Uploaded by fawez_ucihasasuke

Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran

advertisement
Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
Makalah
“Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika”
Disusun oleh:
192151081
Muhammad Syafiq
192151097
Sinta Nuraeni
192151102
Muhammad Fawez Pangestu
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
HidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Harapannya semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk serta bahan bacaan bagi
pembaca dalam prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah ikut serta
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari, bahwa Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih
memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal sistematika penulisan, maupun isi. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
Makalah ini. Semoga Makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.
Tasikmalaya, 03 Maret 2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
1. BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………………. 1
C. Pembatasan Masalah………………………………………………………… 1
D. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 2
E. Tujuan………………………………………………………………………... 2
2. BAB 2 PEMBAHASAN
A. Perencanaan Evaluasi………………………………………………………... 3
B. Pelaksanaan Evaluasi………………………………………………………... 9
C. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi ............................................................... 12
D. Pengolahan Data……………………………………………………………..12
E. Pelaporan Hasil Evaluasi .......................................................................... ...14
F. Penggunaan Hasil Evaluasi………………………………………………… 15
G. Prinsip dan Prosedur Penilaian ................................................................... 16
3. BAB 3 PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................... 18
B. Saran………………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosedur dalam pelaksanaan evaluasi merupakan suatu hal vital, evaluasi yang
dilakukan evaluator dapat dikatakan berhasil apabila sesuai dengan prosedurnya. Dari
sekian banyak teori dan pandangan mengenai prosedur pelaksanaan evaluasi, pada
makalah ini penyusun akan memaparkan prosedur evaluasi yang dikembangkan
dalam buku “Evaluasi Pembelajaran” karangan Drs. Zaenal Arifin, M.Pd. Dalam buku
tersebut, prosedur yang harus diikuti evaluator meliputi perencanaan evaluasi,
monitoring pelaksanaan evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
Salah satu sosok evaluator yang sangat bertanggung jawab terhadap kegiatan
evaluasi adalah guru. Sebab guru merupakan orang yang melaksanakan proses
pembelajaran. karena itu baik-buruknya evaluasi diantaranya juga tergantung pada
sang evaluator. Dengan demikian, sudah selayaknya evaluator ini mengikuti prosedurprosedur yang telah digariskan. Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan bisa
dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab seorang evaluator. Dengan mengikuti
prosedur evaluasi yang baik, kegiatan evaluasi dapat dipertanggung jawabkan dan
memiliki arti bagi semua pihak.
B. Identifikasi Masalah
1. Seringkali kegiatan evaluasi dilakukan evaluator tanpa sebuah perencanaan yang
matang;
2. Tindak lanjut terhadap evaluasi yang telah dilaksanakan jarang dilakukan; dan
3. Kegiatan evaluasi dilakukan tanpa mengikuti prosedur dalam pengembangan
evaluasi.
C. Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penyusun akan membatasi masalah pada prosedur
pengembangan evaluasi yang dikembangkan oleh Drs. Zaenal Arifin, M.Pd dalam
buku “Evaluasi Pembelajaran”. Diantara prosedur tersebut yaitu perencanaan
evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan monitoring, pengolahan data dan analisis,
pelaporan hasil evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
1
2
D. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran?
E. Tujuan
Penyusunan
makalah
ini
bertujuan
pengembangan evaluasi pembelajaran.
untuk
mengetahui
tahapan
prosedur
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pendahuluan diatas, bahwa dalam melakukan kegiatan evaluasi seorang
evaluator harus sesuai dengan prosedur pengembangan evaluasi, agar evaluasi yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan.
Diantara prosedur tersebut yaitu perencanaan evaluasi, monitoring pelaksanaan evaluasi,
pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
A. Perencanaan Evaluasi
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentunya harus sesuai dengan apa yang
direncanakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal.
Namun, banyak juga orang yang melaksanakan suatu kegiatan tanpa perencanaan
yang jelas sehingga hasilnya pun kurang maksimal. Oleh sebab itu, seorang evaluator
harus dapat membuat perencanaan evaluasi dengan baik. Langkah pertama yang perlu
dilakukan dalam kegiatan evaluasi adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini
penting
karena
akan
memengaruhi
langkah-langkah
selanjutnya,
bahkan
memengaruhi keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan
spesifik, terurai dan komperhensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam
menentukan langkah-langkah selanjutnya. Melalui perencanaan evaluasi yang matang
inilah kita dapat menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective) atau
indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi
yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.
a) Pentingnya Analisis Kebutuhan
Pada dasarnya, analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem
pembelajaran dari keseluruhan. Analisis kebutuhan dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan dalam melakukan analisis kebutuhan adalah pendekatan sistem
sehingga model analisisnya disebut analisis sistem. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam analisis sistem dapat mengikuti langkah-langkah metode
pemecahan masalah, yaitu mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan kesimpulan.
