Uploaded by User80268

Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan-dikonversi

advertisement
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan,
efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi.
Menurut Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang
menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika,
Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan
penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam
pendidikan.
Sedangkan menurut Witherington, Pengertian Psikologi pendidikan adalah studi sistema tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Tardif (dalam Syah, 1997: 13) juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah sebuah bidang studi
yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kami mengambil kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi
sistem studi, proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya dapat:
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Secara Tepat
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan
bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha
mengaplikasikan pemikiran tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2. Memilih Strategi atau Cara Pembelajaran yang Sesuai
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis
belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami pelajar.
3. Memberikan Bimbingan atau Memberikan Kaunseling
Tugas dan peranan guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para
pelajarnya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan
psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh dengan keakraban.
4. Memotivasikan Pelajar
Ertinya berusaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki pelajar, seperti bakat, kecerdasan dan minat.
Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada pelajar untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai,
nampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator
belajar siswanya.
5. Menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif
Efektiviti pembelajaran memerlukan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di
dalam kelas, sehingga pelajar dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi Secara Tepat
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan pelajar secara
lebih bijak, penuh empati dan menjadi perkara yang menyenangkan.
7. Menilai Hasil Pembelajaran yang Berkesan
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran
siswa yang lebih adil, baik dalam teknik penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan
teknik-teknik penilaian yang tepat.
Manfaat Psikologi Pendidikan
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
a) Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik
masing-masing pelajar berbeda-beda. Oleh kerana itu sangat penting untuk memahami perbezaan karakteristik
siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan bagi menciptakan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbezaan
karakteristik pelajar tersebut.
b) Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk
menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh
guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang
tepat dalam proses mengajar, pendekatan yang berbeza dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang
lebih baik. Psikologi pendidikan berperanan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional
yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
c) Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metod pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan pelajar. Psikologi pendidikan dapat membantu guru
dalam menentukan strategi atau metod pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
peserta didik.
d) Memberikan Bimbingan Kepada Pelajar
Seorang guru harus memainkan peranan yang berbeza di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi
juga berperan sebagai pembimbing bagi pelajat. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada pelajar untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk
memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk pelajar pada tingkat usia yang berbezabeza.
e) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi
membantu dalam mengukur hasil belajar pelajar. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru
dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran pelajar yang lebih adil, baik dalam teknik evaluasi, pemenuhan
prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
a) Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses
pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
b) Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran
yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata
kepada pelajar.
c) Penyusunan Jadual Pelajaran
Jadual pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi pelajar. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit
bagi pelajar seperti matematik ditempatkan di awal pelajaran, di mana pelajar masih segar dan semangat dalam
menerima pelajaran.
Konsep Dasar Psikologi Pendidikan
1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah,
psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Defenisi berikut ini menunjukkan beragamnya pendapat para
ahli tentang psikologi (Sobur, 2003: 32).
a. Ernesrt Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology may be defined as the science that
studies the behavior of men and other animal” etc. (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan lainnya).
b. George A. Miller dalam bukunya Psychology and Communication: “Psychology is the science that attempts to
describe, predict, and control mental and behavioral events” (Psikologi merupakan ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).
c. Clifford T. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology: “Psychology is the science of human and animal
behavior” (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan)
d. Robert S. Woodworth dab Marquis DG dalam bukunya Psychology: “Psychology is the scientifict studies of
individual activities relation to the inveronment” (Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitar).
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan rentangan makna psikologi dalam berbagai perspektif. Jika dilihat,
terdapat beberapa perbedaan makna dari psikologi itu sendiri. Perbedaan tersebut boleh jadi disebabkan karena
perkembangan psikologi itu sendiri. Apabila diamati berbagai defenisi psikologi di atas, terutama defenisi dari
Morgan dan Hilgert, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya terbatas pada tingkah laku manusia saja, tetapi
juga tingkah laku hewan. Hal ini semakin dipertegas oleh Chaplin (dalam Sobur, 2003: 33) dalam Dictionary of
psychology, yang mendefenisikan psikologi sebagai “…the science of human and animal behavior, the study of
organism in all its variety and complexity as it respond to the flux andflow of the physical and social events which
make up the environment” (…psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia dan hewan, juga
penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kemitraannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam
sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan).
Jadi pada dasarnya, psikologi itu menyentuh banyak bidang kehidupan dan organisme, baik manusia maupun hewan.
Namun, meskipun demikian, secara lebih spesifik psikologi sering dikaitkan dengan kehidupan organisme
manusia. Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya.
Misalnya hubungan psikologi dengan sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu komunikasi, biologi, ilmu alam,
filsafat, dan ilmu pendidikan. Hubungan ini biasanya bersifat timbal balik.
