Uploaded by User107154

Lapres Biodas 2 Theresia Bianca Lucretia Olivia 24020120130083 Acara 5

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR II
ACARA PRAKTIKUM KE : V
KEANEKARAGAMAN JAMUR
Nama
: Theresia Bianca Lucretia
NIM
: 24020120130083
Kelompok
:4
Hari, tanggal
: Senin, 29 Maret 2021
Asisten
: Nur Azizah
LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ACARA V
KEANEKARAGAMAN JAMUR
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jamur merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki ciri khas yaitu
adanya tudung pada bagian atasnya. Jamur merupakan organisme yang mudah
sekali ditemukan, baik itu dipohon, makanan yang membusuk, pakaian lama, kayu
lapuk, dsb. Beberapa jenis dari organisme ini biasanya dijadikan sebagai bahan
makanan dan obat-obatan. Jamur dapat hidup melalui symbiosis mutualisme,
saprofit bahkan sebagai parasit. Jamur (fungi) adalah nama regnum dari
sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam selselnya.
(Rahma, 2019).
Jamur merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat dijumpai dimanapun
dengan jenis yang beragam, jenis yang beragam inilah yang sering disebut
keanekaragaman jamur. Jamur dapat dijumpai dimana saja, baik itu di daerah
beriklim dingin maupun daerah tropis. Meskipun dapat dijumpai dimana saja,
tempat dimana jamur hidup harus merupakan tempat
yang lembab.
Keanekaragaman jamur dapat menunjukan berbagai variasi tumbuhan, seperti
struktur, warna, bentuk, jumlah, dan sifat dari jamur di suatu daerah. Praktikum
mengenai keanekaragaman jamur diadakan bagi mahasiswa/mahasiswi biologi
untuk mengetahui dasar pengetahuan berbagai macam jenis jamur yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia dengan mempelajari karakteristik, habitat, siklus
hidup hingga manfaatnya.
1.2 TUJUAN
1.2.1
Mahasiswa dapat mengenali keanekaragaman jamur dan membedakan
berbagai jenis jamur yang terdapat di sekitar kita berdasarkan morfologinya
(makroskopik dan mikroskopik)
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Jamur
(Kusuma, dkk., 2015)
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak
berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki
dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh
nutrient dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu
hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan
cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat
heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organic yang diabsorbsi dari
organisme lain. (Kusuma, dkk., 2015)
2.2 Struktur Jamur
(Rakhmawati, 2012)
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar
yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. (Kusuma, dkk., 2015)
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadang kala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. (Kusuma, dkk., 2015)
2.3 Klasifikasi Jamur
(Susan dan Retnowati, 2017)
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom
ini ke dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah
persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik
spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya
berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan
Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke
dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina,
Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga
divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi,
yang diberi nama Divisi Deuteromycotina. (Kusuma, dkk., 2015)
2.3.1
Zygomycota
(Yulistiawan, dkk., 2016)
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true
fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah
jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp.
Divisi
Zygomycotina
memiliki
anggota
yang
hampir
semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai
saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa)
yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang
berflagella. (Kusuma, dkk., 2015)
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan
seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan
zigospora.
Sedangkan
reproduksi
aseksualnya
dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang,
sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa
angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai,
maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi
seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses
ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+)
dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisisisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada
bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian,
kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya
melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang
menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya,
zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam.
Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti
haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan
tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya,
reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan
pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah
dan spora tersebar keluar. (Kusuma, dkk., 2015)
2.3.2
Ascomycota
(Yulistiawan, dkk., 2016)
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi.
Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan
membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium
yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya
mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang
disebut askorkarp atau ascoma (kalau banyak disebut
askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau
seperti
balon).
Hifa
dari
Ascomycotina
umumnya
monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan selsel yang dipisahkan oleh septa sederhana. Jadi, askus
merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada
pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit.
Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan
makhluk hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau bersel
satu membentuk lumut kerak. (Kusuma, dkk., 2015)
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang
tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang.
Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa
berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih
lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut
letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
(Kusuma, dkk., 2015)
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan
ascogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari
anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan
dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium
tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti
membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa
askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian
ascogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya
berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal
askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai
pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk
tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid
yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan
8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh
pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk
hifa atau miselium baru. (Kusuma, dkk., 2015)
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan
cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas
terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur
terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut
terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan
sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang
dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau
sporangium. (Kusuma, dkk., 2015)
2.3.3
Basidiomycota
(Utami, dkk., 2016)
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the
club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya
(cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara
seksual
dengan
membentuk
basidia
yang
kemudian
menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut
basidioma atau basidiokarp . Basidia tersebut bisa berkembang
dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik
(binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan
yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa
yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur
makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat
dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa
lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini
umumnya hidup. (Kusuma, dkk., 2015)
2.3.4
Deuteromycota
(Rakhmawati, 2012)
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi
generatifnya
dimasukkan
ke
dalam
Deuteromycotina.
Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak
sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami
reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual
(anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual
(teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya
sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai
“keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung
jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya. (Kusuma, dkk.,
2015)
Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara
reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota
Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi
Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah
Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam
kelompok Ascomycotina. Semua jamur anggota divisi artifi
sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia
dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang
bebas. (Kusuma, dkk., 2015)
Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa
tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras.
Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit pada
protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara.
Beberapa jenis juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang
merupakan penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium
rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada
tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae
adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan
buah serta dapat menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada
daun inangnya. (Kusuma, dkk., 2015)
2.4 Reproduksi Jamur
(Kusuma, dkk., 2015)
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbedabeda bentuk
dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler.
Apabila kondisi habitat sesuai, memproduksi sejumlah besar spora aseksual.
Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang
cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu
persatuan sel dari dua individu. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa
yang terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan
yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan
banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora
tersebut berkecamabah jika berada pada tempat yang lembab pada permukaan
yang sesuai. (Kusuma, dkk., 2015)
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
3.1.1
Alat tulis
3.1.2
Buku laporan/ kertas laporan
3.1.3
Penuntun Praktikum
3.1.4
PPT asistensi
3.2 Bahan
3.2.1
Rhizopus sp
3.2.2
Aspergillus sp
3.2.3
Saccharomyces sp
3.2.4
Pleurotus ostreatus (Jamur Tiram)
3.2.5
Volvariella volvacea (Jamur Merang)
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Jamur diamati dan dilihat perbedaannya
3.3.2
Deskripsi dari jamur dicatat
V.
HASIL PENGAMATAN
NO
GAMBAR PRIBADI
1
Rhizopus sp
GAMBAR REFERENSI
KETERANGAN
1. Sporangium
2. Spora
3. Columella
4. Sporangium
(Dokumen Pribadi, 2021)
5. Sporangiofor
6. Stolon
7. Hifa
(Yulistiawan, dkk., 2016)
2
Aspergillum sp
8. Rhizoid
1. Konidia
2. Fialida
3. Metula
4. Vesikula
(Dokumen Pribadi, 2021)
5. Konidiafor
6. Hifa
(Yulistiawan, dkk., 2016)
3
Saccharomyces sp
1. Tunas
2. Leher
pembelahan
(Dokumen Pribadi, 2021)
(Yulistiawan, dkk., 2016)
4
Pleurotus
ostreatus
1. Tudung
(Jamur Tiram)
(pileus)
2. Tangkai
(stipe)
3. Akar (rhizoid)
(Dokumen Pribadi, 2021)
(Utami, dkk., 2016)
5
Volvariella
volvacea
1. Pileus
(Jamur Merang)
(tudung)
2. Kulit tudung
3. Lamella
4. Annulus
(Utami, dkk., 2016)
(Dokumen Pribadi, 2021)
(cincin)
5. Stem (batang)
6. Volva
(cawan)
7. Misellia
VI.
PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara V yang berjudul “Keanekaragaman Jamur”
telah dilaksanakkan pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 13.00-15.50 WIB secara
virtual via Microsoft Teams. Tujuan praktikum yaitu mahasiswa dapat mengenali
keanekaragaman jamur dan membedakan berbagai jenis jamur yang terdapat di
sekitar kita berdasarkan morfologinya (makroskopik dan mikroskopik)
Fungi atau jamur merupakan kelompok organisme eukariotik. Sesuai dengan
pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa fungi atau jamur didefinisikan sebagai
kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat
uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin,
tidak berklorofi l, memperoleh nutrient dengan menyerap senyawa organik, serta
berkembang biak secara seksual dan aseksual. Pada umumnya ungi hidup di habitat
lembab yang sedikit asam dan minim cahaya matahari. Hidupnya sebagai organisme
heterotroph karena tidak bisa menghasilkan makanan sendiri. Sesuai dengan
pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa jamur atau fungi memiliki beberapa sifat
umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu
memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya
bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organic yang diabsorbsi dari
organisme lain.