Melalui analisis kebutuhan, evaluator akan memperoleh kejelasan masalah dalam
3
4
pembelajaran sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada pembuat atau
penentu kebijakan. Sehubungan dengan hal tersebut, evaluator harus memahami
dengan tepat apa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana dan siapa yang melakukan
analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya.
Dalam program pembelajaran, kebutuhan yang dimaksud merupakan suatu
kondisi kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi nyata.
Kebutuhan tersebut dapat terjadi pada diri peserta didik dan guru, baik secara
perseorangan maupun kelompok atau juga pada institusi. Dasar pemikirannya
dalah sering sekali sekolah dan guru sudah melakukan berbagai upaya maksimal
untuk memanfaatkan sumber daya dalam sistem pembelajaran. Namun
kenyataannya, masih ada saja keluhan, kekecewaan atau kekurangan, seperti
prestasi belajar peserta didik yang kuarang optimal.
Analisis kebutuhan merupakan alat yang tepat untuk melakukan perubahan
yang rasional dan fungsional. Roger Kaufman dan Fenwick W. English (1979)
mendeskripsikan perbandingan antara upaya pemecahan masalah secara
tradisional dengan cara yang inovatif, yaitu menggambarkan proses penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam sebuah diagram atau bagan
proses yang menunjukan posisi analisis kebutuhan. Dibawah ini adalah posisi
analisis kebutuhan dalam program pembelajaran:
Untuk apa pembelajaran
Mengapa materi tersebut
Bagaimana
dan apa yang akan
penting untuk diajarkan?
mengerjakannya?
Analisis Kebutuhan
Pendekatan dan strategi
diajarkan?
Tujuan dan materi
Ketika guru ingin mengembangkan program pembelajaran, tentu seorang guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran. Guru kemudian memilih materi apa saja
yang nantinya akan disampaikan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Setelah
itu, guru menelaah kembali materi yang dipilih sudah sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, maka guru menentukan pendekatan dan strategi yang tepat untuk
menyampaikan materi. Pendekatan dapat digunakan secara individual atau
5
kelompok, sedangkan strategi akan menentukan metode, media, dan sumber
belajar yang akan digunakan. Hal penting yang harus dipahami oleh evaluator
adalah ketika melakukan analisis kebutuhan dalam pembelajaran hendaknya
dimulai dari peserta didik, kemudian komponen-komponen yang terkait
dengannya. Perencanaan evaluasi dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan program pembelajaran.
Suatu program minimal terdiri atas tiga dimensi, yaitu input, proses, dan
output. Disini evaluator harus menyusun desain evaluasi yang dituangkan dalam
bentuk proposal, karena melakukan evaluasi sama halnya dengan melakukan
penelitian. Kegiatan evaluasi sama dengan kegiatan penelitian. Bedanya, kegiatan
evaluasi bertitik tolak dari sebuah kriteria. Dengan demikian, proposal evaluasi
sama dengan proposal penelitian.
Secara umum, sebuah proposal lengkap terdiri atas tiga bagian besar, yaitu
bagian pendahuluan, bagian metodologi dan bagian administrasi. Perlu diketahui
bahwa instrumen evaluasi yang digunakan harus betul-betul memiliki karateristik
instrumen yang baik, seperti validitas, reliabilitas dan praktis. Untuk itu, proses
pengembangan instrumen harus mengikuti langkah-langkah standardisasi sebuah
instrumen evaluasi. Begitu juga dengan populasinnya, jika terlalu banyak dan
luas, sebaliknya diambil dengan teknik sampling.
