Uploaded by User106829

Agama Kelompok 1

advertisement
Perspektif Keluarga Berencana dalam Sudut
Pandang Islam dan Kesehatan
Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
Dosen pembimbing: Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.
Disusun oleh Kelompok 1 Kelas 1A1:

Herlambang Bintang Samudra
(P1337420119001)

Tekad Fatehata
(P1337420119003)

Bagus Indra Saputra
(P1337420119005)

Shafanissa Zahra
(P1337420119007)

Fitriani Ekasusanti
(P1337420119009)

Arif Teguh Suroso
(P1337420119011)
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pengesahan Makalah
Judul Makalah
: Perspektif Keluarga Berencana dalam
Sudut Pandang Islam dan Kesehatan
Nama Anggota Kelompok
:

Herlambang Bintang Samudra
(P1337420119001)

Tekad Fatehata
(P1337420119003)

Bagus Indra Saputra
(P1337420119005)

Shafanissa Zahra
(P1337420119007)

Fitriani Ekasusanti
(P1337420119009)

Arif Teguh Suroso
(P1337420119011)
Dosen Pembimbing
: Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Nur Aksin, S. Ag. M. S. I.
ii
Motto
Kesuksesan tak pernah dimiliki. Ia disewakan dan itu dibayar tiap hari
(Rory Vaden)
Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau
(Lao Tse)
Terasa sulit ketika aku merasa harus melakukan sesuatu. Tetapi, menjadi
mudah ketika aku menginginkannya
(Annie Gottlier)
iii
Daftar Isi
Pengesahan Makalah ............................................................................................... ii
Motto ...................................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga Berencana .......................................................................... 4
a. Pengertian Keluarga Berencana ................................................................. 4
b. Tujuan Keluarga Berencana ...................................................................... 5
c. Manfaat Keluarga Berencana .................................................................... 6
d. Sasaran Keluarga Berencana ..................................................................... 8
e. Macam Metode Alat Kontrasepsi ............................................................. 9
B. Pandangan Keluarga Berencana menurut Pandangan Islam ..................... 12
a. Pandangan Al-Quran .......................................................................... 12
b. Pandangan Hadis ................................................................................ 13
c. Pandangan Menurut Para Ulama ....................................................... 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B.
Saran ................................................................................................................. 17
iv
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 18
Lampiran ............................................................................................................... 19
v
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Agama Islam
dengan judul “Perspektif Keluarga Berencana dalam Pandangan Islam
dan Kesehatan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan pada makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Dosen Agama Islam kami yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Semarang, 9 September 2019
Penulis
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk
terbanyak di dunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas
menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut
bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia.
Namun, disisi lain kondisi tersebut menyebabkan beban negara
menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga
menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya jumlah penduduk
yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
mampu
menampung
menimbulkan
seluruh
pengangguran
angkatan
dan
juga
kerja
juga
dapat
kriminalitas
yang
bersinggungan dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban
negara untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap
warga negaranya, maka pemerintah memberikan serangkaian
usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak
terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program
keluarga berencana. Program keluarga berencana pertama kali
dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yaitu saat
Orde Baru. Melalui keluarga berencana masyarakat diharuskan
untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga
1
dianjurkan untuk memiliki dua anak. Tidak tanggung-tanggung,
keluarga
berencana
diberlakukan
kepada
seluruh
lapisan
masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam tatanan
masyarakat.
Keluarga
Berencana
(KB)
merupakan
salah
satu
pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi
wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
1.2. Rumusan Masalah
2.1.1. Bagaimana
tujuan
dilaksanakan
program
Keluarga
Berencana (KB) bagi kesehatan?
2.1.2. Bagaimana wawasan masyarakat tentang manfaat Keluarga
Berencana (KB) dalam sudut pandang kesehatan?
2.1.3. Bagaimana hukum Keluarga Berencana (KB) dalam sudut
pandang agama Islam?
2.1.4. Bagaimana metode-metode yang dapat diterapkan dalam
Keluarga Berencana (KB) menurut agama Islam?
2.1.5. Bagaimana alasan dilaksanakannya program Keluarga
Berencana (KB) dalam segi agama Islam dan kesehatan?
1.3. Tujuan Pembahasan
1.3.1. Memberi informasi mengenai tujuan dilaksanakannya
program Keluarga Berencana (KB) bagi kesehatan.
1.3.2. Memberi wawasan kepada masyarakat tentang manfaat
Keluarga Berencana (KB) dalam sudut pandang kesehatan.
1.3.3. Memberi informasi mengenai hukum Keluarga Berencana
(KB) dalam sudut pandang agama Islam.
2
