RESUME MODUL 1 OLEH : RIZKA FALIRIA NANDINI (NIM. 8557677983) Kegiatan Belajar 1 A. PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN PRINSIP PENILAIAN Penilaian dalam proses pembelajaran di kelas merupakan syarat wajib bagi seorang guru untuk menghasilkan output berupa hasil belajar siswa. Dalam bidang pendidikan, terdapat dua penilaian hasil belajar yaitu asesmen sebagai bentuk upaya penilaian melalui tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi sebagai upaya untuk mengukur keefektivan pembelajaran dengan melibatkan seluruh komponen penentu keberhasilan pembelajaran. Selain asesmen dan evaluasi, terdapat istilah lainnya yang dapat digunakan dalam konsep dasar penilaian dalam pembelajaran yaitu tes dan pengukuran. Keempat istilah tersebut sering dianggap sama namun memiliki makna, bentuk, dan output yang berbeda-beda. Pengertian dari masing-masing istilah adalah sebagai berikut : 1. Tes Tes dalam pendidikan merupakan rangkaian pertanyaan atau tugas yang mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar yang dirancang untuk memperoleh informasi tertentu. Menurut Zainul dan Nasoetion (1997) seperangkat tugas atau pertanyaan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah tidak bisa disebut sebagai tes. Oleh karena itu, tes dapat digunakan untuk menilai capaian tujuan pembelajaran melalui butir-butir pertanyaan yang diajukan kepada siswa. 2. Pengukuran Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Ada banyak kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi ketika melakukan pengukuran. Kesalahan dapat bersumber dari alat ukur, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran memerlukan alat ukur agar menghasilkan hasil yang valid dan reliabel. 3. Asesmen Asesmen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dan bertujuan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa. Beberapa contoh asesmen antara lain kuis, ulangan harian, tugas individu, laporan praktium, ulangan akhir semester, tugas kelompok, dan lain sebagainya. 4. Evaluasi Evaluasi melibatkan seluruh komponen dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan program termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen), pelaksanaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan, serta reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kinerja, maupun produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Pada intinya, evaluasi menghasilkan penentuan sejauh mana suatu tujuan pendidikan telah tercapai. Setelah memahami pengertian dari masing-masing penilaian, selanjutnya adalah menentukan kedukannya. Sebagai contoh seorang guru telah merancang soal-soal mata pelajaran matematika kemudian memberikan soal tersebut kepada siswa dengan tujuan untuk memperoleh data terkait hasil belajar siswa. Data tersebut merupakan hasil pengukuran yang dapat diperoleh dari tes maupun non-tes atau disebut sebagai alat ukur. Setelah mendapatkan data hasil belajar siswa melalui beberapa kali tes yang dilakukan, maka seorang guru dapat menarik kesimpulan terkait perkembangan belajar siswa atau disebut sebagai asesmen. Jadi untuk melakukan asesmen, seorang guru memerlukan alat ukur, hasil pengukuran, dan kesimpulan dari hasil pengukuran. Langkah terakhir adalah evaluasi dengan melihat kembali setiap komponen dalam program pembelajaran. Secara sederhana, evaluasi merupakan pembandingan antara hasil dengan kegiatan yang telah dibuat kemudian mulai memutuskan untuk melakukan perbaikan terhadap hasil yang dianggap belum mampu mencapai tujuan suatu pembelajaran. Agar penilaian yang dilakukan benar-benar dapat memberi gambaran real terkait capaian hasil belajar, maka seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi sesuai yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2. Valid dan reliabel artinya dapat diukur dan menghasilkan data yang sama meskipun dilakukan beberapa kali 3. Adil untuk seluruh siswa 4. Objektif atau memberikan hasil yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh hal-hal selain hasil tes 5. Berkesinambungan dengan melihat dan menilai kemampuan siswa dari berbagai sumber, bukan hanya berdasarkan hasil tes akhir semester saja 6. Harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang ada dalam kurikulum 7. Terbuka untuk berbagai kalangan 8. Bermakna bagi siswa dan pihak berkepentingan terkait gambaran tingkat pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta potensi siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan B. PERGESERAN PARADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR Di berbagai sekolah masih terdapa guru yang hanya menggunakan tes sebagai satusatunya alat ukur keberhasilan belajar siswa padahal terdapat tujuan lainnya yang mengukur ranah afektif dan psikomotorik. Tes mempunyai beberapa kelemahan yaitu hanya dapat menilai dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana, serta seringnya dijadikan sebagai satu-satunya indikator keberhasilan belajar siswa sedangkan proses siswa dalam mempelajari seuatu seringkali luput dari pengamatan guru. Untuk menghilangkan paradigma penilaian yang berorientasi pada hasil seperti ini, banyak ahli dan praktisi pendidikan yang mencari alternatif lain yang lebih utuh yaitu menilai penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi dengan melibatkan proses belajar bagaimana siswa tersebut mampu mencapai dan menguasai suatu kompetensi. Dalam model ini, guru yang bersangkutanah yang dapat menilai hasil belajar siswa yang dikenal dengan penilaian dalam arti asesmen. Dengan demikian, penilaian kemampuan siswa harus dilakukan dengan berorientasi pada proses dan hasil belajar. Kegiatan Belajar 2 A. JENIS DAN FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN Suatu program yang telah dirancang pasti membutuhkan suatu jenis penilaian yang sesuai dengan keluaran atau output yang diharapkan. Di sekolah terdapat banyak jenis tes seperti tes seleksi, tes penempatan, pre-post test, tes formatif, tes diagnostik, tes sumatif dan sebagainya. Tes tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi tertentu. 1. Tes seleksi dan fungsinya Tes seleksi adalah tes yang dilakukan untuk menyeleksi atau memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program hingga menghasilkan calon-calon terpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara tertulis, wawancara, atau keduanya. 2. Tes penempatan dan fungsinya Tes penempatan merupakan tes yang dilakukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing. Dengan demikian, tes penempatan berfungsi juga untuk mengelompokkan siswa dalam satu kelompok yang kemampuan dan minatnya yang relatif homogen 3. Pre-test dan Post-tes serta fungsinya Pre-test merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum suatu materi pelajaran disampaikan oleh guru sedangkan post-test merupakan tes yang dilakukan setelah suatu materi telah disampaikan untuk mengetahui sejauh mana capaian tujuan program pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 4. Tes diagnostik dan fungsinya Tes diagnostik merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Dari hasil tes diagnostik ini, guru dapat menemukan kesulitan belajar sekaligus berupaya mencari cara untuk menghilangkan penyebab kesulitan belajar itu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5. Tes formatif dan fungsinya Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa tersebut menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes ini dimaksudkan untuk memonitor capaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tanpa memberikan siswa tersebut nilai. Jika terdapat suatu tujuan pembelajaran yang belum mampu dilakukan oleh siswa, maka seorang guru harus mencari tahu penyebabnya yang mungkin melatarbelakangi ketidakmampuan tersebut seperti pemilihan metode atau media pembelajaran yang kurang tepat. 