LAPORAN KEWIRAUSAHAAN PENERAPAN HAKI DI INDONESIA Disusun untuk memenuhi tugas dari salah satu mata pelajaran Kewirausahaan Guru pembimbing : Dra. Tinar Haro Disusun oleh : Theopilus Wilhelmus Audrianto (34) XII-AKL 2 Jurusan Akuntansi Keuangan Dan Lembaga Tahun Pelajaran 2019/2020 SMK NEGERI 10 JAKARTA JL. SMEA 6 – Mayjend. Sutoyo Cawang Kramatjati Jakarta Timur (13630) Telp. (021)8091773 Fac.(021)8004289 [email protected] website : smkn10jakarta.sch.id KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Penerapan HAKI di Indonesia." Penulisan laporan merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran Kewirausahaan. saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karna itu, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca baik pelajar maupun masyarakat pada umumnya. Jakarta, 21 November 2019 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual pada akhirnya digunakan untuk melindungi dan mempertahankan kekayaan intelektual tersebut. Pada akhirnya, kebutuhan ini melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas kekayaan intelektual tadi, termasuk pengakuan hak atas karya tersebut. Sesuai dengan hakikatnya pula, HaKI dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang bersifat intangible (tidak berwujud). Jika dilihat dari latar belakang sejarah mengenai HaKI terlihat bahwa di Negaranegara barat penghargaan atas hasil pikiran individu sudah sangat lama diterapkan dalam budaya mereka yang kemudian diterjemahkan kedalam undang-undang. HaKI di Negara-negara barat bukan hanya sekedar perangkat hukum yang digunakan untuk perlindungan terhadap hasil karya intelektual seseorang, akan tetapi juga dipakai sebagai alat strategi usaha dimana suatu penemuan dapat dikomersialkan sebagai kekayaan intelektual, ini memungkinkan pencipta tersebut dapat mengeksploitasi ciptaannya secara ekonomi. Hasil dari komersialisasi penemuan tersebut dapat menyebabkan pencipta karya intelektual itu untuk terus berkarya dan meningkatkan mutu karyanya dan menjadi contoh bagi yang lainnya. Sehingga akan timbul keinginan pihak lain untuk dapat berkarya dengan lebih baik sehingga timbul kompetisi di dalamnya. Di Indonesia penerapan HaKI baru dapat dilakukan akhir-akhir ini, ini dikarenakan sudah mulai banyaknya kasus-kasus yang melibatkan kekayaan intelektual didalamnya, oleh karena itu maka pada tahun 2002 disahkanlah undang-undang tentang HaKI, yang mengatur tata cara, pelaksanaan, dan penerapan HaKI di Indonesia. Dengan adanya UU HaKI,diharapkan dapat lebih mengatur tentang hak-hak seseorang terhadap karyanya, dan juga dapat menjerat pelaku kejahatan HaKI. Rumusan Masalah 1 Apa yang dimaksud dengan HAKI? 2 Bagaimana perkembangan HAKI di Indonesia? 3 Bagaimana regulasi Hak Cipta di Indonesia? 4 Bagaimana regulasi Hak Paten di Indonesia? 5 Bagaimana regulasi Hak Merek di Indonesia? Tujuan dan Manfaat Setiap penulisan makalah tentu agar adanya manfaat dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini : 1. Dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan pembaca tentang HAKI di Indonesia 2. Dapat mengurangi kasus-kasus pelanggaran HAKI di Indonesia 3. Dapat menjadi bahan pada penulisan makalah yang mengangkat tema HAKI selanjutnya BAB II PEMBAHASAN Definisi HAKI Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) ini merupakan padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten dan Hak Merk. Namun jika dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil). Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda tak berwujud (seperti Paten, merek, dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu. Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, ada 3 kata kunci dari istilah tersebut yaitu : 1 Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang),atau wewenang menurut hukum. 2 Kekayaan adalah perihal yang (bersifat, ciri) kaya, harta yang menjadi milik orang, kekuasaan. 3 Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan Jadi pada intinya Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) itu adalah hak tidak berwujud yang di berikan kepada perorangan/kelompok orang untuk berbuat atas segala hasil karya intelektual, seperti teknologi, seni, musik, lukisan, karya tulis, gambar, dan banyak lagi. Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice) Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument) Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument) Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara. Prinsip Sosial (The Social Argument) Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia. Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia Pengaturan hukum terdapat hak kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan dalam: 1 UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 2 UU Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten 3 UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek 4 UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang 5 UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri 6 UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 7 UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman Direktorat Jendral HAKI Indonesia Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HaKI adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut Ditjen HaKI mempunyai tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang HaKI berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Menteri. Ditjen HaKI mempunyai fungsi : 1 Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan teknis di bidang HaKI; 2 Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan, dan penyiapan standar di bidang HaKI; 3 Pelayanan Teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal HaKI. Di dalam organisasi Direktorat Jenderal HaKI terdapat susunan sebagai berikut : 1 Sekretariat Direktorat Jenderal; 2 Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan Rahasia Dagang; 3 Direktorat Paten; 4 Direktorat Merek; 5 Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual; 6 Direktorat Teknologi Informasi; Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement Astablishing the World Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu bagian terpenting darti persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan dengan TRIPs, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-konvensi Internasional di bidang HaKI, yaitu : 1 Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, dengan Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang perubahan Keppres No. 24 Tahun 1979; 2 Patent Coorperation Treaty (PCT) and Regulation under the PTC, dengan Keppres NO. 16 Tahun 1997; 3 Trademark Law