Uploaded by User106343

MAKALAH Pancasila Sebagai Sumber Historis, Sosiologis dan Politik di Indonesia

advertisement
MAKALAH
PANCASILA
Tentang :
“Pancasila Sebagai Sumber Historis, Sosiologis dan Politik di
Indonesia”
Dosen Pembimbing :
Sri Haryanto, S.Pd., M.M.
Disusun oleh :
Erwin Aji Saputra (201030700183)
01FKKP005 (1E)
FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
STIKES WDH
Tahun Ajaran 2020/2021
Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang pancasila sebagai sumber historis, sosiologis
dan politik di Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Akhirul kalam…
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tangerang Selatan, Desember 2020
Penyusun
pg. 2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul Buku ...............................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
i
2
3
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................
4
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang ...........................................................................
Rumusan Masalah ......................................................................
Tujuan Masalah..........................................................................
Manfaat Masalah........................................................................
4
5
5
5
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................
6
2.1 Sejarah Perumusan Pancasila.....................................................
2.2 Pengertian Pancasila ..................................................................
2.2.1 Asal Mula Pancasila ..........................................................
2.2.2 Pengertian-pengertian dari Pancasila ...............................
2.3 Landasan Pendidikan Pancasila .................................................
2.4 Sumber-Sumber Pancasila .........................................................
2.4.1 Sumber Historis Pendidikan Pancasila .............................
2.4.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila .........................
2.4.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila ..............................
2.4.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila ...............................
6
9
9
11
16
18
18
19
21
22
BAB III : PENUTUP.............................................................................
23
3.1 Kesimpulan ...........................................................................
3.2 Saran.......................................................................................
23
23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 24
pg. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan
bentuk pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia mengenal pancasila
sebagai dasar Negara, pedoman, dan pandangan hidup,yang nilainya diangkat dari
kehidupan masyarakat sendiri.
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat, dan
pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai
dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan
bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai silasila yang lain.
Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan sebagai pandangan hidup
bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti
yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia,
yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia. Hal ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yang merupakan Naskah Proklamasi Indonesia.
Pancasila juga merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas dan orisinil.
Kelima sila dalam pancasila ini memang bersifat universal sehingga dapat ditemukan
dalam gagasan berbagai masyarakat lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu
sebagai falsafah dan ideology Negara.
Pancasila juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia
yaitu yang berpusat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benarbenar harus dijiwai
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu
Negara tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah
sumber dari kekuasaan Negara.
pg. 4
Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum harus memberikan jaminan
kemudahan dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat untuk menunjukkan
bahwa rakyatlah yang berdaulat.
Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab seharusnya
masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti pemaparan di atas telah
disebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum atau dasar
Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila pancasila tidak memihak kepada
satu orang saja melainkan keseluruh warga Negara Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah:
1. Bagaimana asal usul sejarah perumusan pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar Negara?
3. Apa peranan pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia?
1.3
Tujuan Masalah
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini ialah:
1.
Untuk mengetahui sejarah dan asal usul perumusan pancasila.
2.
Untuk mengetahui makna dari landasan pancasila sebagai dasar Negara dan
peranan pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia
3. Untuk menambah wawasan siswa tentang sejarah Pancasila
1.4
Manfaat Masalah
Adapun manfaat makalah ini adalah:
1.
Sebagai ilmu pengetahuan yang dapat membuat siswa lebih memahami arti dari
pancasila
pg. 5
2.
Dengan pelajaran pancasila siswa dapat mencintai negaranya sendiri
3.
Dan dapat mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada di antara masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Perumusan Pancasila
Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato mengenai rumusan dasar Negara
Indonesia. Kemudian Soekarno memberi istilah dasar Negara dengan nama
“Pancasila”. Menurut prof. Mr Muhammad Yamin, perkataan pancasila berasal dari
bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua suku kata dan mengandung dua macam arti,
yaitu: Panca artinya “lima” dan Syila artinya “batu sendi, alas, atau dasar”.
Sedangkan menurut huruf Dewanagari “Syiila” yang artinya peraturan tingkah laku
yang penting/baik/senonoh. Dari kata “Syiila” ini dalam bahasa Indonesia menjadi
“susila” artinya tingkah laku yang baik.1
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar Negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila
mengandung nilai-nilai luhur yang berada, tumbuh dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Oleh karena keluhuran sifat nilai-nilai pancasila
tersebut, dia merupakan sesuatu yang akan dicapai dalam hidup masyarakat
