YOUCAT sebagai Katekese Orang Muda Willem L. Turpijn Head of Public Relations YOUCAT Indonesia, Co-Founder Peziarah Email: [email protected] | +6282110831434 1. Mengapa Penting Membahas Orang Muda? 1.1. Menilik Kembali Panggilan Gereja untuk Mengarusutamakan Orang Muda Sebuah langkah monumental diambil oleh Paus Fransiskus ketika mengumumkan Sidang Umum Biasa XV Sinode Para Uskup memfokuskan bahasan pada tema “Orang Muda, Iman, dan Penegasan Panggilan”. Bahkan, Paus Fransiskus secara khusus mengundang orang muda untuk duduk bersama para Uskup dalam rangkaian Sinode Para Uskup yang berlangsung pada 3-28 Oktober 2018 lalu. Langkah besar tersebut pada hakikatnya menjadi afirmasi dari rangkaian peziarahan Gereja semesta yang sejak lama telah menjadi sahabat sepeziarahan bagi orang muda. Jauh sebelum Paus St. Yohanes Paulus II menginisiasi salah satu warisan yang agung bagi Gereja dan orang muda, yakni World Youth Day pada era 1980an, Gereja telah sekian kali menyapa orang muda. Salah satu dokumen hasil Konsili Vatikan II, yakni Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Dewasa Ini, yakni Gaudium et Spes, secara khusus Gereja telah mencermati pula tantangan kaum muda, khususnya pada artikel 7. Demikian pula halnya yang dilukiskan dalam salah satu butir Dekrit tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuositatem “Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang…. Bertambah pentingnya peran mereka dalam masyarakat itu menuntut dari mereka kegiatan merasul yang sepadan…. Menurut kemampuan mereka, mereka sungguh menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup di antara teman-teman.” (Apostolicam Actuositatem art. 12). Tersirat pula perhatian Gereja bagi orang mudanya melalui sebuah pesan khusus yang disampaikan Paus Paulus VI kepada orang muda dalam Penutupan Konsili Vatikan II, bertanggal 8 Desember 1965. Demikian pula ketika Gereja akan merayakan Yubileum Agung 2000, Paus St. Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada kaum muda dalam rangka persiapan Yubileum Agung 2000 menandaskan “Tak satu pun dari orang muda dianggap asing dalam Gereja…. Dalam Gereja ada tempat untuk semua orang.” Selama beberapa milenium, kita juga melihat keteladanan banyak tokoh muda dalam perjuangan, pembaharuan dan pengembangan Gereja. Banyak dari mereka kemudian menjadi teladan kita semua, yakni para kudus dan para martir. Keduabelas rasul sendiri dapat kita lihat adalah orang-orang muda yang secara khusus dipanggil oleh Yesus untuk kemudian melanjutkan karya pewartaan Kerajaan Allah. Tentu saja yang tidak pernah boleh kita lupakan adalah Yesus, Juruselamat kita, adalah orang muda. Oleh karena itu, panggilan Sinode Para Uskup pada 2018 lalu amat jelas merupakan panggilan bagi seluruh Gereja untuk mengarusutamakan orang muda dalam kehidupan menggereja. Orang muda bukan hanya masa depan Gereja, tetapi lebih dari itu merupakan “masa kini” Gereja. 1.2. Karena Yesus adalah Orang Muda o o o o o o o o o o o o Yesus adalah “pemuda di antara para pemuda untuk menjadi teladan bagi para pemuda dan untuk menyucikan mereka bagi Allah” Yesus, dalam masa muda-Nya, adalah “latihan”, dipersiapkan untuk menjalankan rencana Bapa. Masa remaja dan masa muda-Nya meletakkan-Nya dalam jalan menuju perutusan yang mahamulia. Yesus tidak mengajari kalian, orang muda, dari kejauhan ataupun dari luar, namun dari kedalaman masa muda kalian sendiri, masa muda yang Ia rasakan bersama kalian. masa muda adalah tahapan yang orisinal dan menggairahkan dalam hidup, yang mana Yesus sendiri mengalaminya, dan oleh karenanya menyucikannya ……lebih daripada hanya sekadar sebuah periode waktu; masa muda adalah sebuah keadaan pikiran (CV, 34) ……lebih daripada sumber kebanggaan, merupakan karunia Tuhan: “menjadi muda adalah anugerah, sebuah berkat: Itu adalah sebuah karunia yang dapat kita hambur-hamburkan secara siasia, atau kita terima dengan rasa syukur dan menghidupinya secara penuh (CV, 134) masa muda yang sesungguhnya berarti memiliki hati yang mampu mencintai kita dapat menghabiskan masa muda kita dengan berbagai distraksi, larut dalam hal-hal yang dangkal, tak sepenuhnya sadar, tidak mampu mengembangkan relasi yang bermakna atau mengalami hal-hal yang lebih mendalam di dalam hidup Tuhanlah pemberi masa muda dan Dia bekerja di dalam hidup masing-masing orang muda. rahmat bagi pemuda dan sebuah rahmat bagi Gereja dan bagi dunia. Itulah sukacita, sebuah lagu harapan dan sebuah berkat. Untuk menjalani masa muda kita perlu melihat tahap