2. Pendekatan hasil belajar
Pendekatan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu domain hasil belajar,
proses dan hasil belajar, dan kompetensi. Disini perencanaan evaluasi dilihat
dalam perspektif hasil belajar. Jika didalam penilaian itu sudah jelas akan
menggunakan tes, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti
merumuskan tujuan penilaian, mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar,
menyusun kisi-kisi, mengembangkan draft instrumen, uji coba dan analisis
instrumen, revisi dan merakit instrumen baru.
a) Menentukan tujuan Penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang
lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Dalam penilaian hasil
belajar, ada emapat kemungkinan tujuan penelitian, yaitu untuk memperbaiki
kinerja tau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan
6
peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik
dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi
peseta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).
b) Mengidentifikasi Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta didik dianggap
kompeten apabila dia memiliki pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai
untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam
kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil belajar
sudah dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Guru tinggal
mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dinilai.
c) Menyusun Kisi-Kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh
guru kepada peserta didik. Jika materi penilaian tidak relevan dengan materi
pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil penilaian itu kurang
baik. Begitu juga jika materi penilaian terlalu banyak dibandingkan dengan
materi pelajaran, maka akan berakibat sama. Untuk melihat apakah materi
penilaian relevan dengan materi pelajaran atau apakah penilaian terlalu banyak
atau kurang, guru harus menyusun kisi-kisi.
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis
soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Dalam konteks penilaian hasil
belajar, kisi-kisi soal disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Jadi
guru, harus melakukan analisis silabus terlebih dahulu sebelum menyusun kisikisi soal. Perhatikan langkah-langkah berikut ini:
-
Menyusun pedoman pensekoran;
-
Membuat kunci jawaban;
-
Menyusun lembar jawaban;
-
Membuat soal; dan
-
Menyusun kisi-kisi.
7
Sebenarnya format kisi-kisi tidak ada yang baku, kerena itu banyak model
format yang dikembangkan para pakar evaluasi. Namun, sekedar untuk
memperoleh gambaran, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua
komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen matriks.
Komponen identitas ditulis dibagian atas matriks, sedangkan komponen
matriks dibuat dalam bentuk kolom yang sesuai. Komponen identitas meliputi
jenis/jenjang sekolah, jurusan/program, mata pelajaran, tahun ajaran/smt,
kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan, dan bentuk soal.
Komponen matriks terdiri atas kompetensi dasar, materi, jumlah soal, jenjang
kemampuan, indikator, dan nomor urut soal. Contoh:
No
Kompetensi
Hasil
Dasar
Belajar
Indikator
Jenjang
Bentuk
Nomor
Kemampuan
Soal
Soal
Manfaat adanya indikator yaitu:
1)
Guru dapat memilih materi, metode, media, dan sumber belajar
yang tepat, sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan; dan
2)
Sebagai pedoman dan pegangan bagi guru untuk menyusun soal
atau instrumen atau penilaian lain yang tepat, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur pencapaian target dalam indikator, sebaiknya
disusun butir soal dalam format khusus.
Selain format kisi-kisi di atas, ada juga format kisi-kisi terurai, dalam hal
ini setiap tingkah kesukaran soal harus ditetapkan jumlah soal yang termasuk
sukar, sedang, dan mudah. Adapun besar-kecilnya jumlah soal untuk tiap-tiap
tingkat kesukaran tidak ada yang mutlak. Biasanya, jumlah soal sedang lebih
banyak daripada jumlah soal mudah dan sukar,sedangkan jumlah soal mudah
dan soal sukar sama banyaknya.
d) Mengembangkan draf instrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat disusun
dalam bentuk tes maupun nontes, dalam bentuk tes, berarti guru harus
membuat soal. Penilaian sosial adalah penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi.
Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang
8
efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir
soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan. Setelah semua soal
ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca lagi, jika perlu didiskusikan kembali
dengan tim penelaah soal, baik dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli
kurikulum, dan ahli evaluasi.
Dalam bentuk nontes, guru dapat membuat angket, pedoman observasi,
pedoman wawncara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat,
dan sebagainya.
e) Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu di uji cobakan
terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang
perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal mana
yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang
sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas
analisis empiris dan rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan setiap soal yang diginakan. Dalam melaksanakan uji
coba soal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Ruangan tempatnya tes hendaknya diusahakan seterang mungkin, jika
perlu dibuat papan pengumuman di luar agar orang lain tahu bahwa ada
tes yang sedang berlangsung;
2) Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes, baik yang berkenaan dengan
peserta didik itu sendiri, guru, pengawas, maupun teknis pelaksanaan tes;
3) Para pengawas tes harus mengontrol pelaksanaan tes dengan ketat, tetapi
tidak mengganggu suasana tes. Peserta didik yang melanggar tata tertib tes
dapat dikeluarkan dari ruang tes;
4) Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang
diberikan sehingga peserta didik dapat bekerja dengan baik. Kecepatan
waktu sangat mempengaruhi nilai kelompok dan cara-cara dalam
mengusahakan supaya kelompok tetap bekerja sebagai suatu kesatuan;
5) Peserta didik harus benar-benar patuh mengerjakan semua petunjuk dan
perintah dari penguji. Sikap ini harus tetap dipelihara meskipun diberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan apabila
ada soal yang tidak dimengerti atau kurang jelas. Tanggung jawab penguji
dalam hal ini adalah memberikan petunjuk dengan sikap yang bersifat
9
lugas, jujur, adil dan jelas. Namun, antara penguji dan peserta didik
hendaknya dapat menciptakan suasana yang kondusif; dan
6) Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis, dan diadministrasikan dengan
baik sehingga dapat diketahui soal-soal mana yang lemah untuk
selanjutnya dapat diperbaiki kembali.
f)
Revisi dan merakit soal (instrumen baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan
proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada soal
yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus direvisi
total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif jawaban
(option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau disisihkan. Berdasarkan
hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perkaitan soal menjadi suatu instrumen
yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat mempengaruhi validitas skor
tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal penataan soal, dan
sebagainya haruslah diperhatikan.
B. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan sautu evaluasi
sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah disinggung
semua hal yang berkaitan dengan evaluasi. Artinya, tujuan evaluasi, model dan jenis
evaluasi, objek evaluasi, inastrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah
dipersiapkan pada instrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan
pada tahap perencanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis
evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan mempengaruhi seorang
evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan
penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan tes (tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan) maupun nontes (angket, observasi, wawancara, studi dokumentasi, skala
sikap, dan sebagainya). Perbandingan alokasi waktu dengan jumlah soal harus sesuai
dengan proposional. Begitu juga tempat duduk peserta didik harus direnggangkan satu
dengan yang lainnya untuk menghindari peserta didik saling menyontek. Pengawas
boleh berjalan-jalam, tetapi tidak boleh mengganggu suasana ujian.
Pembagian soal hendaknya dilakukan secara terbaik agar peserta didik tidak
ada yang lebih dahulu membaca. Semua ini harus diatur sedemikian rupa agar
10
pelaksanaan tes tertulis dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancar. Pada prinsipnya
ketentuan-ketentuan di atas tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tes perbuatan,
hanya dalam tes perbuatan terkadang diperlukan alat bantu khusus, misalnya untuk
lompat jauh dibutuhkan meteran, untuk tes renang dibutuhkan kolam renang, untuk
tes praktik shalat dibutuhkan tempat sholat (mushalla), dan sebagainya. Untuk itu,
dalam pelaksanaan tes pebuatan diperlukan tempat tes yang terbuka dan suasanya
bebas.
Pelaksanaan nontes dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan
tingkah laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar, motivasi
belajar dan mengajar, dan sebagainya. Realitas menunjukkan bahwa tidak adapun satu
teknik dan bentuk evaluasi yang dapat mengumpulkan data tentang keefektifan
pembelajaran, prestasi dan kemajuan belajar peserta didik secara sempurna.
Pengukuran tunggal tidak cukup untuk memeberikan gambaran atau informasi tentang
keefektifan pembelajaran dan tingkat penguasaan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai) peserta didik. Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah
untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek kepribadian
dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi:
1. Data pribadi (personal) peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, golongan darah, alamat, dan lain-lain;
2. Data tentang kesehatan peserta didik, seperti penglihatan, pendengaran, penyakit
yang sering diderita, dan kondisi fisik;
3. Data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik di sekolah;
4. Data tentang sikap (attitude) peserta didik, seperti sikap terhadap sesama teman
sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap terhadap guru dan kepala
sekolah, dan sikap terhadap lingkungan sosial;
5. Data tentang bakat (aptitude) peserta didik, seperti ada tidaknya bakat dibidang
olahraga, keterampilan mekanis, manajemen, kesenian, dan keguruan;
6. Persoalan penyesuaian (adjustment), seperti kegiatan anak dalam organisasi di
sekolah, forum ilmiah, olahraga, dan kepanduan;
7. Data tentang minat (interest) peserta didik;
8. Data tentang rencana masa depan peserta didik yang dibantu oleh guru dan orang
tua sesuai dengan kesanggapan anak; dan
11
9. Data tentang latar belakang keluarga peserta didik, seperti pekerjaan orang tua,
penghasilan tetap tiap bulan, kondisi lingkungan, serta hubungan peserta didik
dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Dari jenis-jenis di atas jelas kiranya bahwa banyak data yang harus dikumpulkan
dari lapangan melalui kegiatan evaluasi. Ada kecenderungan pelaksanaan evaluasi
selama ini kurang begitu memuaskan (terutama) bagi peserta didik. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1.