pendukungnya yaitu masyarakat Indonesia. Dengan begitu, kedudukan nilai-nilai
pancasila merupakan ukuran bagi baik-buruknya atau benar-salahnya sikap warga
Negara secara nasional. Dengan kata lain, nilai pancasila merupakan tolok ukur,
penyaring, atau alat penimbang, bagi semua nilai yang ada, baik dari dalam maupun
luar negeri.2
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkannya pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah diimplementasikan dan
mereka pada jiwa bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia
mendirikan Negara, yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai
religious. Nilai-nilai tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pedoman hidup. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal
oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia.
1
Fachruddin Pohan, Kembali Memahami Pancasila, (Bandung: Citapustaka Media,2002), hlm.,113.
Herman, Pancasila Dalam Kedudukuan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia,(Surabaya: Usaha Nasional,1981),hlm., 56.
2
pg. 6
Proses perumusan materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam
sidang-sidang BPUPKI pertama sidang panitia Sembilan, sidang BPUPKI kedua, serta
akhirnya disahkan sebagai dasar filsafat maupun ideology Negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan pada tanggal 29Mei-1Juni
1945, sedangkan siding kedua dilaksanakan pada tanggal 10-16Juli 1945. Pada tahun
1947 Ir. Soekarno mempublikasikan bahwa pada tanggal 1 Juni diperingati sebagai
hari lahirnya pancasila.
Pidato Prof. Muhammad Yamin berisikan lima asas dasar Negara, yaitu: peri
kebangsaan, peri kemanusiaan , peri ketahanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan
rakyat. Selanjutnya Soepomo menyatakan gagasannya tentang rumusan lima dasar
Negara yaitu: persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah,
dan keadilan rakyat.
Pada tanggal 1 Juni 1945Soekarno menyampaikan pidatonya pada sidang
BPUPKI. Isi pidato nya terdapat beberapa susunan terkait lima asas sebagai dasar
Negara Indonesia, yaitu: Nasionalisme atau kebangkitan nasional, Internasionalisme
atau peri kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,Kesejahteraan social, dan Ketuhanan
yang berkebudayaan.3
Setelah Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kebali sebagai konstitusi di
Indonesia sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dasar Negara Republik Indonesia
termuat di dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang
dinamakan dengan Pancasila. Adapun tata urutan dan rumusan pancasila yang termuat
di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1.
2.
3.
4.
Ketuhanan yang maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
kebijaksanaan
dalam
Basis pancasila adalah ketuhanan yang maha esa dan puncaknya adalah
keadilan social yang merupakan tujuan dari empat sila yang lainnya, yaitu untuk
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, (Jakarta:Manggu Makmur
Tanjung Lestari,2019),hlm.,11-13.
pg. 7
Dengan demikian, sila ketuhanan yang maha esa memuat dimensi vertical
dari kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan, sedangkan sila-sila
lainnya memuat dimensi horizontal dari tiga segi kehidupan nasional itu. Keterkaitan
erat antara dimensi vertical dan dimensi horizontal dalam pancasila adalah bahwa
dimensi horizontal itu sesungguhnya adalah juga dalam kerangka dimensi vertical,
karena dimensi horizontal dan dimensi vertical ditentukan oleh hakekat Tuhan. 4B.
Pancasila Sebagai Dasar Negara.
Negara merupakan sesuatu yang hidup, tumbuh, mekar dan dapat mati atau
lenyap, maka pengertian dasar Negara meliputi arti: basis atau fundament, tujuan yang
menentukan arah Negara, pedoman yang menentukan dan mencapai tujuan Negara.
Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, pancasila menetukan bahwa Negara
Indonesia adalah Negara yang menjadi pendukung antara Tuhan, manusia, persatuan,
rakyat serta adil yang merupakan penguat dasar Negara.5
Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada
Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai pancasila. Artinya,
pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai kegiatan dalam
membentuk Negara. Konsep pancasila sebagai dasar Negara dianjurkan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni
1945, yang isinya untuk menjadikan pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara
atau filosophische gromdslag bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut
ternyata dapat diterima oleh seluruh anggota sidang.
Sejak saat itu pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan
sebagai berikut:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan perintah
maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi pekerti luhur.6
4
Fachruddin Pohan, Op.Cit, hlm.,114-116.
Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta: Bumi Aksara,1996),hlm.,52.
6 Maulana Arafat Lubis, Op.Cit,hlm.,55-56.
5
pg. 8
Pancasila sebagai ideology juga mengandung system nilai yang bersifat
menyuruh. Pancasila merupakan dasar kehidupan dasar sehari-hari, baik berdasarkan
realita kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia,
masyarakat harus lebih dahulu memahami dasar falsafah dan ideologi negara itu, yang
selanjutnya akan mendorong perilaku warga negara, rakyat maupun penyelenggara
negara dalam suasana realitas. Pancasila juga merupakan ideology terbuka. Artinya,
yang dikandung oleh sila-sila pancasila hanyalah terbatas pada nilai-nilai dasar dan
prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.7
2.2
Pengertian Pancasila
2.2.1 Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya oleh seseorang sebagaimana
yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila
melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa seperti dijelaskan di atas
dan sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-nilainya telah ada serta
berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai adat istiadat, kebudayaan,
serta religious.
Kemudian para pendiri Negara Indonesia merumuskan secara musyawarah
mufakat dalam sidang BPUPKI I, sidang Panitia Sembilan yang kemudian
menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang pertama, kemudian
dibahas lagi dalam sidang BPUPKI II. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum
sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar pada filsafat negara dibahas serta
disempurnakan kembali dan akhirnya tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI
sebagi dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