Treaty(TML) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997; d. Bern Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works dengan Keppres No. 18 tahun 1997; 4 WIPO copyrights treadty (WCT) dengan Keppres No. 19 tahun 1997; Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang khusus mengurusi masalah HaKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATIONS). Indonesia merupakan salah satu anggota dari badan tersebut dan telah diratifikasikan dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property and Convention establishing the world Intellectual Property Organization, sebagaimana telah dijelaskan diatas. Memasuki millenium baru, hak kekayaan intelektual menjadi isu yang sangat penting yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HaKI diseluruh dunia. Dengan demikian saat ini permasalahan HaKI tidak dapat dilepaskan dari perdagangan dan investasi. Pentingnya HaKI dalam pembangunan ekonomi dalam perdagangan telah memacu dimulainya era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan. Jenis-jenis HaKI 1. Hak Cipta Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan hak khusus atau sering juga disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta dan tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta. Dalam pasal 29 sampai dengan pasal 34 Undang – undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta diatur masa / jangka waktu untuk suatu ciptaan. Dengan demikian, jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan. Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus menerus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meniggal dunia. Ciptaan yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta yang hidup terlama meniggal. 2. Paten Dalam pasal 1 butir 1 Undang – undang Nomor 14 Tahun 2001 tetang Paten. Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan. Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sedangkan untuk Paten sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang. Oleh karena itu, tanggal dimulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan. 3. Hak Merek Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakanya. o Jenis-Jenis Merek a. Merek Dagang Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenisnya. b. Merek Jasa Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. c. Merek Kolektif Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau hal sejenis lainnya. Hambatan Penerapan HKI di Indonesia Bangsa Indonesia sebagai negara berkembang tidak mudah dalam menerapkan rezim HKI. Sebab, Indonesia mempunyai kekhasan dalam karakteristik masyarakatnya. Masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat komunal yang menempatkan kepentingan bersama lebih tinggi dari kepentingan individu, meskipun itu tidak berarti pula bahwa individu kehilangan hak - haknya. Seperti halnya kebiasaan tolong menolong merupakan salah satu ciri yang menonjol dalam masyarakat lokal seperti di Indonesia. Bila dikaitkan dengan penerapan HaKI di Indonesia. Ciri dari masyarakat Indonesia sangat berbeda dengan isu tentang perlindungan atas kepentingan ekonomi individu pemilik hak dalam sistem HaKI. Masyarakat lokal banyak yang tidak peduli terhadap upaya perlindungan HaKI. HaKI bersifat individualistik dan masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal yang sangat menghargai kebersamaan. Keduanya saling bertentangan, sehingga penerapan HaKI di Indonesia banyak mendapatkan kendala. Konsep HaKI yang dibawa di Indonesia kurang pas terhadap budaya yang ada di Indonesia. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk membentuk perundang-undangan yang sesuai dengan budaya komunal yang ada di Indonesia.Hambatan yang dihadapi dalam penerapan HaKI di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada jenis perlindungannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu kendala penerapan HaKI di Indonesia adalah pada peraturan perundang-undangan yang belum lengkap. Dalam mendapatkan perlindungan HaKI terkadang prosedurnya terlampau rumit. Sebagai contoh prosedur paten. Masyarakat lokal pada umumnya masih banyak yang tidak memahami bagaimana prosedur atau tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh hak paten. Pada Pasal 24 Undang -Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten menjelaskan bahwa permohonan paten diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal. Hal tersebut menjadi kendala paling nyata dalammendapatkan perlindungan paten. Jika pelaku ekonomi di Indonesia kurang peduli terhadap perlindungan HaKI, maka akan sangat mempengaruhi penerapan HKI untuk bisa berjalan dengan baik. Faktor penghambat di atas merupakan sebagian dari banyaknya hambatan dalam penerapan HKI di Indonesia. Perlu adanya kebijakan dan terobosan yang dilakukan oleh pemerintah dan perlu adanya dorongan dariberbagai pihak (pemangku kepentingan) untuk dapat bersama-sama meningkatkan peran HaKI dalam membangun perekonomian bangsa Indonesia. BAB III PENUTUP Kesimpulan Hukum HaKI dengan Hukum Persaingan Usaha saling berkaitan, saling melengkapi satu sama lain. Iklim persaingan usaha yang sehat dan didukung oleh perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual dalam dunia usaha akan dapat meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia sebagai negara berkembang ke depannya. Semakin banyak HaKI dalam negeri yang dimiliki oleh Indonesia maka akan sangat mendukung potensi peningkatan dunia usaha yang lebih baik dalam persaingannya di era pasar bebas. Produk dalam negeri akan dapat bersaing dengan produk luar, sehingga akan tercipta kesejahteraan bagi masyarakat lokal. Dalam penerapan HaKI di Indonesia tentunya tidak berjalan mulus. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik rezim HaKI dengan karakteristik budaya masyarakat lokal. Karakteristik rezim HaKI bersifat individualistik sedangkan karakteristik masyarakat lokal bersifat komunal. Hal tersebut membuat HKI mengalami kendalam dalam penerapannya di Indonesia. Saran Menurut saya, ada beberapa solusi sebagai penengah atau perbaikan dalam bidang HaKI untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Perbaikan-perbaikan pada konsep perlindungan HaKI yang ada sekarang perlu dilakukan. Perbaikan tersebut meliputi pembenahan dalam perundang -undangan dan terobosan kebijakan yang dapat memenuhi setiap kepentingan produk atau merk lokal, pendokumentasian terhadap kekayaan intelektual Indonesia, peran aktif dan keterlibatan antara pemerintah dan para ahli atau orang-orang yang mengerti dalam bidang HaKI, perbaikan dan pembaruan berbagi hal dalam kelembagaan, membangun budaya hukum bagi masyarakat. Perbaikan tersebut perlu dilakukan dengan komitmen yang kuat untuk memperbaiki segala kelemahan perlindungan HaKI yang ada saat ini.