1.3.4. Mengetahui metode-metode keluarga berencana yang
diperbolehkan dan dilarang dalam agama Islam.
1.3.5. Memberi informasi mengenai alasan dilaksanakannya
program Keluarga Berencana (KB) dalam segi agama Islam
dan kesehatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Keluarga Berencana
2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert
committee 1997: Keluarga Berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Keluarga Berencana menurut Undang-Undang no 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian
dan
peran
serta
masyarakat
melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana
adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan,
pengobatan
kemandulan,
kelahiran.
4
dan
penjarangan
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
2.1.2.1. Tujuan Demografi
Bertujuan mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP)
dan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau
TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per
wanita.
Pertambahan
penduduk
yang
tidak
terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan
menurunkan sumber daya alam serta banyaknya
kerusakan
yang
ditimbulkan
dan
kesenjangan
penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah
penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2.1.2.2. Mengatur Kehamilan
Dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran
anak
pertama
serta
menghentikan
kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
2.1.2.3. Mengobati Kemandulan (Infertilitas)
Bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal
ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
2.1.2.4. Married Conseling (Nasehat Perkawinan)
Bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi
dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
5
2.1.2.5. Tercapainya NKKBS
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang
harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.1.3. Manfaat Keluarga Berencana
2.1.3.1. Menurunkan Risiko Terjangkitnya Kanker Rahim dan
Kanker Serviks
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut
Catala d’Oncologia di Catalonia, Spanyol, yang
dipublikasikan dalam jurnal kesehatan The Lancet
Oncology menyatakan bahwa para perempuan yang
menggunakan alat kontrasepsi seperti IUD dapat
mengalami penurunan yang signifikan
terhadap
risiko terjadinya kanker serviks dan kanker rahim.
Hal ini disebabkan oleh IUD yang ditanam dalam
rahim
perempuan
dapat
menimbulkan
respon terhadap terjadinya peradangan, sehingga
dapat menghilangkan virus Human papillomavirus
(virus HPV) sebagai penyebab utama kanker serviks.
2.1.3.2. Menurunkan
Angka
Kematian
Maternal
serta
Peningkatan IPM
Kematian yang terjadi pada ibu hamil dan anak,
masih sering kita jumpai, baik pada saat proses
persalinan,
pasca
persalinan,
maupun
hari-hari
pertama kehidupan bayi. Untuk itu, perlu diadakan
upaya serta berbagai macam inovasi guna mengatasi
hal tersebut.
6
2.1.3.3. Menghindari Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Hal tersebut akan berdampak baik bagi kesehatan,
maupun bidang ekonomi, seperti tindakan aborsi
yang dapat membahayakan jiwa, maupun keadaan
ekonomi yang semakin sulit. Dengan mengikuti
program KB, masalah tersebut dapat diminimalisir.
2.1.3.4. Dapat Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil dan Anak
Perencanaan kelahmilan yang menjadi salah satu
tujuan KB dapat menurunkan resiko kehamilan yang
tidak diinginkan. Hal tersebut dapat membantu
meningkatkan tingkat kesehatan serta kelangsungan
hidup pada ibu hamil, bayi, dan anak.
2.1.3.5. Mencegah Penularan Penyakit Berbahaya
Manfaat KB dengan penggunaan alat kontrasepsi
seperti kondom sebelum melakukan hubungan intim
dapat mencegah peyebaran atau penularan virus-virus
berbahaya seperti HIV AIDS.
2.1.3.6. Lebih Menjamin Tumbuh Kembang Bayi dan Anak
Perencanaan kehamilan yang tepat dapat membantu
tumbuh kembang bayi dan anak-anak lebih terjamin,
karena mereka mendapatkan lebih banyak perhatian
dan kasih sayang dari orangtuanya. Lain halnya jika
dalam sebuah keluarnya terdapat banyak anak. Kasih
sayang dan perhatian orangtua akan lebih terbagi-bagi
keseluruh
anak-anaknya.
7
Hal
tersebut
bisa
menimbulkan rasa iri diantara anak-anak, serta
kondisi mereka menjadi kurang terurus.
2.1.3.7. Dapat Meningkatkan Kesejahtearan Keluarga
Jika keluarga hanya memiliki 2 anak, mereka akan
lebih santai dalam bekerja, lebih banyak waktu untuk
memberikan perhatian serta mendidik anak-anak
mereka dirumah sehingga anak merasa mendapatkan
perhatian dan kasih sayang orangtuanya.
2.1.3.8. Pendidikan Anak Lebih Terjamin
Pepatah yang mengatakan bahwa banyak anak
banyak rejeki tak selamanya benar, banyak anak
justru dapat membuat anak-anak kurang mendapatkan
pendidikan yang layak.
2.1.3.9. Dapat Menentukan Kualitas Sebuah Keluarga
Dengan
manfaat
KB
berarti
keluarga
dapat
menyelamatkan kehidupan serta meningkatkan status
kesehatan ibu hamil dan anak terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran, serta mengurangi tingkat risiko
kematian pada bayi.
2.1.4. Sasaran Keluarga Berencana
2.1.4.1. Sasaran Langsung
Yaitu Pasangan Usia Subur [PUS] (15 - 49 tahun),
Dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta
KB yang aktif lestari, sehingga memberi efek
langsung penurunan fertilitas.
8
2.1.4.2. Sasaran Tidak Langsung
Organisasi-organisasi,
lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun
swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita,
dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
2.1.5. Macam Metode Alat Kontrasepsi
2.1.5.1. Metode Sederhana:
a. Tanpa Alat:
 KB Alamiah:

Metode Kalender (Ogino-Knaus)

Metode Suhu Badan Basal (Termal)

Metode Lendir Serviks (Billings)

Metode Simpto Termal
 Coitus Interruptus
b. Dengan Alat:

Mekanis (Barrier):

Kondom Pria

Barrier Intra-Vaginal:
 Diafragma
 Kap Serviks (Cervical Cap)
 Spons (Sponge)
 Kondom Wanita

Kimiawi:
 Spermisid:
 Vaginal Cream
 Vaginal Foam
 Vaginal Jelly
 Vaginal Suppositoria
 Vaginal Table
 Vaginal Soluble Film
9
2.1.5.2. Metode Modern:
a. Kontrasepsi Hormonal:
 Per-oral:

Pil Oral Kombinasi (POK)

Mini-pil

Morning-after Pil
 Injeksi (Suntikan):

DMPA

NET-EN

Microspheres

Microcapsules
 Sub-kutis (Implant):

Implant Non garis-biodegradeble:
 Norplant
 Norplant-2
 ST-1435
 Implanon

Implan biodegradable:
 Capranor
 Pellets
b. Intra Uterine Devices:

IUD

AKDR
c. Kontrasepsi Teruji:

Kepada wanita:

Penyinaran:

Radiasi sinar-X

Radium

Cobalt

Sinar laser
10


Medis Operatif Wanita:

Ligasi tuba fallopi

Elektro koagulasi tuba fallopii

Fimbriektomi

Salpingektomi

Ovarektomi bilateral

Histerektomi

Fimbriotexy (Fimbrial Cap)

Ovariotexy
Penyumbatan
Tuba
Fallopii
secara
mekanis:


Penjepitan tuba fallopii

Solid plugs
Peyumbatan
tuba
fallopii
secara
kimiawi:


Phenol
Pada Pria:


Operatif medis operatif pria:

Vasektomi

Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Penyumbatan
vas
deferens
secara
mekanis:


Penjepitan Vas Deferens

Plugs

Intra Vas Devices

Vas Valves
Penyumbatan
kimiawi:

Quinacrine

Ethanol

Ag-nitrat
11
vas
deferens
secara
2.2. Pandangan Keluarga Berencana menurut Pandangan Islam
2.2.1. Pandangan Al-Quran
Di dalam Al-Quran memang terdapat pola “Mary and
Generate”, ditambah lagi bahwa adopsi tidak ada dalam
hukum Islam, akan tetapi juga tidak terdapat penjelasan
bahwa Al-Quran menolak Keluarga Berencana. Bahkan AlQuran secara gamblang menyebutkan bahwa generasi yang
ditinggal janganlah generasi yang lemah, seperti firman
Tuhan:
“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau
mereka meninggalkan di belakang mereka anak cucu yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang
benar.” (An-Nisa ayat 9).
Sehubungan dengan itu banyak ayat-ayat yang
mendorong kepada cita-cita kehidupan keluarga sejahtera
(Al-Baqarah ayat 201) dan (Al-Qashash ayat 77). Begitu
pula
ayat-ayat
yang
berhubungan
dengan
masalah
penyusunan anak dan perawatan bayi (Al-Baqarah ayat
233), (Lukman ayat 14), dan (Al-Ahqaaf ayat 15)
memberikan indikasi keharusan interval atau jarak anak.
Dalam hubungan itu pula Al-Quran mengajarkan agar
manusia merubah nasibnya sendiri dan dia tidak diberati
lebih dari yang bisa dipikulnya tersebut dalam (Al-Anfal
ayat 54) dan (Ath-Thalaq ayat 7). Dan sesungguhnya Allah
menghendaki
kemudahan
bagi
manusia
menghendaki kesukaran (Al-Baqarah ayat 185).
12
dan
tidak
Sementara itu, ada pula pendapat yang menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran sedemikian rupa sehingga tidak sejalan
dengan keluarga berencana yaitu:
“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada
mereka dan juga kepadamu” (Al-Isra ayat 31).
Pendapat tersebut menafsirkan ayat ini bukan seperti
kebanyakan mufassir bahwa isi ayat tersebut berkenaan
pembunuhan anak perempuan sebagaimana terjadi pada
zaman jahiliyah disebabkan takut kemiskinan atau malu,
tetapi katanya sehubungan dengan pembatasan kelahiran
atau kehamilan karena takut tidak ada persiapan menerima
kelahirannya. Tentunya penafsiran ini dipandang lemah
sekali oleh kebanyakan ulama tafsir.
2.2.2. Pandangan Hadis
Pandangan yang positif terhadap Keluarga Berencana
menarik dalil dari hadis-hadis nabi, bahwa menurut sahabat
Jabir “kami melakukan azl (Coitus Interroptus) pada masa
Rasulullah dan waktu itu sedang masa Al-Quran diturunkan
(dalam shahih Muslim) ketika hal tersebut sampai kepada
Rasulullah, maka dia tidak melarangnya”. Berdasarkan ini
diambil taqrir nabi, bahwa dia tidak berkeberatan. Juga
pandangan positif terhadap Keluarga Berencana ditarik dari
hadis nabi “bahwa jika sekiranya Allah menghendaki
menciptakan sesuatu maka tak seorangpun akan dapat
menghalanginya”. Serta beberapa hadis lain mengenai azl ini
serta atsar (ucapan) sahabat nabi, yang menyatakan tidak
melarangnya.
13
Akan tetapi juga dari hadis-hadis mengenai azl ini, ada
riwayat bahwa nabi melarang melakukannya serta haditshadits lainnya dimana Nabi menghendaki keturunan yang
banyak.
2.2.3. Pandangan Menurut Para Ulama
Ulama yang telah mengeluarkan pendapatnya atau
fatwanya tentang Keluarga Berencana atau setidak-tidaknya
usaha mencegah kehamilan sebelum “Keluarga Berencana”
dikenal sekarang, ada yang memperbolehkan (Jawaz) dan
ada yang melarangnya (mani’). Adapun pendapatnya yaitu
sebagai berikut.
a. Pendapat yang Memperbolehkan (Jawaz)
Dalam kitabnya “Ihya ‘Ulumuddin” Imam Al-Ghazali
menyatakan bahwa azl (Coitus Interruptus) karena
takut mendapat kesukaran disebabkan seringnya
melahirkan anak, yang ada dilarang.
Motif-motif dari azl ini antara lain:

Untuk menjaga kesehatan ibu karena seringnya
melahirkan

Untuk
menghindari
kesulitan
hidup
karena
banyaknya anak

Untuk memelihara kesehatan dan kecantikan istri

Untuk menjaga status wanita yang dipunyai
(masalah budak)
Untuk ulama lain yang memperbolehkan yaitu Syekh
Al Haziri (Mufti besar Mesir) dan Syekh Mahmud
Syaltut (mantan rektor universitas Al-Azhar)
14
b. Pendapat-Pendapat yang Melarang
1. Profesor Dr. M. S. Matkour (Guru Besar Hukum
Islam pada Fakultas Hukum Universitas Kairo)
Dalam tulisan khususnya “Islam and Family
Planning”
dikemukakan
bahwa
beliau
tidak
menyetujui Keluarga Berencana jika tidak ada
alasan yang membenarkan perbuatan itu: hal-hal
yang mendesak membenarkan perbuatan terlarang
2. Abul A’la Maududi (dari Pakistan)
Al Maududi menolak pendapat yang membolehkan
pencegahan kehamilan itu dengan alas an-alasan
hadist azl. Menurut pendapatnya, hadist itu
diucapkan oleh Rasulullah menurut keadaan dan di
samping hadist yang membolehkan juga terdapat
hadist yang melarangnya. Apabila azl tersebut
dilakukan pada waktu itu dengan mencegah
kehamilan, maka tentulah Rasulullah melarangnya.
c. Pendapat Para Ulama Mengenai Keluarga Berencana
Pada umumnya, para ulama menyetujui atau
sekurang-kurangnya tidak menentangnya. Dari 80
orang ulama besar yang telah dikunjungi di seluruh
Jawa oleh tim pimpinan pelaksana pusat LKBN
diambil kesimpulan bahwa para ulama tersebut setuju
adanya Keluarga Berencana di Indonesia demikian
keterangan yang diperoleh dari pidato Dr. K. H. Idham
Chalid dalam kedudukannnya sebagai Menteri Negara
Kesra (sekarang Ketua DPR RI). Pada musyawarah
petugas-petugas se-Jawa dan Madura tahun 1969.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah
mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya
diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicitacitakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi
kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang
cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat
sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan.
Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan
yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi
yang tersedia saat
ini telah
memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak bertentangan dengan
ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi
semangat
ajaran
kemashlahatan,
Islam
yaitu
dalam
rangka
menciptakan
mewujudkan
keluarga
yang
sebuah
tangguh,
mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan
(mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti
16
dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun
Internasional (ijma’al-majami).
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga
Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan
sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan
KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas
dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan
tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat
mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan
manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah
kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam
3.2. Saran
Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan
syariat Islam
hentinya
maka penulis berharap pemerintah tidak henti-
memberikan
penyuluhan
dan
bimbingan
kepada
masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena dengan
menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari
Allah SWT tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan
Ketaqwaan kepada Allah SWT.
17
Daftar Pustaka
Al-Qurannul Karim
Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
PT Tema Baru.
Kafrawi. 1972. Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana.
Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Biro
Penerangan dan Motivasi.
Kelompok Ilmiah WHO. 1989. Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana.
Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan R. I.
Kelompok Ilmiah WHO. 1985. Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga
Berencana. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
18
Lampiran
19
Download