Proses dan hasil evaluasi kurang member keuntungan pada peserta didik, baik
secara langsung maupun tidak langsung;
2.
Penggunaan teknik dan prosedur evaluasi yang kurang tepat berdasarkan apa
yang sudah dipelajari peserta didik;
3.
Prinsip-prinsip umum evaluasi kurang dipertimbangkan dan pemberian skor
cenderung tidak adil; dan
4.
Cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dari pembelajaran.
Jika semua data sudah dikumpulkan, maka data itu harus diseleksi dengan teliti
sehingga dapat diperoleh data yang baik dan benar. Namun tidak semua data yang
diperoleh pasti mempunyai kesalahan, jika guru sendiri yang melaksanakan evaluasi
itu, tentu guru akan lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan teknik dan
instrumen evaluasi.
1.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan karena kurang sempurnanya
instrumen evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa hasil-hasil observasi,
mungkin;
2.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya
prosedur pelaksanaan evaluasi yang dilakukan. Misalnya, pada data yang berupa
skor tes, mungkin pada waktu pelaksanaan tes tersebut terjadi peristiwa-peristiwa
yang berlawanan dengan kelaziman-kelaziman yang biasa, pengawasan kurang
ketat, kondisi tempat tes kurang nyaman, cahaya kurang terang, dan sebagainya;
dan
3.
Kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya cara pencatatan
hasil evaluasi. Misalnya, pada data yang berupa skor tes kemungkinan kita sudah
menjumlahkan skor yang dicapai peserta didik. Prosedur verifikasinya adalah
meneliti kembali pencatatan skor yang telah dilakukan, seperti ada tidaknya
kekeliruan pada waktu mencatat hasil evaluasi, ada tidaknya kekeliruan dalam
12
pemberian skor dan ada tidaknya kekeliruan dalam menjumlahkan skor tiap
peserta didik.
C. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Langkah ini dilakukan untuk melihat
apakah pelaksanaan evaluasi
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau
belum. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal yang negatif dan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi pokok. Pertama,
untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. Kedua,
untuk melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi.
Jika dalam pelaksanaan evaluasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka
evaluator harus mencatat, melaporkan, dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya.
Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar sering terjadi peserta didik menyontek
jawaban dari temannya, peserta didik mendapat bocoran jawaban soal, ada juga
peserta didik yang tiba-tiba sakit ketika mengerjakan soal, dan sebagainya. Di sinilah
pentingnya monitoring pelaksanaan evaluasi.
Untuk melaksanakan monitoring, evaluator dapat menggunakan beberapa
teknik, seperti observasi partisipatif, wawancara (bebas atau terstruktur), atau studi
dokumentasi. Untuk itu, evaluator harus membuat perencanaan monitoring sehingga
dapat dirumuskan tujuan, sasaran, data yang diperlukan, alat yang digunakan, dan
pedoman analisis hasil monitoring. Data yang diperoleh dari hasil monitoring haru
cepat dianalisis monitoring ini dapat dijadikan landasan dan acuan untuk memperbaiki
pelaksanaan evaluasi selanjutnya dengan harapan akan lebih baik dari pada
sebelumnya.
D. Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data hasil evaluasi, ada yang
berbentuk kualitatif, ada juga yang berbentuk kuantitatif. Kemudian kita buat tabel
atau daftar, dari tabel atau daftar distribusi frekuensi, dapat kita hitung presentase,
rata-rata kelompok, nilai median, modus, peringkat, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan. Pengolahan data tersebut akan memberikan nilai kepada peserta didik
berdasarkan kualitas hasil pekerjaannya. Dalam pengolahan data biasanya sering
menggunakan analisis statistik. Analisis statistik digunakan jika ada data kuantitatif,
13
sedangkan untuk data kualitatif tidak dapat diolah dengan statistik. Jika data kualitatif
akan diolah dengan statistik, maka data tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
data kuantitatif (kuantifikasi data). Dan tidak semua data kualitatif dapat diubah
menjadi data kuantitatif, sehingga tidak dapat diolah dengan statistik. Ada empat
langkah pokok dalam mengolah hasil penilaian, yaitu:
1. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh
peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat
bantu, yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi;
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar seasuai dengan norma tertentu;
3. Mengkonvesikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka; dan
4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda (seperti dalam pilihan
ganda).