Salah satu contohnya adalah hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan, sehingga lahirlah namanya psikologi
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Artinya, ditujukan untuk
membentuk sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam UU RI
No. 20 Tahun 2003, bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa pskologi sangat
diperlukan dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan adalah disiplin ilmu yang
mempelajari tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tigkah laku manusia untuk kepentingan mendidik atau
membina perkembangan kepribadian manusia. Jadi segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses
pendidikan dipelajari secara mendalam pada psikologi pendidikan.
2. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena antara psikologi dengan ilmu
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan
bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak
dibarengi dengan psikologi. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Oleh
karena begitu eratnya hubungan antara psikologi dengan ilmu pendidikan, maka lahirlah yang namanya psikologi
pendidikan.
Dasar-dasar psikologis ini sangat dibutuhkan para pendidik untuk mengetahui prilaku anak didiknya, apakah anak
didiknya dalam keadaan yang baik saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, atau dalam keadaan yang tidak
baik. Kalau demikian, pendidik sangat membutuhkan pengetahuan ini untuk mengatasi anak didik yang seperti itu
dan memotivasinya agar tetap dalam keadaan yang semangat dalam belajar. Selain untuk mengetahui prilaku anak
didiknya, dasar-dasar psikologis ini juga dapat mengendalikan prilaku para pendidik dan memberikan prilaku
yang lebih bijaksana dalam menghadapi keanekaragaman karakteristik anak didiknya. Seorang pendidik memang
sangat membutuhkan pengetahuan seperti ini, agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan dan tentunya dapat berhasil mencapai tujuan dengan cemerlang sesuai dengan lembaga pendidikan itu.
Reber (dalam Sobur, 2003: 71) menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan
dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:
Penerapan dalam prinsip-prinsip belajar dalam kelasPengembangan dan pembaruan kurikulumUjian dan evaluasi
bakat dan kemampuanSosialisasi proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitifPenyelenggaraan
pendidikan keguruan.Dari penjelasan tersebut, maka jelas bahwa adanya keterkaitan antara psikologi dengan ilmu
pendidikan, yang mana fokus utama dari psikologi pendidikan ini adalah interaksi pendidik dan peserta didik.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan bagi Teori dan Praktek Pendidikan
a. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pengembangan
kurikulum dilaksanakan karena pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam proses
pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran itu tedapat empat bagian penting dalam kurikulum meliputi:
tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Keempat bagian tersebut saling berkaitan untuk mencapai
tujuan pendidikan Nasional.Pengembangan kurikulum tidak dilaksanakan hanya sesuai dengan kehendak
seseorang atau suatu pihak, tetapi harus berpijak pada landasan-landasan (filosofis, psikologis, sosiologis, dan
IPTEK) dan prinsip-prinsip (umum dan khusus) yang telah ada.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan
dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks pembelajaran. Terlepas dari berbagai aliran psikologi
yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input,
proses dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta
didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Manusia sebagai makhluk yang unik, memiliki
karakteristik masing-masing, kemampuan yang berbeda, serta kebutuhan yang berbeda pula. Maka bukanlah hal
yang mengejutkan jika ada sekelompok siswa yang tidak cocok dengan sistem pendidikan formal. Jika siswa tidak
dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, ia berhak untuk memilih pendidikan
alternatif lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk belajar, karena setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan
kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat
kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara
khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum
2013, yang pada intinya diperlukan tidak hanya pengetahuan saja, tetapi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Sebenarnya ketiga domain ini sudah ada pada kurikulum sebelumnya, tetapi ternyata belum membawa dampak
yang cukup signifikan, karena apa yang ada belum diimplementasikan secara utuh. Kurikulum 2013 dirancang
untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa
psikologi pendidikan sangat berkontribusi dalam pengembangan kurikulum.
b. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Program Pendidikan
Kontribusi psikologi pendidikan terhadap pengembangan program pendidikan antara lain sebagai berikut.
1) Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. Hal ini tidak bisa
lepas dari aspek psikologis peserta didik;
2) Untuk menyusun jadwal pelajaran diperlukan pengetahuan psikologi pendidikan.Tingkat kesukaran mata pelajaran
berbeda-beda untuk setiap mata pelajaran. Agar seluruh materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa,
perlu penyusunan jadwal pelajaran dengan mempertimbangkan tingkat kesukarannya baik urutannya maupun
waktunya. Misalnya mata pelajaran matematika ditempatkan pada jam pertama agar dapat diterima dengan baik
oleh siswa, sedangkan mata pelajaran seni ditempatkan pada jam terakhir untuk meningkatkan gairah belajar
siswa yang sudah lelah oleh berbagai materi pelajaran yang berat sebelumnya
3)
Penentuan jurusan atau program;
4)
Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
c.
Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran.Kita mengenal
adanya sejumlah teori dalam pembelajaran.Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing
masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam
proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip
yang melandasi kegiatan pembelajaran. Kontribusi psikologi pendidikan terhadap sistem pembelajaran adalah
dalam hal:
1) pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
2) pemilihan model-model pembelajaran;
3) pemilihan media dan alat bantu pembelajaran; dan
4) penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
d. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Evaluasi
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat
keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang
diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian
psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Ada sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak
digunakan untuk mengukur potensi seorang individu. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian
lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan
individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan pendidik dalam melaksanakan
tugas profesionalnya, karena pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik
perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari
sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi
dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah
manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian, keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
4. Metode-metode dalam Psikologi Pendidikan
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan (Sobur: 2003: 42). Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut
cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Ilmu pengetahuan psikologi secara metodis dan secara prinsipil sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan alam
(Kartono, 1981: 15). Penyebabnya adalah pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objeknya secara murni
ilmiah dengan menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang dapat diamati dengan cermat.
Sebaliknya psikologi berusaha mempelajari diri manusia bukan sebagai objek murni, tetapi meninjau manusia
dalam kemanusiaannya, mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-sifat tertentu.
Psikologi mempunyai banyak metode. Beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut.
Metode EksperimentalMetode ekperimental merupakan observasi atau pengamatan terhadap suatu kejadian atau
gejala yang berlangsung di bawah kondisi atau syarat tertentu. Dalam psikologi, metode ini bermaksud
menyelidiki pengaruh kondisi tertentu terhadap tingkah laku individu.
Metode Non Eksperimen1) Metode Observasi
Metode observasi dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial,
aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan, dan kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan. Pada
hakikatnya, metode eksperimen merupakan metode observasi yang dibatasi dengan menciptakan kondisi-kondisi
tertentu.
2) Metode Studi Kasus
Metode ini terutama digunakan oleh dokter atau ahli psikologi klinis ketika mereka mengobati pasien. Si ahli
psikologi mencoba untuk mengkontruksi kehidupan masa lalu subjek berdasarkan ingatannya, laporan anggota
keluarga, dan rekaman lain.
Studi kasus dalam psikologi merupakan suatu penjelasan tentang seseorang dalam suatu situasi, dan suatu
rekonstruksi dan interpretasi terhadap suatu episode penting dalam kehidupan seseorang. Studi kasus tidak harus
tentang seseorang yang menyimpang atau situasi yang tidak biasa, tapi bisa tentang seseorang yang biasa dalam
situasi yang biasa, misalnya bagaimana cara seseorang mengatasi masalahnya dalam pekerjaan. Studi kasus
biasanya penelaahan secara mendalam terhadap suatu episode singkat, penting, atau kritis dalam kehidupan
seseorang.
3) Metode Survey
Survey adalah suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar
individu melalui alat pengukur wawancara (Vrendenbregt, 1981: 44).
Defenisi tersebut dapat diurakan sebagai berikut:
a) Individu adalah satuan penelitian. Data dikumpulkan melalui individu dengan tujuan agar melalui generalisasi, kita
dapat menarik kesimpulan mengenai suatu kelompok masyarakat.
b) Variabel yang dikumpulkan dalam metode survey pada prinsipnya tidak terhingga banyaknya, mulai dari variabel
seperti latar belakang responden berupa jenis kelamin, agama, dll, sampai sikap dan pandangan responden,
lingkungan sosial manusia, kelakuan manusia, dan juga mengenai ciri-ciri khas demografis dari suatu kelompok
manusia.
c) Alat pegukur yang dipakai adalah wawancara berupa daftar pertanyaan yang berbentuk suatu schedule atau suatu
kuisiner, yang biasanya sangat berstruktur.
Pada dasarnya, survey mempunyai dua lingkup, yaitu survey sensus dan survey sampel.Sensus adalah survey yang
meliputi seluruh populasi yang diinginkan; sedangkan survey sampel adalah survey yang hanya dilakukan pada
sebagian kecil dari suatu populasi yang bersifat representative.
Survey berguna bagi politikus dan pengiklan, serta bermanfaat juga bagi ahli psikologi, terutama jika hendak meneliti
topic-topik seperti efek perumahan pada kemampuan membaca atau berbagai cara mendisiplinkan anak pada
berbagai etnis.
4) Metode Korelational
Metode ini digunakan untuk meneliti hubungan di antara berbagai variabel. Dengan kata lain,metode korelasional
bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau
lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya (Usman & Akbar, 1996: 5).
Download