dari kehidupan tersebut sebagai sesuatu yang berharga dalam dirinya, bukan sekadar sebuah pembuka singkat menuju masa dewasa (CV, 135) Masa muda, sebagai sebuah tahapan dalam perkembangan kepribadian, ditandai dengan mimpimimpi yang mengumpulkan momentum, dengan relasi yang membutuhkan lebih dan lebih lagi konsistensi dan keseimbangan, dengan percobaan dan eksperimen, dan dengan pilihan-pilihan yang perlahan membangun proyek kehidupan. Pada tahap ini dalam hidup, orang muda dipanggil untuk melangkah maju tanpa memutus diri mereka dari akar mereka, untuk membangun otonomi namun tidak dalam kesendirian” (CV 137) Masa muda kalian bukanlah sebuah “masa antara”. Kalianlah masa kini bagi Tuhan, dan Ia ingin agar kalian berbuah (CV 178) Orang Muda Bisa Apa? Dapat membantu untuk menjaga Gereja tetap muda. Mereka dapat menghentikan Gereja dari pembusukan…. • mereka dapat menjaga Gereja untuk tetap melangkah maju, • menjaganya dari kesombongan dan sifat sektarian, • membantunya untuk menghayati kemiskinan • dan untuk memberikan kesaksian yang lebih baik, • • • • untuk memihak kepada yang miskin dan yang tersingkir, untuk berjuang demi keadilan dan dengan rendah hati memperbolehkan dirinya ditegur. Orang muda dapat menawarkan kepada Gereja keindahan masa muda dengan memperbaharui kemampuannya untuk “bersukacita dengan awal yang baru, untuk memberikan sosok Gereja yang tidak tinggal diam, untuk diperbaharui dan untuk mengarahkan diri menuju pencapaian yang lebih besar” 2. Orang Muda dan Tantangannya 2.1. Tantangan Orang Muda Secara Umum Fokus kajian tentang orang muda dalam Sinode Para Uskup pada 2018 lalu dapat dikatakan berangkat dari berbagai keprihatinan akan dinamika tantangan orang muda dewasa ini. Dalam dokumen Instrumentum Laboris yang mengawali Sinode tersebut disebutkan dalam artikel 6 dan 7 bahwa: “6. There are about 1.8 billion people aged between 16 and 29 in the world, who correspond to almost a quarter of humankind, although forecasts point to a gradual decrease in the percentage of young people in the overall population. The concrete situations of young people vary a lot between countries, as the answers from Bishops’ Conferences have highlighted. In some countries, young people account for a sizable portion of the population (above 30%), whereas their share is much lower in others (around 15%, or less); there are countries where life expectancy does not reach 60 and others where it can exceed 80, on average. Opportunities to access education, healthcare, environmental resources, culture and technology, or to participate in civil, social and political life, vary substantially between regions. Even within the same country, we can find differences, very remarkable at times, between urban and rural areas.” “7. The pre-synodal consultation process highlighted the potential young generations have, and the hopes and wishes they harbor: young people are major seekers of meaning, and are intrigued and motivated to action by anything that is in tune with their quest to give value to their lives. Their fears emerged as well, together with certain social and political dynamics that, with varying intensity in different parts of the world, hinder their progress towards a full and harmonious development, leading to vulnerability and poor self-esteem. Examples of this are: the remarkable social and economic inequalities that generate a climate of widespread violence and drive some young people into the world of organized crime and drug trafficking; a political system dominated by corruption, that undermines confidence in our institutions and legitimizes fatalism and disengagement; situations of war and extreme poverty that drive people to emigrate in search of a better future. In some regions, young people resent the fact that fundamental freedoms and personal autonomy are not recognized by the State, including religious freedom; whereas, in other regions, social exclusion and performance anxiety drive some young people into cycles of addiction (drugs and alcohol in particular) and social isolation. In many places, poverty, unemployment and marginalization are increasing the number of young people who live in precarious conditions, both materially, socially and politically.” Dokumen Akhir dari Sidang Umum Biasa XV Sinode Para Uskup 27 Oktober 2018 pun menyebutkan berbagai dinamika tantangan orang muda dewasa ini, diantaranya: dunia yang plural (art. 10), perubahan yang sedang terjadi (art. 11), pengucilan dan marginalisasi (art. 12), kolonisasi budaya (art. 14), situasi paroki-paroki (art. 18), kebaruan dalam lingkungan digital (art. 21-24), Migran (art. 25-28), berbagai penyalahgunaan (art. 29-31), keluarga dan relasi-relasi antargenerasi (art. 32-36), tubuh dan afketivitas (art. 37-39), bentuk-bentuk kerentanan, baik di dunia kerja (art. 40), kekerasan dan persekusi (art. 41), marginalisasi dan krisis sosial (art. 42), dan pengalaman penderitaan (art. 43). Hal-hal mana yang kemudian diulas kembali dalam Seruan Apostolik Christus Vivit pula ketika Paus Fransiskus menguraikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh orang muda. Bilangan Research Center, sebuah lembaga riset di Indonesia mengatakan bahwa 8% dari 4.095 anak muda di Indonesia (responden) pada tahun 2017, tidak lagi mengikuti ibadah/kebaktian kaum muda/remaja di gereja. Dari jumlah tersebut, 73,7% mengatakan di masa lampau mereka sebenarnya rajin ke gereja setiap hari minggu. Hanya saja, sekarang tidak lagi rutin ke gereja dengan alasan kesibukan sekolah, program ibadah tidak menarik, serta tidak memiliki teman-teman sejati di gereja. Bahkan, di koridor Jawa dan Sumatera, 85% dari anak muda yang meninggalkan gereja telah memutuskan pergi sebelum menginjak usia 19 tahun. Sementara, di Jabodetabek dan Sulawesi, 85% anak muda memilih meninggalkan gereja sejak lebih dini, yaitu sejak usia 15 tahun. Menyitir Mgr. Pius Riana Prapdi, Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia dalam tulisan beliau “Kaum Muda dan Hidup Menggereja: Refleksi Pandangan Gereja terhadap Kaum Muda” dikatakan bahwa, “Perubahan dunia yang begitu cepat, tuntutan tinggi, persoalan-persoalan kepribadian, membuat orang muda terhambat dalam mengembangkan iman mereka, terbelenggu kreativitas mereka dan tidak penuh dalam bersukacita. Persoalan-persoalan terkait orang muda menjadi keprihatinan sekaligus tantangan pastoral.” Tantangan orang muda Asia menurut Bishops’ Institute for Lay Apostolate (BILA) on Youth – Federation of Asian Bishops’ Conference (FABC) – OLF – Youth Desk adalah sebagai berikut: 1. Identitas Diri. Orang muda mengalami kesulitan dalam menemukan identitas diri, pencarian kebenaran dan makna hidup, termasuk kedalaman hidup beriman”. 2. Lebih dari generasi sebelumnya, orang muda mengalami stress yang lebih besar di tempat kerja, studi, dan masalah pengangguran. 3. Sejumlah besar orang muda menjadi migran karena alasan ekonomi dan pendidikan, dan mencari kehidupan yang lebih baik. 4. Di beberapa bagian Asia, korban perdagangan manusia dan kerja paksa adalah orang-orang yang sebagian besar orang muda. Banyak migran illegal dan tahanan juga orang-orang muda. 5. Konsumerisme telah mempengaruhi orang muda. Mereka hidup dalam budaya kepuasan instant, memiliki rentang perhatian yang pendek dan mudah kecanduan teknologi. Ini menyebabkan penyerapan diri dan ketidakpedulian. 6. Ada orang muda yang menjadi korban narkoba, alkohol, prostitusi, dan seks bebas. Ragam tantangan yang telah disebutkan di atas ternyata senada pula dengan ilustrasi tantangan Gereja Asia saat ini sebagaimana dilukiskan dalam dokumen “FABC Consultation Paper” bertanggal 30 Desember 2019 dengan highlight topik “FABC 2020: The Asian Church: Re-emerging and Emerging Realities and Challenges” untuk menandai 50 tahun diinisiasinya Federasi Konferensi Para Uskup Asia ini. Berikut tantangan Gereja Asia menurut dokumen tersebut: MASSIVE POVERTY MISSING PERSONS MULTICULTURALITY RELIGIOUS PLURALISM THE ECOLOGICAL CRISIS A Church of the Poor A Church of Communion An Intercultural Church A Church of Interreligious Dialogue A Green Church 2.2. Orang Muda, Pandemik Covid-19, dan New Normal Berdasarkan survei “Gambaran Religiusitas Orang Muda Katolik: Survei di Masa Pandemik Covid-19” oleh Peziarah (n: 751 responden OMK (mayoritas di Pulau Jawa) yang dilakukan pada 30 Maret 2020 s.d. 5 April 2020 diketahui bahwa hanya sekitar 82 responden (atau sebanyak 11%) yang merasakan kebahagiaan di tengah pandemi. Kondisi responden mayoritas berada pada posisi biasa saja, tidak bahagia namun tidak juga sangat terpuruk dengan kondisi yang ada. Mayoritas responden sebanyak 434 responden (57,8%) menjawab pada kondisi menengah. Namun begitu, cukup banyak pula responden yang merasakan perasaan tidak bahagia di tengah pandemi yaitu sebanyak 235 responden (31,3%). Selain itu dari survei tersebut diketahui pula bahwa hanya sekitar 49,4% responden rutin bersekutu dalam komunitas (sekitar 1 dari 2 OMK). Menariknya, 80,4% OMK rindu untuk kembali