apa itu tasawuf.
5. Ungkapkan analisis saudara tentang Islam sebagai produk budaya dengan
memberikan gambaran secara mikro tentang pengertian budaya, Islam sebagai budaya
dan pendekatan studi terkait dalam konteks Islam !
Jawaban:
 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwarisan dari generasi ke generasi dan lahir dari
hasil pemikiran dari manusia. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang
semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi
kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Menurut
Koentjaraningrat (1985:5) kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud: (1)
wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasangagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban
sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan
yang maju dan kompleks. Jadi kebudayaan menurut definisi pertama, adalah
wujud ideal dalam definisi Koentjaraningrat, sementara menurut definisi terakhir,
kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya.

Kabudayaan adalah penjelmaan akal dan rasa manusia. Ini berarti bahwa manusia
yang
menciptakan
kebudayaan.
Kebudayaan
Islam,
berarti
menyaring
kebudayaan yang tidak melenceng dari ajaran Islam. Menurut bahasa kata
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal). Diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan
disebut culture yang berasal dari kata latin Colere yaitu “mengolah atau
mengerjakan”. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam
bahasa Indonesia.
 Dalam bahasa Arab kata kebudayaan itu disebut Al-Tsaqafah.Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Budaya memiliki pandangankeistimewaan tersendiri
yang menjadi pedoman mengenai perilaku yang layak danmenetapkan makna dan
nilai logis. Budaya erat kaitannya dengan masyarakat.Segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yangterdapat dalam
masyarakat itu sendiri.
Pendekatan dalam studi budaya dalam bingkai Islam tidak lepas dari apa yg
dirintis oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat yg menggoreskan tinta budaya
sebagai peradaban dunia. budaya dengan kesantunan yg meneguhkan Islam
rahmatal lil'alamiim, di mana Islam hadir dg kesejukan dan bisa diterima oleh
siapapun menunjukkan bahwa Islam bisa menyelami setiap budaya.
 Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sejak kehadiran Islam
dimuka bumi ini, telah memainkan peranannya sebagai salah satu agama yang
menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini, tentunya membawa Islam sbagai bentuk
ajaran agama yang mampu mengayomi keberagaman umat manusia dimuka bumi
ini. Islam sebagai agama universal sangat menghargai akan ada budaya yang ada
pada suatu masyarakat, sehingga kehadiran islam ditengah-tengah masyarakat
tidak bertentangan, melainkan Islam dekat dengan kehidupan masyarakat,
disinilah sebenarnya, bagaimana Islam mampu membuktikan dirinya sebagai
ajaran yang flexsibel di dalam memahami kondisi kehidupan suatu masyarakat.
Daftar Pustaka
Rumadi, dkk. 2003. POST-TRADISIONALISME ISLAM: Wacana Intelektualisme dalam
Komunitas NU. STAIN Bengkulu. Jurnal ISTIQRO’ volume 02, nomor 01.
Koko Abdul K. 2017. Metodologi Studi Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Fadlan Kamali B. 2019. Metodologi Studi Islam “Menyingkap Persoalan Ideologi Dari Arus
Pemikiran”. Deepublish.
Hambali, Moh. Mu’alimin. (2015). Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer. IRCisoD
Moh. Arif. 2017. Studi Islam Dalam Dinamika Global. Kediri : STAIN Kediri Press.
Mustopa. (2017). Kebudayaan Dalam Islam: Mencari Makna Dan Hakikat Kebudayaan
Islam. Tamaddun. Vol 5 no 2.
Download