6. Tes sumatif dan fungsinya Bertolakbelakang dengan definisi dan tujuan dilakukannya tes formatif, tes sumatif biasanya dilakukan di akhir yang dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran. Butir soal dalam tes sumatif harus dapat mengukur ketercapaian seluruh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Manfaat tes sumatif antara lain : a. Bagi siswa Setelah melakukan tes sumatif dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang dikerjakan, diharapkan dengan hasil tersebut dapat mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya di waktu mendatang. Dengan demikian, siswa akan berusaha untuk belajar lebih giat agar pada semester berikutnya hasil belajarnya akan lebih baik dari sekarang. b. Bagi guru Hasil tes sumatif menjadi bahan renungan untuk guru sekaligus menganalisis kembali proses pembelajaran yang dilakukan untuk kemudian dilakukan perbaikan. c. Bagi orang tua Hasil tes sumatif yang diberikan kepada orangtua dapat menjadi acuan untuk selalu memotivasi anaknya agar dapat mempertahankan prestasinya jika semua hasil tes nya baik, namun juga harus memberikan dorongan semangat dan berupaya untuk memberi perhatian yang lebih kepada anaknya terutama saat belajar. d. Bagi kepala sekolah Hasil tes sumatif siswa di sekolah dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, dapat pula digunakan sebagai pembanding dengan hasil serupa yang dicapai oleh sekolah lain. RESUME MODUL 1 OLEH : RIZKA FALIRIA NANDINI (NIM. 8557677983) Kegiatan Belajar 1 A. Keunggulan dan Kelemahan Tes Objektif Keunggualan tes objektif antara lain : a. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, penerapan) b. Semua / sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian sehingga semua/ sebagian besar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam RPP dapat diukur ketercapaiannya c. Pemberianskor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat ,tepat, dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti d. Memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal e. Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan f. Informasi yang diperoleh lebih kaya Kelemahan tes objektif antara lain : a. Butir soal yang ditulis cenderung mengukur proses berpikir rendah. b. Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga membutuhkan waktu lebih lama. c. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka d. Anak tidak dapat mengorganisasian , menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal. B. Mengembangkan Tes Objektif Dan Tes Uraian 1) Tes benar salah / true false item Fungsi : a. Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya. b. Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan pendapat atau opini. c. Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan. Keunggulan Mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir sederhana. Kelemahan Probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan 2) Tes menjodohkan / matching exercise Tes menjodohkan adalah tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon. Keunggulannya adalah mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi yang telah diajarkan pada siswa, sedangkan kelemahannya adalah butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang sederhana. 3) Tes pilihan ganda / multiple choice Ragam tes pilihan ganda antara lain: a. Melengkapi pilihan ( ragam A) : tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban. b. Hubungan antarhal (ragam B) : tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen dipisahkan dengan kata sebab. c. Analisi kasus (ragam C) d. Ganda kompleks (ragam D) e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E ) Mengkonstruksi tes objektif yang baik a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/ salah. Hindari pernyataan yang membingungkan/ bermakna ganda. Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar yang tdk mengukur kompetensi. Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan. Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan negatif ganda. Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks. Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal penulisan kalimat. Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah harusnya seimbang. b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus terdiri dari pernyataan yang homogen. Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom kedua. Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari premis. Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus diurutkan. Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada halaman yang sama. c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas. Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban. Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok soal. Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi materi / panjang pendek kalimat dan pengecoh menarik untuk dipilih. Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke jawaban yang benar. Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan soal. Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar / semua jawaban salah. Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka tersebut berurutan. Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah teknis. Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban soal yang lain. 2. Tes Uraian Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu : a. Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat. b. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar. c. Kembangkan butir soal dari suatu kasus. d. Gunakan tes uraian terbatas. e. Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta. f. Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas. g. Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian. h. Hindari penggunaan pernyataan pilihan. i. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan soal dengan benar. Pedoman penskoran : a. Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis. b. Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut. c. Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain. d. Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada jawaban tersebut. e. Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang lain. C. PERENCANAAN TES Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain : a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin. b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang disediakan. c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran. d. Sebaran tingkat kesukaran. e. Waktu ujian yang disediakan f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang disediakan.