bersekutu dalam komunitas. Patut dicatat pula, 73,9% responden OMK ingin lebih rutin bersekutu dalam komunitas. Gambaran Religiusitas Orang Muda Katolik (OMK): Survei di Masa Pandemik Covid-19 merupakan survei sederhana yang dilakukan pada rentang waktu 30 Maret sampai 5 April 2020, yaitu pada periode awalawal seruan untuk beribadah di rumah baru dimulai, pada tanggal 16 Maret dan mayoritas Keuskupan di Indonesia baru memulai meniadakan aktivitas Kegerejaan pada tanggal 20 Maret 2020. Survei ini dilakukan sebelum adanya perintah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang baru dilakukan pada tanggal 10 April 2020. Untuk itu, hasil survei ini mungkin tidak dapat menggambarkan dinamika yang terjadi pada OMK selama berlangsungnya pandemi dari periode awal hingga periode ketika tulisan ini selesai dibuat, yaitu pada tanggal 28 Mei 2020. Dengan kondisi demikian, kira-kira adakah alternatif yang menarik untuk ditawarkan untuk melakukan katekese kepada orang muda? 3. Berkatekese Untuk dan Bersama Orang Muda Bersama YOUCAT 3.1. YOUCAT: Bukan Sekedar Buku YOUCAT pertama kali hadir pada tahun 2011 ketika Paus Benediktus XVI menghadiahkan buku kuning itu kepada seluruh peziarah muda yang mengikuti World Youth Day 2011 di Madrid, Spanyol. Dalam kata pengantarnya di buku YOUCAT, Paus Benediktus XVI secara eksplisit mengungkapkan harapan besarnya bagi orang muda Katolik untuk membaca YOUCAT dan terus meningkatkan cinta mereka kepada Gereja. Akan tetapi bagaimana proses hadir dan berkembangnya YOUCAT? Visi besar untuk menginisiasi buku katekismus sederhana untuk kaum muda ini dimulai sejak tahun 2005, segera setelah World Youth Day di Köln, ketika Kardinal Christoph Schönborn dari Wina memperkenalkan Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK) dalam sebuah konferensi pers. Dalam konferensi pers tersebut terjadi sebuah kejadian yang tidak terduga ketika seorang jurnalis perempuan menghampiri sang Kardinal dan berkomentar bahwa KKGK yang dipresentasikan hari itu bagus, tetapi tidak menarik. Kejadian tak terduga ini justru menjadi pemantik hadirnya visi besar untuk menginisiasi sebuah buku katekismus sederhana untuk orang muda. Sejak diluncurkan pada World Youth Day 2011 sebagai hadiah dari Paus Benediktus XVI, YOUCAT telah mewarnai Gereja, dunia, dan orang muda. Buku kuning ini dengan cepat diterjemahkan ke dalam lebih dari 75 bahasa dan disebarluaskan di banyak negara sebagai katekismus resmi bagi kaum muda serta referensi di banyak program pembelajaran iman, kursus, pendidikan, dan lain sebagainya. Bahkan dianggap sebagai salah satu buku terlaris di dunia. Jutaan buku YOUCAT telah didistribusikan di banyak negara. Lebih dari itu, YOUCAT kini telah berkembang menjadi sebuah gerakan yang mengundang kaum muda Katolik untuk mencintai iman mereka. Dengan mengikuti semangat dan metode YOUCAT, yakni "Know, Share, Meet, Express", setiap anak muda bisa mengembangkan YOUCAT Study Group dengan mudah, karena bukan merupakan program pelatihan, tetapi lebih seperti kelompok diskusi pembelajaran iman yang difasilitasi oleh orang muda. YOUCAT dalam perkembangannya dianggap sebagai salah satu alat baru yang paling menjanjikan dan efektif bagi evangelisasi hari ini. Berbagai center-nya sedang kini tengah dikembangkan di beberapa negara, seperti Filipina, Brasil, Indonesia, India, dan beberapa negara lainnya. Di banyak negara lain YOUCAT secara aktif digunakan. Penggunaan YOUCAT untuk Evangelisasi Baru juga sangat didukung dan diharapkan oleh banyak konferensi uskup dan Vatikan juga. 3.2. YOUCAT: Katekismus Dari Orang Muda, Oleh Orang Muda, Untuk Orang Muda Hadirnya YOUCAT pada dasarnya diprakarsai oleh suatu “inisiatif akar rumput” dari Pastor Johannes Eltz, Dr. Christian Schmitt, Bernard Meuser, dan Michaela Heereman dengan sekelompok anak muda. Mengikuti nasihat dan dorongan dari Kardinal Schönborn, mereka mengatur dua kali perkemahan musim panas (summer camp) untuk lebih dari 50 orang muda pada tahun 2006 dan 2007 untuk membahas dan mencerna KKGK yang dipandu oleh beberapa orang fasilitator dalam 4 kelompok sesuai dengan kategori topik. Mereka yang merupakan kelompok usia 15-25 tahun itu secara terbuka mengungkapkan kesulitan mereka dalam memahami terminologi teologis, pertanyaan dan pengalaman mereka sebagai orang muda, dan juga beberapa tantangan dalam hidup mereka (Michaela, 2011). Berbagai dialog tersebut kemudian menjadi inspirasi untuk dihasilkannya sebuah buku sederhana seperti Travel-Guide-Through-the-Faith (Panduan