Hasil sidang pertama BPUPKI
BPUPKI menggunakan sidang yang pertam auntuk membahas dasar negara
Indonesia. Pada kesempatan ini, terdapat 3 tokoh yang membeirkan pandangan
mereka tentang dasar negara Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Mr. Muhammad Yamin,
dan Prof. Dr. Supomo.
7
pg. 9
Fachruddin Pohan, Op.Cit, hlm.,87-90.
Meski setelah melalui pembahasan yang lama dan alot, sidang kali ini belum
berhasil menemukan kata mufakat tentang dasar negara Indonesia. Pada akhirnya,
sidang ini memutuskan untuk membentuk panitia kecil beranggotakan 9 orang yang
diketuai Ir. Soekarno. Melalui beberapa pertemuan, panitia ini akhirnya mengeluarkan
suatu rumusan dasar negara yang kelak disebut sebagai Piagam Jakarta.

Hasil sidang kedua BPUPKI
Sidang kedua BPUPKI secara khusus membahas usulan dasar negara
sebagaimana yang disusun oleh Panitia 9. Rancangan ini dibahas oleh panitia
perancang UUD yang beranggotakan 19 orang dengan Ir. Soekarno sebagia ketuanya.
Selain itu, dibentuk pula panitia yang berfokus pada tata bahasa yang digunakan
dalam undang-undang dasar. Pada akhirnya, sidang ini berhasil merumuskan 3 hal inti
yang akan dicantumkan dalam undang-undang dasar, yaitu pernyataan kemerdekaan
bangsa Indonesia, batang tubuh, dan pembukaan UUD.
PPKI melakukan sidang selama 3 kali yaitu pada tanggal 18, 19, dan 22
Agustus 1945 dengan hasil sidang PPKI sebagai berikut.
1) Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945



Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakil
Dibentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden
2) hasil sidang PPKI 19 Agustus 1945



Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
Membentuk Komite Nasional (Daerah).
Menetapkan 12 departemen dan 4 menteri negara.
3) hasil sidang PPKI 22 Agustus 1945