5.1 Rhizopus sp
Jamur Rhizopus sp. merupakan jamur yang termasuk anggota
zygomycotina. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa jenis
jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black
bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang
hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai
saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak
bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Proses reproduksi zygomycotina dibagi menjadi aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dengan perkecembahan yang disebut juga sebagai
germinasi. Sementara, reproduksi seksualnya dengan menghasilkan
zigospora. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa
reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan
reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora
tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang,
sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila
spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi
hifa baru. Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara
konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa
(+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu
mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu,
disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan
kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang
menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh,
dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami
meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai,
zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini
memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya,
reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan
sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
5.2 Aspergillus sp
Jamur Aspergillus sp. merupakan jamur yang termasuk anggota
ascomycotina. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa
Aspergillus sp merupakan bagian dari kelompok Ascomycotina. Kelompok
ascomycotina biasanya memiliki ciri khas yaitu adanya askus yang
menghasilkan askospora. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015)
bahwa ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi
yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus
(ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium
yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan
berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau ascoma
(kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol,
atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik
(uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh
septa sederhana. Divisi ascomycotina memiliki tubuh yang berupa
uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofit dan
parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk
hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut
kerak. Sesuai dengan pendapat Kusuma, dkk. (2015) bahwa askus
merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina.
Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup
sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga
bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau
bersel satu membentuk lumut kerak.
Divisi ascomycotina memiliki siklus hidup yang dimulai dari askospora
yang tumbuh menjadi hifa. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015)
bahwa siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh
menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari
beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang
ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya
berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid. Pada askogonium
tumbuh trikogin yang menghubungkan ascogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan
kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada
askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti
membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh
membentuk septa bercabang. Bagian ascogonium berinti banyak, sedangkan
pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh
menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai
pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah.
Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila
askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh
membentuk hifa atau miselium baru.
Sementara itu, reproduksi aseksual pada divisi ascomycotina dengan
membentuk tunas dan spora aseksual. Sesuai dengan pernyataan Kusuma,
dkk. (2015) bahwa reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan
cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada
jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur
multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang
disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora
yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
5.3 Saccharomyces sp
Jamur Saccharomyces sp. merupakan jamur yang termasuk anggota
ascomycotina. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015) bahwa
Saccharomyces sp. merupakan bagian dari kelompok Ascomycotina.
Kelompok ascomycotina biasanya memiliki ciri khas yaitu adanya askus
yang menghasilkan askospora. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk.
(2015) bahwa ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan
fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam
askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam
sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya
mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut
askorkarp atau ascoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa
berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina
umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel
yang dipisahkan oleh septa sederhana. Divisi ascomycotina memiliki tubuh
yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai
saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis
dengan makhluk hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau bersel satu
membentuk lumut kerak. Sesuai dengan pendapat Kusuma, dkk. (2015)
bahwa askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang
multiseluler. Hidup sebagai saprofit dan parasit. Beberapa jenis diantaranya
dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijaubiru dan
ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.
Divisi ascomycotina memiliki siklus hidup yang dimulai dari askospora
yang tumbuh menjadi hifa. Sesuai dengan pernyataan Kusuma, dkk. (2015)
bahwa siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh
menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari
beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang
ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya
berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid. Pada askogonium
tumbuh trikogin yang menghubungkan ascogonium dengan anteredium.
Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan
kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada
askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti
membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh
membentuk septa bercabang. Bagian ascogonium berinti banyak, sedangkan
pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh
menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai
pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah.
Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila
askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh
membentuk hifa atau miselium baru.
Sementara itu, reproduksi aseksual pada divisi ascomycotina dengan
membentuk tunas dan spora aseksual. Sesuai dengan pernyataan Kusuma,
dkk. (2015) bahwa reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan
cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada
jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur
multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang
disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora
yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
5.4 Pleurotus ostreatus (Jamur Tiram)
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping
(bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga
jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung
dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih,
dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–20 cm yang bertepi
tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang
bisa tumbuh dengan cepat. Sesuai dengan pernyataan Mutmainah (2016)
bahwa bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abuabu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–
20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram
juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Jamur tiram juga memiliki
spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselia berwarna putih
yang bisa tumbuh dengan cepat.
Reproduksi aseksual jamur basidiomycota secara umum dengan spora.