Perjalanan Menelusuri Iman), yang kemudian disusun dalam empat bab topik yang disusun sesuai dengan struktur dari Katekismus Gereja Katolik (KGK). . Konten YOUCAT diformulasikan dalam format tanya jawab dengan bahasa yang mudah dibaca oleh anak muda, diperkaya dengan kutipan dari Alkitab, kutipan yang menginspirasi dan memprovokasi dari Para Kudus dan orang-orang terkemuka, foto-foto yang menarik, serta berbagai karakter “stickman”. Dengan demikian, YOUCAT memang secara khusus dipersiapkan dan didesain menjadi buku katekismus yang mempesona bagi kaum muda sekaligus menjadi sahabat sepeziarahan dan kawan diskusi bagi mereka untuk mempelajari kebenaran iman Katolik secara mendalam. YOUCAT adalah hasil penting dari hati Gereja, Mater et Magistra, sebagai hasil kolaborasi dengan orang muda sesuai dengan anjuran Kardinal Schönborn, yaitu, “Jika ingin melakukan sesuatu untuk kaum muda, lakukanlah bersama kaum muda…” Hal itu tercermin dalam proses dan hasil. YOUCAT tidak akan mengembangkan format Kompendium Katekismus Gereja Katolik, namun pengembangan YOUCAT bertujuan untuk menjadikan akar dan dasar iman Katolik diterjemahkan ke dalam bahasa yang sesuai dan estetis yang dapat dipahami dan dicintai oleh kaum muda. Dan proses serta hasil formulasi konten dan bahasa dalam YOUCAT merupakan hasil yang melibatkan peran penting orang muda. Selain bahasa dan konten, peran penting orang muda dalam proses dan hasil pengembangan YOUCAT nampak dalam beberapa hal lain. Sebagai contoh, elemen desain utama dan kunci dari logo YOUCAT adalah "Y", yang terdiri dari kumpulan berbagai tanda salib dan ilustrasi khas Kristiani berukuran kecil. Hal tersebut ternyata dibuat dalam workshop anak muda yang ikut serta dalam penyusunan YOUCAT. Mereka diundang untuk melukis salib favorit dan ilustrasi khas Kristiani favorit mereka di layar lebar, dan kemudian digabungkan untuk menjadi logo YOUCAT. Nama YOUCAT yang saat ini kita kenal pun terdapat jejak sumbangsih orang muda di dalamnya. Meskipun dimulai di Jerman, namun penggunaan nama “YOUCAT”, bukan “JU-KAT” (singkatan dari Jugendkatechismus) adalah berdasarkan diskusi dengan anak muda dan untuk menyesuaikan dunia dan budaya mereka saat ini. Nama “YOUCAT” yang pertama dan terutama mengacu pada Katekismus Orang Muda, akan tetapi masih banyak lagi tafsir lain mengenai arti YOUCAT, seperti: “Your Catechism”, atau “You Catholic”, atau “Youth Catholic”, atau “Young Catholic”, atau bahkan “Youth Catholicism”. Ibu Tita Chiqui Viola, salah seorang Pengurus YOUCAT Philippines Foundation memberikan tafsiran bahwa YOUCAT adalah "YOU” (“ANDA"), pemuda yang dipanggil oleh Bapa Suci untuk memulai revolusi ini dan “CAT” berarti kisah Kristus yang akan Anda bawa dan bagikan dengan yang lain, oleh karena itu YOUCAT benar-benar berarti ANDA dan Kristus. Salah satu rekognisi penting bagi YOUCAT dari Tahta Suci adalah pernyataan resmi Uskup Agung Rino Fisichella, Presiden Dewan Kepausan untuk Evangelisasi Baru “YOUCAT dapat memberikan dampak yang baik untuk Evangelisasi Baru. YOUCAT mampu menanggapi kebutuhan masa kini yang membutuhkan bahasa yang sederhana, lengkap dan di atas semuanya itu adalah mudah untuk dipahami oleh orang muda, yakni warisan iman kita yang senantiasa menjadi inti kesaksian orang Kristen dimanapun mereka berada. YOUCAT diakui sebagai katekismus yang otentik dan sebagai instrumen yang tepat untuk Evangelisasi Baru di seluruh dunia.” Bahkan, dalam catatan dengan Catatan Pastoral untuk Tahun Iman yang dirilis oleh Vatikan pada tahun 2012, ada permintaan untuk penggunaan YOUCAT sebagai alat katekese untuk memberikan orang muda Katolik kesaksian yang hidup tentang Tuhan dan untuk mengembangkan iman umat dan orang muda. Dalam studi empiris tentang penerimaan YOUCAT di antara kaum muda Polandia yang dilakukan oleh Institute of Pastoral Theology and Catechetic di John Paul II Catholic University of Lublin, melaporkan bahwa persentase yang tinggi dari kaum muda yang merespon secara positif terhadap isi dan bentuk YOUCAT (Andrzej, 2014). 3.3. Berkatekese Untuk dan Bersama Orang Muda Bersama YOUCAT Hal pertama yang mungkin terlintas jika mengkorelasikan antara “Katekese” dan “YOUCAT” adalah, mengapa kita membutuhkan YOUCAT? Berikut beberapa poin yang pernah dibagikan oleh Bernhard Meuser dalam sebuah sesi workshop bagi orang muda tentang YOUCAT: • • • • • • Kita membutuhkan YOUCAT saat ini, karena saat ini, Gereja ini seolah berjalan dengan hardware tapi tanpa software. Gereja telah kehilangan isinya - orang kadang tidak tahu apa yang seharusnya mereka percayai lagi. Dalam pikiran mereka, mereka menyamakan iman dengan "semacam perasaan subjektif.