pg. 10
Pembentukan Komite Nasional.
Membentuk Partai Nasional Indonesia.
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
2.2.2 Pengertian-pengertian dari Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki
pengertian pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara,
sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai
kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam
terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara
kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik
menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut
meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :
 Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India
(bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa
diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara
etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla”
dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara
harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan
huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
pg. 11
 Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian
untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak
disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi
rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama
Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara,
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
 Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus
1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan UUD 1945.
pg. 12
Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri
atas 4 pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Aristoteles ada 4 kausa atau sebab terjadinya negara :
1) Kausa Materialis
Berarti asal mula berupa bahan. Sebelum terbentuknya negara, harus ada
bahan dasar untuk membentuk negara itu. Dalam kasus pemerintahan negara
Indonesia, maka untuk membentuk suatu negara, harus ada asas dasar mengapa
dibentuknya negara. Dalam hal ini adalah UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar
hukum dan dasar negara. Bukan cuma itu, masyarakat dan wilayah juga harus ada
dalam membentuk suatu negara. Namun yang kita kemudian perbincangkan adalah
suatu pemerintahan. Oleh karena itu, bahan dasar untuk membentuk suatu
pemerintahan yang baik adalah UUD 1945 dan Pancasila.
pg. 13
2) Kausa Finalis
Asal mula berupa tujuan, untuk apa sesuatu hal itu diadakan. Untuk apa tujuan
dari pemerintahan itu ada. Nah, sebelum membentuk suatu pemerintahan Indonesia
yang baik, dasarnya adalah UUD 1945 dan Pancasila. Tujuannya apa, untuk
mensejahterakan dan memakmurkan rakyat sesuai asas keadilan dan kemanusiaan.
Pancasila dirumuskan sebagai dasar kehidupan rakyat Indonesia. Maka dari itu,
pelaksanaan hukum di Negara ini harus dilihat pada dasar hukum yuridis kta yaitu
UUD 1945 agar mampu menciptakan pemerintahan yang baik, sesuai UUD 1945.
3) Kausa Formalis
Asal mula berupa bentuk, bagaimana wujud dan bangun sesuatu hal itu
diadakan. Maka dibentuklah UU dan sebagainya sebagai aturan negara, serta bentuk
dan sistem pemerintahan seperti apa yang akan dijalankan. Apakah itu demokrasi atau
otoritarian, dan parlementer atau presidensial. Ada gambaran sebelumnya dalam
pemerintahan yang baik. Apakah demokrasi atau otoritarian yang mampu
mensejahterakan rakyat dan parlementer atau presidensialkah yang cocok dalam
sistem pemerintahan negara Indonesia.
4) Kausa Efisien
Asal mula berupa karya, yaitu suatu proses untuk mewujudkan sesuatu hal itu
menjadi ada/nyata. Jika semuanya telah ditetapkan, maka terjadilah proses
pemerintahannya. Baik buruknya pemerinthan, itu adalah sesuatu yang nyata, yang
telah diciptakan atau dibuat oleh ahli politik, hukum dan sebangainya. Maka baiknya
karya itu, jika dari tiga kausa sebelumnya itu baik pula, dan begitu pula sebaliknya.
Kaitannya dengan kasus pemerintahan Indonesia sekarang ini adalah, asas dasar
hukum kita yang tidak tegas, penerapan pancasila yang lemah, dan penerapan sistem
pemerintahan yang salah, maka rakyat tidak sejahtera terhadap kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah.
pg. 14

Isi dari Sapta syila dan Dasa syila menurut Ajaran Budha
A. Pāṇātipātā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
B. Adinnādānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak
diberikan.
C. Abrahma-cariyā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari perbuatan tidak suci.
D. Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
E. Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari segala minuman keras yang dapat
menyebabkan lemahnya kesadaran.
F. Vikāla-bhojanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari makan makanan setelah tengah hari.
G. Nacca-gīta-vādita-visūka-dassanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak menari, menyanyi, bermain musik
serta pergi melihat tontonan-tontonan.
H. Mālā-gandha-vilepana-dhāraṇa-maṇḍana-vibhūsanaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari pemakaian bunga-bungaan, wangiwangian dan alat-alat kosmetik untuk tujuan menghias dan mempercantik diri.
I. Uccāsayana-mahāsayanā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat
duduk yang tinggi dan mewah.
J. Jataruparajata pattiggahana veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Aku bertekad akan melatih diri menghindari menerima emas dan perak (uang).
 Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli Tokoh Nasional