Sementara reproduksi seksual dengan memanfaatkan dua jenis hifa. Sesuai
dengan pernyataan Mutmainah (2016) bahwa reproduksi aseksual
basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk
secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya
yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Secara seksual,
reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh
menjadi primodia dewasa. Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat
yaitu sebagai makanan, menurunkan, sebagai antibakterial dan antitumor,
serta dapat menghasilkan hidrolisis dan enzim oksidasi. Selain itu, jamur
tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda
5.5
Volvariella volvacea (Jamur Merang)
Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan anggota dari divisi
basidiomycota yang memiliki bentuk bulat telur dan berwarna cokelat gelap
hingga abu-abu. Sesuai dengan pernyataan Mutmainah (2016) bahwa tubuh
buah yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna cokelat gelap hingga
abu-abu dan dilindungi selubung. Pada tubuh buah jamur merang dewasa,
tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua keabu-abuan dengan
bagian batang berwarna coklat muda. Jamur merang yang dijual untuk
keperluan konsumsi adalah tubuh buah yang masih muda yang tudungnya
belum berkembang. Secara umumnya jamur memiliki tudung yanga
berbeda-beda tergantung dengan jenis dan varietesnya. Tetapi jamur merang
memiliki tudung dengan diameter 5-14 cm dengan berbentuk bulat telur
kemudian terlihat cembung dan memiliki permukaan kering, serta memiliki
warna yang sangat bervariasi mulai dari warna coklat, putih, keabu-abuan
dan kehitaman.
Siklus hidup jamur merang berawal dari spora yang akan berkecambah
membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Sesuai dengan
pernyataan Mutmainah (2016) bahwa kehidupan jamur merang berawal dari
spora (basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa
yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh keseluruh bagian
media tumbuh,. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk
gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh buah
jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar atau lonjong dan
dikenal dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini
akan membesar dan disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya
stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing (button)
dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya
tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian
diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini
terpisah dengan tudung (pileus) karena perpanjangan tangkai (stalk). Stadia
terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2005).
Reproduksi jamur merang dibagi menjadi aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual dengan membentuk spora konidia. Sesuai dengan
pernyataan Mutmainah (2016) reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual
maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu dengan cara membentuk spora
konidia. Basidiomycota bereproduksi secara aseksual dengan permulaan
pembentukan spora aseksual. Budding terjadi ketika suatu perkembangan
sel induk dipisahkan menjadi sel baru. Setiap sel dalam organisme dapat
kuncup. Pembentukan spora aseksual yang paling sering terjadi di ujung
struktur khusus yang disebut conidiophores. Daur hidup Basidiomycotina
dimulai dari pertumbuhan spora basidium (konidium). Konidium akan
tumbuh menjadi benang hifa yang bersekat dengan satu inti, kemudian hifa
membentuk miselium. Hifa dari dua strain yang berbeda (+ dan -) ujungnya
bersinggungan dan dinding selnya larut. Inti sel dari salah satu sel pindah ke
sel yang lain, terjadilah sel dikariotik. Dari sel dikariotuh akan tumbuh hifa
dikariotik dan miselium dikariotik, miselium akan tumbuh menjadi tubuh
buah dengan bentuk tertentu misalnya seperti payung.
VI. KESIMPULAN
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak
berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding
sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrient dengan
menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Struktur tubuh jamur
tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur
yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu
meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Jamur atau fungi
dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli
mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 6 divisi. Dasar yang
digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Jenis-jenis jamur yang
sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan
Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam
Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi
Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang
diberi nama Divisi Deuteromycotina.
DAFTAR PUSTAKA
Nila Ristiari, N. P., Marhaeni Julyasih, K. S., & Putu Suryanti, I. A. (2018). Isolasi dan
Identifikasi Jamur Mikroskopis Pada Rizosfer Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis
Lour.) Di Kecamatan Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha , 6(1),
10–19.
Rakhmawati, A. (2012). Klasifikasi Jamur. 11.
Kusuma, A., Kameswara, D., Siti, M. W. E., & Isfrianti, S. F. (2015). Makalah Fungi.
Utami, F., Muzakki, F. D. H. N. A., Salma, R. A. S., & Adawiyah, S. H. K. W. R.
(2016). Fungi.
Arsyadi, A. (2018). Laporan JAMUR TIRAM K1 G351170081. October.
Susan, D., & Retnowati, A. (2017). Catatan Beberapa Jamur Makro Dari Pulau
Enggano: Diversitas Dan Potensinya [Notes On Some Macro Fungi From Enggano
Island: Diversity And Its Potency]. Berita Biologi, 16(3), 243–256.
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 7 April 2021
Mengetahui,
Asisten
Nur Azizah
24020118140066
Praktikan
Theresia Bianca Lucretia Olivia
240201201300
Download