“ Katekese adalah Mistagogi - ini adalah inisiasi ke dalam misteri iman, terutama yang menyangkut sakramen-sakramen. Tanpa katekese, Gereja tidak tahu apa yang dia lakukan. "Tanpa katekese“, pengaturan atau penerimaan sakramen cenderung berubah menjadi sesuatu yang hambar, kaku, atau bahkan konyol: orang tua membawa anak-anak mereka untuk dibaptis tanpa mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, komuni pertama diterima seperti kue, orang muda mungkin akan meninggalkan gereja tepat setelah menerima Krisma, dan pasangan yang sudah menikah dengan bodohnya masuk ke dalam sakramen perkawinan tanpa benar-benar mengetahui maknanya... Kita membutuhkan YOUCAT dan katekese karena Evangelisasi Baru tidak akan berhasil jika generasi berikutnya tidak akan tahu lebih banyak tentang iman daripada generasi sebelumnya. Dengan memiliki katekismus, ibaratnya kita memiliki dua senjata ampuh, yang satu adalah Alkitab di satu tangan, dan satu lagi adalah katekismus di tangan yang lain. Karena sekarang ini setiap orang Katolik perlu mempertanggungjawabkan imannya. Jika pewartaan iman diserahkan kepada mereka yang benar-benar memahami iman itu, Kekristenan akan memiliki pondasi yang kokoh. Kita semua adalah murid dan teman Yesus. Kita diinisiasi ke dalam misteri, dan kita semua ditugaskan untuk mewartakan iman. Bagi kita semua klaim bahwa kita "perlu tahu apa yang kita percaya" berlaku. Kita perlu mendapat informasi tentang pekerjaan kita. Karena kita membutuhkan lebih banyak saksi iman. Mereka harus menjadi saksi yang kompeten yang memiliki hubungan yang dinamis dengan YESUS dan Tuhan yang hidup. Mereka perlu diberi tahu dengan baik tentang kehendak Tuhan dan jalan-Nya dengan umat-Nya. Karena katekismus memberi Anda esensi iman. Dalam katekismus Anda menemukan semua yang perlu Anda ketahui untuk menjadi seorang Kristen: 12 butir Syahadat Para Rasul, 7 Sakramen, 10 Perintah Allah, Senantiasa bersama Tuhan (Doa-Doa). • • • Karena hanya membaca Alkitab saja tidak cukup, karena Anda bisa menjelaskan apapun dan segala sesuatu sesuai keinginan Anda dengan Alkitab. Anda membaca Alkitab dengan benar dan memahaminya dengan benar hanya jika Anda membacanya dengan gereja, atau lebih baik mengatakannya, melalui mata gereja. Katekismus memberi Anda fokus yang tepat untuk membaca Alkitab dengan benar. Katekismus adalah panduan/petunjuk untuk orang Kristen. Katekismus sama pentingnya bagi gereja karena mempraktikkan tafsir penting untuk Alkitab. Eksegesis adalah Penafsiran Alkitab. Katekismus adalah interpretasi Gereja. Salah satu hal menarik yang dikembangkan YOUCAT adalah Metode “Know, Share, Meet, Express” yang inspirasinya digali dari Kata Pengantar Paus Benediktus XVI dalam buku YOUCAT. Berikut ilustrasi pengembangan Metode “Know, Share, Meet, Express” tersebut: Metode KNOW Kutipan dari Kata Pengantar Paus Benediktus XVI dalam buku YOUCAT “…pelajarilah katekismus ini! Itulah keinginan hati saya yang terdalam… Kamu perlu mengetahui apa yang kamu imani… Implementasi dalam YOUCAT Study Group* KNOWING JESUS Mengetahui Iman melalui Katekese Orang Muda Fasilitator Kelompok SHARE “bentuklah kelompok belajar dan jejaring, berbagilah mengenai katekismus ini… ” SHARING JESUS Membagikan Pengalaman Hidup melalui Sharing dalam Grup Penjelasan Tahapan dalam Study Group* Fasilitator harus mengidentifikasi topik hari itu dari YOUCAT dan mengembangkannya dalam diskusi yang hidup dan menarik selama kurang lebih 30 menit. Diskusi ini tidak dapat diartikan sebagai diskusi seperti di ruang kelas, tetapi merupakan upaya berkatekese. Oleh karena itu, sebelum belajar, penting bagi fasilitator untuk mempersiapkannya, baik tempat dan topik, mencari bantuan ahli dalam masalah iman (pastor, katekis, dll.) Setelah tahap pertama, akan dilanjutkan dengan sharing. Ini adalah sebuah fase yang sangat penting dari Study Group, karena melalui pengalaman bersama, iman tumbuh bahkan Metode Kutipan dari Kata Pengantar Paus Benediktus XVI dalam buku YOUCAT MEET “Kamu sendirilah Tubuh Kristus, Gereja! Dengan segala cara, lanjutkanlah berbicara satu sama lain mengenai imanmu (perjumpaan).” EXPRESS “Bawalah api kasihmu yang tak terpadamkan ke dalam Gereja (ekspresikan)…” Implementasi dalam YOUCAT Study Group* Penjelasan Tahapan dalam Study Group* Lebih berkembang. Sharing ini bukan untuk menghadirkan diskusi teologis ataupun diskusi