Jika data yang diolah sudah dengan aturan, langkah selanjutnya adalah
menafsirkan data itu sehingga memberikan makna. Langkah penafsiran data
sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengolahan data itu sendiri, karena setelah
mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu. Memberikan
interpretasi maksudnya adalah pembuatan pernyataan mengenai hasil pengolahan
data. Interpretasi terhadap sesuatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang
disebut norma. Norma dapat ditetapkan lebih dulu secara rasional dan sistematis
sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan.
Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya kriteria bersumber pada tujuan setiap
mata pelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar). Ada dua jenis penafsiran
data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual:
1.
Penafsiran kelompok, yakni penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hsil evaluasi, seperti prestasi kelompok,
rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang
diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah sebagai
persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat
tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar
kelompok; dan
14
2.
Penafsiran individual, yani penafsiran hanya dilakukan perseorangan. Tujuan
utamanya untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik, pertumbuhan fisik,
kemajuan belajar, dan kesulitan yang dihadapinya.
E. Pelaporan Hasil Evaluasi
Pelaporan hasil evaluasi harus diberikan kepada pihak yang berkepentingan,
seperti wali murid, kepala sekolah, pengawas, dan pemerintah. Maksudnya, agar
proses pembelajaran, termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik
serta perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak, sehingga orang tua wali
dapat menentukan sikap objektif terhadap perkembangannya.
Laporan hasil belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara
sekolah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga
hubungan kerja sama yang harmonis diantara mereka. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni:
1. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di sekolah;
2. Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan dikaitkan dengan penilain yang bermanfaat bagi pengembangan
peserta didik;
3. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar;
4. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi; dan
5. Memberikan informasi yang benar dan jelas.
Laporan kemajuan belajar peserta didik yang selama ini dilakukan oleh pihak
sekolah cenderung hanya bersifat kuantitatif, sehingga kurang dapat dipahami
maknanya. Oleh karena itu, laporan kemajuan peserta didik harus disajikan secara
sederhana, mudah dibaca dan dipahami, komunikatif dan menampilkan profil atau
tingkat kemajuan siswa, sehingga peran serta masyarakat dan orang tua dalam dunia
pendidikan semakin meningkat. Peserta didikpun dapat menganalisis kekurangan dan
kelebihannya. Hanya sekedar gambaran, isi laporan
hendaknya memuat hal-hal,
seperti profil belajar peserta didik di sekolah (akademik, fisik, sosial, dan emosional),
peran serta peserta didik dalam kegiatan sekolah (aktif, cukup, kurang, atau tidak
aktif), kemajuan hasil belajar belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu
(meningkat, biasa saja, atau bahkan menurun), imbauan terhadap orang tua. Laporan
15
kemajuan siswa dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu, laporan prestasi dlam
mata pelajaran dan laporan pencapaian.
1.
Laporan Prestasi Mata Pelajaran
Laporan ini berisi tentang pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum. Prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran dilaporkan
dalam bentuk angka. Laporan hasil belajar hendaknya informasi menyajikan
prestasi belajar peserta didik dalam menguasai kompetensi mata pelajaran
tertentu dan tingkat penguasaannya. Dan orang tuapun dapat membaca catatan
guru tentang pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada peserta
didik dan orang tua untuk membantu meningkatkan kinerjanya.
2.
Laporan Pencapaian
Merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik
sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai
kegiatan, baik intra, ekstra maupun kurikuler dalam waktu tertentu. Dalam KBK,
hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan kemampuan sebelum dan
sesudah kegiatan belajar pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam kurikulum tingkat pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dalam
kurikulum terbagi menjadi delapan level atau tingkatan yang diperinci dalam
perumusan kemampuan diri yang paling dasar secara bertahap gradasinya
mencapai tingkat yang paling tinggi. Delapan tingkatan ini tidak sama dengan
tingkat kelas dalam satuan pendidikan. Di samping itu, tingkat pencapaian hasil
belajar peserta didik tidak selalu sama dengan peserta didik yang lain untuk setiap
mata pelajaran. Kesetaraan antara tingkat pencapaian hasil belajar dan prestasi
belajar peserta normal.