Menurut Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta
sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Menurut Ruslan Abdul Ghani
Definisi Pancasila diartikan sebagai sebuah filsafat negara yang tercipta untuk menjadi
ideologi kolektif demi kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Nurcholish Majdid
Nurcholish mengartikan pancasila sebagai modal untuk mewujudkan demokrasi Indonesia,
Pancasila memberi dasar dan prasyarat asasi bagi demokrasi dan tatanan politik Indonesia,
Pancasila menyumbang beberapa hal penting.
pg. 15
2.3
Landasan Pendidikan Pancasila
A. Landasan umum
1.MANUSIA
4.HEWAN/TUMBUHAN
TUHAN
2.ATURAN
3.ALAM/BUMI
B. Landasan khusus
1.
Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk dalam suatu proses sejarah yang cukup panjang
sejak Zaman kutai. Beratus – ratus tahun bangsa Indonesia berjuang menemukan jati
dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka , mandiri serta filsafat hidup bangsa.
Setelah melalui suatu proses yang panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya , yang di dalamnya tersimpul ciri khas , sifat, dan karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang harus memiliki visi harus serta
pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang – ambing ditengah – tengah
masyrakat Internasional.
Jadi, secara historis bahwa nilai –nilai yang terkandung dalam setiap sila
pancasila, sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara
objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai – nilai
pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendir, atau dengan kata
lain bangsa Indonesia sebagai kuasa materialis pancasila.
pg. 16
2.
Landasan Kultural
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup. Filsafat hidup serta pegangan hidup agar
tidak terombang – ambing dalam pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa
memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain . Negara
komunisme dan liberalisme meletakan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep
ideologi tertentu.
Berbeda dengan bangsa – bangsa lain , bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam masyarrakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas
cultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Satu – satunya karya besar
bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil
pemikiran tentang bangsa dan Negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu
prinsip nilai yang terutang dalam sila – sila pancasila.
3.
Landasan Yuridis
Landasan Yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di pendidikan
Tinggi tertuang dalam undang – undang No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional. Pasal 29 telah menetapkan bahwa ia isi kurikulum setiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan, wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan kewarganegaraan konseptual tersebut kemudian dikokohkan kembali oleh
kehadiran dan undang – undang Nomor tahun 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional sebagai pengganti undang – undang no 2 tahun 1989.
4.
Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
Filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah merupakan suatu keharusan moral
untuk
secara
konsisten
merealisasikannya
dalam
setiap
aspek
kehidupan
bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan secara
filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara mendasarkan pada nilai – nilai yang tertuang dalam sila – sila pancasila
yang secara filosofis merupakan filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan
Negara
pg. 17
C. Tujuan pendidikan pancasila
Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual yang
penuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada bidang
profesi masing – masing. Sedangkan kompotensi lulusan pendidikan pancasila
ditujukan untuk memahami seperangkat tindakan intelektual , yang penuh tanggung
jawab sebagai seorang warga Negara dalam memecahkan berbagai masalah dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang
berlandaskan nilai – nilai pancasila.
a) memahami arti pancasila dan UUD 45 dalam kehidupan sehari hari dan mampu
melaksanakan sebagai warganegara indonesia.
b) mengetahui dan memahami tentang beranekaragamnya dasar kehidupan
masyarakat indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45.
c) mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai nilai dan norma-norma
pancasila
d) membantu mahasiswa dalam proses belajar memecahkan masalah terhadap nilainilai pancasila.
2.4
Sumber-Sumber Pancasila
2.4.1 Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi
penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.
Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae Magistra”, yang
bermakna, “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah tersebut yang
sudah menjadi pendapat umum (common-sense) adalah “Sejarah merupakan guru
kehidupan”. Implikasinya, pengayaan materi
perkuliahan Pancasila melalui
pendekatan historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap remeh guna
mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari.
pg. 18
Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran
atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah
bangsa-bangsa lain. Dengan pendekatan historis, Anda diharapkan akan memperoleh
inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program
studi masing-masing. Selain itu, Anda juga dapat berperan serta secara aktif dan arif
dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dapat berusaha
menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi kembali kesalahan sejarah.
Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat dipetik,
misalnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional selalu
mengalami kekalahan dari penjajah?
Jawabannya antara lain karena perjuangan pada masa itu masih bersifat
kedaerahan, kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah dalam
penguasaan IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa
apabila integrasi 29 bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah, maka bangsa
Indonesia dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing bangsa melemah.
Implikasi dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi kejuangan
bangsa dan meningkatkan motivasi belajar Anda dalam menguasai IPTEKS sesuai
dengan prodi masing-masing
2.4.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di
dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari
berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalahmasalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat.
Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui
pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial,
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang
patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.
pg. 19
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya
besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
(Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi
pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan
sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena
dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau dengan
rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana
dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:
“Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan,
padahal toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya
sekedar penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian
lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali kepada bangsa
Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil, atau lebih tegas
penggalian daripada Pancasila ini saudara-saudara, adalah pemberian Tuhan
kepada saya… Sebagaimana tiap-tiap manusia, jikalau ia benar-benar memohon
kepada Allah Subhanahu Wata’ala, diberi ilham oleh Allah Subhanahu Wata’ala
(Latif, 2011: 21)
Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila
sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila
merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan
berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai
makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa
Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri
nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi pemikiran
terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan
adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi pembangunan negara melalui
kewajiban membayar pajak, karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat
dilangsungkan secara optimal.
pg. 20
Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam
meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of social control)
yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
2.4.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah
satu cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan berdasarkan
hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti
pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama dalam
pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan Pancasila.
Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka menegakkan UndangUndang (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara yang
penting. Penegakan hukum ini hanya akan efektif, apabila didukung oleh kesadaran
hukum warga negara terutama dari kalangan intelektualnya.
Dengan demikian, pada gilirannya melalui pendekatan yuridis tersebut
mahasiswa dapat berperan serta dalam mewujudkan negara hukum formal dan
sekaligus negara hukum material sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial (social
order) dan sekaligus terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan
kesejahteraan rakyat sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Kesadaran hukum tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana,
tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang seimbang di
seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga negara mengetahui hak dan
kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih lebih banyak menuntut haknya,
namun melalaikan kewajibannya. Keseimbangan antara hak dan kewajiban akan
melahirkan kehidupan yang harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai
masyarakat adil dan makmur
pg. 21
2.4.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar Anda mampu
mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha
mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib
sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32)
sebagai berikut:
“Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma, kepercayaan dan
keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang,
atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik
yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”
Melalui pendekatan politik ini, Anda diharapkan mampu menafsirkan
fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Pada
gilirannya, Anda akan mampu memberikan kontribusi konstruktif dalam menciptakan
struktur politik yang stabil dan dinamis.
Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu
menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam
mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi

negara (state),

kekuasaan (power),

pengambilan keputusan (decision making),

kebijakan (policy), dan

pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di pusat maupun di daerah.
Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih termotivasi berpartisipasi memberikan
masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.
pg. 22
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sumber hukum yang paling mendasar dari negara Republik Indonesia adalah
Pancasila. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, termasuk hukum
yang berlaku di Indonesia. Dengan dasar hukum pancasila, akan tercipta jiwa yang
menjunjung tinggi keadilan social dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum
yang berlaku.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum tersirat dalam UUD 1945 alinea
4 yang pada hakekatnya di bentuk sebuah undang-undang maupun peraturan lainnya
bertujuan untuk mengatur perilaku masyarakat didalam hubungannya antar anggota
masyarakat yang lain, sehingga di harapkan mampu menjamin sebuah kepastian hukum.
Sebagai generasi muda, kita harus mengamalkan Pancasila sebagai sumber hukum
yaitu dengan cara memaknai Pancasila itu sendiri.
3.2
Saran
Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena di dalam Pancasila
mengandung butir-butir keluhuran bangsa Indonesia.
Dan Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari
segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang
bersifat membangun.
pg. 23
DAFTAR PSUTAKA
Herman, Pancasila Dalam Kedudukuan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara dan
Jakarta:Manggu Makmur Tanjung Lestari,2019.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, Bandung:
Citapustaka Media,2002.
Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Jakarta: Bumi Aksara,1996.
Pohan, Fachruddin, Kembali Memahami Pancasila, Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
Surabaya: Usaha Nasional,1981.
Winarno,dkk.2014. Pancasila dan UUD NRI 1945, Yogyakarta: Penerbit Ombak
Amran, Ali.2016. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi,
Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Nurwadani, Paristiyanti,dkk.2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Pidarta, Made,2013. Landasan Pancasila, Jakarta: Rineka Cipta.
Maunah, Binti.2009. Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teras.
Syarbaini, Syahrial.2009. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi,
Bogor: Ghalia Indonesia.
http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/hambatan-dan-tantangan-dalam.html
http://dianhardiantii.blogspot.com/2014/12/makalah-pkn-pancasila-sebagai-sumber.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
http://andisarai.blogspot.com/2016/10/makalah-pendidikan-pancasila-tantangan.html
pg. 24
Download