filosofis, tetapi berbagi bersama sharing kehidupan yang relevan dengan topik bahasan. Peserta muda harus didorong untuk berbagi pandangan mereka dan bertanya pertanyaan tentang topik tersebut. MEETING JESUS Anggota kelompok Menjumpai harus diundang dan Sang Sumber melalui digugah untuk Perayaan Ekaristi, atau berdialog dan Ibadat Umum, atau berjumpa satu sama Rosario, atau Gathering lain, karena identitas kelompok bukan hanya berbagi iman, tapi juga cinta. Oleh karena itu, disarankan pada tahap ini, peserta hendaknya mencari bersama sumber itu cinta melalui doa-doa, perayaan sakramen, atau Misa. EXPRESSING JESUS Sebagai komunitas Mengekspresikan Kristen, peserta Study Pemahaman, Group YOUCAT Kekayaan, dan hendaknya didorong Pengalaman Iman untuk dalam ragam aktivitas mengungkapkannya di kehidupan seharimelalui hari bakat dan karunia mereka, kegembiraan melayani untuk melakukan evangelisasi secara sederhana secara nyata di masyarakat, Penjelasan Tahapan dalam Study Group* menjangkau orang lain, ini adalah misi Study Group YOUCAT. *) dikutip dari booklet Study Group YOUCAT dalam buku materi the 1st YOUCAT Congress “Echoes of Mercy” in Tagaytay City in the Philippines on 5-7 November 2015. Metode Kutipan dari Kata Pengantar Paus Benediktus XVI dalam buku YOUCAT Implementasi dalam YOUCAT Study Group* Study Group YOUCAT adalah salah satu program utama dari YOUCAT Indonesia yang menggunakan metode yang sangat sederhana, yakni “Know, Share, Meet, Express” untuk mengundang orang muda mengenal dan memahami iman mereka. Dengan mengenal imannya, harapannya mereka bisa mencintai imannya. Dengan mengenal dan mencintai, harapannya mereka bisa berbagi iman mereka kepada orang lain. Dengan berbagi kesaksian iman, harapannya mereka bisa mewartakannya lewat perjumpaan dengan Tuhan dan sesama. Dan, dengan mewartakannya lewat perjumpaan itulah, mereka menghadirkan iman yang hidup dan menghidupi iman yang nyata dalam masyarakat. Sebuah Study Group YOUCAT dapat dibentuk untuk 8-15 orang dan secara rutin mereka akan berjumpa dan menggali secara bersama-sama iman mereka dari buku YOUCAT dengan panduan Study Guide. Sebuah Study Group kira-kira berlangsung selama 90-120 menit tergantung pada situasi setiap kelompok. Study Group pun dapat dilakukan di berbagai tempat mereka, seperti rumah, paroki, sekolah, kampus, bahkan secara virtual selama masa pandemik ini. Format dasarnya juga bisa disesuaikan mengingat situasi mereka. Sebaiknya kelompok belajar dibentuk di bawah koordinasi dua pemimpin yang memiliki minat atau pengetahuan dalam katekese atau iman, dan tentunya di bawah bimbingan dari penanggung jawab setempat (imam, direktur, koordinator). Diharapkan kelompok belajar YOUCAT bisa jadi berkembang dalam semangat persahabatan yang dalam dengan Yesus dan dengan suasana persaudaraan di antara para anggotanya. Menarik bahwa justru di masa pandemik ini, YOUCAT Indonesia secara intensif mengembangkan Study Group ini. Tercatat bahwa pada pertengahan 2020 lalu ketika dimulai terdapat 9 kelompok dengan beberapa pengurus YOUCAT Indonesia sebagai fasilitatornya. Menariknya, dengan pelaksanaannya secara virtual, peserta pun hadir dari seluruh penjuru Indonesia. Hari ini, dengan segala dinamikanya, jumlah Study Group YOUCAT telah berkembang menjadi 11 kelompok Study Group dan ditambah pula dengan sebuah kelompok persiapan bersama Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda. Metode “Know, Share, Meet, Express” tidak hanya dilakukan pada Study Group semata, tetapi juga beberapa program YOUCAT Indonesia lainnya, yakni katekese di media sosial, dan program-program seperti #40HariNiatBaik dan ADVENTure†. Program #40HariNiatBaik adalah program yang mendorong rekan-rekan orang muda untuk melaksanakan niat-niat baik setiap harinya selama Masa Prapaskah sebagai bagian dari persiapan mereka untuk menyambut Paskah. Program ini dimulai sejak 2016 dan selalu dilakukan setiap Masa Prapaskah oleh YOUCAT Indonesia untuk menemani orang muda dalam mempersiapkan Paskah selama Masa Prapaskah, khususnya bagi mereka yang bingung mau melakukan apa. Sedangkan ADVENTure† adalah sebuah program yang seirama dengan #40HariNiatBaik yang dikembangkan oleh YOUCAT Indonesia untuk mendorong rekan-rekan orang muda untuk melaksanakan niat-niat baik setiap harinya selama Masa Adven sebagai bagian dari persiapan mereka untuk menyambut Natal. Kedua program ini juga menggunakan metode “Know, Share, Meet, Express”. Kedua program ini pun selalu mendapatkan sambutan positif dari orang