F. Penggunaan Hasil Evaluasi
Tahap akhir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau pemanfaatan hasil
evaluasi. Salah satu penggunaannya adalah laporan. Laporan dimaksudkan untuk
memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Remmer (1967) mengatakan: ”we discuss here the use of test result to help
students understand them selves better, explain pupil growth and development to
parents and assist the teacher in planning instruction”. Dengan demikian, hasil
16
evaluasi dapat digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih
baik, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua,
dan membantu guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Julian C. Stanley dalam Dimyati dan
Mudjiono (1994) mengemukakan: ”apa yang harus dilakukan terhadap hasil evaluasi
yang kita peroleh bergantung pada tujuan program”.. Evaluasi itu sendiri yang
tentunya sudah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
dikemukakan beberapa jenis penggunaan hasil evaluasi sebagai berikut:
1. Untuk keperluan laporan pertanggung jawaban;
2. Untuk keperluan seleksi;
3. Untuk keperluan promosi;
4. Untuk keperluan diagnosis; dan
5. Untuk keprluan memprediksi masa depan peserta didik.
G. Prinsip dan Prosedur Penilaian
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka
upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip dan prosedur penilaian sebagai berikut:
1. Dalam menilai hasil belajar, hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas
abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil
penilaian;
2. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajarmengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada tiap saat proses belajarmengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan;
3. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi
dan
kemampuan
siswa
sebagaimana
adanya,
penilaian
harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif (mencakup
berbagai ranah, seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik); dan
4. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siapapun.
Prosedur adalah langkah-langkah teratur dan tertib yang harus ditempuh seorang
evaluator pada waktu melakukan evaluasi kurikulum. Adapun beberapa prosedur
evaluasi kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut:
17
1.
Prosedur Evaluasi Kuantitatif
Kaidah evaluasi mengatakan bahwasannya evaluasi harus berkaitan dengan
pengembangan kurikulum yang terjadi. Prosedur untuk evaluasi kuantitatif yakni
sebagai berikut:
a. Penentuan masalah atau pertanyaan evaluasi;
b. Penentuan variabel, jenis data dan sumber data;
c. Penentuan metodologi;
d. Pengembangan instrumen;
e. Penentuan proses pengumpulan data; dan
f. Penentuan proses pengolahan data.
2.
Prosedur Evaluasi Kualitatif
Ada tiga hal pokok yang harus dilakukan evaluator ketika melakukan evaluasi
kurikulum dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan fokus evaluasi;
b. Perumusan masalah dan pengumpulan data;
c. Proses pengolahan data; dan
d. Menentukan perbaikan dan perubahan program.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan langkah-langkah
yang harus diikuti oleh seorang evaluator atau tim evaluator dalam melakukan
kegiatan evaluasi. Prosedur-prosedur tersebut adalah; perencanaan evaluasi,
monitoring pelaksanaan evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil
evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi.
B. Saran
Dengan mengetahui tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melakukan kegiatan evaluasi, diharapkan para guru atau yang menjadi evaluator
untuk senantiasa mengikuti prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran. Dengan
prosedur yang sudah ditetapkan akan melahirkan kualitas evaluasi yang dapat
mendorong mutu pendidikan kita.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
2. http://alisadikinwear.wordpress.com/2011/10/20/prosedur-pengembangan-evaluasipembelajaran/ (diakses 5 Maret 2021)
3. http://belajar.ws/pengertian-belajar-dan-definisi-belajar.html (diakses 5 Maret 2021)
4. http://fandyjayanto.blogspot.com/2012/11/pengembangan-evaluasi-pembelajaran.html
(diakses 5 Maret 2021)
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur (diakses 5 Maret 2021)
6. http://www.artikata.com/arti-367883-pengembangan.html (diakses 5 Maret 2021)
7. http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html
(diakses 5 Maret 2021)
8. Kamaruddin. Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Mutiara Hati. 1992.
9. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008.
10. Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010.
11. Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. hal. 88
12. http://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur (diakses 5 Maret 2021)
13. Kamaruddin. Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Mutiara Hati. 1992. hal. 32
14. http://www.artikata.com/arti-367883-pengembangan.html (diakses 5 Maret 2021)
15. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008. hal.
400
16. http://belajar.ws/pengertian-belajar-dan-definisi-belajar.html (diakses 5 Maret 2021)
17. http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html
(diakses 5 Maret 2021)
18. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. hal. 400
19. Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010. hal. 91
20. Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. Bandung. hal. 88
Download