muda setiap tahunnya. Saat ini YOUCAT lebih dari sekedar buku. Ini adalah proyek besar yang dalam konteks "Evangelisasi Baru" diciptakan untuk membantu orang-orang muda di seluruh dunia untuk bertumbuh dalam iman. Selain itu, dalam semangat Evangelisasi Baru, YOUCAT juga menjamah kaum muda Gereja sebagai panggilan, sebagai seruan untuk melakukan misi dan berjejaring dalam menggemakan evangelisasi baru ke dunia. Mengikuti semangat YOUCAT: KNOW, SHARE, MEET, EXPRESS, sebagai alat mereka untuk menjadi penjala jiwa di jalan, waktu dan tempat mereka, YOUCAT juga bertujuan untuk menginjili dan membentuk generasi murid misionaris muda yang lebih berakar pada iman seperti yang dinyatakan oleh Paus Fransiskus dalam World Youth Day 2013 di Rio de Janeiro, “Apa instrumen evangelisasi terbaik bagi kaum muda? Anak muda lainnya! Ini adalah cara hidupmu!” Referensi: Levada, William Cardinal (2012). “Note with pastoral recommendations for the Year of Faith from the Congregation for the Doctrine of the Faith”, available at: http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_20120106_n otaanno-fede_en.html (accessed 17 October 2016) Turpijn, Willem. (2017) “The Quest of Young People: Synergy Opportunities between YOUCAT and Higher Education Institutions to Increase Students' Spirituality” presented at 1st Widya Karya International Seminar, page 247-266. “CONFERENZA STAMPA DI PRESENTAZIONE DI YOUCAT (IL CATECHISMO DELLA CHIESA CATTOLICA PER I GIOVANI), PREPARATO PER LA XXVI GIORNATA MONDIALE DELLA GIOVENTÙ (MADRID 16-21 AGOSTO 2011), 13.04.2011”, available at: https://press.vatican.va/content/salastampa/it/bollettino/pubblico/2011/04/13/0213/00530.html (accessed 17 October 2016) Heereman, Michaela (2011), "YOUCAT: a grassroots initiative becomes the Youth Catechism of the Catholic Church", Unpublished Manuscript, YOUCAT Foundation. Schönborn, Christoph et.al (2011), YOUCAT: Youth Catechism of the Catholic Church, Ignatius Press, San Fransisco. "Breve historia do YOUCAT", available at: http://www.youcat.org.br/historia-do-youcat/ (accessed 17 October 2016). (2015), "1st YOUCAT Congress Echoes of Mercy", Unpublished manuscript (material book for the first YOUCAT Congress), Tagaytay City, the Philippines. KiciĆski, Andrzej. (2014), "The necessity of education for catechists in Youcat media project", Biuletyn Edukacji Medialnej, No. 2, pp. 73-83. “A História do Design do YOUCAT", available at: http://www.youcat.org.br/design-inovador/ (accessed 17 October 2016). “O YOUCAT e a Nova Evangelização”, available at: http://www.youcat.org.br/o-youcat-e-a-novaevangelizacao/ (accessed 17 October 2016). “Sobre a Fundação YOUCAT”, available at: http://www.youcat.org.br/fundacao-youcat/ (accessed 17 October 2016). “Coleção YOUCAT”, available at: http://www.youcat.org.br/colecao-youcat/ (accessed 17 October 2016). von Lengerke, Georg et.al, YOUCAT Youth Prayer Book, Munich 2011 Meuser, Bernhard et.al, YOUCAT confirmation book Baer, Nils, YOUCAT Confirmation Leader's Handbook “YOUDEPRO”, http://www.youcat.org.br/youcat-team-international/ (accessed 17 October 2016). available at: Kuppers, Arnd et.al (2016), DOCAT What to do? The Social Teaching of the Catholic Church, Catholic Truth Society, London. https://youcat.id/article/study-group-youcat-dan-kisah-mereka/ (accessed 19 November 2020). https://youcat.id/article/buahnya-benar-benar-manis-cerita-para-fasilitator-study-group-youcat/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/share-mengapa-kita-perlu-menerapkan-metode-know-share-meet-expressdari/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/share-mengenal-yesus-dan-kitab-suci-melalui-know-share-meet-express/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/share-pengalaman-sobat-youcat-mengalami-metode-know-share-meetexpress/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/share-pengalaman-kak-pyndhi-menerapkan-know-share-meet-express-dikeuskupan/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/know-paus-benediktus-xvi-dan-inspirasi-metode-know-share-meet-express/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/know-yuk-mengenal-know-share-meet-express/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/share-aktivis-muda-pun-perlu-tahu-know-share-meet-express-dan-docat/ (diakses 19 November 2020). https://youcat.id/article/meet-yuk-kenalan-apa-itu-meet/ (diakses 19 November 2020). https://www.hidupkatolik.com/2020/01/22/42588/youcat-indonesia-media-pewartaan-kaum-mudakatolik/ (diakses 19 November 2020).